Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

BAB 4 : ISU SOSIAL DAN ETIKA DALAM SISTEM


INFORMASI

Dosen Pengampu :
Abi Hanif Dzulquarnain, S. KM., M. SM.

Disusun Oleh:
Kelompok 1 / Manajemen 5 C Sore
1. Muhammad Tariq Arrahman (190301251)
2. Syaikhur rohman (190301180)
3. Arvida Triagustin (190301176)
4. Listya Ratna M (210301279)
5. Patrisya Rosalina (190301208)
6. Mohammad Farhan Renaldo (190301193)

PROGRAM STUDI EKONOMI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
TAHUN AKADEMIK 2021-2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadiran Allah SWT, atas berkat


limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat meyelesaikan
sebuah makalah dengan judul : “Isu Sosial dan Etika dalam Sistem Informasi”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
meyelesaikan tugas perkuliahan pada Program Studi Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Gresik.
Dengan tersusunnya makalah ini kami berharap kepada Bapak pengampu
Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen berkenan meluangkan waktu untuk
membina dan membimbing pembuatan makalah yang ditugaskan kepada
Mahasiswa. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dr. Tumirin, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Muhammadiyah Gresik.
2. Maulidyah Amalina Rizqi, S.E., M.M selaku Ka Prodi Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Unversitas Muhammadiyah Gresik.
3. Abi Hanif Dzulquarnain, S. KM., M. SM selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Sistem Informasi Manajemen yang dengan telaten dan sungguh-sungguh
dalam menyampaikan materi dan bimbingannya.
4. Rekan-rekan seangkatan Tahun 2019-2020 yang selalu saling memberikan
semangat dalam menyelesaikan tugas.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih banyak
kekurangannya. Untuk itu dengan kerendahan hati kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian untuk menjadikan periksa dan Kami berharap atas kritik dan
saran, guna perbaikan dalam penulisan makalah ini. Aamiin.

Gresik, 05 Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................ i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 3
2.1 Memahami Isu Sosial dan Etika yang Berkaitan dengan Sistem ............................. 3
2.2 Konsep Dasar: Responsibilitas, Akuntabilitas, dan Liabilitas ..................................... 7
2.3 Analisis Etika ............................................................................................................................................................ 8
2.4 Prinsip-Prinsip Utama Etika ....................................................................................................................... 9
2.5 Kode Etik Profesional dan Dilema Etika Kode Profesional ........................................ 10
2.6 Dimensi Moral dalam Sistem Informasi ...................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................................................................. 17
3.2 Saran .............................................................................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................................. 18
FORM PENILAIAN KINERJA KELOMPOK ....................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini manusia berada pada era informasi, hal itu berarti bahwa
informasi sudah menyentuh seluruh segi kehidupan dan penghidupan, baik
pada tingkat individu, tingkat kelompok, dan tingkat organisasi. Sistem
informasi menimbulkan pertanyaan etika yang baru baik individu maupun
masyarakat karena sistem informasi menciptakan kesempatan untuk
perubahan sosial yang besar dan juga membayakan distribusi kekuatan,
uang, dan kewajiban yang ada.
Masyarakat mulai perhatian terhadap etika, terutama karena kesadaran
bahwa komputer dapat mengganggu hak privasi individu. Dalam dunia
bisnis, salah satu alasan utamanya adalah masalah pembajakan. Namun,
subyek etika komputer lebih dalam daripada hanya sekedar masalah privacy
dan pembajakan. Untuk itu, isu sosial yang menyebabkan etika berubah
negatif maka harus di cegah dari individu dan masyarakat sekitar yang bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk diri sendiri
maupun orang lain.
Perkembangan dunia menuju dunia tanpa batas (borderless world)
telah banyak merubah berbagai aspek kehidupan. Proses ini menggerakkan
perdagangan bebas antar benua, perpindahan manusia, barang dan modal
yang semakin leluasa, serta pemakaiaan sumber daya diseluruh dunia
menuju efisiensi yang lebih tinggi. Salah satu penyebab hal ini adalah
kemajuan dibidang IPTEK yang semakin memudahkan manusia.
Pada perkembangannnya, beberapa faktor negatif terjadi berkaitan
dengan penggunaan sistem informasi oleh manusia, mengingat dalam
menggunakan komputer, pengguna berhubungan dengan sesuatu yang tidak
tampak yaitu bit-bit. Dibalik kecepatan, kecermatan dan keotomatisan
dalam memproses pekerjaan, ternyata teknologi informasi memuat dilema-
dilema etis sebagai akibat sampingan dari adanya unsur manusia sebagai
pembuat, operator dan sekaligus penggunanya.
Akhirnya menjadi faktor yang sangat menentukan kelancaran dan
keamanannya. Hal-hal inilah yang kemudian memunculkan unsur etika
sebagai faktor yang sangat penting kaitannya dengan penggunaan teknologi
informasi.
Meningkatnya jumlah interaksi manusia terhadap Teknologi Informasi
dan Komunikasi dari waktu ke waktu, maka etika sangat di butuhkan untuk
1
dijadikan suatu peraturan dasar dalam pemanfaatan tersebut yang
juga harus di pahami oleh masyarakat luas.
Keadaan seperti itu baik secara langsung maupun tidak langsung akan
dapat mempengeruhi kelangsungan hidup usaha yang dirintis oleh para
pelaku yg terlibat didalamnya, di lain pihak perusahaan di dalam usahanya
memasarkan suatu produk memasarkan suatu produk yang dihasilkan
terkadang mengalami kesulitan di dalam menyalurkan produknya kepada
konsumen, hal ini memaksa perusahaan untuk lebih pro-aktif dalam
mengantisipasi situasi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Isu sosial, dan etika apa saja yang ditimbulkan oleh sistem informasi?

2. Apa saja konsep dasar responsibilitas, akuntabilitas, dan reabilitas?

3. Bagaimana langkah dalam menganalisis etika?

4. Apa saja prinsip-prinsip etika utama?

5. Bagaimana kode etik profesional dan dilema etika kode profesional?

6. Apa saja dimensi moral dalam sistem informasi?

1.3 Tujuan
1. Memahami isu sosial, dan etika apa saja yang ditimbulkan oleh sistem
informasi.
2. Mengetahui konsep dasar responsibilitas, akuntabilitas, dan reabilitas.
3. Mengetahui langkah-langkah analisis etika.
4. Mengetahui prinsip utama etika.
5. Memahami kode etik profesional dan dilema etika kode profesional.
6. Memahami dimensi moral dalam sistem informasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Memahami Isu Sosial dan Etika yang Berkaitan dengan Sistem
Etika (ethics) mengacu pada prinsip-prinsip benar-salah mengenai apa
yang dilakukan seorang individu sebagai makhluk moral yang bebas, yang
digunakan untuk membimbing perilakunya. Sistem informasi menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan etika baru, baik secara individu maupun
bermasyarakat, karena menciptakan peluang dalam melakukan perubahan
sosial yang mendalam dan sekaligus mengancam eksistensi distribusi
kekuasaan, uang, hak dan kewajiban. Layaknya teknologi lainnya seperti
mesin uap, listrik, telepon, dan radio, teknologi informasi dapat digunakan
untuk mencapai kemajuan sosial, dapat juga digunakan untuk melakukan
kejahatan serta mengancam nilai sosial yang sudah dihargai.
Isu etika menjadi begitu penting semenjak kemunculan internet dan
perdagangan elektronik (e-commerce). Internet dan teknologi perusahaan
digital semakin mempermudah dalam mengumpulkan, memadukan, dan
mendistribusikan informasi ketimbang sebelumnya, memperlancar urusan
mengenai penggunaan informasi konsumen secara tepat, perlindungan
privasi pribadi, dan perlindungan kekayaan intelektual. Isu sosial berasal
dari isu etika sejalan masyarakat berharap pada diri seseorang untuk dapat
melakukan tindakan yang benar, sedangkan isu politik berasal dari konflik
sosial yang pada umumnya berkaitan dengan penggunaan undang-undang
yang memberikan arahan dan panduan bagi individu atau organisasi dalam
beperilaku agar sesuai dengan tindakan yang benar.
Masalah etika yang ditekankan terkait dengan sistem informasi adalah:
1. Membangun konsekuensi yang dapat diukur dalam sistem informasi.
2. Menentukan standar untuk menjaga kualitas sistem yang melindungi
keamanan individu dan masyarakat.
3. Mempertahankan nilai dan institusi yang dianggap penting bagi kualitas
hidup didalam masyarakat yang informatis.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa masalah etika ini
mempertanyakan bagaimana tanggung jawab dan etika sosial atas tindakan
yang dilak ukan terkait dengan permasalahan system tersebut.

Model Pemikiran Tentang Isu Etika, Sosial, dan Politis

Isu etika, sosial dan politis saling berkaitan erat. Dilema etika yang
mungkin akan Anda hadapi sebagai manajer sistem informasi biasanya
3
tercermin pada debat sosial dan politik. Salah satu cara memikirkan
hubungan-hubungan ini ditunjukkan oleh Gambar 1.1. Bayangkan
masyarakat seperti kolom yang tenang pada musim panas, ekosistem yang
lembut dengan keseimbangan diantara individu, masyarakat, dan institusi
politik. Setiap individu tahu bagaimana harus berperilaku dalam kolom ini
karena institusi sosial (keluarga, pendidikan, dan organisasi) telah
mengembangkan aturan berperilaku yang telah teruji dengan baik, dan hal
ini didukung oleh hukum yang dibuat oleh sektor politik yang mengatur
perilaku serta menyediakan hukuman bagi yang melanggar.

Gambar 1.1 Hubungan Antara Isu Etika, Sosial, dan Politis dalam Masyarakat
Informasi

Dalam gambar di atas dapat kita lihat bahwa ada beberapa komponen
yang terlibat dan saling berhubungan satu sama lain. Pengenalan teknologi
informasi baru memiliki dampak seperti gelombang menimbulkan isu etika,
isu sosial, politis baru yang harus ditangani individu, sosial dan politis.

Lima Dimensi Moral di Era Informasi

Isu etika, sosial, dan politis yang diangkat oleh sistem informasi, tercakup
dalam 5 dimensi moral sebagai berikut:
1. Hak dan kewajiban informasi. Berkaitan dengan perlindungan privasi
seorang individu dengan tidak mencampuri atau membatasi kebebasan
individu tersebut, dengan mencari informasi seperti data- data melalui
teknologi tanpa seizin dan sepengetahuan individu yang bersangkutan.
2. Hak dan kewajiban terkait kepemilikan.
4 Berkaitan dengan perlindungan
kekayaan dan intelektual pribadi. Kekayaan intelektual sebagai kekayaan
yang tidak berwujud yang diciptakan oleh seorang individu atau organisasi.
Dengan adanya teknologi informasi membuat perlindungan terhadap
kekayaan intelektual sulit untuk dilakukan, karena informasi yang
terkomputerisasi dapat dengan mudah menggandakan atau
mendistribusikan pada jaringan yang luas jangkauannya. Kekayaan
intelektual yang dilindungi meliputi rahasia dagang, hak cipta dan hak
paten.
3. Akuntabilitas dan pengendalian. Berkaitan dengan undang-undang privasi
individu, dimana teknologi informasi baruyang membawa tantangan bagi
undang-undang liabilitas dan dalam praktik sosial untuk menuntut
tanggungjawab perorangan dan organisasi, atas bahaya-bahaya yang
terjadi dari informasi individu serta hak-hak pribadi.
4. Kualitas sistem. Berkaitan dengan standar kualitas sistem data yang harus
dipenuhi untuk menghindari kesalahan dari sistem yang diterapkan untuk
melindungi data dalam suatu perusahaan agar tidak menyebabkan
kekacauan dan kerugian dalam bisnis.
Kualitas hidup. Komputer dan teknologi informasi mungkin dapat
merusak elemen yang berharga dari kebudayaan yang ada di dalam
masyarakat, meskipun di sisi lain juga dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan, seperti kasus internet yang bisa menjadi teman atau musuh
bagi anak-anak.

Tren Utama dari Teknologi yang Mengedepankan Isu Etika

Isu etika telah lama ada sebelum kehadiran teknologi informasi, isu-
isu itu merupakan perhatian yang terus-menerus ada pada masyarakat bebas
dimanapun. Namun demikian, teknologi informasi semakin mempertinggi
perhatan atas etika, memberi tekanan pada pengaturan-pengaturan sosial
yang ada, dan membuat hukum yang telah ada menjadi kuno/tidak berlaku
secara luas atau sedikit pincang. Ada empat tren teknologi yang bertanggung
jawab atas tekanan-tekanan etika dan keempatnya terangkum pada tabel
dibawah ini.
TREN DAMPAK
Kecepatan komputasi berlipat Semakin banyak perusahaan yang
dua kali setiap 18 bulan bergantung pada sistem komputer
dalam menjalankan kegiatan-kegiatan
utamanya.

5
Biaya penyimpanan data Perusahaan dapat dengan mudah
menurun dengan cepat memelihara secara terperinci masing-
masing database-nya.
Kemajuan analisis data Perusahaan dapat menganalisis data
dalam jumlah besar tentang seseorang
guna dikembangkan menjadi profil
perilaku mereka secara terperinci.
Kemajuan teknologi jaringan Menyalin data dari satu lokasi ke
lokasi lain dan mengakses data
pribadi dari lokasi yang jauh dengan
lebih mudah.
Dampak pertumbuhan Ponsel seseorang mungkin sedang
perangkat telepon genggam disadap tanpa sepengetahuan
pemiliknya.

Berlipat gandanya kekuatan komputasi tiap 18 bulan semakin


memungkinkan bagisebagian besar organisasi untuk memanfaatkan sistem
informasi dalam proses produksinya. Hasilnya adalah, ketergantungan kita
kepada sistem dan kesalahan-kesalahan yang terjadi padasistem serta
kualitas data yang buruk juga semakin meningkat. Aturan-aturan sosial dan
hukum belum mengatur ketergantungan seperti ini.
Kemajuan dalam bidang teknologi penyimpanan data dan penurunan
drastis biaya penyimpanan data memungkinkan pembuatan beragam
database mengenai individu-karyawan, pelanggan, konsumen dan
pemeliharaannya oleh organisasi publik dan pribadi. Kemajuan dalam bidang
penyimpanan data ini juga memungkinkan semakin mudahnya
penyalahgunaan data pribadi dan kerahasiaan pribadi.
Kemajuan dalam teknik analisis data bagi penggabungan data
berkapasitas besar adalah tren dari teknologi lainnya yang memicu perhatian
di bidang etika karena perusahaan dan lembaga pemerintah dapat dengan
mudah menemukan informasi pribadi seseorang secara detail/terperinci.
Dengan teknologi sistem informasi, perusahaan bisa merangkaikan
dan mengkombinasikan bernmacam ragam informasi yang tersimpan pada
komputer secara lebihmudah dari pada pada masa lalu.

6
Gambar 1.2 Non-Obvious Relationship Awareness (NORA)

Suatu teknologi analisis data yang disebut non-obvious relationship


awareness (NORA) memungkinkan bagi sektor pemerintahan maupun pribadi
untuk melaksanakan proses profiling secara lebih baik. NORA bisa
mengambil informasi mengenai orang-orang dari beragam sumber terpisah.
Teknologi NORA ini bisa memindai data dan mengekstrak informasi sewaktu
datasedang dibuat sehingga bisa. Teknologi ini bermanfaat sebagai alat
bantu canggih untuk keamanan wilayah negeri, namun memiliki implikasi
kerahasiaan pribadi.

2.2 Konsep Dasar: Responsibilitas, Akuntabilitas, dan Liabilitas


Pilihan etika adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh setiap
orang yang akan bertanggungjawab untuk setiap konsekuensi yang timbul
dari tindakannya, yaitu:
1. Responsibility (pertanggungjawaban) adalah sebuah elemen penting dari
tindakan etika.
2. Akuntabilitas (accountability) adalah Fitur dari sistem dan institusi sosial:
hal tersebut berarti ada mekanisme yang sesuai untuk menentukan siapa
yang bertanggungjawab mengambil tindakan dan siapa yang
bertanggungjawab terhadap keputusan
7 tersebut.
3. Liabilitas (liability) merupakan perluasan konsep dari responsibility yang
mengarah lebih jauh kebidang hukum. Proses hukum adalah fitur yang
berhubungan dengan masyarakat yang berbadan hukum dan merupukan
sebuah proses dimana hukum dipahami dan dimengerti.
Konsep-konsep dasar ini membentuk analisis etika yang mendasar dari
sistem informasi dan orang-orang yang mengelolanya. Pertama, teknologi
informasi disaring melalui institusi sosial, organisasi, dan individual. Sistem-
sistem tersebut tidak berdampak bagi diri mereka sendiri. Kedua,
tanggungjawab terhadap konsekuensi dari teknologi tersebut sepenuhnya
jatuh pada institusi, organisasi, dan manajer yang memilih untuk
menggunakan teknologi tersebut. Ketiga, didalam masyarakat yang memiliki
etika dan politik, setiap individu dapat memperoleh ganti rugi dari
kerusakan/kerugian yang dideritanya melalui rangkaian hukum yang
dikarakteristikkan sebagai proses hukum.

2.3 Analisis Etika

Beberapa cara menganalisis ketika kita dihadapkan pada situasi yang


memunculkan nilai etika, yaitu sebagai berikut:
1. Identifikasi dan gambarkan faktanya dengan jelas. Temukan siapa
yang melakukan suatu tindakat dan untuk siapa tindakan tersebut
dilakukan, dimana, kapan, dan bagaimana.
2. Definisikan konflik atau dilema dan identifikasikan nilai-nilai yang lebih
tinggi yang terlibat. Isu-isu etika, sosial, dan politis selalu mewakili nilai-
nilai yang lebih tinggi. Kelompok-kelompok yang berselisih semuanya
mengklaim mengusung nilai-nilai yang lebih tinggi. Biasanya isu etika
melibatkan sebuah dilema: dua program tindakan yang bertentangan,
namun sama-sama mendukung/memiliki nilai manfaat.
3. Identifikasi pihak-pihak yang berkepentingan. Setiap isu etika, sosial, dan
politis selalu memiliki pihak-pihak yang berkepentingan: Para pemain
yang memiliki kepentingan terhadap hasil, pihak-pihak yang telah
berupaya dalam situasi tersebut, dan biasanya pihak yang memiliki
pendapat yang vokal.
4. Identifikasi pilihan-pilihan beralasan kuat yang bisa Anda ambil. Anda
mungkin akan menemukan tidak adanya pilihan yang dapat memuaskan
semua pihak, namun beberapa pilihan lebih baik ketimbang lainnya.
Terkadang solusi yang baik atau etis tidak selalu memiliki konsekuensi
yang seimbang diantara pihak-pihak yang berkepentingan.
5. Identifikasi konsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi dari pilihan
8
yang Anda ambil. Beberapa pilihan mungkin benar secara etika,
namun membawa malapetaka dari sudut pandang yang lain. Suatu
pilihan mungkin berhasil dalam suatu kasus, namun belum tentu
berhasil dalam kasus serupa.

2.4 Prinsip-Prinsip Utama Etika


Beberapa prinsip-prinsip utama etika di beberapa kebudayaan yang
bertahan sepanjang sejarah, yaitu:
1. Perlakukan orang lain seperti apa yang kamu inginkan maka orang lain
akan perlakukan kepadamu (Golden Rule-Aturan Emas). Posisikan diri
Anda pada posisi orang lain, dan berpikir seolah-olah Anda adalah objek
dari keputusan yang Anda buat dapat membantu Anda dalam membuat
keputusan yang adil.
2. Jika suatu tindakan tidak pantas bagi setiap orang, itu tidak pantas bagi
seseorang (Immanuel Kant’s Categorical Imperative-Imperatif Kategoris
Immanuel Kant).
3. Jika suatu tindakan tidak dapat dilakukan berulang-ulang, maka tidak
dapat diterapkan secara menyeluruh (Descartes’ rule of change- aturan
perubahan Descartes). Berikut penjelasan dari aturan ini:
“Suatu tindakan mungkin akan membawa perubahan kecil saat ini dan
hal tersebut dapat diterima, namun apabila hal tersebut dilakukan
berulang-ulang, hal tersebut akan membawa perubahan yang tidak dapat
diterima dalam jangka panjang.”
4. Ambil tindakan yang memberi nilai yang lebih tinggi atau lebih besar
(Ultilitarian Principle-Prinsip Utilitarian).aturan ini mengasumsikan Anda
dapat memprioritaskan tingkatan nilai dan memahami konsekuensi dari
berbagai macam tindakan.
5. Ambil tindakan yang memberikan kerugian paling sedikit atau biaya
paling murah (Risk Aversion Principle-Prinsip Menghindari Risiko).
Beberapa tindakan memiliki biaya kegagalan yang sangat mahal dengan
kemungkinan yang rendah, atau biaya kegagalan yang sangat mahal
dengan kemungkinan yang cukup besar.
6. Asumsikan bahwa seluruh benda baik yang berwujud maupun tidak
berwujud adalah milik seseorang sampai ada deklarasi spesifik yang
menyatakan sebaliknya (disebut dengan aturan atika ethical “no free
lunch” rule -“tidak ada makan siang gratis”).
Tindakan-tindakan yang tidak dapat melewati aturan ini dengan
mudah, layak diperhatikan dengan cermat dan saksama. Kemunculan
perilaku yang tidak etis mungkin akan
9 merugikan Anda dan perusahaan
Anda, seperti perilaku tidak etik pada umumnya.

2.5 Kode Etik Profesional dan Dilema Etika Kode Profesional


1. Kode Etik Profesional

Ketika sekelompok orang mengklaim diri mereka profesional,


mereka memiliki kewajiban yang khusus karena klaim khusus mereka
atas pendidikan, kebijaksanaan, dan kehormatan. Kode etik profesional
disebarluaskan oleh sebuah asosiasi profesional, seperti American Medical
association (AMA), American Bar Association (ABA), Association in
Information Tecnology Profesionals (AITP), dan association of Computting
Machinery (ACM). Kelompok profesional ini memiliki tanggungjawab atas
sebagian aturan dari profesi mereka dengan menentukan kualifikasi dan
kopetensi yang dibutuhkan. Kode etik adalah janji berdasarkan profesi
untuk mengatur kalangan profesional dengan kepentingan umum
masyarakat.

Ciri Profesional

Standar profesional adalah seperangkat praktik, etika, dan perilaku yang


harus dipatuhi oleh anggota kelompok profesional tertentu. Rangkaian standar ini
sering kali disetujui oleh badan pengatur yang mewakili kepentingan grup.

Contoh standar profesional meliputi:

1) Akuntabilitas – bertanggung jawab atas tindakan mereka

2) Kerahasiaan – dapat menjaga kerahasiaan semua informasi penting

3) Kejujuran – memiliki karakter yang jujur

4) Integritas – memiliki prinsip moral yang kuat

5) Taat hukum – mengikuti semua hukum yang mengatur di yurisdiksi tempat


mereka melakukan aktivitas

6) Loyalitas – memiliki komitmen yang kuat pada profesinya

7) Objektivitas – tidak terpengaruh atau dipengaruhi oleh bias

8) Transparansi – mengungkapkan semua informasi yang relevan dan tidak


menyembunyikan apapun sesuai dengan porsinya
2. Dilema Etika Kode Profesional
Sistem informasi telah menciptakan dilema etika baru dimana satu
kelompok memiliki kepentingan yang berlawanan dengan lainnya. Sebagai
contoh, banyak perusahaan telepon besar di Amerika Serikat
menggunakan teknologi Informasi10untuk mengurangi jumlah karyawan
mereka. Perangkat lunak pengenal suara mengurangi kebutuhan operator
manusia yang memungkinkan komputer mengenali respons pelanggan
lewat serangkaian pertanyaan terkomputerisasi.
Dalam berbagai contoh, Anda dapat menemukan nilai-nilai yang
saling berseteru di tempat kerja Anda, dengan kelompok-kelompok yang
berkumpul untuk melakukan debat. Sebagai contoh, perusahaan
mungkin berpendapat bahwa ia memiliki hak menggunakan teknologi
informasi untuk meningkatkan produktivitasnya dan melakukan
perampingan tenaga kerja untuk menekan biaya dan mempertahankan
bisnis. Karyawan yang digantikan oleh sistem informasi mungkin
berpendapat merasa berkewajiban mengawasi penggunaan internet dan
surel untuk mencegah penurunan produktivitas. Karyawan mungkin
percaya seharusnya mereka boleh menggunakan internet sesaat untuk
keperluan pribadi sama seperti telepon. Berdasarkan analisis dari dekat
tentang fakta-fakta yang ada, terkadang menghasilkan solusi yang dapat
dikompromikan yang memberikan masing-masing pihak kelonggaran.

2.6 Dimensi Moral dalam Sistem Informasi


Pada tiap dimensi, kita akan mengidentifikasi analisis pada tingkatan
etika, sosial, dan politis, serta menggunakan contoh pada dunia nyata untuk
menggambarkan nilai-nilai, pemangku kepentingan, dan pilihan-pilihan yang
terkandung di dalamnya.

Hak Informasi : Privasi Dan Kebebasan Di Era Internet

Privasi adalah hak seseorang untuk tinggal sendiri, bebas dari


pengawasan atau campur tangan pihak lain atau organisasi lain,
termasuk negara. Hak atas privasi juga terdapat dalam dunia kerja:
Jutaan karyawan merupakan subjek pengawasan elektronis berteknologi
tinggi. Teknologi sistem informasi mengancam hak atas privasi individu
dengan melakukan pelanggaran privasi secara murah, efektif, dan
menguntungkan.
1. Instruksi Eropa mengenai Perlindungan Data

Izin sepengetahuan adalah persetujuan yang menyertakan


pengetahuan terhadap setiap aspek yang diperlukan guna membuat
keputusan yang masuk akal. Pada 2009, Parlemen Eropa menyetujui
aturan baru yang mengatur penggunaan cookies oleh pihak ketiga yang
bertujuan melakukan pelacakan perilaku.
Bekerja sama dengan Komisi Eropa, Departemen Perdagangan AS
11
mengembangkan kerangka kerja yang dinamakan safe harbour bagi
perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat. Safe Harbour adalah aturan
kebijakan internal yang dibuat pihak swasta dan mekanisme yang
mendorong tercapainya tujuan yang diharapkan peraturan dan undang-
undang pemerintah, namun tanpa melibatkan undang- undang maupun
paksaan dari pemerintah.
2. Tantangan Internet terhadap privasi

Teknologi internet menimbulkan tantangan baru atas perlindungan


privasi pribadi. Karena informasi yang dikirim melalui jaringan yang
sangat luas mungkin saja melewati banyak sisten komputer yang berbeda
sebelum informasi mencapai tujuan akhirnya. Setiap sistem ini
mempunyai kemampuan untuk melakukan pengawasan, pengambilan,
dan penyimpanan komunikasi yang melewati sistem tersebut.
Pelacakan web yang telah terjadi pada situs web dan laman web yang
telah dibeli seseorang melalui internet. Pengawasan dan pelacakan
tersebut dilakukan tanpa sepengetahuan pengunjung. Hal tersebut
dilakukan bukan hanya oleh situs web perorangan, namun juga jaringan
perusahaan periklanan.
Cookies adalah teks kecil yang tersimpan pada hard disk ketika
pengguna mengunjungi suatu situs web. Cookies mengidentifikasi
perangkat lunak yang digunakan oleh pengunjung dalam melakukan
browsing internet dan memantau kunjungan pada situs web.

Gambar 1.3 Bagaimana Cookies Mengenali Pengunjung Web

1) Server web membaca penjelajah web pengguna dan memastikan sistem


operasi, nama penjelajah, nomor versi, alamat internet, dan informasi
lainnya.
2) Server mentransmisikan sebuah file teks kecil dengan informasi
identifikasi pengguna yang disebut dengan cookie, yang diterima dan
disimpan oleh penjelajah pengguna di hard drive komputer pengguna.
3) Ketika pengguna kembali ke situs web, server meminta isi cookie

yang telah disimpan sebelumnya di komputer pengguna.


12
4) Server web membaca cookie, mengidentifikasi pengunjung, dan
mengambil data tentang pengguna.
3. Solusi Teknis
Selain perundang-undangan, teknologi baru telah bermunculan
untuk melindungi privasi pengguna selama berinteraksi di web. Saat ini
juga ada perangkat yang membantu pengguna menentukan jenis data
pribadi yang dapat diambil oleh situs-situs web. Batasan preferensi
Privasi, yang disebut dengan P3P, menentukan komunikasi otomatis
kebujakan privasi antara sebuah situs perdagangan dan pengunjungnya.

Hak Kekayaan : Kekayaan Intelektual

Sistem informasi terkini telah menghadirkan tantangan yang luar biasa


bagi hukum dan praktik-praktik sosial yang melindungi kekayaan intelektual.
Kekayaan Intelektual (intellectual property) dianggap sebagai harta tak
berwujud yang diciptakan oleh seseorang ataupun organisasi.
1. Rahasia Dagang

Rahasia dagang adalah setiap produk hasil karya intelektual- sebuah


formula, perangkat, pola, atau kompilasi data yang digunakan untuk
tujuan bisinis. Perlindungan untuk rahasia dagang bervariasi di setiap
negara. Pada umumnya, undang-undang rahasia dagang mengizinkan
monopoli untuk ide-ide dari sebuah produk karya, meskipun monopoli
tersebut bisa jadi sangat lemah.
2. Hak Cipta

Hak cipta adalah pengakuan oleh undang-undang yang melindungi


pencipta kekayaan intelektual dari penggandaan hasil karyanya oleh pihak
lain untuk tujuan apapun selama usia hidup pencipta ditambah 70 tahun
setelah penciptanya meninggal. Sedangkan untuk perusahaan,
perlindungan hak cipta akan berakhir 95 tahun setelah penciptaan
pertamanya.
3. Paten

Paten memberikan hak monopoli eksklusif kepada pemilik gagasan


yang melatar belakangi suatu penemuan. Paten mengizinkan pemiliknya
melakukan monopoli eksklusif terhadap ide dibalik penemuan yang
diperolehnya selama 20 tahun.
4. Tantangan Bagi Hak Kekayaan Intelektual
Penyebaran jaringan elektronis termasuk internet, telah mempersulit
perlindungan terhadap kekayaan intelektual. Undang- Undang Hak Cipta
13
Milenium Digital (The Digital Millenium Copyright Acr-DMCA) pada 1988 juga
menyediakan perlindungan hukum terhadap hak cipta. DMCA menerapkan
Perjanjian Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (World Intellectual
Property Organization Treaty) yang menyatakan tindakan
mengakali/memanipulasi materi pelindung hak cipta berbasis teknologi
merupakan tindakan yang ilegal.

Akuntabilitas, Liabilitas, dan Pengendalian

Bersamaan dengan undang-undang kekayaan dan privasi, teknologi


informasi baru memberikan tantangan bagi liabilitas hukum dan praktik
sosial yang sudah ada dalam melindungi institusi dan masyarakat.

 Masalah Liabilitas yang Berkaitan dengan Komputer

Peran perangkat lunak yang begitu sentral terhadap kehidupan sehari-


hari, merupakan kesempatan yang baik untuk memperluas undang-undang
liabilitas (undang-undang perlindungan terhadap kerugian yang diderita oleh
konsumen) guna menjangkau perangkat lunak, meskipun perangkat lunak
tersebut hanya menyediakan layanan informasi.

Kualitas Sistem: Kualitas Data dan Kesalahan Sistem

Ada tiga sumber prinsip kinerja sistem yang buruk adalah sebagai berikut:

1) Celah/kelemahan dan kesalahan pada sistem.

2) Kegagalan perangkat keras ataupun fasilitas lainnya yang disebabkan oleh


alam maupun penyebab lainnya.
3) Kualitas input data yang buruk.

Meskipun celah/kelemahan pada perangkat lunak dan kerusakan


pada fasilitas sudah merupakan hal yang lumrah, sejauh ini sumber
kegagalan sistem dalam organisasi bisnis adalah kualitas data. Hanya sedikit
perusahaan yang secara rutin menguji kualitas data mereka, namun
perusahaan perorangan melaporkan tingkat kesalahan pada data berkisar
antara 0,5 hingga 30 persen.

Kualitas Hidup : Keadilan, Akses, dan Batasan

Beban sosial yang negatif menghadirkan teknologi dan sistem


informasi yang baru mulaimeningkat bersamaan dengan semakin majunya
teknologi. Komputer dan teknologi informasi mungkin dapat merusak
14
elemen yang berharga dari kebudayaan dan masyarakat meskipun disisi lain
juga memberikan manfaat.
1. Menyeimbangkan Kekuatan : Pusat Versus Tepian

Ketakutan di era komputer adalah mainframe komputer yang


terpusat yang akan memusatkan kekuatan dikantor-kantor pusat
perusahaan dan di ibu kota negara, menghasilkan masyarakat Big Brother
seperti yang telah dikisahkan di novel GeorgeOrwell, 1984.
2. Kecepatan Perubahan: Berkuangnya Waktu Respons terhadap Persaingan
Pasar global yang lebih efisien saat ini telah mengurangi hambatan
sosial bagi organisasi bisnis yang biasanya butuh waktu bertahun-tahun
untuk beradaptasi dengan persaingan yang ada. Kita menghadapi risiko
mengembangkan sebuah “masyarakat just-in-time” (tepat waktu) dengan
“pekerjaan just-in-time” dan tempat kerja, keluarga, dan liburan yang “just-
in-time”.
3. Mengelola Batasan: Keluarga, Pekerjaan, dan Waktu Luang

Penggunaan internet secara luas untuk tujuan hiburan dan rekreasi,


telah membawa orang-orang jauh dari keluarga dan teman- teman mereka.
Bagi kalangan remaja, hal tersebut dapat menimbulkan perilaku anti-
sosial yang merugikan, seperti meningkatnya cyberbullying.
4. Ketergantungan dan Kerentanan

Banyak instansi-instansi pemerintah maupun perusahaan yang


bergantung pada sistem informasi, tanpa disadari para pengguna akan
bergantung pada sistem informasi padahal sistem informasi yang
digunakan sehari-hari itu sangat rentan terganggu.
5. Kejahatan dan Penyalahgunaan Komputer

Kejahatan komputer (computer abuse) adalah tindakan ilegal/cacat


hukum yang dilakukan lewat penggunaan komputer atau terhadap suatu
sistem komputer. Popularitas internet dan e-mail membuat salah satu
bentuk penyalahgunaan komputer spamming menjadi masalah besar, baik
bagi perusahan maupun individu.
6. Ketenegakerjaan: Dampak Buruk Teknologi dan Penataan Ulang Pekerjaan
yang Hilang

Merekayasa ulang pekerjaan adalah hal umum yang dianggap oleh


komunitas sistem informasi sebagai sebuah keunggulan utama dari
teknologi informasi baru. Lebih sedikit dicatat bahwa merekayasa ulang
proses bisnis dapat menyebabkan jutaan manajer tingkat menengah dan
pekerja administrasi akan kehilangan pekerjaan mereka.
15
7. Kesetaraan dan Hak Akses: Meningkatkan Kesenjangan Sosial dan
Perbedaan Ras
Kesenjangan digital (digital divide) yang terjadi disekolah-sekolah di
Amerika Serikat, dengan sekolah yang terletak di wilayah kemiskinan
cukup tinggi akan lebih kecil peluangnya memiliki komputer, program
teknologi pendidikan berkualitas tinggi, atau akses internet bagi siswa. Jika
tidak dikoreksi maka pemisahan digital akan menciptakan sebuah
masyarakat yang kaya dengan kemampuan dan keahlian komputer.
8. Resiko Kesehatan : RSI, CVS, dan Technostress

Penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan yang paling penting


adalah cedera stress yang berulang (repetitive stress injury-RSI). RSI terjadi
ketika sekelompok otot yang dipaksa melakukan tindakan yang berulang-
ulang dan dengan beban yang tinggi. Penyebab dari RSI adalah keyboard
komputer. Jenis RSI yang terkait dengan komputer paling umum adalah
sindrom carpal turnel (CTS). Yaitu adanya tekanan pada saraf tengah yang
melewati pergelangan tangan, yang disebut carpal tunnel menimbulkan
rasa sakit.
Sindrom penglihatan komputer (computer vision syndrome-CVS)
adalah kondisi mata yang tegang karena melihat layar monitor komputer,
laptop, e-readers, smartphone, serta perangkat genggam permainan video.
Penyakit terbaru yang berhubungan dengan komputer adalah technostress,
yaitu stress yang ditimbulkan dari penggunaan komputer. Gejalanya
antara lain kejengkelan, permusuhan terhadap orang lain,
ketidaksabaran, serta kelelahan.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkembangan sistem telah memicu banyak perkembangan yang sangat
membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaannya. Keefektifan,
kemudahan serta biaya yang murah sring kali membuat manusia bergantung
dengan teknologi, hal ini tidak diimbangi dengan kemampuan yang baik
dalam menyelesaikan masalah ketergantungan pada sistem. Persoalan lain
yang hangat belakangan ini adalah isu-isu sosial dan etika kaitannya dengan
sistem informasi. Hal tersebut menimbulkan masalah yang saling
berhubungan dalam individu dan masyarakat.
Sebagai manusia yang hidup pada era ini, kita sudah seharusnya tahu
bagaimana menyikapi perkembangan yang ada, dengan tidak hanya sekedar
memanfaatkan kemudahan yang diberikan namun mampu menanggulangi
atau setidaknya meminimalisir akibat buruk dari teknologi.
Perubahan pesat yang disebabkan oleh teknologi informasi menciptakan
situasi-situasi baru dimana aturan-aturan dan hukum terkait tidak relevan
lagi. Muncul berbagai macam “gray area” dimana standar etika belum
ditetapkan dan disosialisasikan. Diperlukan sistem etika yang baru untuk era
informasi sebagai penuntun individu dan organisasi dalam mengambil
tindakan.
Teknologi informasi menghadirkan perubahan-perubahan yang
menciptakan isu-isu etika baru bagi masyarakat untuk dibahas dan dicari
jalan keluarnya. Meningkatkan kekuatan komputasi, penyimpanan data, dan
kemampuan jaringan termasuk internet bisa memperluas jangkauan
tindakan individu dan organisasi dan memperbesar dampaknya. Kasus
dimana informasi dikomunikasikan, digandakan, dan diatur dalam
lingkungan online, mengedepankan tantangan tantangan atas aturan- aturan
tradisional mengenai perilaku benar salah.

3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan
dalam penyusunan makalah ini. Kami mohon kritik dan saran teman-teman semua serta
masukan-masukan yang bersifat membangun demi masa depannya. Semoga makalah
yang kami sajikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

17
DAFTAR PUSTAKA

Laudon, Kenneth C. dan Laudon, Jane P. 2019. Sistem Informasi Manajemen:


Mengelola Perusahaan Digital. Edisi ke-13. Jakarta: Salemba Empat.
Permana, Monica. 2020. Apa itu Profesional? Pengertian, Kode Etik, Ciri, dan
Cara. https://greatdayhr.com/id-id/blog/profesional/

18
FORM PENILAIAN KINERJA KELOMPOK

Tariq Syaikhur Arvida Listya Patrisya Farhan

Tariq 8 8 8 8 8
Syaikhur 8 9 8 7 7
Arvida 8 9 8 8 7
Listya 8 9 9 8 8
Patrisya 8 8 8 8 8
Farhan 9 9 9 8 7

19

Anda mungkin juga menyukai