Anda di halaman 1dari 80

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tahunan Perawat Ponkesdes Desa Beluk Ares Yang di susun oleh:
Nama : Ach Wiyono Sanusi, A.Md.Kep
NITK : 35290410043
Jabatan : Perawat Ponkesdes
Telah diperiksa dan dikonsultasikan kepada kepala UPT Puskesmas Ambunten
dan Perawat Koordinator Puskesmas Ambunten.
Telah disetujui dan disahkan pada tanggal 11 januari 2017

Mengetahui
Perawat Koordinator Kepala UPT Puskesmas Ambunten

Moh Hasin, A.Md.Kep dr.Hj Ariyanis Rasdyahati, M.Kes


NIP: 19720502 199803 1 017 NIP: 1979011 200901 2 003
Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa selesainya
makalah ini yang berjudul Laporan Tahunan Perawat Ponkesdes Tahun 2016,
Atas dukungan moral dan materi yang di berikan penyusunan makalah ini, maka
saya mengucapkan banyak terimah kasih kepada :

1. dr.Hj Ariyanis Rasdyahati, M.Kes Selaku Kepala UPT Puskesmas


Ambunten, Yang memberikan bimbingan, Saran, Ide dan kesempatan
menggunakan fasilitas yang ada di UPT Puskesmas Ambunten.
2. Moh Hasin, A.Md.Kep, Selaku Koordinator perawat di UPT Puskesmas
Ambunten, yang memberikan bimbingan dan dorongan masukan kepada
saya.
3. Salehoddin, Selaku kepala Desa Beluk Ares yang memberikan kesempatan
menggunakan fasilitas yang ada di Desa Ambunten Barat .

Saya menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna, Oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan dibutuhkan untuk
menyempurnakan makalah ini.
LAPORAN TAHUNAN
PERAWAT PONKENDES TAHUN 2016
PONKESDES DESA BELUK ARES

Oleh:
Ach Wiyono Sanusi, A.Md.Kep
NITK: 35290410043

DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS AMBUNTEN


KABUPATEN SUMENEP
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 . Latar belakang


UUD 1945 hasil amandemen Pasal 28 H ayat (1) mengamanatkan kepada
kita, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Tahun 2012 menyebutkan antara lain
bahwa pelaksanaan SKN ditekankan pada peningkatan perilaku dan kemandirian
masyarakat, profesionalisme sumber daya manusia kesehatan, serta upaya
promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik pasal 15 mengamanatkan bahwa Penyelenggara Pelayanan
Kesehatan berkewajiban menyusun dan menetapkan standar pelayanan agar
pelayanan dapat dilaksanakan sesuai dengan standar serta penyelenggara dapat
memberikan pertanggung jawaban terhadap pelayanan yang diselenggarakan.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development
Goals (SDGs) merupakan komitmen global dan nasional dalam upaya
menyejahterakan masyarakat yang mencakup 17 tujuan dengan tujuan ketiga
adalah Hidup Sehat dan Sejahtera. Upaya pencapaian target TPB menjadi
prioritas pembangunan nasional, yang memerlukan sinergi kebijakan
perencanaan di tingkat nasional dan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 mengamanatkan adanya akselerasi pemenuhan akses
pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, dan lanjut usia yang berkualitas.
Mempercepat perbaikan gizi masyarakat. Meningkatkan pengendalian penyakit
dan penyehatan lingkungan. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang
berkualitas. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran, dan mutu sumber daya
manusia kesehatan serta meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat.
Berpijak pada visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Jawa Timur 2005-2025, maka periode 2014-2019 merupakan
pembangunan jangka menengah tahap ketiga dengan berlandaskan pelaksanaan,
pencapaian, dan sebagai keberlanjutan pembangunan tahap pertama dan kedua.
Visi pembangunan Jawa Timur yang ingin diwujudkan pada periode 2014-2019
adalah "Jawa Timur Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berdaya Saing, dan
Berakhlak". dengan misi "Makin Mandiri dan Sejahtera bersama Wong Cilik".
Untuk mewujudkan Visi Pembangunan di Jawa Timur tersebut, perlu
dilakukan pendekatan akses dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi tingginya di Jawa Timur. Salah satu programnya adalah
pengembangan Pondok Bersalin Desa (Polindes) menjadi Pondok Kesehatan Desa
(Ponkesdes).

A. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular;


2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 sebagai Perubahan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN;
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Pedoman
Penanggulangan Wabah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahuh 2014 tentang Kesehatan Reproduksi;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan;
14. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional;
15. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/MENKES/PER/IX/1989
tentang Persetujuan Tindakan Medik;
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008
tentang Rekam Medik;
17. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor Hk.02.02/MENKES/148/I/2010
tentang Ijin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat;
18. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum;
19. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1464/MENKES/PER/X/I/2010
tentang Ijin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan;
20. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2052/MENKES/PER/X/2011
tentang Ijin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
21. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI
Nomor 15 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan;
22. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat;
23. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor25 Tahun 2014 tentang Upaya
Kesehatan Anak;
24. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor30 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
25. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial;
26. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 66 Tahun 2014 tentang Pemantauan
Pertumbuhan, Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak;
27. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas;
28. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah
Melahirkan, Penyelenggaraan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual;
29. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 13 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan;
30. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 46Tahun 2015 tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik
Mandiri Dokter Gigi;
31. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 71 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular;
32. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
33. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 44Tahun 2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas;
34. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Bidan;
35. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa
Timur Tahun 2014 – 2019;
36. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 7 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
37. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2015 tentang Upaya
Kesehatan;
38. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pondok
Kesehatan Desa (Ponkesdes) di Jawa Timur.

B. Pengertian

1. Standar Pondok Kesehatan Desa ( Ponkesdes ) adalah ukuran baku dan tolok
ukur yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pelayanan dan penilaian
kualitas pelayanan kesehatan di Ponkesdes.
2. Ponkesdes adalah sarana pelayanan kesehatan yang berada di desa atau
kelurahan yang merupakan pengembangan dari Pondok Bersalin Desa
(Polindes) sebagai jaringan Puskesmas dengan tenaga minimal perawat dan
bidan dalam rangka mendekatkan akses dan meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan.
3. Polindes (Pondok Bersalin Desa) adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat yang berada di desa yang memberikan pelayanan kesehatan Ibu,
Anak dan Keluarga Berencana yang dilaksanakan oleh Bidan.
4. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tersedianya standar penyelenggaraan Ponkesdes sehingga tercapai
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, efektif dan efisien agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat di desa/ kelurahan yang optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya Standar Administrasi dan Manajemen Ponkesdes;
b. Tersedianya Standar Sumber Daya Ponkesdes;
c. Tersedianya Standar Upaya Pelayanan Kesehatan Ponkesdes;
d. Tersedianya Standar Pencatatan Pelaporan Ponkesdes;
e. Tersedianya Standar Monitoring dan Evaluasi Ponkesdes.
D. Manfaat

Dengan tersedianya Standar Ponkesdes maka dapat diperoleh manfaat sebagai


berikut:
1 . Bagi Masyarakat
Sebagai acuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar;
2. Bagi Petugas Ponkesdes
Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Ponkesdes;
3. Bagi Puskesmas
Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan, monitoring dan evaluasi
pelayanan kesehatan di desa;
4 Bagi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
a. Sebagai acuan dalam mengukur kinerja pelayanan kesehatan di
Ponkesdes;
b. Sebagai acuan dalam penentuan kebijakan di Ponkesdes.;
c. Sebagai acuan dalam perencanaan program dan anggaran.

E. Ruang lingkup

Ruang lingkup Standar Ponkesdes meliputi,


1. Administrasi dan manajemen termasuk kelembagaan,visi,misi dan tujuan
yang merupakan arah strategi Ponkesdes, prosedur pelayanan,biaya/tarif, jenis
pelayanan, indikator kinerja, uraian tugas,perencanaan kegiatan, rekam
medik, SOP, informed consent, tugas limpah dan hak serta kewajiban pasien;
2. Sumber daya, meliputi bangunan, pembiayaan, peralatan,obat-obatan dan
sumber daya manusia;
3. Upaya pelayanan kesehatan di Ponkesdes meliputi Upaya Pelayanan
Kesehatan Wajib dan Pengembangan;
4. Pencatatan pelaporan,meliputi pencatatan dan mekanisme pelaporan;
5. Monitoring dan evaluasi,dan
6. Penilaian Standar.
I.2. Analisa Situasi
A. DATA SOSIODEMOGRAFI
I. 2. 1 Wilayah Desa Beluk Ares
II. LUAS DESA : 12.732.951 M2

III. JARAK KE IBU KOTA DESA : 1.000 M


Waktu tempuh ke Ibu Kota Desa : 0,25 Jam
Jarak ke Ibu Kota Kabupaten : ± 35.000 m
Waktu tempuh ke Kabupaten : 5 jam

IV. KONDISI GEOGRAFIS


Batasa Desa sebelah timur :Desa Beluk Kenek
Batas Desa sebelah selatan :Desa Beluk Kenek
Batas Desa Sebelah Barat : Desa Campor Timur
Batas Desa sebelah utara : Pantai

V. KEPENDUDUKAN
Jumlah dusun : 3 dusun
Jumlah RW : 9 RW
Jumlah RT : 35 RT
Jumlah Penduduk : 8.337 jiwa
Laki-laki : 3.863 jiwa
Perempuan : 4.474 jiwa
Jumlah KK : 2.849 KK
Jumlah KK Kaya : 454 KK
Jumlah KK Sedang : 957 KK
Jumlah KK Miskin (RTM) : 1.438 KK

Tingkat Ekonomi

16%
50%
KK Kaya
34%
KK Sedang
KK Miskin
A. MATA PENCAHARIAN
B. Petani : 2.484 orang
C. Pedagang : 1.245 orang
D. Peternak : 2.325 orang
E. Pegawai Negeri Sipil : 143 orang
F. TNI / POLRI : 14 orang
G. Pengrajin : 39 orang
H. Lain-lain : 1.275 orang

Mata Pencaharian
3,000

2,500

2,000

1,500

1,000

500

0
Petani Pedagang Peternak PNS TNI / Pengrajin Lain-lain
POLRI

Mata Pencaharian
VI. POTENSI SUMBER DAYA ALAM
A. Areal Pertanian
Tekhnis : 120 Ha
Semi Tekhinis : 21 Ha
Tadah Hujan : 300 Ha
Kering : 160 Ha
B. Perkebunan : 122 Ha
C. Sungai : 32,9 Ha
D. Tambang / galian : 20 Ha

VII. POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA


A. Tidak Sekolah : 2.118 orang
B. Tamat SD : 3.231 orang
C. Tamat SLTP : 2.585 orang
D. Tamat SLTA : 2.084 orang
E. Tamat S1, S2 : 437 orang

Tingkat Pendidikan
3,500
3,231

3,000
2,585
2,500
2,118 2,084
2,000

1,500 Tingkat Pendidikan

1,000

437
500

0
Tidak Tamat SD Tamat SLTP Tamat Tamat S1,
Sekolah SLTA S2
I.2.2 Sasaran

Kiasifikasi JumIah

Pra Iansia 1.378


Lansia 1.251
Remaja (10-14 th) 464
Remaja (15-18 th) 465
SMP keIas 1 91
SMP keIas 2 94
SMP keIas 3 94
SD KeIas 1 72

SD KeIas 2 94
SD KeIas 3 94
SD KeIas 4 94
SD KeIas 5 94
SD KeIas 6 94

I.2.3 Sarana – Prasarana


A. PRASARANA EKONOMI
A. Jalan tanah : 10.491 m
B. Jalan makadam : 8.132 m
C. Jalan aspal : 9.043 m
D. Jalan hotmix : 1.250 m
E. Irigasi teknis : 5.592 m
F. Irigasi teknis / semi teknis : 2.384 m
G. Pasar krempyeng : 2 buah
H. Pasar desa : 2 buah
I. Sumur bor / pompa : 5 buah

B. PRASARANA PENDIDIKAN
C. Taman Kanak-kanak : 4 buah
D. SD / MI : 12 buah
E. SLTP / MTS : 1 buah
F. SLTA / MA : 1 buah
G. TPA / TPQ : 31 buah
H. PRASARANA KESEHATAN (SUMBER DAYA MANUSIA DAN
SUMBER DAYA ALAT)
1. Sarana dan Prasarana kesehatan
2. Puskesmas : 1 unit
3. Posyandu : 3 unit
4. Perawat Desa : 1 petugas
5. Bidan desa : 1 petugas

6. PRASARANA LAINNYA
a. Tempat ibadah : 49 buah
b. Lapangan olah raga : 14 buah

39. ORGANISASI / KELEMBAGAAN YANG ADA DI DESA


a. Shalawatan
b. Remas Nurul Jannah
c. Remas Nurul Aula
d. Hadrah Al-Jannah
e. Hadrah Nurul Aula
f. Remas Al-Muttaqin
g. PKK
h. Hadrah Al-Hilal
BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

2. 1 Perencanaan

Setiap awal tahun Ponkesdes harus membuat perencanaan terlebih dahulu


dan kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan harus sesuai dengan rencana
kegiatan yang telah dibuat.Perencanaan kegiatan disampaikan pada
microplanning di Puskesmas
Pelaksanaan rencana kegiatan harus dievaluasi berdasarkan indikator yang
telah ditentukan:
1. P1: Perencanaan, meliputi penyusunan rencana lima tahunan dan penyusunan
rencana tahunan;
2. P2: Penggerakan dan Pelaksanaan;
3. P3: Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja.

2. 2 Pengorganisasian
Struktur Organisasi adalah bagan yang memperlihatkan tata hubungan
kerja antar bagian dan garis kewenangan diantara kepala Puskesmas, penanggung
jawab Puskesmas Pembantu, koordinator Ponkesdes dan pelaksana Ponkesdes.
Kedudukan dan tanggung jawab di Ponkesdes:
1. Ditinjau dari aspek administrasi, Ponkesdes adalah jaringan Puskesmas
dimana Koordinator Ponkesdes bertanggung jawab kepada Kepala
Puskesmas;
2. Ditinjau dari aspek teknis pelayanan kesehatan,Ponkesdes melaksanakan
pelayanan kesehatan wajib dan pengembangan, sesuai dengan kewenangan
dan kompetensinya.
STRUKTUR ORGANISASI PONKESDES

Kepala Puskesmas

Penanggung jawab Penanggung jawab


Puskesmas Pembantu
Ponkesdes

Pelaksana Pelaksana

Keterangan:
--------- Garis koordinasi
Garis pertanggung jawaban

2.3 Pelaksanaan Pelayanan


A. Rekam Medik
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008. Rekam medik adalah berkas yang berisikan catatan
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien (Contoh perencanaan kegiatan pada lampiran
7).
Rekam Medik merupakan data medik pasien tertulis, yang dapat
dipergunakan sebagai alat bukti yang sah menurut hukum,dan hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:

1. Rekam medik harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas;


2. Rekam medik harus sesuai standar yang ditetapkan menurut jenis pelayanan;
3. Rekam medik harus disediakan untuk setiap kunjungan;
4. Isi rekam medik untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan kesehatan
sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas pasien (nama, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,pekerjaaan);
b. Tanggal dan waktu;
c. Hasil anamnesa,mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit;
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
e. Diagnosis;
f. Rencana penatalaksanaan;
g. Pengobatan dan/atau tindakan;
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien; dan
i. Persetujuan tindakan bila diperlukan.
5. Perawat dan Bidan bertanggung jawab akan kebenaran dan ketepatan
pengisian rekam medik;
6. Setiap pemberian pelayanan kesehatan oleh para tenaga kesehatan wajib
disertai dengan pemberian catatan pada berkas rekam medik,dan
7. Pasien rujukan harus disertai dengan informasi alasan rujukan.

B. Standar Operasional Prosedur (SOP)

Standar Operasional Prosedur adalah suatu perangkat instruksi/langkah


yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu dengan
memberikan langkah-langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus
bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan untuk
membantu mengurangi kesalahan dan pelayanan sub standar dengan memberikan
langkah-langkah yang sudah diuji dan disetujui dalam melaksanakan berbagai
kegiatan.
Standar Operasional Prosedur keperawatan dan kebidanan bermanfaat
sebagai acuan dan dasar bagi perawat dan bidan dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan bermutu sehingga setiap tindakan dan kegiatan yang dilakukan
berorientasi pada budaya mutu. Selain hal tersebut standar dapat meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pekerjaan, dapat meningkatkan motivasi dan
pendayagunaan staf, dapat dipergunakan untuk mengukur mutu pelayanan
keperawatan dan kebidanan serta melindungi masyarakat dari pelayanan tidak
bermutu.
Perawat dan bidan wajib mempunyai dan melaksanakan SOP yang
disusun oleh Puskesmas setempat.Contoh SOP yang harus ada :
1. SOP Pengukuran Tekanan Darah (lampiran 8);
2. SOP Perawatan Luka (lampiran 9);
3. SOP Penyuluhan Kesehatan kepada Individu/Keluarga(lampiran 10);
4. SOP PenyelidikanEpidemiologi Penderita DBD(lampiran 11);
5. SOP Penimbangan Balita (lampiran 12);
6. SOP P2 TB dalam gedung Ponkesdes (lampiran 13);
7. SOP ANC, dilengkapi masing-masing SOP dari 10 T;
8. SOP Pertolongan Persalinan Normal;
9. SOP Melakukan Rujukan Gawat Darurat Maternal dan Neonatal;
10. SOP Pelayanan Nifas;
11. SOP Pelayanan Neonatal; dan
12. SOP lain yang digunakan Puskesmas dalam melaksanakan program sesuai
kewenangan.

C. Informed Consent (Persetujuan tindakan medik)

Persetujuan tindakan medik/informed consent adalah persetujuan yang


diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan
medik yang akan dilakukan
perawat dan bidan terhadap pasien.

1. Setiap tindakan medik yang mengandung risiko tinggi harus dengan


persetujuan tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan;
2. Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baik diminta
maupun tidak diminta.
3. Persetujuan/penolakan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan oleh
pasien setelah yang bersangkutan mendapat penjelasan secara lengkap dari
tenaga kesehatan
( lampiran 14 dan 15).

4. Bagi pasien dewasa yang menderita gangguan mental, persetujuan diberikan


oleh orang tua/wali.
5. Bagi pasien dibawah umur 21 (dua puluh satu) tahun dan tidak mempunyai
orang tua/wali dan atau orang tua/wali berhalangan,persetujuan diberikan oleh
keluarga terdekat.
6. Dalam hal pasien tidak sadar/pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga
terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat dan atau darurat yang
memerlukan tindakan medik segera untuk kepentingannya, tidak diperlukan
persetujuan dari siapapun.
2.3.1 Rencana Kerja Tahunan

2014
No Kegiatan Ket
Jan Peb Mar Aprl Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nop Des
1 Penyusunan Rencana Kegiatan Tahunan
2 Penyusunan Rencana Kegiatan Bulanan
3 Pelaksanaan Posyandu Lansia
4 Pertemuan rutin di Puskesmas
5 Pertemuan dengan pengurus PKK
6 Pembuatan Laporan Bulanan
Pembuatan Laporan Evaluasi Kinerja
7
Tahunan
8 Pembuatan Daftar Inventaris Barang

: Pertemuan Rutin di
: Penyusunan Rencana Kerja Tahunan Puskesmas : Pembuatan Evaluasi Kinerja Tahunan

` : Penyusunan Rencana Kerja Bulanan : Pertemuan PKK : Pembuatan Inventaris Barang


: Pelaksanaan Posyandu Lansia : Pembuatan Laporan
Bulanan
2.3.2 Program Kesehatan Lingkungan

A. Pelayanan Promosi Kesehatan


a. Deskripsi
Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya
sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat sesuai sosial budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Tujuan promosi kesehatan adalah agar masyarakat mau dan mampu menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)rumah tangga
yang diharapkan adalah 10 (sepuluh) indikator rumah tangga sehat meliputi: pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eksklusif, menimbang bayi atau Balita,
menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban
sehat, memberantas jentik di rumah, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktifitas fisik
setiap hari serta tidak merokok di dalam rumah.
Jenis komunikasi dalam promosi kesehatan:

 Komunikasi perorangan (komunikasi interpersonal)


 Komunikasi kelompok
 Komunikasi massa
Macam metode dalam Promosi Kesehatan :

 Ceramah
 Diskusi Kelompok
 Curah pendapat
 Demonstrasi, dll.
Pemilihan metode harus dilakukan dengan memperhatikan kemasan informasinya, keadaan
penerima informasi (termasuk sosial budayanya) dan hal-hal lain seperti ruang dan waktu.
Agar pesan dapat mudah diterima oleh sasaran, maka sebaiknya dalam melaksanakan
penyuluhan menggunakan alat bantu atau media penyuluhan.

Jenis media penyuluhan:

 Leaflets, Poster, lembar balik, stiker


 Spanduk, Umbul – umbul, Banner
Pemberdayaan Masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif,
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat.
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan
keluarga dalam bidang kesehatan, sehingga masyarakat akan dapat berkontribusi dalam
meningkatkan derajat kesehatan.
Antara Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan. Promosi Kesehatan selalu bertujuan akan adanya kemampuan dan kemauan
masyarakat untuk bertindak yaitu yang disebut sebagai masyarakat yang berdaya, sedangkan
Pemberdayaan Masyarakat selalu harus diawali dengan pemberian informasi yang terus menerus.
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses, salah satu bentuk proses
pemberdayaan masyarakat saat ini adalah berkembangnya kegiatan Desa Siaga. Keberhasilan
Proses pemberdayaan dapat dilihat dengan terwujudnya berbagai Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di masyarakat.
UKBM adalah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang dibentuk dari, oleh ,
untuk dan bersama masyarakat.

Jenis-jenis UKBM :
 Posyandu
 Poskesdes
 Poskestren
 Pos UKK, dll
b. Kegiatan Promosi Kesehatan yang dilaksanakan di Ponkesdes
1. Kegiatan di dalam gedung
 Melakukan penyuluhan perorangan, keluarga dan kelompok.
 Pemasangan dan pemanfaatan Media Promosi Kesehatan.
 Melaksanakan konseling masalah kesehatan.
 Pencatatan dan pelaporan kegiatan promosi kesehatan.
2. Kegiatan diluar gedung
 Melakukan pendekatan kepada pimpinan wilayah setempat agar mendapat dukungan
dalam pengembangan kegiatan kesehatan.
 Membina hubungan kerjasama dengan para tokoh masyarakat/agama di desa.
 Melakukan kemitraan dengan organisasi kemasyarakatan, Lembaga Sosial
Masyarakat ( LSM) , Tokoh Masyarakat ( TOMA) dan Tokoh Agama ( TOGA).
 Melakukan penyuluhan perorangan pada saat kunjungan rumah.
 Melakukan Penyuluhan kelompok yang ada (pengajian, arisan, karang taruna dsb).
 Melakukan pengembangan dan pembinaan UKBM yang berkembang di desa (
Posyandu, Poskestren, Pos UKK, Poskesdes dsb.)
 Mengembangkan Desa Siaga Aktif.
 Memberdayakan Masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

B. Pelayanan Kesehatan Lingkungan;


a. Deskripsi
Kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan
dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek
fisik, kimia, biologi maupun sosial.
Penyehatan lingkungan adalah upaya pengawasan terhadap sarana Kesehatan
lingkungan antara lain perumahan, lingkungan permukiman, sarana air bersih dan sanitasi dasar
dilaksanakan terhadap subtansi yaitu air, udara, tanah, limbah padat, cair, gas, kebisingan/
getaran pencahayaan, habitat vektor penyakit, radiasi, kecelakaan, makanan/ minuman, dan
bahan – bahan berbahaya.

b. Kegiatan Penyehatan Lingkungan yang dilakukan di Ponkesdes


1. Kegiatan di dalam gedung
Memberikan penyuluhan, konseling terhadap pasien tentang rumah dan lingkungan sehat
melalui Pelayanan Kesehatan Lingkungan (Klinik Sanitasi).
2. Kegiatan diluar gedung.
 Membantu mekanisme penyediaan dan pengelolaan air bersih dan sanitasi
lingkungan berbasisi komunitas masyarakat
 Membantu peningkatan kelayakan dan kesehatan rumah tinggal penduduk, terutama
keluarga miskin serta pengadaan sarana sanitasi dasar
 Membantu melakukan pembinaan lingkungan, antara lain tentang sanitasi perumahan,
sanitasi dasar, sarana air bersih
 Menggerakan masyarkat terhadap akses terhadap sarana kesehatan lingkungan.
 Membantu pendataan dan penilaian rumah terhadap sarana sanitasi dasar (Jamban,
Air limbah, sampah), dan sarana air bersih.
Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan tersebut petugas ponkesdes perlu didukung
dengan instrumen penunjang kegiatan berupa formulir inspeksi rumah sehat yang terdiri
dari;
 Komponen rumah
 Sarana Sanitasi
 Perilaku Penghuni
 Binatang Peliharaan .
Standar Kegiatan
Langkah awal yang dapat dilakukan adalah mengupayakan perubahan perilaku masyarakat
kearah yang lebih baik. Beberapa cara yang dapat diterapkan sebagai usaha meningkatkan
kesadaran dan peran serta masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Menggalakkan penyuluhan tentang hidup bersih dan sehat
Penyuluhan kesehatan lingkungan secara umum dilaksanakan untuk membudayakan
hidup bersih dan sehat, secara khusus dimaksudkan untuk merubah pengetahuan, sikap
dan perilaku hidup sehat dalam pengelolaan, penyediaan dan pemeliharaan sarana
kesehatan lingkungan.
2. Memberi contoh lingkungan sehat bagi masyarakat
Contoh lingkungan sehat bagi masyarakat yang cocok adalah suatu rumah sederhana
dengan pekarangan yang bersih, mempunyai jamban yang cukup syarat kesehatan, air
yang cukup tersedia, adanya tempat pembuangan limbah padat dan cair.

3. Menunjang kesehatan masyarakat dalam bidang sanitasi lingkungan.


Konsep dan teknis sanitasi yang cocok bagi suatu wilayah, kadangkala dapat timbul dari
masyarakat sendiri. Hal ini merupakan sumbangan besar bagi terlaksananya usaha
sanitasi lingkungan.
2.3.3 Program Kesehatan Gizi Masyarakat
A. PelayananGizi
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa upaya perbaikan gizi
masyarakat bertujuan ntuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain
melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses
dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan oleh para petugas gizi puskesmas bersama-
sama dengan masyarakat setempat. Kegiatannya dilakukan di dalam gedung maupun di luar
gedung dan bekerjasama dengan lintas program maupun lintas sektor.
b. Kegiatan Perbaikan Gizi Masyarakat
1. Kegiatan didalam gedung
 Kebijakan dan prosedur penyuluhan setiap konsultasi gizi.
 Melaksanakan program kesehatan gizi masyarakat dengan sasaran ibu hamil, ibu
nifas, bayi dan balita.
 Memotivasi ibu post partum untuk segera memberikan ASI eksklusif ( IMD).
 Pemberian tablet tambah darah untuk ibu hamil.
 Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)ibu hamil.
 Pemberian kapsul vitamin A.
 Poli Gizi.
 Perawatan gizi buruk.
 Penyuluhan kelompok.
2. Kegiatan di luar gedung
 Pemberian kapsul vitamin A.
 Memotivasi ibu post partum untuk segera memberikan ASI eksklusif.
 Penimbangan setiap bulan dan pemantauan pertumbuhan bayi, anak balita di
Posyandu.
 Pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan bayi dan balita.
 Penyuluhan, pemantauan status gizi dan konsultasi gizi.
 Pemetaan Kadarzi.
 Monitoring garam beryodium.
 Penyuluhan kelompok.
 Pemberian makanan pendamping ASI pada usia 6-24 bulan yang Bawah Garis Merah
(BGM).
 Pemantauan balita gizi buruk yang mendapat perawatan.
 Pemberian tablet tambah darah.
 Pemantauanbalita gizi buruk mendapat PMT Pemulihan.
 Pemantauanbalita BGM (Bawah Garis Merah).
2.3.4 Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
A Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Lingkup kegiatan pencegahan penyakit meliputi pemberian imunisasi (imunisasi dasar
pada bayi, imunisasi campak dan TT pada anak sekolah dasar) dan pengamatan penyakit baik
penyakit menular maupun tidak menular serta masalah-masalah kesehatan yang berisiko
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
Proses kegiatan surveilans epidemiologi meliputi kegiatan rutin pengumpulan,
pengolahan, penyajian, analisis data kesakitan dan kematian penyakit menular dan tidak menular
termasuk dalam keadaan khusus misalnya terjadi bencana. Adapun penyakit menular tertentu
yang dapat menimbulkan wabah adalah kolera, pes, demam berdarah dengue, campak, polio,
difteri, pertusis, rabies, malaria, avian influenza H5N1, antraks, leptospirosis, hepatitis, influenza
A baru (H1N1), meningitis, yellow fever dan chikungunya.

Jawa Timur merupakan wilayah rawan bencana. Setiap kejadian bencana baik bencana
alam maupun karena ulah manusia atau kedaruratan komplek dapat menimbulkan krisis
kesehatan. Mengingat hal tersebut perlu kesiapsiagaan baik di Provinsi, kab./kota, kecamatan
dan desa untuk mendorong pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, terjangkau sebagai suatu
sistem yang terpadu.

Penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Jawa Timur karena
30% penderita kusta yang ada di Indonesia berasal dari Jawa Timur. Salah satu penyebab masih
tingginya jumlah penderita kusta adalah kurangnya pemahaman serta stigma masyarakat
terhadap penyakit kusta, sehingga banyak penderita kusta datang berobat dalam keadaan
terlambat (cacat). Untuk itu diperlukan upaya penemuan kasus baru sedini mungkin.
Jawa Timur merupakan provinsi kedua (14%) setelah Jawa Barat sebagai penyumbang
kasus TB di Indonesia. Pada tahun 2015 jumlah kasus TB yang berhasil ditemukan di Jawa
Timur sebanyak 44.077 kasus. Permasalahan secara umum pada program TB adalah angka
penemuan kasus baru masih dibawah target, hal ini dapat diasumsikan bahwa masih banyak
penderita TB yang berobat ke unit pelayanan kesehatan yang lain tanpa menggunakan strategi
DOTS maka dampaknya akan muncul kasus Multi Drug Resisten (MDR).
Kejadian Pneumonia di Indonesia pada Balita diperkirakan antara 10% - 20% per tahun.
Program P2 ISPA menetapkan angka 4,45% Balita sebagai target penemuan penderita
Pneumonia Balita per tahun pada suatu wilayah kerja.
Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi pada anak,
terutama pada anak di bawah umur 5 tahun (balita). Angka insiden (kesakitan) diare di
Indonesia pada tahun 2015 (survei P2 Diare) 270 per 1000 penduduk, sedangkan episode diare
balita adalah 1,0 – 1,5 kali pertahun.Program P2 Diare menetapkan angka 20% dari insiden diare
pada balita (843/1000 x balita) sebagai target penemuan penderita diare per tahun pada suatu
wilayah kerja.
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu penyakit endemis
dengan angka kesakitan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun serta sering
menimbulkan KLB di berbagai Kabupaten/Kota.Strategi utama adalah melakukan upaya
preventif dengan pemutusan mata rantai penularan melalui gerakan PSN Plus tanpa mengabaikan
peningkatan kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB serta penatalaksanaan penderita.
b. Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular serta masalah kesehatan
1. Kegiatan di dalam gedung
 Pengamatan perkembangan penyakit (data kesakitan dan kematian) menurut
karakteristik epidemiologi (waktu, tempat dan orang) dalam rangka kewaspadaan dini
dan respon KLB (Kejadian Luar Biasa).
 Melakukan screning TT WUS.
 Membuat pemetaan, daerah rawan bencana, rawan imunisasi dengan indikator
cakupan imunisasi (kurang dari target yang ditentukan). Dengan disertai analisis
faktor penyebabnya
 Analisa data Surveilans Berbasis Masyarakat sebagai dasar pengambilan keputusan
ataupun tindakan penanggulangan.
 Melakukan pelayanan penderita Pneumonia Balita, Diare, TB Paru, Kusta dan DBD.
 Melakukan rujukan diagnosis (pada TB, Kusta) dan rujukan kasus (Pneumonia Balita,
Diare, TB Paru, Kusta dan DBD) yang tidak bisa ditangani di Ponkesdes.
 Pengambilan obat dan pengawasan menelan obat (TB dan Kusta).
 Pelayanan konseling.
 Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan.
2. Kegiatan diluar gedung
 Pelayanan di Posyandu (imunisasi dan pemeriksaan PTM).
 Pemeriksaan Jentik Berkala (DBD) di rumah-rumah dan tempat-tempat umum serta
Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN).
 Penyuluhan kepada masyarakat melalui kegiatan yang ada di desa/kelurahan
setempat.
 Melakukan penemuan suspek TB, Kusta secara aktif (kunjungan rumah, pemeriksaan
kontak, survey penjaringan, dsb).
 Melakukan pelacakan kasus mangkir (TB, Kusta).
 Melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi dan tindakan Pengendalian dan
Pemberantasan Penyakit Potensi Wabah (kolera, pes Bubo, Demam Berdarah
Dengue).
 Penyelidikan epidemiologi bila terjadi KLB.
 Melakukan pelacakan dan menentukan daerah fokus penyakit potensi KLB (kolera,
pes Bubo, Demam Berdarah Dengue, Campak, Polio, Difteri, Pertusis, Rabies,
Malaria, Avian influenza H5N1, penyakit Antraks, Leptospirosis, Hepatitis, Influenza
A baru/H1N1, Meningitis, Demam kuning Cikungunya) dengan membuat pemetaan.
 Mengambil tindakan darurat pengobatan dan melakukan rujukan sesegera mungkin.
 Melakukan pencarian kasus penderita secara aktif (pelacakan kasus, kunjungan
rumah, pelacakan kontak, dsb).
 Melakukan pelacakan kasus mangkir (TB, Kusta).
 Pelayanan di Posyandu.
 Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di rumah-rumah atau tempat-tempat umum.
 Penyuluhan kepada masyarakat melalui kegiatan yang ada di desa/kelurahan
setempat.
 Melakukan koordinasi lintas sektor dan tokoh masyarakat dalam rangka pencegahan
dan pengendalian penyakit menular.

2.3.5 Promosi Kesehatan Yang terkait Dengan Kesehatan Lingkungan Dan Pemberantasan
Penyakit Menular
A. PelayananKeperawatan Kesehatan Masyarakat

Keperawatan Kesehatan Masyarakat adalah suatu bidang dalam keperawatan kesehatan


yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peran serta aktif masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif, preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai suatu kesatuan
yang utuh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.
Prioritas sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah keluarga rawan terutama
yang berpenghasilan rendah. Keluarga rawan adalah keluarga yang rentan terhadap masalah
kesehatan (vulnerable group),terutama keluarga yang mempunyai ibu hamil/nifas/menyusui
(termasuk balitanya),usia lanjut,penderita penyakit kronis baik menular maupun tidak menular.
b. Kegiatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
1. Kegiatan di dalam gedung
Melakukan Asuhan keperawatan individu (rawat jalan) pada pasien yang datang ke
Ponkesdes yang meliputi keluhan utama atau SOAP.
Kegiatan yang dilakukan antara lain:
 Asuhan keperawatan terhadap pasien rawat jalan.
 Penemuan kasus baru (deteksi dini) pada pasien rawat jalan.
 Penyuluhan/Pemberian nasehat (konseling) keperawatan.
 Pemantauan keteraturan berobat.
 Rujukan kasus/masalah kesehatan kepada tenaga kesehatan lain.
 Kegiatan yang merupakan tugas limpah sesuai pelimpahan kewenangan yang
diberikan dan atau prosedur yang telah ditetapkan (contoh
pengobatan,penanggulangan kasus gawat darurat, KLB, dll).
 Menciptakan lingkungan terapeutik dalam pelayanan kesehatan di dalam gedung.
 Dokumentasi keperawatan.
2. Kegiatan diluar gedung
Melakukan kunjungan luar gedung ke keluarga/kelompok/masyarakat untuk melakukan
asuhan keperawatan di keluarga/kelompok/masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan antara lain:

 Penemuan suspek/kasus kontak serumah.


 Penyuluhan/Pendidikan kesehatan pada individu dan keluarganya.
 Pemantauan keteraturan berobat sesuai program pengobatan.
 Kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai rencana.
 Pelayanan keperawatan dasar langsung(direct care) maupun tidak langsung (indirect
care).
 Pemberian nasehat (konseling) kesehatan/keperawatan.
 Pencatatan dan pelaporan.
a) Asuhan keperawatan Individu
Melakukan Asuhan keperawatan individu baik dalam gedung ataupun luar gedung
dengan melakukan pengkajian, perencanan, pelaksanaan dan evaluasi.

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

 Melakukan Pengkajian terhadap pasien.


 Penemuan kasus baru (deteksi dini) pada pasien rawat jalan.
 Penyuluhan/Pemberian nasehat (konseling) keperawatan.
 Pemantauan keteraturan berobat.
 Rujukan kasus/masalah kesehatan kepada tenaga kesehatan lain.
 Kegiatan yang merupakan tugas limpah sesuai pelimpahan kewenangan yang
diberikan dan atau prosedur yang telah ditetapkan (contoh
pengobatan,penanggulangan kasus gawat darurat, KLB, dll).
 Menciptakan lingkungan terapeutik dalam pelayanan kesehatan di dalam gedung.
 Dokumentasi keperawatan.

b) Asuhan keperawatan keluarga


Merupakan asuhan keperawatan yang ditujukan pada keluarga rawan
kesehatan/keluarga miskin yang mempunyai masalah kesehatan yang di temukan di
masyarakat dan dilakukan di rumah keluarga dengan minimal 4x kunjungan.
Kegiatan yang dilakukan antara lain:
 Identifikasi keluarga rawan kesehatan/keluarga miskin dengan masalah kesehatan
di masyarakat.
 Penemuan dini suspek/kasus kontak serumah.
 Pendidikan/penyuluhan kesehatan terhadap keluarga (lingkup keluarga).
 Kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai rencana.
 Pelayanan keperawatan dasar langsung (direct care) maupun tidak langsung
(indirect care).
 Pelayanan kesehatan sesuai rencana, misalnya memantau keteraturan berobat
pasien dengan pengobatan jangka panjang.
 Pemberian nasehat ( konseling) kesehatan/keperawatan di rumah.
 Pencatatan dan pelaporan.
c) Asuhan keperawatan kelompok khusus
Merupakan asuhan keperawatan pada kelompok masyarakat rawan kesehatan yang
memerlukan perhatian khusus, baik dalam suatu institusi maupun non institusi
(Posyandu, Panti Asuhan, Panti Jumpo, LP atau kelompok penyakit menular ataupun
tidak menular dll).
Kegiatanyang dilakukan antara lain:
 Identifikasi faktor-faktor resiko terjadinya masalah kesehatan di kelompok.
 Pendidikan/penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan.
 Pelayanan keperawatan langsung (direct care) pada penghuni yang memerlukan
keperawatan.
 Memotivasi pembentukan, membimbing, dan memantau kader-kader kesehatan
sesuai jenis kelompoknya.
 Pencatatan dan pelaporan.
d) Asuhan Keperawatan masyarakat di daerah binaan.
Merupakan asuhan keperawatan yang ditujukan pada masyarakat yang rentan atau
mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan.

Kegiatanyang dilakukan antara lain kunjungan ke daerah binaan untuk:


 Identifikasi masalah kesehatan yang terjadi di suatu daerah dengan masalah
kesehatan spesifik.
 Meningkatkan partisipasi masyarakat melalui kegiatan memotivasi masyarakat
untuk membentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat.
 Pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat.
 Memotivasi pembentukan,mengembangkan dan memantau kader-kader kesehatan
di masyarakat.
 Ikut serta melaksanakan dan memonitor kegiatan Keluarga sehat (KS).
 Pencatatan dan pelaporan.

B. Upaya Kesehatan Perseorangan Tingkat Pertama

Upaya kesehatan perseorangan di Ponkesdes berupa pengobatan dasar sesuai dengan


kewenangan yang diberikan kepada perawat dan bidan Ponkesdes, kegiatan dilaksanakan dalam
bentuk rawat jalan dan home care yang dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur operasional
dan standar pelayanan. Pengobatan dasar yang dilakukan di Ponkesdes dilakukan oleh perawat
dan bidan dengan pelimpahan tugas dan wewenang.

Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan
temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan
terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk
melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin
bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional. Pengobatan
rasional menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis obat,
cara dan waktu pemberian, tersedia setiap saat dan harga terjangkau.
A. Rawat Jalan
Kegiatan pengobatan dasar di dalam gedung
 Konseling pengobatan.
 Diagnosa dan terapi dasar .
 Pertolongan pertama pada kecelakaan atau gawat darurat penyakit.
 Rujukan pasien.
 Rehabilitasi pasien.
B. Home Care
Kegiatan pengobatan dasar di luar gedung
 Penyuluhan tentang penyakit.
 Pengobatan sederhana .
 Deteksi dini pada keluarga dan masyarakat.

2.3.6 Pengobatan Sederhana Sesuai Kewenangan


A. Pendelegasian Pengobatan Dasar
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan
temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan.

Pendelegasian ini diberikan oleh Kepala Puskesmas kepada perawat yang ditempatkan di
Ponkesdes untuk melaksanakan pengobatan dasar (Contoh lampiran 16).
Pendelegasian pengobatan di Ponkesdes dalam melakukan pelayanan kesehatan di luar
kewenangan kepada perawat dilakukan karena:
1. Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan tidak ada dokter
ditempat kejadian.
2. Perawat merupakan petugas kesehatan dari Puskesmas yang ditempatkan di Ponkesdes dan
harus melaksanakan tugas Pengobatan Dasar sesuai dengan SOP .
3. Keadaan situasional tertentu seperti jumlah yang banyak yang tidak dapat ditangani oleh
dokter yang ada atau ada kejadian Luar Biasa (KLB).
Kepala Puskesmas bertindak sebagai penanggung jawab dan menerima laporan dari
perawat Ponkesdes.

B.Hak dan kewajiban pasien


a. Hak pasien
Setiap pasien mempunyai hak :
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku;
b. Memperoleh layanan yang bermutu, aman,nyaman, adil, jujur dan manusiawi;
c. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
d. Mendapat informasi hasil pemeriksaan yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan,
tujuan tindakan, alternatif tindakan, resiko, biaya dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan;
e. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
f. Keluarga dapat mendampingi saat menerima pelayanan kesehatan.

b. Kewajiban pasien
Kewajiban pasien di Ponkesdes adalah:
a. Memeriksakan diri sedini mungkin;
b. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang masalah kesehatannya kepada
tenaga kesehatan di Ponkesdes;
c. Mematuhi nasehat dan petunjuk tenaga kesehatan di Ponkesdes; dan
d. Membayar biaya sesuai peraturan yang berlaku.

2.3.7 Upaya kesehatan Pengembangan Sesuai Tugas Yang di Berikan Kepala Puskesmas
Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu,terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,peningkatan kesehatan,pengobatan
penyakit,dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
Ponkesdes merupakan bagian dari jejaring Puskesmas untuk mencapai indikator kinerja
kesehatan yang ditetapkan daerah. Oleh karenanya Ponkesdes mempunyai hubungan koordinatif,
kooperatif dan fungsional dengan Puskesmas dan Dinas Kesehatan dan sarana pelayanan
kesehatan lain.
Ponkesdes wajib berpartisipasi dalam penanggulangan bencana, wabah penyakit,
pelaporan penyakit menular dan penyakit lain yang ditetapkan oleh tingkat nasional dan daerah
serta dalam melaksanakan program prioritas pemerintah.Ponkesdes melaksanakan pelayanan
kesehatan dasar yang terdiri dari upaya kesehatan masyarakatdan upaya kesehatan perseorangan.
Lingkup Upaya Pelayanan Kesehatan
Sebagai jejaring Puskesmas, Ponkesdes menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama di wilayah desa/kelurahan.
A. Upaya Kesehatan Masyarakat Tingkat Pertama
1. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial
a). Pelayanan Promosi Kesehatan;
b). Pelayanan Kesehatan Lingkungan;
c). Pelayanan Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana;
d). Pelayanan Gizi; dan
e). Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
2. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan
a). Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
b). Pelayanan kesehatan jiwa
c). Pelayanan kesehatan gigi masyarakat
d). Pelayanan kesehatan tradisional komplementer
e). Pelayanan kesehatan olahraga
f). Pelayanan kesehatan indera
g). Pelayanan kesehatan lansia
h). Pelayanan kesehatan kerja
i). Pelayanan kesehatan lainnya.
Disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi
sumber daya yag tersedia.
B. Upaya Kesehatan Perseorangan Tingkat Pertama
a). Rawat jalan
b). Home care

Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertamayang dilakukan di Ponkesdes dilaksanakan sesuai dengan kewenangan tenaga di
Ponkesdes.
BAB III

HASIL KEGIATAN DAN ANALISA


PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS AMBUNTEN
Jalan Raya Ambunten No. 30 Telpon. ( 0328 ) 311192
E-mail : pusk.ambunten@gmail.com

AMBUNTEN Kode Pos 69455

URAIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWAT DI PONKESDES

Yang bertanda tangan dibawah ini Kepala Puskesmas Ambunten, memberikan tugas kepada :

Nama : Ach. Wiyono , Amd.Kep


NITK : 35290410043
Pendidikan : D III Keperawatan
Jabatan : Perawat Ponkesdes Beluk Raje
Kedudukan : Berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas Ambunten
Fungsi : Membantu pelaksanaan pelayanan di ponkesdes
Hasil Kerja : Masyarakat desa yang sehat

Pelaksanaan Kerja :

1. UraianTugas
a. Menyusun rencana kerja tahunan
b. Memeriksa pasien,melakukan tindakan pelayanan dan memberikan obat
c. Melakukan tindakan kegawatdaruratan
d. Melakukan pengamatan dan pencegahan penyakit
e. Melakukan kegiatan PSN
f. Memberikan penyuluhan gizi masyarakat
g. Melaksanakan posyandu bersama bidan
h. Mengajukan kebutuhan obat,mengambil dan menyimpan obat
i. Membuat laporan bulanan jenis pelayanan
j. Menyusun data pelayanan dalam bentuk monografi
k. Mengikuti rapat atau pertemuan internal dan atau lintas sektor
l. dst ( sesuai tupoksi yang bersangkutan )
2. Tanggung Jawab :
a. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai SOP
b. Memelihara inventaris atau alat keperawatan
3. Wewenang :
a. Menggunakan alat atau inventaris keperawatan untuk kepentingan pelayanan
b. Melakukan tindakan medis sesuai dengan kompetensi
c. Merujuk pasien ke puskesmas atau rumah sakit
Uraian tugas ini berlaku selama yang bersangkutan masih menduduki jabatan tersebut di atas.

Dibuat Oleh Ambunten, 2016


Perawat Koordinator Personil yang bersangkutan

Moh Hasin.Amd.Kep Ach, Wiyono Sanusi Amd.Kep


Nip.19650523 198003 1 004 NITK. 35290410103

Mengesahkan
Kepala UPT Puskesmas Ambunten

H.Baharudin Mutheri.S .Kep Ns


Nip.19710505 199503 1 002
2.3.8. Pelaksanaan Tugas Lain Yang di Berikan Kepala Puskesmas

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP


DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS AMBUNTEN
Jalan Raya Ambunten No. 30 Telpon. ( 0328 ) 311192
E-mail : pusk.ambunten@gmail.com

AMBUNTEN Kode Pos 69455

SURAT PERINTAH TUGAS


Nomor : 800/ /435. 102. 124/2016
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : dr.Hj. Ariyanis Rasdyahati, M.Kes
NIP : 19710505 199503 1 002
Jabatan : Kepala UPT. Puskesmas Ambunten

Memerintahkan kepada tenaga Perawat Desa


Nama : Ach Wiyono Sanusi, Amd.Kep
NITK : 35290411047
Umur : 35 Tahun
Pekerjaan : Perawat Desa Beluk Raje

Untuk Melaksanakan Posyandu Lansia dan Pralansia di Desa Pambunten Barat dimana
yang terdiri dari 4 Dusun yaitu: Dusun Bajung Timur, Dusun Bajung Barat, Dusun Durbugan,
Dusun Taroh, yang pelaksanaannya dari tanggal 05 sampai 20 setiap bulan.
Demikian surat perintah tugas dan untuk laksanakan sebagai mana mestinya.

Ambunten, 02 November 2016


Kepala UPT. Puskesmas Ambunten

dr.Hj. Ariyanis Rasdyahati, M.Kes


NIP 19710505 199503 1 002
INSTRUKSI KERJA Penanggung Jawab

Pra Pelayanan Unit


Judul : Disiapkan Diperiksa Disahkan
Pelayanan Umum

No. Kode :

No. Revisi : 00

Tgl. Mulai
: 01 September 2015
Berlaku
Bobby, Baharudin,
Jml. Halaman : 3 Munira S.Kep.Ns S.Kep.Ns

1. TUJUAN
Untuk memastikan kesiapan pelaksanaan kegiatan di Unit Pelayanan Umum

2. RUANG LINGKUP
Seluruh petugas di Unit Pelayanan Umum

3. DEFINISI
Instruksi kerja persiapan pra pelayanan adalah menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan pekerjaan meliputi tempat, alat kerja seperti alat kesehatan, alat tulis,
administrasi dan lain-lain.

4. PENANGGUNG JAWAB
Koordinator Unit Pelayanan Umum

5. KRITERIA PENCAPAIAN
Petugas Unit Pelayanan Umum siap melakukan pekerjaan pada pukul 07.30

6. ALAT DAN BAHAN


6.1 Tensimeter
6.2 Stetoscope
6.3 Senter
6.4 Timbangan injak
6.5 Microtoa
6.6 Gunting
6.7 Termometer
6.8 Kapas Alkohol 70%
6.9 Tempat sampah
Lanjut ke halaman 2
7. ALUR PROSES
7.1 Petugas datang pukul 07.00 WIB
7.2 Pastikan ruangan dalam keadaan bersih dan rapi
7.3 Menyiapkan alat dan bahan
7.4 Menyiapkan kelengkapan administrasi :
7.4.1 Buku Register Rawat Jalan
7.4.2 Buku Register BPJS
7.4.3 Buku Gawat Darurat
7.4.4 Buku Register ISPA
7.4.5 Buku Isihara
7.4.6 Buku Surat Keterangan Sehat
7.4.7 Buku Surat Keterangan Sakit/berobat
7.4.8 Blanko resep
7.4.9 Blangko Rujukan BPJS
7.4.10 Blangko Rujukan Jamkesda/SKM
7.4.11 Blangko Rujukan Umum
7.4.12 Blanko TB 01, TB 02, TB 05, TB 09
7.4.13 Blanko Surat Sakit/Berobat
7.4.14 Blanko Surat Sehat

7.5 Pelayanan siap dimulai jam 07.30 WIB


7.6 Mencatat kegiatan pra pelayanan dalam ceklist pra pelayanan

Lanjut ke halaman 3
8. DIAGRAM ALUR

Petugas Pastikan ruangan


Mulai datang pukul dalam keadaan
07.00 WIB bersih dan rapi
Menyiapkan alat
kerja dan bahan
habis pakai

Pelayanan siap dimulai Menyiapkan


jam 07.30 WIB kelengkapan administrasi

Ceklist pra
pelayanan

Mencatat kegiatan
Selesai
pra pelayanan

9. REFERENSI
Manual Mutu Puskesmas Gayam, Sumenep Tahun 2012

10. DOKUMEN TERKAIT


Check List Pra Pelayanan Unit Pelayanan Umum

11. UNIT TERKAIT


Unit Pelayanan Lansia
12. CATATAN PERUBAHAN
-

INSTRUKSI KERJA Penanggung Jawab

Judul : Pemeriksaan Fisik Disiapkan Diperiksa Disahkan

No. Kode :

No. Revisi : 00

Tgl. Mulai
: 01 Oktober 2012
Berlaku
PKM Bobby, Baharudin,
Gayam Jml. Halaman : 3 Munira S.Kep.Ns S.Kep.Ns

1. TUJUAN
Membantu menegakkan diagnosis penyakit pasien dan menentukan tindakan selanjutnya.

2. RUANG LINGKUP
2.1 Unit Pelayanan Umum

2.2 Unit Pelayanan KIA

2.3 Unit Pelayanan Gigi

2.4 Unit Pelayanan KB

3. DEFINISI
3.1 Pemeriksaan fisik adalah suatu tindakan memeriksa fisik pasien yang bertujuan untuk
menegakkan diagnosis
3.2 Tanda-tanda vital adalah tanda kehidupan utama dari seseorang meliputi; tekanan
darah, denyut nadi, respirasi (pernafasan) dan suhu tubuh

4. PENANGGUNG JAWAB
Koordinator Unit Pelayanan Umum

5. KRITERIA PENCAPAIAN
Pelayanan Pemeriksaan fisik di Unit Pelayanan Umum dapat berjalan dengan lancar dan
tepat.

Lanjut ke halaman 2
6. ALAT DAN BAHAN
6.1 Tensimeter
6.2 Stetoskop
6.3 Alat pengukur waktu/jam
6.4 Termometer
6.5 Lampu Senter
6.6 Reflek Hammer
6.7 Tongspatel
6.8 Timbangan Berat Badan
6.9 Pengukur Tinggi Badan
6.10 Kartu Status Pasien

7. ALUR PROSES
7.1 Beritahu maksud dan tujuan pemeriksaan kepada pasien
7.2 Periksa tanda – tanda vital
7.2.1 Ukur tekanan darah bila perlu
7.2.2 Ukur nadi bila perlu
7.2.3 Ukur respirasi bila perlu
7.2.4 Ukur suhu tubuh bila perlu
7.2.5 Ukur berat badan bila perlu
7.2.6 Ukur tinggi badan bila perlu
7.3 Lakukan pemeriksaan fisik lain sesuai keluhan.
7.4 Mencatat hasil pemeriksaan dalam Kartu Status Pasien.

8. DIAGRAM ALUR

Mulai Lakukan pemeriksaan fisik Mencatat hasil Kartu Status


lain sesuai keluhan pemeriksaan Pasien

Beritahu maksud
pemeriksaan kepada Periksa tanda – tanda
vital Selesai
pasien

9. REFERENSI Lanjut ke halaman 3

Panduan Pemeriksaan Fisik Umum, Pemerintah Propinsi Jawa Timur, Dinas Kesehatan Kota
Surabaya.2005
10. DOKUMEN TERKAIT
10.1 Kartu Status Pasien
10.2 Prosedur kerja pra pelayanan pasien di Unit Pelayanan Umum
10.3 Instruksi kerja mengukur tekanan darah
10.4 Instruksi kerja menghitung nadi
10.5 Instruksi kerja menghitung respirasi
10.6 Instruksi kerja mengukur suhu
10.7 Instruksi kerja rumpleedtest
10.8 Instruksi Kerja menimbang berat badan

e) UNIT TERKAIT
11.1 UnitPelayanan KIA
11.2 Unit Pelayanan KB
11.3 Unit Pelayanan Gigi

f) CATATAN PERUBAHAN
-
INSTRUKSI KERJA Penanggung Jawab

Mengukur Tekanan
Judul : Disiapkan Diperiksa Disahkan
Darah

No. Kode :

No. Revisi : 00

Tgl. Mulai
: 01 September 2015
Berlaku
PKM Bobby, H.
Gayam Jml. Halaman : 3 Munira S.Kep.Ns Baharudin,S.Kep.Ns

1. TUJUAN
Untuk mengetahui tekanan darah pasien yang dapat digunakan petugas dalam menentukan
diagnosa dan terapy selanjutnya

2. RUANG LINGKUP
2.1 Unit Pelayanan Umum
2.2 Unit Pelayanan Gigi
2.3 Unit Pelayanan KB
2.4 Unit Pelayanan KIA
2.5 Unit Gizi

3. DEFINISI
Melakukan pengukuran tekanan darah sistole dan diastole dengan menggunakan alat
tensimeter.

4. PENANGGUNG JAWAB
Koordinator Unit Pelayanan Umum

5. KRITERIA PENCAPAIAN
Melakukan pengukuran tekanan darah pada pasien dengan benar dan hasil yang tepat.

6. ALAT DAN BAHAN


6.1 Tensimeter
6.2 Stetoskop
6.3 Kapas Alkohol 70% Lanjut ke halaman 2
6.4 Kartu status pasien
7. ALUR PROSES
7.1 Jelaskan Prosedur Pelaksanaan
7.2 Cuci tangan
7.3 Atur posisi pasien dengan meletakkan lengan yang hendak diukur pada posisi
terlentang
7.4 Buka/singkap lengan baju pasien
7.5 Pasang manset pada lengan kanan/kiri 3 cm di atas fossa cubiti
7.6 Tentukan denyut nadi pada arteri radialis
7.7 Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brakhialis dan putar sekrup pada pompa
udara perlahan - lahan berlawanan dengan jarum jam
7.8 Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri manometer setinggi 20 mmHg
lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba
7.9 Buka sekrup pada pompa secara perlahan-lahan sambil melihat angka yang ada di
tensimeter serta dengarkan detak pertama systole dan diastole berada di angka berapa
pada tensimeter
7.10 Lepaskan stetoskop dan manset yang terpasang pada pasien
7.11 Rapikan pasien,alat tensimeter dan desinfeksi diafragma stetoskop dengan kapas
alkohol 70%
7.12 Cuci tangan
7.13 Mencatat hasil tekanan darah pada kartu status pasien
8. DIAGRAM ALUR
Letakkan diafragma stetoskop di Pompa balon sampai
Mulai atas nadi brakhialis dan putar denyut nadi arteri
sekrup pada pompa udara manometer setinggi
perlahan - lahan berlawanan 20mmHg lebih tinggi dari
dengan jarum jam titik radialis tidak teraba
Jelaskan Prosedur
Pelaksanaan

Pompa balon udara manset Buka sekrup pompa


sampai denyut nadi arteri perlahan-lahan,lihat angka
Cuci tangan
manometer setinggi 20 mmHg dan dengarkan detak suara
lebih tinggi dari systole sampai diastole

titik radialis tidak teraba


Atur posisi pasien
dengan meletakkan
lengan yang hendak
Lepaskan stetoskop dan manset
diukur pada posisi Tentukan denyut nadi yang terpasang pada pasien
terlentang pada arteri radialis

Buka/singkap lengan Pasang manset pada lengan Rapikan pasien,alat tensimeter


baju pasien kanan/kiri 3 cm di atas fossa dan desinfeksi diafragma
cubiti stetoskop dengan alkohol 70%

Kartu status
pasien

Selesai Mencatat hasil Cuci tangan


tekanan darah

9. REFERENSI
9..1 Panduan Pemeriksaan Fisik Umum, Pemerintah Propinsi Jawa Timur, Dinas
Kesehatan kota Surabaya. 2005

9..2 Alimul H, A.Aziz, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika. Jakarta.
2006

10. DOKUMEN TERKAIT Lanjut ke halaman 3

Kartu status pasien


11. UNIT TERKAIT
11.1 Unit Pelayanan KIA
11.2 Unit Pelayanan KB
11.3 Unit Pelayanan GigI
11.4 Unit Gizi

12. CATATAN PERUBAHAN


-
INSTRUKSI KERJA Penanggung Jawab

Tindakan
Judul : Disiapkan Diperiksa Disahkan
pemasangan infus

No. Kode :

No. Revisi : 00

Tgl. Mulai
: 01 September 2015
Berlaku
PKM Bobby, H.
Gayam Jml. Halaman : 4 Munira S.Kep.Ns Baharudin,S.Kep.Ns

1. TUJUAN
Sebagai tindakan pengobatan untuk mencukupi kebutuhan tubuh dengan cairan elektrolit,
serta obat langsung ke dalam pembuluh darah vena

2. RUANG LINGKUP
2.1 Unit Pelayanan Umum
2.2 Unit Pelayanan KIA
2.3 Unit Pelayanan KB

3. DEFINISI
Pemasangan Infus Setadalah memasukkan cairan atau obat ke dalam pembuluh darah vena
dengan menggunakan Infus Set

4.PENANGGUNG JAWAB
Koordinator Unit Pelayanan Umum

5. KRITERIA PENCAPAIAN
Kebutuhan cairan dan elektrolit pasien terpenuhi, pemberian obat terlaksana

6. ALAT DAN BAHAN


6.1 Infus set steril
6.2 Cairan yang diperlukan
6.3 IV Catheter
6.4 Kapas alkohol 70%
6.5 Gunting/Plester
6.6 Kasa Steril
6.7 Bengkok (nierbekken).
6.8 Standar Infus lengkap dengan gantungan botol (kolf)
6.9 Tourniquet
6.10 Sarung Tangan
6.11 Betadine

Lanjut ke halaman 2
7. ALUR PROSES
7.1 Cuci tangan
7.2 Pakai sarung tangan
7.3 Jelaskan prosedur kerja yang akan dilakukan
7.4 Botol cairan digantungkan pada standar Infus
7.5 Tutup botol cairan desinfeksi dengan kapas alkohol
7.6 Masukkan infus set ke dalam botol cairan
7.7 Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan sampai keluar, sehingga udara tidak ada
dalam selang saluran Infus, dan jarum ditutup kembali. Tabung tetesan jangan
sampai penuh.
7.8 Pasang Tourniquet atau pembendung
7.9 Daerah permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi, lalu jarum ditusukkan
ke vena dengan lubang jarum menghadap ke atas.
7.10 Bila berhasil, darah akan keluar tarik jarum.
7.11 Buka pembendung dan sambungkan ke selang infus dan pengatur tetesan dibuka.
7.12 Bila tetesan lancar, bekas pungsi dioles dengan betadine dan pangkal jarum
direkatkan pada kulit dengan plester, kemudian tetesan diatur sesuai dengan yang
ditentukan.
7.13 Jarum dan tempat tusukan ditutup dengan kain kasa steril dan diplester.
7.14 Atur posisi pasien pada lokasi pemasangan infus
7.15 Rapikan Pasien
7.16 Bersihkan dan bereskan alat ke tempat semula.
7.17 Beritahu pasien bahwa pemasangan infus sudah selesai.
7.18 Petugas cuci tangan
7.19 Catat tentang tindakan yang dilakukan dalam kartu status pasien (tanggal
pemasangan, jenis cairan, jumlah tetesan permenit, lokasi pemasangan dan nomor IV
catheter).
7.20 Observasi tetesan infus, lokasi pemasangan dan tanda-tanda plebitis
Lanjut ke halaman 3
8. DIAGRAM ALUR

Atur posisi pasien Rapikan Pasien


Mulai
pada lokasi
pemasangan infus.

Jarum dan tempat Bersihkan dan


Cuci tangan
tusukan ditutup bereskan alat
dengan kain kasa
steril dan diplester

Bila tetesan lancar, Beritahu pasien


Pakai sarung tangan
pangkal jarum bahwa pemasangan
direkatkan infus sudah selesai

Jelaskan prosedur
kerja

Cuci tangan

Botol cairan
Buka pembendung
digantungkan pada
dan sambungkan ke
standar Infus
selang infus Kartu
status Mencatat
pasien tindakan yg
dilakukan

Tutup botol cairan Bila berhasil, Tarik


desinfeksi dengan jarum
kapas alcohol Observasi
Daerah permukaan kulit
yang akan ditusuk
Masukkan infus set didesinfeksi,jarum
ke dalam botol dtusukkan kevena Selesai
cairan

Tutup jarum dibuka,


cairan dialirkan Pasang Torniquet
sampai keluar
9. REFERENSI

10.1 Perry Potter Buku saku Ketrampilan dan prosedur dasar edisi 3, EGC. Tahun 2000
10.2 PRODI S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya. Keperawatan Medikal Bedah
1. 2009

10. DOKUMEN TERKAIT


11.1 IK Injeksi Intra vena
11.2 IK Menggunakan Sarung tangan
11.3 IK Mencuci tangan
11.4 Kartu status pasien
11.5 Buku Register rawat Jalan
11.6 Buku Tindakan

Lanjut ke halaman 4
11. UNIT TERKAIT
12.1 Unit Pelayanan KIA
12.2 Unit Pelayanan KB

12. CATATAN PERUBAHAN


-
INSTRUKSI KERJA Penanggung Jawab

Tindakan Injeksi
Judul : Disiapkan Diperiksa Disahkan
Intramuscular

No. Kode :

No. Revisi : 00

Tgl. Mulai
: 01 September 2015
Berlaku
PKM Bobby, H.
Gayam Jml. Halaman : 3 Munira S.Kep.Ns Baharudin,S.Kep.Ns

13. TUJUAN
Sebagai pedoman kerja dalam melaksanakan tindakan Injeksi Intramuscular.

14. RUANG LINGKUP


2.1 Unit Pelayanan Umum
2.2 Unit Pelayanan KB
2.3 Unit Pelayanan KIA

15. DEFINISI
Injeksi IM adalah Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot
(Gluteus Maximus Deltoideus).

16. PENANGGUNG JAWAB


Koordintor Unit Pelayanan Umum

17. KRITERIA PENCAPAIAN


Semua petugas dapat melakukan tindakan injeksi IM dengan baik dan benar.

18. ALAT DAN BAHAN


7.1 Spuit 3 cc
7.2 Safety Box
7.3 Kapas
7.4 Obat yang digunakan
7.5 Spray alkohol 70%
19. ALUR PROSES
7.1 Cuci tangan
7.2 Jelaskan Prosedur dari tujuan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
7.3 Siapkan dosis obat dan spuit
7.4 Bantu atur posisi pasien
7.5 Tentukan lokasi penyuntikan
7.6 Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol 70% pada tempat penyuntikan.
7.7 Lakukan penyuntikan dengan sudut 90 derajat.
7.8 Lakukan aspirasi bila tidak ada darah masukkan obat secara perlahan-lahan.
7.9 Tarik spuit dan tekan daerah penyuntikan dengan kapas alkohol 70%.
Lanjut ke halaman 2
7.10 Buang spuit ke safety box dan kapas pada sampah medis.
7.11 Bereskan alat-alat
7.12 Beri tahu pasien tindakan selesai dilakukan.
7.13 Observasi tanda-tanda kemungkinan terjadi syok anafilaktik dan memberi tahu pasien
untuk menunggu 30 menit
7.14 Bila terjadi syok anafilaktik lakukan tindakan sesuai prosedur kerja penanganan syok
anafilaktik
7.15 Cuci Tangan
7.16 Mencatat reaksi, jumlah dosis dan waktu pemberian obat serta tindakan yang
dilakukan pada kartu status pasien

20. DIAGRAM ALUR

Mulai

Beri tahu pasien Observasi tanda-


tindakan selesai tanda syok
dilakukan selama 30 mnt
Cuci tangan

Bereskan alat-alat
Jelaskan Prosedur dari
tujuan pada pasien
Tidak Syok Syok
tentang tindakan yang
akan dilakukan.
Buang spuit ke safety
box dan kapas pada
Lakukan penanganan
sampah medis.
syok sesuai prosedur

Siapkan dosis obat


dan spuit

Tarik spuit dan tekan Cuci tangan


daerah penyuntikan
dengan kapas alkohol 70%.
Bantu atur
posisi pasien
Mencatat reaksi, jumlah Kartu
Lakukan aspirasi bila tidak dosis dan waktu status
ada darah masukkan obat pemberian obat serta pasien
Tentukan lokasi tindakan yang dilakukan
secara perlahan
penyuntikan

Desinfeksi dengan kapas Selesai


alkohol 70% pada tempat Penyuntikan dengan
penyuntikan. sudut 90 derajat.

21. REFERENSI
PRODI S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya, Keperawatan Medikal Bedah 1.
Tahun 2009

22. DOKUMEN TERKAIT


10.1 Kartu status pasien Lanjut ke halaman 3

10.2 Prosedur Kerja Penanganan syok anafilatik


10.3 Buku register rawat jalan
10.4 Buku tindakan

23. UNIT TERKAIT


11.1 Unit Pelayanan KIA
11.2 Unit Pelayanan KB

24. CATATAN PERUBAHAN


-

INSTRUKSI KERJA Penanggung Jawab

Judul : Perawatan Luka Disiapkan Diperiksa Disahkan

No. Kode :

No. Revisi : 00

Tgl. Mulai
: 01 September 2015
Berlaku
PKM Bobby, H.
Gayam Jml. Halaman : 3 Munira S.Kep.Ns Baharudin,S.Kep.Ns
25. TUJUAN
Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam melakukan perawatan luka pasien dan mencegah
terjadinya luka infeksi.

26. RUANG LINGKUP


2.1 Unit PelayananUmum
2.2 Unit Pelayanan KIA

27. DEFINISI
Perawatan luka adalah suatu tindakan merawat luka dengan baik yang sesuai dengan letak
luka.

28. PENANGGUNG JAWAB


Koordinator Unit PelayananUmum

29. KRITERIA PENCAPAIAN


Proses penyembuhan luka cepat dan tidak terjadi infeksi.

30. ALAT DAN BAHAN


6.1 Gunting Plester
6.2 Pinset cirurgis
6.3 Kasa steril
6.4 Cucing, Bengkok
6.5 Hipafik/pleste
6.6 Nacl 0,9%
6.7 Betadine
6.8 Alkohol 70 %

31. ALUR PROSES


7.1 Jelaskan prosedur kerja yang dilakukan
7.2 Cuci tangan
7.3 Gunakan sarung tangan steril
7.4 Siapkan alat perawatan luka.
7.5 Buka verban penutup luka dengan pinset dan buang pada tempatnya
7.6 Bedakan status luka (bersih/kotor) Lanjut ke halaman 2
7.6.1 Luka kotor bersihkan dengan larutan NaCl 0,9% dan di necrotomi bila jaringan
mati .
7.6.2 Luka bersih bersihkan luka dengan larutan NaCl
7.7 Berikan betadine atau obat sesuai dengan instruksi dokter
7.8 Tutup luka dengan kasa steril dan diplester/hipafik
7.9 Berikan nasehat kepada pasien, luka tidak boleh basah.
7.10 Bereskan dan rapikan alat
7.11 Cuci tangan
7.12 Mencatat tindakan yang dilakukan dalam kartu status pasien

32. DIAGRAM ALUR

Pakai sarung Jelaskan


Cuci tangan
Mulai tangan. prosedur kerja

Berikan Betadine Siapkan alat


atau obat sesuai Bedakan status luka Buka verban perawatan luka
instruksi dokter (kotor/bersih) penutup luka

Tutup luka dengan kasa Berikan nasehat Bereskan dan


steril dan kepada pasien rapikan alat
diplester/hipafik

Kartu
status
Mencatat tindakan
Selesai Cuci tangan pasien
yang dilakukan

33. REFERENSI
A. Aziz Alimul H. Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta, Salemba Medika. 2006

34. DOKUMEN TERKAIT


11.1 Kartu status pasien
11.2 Buku Tindakan
11.3 Buku Register Rawat Jalan
35. UNIT TERKAIT
12.1 Unit Pelayanan KIA

36. CATATAN PERUBAHAN


Lanjut ke halaman 3
-
PROSEDUR KERJA Penanggung Jawab

Judul : Penanganan Arthritis Disiapkan Diperiksa Disahkan

004/PK-02/PKM
No. Kode :
PMKLN/2012

No. Revisi : 00

Tgl.Mulai
: 01Oktober 2012
Berlaku

PKM Jml. Dr.Maria


: 3
Pamolokan Halaman Ulfa Baharudin,S.Kep.Ns Dr.Anitawati,M.

37. TUJUAN
Membuat diagnosa yang tepat dan terapi yang rasional.

38. ELEMEN ISO


2.1 Klausul 5.2 Pengutamaan pelanggan.

2.2 Klausul 7.2 Proses yang berhubungan dengan pelanggan.

2.3 Klausul 8.2.1 Kepuasan pelanggan.

39. RUANG LINGKUP


3.1 Unit Pelayanan Umum
3.2 Unit Pelayanan Lansia

40. DEFINISI
Suatu kegiatan / proses untuk menangani pasien dengan keluhan nyeri sendi dengan atau
tanpa pembengkakan pada daerah persendian.

41. PENANGGUNG JAWAB


Koordinator Unit Pelayanan Umum

42. KRITERIA PENCAPAIAN


Dapat mendiagnosis dengan tepat dan memberikan terapi yang rasional.
43. ALUR PROSES
7.1.Pasien masuk Unit Pelayanan ( Umum/Lansia )
7.2.Anamnesis :
- Nyeri sendi, bengkak, merah

- Nyeri saat bergerak

- Kaku seluruh badan

- Nyeri bertambah parah bila udara dingin

7.3.Pemeriksaan Fisik
- Sendi yang terserang bengkak, merah, dan nyeri

7.4.Kemungkinan diagnosa Arthritis

7.5.Penatalaksanaan Lanjut ke halaman 2

Berikan Ibuprofen 2-3 x 200-400 mg / hari, atau

Natrium Diklofenak 2 x 25-50 mg / hari, atau

Piroxicam 2 x 10 – 20 mg / hari

7.6.Petugas menuliskan dan memberikan resep kepada pasien


7.7.Pasien mengambil obat di unit pelayanan obat

8. DIAGRAM ALUR

Kartu status
Mulai pasien

Pasien masuk Unit Pasien diperiksa, didapatkan


Pelayanan Anamnesis nyeri sendi, merah dan
Umum/Lansia bengkak

Kemungkinan

diagnosa
Blangko resep

Petugas menulis dan


memberikan resep
Arthritis Bukan Artritis
kepada pasien

Pasien mengambil obat di


Selesai
Unit Pelayanan Obat

9. REFERENSI
9.1 Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas , DEPKES-RI 2007

9.2 Pelayanan Medis Dasar, Depkes RI Jakarta 2006

10. DOKUMEN TERKAIT


10.1 Kartu status pasien

10.2 Buku Register pasien

10.3 Laporan Bulanan (LB1)

Lanjut ke halaman 3
11. UNIT TERKAIT
11.1. Unit Pendaftaran
11.2. Unit Pelayanan Obat
11.3. Unit Pelayanan Lansia
12. CATATAN PERUBAHAN
-
PROSEDUR KERJA Penanggung Jawab

Judul : Penanganan Asma Bronchiale Disiapkan Diperiksa Disahkan

004/PK-03/PKM
No. Kode :
PMKLN/2012

No. Revisi : 00

Tgl.Mulai
: 01 Oktober 2012
Berlaku

PKM Jml. Yeni


: 3
Pamolokan Halaman Septarida Baharudin,S.Kep.Ns Dr.Anitawati,M

44. TUJUAN
Membuat diagnosa yang tepat dan terapi yang rasional.

45. ELEMEN ISO


2.1 Klausul 5.2 Pengutamaan pelanggan.

2.2 Klausul 7.2 Proses yang berhubungan dengan pelanggan.

2.3 Klausul 8.2.1 Kepuasan pelanggan.

46. RUANG LINGKUP


3.1 Unit Pelayanan Umum
3.2 Unit Pelayanan Lansia
3.3 Unit Pelayanan KIA

47. DEFINISI
Suatu kegiatan / proses untuk menangani pasien dengan sesak nafas yang kumat-kumatan
dan ada suara mengi.

48. PENANGGUNG JAWAB


Koordinator Unit Pelayanan Umum
49. KRITERIA PENCAPAIAN
Pasien diperiksa dan didiagnosis dengan tepat disertai pemberian terapi yang rasional.

50. ALUR PROSES


7.1 Pasien masuk Unit Pelayanan ( Umum/Lansia )
7.2 Anamnesis
- Sesak nafas kumat-kumatan yang disertai batuk produktif dan suara mengi

7.3 Pemeriksaan
- Didapatkan suara wheezing pada akhir ekspirasi

- Ekspirasi nafas panjang

- Batuk berdahak.

7.4 Kemungkinan diagnosa Asma Bronchiale


Lanjut ke halaman 2
7.5 Penatalaksanaan
- Pilihan I : Salbutamol

Dewasa : 3 x 2-4 mg/ hari

Anak : 0,05 mg/ Kg BB/ kali 3 x sehari

- Pilihan II : Efedrin
Dewasa : 3 x 10-15 mg/hari

Anak : 3 x 0,5 mg/kgbb/hari

- Pilihan III : Aminofilin

Dewasa : 3x 100 mg/hari

7.6 Petugas menuliskan dan memberikan resep kepada pasien


7.7 Pasien mengambil obat di unit pelayanan obat

51. DIAGRAM ALUR

Kartu status
Mulai pasien

Pasien masuk Unit Pasien diperiksa, didapatkan


Anamnesis wheezing; batuk berdahak;
Pelayanan Umum
ekspirasi nafas panjang
Kemungkinan

diagnosa

Blangko resep

Petugas menuliskan dan Asma Bukan Asma


memberikan resep kepada Bronchiale Bronkiale
pasien

Pasien mengambil obat di


unit pelayanan obat Selesai

52. REFERENSI
Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas , DEPKES-RI 2007

53. DOKUMEN TERKAIT Lanjut ke halaman 3

10.1 Kartu status pasien


10.2 Buku Register pasien
10.3 Laporan Bulanan (LB1)
54. UNIT TERKAIT
11.1Unit Pendaftaran
11.2Unit Pelayanan Lansia
11.3Unit Pelayanan KIA
11.4Unit Pelayanan Obat

12.CATATAN PERUBAHAN

-
PROSEDUR KERJA Penanggung Jawab

Penanganan Dermatitis
Judul : Disiapkan Diperiksa Disahkan
Atopik

004/PK-05/PKM
No. Kode :
PMKLN/2012

No. Revisi : 00

Tgl.Mulai
: 01 Oktober 2012
Berlaku

PKM Jml. DR.Maria


: 3
Pamolokan Halaman Ulfa Baharudin,S.Kep.Ns Dr.Anitawati,M

55. TUJUAN
Membuat diagnosa yang tepat dan terapi yang rasional

56. ELEMEN ISO


2.1 Klausul 5.2 Pengutamaan pelanggan.

2.2 Klausul 7.2 Proses yang berhubungan dengan pelanggan.

2.3 Klausul 8.2.1 Kepuasan pelanggan

57. RUANG LINGKUP


3.1 Unit Pelayanan Umum

3.2 Unit Pelayanan Lansia

3.3 Unit Pelayanan KIA

58. DEFINISI
Adalah suatu proses anamnese, pemeriksaan,dan terapi bagi pasien dengan gatal, ruam kulit
yang bersifat kronis dan residif,dan berhubungan dengan atopi (mempunyai riwayat
kepekaan / alergi )

59. PENANGGUNG JAWAB


Koordinator Unit Pelayanan Umum

60. KRITERIA PENCAPAIAN


Dapat menentukan diagnosa yang tepat danpemberian terapi yang rasional
61. ALUR PROSES
7.1 Pasien masuk Unit Pelayanan Umum/Lansia

7.2 Anamnese

- keluhan gatal dan merah / ruam di kulit yang bersifat kronis dan residif

- terdapat riwayat atopi pada keluarga

7.3 Pemeriksaan fisik


- didapati ruam berbatas tegas, terutama didaerah wajah, kulit kepala, daerah yang
tertutup popok atau ekstremitas bayi terbentuk ruam berkoreng yang merah dan berair

7.4 Kemungkinan diagnosis Dermatitis Atopi

Lanjut ke halaman 2
7.5 Penatalaksanaan :
7.5.1 KIE ( Komunikasi, Informasi dan Edukasi )

- Penyakit bersifat kronis dan berulang, sehingga pengobatan ditujukan untuk


mengurangi gatal dan mengatasi kelainan kulit

- Perlu usaha pencegahan, dengan menghindari faktor pencetus (zat alergen)

7.5.2 Sistemik :

- Dewasa : CTM 3x 4 mg/ hari

- Anak : ¼ - ½ tablet CTM 4 mg 3x sehari

7.5.3 Topikal:

- Krim hidrocortison 2,5% 1-2x sehari sesudah mandi

7.6 Petugas menulis dan memberikan resep kepada pasien


7.7 Pasien mengambil obat di unit pelayanan obat

62. DIAGRAM ALUR

Kartu status
pasien
Mulai

Pasien diperiksa, didptkan ruam berbatas


Pasien masuk Unit
tegas, terutama wajah ektremitas riwayat
PelayananUmum
atopi
Anamnesis

Kemungkinan

diagnosa
Blangko
resep

Petugas menulis dan


memberikan resep
kepada pasien Dermatitis Bukan
Atopi Dermatitis
Atopi

Pasien mengambil obat di


unit pelayanan obat

Selesai

Lanjut ke halaman 3
63. REFERENSI
9.1 Pedoman pengobatan dasar di puskesmas DEPKES RI - 2007

64. DOKUMEN TERKAIT


10.1 Kartu status pasien

10.2 Buku Register pasien

10.3 Laporan Bulanan (LB1)

65. UNIT TERKAIT


11.1. Unit Pendaftaran
11.2. Unit Pelayanan Lansia
11.3. Unit Pelayanan KIA
11.4. Unit Pelayanan Obat

12. CATATAN PERUBAHAN

-
PROSEDUR KERJA Penanggung Jawab

Judul : Penanganan Diare Disiapkan Diperiksa Disahkan

004/PK-07/PKM
No. Kode :
PMKLN/2012

No. Revisi : 00

Tgl.Mulai
: 01 Oktober 2012
Berlaku

PKM Jml. Dr.Maria


: 3
Pamolokan Halaman Ulfa Baharudin,S.Kep.Ns Dr.Anitawati,M

66. TUJUAN
Membuat diagnosa yang tepat dan terapi yang rasional dan mencegah dehidrasi ringan,
sedang dan berat.

67. ELEMEN ISO


2.1 Klausul 5.2 Pengutamaan pelanggan.

2.2 Klausul 7.2 Proses yang berhubungan dengan pelanggan.

2.3 Klausul 8.2.1 Kepuasan pelanggan.

68. RUANG LINGKUP


3.1 Unit Pelayanan Umum
3.2 Unit Pelayanan Lansia
3.3 Unit Pelayanan KIA

69. DEFINISI
Penanganan diare merupakan suatu kegiatan / proses untuk penanganan pasien dengan
keluhan buang air besar > 3 kali dalam 24 jam dengan ditandai adanya perubahan konsistensi
tinja menjadi lembek / cair, dengan atau tanpa disertai adanya lendir dan atau darah.

70. PENANGGUNG JAWAB


Koordinator Unit Pelayanan Umum

71. KRITERIA PENCAPAIAN


Pasien terdiagnosis dengan tepat, mendapat pelayanan rasional, tidak mengalami dehidrasi
lebih lanjut.
72. ALUR PROSES
7.1 Pasien masuk Unit Pelayanan Umum/Lansia
7.2 Anamnesis :
- Buang air besar > 3 kali dalam 24 jam

- Perubahan konsistensi tinja menjadi lembek / cair disertai atau tidak disertai
darah dan atau lendir

7.3 Pemeriksaan Fisik


- Didapatkan bising usus meningkat, turgor kulit kembali lambat

7.4 Kemungkinan diagnosa Diare


7.5 Penatalaksanaan
7.5.1 Bila dehidrasi ringan, petugas memberi pasien oralit

Lanjutdalam
7.5.2 Bila dehidrasi sedang, pasien diberi oralit dengan dosis 75 ml/KgBB ke halaman
3 jam2
dan dilihat perkembangannya. Bila tidak ada perkembangan maka pasien segera
dirujuk

7.5.3 Bila dehidrasi berat, pasien diinfus dengan RL kemudian segera dirujuk ke RS

7.5.4. Antibiotik maupun antimikroba hanya untuk kasus tersangka kolera, disentri, atau
terbukti giardiasis atau amoebiasis.

7.6 Petugas menuliskan dan memberikan resep kepada pasien


7.7 Pasien mengambil obat di unit pelayanan obat

73. DIAGRAM ALUR

Kartu status
pasien
Mulai

Pasien masuk Unit Anamnesis Pasien diperiksa bising usus


Pelayanan Umum dan turgor kulitnya

Kemungkinan

diagnosa
Dehidrasi Dehidrasi
ringan Dehidrasi berat
sedang

Pasien diberi Blangko Pasien diberi


oralit Resep infus RL
Pasien diberi oralit

( 75ml/KgBB/3jam)

Petugas menuliskan Tanda bahaya


dan memberikan resep
kepada pasien

Ada
perkembangan
Ya
Pasien mengambil ?
obat di unit pelayanan
obat

Tidak

Pasien dirujuk
Selesaii
ke RS

Lanjut ke halaman 3
74. REFERENSI
Pedoman Pelayanan Dasar di Puskesmas,DEPKES-RI, 2007.

75. DOKUMEN TERKAIT


10.1 Kartu status pasien
10.2 Buku Register pasien

10.3 Laporan Bulanan (LB1)

76. UNIT TERKAIT


11.1 Unit Pendaftaran
11.2 Unit Pelayanan KIA
11.3 Unit Pelayanan Lansia
11.4 Unit Pelayanan Obat

12.CATATAN PERUBAHAN

-
PROSEDUR KERJA Penanggung Jawab

Judul : Penanganan Gastritis Disiapkan Diperiksa Disahkan

004/PK-08/PKM
No. Kode :
PKLMN/2012

No. Revisi : 00

Tgl.Mulai
: 01 Oktober 2012
Berlaku

PKM Jml. Yeni


: 3
Pamolokan Halaman Septarida Baharudin,S.Kep.Ns Dr.Anitawati,M.S

77. TUJUAN
Membuat diagnosa yang tepat dan terapi yang rasional.

78. ELEMEN ISO


2.1 Klausul 5.2 Pengutamaan pelanggan.

2.2 Klausul 7.2 Proses yang berhubungan dengan pelanggan.

2.3 Klausul 8.2.1 Kepuasan pelanggan.

79. RUANG LINGKUP


3.1 Unit Pelayanan Umum
3.2 Unit Pelayanan Lansia
3.3 Unit Pelayanan KIA

80. DEFINISI
Suatu kegiatan / proses untuk menangani pasien dengan keluhan rasa perih atau nyeri di ulu
hati, kembung atau rasa penuh, kadang disertai mual dan muntah.

81. PENANGGUNG JAWAB


Koordinator Unit Pelayanan Umum

82. KRITERIA PENCAPAIAN


Dapat mendiagnosis dengan tepat dan memberikan terapi yang rasional.

83. ALUR PROSES


7.1 Pasien masuk Unit Pelayanan Umum

7.2 Anamnesis

- Nyeri atau perih atau tidak enak di ulu hati

- Kadang disertai dengan kembung atau rasa penuh, mual, muntah

7.3 Pemeriksaan Fisik

- Terdapat nyeri tekan pada ulu hati

7.4 Kemungkinan diagnosa Gastritis

Lanjut ke halaman 2 23
7.5 Penatalaksanaan

7.5.1 Berikan Antasida 4 x 1 tablet sebelum makan, pada pagi hari, dan menjelang tidur.

7.5.2 Bila nyeri hebat , kombinasikan dengan cimetidin 2 x 200mg

atau Ranitidin 2 x 150 mg

7.5.2 Apabila pasien dengan perdarahan hematemesis atau melena, harus dirujuk ke RS,
karena kemungkinan terjadi perdarahan tukak lambung menjadi perforasi

7.6 Petugas menuliskan dan memberikan resep kepada pasien

7.7 Pasien mengambil obat di Unit Pelayanan Obat

84. DIAGRAM ALUR

Mulai
Kartu status Pasien

Pasien masuk Unit Pasien diperiksa,


Pelayanan Umum terdapat nyeri tekan
Anamnesis
pada ulu hati
Kemungkinan

diagnosa

Blangko resep

Petugas menulis
dan memberikan
Gastritis Bukan
resep kepada
Gastritis
pasien

Perdarahan

Pasien mengambil
obat di Unit
Pelayanan Obat

Rujuk ke
Rumah Sakit

Selesai

85. REFERENSI
Pedoman Pelayanan Dasar di Puskesmas, DEPKES-RI, 2007

86. DOKUMEN TERKAIT Lanjut ke halaman 3


10.1 Kartu status pasien

10.2 Buku Register pasien

10.3 Laporan Bulanan (LB1)

10.4 Buku Rujukan

87. UNIT TERKAIT


11.1 Unit Pendaftaran
11.2 Unit Pelayanan KIA
11.3 Unit Pelayanan Lansia
11.4 Unit Pelayanan Obat

12 CATATAN PERUBAHAN

-
PROSEDUR KERJA Penanggung Jawab

Judul : Penanganan ISPA Disiapkan Diperiksa Disahkan

004/PK-12/PKM
No. Kode :
PMKLN/2012

No. Revisi : 00

Tgl.Mulai
: 01 Oktober 2012
Berlaku

PKM Jml. Luluk


: 3
Pamolokan Halaman KHZ Baharudin,S.Kep.Ns Dr.Anitawati,M

88. TUJUAN
Membuat diagnosa yang tepat dan terapi yang rasional.

89. ELEMEN ISO


2.1 Klausul 5.2 Pengutamaan pelanggan.

2.2 Klausul 7.2 Proses yang berhubungan dengan pelanggan.

2.3 Klausul 8.2.1 Kepuasan pelanggan.

90. RUANG LINGKUP


3.1 Unit Pelayanan Umum
3.2 Unit Pelayanan Lansia
3.3 Unit Pelayanan KIA
3.4 Unit Pelayanan Gigi

91. DEFINISI
Suatu kegiatan / proses mulai dari anamnesis, pemeriksaan sampai dengan terapi pasien
dengan keluhan demam, hidung tersumbat, batuk dan disertai nyeri otot.

92. PENANGGUNG JAWAB


Koordinator Unit Pelayanan Umum

93. KRITERIA PENCAPAIAN


Pasien diperiksa dan diagnosa dengan tepat disertai pemberian terapi yang rasional.

94. ALUR PROSES


7.1 Pasien masuk Unit Pelayanan Umum/Lansia
7.2 Anamnesis
Keluhan : - demam - ingus encer

- hidung tersumbat - bersin-bersin

- nyeri sendi / otot - batuk kering

7.3 Pemeriksaan
Didapatkan : - badan panas lebih dari 37,2 º C

- tenggorokan merah

- rongga hidung merah, terlihat sekret warna jernih

7.4 Kemungkinan diagnosa command cold / ISPA non Pneumonia

7.5 Penatalaksanaan Lanjut ke halaman 2


7.5.1 Bila demam berikan :

Anak : - Paracetamol 10 mg/Kg BB, 3x sehari

Dewasa : - Paracetamol 3x500 mg/hari selama demam, atau

- Acetosal 3x500 mg/hari

7.5.2 Antibiotika diberikan bila terjadi infeksi sekunder.


7.5.3 Pelayanan simtomatik untuk menghilangkan gejala yang terasa berat dan
mengganggu
7.6 Petugas menuliskan dan memberikan resep kepada pasien
7.7 Pasien mengambil obat di unit pelayanan obat

8 DIAGRAM ALUR

Mulai Kartu status


Pasien

Pemeriksaanfisikdidapatkan badan
Pasien masuk Unit
PelayananUmum/Lansia Anamnesis panas lebih dari 37,2 º,

tenggorokan merah, rongga hidung


merah, terlihat sekret warna jernih
Kemungkinan

diagnosa

Blangko resep

Petugas menulis dan


memberikan resep
ISPA non Bukan ISPA non
kepada pasien
Pneumonia Pneumonia

Pasien mengambil
obat di unit
pelayanan obat Selesai

9 REFERENSI
Pedoman Pelayanan dasar di Puskesmas, DEPKES RI 2007.

Lanjut ke halaman 3
10 DOKUMEN TERKAIT
10.1 Kartu status pasien

10.2 Buku Register pasien

10.3 Laporan Bulanan (LB1)


11 UNIT TERKAIT
11.1 Unit Pendaftaran
11.2 Unit Pelayanan KIA
11.3 Unit Pelayanan Gigi
11.4 Unit Pelayanan Obat

12.CATATAN PERUBAHAN

Anda mungkin juga menyukai