Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH DEMOGRAFI

“Mortalitas dan Sumber Data Mortalitas ”

Kelas II A

Kelompok 7 :

1. Rio Chandra Pratama (173110186)

2. Rozalina Maizara (173110187)

Dosen Pembimbing :

Hj. Murniati Mucthtar,SKM.M.Biomed

POLTEKKES KEMENKES PADANG

DIII-KEPERAWATAN PADANG

TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

‫يم‬
ِ ‫الر ِح‬
َّ ‫من‬
ِ ْ‫الرح‬
َّ ِ‫س ِم هللا‬
ْ ِ‫ب‬

Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarrakatuh

Alhamdulillahirrabil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia serta nikmat-Nya, sehingga dapat, menyelesaikan penulisan makalah ini, tak lupa
shalawat serta salam kami ucapkan kepada nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat-sahabat dan para pengikut beliau hingga akhir zaman. Kami sebagai penulis
menyadari dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Demikian kata pengantar dari kami sebagai penulis, harapan kami agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan diterima sebagai perwujudan dalam dunia kesehatan.
Dan dapat digunakan sebagaimana mestinya, semoga kita semua mendapat faedah dan
diterangi hatinya dalam setiap menuntut ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat.

Padang, 21 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................1

BAB II
2.1 Pengertian Ukuran Mortalitas ............................................................2
2.2 Sumber Data Mortalitas.......................................................................3

2.3 Indikator Mortalitas..............................................................................4

2.4Cara Pengukuran Angka Kematian......................................................13


2.5Pengaruh Mortalitas Terhadap Kesehatan Masyarakat.......................14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen demografi
yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Dua komponen demografi lainnya adalah
fertilitas (kelahiran) dan migrasi. Informasi tentang kematian penting, tidak saja bagi
pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam bidang
ekonomi dan kesehatan.
Data kematian sangat di perlukan antara lain untuk proyeksi penduduk guna
perencanaan pembangunan.Misalnya, perencanaan fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan,
dan jasa-jasa lainnya untuk kepentingan masyarakat. Data kematian juga diperlukan untuk
kepentingan evaluasi terhadap programprogram kebijaksanaan penduduk.
Konsep mati perlu diketahui guna mendapatkan data kematian yang benar. Dengan
kemajuan ilmu kedokteran, kadang-kadang sulit untuk membedakan keadaan mati dan
keadaan hidup secara klinik. Apabila pengertian mati tidak dikonsepkan, dikhawatirkan bisa
terjadi perbedaan penafsiran antara berbagai orang tentang kapan seseorang dikatakan mati.
Menurut konsepnya, terdapat 3 keadaan vital, yang masing-masing saling bersifat
mutually exclusive, artinya keadaan yang satu tidak mungkin terjadi bersama dengan salah
satu keadaan lainnya.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mortalitas
2. Untuk mengetahui sumber data kematian
3. Untuk mengetahui ukuran kematian
4. Untuk mengetahui pengaruh mortalitas terhadap kesehatan

C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ukuran mortilitas?
2. Bagaimana cara mengetahui sumber data kematian?
3. Bagaimana mengetahui ukuran kematian?
4. Apa pengaruh mortalitas terhadap kesehatan masyarakat?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ukuran Mortalitas

Ukuran mortalitas merupakan angka atau indeks, yang di pakai sebagai dasar untuk
menentukan tinggi rendahnya tingkat kematian suatu penduduk. Ada berbagai macam ukuran
kematian, mulai dari yang paling sederhana sampai yang cukup kompleks. Namun demukian
perlu di catat bahwa keadaan kematian suatu penduduk tidaklah dapat diwakili oleh hanya
suatu angka tunggal saja. Biasanya berbagai macam ukuran kematian di pakai sekaligus guna
mencerminkan keadaan kematian penduduk secara keseluruhan. Hampir semua ukuran
kematian merupakan suatu “rate” atau “ratio”.
Rate merupakan suatu ukuran yang menunjukkan terjadinya suatu kejadian (misalnya:
kematian, kelahiran, sakit, dan sebagainya) selama peroide waktu-waktu tertentu.
Kematian (mortalitas) adalah peristiwa hilangnya semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen yang bisa terjadi tiap saat setelah kelahiran hidup. (Budi Utomo, 1985).
Morbiditas (penyakit/kesakitan) adalah kondisi penyimpangan dari keadaan yang normal,
yang biasanya dibatasi pada kesehatan fisik dan mental. Pada kasus tertentu morbiditas ini
terjadi secara terus menerus (morbiditas kumulatif) yang pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian pada penderitanya.
Jenis kematian didalam rahim (intra uterin)
1. Abortus
kematian janin menjelang dan sampai umur 16 minggu.
2. Immatur
kematian janin antara umur kandungan diatas 16 minggu sampai pada umur kandungan
28 minggu.
3. Prematur
kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28 minggu sampai waktu lahir.
4. Jenis kematian bayi di luar rahim (extra uterin)
5. Lahir mati mati (still birth)
6. Kematian baru baru lahir (neo natal death) kematian bayi sebelum berumur satu bulan
tapi kurang dari setahun.
7. Kematian lepas baru lahir (post neo natal death) adalah kematian bayi setelah berumur
satu bulan tetapi kurang dari setahun. .
8. Kematian bayi (infant mortality) kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur
kurang dari satu tahun.

2.2 Sumber Data Mortalitas


Cara mengetahui sumber data kematian dapat diperoleh dari berbagai macam sumber,
antara lain :
1. Sistem registrasi fital
Apabila sistem ini bekerja dengan baik merupakan sumber data kematian yang
ideal. Di sini, kejadian kematian dilaporkan dan dicatat segera setelah peristiwa kematian
tersebut terjadi. Di Indonesia, belum ada sistem registrasi vital yang bersifat nasional, yang
ada hanya sistem registrasi vital yang bersifat bersifat lokal, dan inipun tidak sepenuhnya
meliputi semua kejadian kematian pada kota-kota itu sendiri. Dengan demikian di Indonesia
tidak mungkin memperoleh data kematian yang baik dari sistem registrasi vital.
2. Sensus dan survei penduduk
Sensus dan survei penduduk merupakan kegiatan sesaat yang bertujuan untuk
mengumpulkan data penduduk, termasuk pula data kematian. Berbeda dengan sistem
registrasi vital, pada sensus atau survei kejadian kematian dicacat setelah sekian lama
peristiwa kejadian itu terjadi. Data ini diperoleh melalui sensus atau survei dapat digolongkan
menjadi dua bagian :
a. Bentuk lasungsung (Direct Mortality Data)
Data kematian bentuk langsung diperoleh dengan menanyakan kepada responden
tentang ada tidaknya kematian selama kurun waktu tertentu. Apabila ada tidaknya kematian
tersebut dibatasi selama satu tahun terakhir menjelang waktu sensus atau survei dilakukan,
data kematian yang diperoleh dikenal sebagai ‘Current mortality Data’.
b. Bentuk tidak langsung (Indirect Mortalilty Data)
Data kematian bentuk tidak langsung diperoleh melalui pertanyaan tentang
‘Survivorship’ golonga penduduk tertentu misalnya anak, ibu, ayah dan sebagainya. Dalam
kenyatan data ini mempunyai kualitas lebih baik dibandingkan dengan data bentuk langsung.
Oleh sebab itu data kematian yang sering dipakai di Indonesia adalah data kematian bentuk
tidak langsung dan biasanya yaitu data ‘Survivorship’ anak. Selain sumber data di atas, data
kematian unutk penduduk golongan tertentu di suatu tempat, kemungkinan dapat diperoleh
dari rumah sakit, dinas pemakaman, kantor polisi lalu lintas dan sebagainya.
c. Penelitian
Penelitian kematian penduduk biasanya dilakukan bersamaan dengan penelitian
kelahiran yang disebut dengan penelitian statistik vital.
d. Perkiraan (estimasi)
Perkiraan tentang jumlah kematian dan kelahiran ini didapatkan dari sensus
penduduk yang dilakukan.

2.3 Indikator Mortalitas

Bermacam-macam indikator mortalitas atau angka kematian yang umum dipakai adalah:

a. Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR).

b. Angka Kematian Bayi (AKB)

c. Angka Kematian Balita (AKBa 0-5 tahun)

d. Angka Kematian Anak (AKA 1-5 tahun)

e. Angka Kematian IBU (AKI)

f. Angka Harapan Hidup (UHH) atau Life Expectancy.

A. ANGKA KEMATIAN KASAR (AKK) ATAU CRUDE DEATH RATE (CDR)

Konsep Dasar

Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa
besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka
ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai
risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda.

Kegunaan

Angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan pengaruh
umur penduduk. Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk
memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang
bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka kelahiran Kasar akan menjadi dasar
perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah.

Definisi Angka Kematian Kasar

Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per 1000
penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.

Rumus

dimana

CDR =Crude Death Rate ( Angka Kematian Kasar)

D = Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu

P = Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun tertentu

K = Bilangan konstan 1000

Catatan1: P idealnya adalah “jumlah penduduk pertengahan tahun tertentu” tetapi yang
umumnya tersedia adalah “jumlah penduduk pada satu tahun tertentu” maka jumlah dapat
dipakai sebagai pembagi. Kalau ada jumlah penduduk dari 2 data dengan tahun berurutan,
maka rata-rata kedua data tersebut dapat dianggap sebagai penduduk tengah tahun.

Catatan2: dari Susenas 2003 tercatat sebanyak 767.740 kematian, sedangkan jumlah
penduduk pada tahun tersebut diperkirakan sebesar 214.37.096 jiwa. Sehingga Angka
Kelahiran Kasar yang terhitung adalah sebesar 3,58. Artinya, pada tahun 2003 terdapat 3 atau
4 kematian untuk tiap 1000 penduduk.

Contoh

Angka Kelahiran Kasar di beberapa propinsi dan kabupaten di Indonesia.terdapat dalam


Tabel 1.

Tabel 1 Angka Kelahiran Kasar menurut Propinsi dan Kabupaten,


2004
Propinsi/Kabupaten Laki-laki Perempuan Total
Sumatera Selatan 6,02 4,63 5,32
Kab. OKI 6,72 4,92 6,08
Kota Palembang 4,65 5,02 4,22
Jawa Barat 7,55 5,78 6,67
Kab. Kuningan 10,81 10,86 9,62
Kota Bandung 4,97 3,50 4,23
NTT 8,20 6,26 7,23
Kab. Flores Timur 6,83 5,58 6,16
Kab. Timor Tengah Utara 7,03 4,95 5,99
Sumber data: Indikator untuk propinsi diambil dari SUSENAS 2004.
Karena sampel yang terlalu kecil perhitungan untuk tingkat kabupaten
dilakukan melalui rata-rata dari penggabungan antara Susenas 2003
dan 2004 (Badan Pusat Statistik dan UNFPA, 2005)

b. ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB)

Konsep Dasar

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum
berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis
besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.

Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian
bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh
faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama kehamilan.

Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi
setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor
yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Kegunaan

Kegunaan Angka Kematian Bayi dan Balita


Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka
kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan
berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal
disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-
program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan
program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan
anti tetanus.

Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian
Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program
pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan
pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.

Definisi

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun,
per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

Cara Menghitung

Dimana:

AKB = Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR)

D 0-<1th =Jumlah Kematian Bayi (berumur kurang 1 tahun) pada satu tahun tertentu di daerah
tertentu.

∑lahir hidup = Jumlah Kelahiran Hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu (lihat
modul fertilitas untuk definisi kelahiran hidup).

K = 1000

Sumber Data
Data mengenai jumlah anak yang lahir jarang tersedia dari pencatatan atau registrasi
kependudukan, sehingga sering dibuat perhitungan/estimasi tidak langsung dengan program
“Mortpak 4”. Program ini menghitung AKB berdasarkan data mengenai jumlah Anak yang
Lahirkan Hidup (ALH) atau Children Ever Born (CEB) dan Jumlah Anak Yang Masih Hidup
(AMH) atau Children Still Living (CSL) (catatan: lihat definisi di modul fertilitas).

Contoh

Dari Susenas 2004 hasil perhitungan AKB dengan Mortpak 4 adalah adalah 52 per 1000
kelahiran dengan referensi waktu Mei tahun 2002. Artinya di Indonesia pada tahun 2002,
diantara 1000 kelahiran hidup ada 52 bayi yang meninggal sebelum usia tepat 1 tahun.

Tabel 2. AKB menurut Propinsi dan Kabupaten, tahun 2002,


Sumber: Susenas 2003 dan 2004 (BPS dan UNFPA, 2005)
Propinsi/Kabupaten AKB Laki-laki AKB perempuan
Sumatera Selatan 44,59 33,45
Kab. OKI 49,48 37,12
Kota Palembang 26,68 20,02
Jawa Barat 52,00 39,01
Kuningan 53,71 40,29
Kota Bandung 26,28 19,72
NTT 56,00 42,01
Flores Timur 53,14 39,86
Timor Tengah Utara 57,14 42,87

Angka Kematian Bayi dibagi menjadi dua :

1) Angka Kematian NeoNatal

Definisi

Angka Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan
atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

Rumus
dimana:

Angka Kematian Neo-Natal =Angka Kematian Bayi umur 0-<1bulan

∑D 0-<1bulan =Jumlah Kematian Bayi umur 0 – kurang 1 bulan pada satu tahun tertentu di
daerah tertentu.

∑lahir hidup = Jumlah Kelahiran hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu

K = 1000

2) Angka kematian Post Neo-natal

Definisi

Angka Kematian Post Neo-natal atau Post Neo-natal Death Rate adalah kematian yang
terjadi pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai dengan kurang 1 tahun per 1000
kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

Rumus

Angka Kematian Post Neo-Natal = angka kematian bayi berumur 1 bulan sampai
dengan kurang dari 1 tahun

∑D 1bulan-<1tahun = Jumlah kematian bayi berumur satu bulan sampai dengan kurang dari 1
tahun pada satu tahun tertentu & daerah tertentu

∑lahir hidup = Jumlah kelahiran hidup pada satu tahun tertentu & daerah tertentu

K = konstanta (1000)

c. ANGKA KEMATIAN ANAK

Konsep

Yang dimaksud dengan anak (1-4 tahun) disini adalah penduduk yang berusia satu sampai
menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4 tahun 11 bulan 29 hari.
Angka Kematian Anak mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang langsung
mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Angka Kematian Anak akan tinggi bila terjadi
keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya
prevalensi penyakit menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar
rumah (Budi Utomo, 1985).

Definisi

Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun
tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi Angka Kematian
Anak tidak termasuk kematian bayi.

Rumus

Dimana:

Jumlah kematian Anak (1-4)th =Banyaknya kematian anak berusia 1-4 th (yang belum tepat
berusia 5 tahun) pada satu tahun tertentu di daerah tertentu.

Jumlah Penduduk (1-4) th =jumlah penduduk berusia 1-4 th pada pertengahan tahun tertentu
didaerah tertentu

K = Konstanta, umumnya 1000.

Contoh

Seperti pada perhitungan Angka Kematian Bayi, perhitungan Angka Kematian Anak saat ini
juga terpaksa memanfaatkan program Mortpak Lite. Dari data Susenas 2004 diperoleh
perkiraan Angka Kematian Anak 1-4 tahun sebesar 18 per 1000 anak berusia (1- 4) tahun
dengan referensi waktu Mei 2002. Artinya pada pertengahan 2002 diantara 1000 anak yang
berumur antara 1 sampai 4 tahun, 11 bulan 29 hari, 18 orang diantaranya tidak dapat
mencapai usia tepat 5 tahun.
d. ANGKA KEMATIAN BALITA

Konsep

Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia
0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan
notasi 0-4 tahun.

Definisi

Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun
tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi)

Cara Menghitung

Dimana:

Jumlah Kematian Balita (0-4)th = Banyaknya kematian anak berusia 0-4 th pada satu
tahun tertentu di daerah tertentu

Jumlah Penduduk Balita (0-4)th = jumlah penduduk berusia 0-4 th pada pertengahan tahun
tertentu di daerah tertentu

K = Konstanta, umumnya 1000.

Contoh

Perhitungan dengan Mortpak dari data Susenas 2004 memeroleh perkiraan Angka Kematian
Balita sebesar 74 per 1000 balita, dengan referensi waktu Mei 2002. Artinya, pada tahun
2002 setiap 1000 balita (umur 0 sampai 4 thn 11 bln 29 hari) pada tahun 2002, 74 anak
diantaranya tidak akan berhasil mencapai umur tepat lima tahun.
Tabel 5. Angka Kematian Anak dan Balita Untuk Periode
10 tahun sebelum Survai Menurut Karakteristik Ekonomi
dan Sosial
Latar Belakang A.Kematian Anak A. Kematian Balita
Tempat Tinggal

Perkotaan 11 42

Perdesaan 13 65
Pendidikan Ibu

Tidak Sekolah 25 90

Tidak Tamat SD 16 80

Tamat SD 11 54

Tdk Tamat SMP 11 47

Tamat SMP+ 5 28
Indeks Kekayaan

Terbawah 17 77

Menengah Bawah 15 64

Menengah 12 56

Menengah atas 9 45

Teratas 5 22
Sumber Data: Dihitung secara langsung dari SDKI 2002-
2003, untuk periode 10 tahun sebelum survai.
e. ANGKA KEMATIAN IBU

Konsep

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu
42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat
persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya,
tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).

Definisi

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau
selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan,
yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab
lain, per 100.000 kelahiran hidup.

Kegunaan

Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk pengembangan program


peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan
yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah
kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistim rujukan dalam penanganan
komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran,
yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat
kesehatan reproduksi.

Cara Menghitung

Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000
kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum. Dengan
cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000 kelahiran
Rumus

Dimana:

Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan
karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di
daerah tertentu.

Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu, di
daerah tertentu.

Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.

Contoh

Berdasarkan data SDKI 2002 – 2003, Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality
Ratio(MMR) di Indonesia untuk periode tahun1998-2002, adalah sebesar 307 per 100.000
kelahiran hidup.

Keterbatasan

AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang besar, mengingat
kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang. Oleh karena itu kita umumnya
dignakan AKI yang telah tersedia untuk keperluan pengembangan perencanaan program.

f. ANGKA HARAPAN HIDUP

Konsep Dasar

Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya
dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya
perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan
meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan
kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan
dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.
Definisi

Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan
dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu,
dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.

Angka Harapan Hidup Saat Lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi
yang baru lahir pada suatu tahun tertentu.

Kegunaan

Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan
pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan
program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan,
kecukupan gisi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.

Cara Menghitung

Idealnya Angka Harapan Hidup dihitung berdasarkan Angka Kematian Menurut Umur (Age
Specific Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan registrasi kematian secara
bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat Tabel Kematian. Tetapi karena sistem
registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan dengan baik maka untuk menghitung Angka
Harapan Hidup digunakan cara tidak langsung dengan program Mortpak Lite.

Contoh

Angka Harapan Hidup yang terhitung untuk Indonesia dari Sensus Penduduk Tahun 1971
adalah 47,7 tahun. Artinya bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1971 (periode 1967-
1969) akan dapat hidup sampai 47 atau 48 tahun. Tetapi bayi-bayi yang dilahirkan menjelang
tahun 1980 mempunyai usia harapan hidup lebih panjang yakni 52,2 tahun, meningkat lagi
menjadi 59,8 tahun untuk bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1990, dan bagi bayi yang
dilahirkan tahun 2000 usia harapan hidupnya mencapai 65,5 tahun. Peningkatan Angka
Harapan Hidup ini menunjukkan adanya peningkatan kehidupan dan kesejahteraan bangsa
Indonesia selama tiga puluh tahun terkahir dari tahun 1970-an sampai tahun 2000.
Tabel 6. Angka Harapan Hidup Saat Lahir Menurut Beberapa Propinsi
dan Kabupaten/Kota, yang dihitung dari data Susenas 2004 memakai
program Mortpak4.
Propinsi/Kabupaten Angka Harapan Angka Harapan
Hidup Laki-laki Hidup Perempuan
Sumatera Selatan 65,5 69,5
Kab. OKI 64,4 68,5
Kota Palembang 69,9 73,5
Jawa Barat 63,8 68,0
Kab. Kuningan 63,4 67,7
Kota Bandung 70,0 73,6
NTT 62,9 67,2
Kab. Flores Timur 63,5 67,8
Kab. Timor Tengah Utara 62,6 67,0

2.4 Cara Pengukuran Angka Kematian


Ada beberapa cara pengukuran angka kematian diantaranya adalah:
1. Angka Kematian Penyebab khusus: (AKP) jumlah seluruh kematian karena penyebab
dalam satu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena
penyakit tersebutdalam persen atau permil.
Rumus:
AKPK = Pt/P x k

AKPK = jumlah seluruh kematian karena penyakit tertentu X 100%


P = Jumlah penduduk yang mungkin terkena
Pt = Penyakit tertentu pada pertengahan tahun

2. Angka Kasus Fatal: jumlah seluruh kematian karena satu penyebab dalam jangka waktu
tertentu dibagi denganjumlah seluruh penderita pada waktu yang sama dalam persen atau
permil.
Rumus:
AKF = Pf/P x 100%
P = Jumlah seluruh kematian
Pf = Jumlah kematian karena penyakit tertentu
AKF = X 100%
3. Angka Kematian Neonatal: (AKN) adalah jumlah angka kematian bayi usia dibawah usia
28 hari pada jangka waktu (satu tahun) dibagi jumlah kelahiran hidup pada jangka waktu
tahun yang sama dalam persen atau permil.

4. Angka Kematian Ibu: jumlah kematian ibu karena kehamilan, persalinan, dan nifas dalam
satu tahun dibagi denganjumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama dengan persen atau
permil.
Rumus:
AKI = Pf/P x 100

AKI = Jumlah kematian ibu karena kehamilan, kelahiran dan nifas X100
P = Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

5. Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate)


adalah banyaknya kematian pada tahun tertentu, tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun.
CDR = D/P x 100
Dimana :
D = jumlah kematian pada tahun X
Pm = jumlah penduduk pada pertengahan tahun x
k = konstanta 1000

6. Tingkat Kematian Menurut Umur ( Age Specific Death Rate )


adalah jumlah kematian penduduk pada tahun tertentu berdasarkan klasifikasi umur tertentu.
Dimana :
ASDR = Di/Pmi x k
Di = Jumlah kematian pada kelompok umur (i)
Pmi = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun pada kelompok umur (i)
k = Angka konstan (1000)
7. Tingkat Kematian Bayi { Infant Death Rate (IDR) /Infat Mortality Rate (IMR)
IMR = D0/B x 1000
Dimana :
Do = Jumlah kematian bayi pada tahun tertentu
B = Jumlah lahir hidup pada tahun tertentu
k = bilangan konstan (1000)

Karakter kelompok penduduk yang mempengaruhi Crude Death Rate (CDR) :


1. Antara penduduk daerah pedesaan dandaerah perkotaan.
2. Penduduk dengan lapangan pekerjaan yang berbeda.
3. Penduduk dengan perbedaan pendapatan.
4. Perbedaan jenis kelamin.
5. Penduduk dengan perbedaan status kawin.

2.5 Pengaruh Mortalitas Terhadap Kesehatan Masyarakat

Di dalam studi ilmu kependudukan terdapat sebuah komponen yang ikut mempengaruhi
laju pertumbuhan penduduk di suatu wilayah yaitu kematian atau mortalitas. Peristiwa
kematian dapat disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah kesehatan. Suatu korelasi
timbal balik antara mortalitas dengan kesehatan masyarakat ada dua macam, yaitu korelasi
yang bersifat positif atau menguntungkan maupun korelasi yang bersifat negative atau
merugikan.
Korelasi yang bersifat positif atau menguntungkan antara mortalitas dengan kesehatan
masyarakat adalah dengan adanya mortalitas maka kelajuan pertumbuhan penduduk yang
tidak dapat terkendali dapat ditekan dan secara otomatis kepadatan penduduk pun dapat
berkurang sehingga terjadi pula perubahan fungsi lahan yang semula untuk perumahan
menjadi fungsi lain yang lebih bermanfaat misalnya pertanian, lahan perkebunan, sumber
lapangan pekerjaan, dan lain-lain. Dengan demikian kesejahteraan penduduk akan semakin
meningkat begitu pula derajat kesehatan masyarakat. Sebagai ilustrasi pada suatu wilayah
yang padat penduduknya maka letak bangunan yang satu dengan lainnya saling berhimpitan
sehingga menimbulkan banyak permasalahan kesehatan, seperti sanitasi yang kurang
memadai, kurangnya lahan sumber oksigen (tumbuh-tumbuhan), dan sebagainya.
Korelasi yang bersifat negative atau merugikan antara mortalitas dengan kesehatan
masyarakat adalah terkait penyebab kematian di suatu wilayah itu sendiri. Dalam studi ilmu
kesehatan masyarakat dipelajari berbagai faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat atau lebih dikenal dengan teori H.L. Blum, diantaranya adalah karena faktor
perilaku individu atau masyarakat, pelayananan kesehatan, lingkungan, dan genetik.
Kematian dapat disebabkan karena perilaku dan pola hidup yang tidak bersih dan sehat
sehingga menimbulkan penyakit, apabila penyakit tersebut menyebar ke masyarakat maka
dapat terjadi kematian penduduk dalam jumlah yang banyak. Kedua, kematian dapat
disebabkan oleh pelayanan kesehatan yang kurang memadai, hal ini terkait dengan kebijakan
kesehatan yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti adanya penyelewengan dana penyediaan
alkes, pembagian jamkesmas yang tidak merata dan sesuai sasaran menyebabkan terjadinya
kematian penduduk terutama penduduk yang ada di bawah garis kemiskinan. Ketiga, banyak
penyakit yang bersumber dari lingkungan. Misalnya, lingkungan yang kumuh memiliki
sedikit sumber oksigen (tumbuh-tumbuhan), sedikitnya lahan untuk membuang sampah
rumah tangga sehingga mencemari tanah, air, dan udara. Keempat, banyaknya kematian juga
dipengaruhi oleh factor genetic, di mana seorang bayi yang lahir cacat bahkan meninggal
dunia dapat diakibatkan oleh gen orang tua yang mengandungnya, misalnya sang orang tua
tidak gemar mengkonsumsi nutrisi yang baik bagi kandungannya atau terdapat penyakit
keturunan yang dibawa oleh orang tuanya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ukuran kematian merupakan angka atau indeks, yang di pakai sebagai dasar untuk
menentukan tinggi rendahnya tingkat kematian suatu penduduk. Ada berbagai macam ukuran
kematian, mulai dari yang paling sederhana sampai yang cukup kompleks.
2. Cara mengetahui sumber data kematian dapat diperoleh dari berbagai macam sumber,
antara lain registrasi fital dan sensus dan survey penduduk.
3. Ada beberapa cara pengukuran angka kematian diantaranya adalah Angka Kematian
Penyebab khusus (AKP), Angka Kasus Fatal, Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka
Kematian Ibu, Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate), Tingkat Kematian Menurut
Umur ( Age Specific Death Rate ), Tingkat Kematian Bayi -Infant Death Rate (IDR) /Infat
Mortality Rate (IMR).
4. Korelasi yang bersifat positif atau menguntungkan antara mortalitas dengan kesehatan
masyarakat adalah dengan adanya mortalitas maka kelajuan pertumbuhan penduduk yang
tidak dapat terkendali dapat ditekan dan secara otomatis kepadatan penduduk pun dapat
berkurang sehingga terjadi pula perubahan fungsi lahan yang semula untuk perumahan
menjadi fungsi lain yang lebih bermanfaat.
5. Korelasi yang bersifat negative atau merugikan antara mortalitas dengan kesehatan
masyarakat adalah terkait penyebab kematian di suatu wilayah itu sendiri. Dalam studi ilmu
kesehatan masyarakat dipelajari berbagai faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat atau lebih dikenal dengan teori H.L. Blum, diantaranya adalah karena faktor
perilaku individu atau masyarakat, pelayananan kesehatan, lingkungan, dan genetik.
DAFTAR PUSTAKA

Barclay, G.W. 1970. Techniques of population Analysis. John Wiley dan Sons, Inc. New York,
London, Sidney, Eight Printing.
Palmore, J.A. 1971. Measuring Mortality : a self teaching guide to elementary measures, papers of
the East – west population Institute No. 15. Honolulu, Hi.
Pollard, A.H. Yusuf, F. , pollard, G.N. 1974. Demographic Techniques. pergamon press Australia.
Diaksesdariwebsite
https://dinfannia.wordpress.com/2011/03/17/31/
http://balatbangbengkulu.files.wordpress.com/2010/06/mortalitas_bkkbn07.pdf
http://www.bps.go.id
http://bkkbn.go.id
HASIL NOTULEN

1. Pertanyaan dari kelompok 2 dan 17:

a) Bagaimana cara menganggulangi kematian dalam rahim(intra uterin) oleh peran peran
perawat sebagai tenaga kesehatan?

Jawaban dari kelompok 17:

1) Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi sebagai upaya mencegah terjadinya


kematian ibu dan anak
2) Melakukan senantiasa hidup sehat
3) Perlunya pemerataan fasilitas kesehatan di daerah terpencil, sekaligus selalu
memiliki tenaga kesehatan yang memadai untuk melakuka peemerikasaan
kehamilan dan bantuan persalinan kepadda ibu melahirkan
4) Memberikan pengetahuan dan menyadarkan masyarakat tentang pencegahan
angka kematian bayi di indonesia
5) Mencegah & mengatasi masalah kelaparan & kurang gizi yang menimpa ibu
hamil yang membutuhkan banyak asupan makanan sehat,dll.

b) Apa yang dimaksud dengan korelasi positif dan korelasi negatif beserta contohnya?

jawaban dari kelompok 2:

Korelasi yang bersifat positif atau menguntungkan antara mortalitas dengan kesehatan
masyarakat adalah dengan adanya mortalitas maka kelajuan pertumbuhan penduduk yang
tidak dapat terkendali dapat ditekan dan secara otomatis kepadatan penduduk pun dapat
berkurang sehingga terjadi pula perubahan fungsi lahan yang semula untuk perumahan
menjadi fungsi lain yang lebih bermanfaat misalnya pertanian, lahan perkebunan, sumber
lapangan pekerjaan, dan lain-lain.Sebagai ilustrasi pada suatu wilayah yang padat
penduduknya maka letak bangunan yang satu dengan lainnya saling berhimpitan sehingga
menimbulkan banyak permasalahan kesehatan, seperti sanitasi yang kurang memadai,
kurangnya lahan sumber oksigen (tumbuh-tumbuhan), dan sebagainya.
Korelasi yang bersifat negative atau merugikan antara mortalitas dengan kesehatan
masyarakat adalah terkait penyebab kematian di suatu wilayah itu sendiri. Misalnya,
lingkungan yang kumuh memiliki sedikit sumber oksigen (tumbuh-tumbuhan), sedikitnya
lahan untuk membuang sampah rumah tangga sehingga mencemari tanah, air, dan udara.
Keempat, banyaknya kematian juga dipengaruhi oleh factor genetic, di mana seorang bayi
yang lahir cacat bahkan meninggal dunia dapat diakibatkan oleh gen orang tua yang
mengandungnya, misalnya sang orang tua tidak gemar mengkonsumsi nutrisi yang baik
bagi kandungannya atau terdapat penyakit keturunan yang dibawa oleh orang tuanya.
2. pertanyaan dari kelompok 5 dan 16:
a). Apa faktor kesehatan yang menyebabkan tingginya tingkat mortalitas di indonesia apa
kiat-kiat yang telah dilakukan pemerintah dan tenaga kesehtan di indonesia?
Jawaban dari kelompok 16:
1) Faktor penyebab tingginya tingkat mortalitas di indonesia adalah kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan contohnya adanya penyakit infeksi,stroke
dan jantung koroner yang menyakiti kesehatan masyarakat di indonesia,pemanfaatan
sarana dan prasarana yang belum optimal.
2) Kiat-kiat yang telah dilakukan pemerintah dan tenaga kesehatan adalah memberikan
pelayanan kesehatan yang baik dengan cara membangun rumah sakit dengan srana
dan prasarana yang lengkap,dengan memberikan pelayanan kesehatan yang gratis
contohnya BPJS untuk masyarakat yang tidak mampu agar massyarakat tersebut bisa
berobat.
b). Apa contoh peran tenaga kesehatan dalam menurunkan angka kematian di indonesia?
Jawaban dari kelompok 5:
Contoh peran tenaga kesehatan dalam menurunkan angka kematian di indonesia salah
satunya yaitu berkaitan dengan kondisi kesehtan ibu dan bayi saat ini angka kematian ibu dan
bayi di indonesia masih relatif tinggi dibandingkan negara lain jadi peran perawat dalam
menurunkannya adalah dengan menyediakan promkes kepada masyarakat dan menyediakan
akses kesehatan khusus untuk ibu dan bayi .

3. pertanyaan dari kelompok 11 dan 14


a). Apa pengaruh mortalitas terhadap kesehtan masyarakat?
Jawaban dari kelompok 14:
Di dalam studi ilmu kependudukan terdapar sebua komponen yang ikut mempengaruhi
laju pertumbuhan penduduk di suatu wilayah yaitu kematian atau mortalitas, peristiwa
kematian dapat disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah kesehatan. suatu korelasi
timbal balik antara mortalitas dengan kesehatan masyrakat.
b). Apa pengertian angka kematian khusus dan contohnya?
Jawaban dari kelompok 11:
Angka kematian khusus adalah angka yang meunjukkan banyakknya kematian dari 1.000
penduduk usia tertentu dalam waktu setahun.contohnya adalah penduduk uisa tertentu yang
dimaksud adalah penduduk usia balita dan penduduk usia lanjut,serta penduduk kelompok
usia tertentu yang mempunyai risiko kematian tinggi.
4. pertanyaan dari kelompok 12 dan 8
a). Apa yang dimaksud angka kematian kasar dan peran perawat dalam
menanggulaninya?
Jawaban dari kelompok 8:
Angka kematian kasar adalah angka yang menunjukkan banyakknya kematian per 1000
penduduk pada pertengan tahun tertentu,di suatu wilayah tertentu.
1) Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi sebagai upaya mencegah terjadinya
kematian ibu dan anak
2) Melakukan senantiasa hidup sehat
3) Perlunya pemerataan fasilitas kesehatan di daerah terpencil, sekaligus selalu
memiliki tenaga kesehatan yang memadai untuk melakuka peemerikasaan
kehamilan dan bantuan persalinan kepadda ibu melahirkan
4) Memberikan pengetahuan dan menyadarkan masyarakat tentang pencegahan
angka kematian bayi di indonesia
5) Mencegah & mengatasi masalah kelaparan & kurang gizi yang menimpa ibu
hamil yang membutuhkan banyak asupan makanan sehat,dll.

b). Apa faktor pendukung terjadinya angka kematian anak di suatu wilayah?bagaimna
peran perawat dalam menganggulannginya?
Jawaban dari kelompok 12:
Faktor pendukung terjadinya angka kematian anak adalah
1. kualitas kesehatan di suatu wilayah tersebut rendah
2. aksebilitas layanan di suatu wilayah tersebut rendah
3. pola kehidupan tidak sehat seperti makan makanan cepat saji
4. adanya suatu penyakit atau wabah yang menyebar
5. terjadinya bencana alam
6. terjadinya kecelakaan
7. adanya tingkat bunuh diri yang tinggi
8. kurangnya kesadaran tentang hidup sehat itu menyenangkan
Cara untuk mengnggulanginya
1. membangun fasilitas kesehaatan yang memadai dan merata
2. menerapkan hidup sehat atau meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan pribadi
dan lingkungan
Penguatan dari kelompok 7

Angka kematian kasar adalah angka yang menunjukkan banyak nya kematian per 1000
penduduk pada pertengan tahun tertentu,di suatu wilayah tertentu.
1) Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi sebagai upaya mencegah terjadinya
kematian ibu dan anak
2) Melakukan senantiasa hidup sehat
3) Perlunya pemerataan fasilitas kesehatan di daerah terpencil, sekaligus selalu
memiliki tenaga kesehatan yang memadai untuk melakuka peemerikasaan
kehamilan dan bantuan persalinan kepadda ibu melahirkan
4) Memberikan pengetahuan dan menyadarkan masyarakat tentang pencegahan
angka kematian bayi di indonesia
5) Mencegah & mengatasi masalah kelaparan & kurang gizi yang menimpa ibu
hamil yang membutuhkan banyak asupan makanan sehat,dll.

Anda mungkin juga menyukai