Buku Sistem Perkaderan IPM - IPMSULSEL PDF
Buku Sistem Perkaderan IPM - IPMSULSEL PDF
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
ISBN: 978-602-9417-40-1
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dikenal sebagai organisasi
otonom Muhammadiyah yang terbilang baik perkaderannya. Hal
itu antara lain karena sistem perkaderan IPM relatif mapan dan
dijalankan secara reguler, sehingga melahirkan kader yang sesuai
dengan harapan organisasi pelajar ini. Suksesi dan transformasi
kader IPM pun berlangsung dengan cukup baik, termasuk ke
dalam organisasi induknya yakni Muhammasiyah. Secara umum
kader IPM memiliki karakter ideologis yang kuat dan mampu
menjalankan peran-peran organisasi Muhammadiyah.
Fida ‘Afif
NBA: 00.00.12767
“Baik-buruknya organisasi Muhammadiyah pada masa yang akan
datang dapat dilihat dari baik-buruknya pendidikan kader yang
sekarang ini dilakukan. Jika pendidikan kader Muhammadiyah
sekarang ini baik, maka Muhammadiyah pada masa yang akan
datang akan baik. Sebaliknya apabila jelek, maka Muhammadiyah
pada masa yang akan datang juga jelek.”
Bidang Perkaderan
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Periode 2012-2014
Ketua, Sekretaris,
dto dto
Kemuhammadiyahan
Ke-IPM-an
Sejarah IPM
Identitas Gerakan IPM
Tiga T (Tertib Ibadah, Tertib Belajar, dan Tertib
Berorganisasi)
Khittah Perjuangan
Muqaddimah AD/ART
Kepribadian IPM
Lokus Gerakan dan Basis Massa
Kepribadian Kader
Manifesto Gerakan Kritis-Transformatif
Gerakan Pelajar Kreatif: Strategi Kreatif
Gerakan Pelajar Berkemajuan: Paradigma Gerakan
Ilmu
Filsafat Ilmu
Filsafat Umum
Filsafat Islam
Gerakan Sosial Baru
Teori Sosial
Metodologi Analisis Sosial
Riset Pendekatan Apresiatif Inquiry
Teori-teori Pendidikan
Isu-isu/Problem Sosial-Budaya
Gender
Hak Asasi Manusia
Kebijakan Pendidikan
Lingkungan Hidup
Muatan Lokal
Firqah-firqah Islam
Mengenal Pemikiran Tokoh
a. Pendekatan Paedagogis-Apresiatif
Bersifat indoktrinasi
c. Pendekatan Dialogis-Inklusif
Dialogis karena tidak ada lagi guru atau murid,
maka proses yang berlangsung bukan lagi proses
“mengajar-belajar” yang bersifat satu arah, tetapi
proses “multi-komunikasi” (intersubyektif) dalam
berbagai bentuk kegiatan dan media yang lebih me-
mungkinkan terjadinya dialog kritis antar semua
orang yang terlibat dalam proses pelatihan tersebut.
Ciri-ciri metode koperatif antara lain:
Tidak menggurui
Tak ada “guru” dan tak ada “murid yang digurui”
Fungsi guru adalah sebagai “fasilitator”, dan
“bukan menggurui”
Hubungan antara guru-murid bersifat
‘multicommunication’, dan seterusnya.
Jigsaw
Think-Pair-Share
Numbered Heads Together
Group Investigation
Two Stay dan Two Stray
Make and Match
Listening Team
Inside-Outside Circle
Bamboo Dancing
Point-Counter-Point
The Power of Two
Master of Training
Imam of Training
Pembantu Fasilitator
a. Master of Training:
Menyiapkan instrument
Memimpin acara dan membantu peserta dalam
memahami isi materi
Membuat berita acara dalam setiap sesi.
Membimbing peserta dan mengamati
perkembangannya.
Membina ukhuwah antar peserta.
Mengevaluasi
a. Iman
b. Akhlak
c. Amal
a. Wewenang Panitia
Pengadaan makalah
Penyiapan fasilitas sarana dan prasarana
Pengadaan dan pelayanan konsumsi
Penyediaan logistik
Ruang materi
Mushalla
Ruang tidur
Ruang makan
Kamar mandi
Alat-alat tulis
Sound system, dan lain-lain
Pengadaan makalah.
Penyiapan fasilitas.
Pengecekan terakhir menjelang pelaksanaan dan
mengadakan pembenahan-pembenahan di mana
perlu.
b. Tugas Pendamping
1. Pemungkinan (enabling), fasilitator pendamping
menjadi model (uswah), melakukan mediasi dan
negosiasi, membangun kesepahaman bersama, dan
mengelola sumberdaya bersama.
2. Penguatan (capacity building). Fungsi ini berkaitan
dengan pendidikan dan pelatihan guna
memperkuat kapasitas komunitas. Pendamping
berperan aktif dalam sebagai agen yang memberi
masukan positif-apresiatif, serta membangkitkan
kesadaran komunitas, menyampaikan informasi,
dan menyelenggarakan pelatihan bagi komunitas
adalah beberapa yang berkaitan dengan fungsi
penguatan. Sedangkan pertukaran informasi
(sharing) pada dasarnya merupakan bentuk
pendidikan.
3. Perlindungan (protection). Fungsi ini berkaitan
dengan interaksi antara pendamping dengan
lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi
kepentingan komunitas dampingannya. Seorang
pendamping dapat bertugas mencari sumber-
sumber, melakukan pembelaan (advocacy),
menggunakan media, meningkatkan hubungan
masyarakat, dan membangun jaringan kerja
4. Pendukungan (mobilization). Fungsi pendamping
yang dituntut tidak hanya mampu menjadi
pendorong perubahan kelompok, mampu
melaksanakan tugas-tugas keterampilan dasar:
seperti melakukan analisis sosial, mengelola
dinamika kelompok, menjalin relasi (public
relation), bernegosiasi, berkomunikasi, dan
mencari serta mengatur sumber dana
(fundraising).
c. Konsep Pendampingan
1. Bentuk Pendampingan
Proses pendampingan dilakukan melalui kelompok-
kelompok kecil (komunitas/ jama’ah). Setiap
komunitas sebaiknya terdiri dari 5-7 orang demi
efektivitas pendampingan. Setiap komunitas akan
didampingi oleh 1 orang pendamping (fasilitator).
2. Tujuan Pendampingan
Memperkuat kelembagaan komunitas (jama’ah),
khususnya pelajar Muhammadiyah, sehingga mereka
dan organisasinya (ranting/jama’ah/kelompok/ko-
munitas) menjadi penggerak aktivitas IPM.
Membangun solidaritas dan ukhuwah sesama anggota
komunitas/jama’ah, sehingga tumbuhnya kesadaran
ideologi peserta.
3. Sifat Pendampingan
Pendampingan bersifat fleksibel, cair, dan tidak kaku
(saklek) dengan tidak melupakan goal setting
pendampingan.
e. Fase Pendampingan
1. Persiapan. Pengenalan kebutuhan komunitas. Sebelum
dilakukan pendampingan ditingkat jama’ah atau
komunitas maka, harus terlebih dahulu dilakukan
assessment kebutuhan kelompok. Assessment
(pengenalan kebutuhan) komunitas diperlukan untuk
mengetahui apa yang diperlukan oleh komunitas calon
dampingan seperti: gambaran umum komunitas
sekolah, kebiasaan setempat, kondisi sosio-demografis
2. Rekruitmen Pendamping. Untuk mencapai tujuan
pendampingan, maka ketersediaan sumberdaya
fasilitator yang memiliki pengetahuan, attitude dan
keterampilan. Fasilitator pendamping merupakan mitra
kerja kerja komunitas/jama’ah. Adapun syarat-syarat
pendamping komunitas antara lain:
a. Minimal telah melalui perkaderan taruna melati II
atau pelatihan fasilitator dan pendampingan IPM.
b. Memahami prinsip-prinsip dasar perjuangan dan
falsafah gerakan IPM
c. Memiliki pengalaman memfasilitasi perkaderan
(formal dan non formal).
3. Mempunyai komitmen dan dedikasi yang tinggi bagi
pengembangan komunitas/jama’ahPengembangan
Kontak. Fasilitator harus membangun kontak dengan
kader-kadernya. Ia harus memastikan bahwa hubungan
mereka dapat mengarah kepada relasi yang konstruktif.
Pastikan bahwa nomor kontak dan alamat kader-kader
sudah dicatat yang sewaktu-waktu dapat dihubungi.
Pada fase ini fasilitator mampu berempati dan
meyakinkan kader-kadernya. Fase ini menentukan
pada kerja-kerja pendampingan selanjutnya.
4. Mengumpulkan data dan informasi, baik berupa
data-data kuantitatif maupun kualitatif terhadap
masalah-masalah riil komunitas.
5. Coaching Pendamping, merupakan orientasi untuk
memberikan orientasi calon pendamping agar
memahami situasi komunitas, mengidentifikasi,
memberikan alternatif penyelesaian masalah yang
dihadapi oleh komunitas. Materi coaching meliputi:
dinamika kelompok; visi dan misi program
pendampingan; need assessment dan Kegiatan
Pendampingan, atau lain-lain.
6. Perencanaan Program Pendampingan. Perencanaan
program berkaitan dengan cetak biru (blue print)
pendampingan. Rencana program inilah yang menjadi
pedoman bagi pendamping komunitas/jama’ah.
Perencanaan bisa dilaksanakan dengan musyarawah
melibatkan seluruh komponen yang berkaitan dengan
kegiatan pendampingan. Misalnya: sekolah, IPM
cabang/ranting, fasilitator, dan calon peserta
pendampingan. Perencanaan dan analisis dilakukan
dengan mengajak anggota kelompok/komunitas
terlibat mendiskusikan pokok-poko masalah yang
sedang mereka hadapi. Pada fase ini komunitas
mendiskusikan:
a. Menentukan tujuan khusus (obyektif) yang mereka
lakukan;
b. Alternatif tindakan yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan atau mimpi.
7. Pelaksanaan .
a. Mendorong motivasi dan partisipasi anggota
jama’ah atau komunitas dalam pengembangan
organisasinya.
b. Menumbuhkan semangat perjuangan dakwah amar
makruf nahi mungkar.
c. Mendampingi komunitas/jama’ah/ranting dalam
penyusunan program-program
d. Memfasilitasi pelaksanaan pelatihan kepada
komunitas/jama’ah.
8. Indikator Keberhasilan Pendampingan.
Indikator adalah alat ukur yang dapat menunjukkan
perbandingan, kecenderungan atau perkembangan
suatu hal yang menjadi pokok perhatian. Karena itu
dalam pendampingan perlu disusun indikator baik
kualitatif maupun kuantitatif sebagai capain-capain
program. Sebagai contoh: tujuan memperkuat
kelembagaan komunitas/jama’ah. Indikatornya sebagai
berikut:
a. Konsolidasi struktur internal untuk pembenahan
struktur komunitas/jama’ah/ranting,
b. Penerbitan dokumentasi kelompok, dan
c. Timbulnya peran tertentu yang menjadi panutan
masyarakat pelajar.
Evaluasi dan monitoring sangat penting dilakukan
dalam suatu program pendampingan dengan tujuan
untuk melihat sejauh manakah kegiatan-kegiatan
pendampingan tersebut, apa capaian-capaian atau
apakah ada kemajuan atau tidak. Tahap ini meliputi:
a. Evaluasi tingkat keberhasilan peserta dalam pelak-
sanaan.
b. Penugasan peserta dan pertemuan berkala.
c. Monitoring aktivitas peserta hingga saat penetapan.
d. Penentuan hasil akhir sesuai batas waktu masing-
masing komponen dan jenjang pengkaderan.
e. Penyerahan syahadah.
f. Transformasi kader di seluruh lini ikatan.
a. Fungsi administrasi:
b. Fungsi Kelembagaan:
c. Fungsi Peserta:
Sebagai ukuran tingkat penguasaan bahan/
materi yang telah didapat sebagai bahan untuk
mengetahui tingkat perkembangan diri peserta.
d. Fungsi Fasilitator:
Sebagai bahan untuk menilai tingkat keberhasil-
an pengelolaan
a. Peserta:
Penilaian dapat digunakan secara lisan dan tulis.
Penilaian non-test bisa berupa paper, partisipasi
kelas, laporan, presentasi, portofolio, performance,
dan project.
Ada empat domain yang dievaluasi dalam proser
perkaderan IPM, yaitu ilmu amal, akhlak, dan iman,
sebagaimana dalam tabel berikut:
b. Pembicara:
Penguasaan materi
Bobot materi yang disampaikan
Cara penyajian
c. Fasilitator:
Penguasaan Materi
Kepemimpinan dan Keteladanan
Kemampuan Komunikasi
d. Panitia:
Ketepatan Jadwal
Penyediaan Sarana & Prasarana
Manajemen Kerja Panitia Pelaksana
a. Peserta oleh: Fasilitator
b. Pemateri oleh: Peserta dan Fasilitator
c. Fasilitator oleh: Peserta dan Sesama Fasilitator
d. Panitia oleh: Peserta, Fasilitator, Penanggung jawab
Al-Islam
Ke-Muhammadiyah-an
Sejarah Muhammadiyah
Kepribadian Muhammadiyah
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah
Ke-IPM-an
Sejarah IPM
Tiga Tertib (Ibadah, Belajar dan Berorganisasi)
Kepribadian IPM
Nilai-Nilai Perjuangan dan Kepribadian Kader
Psikologi Remaja
Sejarah Peradaban Islam 1
Entrepreneurship
Manajemen dan kepemimpinan organisasi
Lingkungan hidup
Manajemen forum
3. 10 orang anggota
2. Proses Belajar
4. Media Belajar
Al-Islam
Al-Quran dan Al-Hadits
Fiqih Ibadah (Puasa)
Ke-Muhammadiyah-an
Muqaddimah AD/ART Muhammadiyah
MKCH
12 Langkah Muhammadiyah
Ke-IPM-an
3. 8 orang anggota
a. Pemanasan
c. Diskusi Kelompok
e. Simulasi
f. Diskusi Pleno
g. Studi Kasus
h. Curah Pendapat/Sharing
i. Ice Breaker
j. Praktek Lapangan
Al-Islam
Ke-Muhammadiyah-an
Ke-IPM-an
Politik
Hukum Internasional
Demokrasi
c. Evaluasi Pasca-Pelatihan
Agama
Ke-Muhammadiyah-an
Ke-IPM-an
Cultural Studies
Internasional Law
Praktek Sosial
Civil Society dan Global Society
Pada dasarnya Pelatihan Kader Purna Taruna Melati
Utama ini ditujukan bagi semua kader IPM yang telah meng-
ikuti PKM TM III. Akan tetapi, prosedur pelatihan menuntut
maksimal 30 orang. Oleh karena itu, jika pendaftar melebihi
dari 30 orang, maka harus diadakan kualifikasi peserta sebe-
lum satu minggu–satu bulan acara pelatihan berlangsung.
Kualifikasi peserta ditentukan oleh pengelola pelatihan (Tim
fasilitator) setempat dengan mempertimbangkan pada:
d. Motivasi sendiri.
Fasilitator atau Pendampingan pada pelatihan bagi
warga belajar PKP TM U adalah Tim Fasilitator telah meng-
ikuti PKP TM U dan tergabung dalam Lembaga Korp Fasi-
litator Nasional.
2.
Pelatihan Fasilitator dan Pendamping adalah kompo-
nen pendukung Sistem Pengkaderan IPM (SPI) yang diseleng-
garakan dalam kesatuan waktu tertentu untuk memper-
siapkan fasilitator dan pendamping yang mampu mengelola
perkaderan IPM.
Persyaratan
Materi
Jenis Materi
d. Kefasilitatoran.
g. Teknik Outbound.
h. Teknik evaluasi.
Waktu penyelenggaraan
Pendekatan
Metode
a. Ceramah.
b. Tanya jawab.
c. Diskusi.
d. Brainstorming.
e. Role playing.
f. Ice breaking.
g. Studi kasus.
h. Penugasan.
a. Peserta
Tingkat perkembangan
Kemampuan bicara
Kemampuan komunikasi
b. Penceramah
c. Fasilitator
d. Pelaksanaan
Persyaratan
Kelompok Materi
Jenis Materi
f. Kefasilitatoran II.
i. Psikologi Pendidikan.
Pendekatan
Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
d. Brainstorming
e. Role playing
f. Ice breaking
g. Studi kasus
h. Penugasan
a. Peserta
Tingkat perkembangan
Kemampuan bicara
Kemampuan komunikasi
b. Penceramah
c. Fasilitator
d. Pelaksanaan
DESKRIPSI MATERI
METODE PENYAMPAIAN
POKOK BAHASAN
ACUAN PUSTAKA
El Hujjaj, Saud . Membincang Wacana IRM dan Gerakan Sosial Baru (tidak
diterbitkan)
Hadjid, KRH. 2008.Pelajaran KHA Dahlan: 7 Falsafah dan 17 Ayat Pokok
Ayat al-Qur’an. Malang: LPI PPM
___________. 2010. Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan dalam Hikmah
Muhammadiyah. (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah