Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PRIVASI DAN KEBEBASAN INFORMASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah


KOMPUTER DAN MASYARAKAT
Dosen : RAHMAT HIDAYATULLAH, S. Th. I, M. Kom

Disusun oleh :

NURUL ANGGRAINI 2184024

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA


DAN KOMPUTER (STMIK) DUMAI
Jl. Utama Karya, Bukit Batrem, Dumai Timur, Kota Dumai
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur berkat kehadirat Allah SWT, yang telah senantiasa
melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya sehingga kita semua dalam keadaan sehat
wal’afiat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari, serta karena hanya dengan
keriho’annya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen, teman–teman, dan semua
pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam menyusun dan
menyelesaikan makalah ini.
Penulis membuat makalah ini, bertujuan untuk menjelaskan mengenai
Privasi dan Kebebasan Informasi. Makalah ini juga disusun dalam rangka
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komputer dan Masyarakat pada Program
Studi Teknik Informatika di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer
Dumai Semester III.

Dalam makalah ini masih terdapat kekurangan yang disebabkan


keterbatasan ilmu, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena
itu kami membutuhkan saran dan petunjuk dari berbagai pihak untuk
menyempurnakan pembuatan makalah selanjutnya. Kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Dumai, 31 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan ........................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3


2.1 Privasi ................................................................................................. 3
2.1.1. Defenisi Privasi ...................................................................... 3
2.1.2. Konsep Privasi ....................................................................... 3
2.1.3. Undang-Undang Mengenai Privasi ........................................ 4
2.1.4. Fungsi Privasi ......................................................................... 5
2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Privasi ...................................... 6
2.1.6. Privasi Terhadap Perilaku ..................................................... 6
2.1.7. Regulasi Mengenai Privasi..................................................... 6
2.1.8. Perlindungan Privasi Dalam Beberapa Bidang .................... 11
2.1.9. Dampak Dari Kehilangan Privasi......................................... 12
2.1.10. Contoh Kasus Pelanggaran Privasi ...................................... 12
2.2 Kebebasan Informasi ...................................................................... 12
2.2.1. Defenisi Kebebasan Informasi ............................................. 12
2.2.2. Privacy Information (Security) ............................................ 14
2.2.3. Kebebasan Memperoleh Informasi ...................................... 14
2.2.4. Ciri-Ciri Kebebasan Informasi ............................................. 15
2.2.5. Pembatasan Kebebasan Informasi........................................ 17
2.2.6. Arti Penting Pengaturan Perlindungan Privasi Data dan
Informasi .............................................................................. 18

ii
2.3 Pengaturan Privasi Dan Keterbukaan Informasi Dan Data ....... 19
2.4 Menjaga Keamanan Data Dan Privasi .......................................... 24
2.4.1. Tips Meningkatkan Kesadaran ............................................. 24
2.4.2. Tips Pencegahan................................................................... 27

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 28


3.1. Kesimpulan....................................................................................... 28
3.2. Saran ................................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Era yang sudah komputerisasi kita perlu tahu apa manfaat privasi dalam
sistem teknologi informasi. Teknologi telah mengubah dunia masa kini menjadi
dunia yang tidak terbayangkan pada perbedaan tahun setiap tahun. Perkembangan
dunia di masa depan juga tidak dapat di tebak karena adanya perkembangan
teknologi. Diantaranya semuanya yang diberikan oleh teknologi adalah informasi .
Teknologi Informasi pada dasarnya merupakan pintu gerbang dalam mendapatkan
sebuah informasi yang kita inginkan. Berbagai kalangan kini menggunakan
teknologi untuk mencari informasi tersebut. Pada akhir-akhir ini, berbagai
perkembangan yang terjadi memang cukup menakjubkan, khususnya dalam bidang
teknologi terutama dalam hal informasi dan komunikasi. Teknologi informasi yang
tadinya dikenal dengan teknologi komputer, beserta perangkat elektronika lainnya,
menjelma menjadi satu dalam perpaduan kemampuan dalam mendapatkan
informasi.
Perkembangan teknologi yang terjadi dalam kehidupan manusia, seperti
revolusi yang memberikan banyak perubahan pada cara berfikir manusia, baik
dalam usaha pemecahan masalah, perencanaan, maupun dalam pengambilan
keputusan. Katika manusia membiarkan dirinya dikuasai teknologi maka manusia
yang lain akan mengalahkannya. Oleh karena itu, pendidikan kemanusiawi
termasuk pelaksanaan norma dan etika kemanusiaan tetap harus berada pada
peringkat teratas, serta tidak hanya melakukan pemujaan terhadap teknologi belaka.
Perkembangan Internet sebagai media informasi yang tanpa batas
telah menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat.Kondisi yang mana
membuat kita melupakan dua masalah pokok yang berhubungan erat dan
membutuhkan solusi dengan segera perlindungan privasi dan kebebasan informasi
. Banyak permasalahan mengenai Kebebasan Informasi dan Privasi ini . Maka dari
itu Makalah ini akan membahas tentang privasi dan kebebasan informasi , Hukum
yang mengatur tentang kedua hal tersebut.

1
Keamanan dan privasi mengalami perkembangan yang sangat signifikan
memberikan pengaruh yang cukup besar bagi kehidupan manusia. Sangatlah baik
apabila pengaruh tersebut berdampak positif bagi manusia, misalnya, memudahkan
komunikasi, memudahkan untuk memperoleh informasi dan juga bisa memperluas
wawasan. Dengan perkembangan teknologi yang begitu signifikan pelanggaran
privasi juga mengalami perkembangan.
Memasuki era teknologi informasi sekarang ini berbagai ilmuan telah
mengembangkan berbagai cara dalam mengatasi permasalahan system keamanan
dalam suatu data atau account, mereka memperketat keamanan dan
mengembangkan berbagai cara untuk menangkal serangan – serangan yang bisa
mengancam keamanan data atau account salah satu cara yang ditempuh yaitu
menggunkan metode penyandian yang disebut kriptografi yang menggunakan
transpormasi data sehingga data yang dihasilkan tidak mudah dimengerti oleh pihak
ketiga.
Tranformasi ini memberikan solusi pada keamanan privasi dan data yang
dikirim hanya dapat dimengerti oleh penerima yang sah sedangkan keautentikan
mencegah pihak ketiga untuk mengirimkan data yang salah sehingga pengiriman
data akan menjadi lebih aman.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu privasi dalam teknologi informasi ?
2. Apa saja yang terdapat dalam privasi teknologi informasi ?
3. Bagaimana privasi dalam teknologi ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskan pengertian dari privasi, kebebasan informasi, dan Hukum yang
mengatur tentang Kebebasan Informasi dan Privasi. Manfaat dari penulisan
makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan baik bagi penulis maupun
pembaca tentang privasi dalam teknologi informasi dan mampu menjelaskan
serta mempelajari tentang privasi dalam teknlogi informasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PRIVASI
2.1.1. Defenisi Privasi
Salah satu yang dimiliki oleh setiap manusia yang menjadi hak milik
pribadi tanpa perlu diketahui oleh manusia lainnya adalah privasi . Privasi
didefinisikan sebagai sebuah kebebasan keleluasaan pribadi setiap individu ,
keterbukaan maupun ketertutupan terhadap interaksi dengan manusia
lainnya, serta kontrol informasi yang berasal dari individu bersangkutan
terhadap masyarakat luas
Privasi (Bahasa Inggris: privacy) adalah kemampuan satu atau
sekelompok individu untuk mempertahankan kehidupan dan urusan
personalnya dari publik, atau untuk mengontrol arus informasi mengenai diri
mereka.
Menurut UU Teknologi Informasi ayat 19 Privasi adalah hak individu
untuk mengendalikan penggunaan informasi tentang identitas pribadi baik
oleh dirinya sendiri atau oleh pihak lainnya.

2.1.2. Konsep Privasi


Konsep privasi adalah menentukan batasan pengertian privasi.
Privasi berarti bebas, kebebasan, atau keleluasaan. Maknanya yaitu
kebebasan atau keleluasaan pribadi. Kebebasan termasuk suatu yang bersifat
asasi, yang umumnya para ahli memiliki konsepsi yang sama bahwa
kebebasan ada pada setiap insan. Secara dekripsi, kebebasan senantiasa ada
batasan baik kelemahan yang bersifat internal maupun eksternal. Pada
dasarnya kebebasan bukan berarti berbuat sekehendak hati melainkan ada
batasnya untuk mengakui dan menghormati hak dan kewajiban setiap
manusia pada umumnya.

3
2.1.3. Undang-Undang Mengenai Privasi
Dalam UU Tekhnologi Informasi ayat 19 juga disebutkan bahwa
privasi adalah hak individu untuk mengendalikan penggunaan informasi
tentang identitas pribadi baik oleh dirinya sendiri atau oleh pihak lainnya.
Pasal 29 : Pelanggaran Hak Privasi
“Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum
memanfaatkan Teknologi Informasi untuk mengganggu hak
privasi individu dengan cara menyebarkan data pribadi tanpa
seijin yang bersangkutan, dipidana penjara paling singkat
3 (tiga) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun.”

Tindakan penggunaan teknologi informasi yang bertentangan dengan


privasi antara lain :
a. Hacking/cracking
Tindakan pembobolan data rahasia suatu institusi, membeli barang lewat
internet dengan menggunakan nomor kartu kredit orang lain tanpa izin
(carding) merupakan contoh-contoh dari tindakan hacking. Orang yang
melakukan hacking disebut hacker. Begitu pula dengan membuka kode
program tertentu atau membuat suatu proses agar beberapa tahap yang
harus dilakukan menjadi terlewatkan.
b. Pembajakan
Mengutip atau menduplikasi suatu produk, misalkan program komputer,
kemudian menggunakan dan menyebarkan tanpa izin atau lisensi dari
pemegang hak cipta merupakan pembajakan, dan masuk kategori
kriminal.
c. Browsing
Membuka situs dewasa bagi orang yang belum layak merupakan
tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan etika. Teknologi internet
yang dapat memberikan informasi tanpa batas akan mengakibatkan
tindakan yang beragam, mulai dari tindakan-tindakan positif sampai
negatif.

4
Hak pelanggaran privasi oleh pemerintah, perusahaan, atau individu
menjadi bagian di dalam hukum di banyak negara, dan terkadang
sebagai konstitusi atau hukum privasi. Hampir semua negara memiliki
hukum yang, dengan berbagai cara, membatasi privasi, sebagai contoh,
aturan pajak umumnya mengharuskan pemberian informasi mengenai
pendapatan (gaji). Pada beberapa negara, privasi individu dapat bertentangan
dengan aturan kebebasan berbicara, dan beberapa aturan hukum
mengharuskan pemaparan informasi publik yang dapat dianggap pribadi di
negara atau budaya lain.

2.1.4. Fungsi Privasi


Fungsi Privasi adalah untuk mencegah kejahatan computer dan anonimitas
a. Kejahatan Komputer
Kejahatan Komputer adalah segala aktifitas yang tidak sah
dilakukan dengan memanfaatkan tindak pidana, seperti berikut ini:
1. Pencurian data program
2. Layanan Pencurian
3. Memperbanyak program
4. Mengubah data
5. Pengerusakan program
6. Pengerusakan data
7. Pelanggaran terhadap UU

b. Anonimitas (tidak beridentitas).


Privasi dan anonimitas adalah 2 hal yang sangat erat kaitannya
dan mirip. Tapi prinsipnya Anonimitas adalah untuk privasi sedangkan
privasi belum tentu membutuhkan anonimitas, walaupun biasanya
memerlukan. Privasi bisa saja didapat dengan menerapkan sekuritas
misalnya enkripsi. ( Contoh : Saat mencobos anda tidak menuliskan
nama / identtas anda, inilah yag disebut anonimitas ).

5
2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Privasi
a. Faktor Personal
Ada perbedaan jenis kelamin dalam privasi, dalam suatu
penelitian pria lebih memilih ruangan yang terdapat tiga orang sedangkan
wanita tidak memeprmasalahkanisi dalam ruangan itu. Menurut
Maeshall prbedaan dalam latar belakang pribadi akan berhubungan
dengan kebutuhan privasi.
b. Faktor Situasional
Kepuasan akan kebutuhan privasi sangat berhubungan dengan
seberapa besar lingkungan mengizinkan orang-orang di dalamnya untuk
mandiri.
c. Faktor Budaya
Pada penelitian tiap budaya tidak ditemukan perbedaan dalam
banyaknya privasi yang diinginkan tetapi berbeda dalam cara bagaimana
mereka mendapatkan privasi. Misalnya rumah orang jawa tidak terdapat
pagar dan menghadap ke jalan, tinggal dirumah kecil dengan dindidng
dari bamboo terdiri dari keluarga tunggal anak ayah dan ibu.

2.1.6. Privasi Terhadap Perilaku


a. Perilaku Verbal
Perilaku ini dengan cara mengatakan kepada orang lain secara verbal,
sejauh mana orang lain berhubungan dengannya.
b. Perilaku Non Verbal
Perilaku ini dengan cara menunjukan ekspresi gerakan wajah atau tubuh
tertentu sebagai tanda senang atau tidak senang.

2.1.7. Regulasi Mengenai Privasi


Hak atas privasi pada dasarnya sudah cukup lama dikenal dan diakui
dalam rejim hukum baik internasional ataupun nasional. Regulasi mengenai
privasi dalam berbagai rejim hukum ini pada dasarnya untuk melindungi
priivasi dari seseorang terhadap invasi yang tidak sah yang dapat dilakukan
oleh Negara ataupun dari korporasi.

6
Regulasi mengenai privasi dalam rejim hukum hak asasi manusia
internasional diatur pertama kali pada Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia (DUHAM) pada Pasal 12 yang menyatakan :
“No one shall be subjected to arbitrary interference with his privacy,
family, home or correspondence, nor to attacks upon his honour and
reputation. Everyone has the right to the protection of the law against such
interference or attacks.”
Pengaturan lebih mengikat dituangkan dalam Kovenan Internasional
Hak Sipil dan Politik (Kovenan Sipol) yang diatur dalam Pasal 17 yang
menyatakan

“1. No one shall be subjected to arbitrary or unlawful interference


with his privacy, family, home or correspondence, nor to unlawful attacks on
his honour and reputation. 2. Everyone has the right to the protection of the
law against such interference or attacks.”

Rejim hukum hak asasi manusia secara regional juga mengatur


perlindungan terhadap hak atas privasi ini. Diantaranya dalam dilihat pada
Pasal 11 American Convention on Human Rights (ACHR) yang mengatur :

“1. Everyone has the right to have his honor respected and his dignity
recognized. 2. No one may be the object of arbitrary or abusive interference
with his private life, his family, his home, or his correspondence, or of
unlawful attacks on his honor or reputation. 3. Everyone has the right to the
protection of the law against such interference or attacks.”

Dalam European Convention on Human Rights (ECHR), hak atas


privasi diatur dalam Pasal 8 yang menyatakan :

“1. Everyone has the right to respect for his private and family life,
his home and his correspondence. 2. There shall be no interference by a
public authority with the exercise of this right except such as is in accordance

7
with the law and is necessary in a democratic society in the interests of
national security, public safety or the economic wellbeing of the country, for
the prevention of disorder or crime, for the protection of health or morals,
or for the protection of the rights and freedoms of others.”

Pengaturan perlindungan hak atas privasi dalam rejim hukum


internasional ini masih bersifat umum, untuk itu perlu dilihat kembali
petunjuk operasional dari berbagai peraturan internasional tersebut
bagaimana Negara dapat berperan untuk melindungi privasi.
Komentar Umum No 16 Kovenan Sipol memberikan petunjuk
operasional terhadap perlindungan yang diberikan oleh Pasal 17 Kovenan
Sipol. Dalam Komentar Umum No 16 disebutkan jika pada dasarnya Pasal
17 memberikan perlindungan terhadap setiap orang dari gangguan dan
intervensi yang melanggar hukum dan sewenang – wenang terhadap diri
pribadi, keluarga, rumah, komunikasi. Jaminan ini diperlukan untuk
mengatasi gangguan dan serangan yang datang dari Negara, orang lain,
ataupun dari badan hukum tertentu. Karena itu Negara diwajibkan untuk
mengambil langkah – langkah legislasi untuk melindungi hak ini.
Komentar Umum No 16 ini juga memberikan beberapa definisi
penting terutama menyangkut yang disebut dengan unlawful16 dan arbitrary
interference. Memahami kedua defisini ini penting sebagai kunci untuk
melihat sejauh mana serangan atau gangguan atas diri pribadi seseorang yang
dilakukan baik oleh pemerintah dan korporasi dapat dibenarkan sesuai
dengan maksud dan tujuan dari Pasal 17 Kovenan Sipol.
Persoalannya Komentar Umum No 16 masih bersifat umum,
sehingga untuk melihat bagaimana praktek pembatasan yang diperkenankan
berdasarkan ketentuan Pasal 17 Kovenan Sipol, maka Pelapor Khusus PBB
untuk Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi mengemukakan bahwa
pembatasan yang diperkenankan dalam Pasal 17 Kovenan Sipol adalah
sesuai dengan pembatasan yang diperkenankan dalam Komentar Umum No
27 Kovenan Sipol. Karena itu untuk melihat pembatasan Hak atas Privasi

8
juga diatur dalam the American Declaration of the Rights and Duties of Man,
khususnya dalam Pasal 5 yang menyatakan:

“Every person has the right to the protection of the law against
abusive attacks upon his honor, his reputation, and his private and family
life”

Juga dalam Pasal 9 yang menyatakan

“Every person has the right to the inviolability of his home.”

Dan juga dalam Pasal 10 yang menyatakan

“Every person has the right to the inviolability and transmission of his
correspondence.”

American Convention on Human Rights juga memberikan


perlindungan yang serupa terhadap hak atas privasi yang diatur dalam Pasal
11 yang menyatakan :

“1. Everyone has the right to have his honor respected and his dignity
recognized. 2. No one may be the object of arbitrary or abusive interference
with his private life, his family, his home, or his correspondence, or of
unlawful attacks on his honor or reputation. 3. Everyone has the right to the
protection of the law against such interference or attacks.”

UN Human Rights Committee juga tercatat pernah mengeluarkan


putusan mengenai hak atas privasi khususnya pelanggaran privasi yang dapat
dibenarkan berdasarkan ketentuan Pasal 17 ICCPR.
Dalam konteks Indonesia, regulasi pertama mengenai privasi dimulai
sejak disahkannya KUHP oleh pemerintah Hindia Belanda. Beberapa yang
dikenal dalam pengaturan privasi dalam KUHP diantaranya diatur dalam

9
Pasal 167 ayat (1), Pasal 335 ayat (1), Pasal 431, dan Bab XXVIII KUHP.
Keseluruhan pengaturan ini berupaya menjamin warga Negara dari serangan
yang tidak sah atas privasi yang dimiliki oleh warga Negara.
Diluar pengaturan tersebut ada juga berbagai pengaturan yang
memberikan perlindungan terhadap hak atas privasi, khususnya di bidang
komunikasi seperti UU No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, UU No.
30 Tahun 2002 tentang KPK, UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, UU No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik, dan UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Pada level konstitusi,
Pasal 28 G ayat (1) memberikan perlindungan terhadap hak atas privasi dari
warga Negara.
Perlindungan hak privasi dalam legislasi memungkinan setiap orang
untuk mengontrol pengumpulan, akses, dan penggunaan informasi pribadi
yang berada di pemerintahan ataupun di korporasi. Namun, realitasnya
tidaklah sesederhana itu karena ada hak untuk informasi juga memberikan
perlindungan bagi masyarakat untuk mengakses informasi dan data yang ada
di pemerintahan, termasuk data dan informasi pribadi.
Karena itu aspek perlindungan privasi saat ini menghadapi tantangan
baru, khususnya dengan penggunaan dan penerapan teknologi. Teknologi
memungkinkan terjadinya pengumpulan dan penyebarluasan informasi dan
data pribadi termasuk informasi dan data pribadi yang sensitif.
Dengan centang perenang pengaturan privasi dalam kaitannya
dengan akses terhadap informasi membuat warga Negara dalam posisi yang
rentan terhadap serangan privasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan
juga korporasi.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, pemerintah berinisiatif untuk
menyusun Rancangan Undang – Undang Perlindungan Data dan Informasi
Pribadi (RUU PDIP). RUU PDIP ini disusun karena adanya kebutuhan untuk
melindungi hak-hak individual di dalam masyarakat sehubungan dengan
pengumpulan, pemrosesan, penyelenggaraan, penyebarluasan data pribadi.
Perlindungan yang memadai atas privasi menyangkut data dan pribadi
akan mampu memberikan kepercayaan masyarakat untuk menyediakan

10
data dan informasi pribadi guna berbagai kepentingan masyarakat yang lebih
besar tanpa disalahgunakan atau melanggar hak-hak pribadinya.
RUU ini terdiri dari 16 bab dengan 46 pasal diharapkan dapat
menciptakan keseimbangan antara hak-hak individu dan masyarakat yang
diwakili kepentingannya oleh negara. Pengaturan tentang privasi atas
data dan informasi pribadi ini akan memberikan kontribusi yang besar
terhadap terciptanya ketertiban dan kemajuan dalam masyarakat
informasi.21 Sampai saat ini, RUU PDIP ini masih dalam proses
pembahasan di pemerintah.

2.1.8. Perlindungan Privasi Dalam Beberapa Bidang


a. Dalam Dunia Medis
Seseorang dapat melaporkan secara terbuka semua keluhan, baik
fisik dan rohani, percaya diri bahwa hak ini dilaksanakan untuk
kepentingan nya atau perawatannya. Dia tidak perlu khawatir bahwa
apapun yang ia katakan akan di ungkapkan kepada orang lain. Dalam
hal ini, Pasal 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1963 mensyaratkan
bahwa semua pekerja medis menyimpan catatan medis pasien mereka
rahasia, kecuali atas izin dari hakim agung dari pengadilan negeri untuk
tujuan investigasi kriminal.
b. Dalam Dunia Pemerintahan
Keterbukaan menyangkut transparansi anggaran, kinerja dan
profil lembaga.
c. Dalam Dunia Internet
Informasi yang dilindungi meliputi Informasi nama, alamat
email, riwayat situs yang dikunjungi, alamat IP, percakapan, chatting,
dan lain sebagainya sesuai dengan dimana kita menggunakan internet itu
sendiri.

11
2.1.9. Dampak Dari Kehilangan Privasi
Terdapat banyak sekali dampak yang ditimbulkan dari hilangnya
privasi suatu individu dizaman digital seperti sekarang ini .setidaknya
terdapat tiga buah dampak negative yang ditimbulkanya.Antara lain berupa:
1. Hilangnya Kebebasan Individu
2. Manusi Tidak Bisa Bersikap Alamiah
3. Manusia Menjadi Objek Informasi

2.1.10. Contoh Kasus Pelanggaran Privasi


Google telah didenda 22.5 juta dolar Amerika karena melanggar
privacy jutaan orang yang menggunakan web browser milik Apple, Safari.
Denda atas Google kecil saja dibandingkan dengan pendapatannya di
kwartal kedua. (Credit: Reuters) Denda itu, yang diumumkan oleh Komisi
Perdagangan Federal Amerika Serikat (FTC), adalah yang terbesar yang
pernah dikenakan atas sebuah perusahaan yang melanggar persetujuan
sebelumnya dengan komisi tersebut. Oktober lalu Google menandatangani
sebuah persetujuan yang mencakup janji untuk tidak menyesatkan
konsumen tentang praktik-praktik privacy.
Tapi Google dituduh menggunakan cookies untuk secara rahasia
melacak kebiasaan dari jutaan orang yang menggunakan Safari internet
browser milik Apple di iPhone dan iPads. Google mengatakan, pelacakan
itu tidak disengaja dan Google tidak mengambil informasi pribadi. Google
sudah setuju untuk membayar denda tadi, yang merupakan penalti terbesar
yang pernah dijatuhkan atas sebuah perusahaan yang melanggar instruksi
FTC.

2.2 KEBEBASAN INFORMASI


2.2.1. Defenisi Kebebasan Informasi
a. Kebebasan
Berasal dari kata dasar “Bebas” Bebas adalah hak asasi manusia yang
paling dasar dimana masih adanya keterikatan terhadap aturan – aturan
atau norma – norma yang berlaku dimana tempat itu berada.

12
b. Informasi
Informasi adalah suatu kenyataan, data, item yang menambah
pengetahuan bagi penggunanya. Informasi adalah kenyataan yang
menunjukkan hasil pengolahan data yang berguna kepada yang
menerimanya.

Jadi Kebebasan Informasi adalah hak asasi manusia yang diakui oleh
hukum internasional dalam mendapatkan informasi dengan bebas, yang
mencakup bukan hanya dalam teks dan gambar saja tetapi juga pada sarana
berekspresi itu sendiri terutama dalam pemanfaatan teknologi informasi.
Kebebasan informasi terutama dalam mendapatkan hak akses
informasi dari Internet serta media massa lainnya seperti televisi, radio, surat
kabar, buku dan lain sebagainya, juga merupakan nilai dasar dalam
kehidupan berdemokrasi. Oleh karena itu kebebasan memperoleh informasi
bagi masyarakat dapat menjadi dasar dalam meningkatan partisipasi dari
masyarakat itu sendiri, mengingat ketersediaan informasi yang memadai
tentunya akan dapat mendorong masyarakat untuk lebih mampu
berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan secara efektif dan berarti.
Dalam era informasi, perlindungan hak atas privasi telah berkembang
kepada isu mengenai masalah yang terkait dengan pengumpulan,
penggunaan, dan penyebarluasan data pribadi dalam sistem informasi.
Teknologi baru telah memicu pengumpulan informasi pribadi yang
dilakukan oleh pemerintah dan korporasi dalam suatu database yang
memiliki cakupan luas dan dalam. Informasi pribadi biasanya dimanfaatkan
untuk kepentingan pajak, kesehatan, pekerjaan, rekam jejak kriminal dan
kewarganegaraan dan termasuk adanya teknologi identifikasi yang
digunakan untuk pembuatan KTP, sidik jari, dan juga pemetaan DNA.
Dalam konteks tersebut keterbukaan informasi dan data memiliki
keterkaitan erat dengan pelindungan privasi baik keterkaitan dalam hal yang
bersifat saling membutuhkan ataupun dalam sifat yang saling bertentangan.
Namun kedua hak ini pada dasarnya memainkan peran yang berlainan hanya

13
dalam sedikit hal dimana kedua hak tersebut saling terkait dan dapat
memunculkan potensi pertentangan.
Pemerintah (dan juga korporasi di bidang teknologi) pada dasarnya
mengumpulkan data yang sangat besar yang terkait dengan informasi
pribadi. Persoalannya terkadang data dan informasi tersebut juga diminta
aksesnya oleh masyarakat untuk berbagai alasan. UU Keterbukaan Informasi
dibanyak Negara termasuk Indonesia pada umumnya mengecualikan akses
terhadap informasi pribadi. Namun mengingat persoalannya yang kompleks
antara perlindungan privasi dan keterbukaan informasi, para pengelola
informasi di lembaga – lembaga pemerintahan pada umumnya masih
disulitkan dengan persoalan jenis informasi apa yang sebenarnya harus
dilindungi dan tidak dapat diberikan aksesnya kepada masyarakat.

2.2.2. Privacy Information (Security)


Sebuah informasi harus aman, dalam arti hanya diakses oleh pihak – pihak
yang berkepentingan saja sesuai dengan sifat dan tujuan dari informasi
tersebut.

2.2.3. Kebebasan Memperoleh Informasi


Kegiatan mempromosikan keterbukaan dan akuntabilitas sektor
publik dengan cara memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk
mengakses informasi tersebut. Ada beberapa macam hak privasi,
diantaranya :
a. Hak untuk bebas dari akses yang tidak diinginkan, misalnya akses fisik,
akses melalui sms.
b. Hak untuk tidak membolehkan informasi pribadi digunakan dengan cara
yang tidak diinginkan, misalnya penjualan informasi dan pembocoran
informasi.
c. Hak untuk tidak membolehkan informasi pribadi dikumpulkan oleh
pihak lain tanpa sepengetahuan atau seizin seseorang, misalnya melalui
penggunaan cctv.

14
d. Hak untuk memiliki informasi pribadi yang dinyatakan secara akurat dan
benar
e. Hak untuk mendapatkan imbalan atas nilai informasi itu sendiri.

2.2.4. Ciri-Ciri Kebebasan Informasi


a. Keterbukaan Informasi
Ciri pertama dari kebebasan informasi adalah keterbukaan
informasi. Keterbukaan informasi ini berarti bahwa setiap informasi
bebas untuk disebarluaskan, diakses, dinikmati dengan bebas dan
bertanggung jawab. Kebebasan bertanggung jawab ini dimaksudkan agar
informasi tersebut dapat bermanfaat untuk masyarakat luas tidak
merugikan pihak lainnya.
b. Kewajiban Untuk Menyebar Luaskan Informasi
Penyebar luasan informasi sangat penting agar setiap elemen dan
komunitas di masyarakat dapat mengakses informasi dengan bebas dan
bertanggung jawab . Setiap individu mempunyai hak dan kewajiban di
dalamnya untuk membantu di dalam penyebar luasan informasi.
Informasi bernilai penting di era teknologi digital ini. Itu sebabnya,
dengan adanya akses informasi yang terbuka luas untuk msyarakat, akan
menciptakan kebebasan informasi pada msyarakat. Informasi memberi
nilai penting dan arti, terutama pengetahuan bagi msyarakat. Masyarakat
yang memperoleh pengetahuan dari informasi uang
didapatkannya tersebut, dapat membagikan pengetahuan itu kepada
msyarakat lainnya .
c. Adanya Biaya Memperoleh Informasi
Ciri ketiga dari kebebasan informasi adalah adanya biaya untuk
memperoleh informasi tersebut. Keterbukaan informasi dan kebebasan
informasi menjadikan banyak sekali informasi di berbagai media baik
elektronik, media cetak hingga internet. Namun di dlaam prosesnya
untuk memeperoleh informasi tersebut (meskipun bebas), tetap terdapat
biaya yang diperlukan di dalamnnya.

15
d. Keterbukaan Informasi menajdi Prioritas Utama
Keterbukaan Informasi memiliki arti bahwa informasi dpat di
akses oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun serta dapat
disebarluaskan oleh oleh sisapapun, untuk kepentingan bersama,
Keterbuakaan Informasi adalah modal utama kebebasan informasi, jika
tidaka ada keterbukaan inormasi maka akan mustahil untuk dapat tercipta
kondisi di mana terwujud kebebasan informasi. Empat ciri utama
keterbuakaan informasi yaitu :
1. Tidak adanya informasi yang ditutup - tutupi oleh pemerintah kepada
masyarakat. Baik dalam hal ini jalannya pemerintahan, biaya
penyelenggaraan pemerintahan, anggaran pembangunan, pemilihan
kepala daerah dan kepala negara, kebijakan - kebijakannya, peraturan
dan sebagaiannya.
2. Masyarakat dapat dengan bebas dan bertanggung jawab di dalam
mengakses informasi dan membayar luaskan informasi tanpa adanya
larangan dari pihak lain.
3. Terdapatnya kebebasan di dalam mengolah data untuk menjadi
informasi dan pemanfaatan Teknologi informasi di dalam kehidupan
sehari - hari, tanapa adanya batasan dari pemerintah maupun pihak
lainnya.
4. Adanya jaminan keamanan bagi setiap pemilik informasi terhadap
informasi yang disajikannya kepada khalayak publik. Jaminan
keamanan ini salah satunya adalah bentuk perlindungan hukum.

e. Perlindungan Hukum terhadap saksi Pengungkap Informasi


Didalam banyak kasus yang terjadi pada kehidupan sehari - hari,
misalkan diranah, saksi pengungkap informasi akan dijaga dengan ketat
untuk memperoleh keamanan. Informasi yang disampaikannya sangat
penting di dalam proses hukum yang terjadi. Demikian juga pada ranah
lainnya termasuk juga yang berkaian dengan teknologi Informsi,
misalkan saja ada saksi memberikan informasi tentang skandal
penyuapan dan pemalsuan data - data komputer suatu perusahaan, maka

16
pemberi saksi ini dapat diberikan perlinndungan agar proses hukum bisa
berjalan dengan baik terkait dengan penyelesaian hukum untuk kasus
perusahaan tersebut.

f. Kemudahan di dalam Memperoleh dan Mengakses Informasi


Kemudahan - kemudahan ini harus mampu disediakan dan di
fasilitasi oleh negara untuk kesejahteraan rakyat. Salah satu syarat utama
untuk menciptakan kondisi yang mudah untuk memperoleh dan
mengakses informasi adalah tersediannya akses internet yang memadai.

g. Pemerintahan yang Terbuka


Pemerintah yang terbuka berarti bahwa segala urusan
pemerintahan terbuka untuk masyarakat, sehingga masyarakat memiliki
hak dan kewajiban untuk turut mengetahui dan terlibat aktif di dalamnya.

2.2.5. Pembatasan Kebebasan Informasi


a. Rahasia Negara
Informasi yang tergolog rahasia negara memang tidak boleh
diberitakan oleh pers. Informasi-informasi tersebut sudah masuk dalam
klasifikasi dalam pasal 17 UU No. 14 tahun 2008 tentangn KIP.
Namun, rahasia negara juga ada batasannya, yaitu: Setelah melampui
masa retensi sebagaimana diatur dalam undang-undang; Kedua, setelah
berubah menjadi informasi publik oleh karena berbagai sebab, seperti dibuka
di pengadilan maupun sudah terbuka di depan publik (misalnya bocor).
Dalam beberapa kasus di luar negeri, rahasia negara juga dapat dibuka demi
kepentingan publik. Kasus Pentagon Papers di Amerika Serikat adalah salah
satu contohnya. Sebuah dokumen yang dikategorikan “sangat rahasia” dapat
diungkap oleh media massa karena ternyata dalam dokumen tersebut
terkandung sebuah skandal. Pengklasifikasian “sangat rahasia” bukan
sungguh-sungguh dilakukan untuk melindungi keselamatan negara, tapi
untuk menyembunyikan skandal pemerintah.

17
b. Rahasia di Bidang Bisnis
Rahasia bisnis yang sah umumnya juga digunakan untuk membatasi
keterbukaan informasi secara legal. Informasi-informasi yang umumnya
dapat dibatasi meliputi informasi yang terkait dengan hak kekayaan
intelektual, termasuk di dalamnya adalah rahasia dagang, informasi yang
menyangkut persaingan usaha. Rahasia profesional (professional
confidentiality) juga termasuk dalam kategori ini. dapat dibatasi untuk
kepentingan publik. Salah satu contohnya adalah rahasia bisnis dalam
perusahaan rokok di Amerika, sebagaimana diceritakan dalam film The
Insider. Sebuah media televisi dapat boleh mengungkap kandungan zat kimia
dalam produk rokok yang membahayakan masyarakat.

c. Privasi
Privasi atau rahasia pribadi termasuk hak yang dijamin oleh hukum.
Pers tidak boleh mengungkap rahasia pribadi seseorang, karena informasi
pribadi bukanlah konsumsi publik. Perlindungan rahasia pribadi menyangkut
banyak hal, termasuk komunikasi pribadi, kehidupan pribadi, rahasia medis
dan sebagainya. Informasi pribadi juga termasuk bagian dari hak asasi
manusia yang dilindungi oleh berbagai instrumen HAM.
Kode Etik Jurnalistik juga mewajibkan jurnalis menghormati hak atas
privasi narasumber. Namun demikian, privasi seseorang juga dapat dibatasi
oleh kepentingan publik. Misalnya, seseorang yang melakukan tindak
pidana, maka banyak informasi pribadinya yang diungkap di depan public,
misalnya melalui persidangan yang terbuka untuk umum. Dengan demikian,
pers dapat menyebarkan informasi pribadi orang tersebut.

2.2.6. Arti Penting Pengaturan Perlindungan Privasi Data dan Informasi


Kemajuan dan perkembangan komunikasi multimedia, ruang lingkup
dan kecepatan komunikasi lintas batas meningkat. Perkembangan tersebut
telah mendorong berbagai forum internasional memahami fenomena
komunikasi multimedia sebagai salah satu pemanfaatan teknologi informasi.
Dalam hal ini diperlukan kerja sama untuk mencapai tujuan tanpa melanggar

18
prinsip yang berlaku dalam hukum intenasional. Negara-negara tersebut
hakekatnya dapat disebut sebagai embrio dalam mewujudkan masyarakat
internasional dalam bidang komunikasi.

2.3 PENGATURAN PRIVASI DAN KETERBUKAAN INFORMASI DAN


DATA
Untuk mengatasi persoalan yang dapat muncul antara kepentingan
melindungi privasi dan kepentingan untuk tetap mempertahankan
keterbukaan informasi dan data, maka diperlukan pengaturan yang lebih baik
agar kedua hak ini tidak saling tumpah tindih dapat tetap dapat mendukung
kemajuan demokrasi dan hak asasi manusia.
Untuk memahami hal tersebut, model legislasi yang dikembangkan
wajib memastikan akuntabilitas dari Negara baik untuk melindungi privasi
dan memastikan keterbukaan informasi dan data. Karena kedua hak tersebut
memiliki tingkat dan bobot yang sama. Dan jikapun ada kasus yang muncul
karena konflik antara perlindungan privasi dan kepentingan keterbukaan,
maka hal tersebut harus didalami berdasarkan kasus per kasus. Karena itu
merancang legislasi yang baik sangat penting agar baik Undang – Undang
yang dihasilkan, penerapan dari aturan dan lembaga pengawasnya dapat
dengan baik menyeimbangkan kedua hak tersebut.
Di dunia ada dua model legislasi terkait dengan keterbukaan informasi
dan data dan perlindungan privasi. Model pertama adalah adanya satu
legislasi mengenai perlindungan privasi dan keterbukaan informasi. Model ini
setidaknya diikuti oleh Canada, Hungaria, Meksiko, dan Thailand. Model ini
menurut Mahkamah Agung Canada sebagai peraturan yang baik dengan
ketentuan pelengkap yang dapat dan wajib untuk diinterpretasikan secara
harmonis. Terhadap model ini, David Banisar menyatakan bahwa ada
kerugian ketika legislasi perlindungan privasi dan keterbukaan informasi
menjadi satu. Dengan mengatur dua fungsi secara bersamaan akan
menyebabkan kebingunan di tataran legislasi atas maksud dari pengaturan
tersebut. Kebingungan tersebut akan menyebabkan adanya dua pihak yang

19
saling bertentangan karena mendukung salah satu tindakan. Dan ketika ada
kelemahan, sulit untuk dilakukan perubahan legislasi.
Sementara itu ada model kedua yang mengadopsi dua legislasi yang
mengatur mengenai keterbukaan informasi dan perlindungan privasi. Karena
itu jika ada legislasi baru yang akan disahkan maka harus dipastikan adanya
harmonisasi diantara kedua legislasi tersebut. Jika harmonisasi ini diabaikan,
kedua legislasi tersebut akan berbenturan dan diperlukan upaya untuk
melakukan revisi kembali atas legislasi keterbukaan informasi dan
perlindungan privasi.
Dalam konteks Indonesia, Indonesia mengikuti model kedua dimana
keterbukaan informasi dan perlindungan privasi diatur secara terpisah. Saat
ini, keterbukaan informasi diatur dalam UU No 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik, sementara perlindungan privasi akan diatur
dalam Peraturan Menteri Kominfo tentang Perlindungan Data Pribadi Dalam
Sistem Elektronik. Rancangan Peraturan Menteri ini menurut Menteri
Kominfo adalah amanat dari Pasal 15 ayat (3) Peraturan Pemerintah No 82
tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.
Karena itu, pembahasan Rancangan Peraturan Menteri Kominfo tentang
Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik dibahas secara bersama
– sama dengan Ditjen Imigrasi, Arsip Nasional RI, Otoritas Jasa Keuangan,
YLKI, Bank Indonesia, dan Kementerian Kesehatan. Rancangan ini sedianya
akan diterbitkan oleh Menteri Kominfo pada akhir 2015.
Rancangan Peraturan Menteri Kominfo tentang Perlindungan Data
Pribadi dalam Sistem Elektronik ini mendapatkan kritik dari Elsam. Dalam
kritiknya Elsam menyatakan bahwa perlindungan data pribadi merupakan
bagian dari hak atas privasi yang memerlukan legitimasi hukum setingkat
Undang – Undang. Selain kritik atas model legislasi tersebut, elsam juga
mencatat 4 kelemahan lainnya yaitu kriteris data pribadi yang dapat diakses
penegak hukum, mekanisme pemulihan hak, pengawasan pelaksanaan dari
perlindungan data pribadi dalam sistem elektronik, dan terakhir adalah
mengenai perlunya perlunya otoritas independen untuk penyelesaian
sengketa.

20
Meski menuai kritik, beleid ini sejatinya menurut Menteri Kominfo
adalah sebagai fase transisi menuju kepada RUU Perlindungan Data Pribadi
yang sedianya akan masuk dalam Program Legislasi Nasional 2016.
Untuk menyusun dua kerangka legislasi terpisah, ada lima hal yang
harus diperhatikan yaitu: Definisi mengenai informasi pribadi, pengutamaan
undang – undang, pengecualian privasi dalam UU Keterbukaan Informasi,
siapa yang dapat meminta akses terhadap informasi pribadi, dan mekanisme
pengawasan serta upaya banding. Mekanisme pengawasan juga perlu
mendapatkan perhatian khusus, utamanya untuk mereduksi kemungkinan
terjadinya “konflik” antar insitusi. Yang paling baik adalah adanya satu
lembaga untuk menjalankan mekanisme pengawasan baik berdasarkan
legislasi keterbukaan informasi public dan juga perlindungan privasi. Dengan
model 1 lembaga untuk menjalankan mekanisme pengawasan maka
pengalaman – pengalaman yang baik akan terbagi dan mengurangi potensi
dan resiko terjadinya konflik. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kedua
hak ini memiliki hubungan yang kuat karena itu penting untuk memiliki satu
lembaga untuk menjalankan mekanisme pengawasan untuk keterbukaan
informasi dan menjaga perlindungan privasi.
Merujuk pada model kedua, pemerintah Indonesia sedang
mempersiapkan RUU Perlindungan Data dan Informasi Pribadi (RUU PDIP)
yang telah masuk dalam Program Legislasi Nasional 2016. RUU ini berisi
ketentuan tentang definisi dan klasifikasi mengenai jenis data pribadi yang
harus dilindungi. Selain itu RUU ini juga membuat kerangka prosedur yang
harus diikut saat pengumpulan, pemorsesan, dan pengelolaan dari data
pribadi. Dan yang terpenting, RUU ini juga memberikan petunjuk
penggunaan alat video perekam dan peran dari Komisi Informasi Pusat
sebagai lembaga pengawas dan pelaksana perlindungan data pribadi.
Diharapkan pada saat RUU ini disahkan, RUU ini menjadi peraturan
pertama yang secara khusus mengatur perlindungan privasi dan data pribadi
di Indonesia. Saat ini, perlindungan privasi dan data pribadi diatur oleh
berbagai peraturan di sektor – sektor tertentu seperti perbankan yang diatur

21
oleh UU No 7 Tahun 1992 dan kesehatan yang diatur dalam UU No 36 Tahun
1999 tentang Kesehatan.
Ada empat tujuan yang hendak dicapai oleh RUU ini yaitu; Pertama,
melindungi dan menjamin hak dasar warga Negara terkait dengan privasi atas
data pribadi; Kedua, menjamin masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
dari pemerintah, pelaku bisnis dan organisasi kemasyarakatan lainnya;
Ketiga, mendorong pertumbuhan industri teknologi, informasi dan
komunikasi; dan Keempat, mendukung peningkatan daya saing industri
dalam negeri.
Dalam konteks pengertian data pribadi, RUU ini membaginya
menjadi dua jenis yaitu data pribadi yang biasa dan data pribadi yang
sensitive. Data pribadi sensitive diartikan sebagai data pribadi yang meliputi:
agama/kepercayaan, kondisi kesehatan, kondisi fisik dan mental, kehidupan
seksual, data keuangan pribadi, dan lain – lain. Sementara data pribadi umum
adalah data yang berhubungan dengan kehidupan seseorang yang dapat
diidentifikasi baik secara otomatis ataupun berdasarkan kombinasi dengan
informasi lain seperti nama, nomor passport, foto, video, surat elektronik,
sidik jari dan lain- lain.
Data pribadi yang bersifat sensitive dapat diberikan melalui
persetujuan tertulis dalam hal:
1. Perlindungan keselamatan subjek data.
2. Pencapaian tujuan pemenuhan setiap hak & kewajiban berdasarkan
hukum ketenagakerjaan.
3. Pelaksanaan hal-hal yang berkaitan dengan tujuan medis.
4. Proses penegakan hokum.
5. Pelaksanaan fungsi berbagai pihak yang memiliki kewenangan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
6. Data pribadi sensitif telah berada di dalam domain publik

Persoalannya RUU PDIP tidak memiliki ketentuan khusus terkait


dengan data privadi yang sensitive atau prosedur khusus terkait dengan data
pribadi yang sensitive tersebut. Saat ini regulasi yang tersedia tidak

22
melakukan klasifikasi data pribadi terutama yang dapat dikategorikan sebagai
data pribadi yang bersifat sensitive. Misalnya terkait dengan rekam medis,
berdasarkan Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Rumah
Sakit dilarang mempublikasikan data tersebut. Begitu juga mengenai data
keuangan seseorang yang dikategorikan privasi berdasarkan UU No. 6 Tahun
1983 tentang Perpajakan (diubah berdasarkan UU No. 16 Tahun 2009) dan
UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (diubah berdasarkan UU No. 10
Tahun 1998). Sementara data terkait kesehatan mental dan fisik, sidik jari,
dan retina, dikategorikan sebagai data pribadi berdasarkan UU No. 23 Tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan (diubah berdasarkan UU No. 24
Tahun 2013) Mekanisme pengawasan dalam RUU PDIP menggunakan
mekanisme pengawasan yang sama dengan UU KIP, yaitu melalui Komisi
Informasi Pusat. Komisi Informasi Pusat memiliki fungsi untuk memastikan
penyelenggara data pribadi tunduk dan patuh terhadap ketentuan di dalam
undang-undang dan mendorong semua pihak menghormati privasi data
pribadi. Dalam pelaksanaan fungsi tersebut, Komisi Informasi Pusat
berwenang untuk :
1. Memantau kepatuhan seluruh pihak yang terkait dengan perlindungan
data pribadi.
2. Menerima pengaduan, memfasilitasi penyelesaian sengketa, dan
melakukan pendampingan.
3. Berkoordinasi dengan instansi pemerintah lainnya dan sektor swasta .
4. Mempublikasikan panduan langkah-langkah perlindungan data pribadi.
5. Memberikan rekomendasi kepada penegak hukum.Memberikan surat
teguran/peringatan pertama dan kedua.
6. terhadap pelanggaran oleh penyelenggara data.
7. Melakukan penelitian (research).
8. Memfasilitasi penegakan perlindungan data pribadi.
9. Memberikan pendapat dan saran terhadap pembentukan dan penerapan
peraturan lain yang berkaitan dengan perlindungan data pribadi; dan
10. Negosiasi

23
RUU PDIP memperluas cakupan wewenang dari Komisi Informasi
Pusat. Berdasarkan UU KIP, Komisi Informasi Pusat hanya berwenang
untuk menyelesaikan sengketa informasi. Namun, RUU PDIP masih
menyisakan kelemahan mendasar apabila terjadi sengketa mengenai data
pribadi. Belum cukup jelas tools apa yang akan digunakan oleh Komisi
Informasi Pusat dalam RUU PDIP ini.

2.4 MENJAGA KEAMANAN DATA DAN PRIVASI


Menjaga keamanan data dan privasi adalah hal yang sangat penting.
Ya, saat ini data-data penting sangat berharga dan bisa disalahgunakan oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Nah, lalu bagaimana cara jaga
keamanan dan privasi di internet?
Untuk kamu ketahui, untuk menjaga keamanan privasi perlu adanya
Kesadaran, dimana hal ini menekankan pentingnya menyadari keamanan dan
privasi dalam menggunakan internet. Kemudian pencegahan, yakni aksi
lanjutan yang perlu dilakukan seseorang setelah memahami kemudian bisa
melakukan tindakan pencegahan dalam menjaga keamanan dan privasi
berinternet.
2.4.1. Tips Meningkatkan Kesadaran
1. Berhati-hatilah terhadap pesan yang meminta informasi pribadi dan
tidak boleh membagikan data pribadi orang lain tanpa seizin orang
tersebut.
Jangan klik link atau balas pesan mencurigakan berbentuk apapun
yang meminta informasi pribadi kamu seperti nama lengkap, nama ibu,
alamat rumah, email, tanda pengenal diri, sandi, nomor rekening bank
atau nomor kartu kredit, bahkan tanggal lahir. Bahkan jika pesan tersebut
dikirim oleh situs yang kamu percaya, seperti situs bank, jangan pernah
klik link atau membalas pesannya. Sebaiknya kunjungi langsung situs
atau aplikasi bank tersebut untuk login ke akunmu.
Ingatlah, situs dan layanan resmi tidak akan pernah mengirim
pesan untuk meminta mengirim sandi atau informasi keuangan via email.

24
Selain informasi pribadi diri kamu sendiri, kamu juga tidak boleh
membagikan data pribadi orang lain tanpa seizin orang tersebut.

2. Selalu pastikan validitas URL atau link yang mencurigakan.


Jangan pernah klik link mencurigakan, karena bisa jadi link itu
berisi halaman login palsu buatan hacker yang terlihat resmi. Pastikan
URL link yang akan kamu akses adalah situs yang resmi yang diawali
dengan “https”.
Situs palsu membuat kamu terjebak phising yakni upaya untuk
menipu kamu agar memberikan informasi pribadi yang sangat penting
seperti sandi akun.

3. Jangan instal aplikasi berbahaya di ponsel kamu.


Selalu unduh aplikasi seluler dari sumber terpercaya. Google Play
Protect menjaga keamanan perangkat dengan melakukan pemeriksaan
keamanan terhadap aplikasi dari Google Play Store sebelum kamu
mengunduhnya, serta memeriksa perangkat dari waktu ke waktu. Untuk
memaksimalkan perlindungan data kamu, hapus aplikasi yang tidak lagi
digunakan, baca kebijakan privasi, aktifkan fitur update otomatis dan
hanya berikan akses data sensitif ke aplikasi terpercaya.

4. Jaga agar software selalu yang terbaru.


Selalu gunakan software terbaru untuk browser, sistem operasi,
plugin, dan editor dokumen. Saat kamu menerima notifikasi untuk
mengupdate software, lakukanlah sesegera mungkin.
Perhatikan kapan kamu perlu mengupdate software, beberapa
layanan seperti browser Chrome, akan diperbarui secara otomatis.

5. Waspadai peniru identitas.


Jika kamu menerima email dari seseorang yang kamu kenal tetapi
isi pesannya terlihat aneh, bisa jadi akun kenalanmu sudah diretas.
Jangan balas pesan atau klik link apapun yang diberikan.

25
Perhatikanlah hal-hal yang mencurigakan seperti:
a. Pesan yang meminta uang karena keadaan darurat
b. Orang dalam email mengaku sedang terjebak di negeri orang dan
tidak bisa pulang
c. Orang dalam email mengaku bahwa ponselnya dicuri dan tidak bisa
ditelepon x

6. Pegang kendali terhadap data di akun Google kamu.


Dengan Akun Google, kamu bisa mendapatkan informasi serta
mengatur setelan privasi dan keamanan di satu tempat. Fitur ‘Dasbor’
dan ‘Aktivitas Saya’ memberikan transparansi data yang dikumpulkan
dari aktivitasmu di seluruh layanan Google. Kamu juga bisa mengatur
privasi kamu dengan ‘Kontrol Aktivitas’ dan ‘Setelan Iklan’ yang
memungkinkan kamu untuk mengaktifkan atau menonaktifkan
pengumpulan dan penggunaan data, serta mengatur seluruh layanan
Google agar berfungsi lebih baik untuk kamu. Ayo kunjungi Akun
Googlemu (https://myaccount.google.com/). Berbagai setelan ini bisa
diubah sesering yang kamu mau, dan kamu bahkan bisa menggunakan
pengingat berkala agar terus ingat dengan setelan terkini. Lakukan
Pemeriksaan Privasi disini
https://myaccount.google.com/privacycheckup.

7. Gunakan jaringan dan koneksi yang aman sebelum memasukkan


informasi sensitive
Berhati-hatilah saat menggunakan WiFi publik. Jaringan ini
mungkin saja tidak dienkripsi sehingga siapapun yang ada di jaringan
tersebut bisa memantau aktivitas kamu di Internet.
Apabila kamu harus memasukan informasi sensitif, pastikan
koneksi ke situs yang kamu kunjungi itu aman, jika situs tersebut aman
browser seperti Chrome, akan menampilkan ikon gembok berwarna abu-
abu di kotak URL.

26
2.4.2. Tips Pencegahan
1. Lindungi dirimu dengan sandi yang kuat.
Jangan menggunakan satu sandi yang sama di akun yang berbeda.
Tambahkan informasi pemulihan akun untuk membantu jika kamu keluar
dari akun dan perlu kembali mendapatkan akses. Chrome juga
menyediakan fitur pengelola sandi yang membantu kamu membuat,
menjaga, dan memantau semua sandi akun online kamu.
a. Gunakan campuran huruf, angka, tanda baca dan simbol tipografi
seperti “@!AB2-4#%” agar sulit ditebak dan dirangkai oleh botnet.
b. Selalu ganti (refresh) password pada perangkat/gawai komputer,
smartphone, wifi router secara berkala/periodic (30, 60 atau 90 hari).
c. Jangan gunakan Default Password. Segera ganti password yang
diberikan pabrik (Factory set default password).
d. Jangan menyimpan password sembarangan di tempat yang diakses
umum atau orang lain.
e. Hindari password yang mudah ditebak seperti tanggal lahir, nama
pasangan, nama sekolah dan lainnya.

8. Utamakan keamanan dengan Verifikasi 2 Langkah.


Amankan akun kamu dengan verifikasi 2 Langkah. Fitur ini
menambahkan lapisan keamanan ekstra ke akun kamu. Menyiapkan
Verifikasi 2 Langkah dapat meminimalisir peluang akses tidak sah ke
akun kamu secara signifikan. Untuk menyiapkan Verifikasi 2 Langkah
di Akun Google kamu, kunjungi tautan ini.

9. Cek Google safety center: https://safety.google/intl/id/


Untuk tahu lebih detail mengenai cara menjaga privasi dan
keamanan kamu saat menggunakan internet.

27
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

28

Anda mungkin juga menyukai