Anda di halaman 1dari 18

AD/ART

IKATAN DOSEN TETAP NON PNS REPUBLIK INDONESIA

Mukaddimah

Atas berkat rahmat Allah azza wa jalla, AD/ART Ikatan Dosen Tetap Non PNS Republik
Indonesia, rampung dirumuskan. Tahap selanjutnya adalah penetapan oleh Kongres
Nasional ke-1, yang akan diupayakan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Dalam konteks
sosio-historisnya, Ikatan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia dibentuk untuk
memayungi dan mengayomi seluruh Dosen Tetap Non PNS di Republik Indonesia.
Mengingat, amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat dan pasal 27 ayat 2, dimana
dalam kedudukannya sebagai warga negara, dosen harus diperlakukan sama tidak
diskriminatif serta diakui profesionalitasnya sebagai sebuah profesi.
Ikatan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia diinisiasi oleh komunitas Dosen
Tetap Non PNS di beberapa Perguruan Tinggi Negeri, kemudian membangun komunikasi ke
seluruh komponen Dosen Tetap Non PNS. Hingga disepakati untuk membuat organisasi
profesi yang dinamai Ikatan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia. Tujuan utama
pendirian Ikatan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia adalah: Pertama, mendorong
pengakuan dan perlakuan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia sebagai tenaga
profesional, yang dijamin kesejahteraannya berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah. Kedua, mendorong percepatan terbit dan sosialisasi Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah yang menjamin kesetaraan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia,
dalam berbagai aspek seperti kesejahteraan ekonomi, peningkatan karir, kontinuitas profesi
dan lain sebagainya. Ketiga, perlindungan dan advokasi publik terkait kebijakan perguruan
tinggi. Keempat, advokasi penguatan dan perlindungan terhadap profesi Dosen Tetap Non
PNS Republik Indonesia. Kelima, advokasi penyelesaian sengketa keprofesian Dosen Tetap
Non PNS.
Empat tujuan di atas menjadi gerakan nasional yang akan diusung dan terus
diperjuangkan secara berkesinambungan oleh Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia.
Tidak hanya menggalang kekuatan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia. Tetapi Ikatan
Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia akan melakukan kerjasama dengan organisasi
kependidikan di Indonesia, Pemerintah, dan lembaga lainnya yang memiliki visi dan misi
yang sama dengan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia. Demi tujuan dan cita-cita
luhur di atas, maka disusunlah Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Ikatan Dosen Tetap Non
PNS sebagai pedoman dan pijakan utama Ikatan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia.

Page | 1
BAB I
NAMA, WAKTU, TEMPAT DAN KEDUDUKAN

Pasal 1
Nama
Organisasi ini bernama Ikatan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia

Pasal 2
Waktu
Ikatan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia didirikan pada tanggal 09 Agustus 2016

Pasal 3
Tempat dan Kedudukan
Dewan Pengurus Nasional (DPN) Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia berkedudukan
di Jakarta, Indonesia. Perubahan hanya dapat dilakukan melalui Kongres Nasional.

BAB II
DASAR, TUJUAN, MISI, NILAI DAN SIFAT

Pasal 4
Dasar
Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
RI tahun 1945

Pasal 5
Tujuan
Ikatan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia bertujuan dalam rangka peningkatan
harkat dan martabat Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia dalam rangka menunjang
tridarma perguruan tinggi, dan mendukung agenda pemerintah melalui reformasi birokrasi.

Pasal 6
Misi
Untuk mencapai tujuan Ikatan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia, maka misi dari
organisasi ini adalah:
1. Meningkatkan harkat serta martabat profesi Dosen Tetap Non PNS.
2. Meningkatkan profesionalisme Dosen Tetap Non PNS RI.
3. Meningkatkan mutu pendidikan, penelitian, pengabdian di perguruan tinggi tempat
pengabdian.
4. Meningkatkan kesadaran hukum, serta pembelaan anggota Dosen Tetap Non PNS RI.

Page | 2
5. Melaksanakan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan anggota Dosen Tetap
Non PNS RI.
6. Menjalin hubungan kerjasama dengan lembaga lain, baik pemerintah maupun swasta, di
dalam dan luar negeri yang mempunyai tujuan yang sama dan selaras.

Pasal 7
Nilai
Ikatan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia memiliki nilai-nilai dasar:
a. Ketaqwaan
b. Ketauladanan
c. Kemanusiaan
d. Profesionalisme
e. Kesetaraan
f. Kesejahteraan
g. Hukum dan Etika
h. Pengabdian

Pasal 8
Sifat
Ikatan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia adalah organisasi yang menghimpun para
dosen tetap Non PNS di Indonesia baik di PTUN maupun PTKIN, bersifat independen, yang
berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945.

BAB III
STATUS DAN FUNGSI

Pasal 9
Status
Ikatan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia adalah organisasi profesi dosen selain
Dosen PNS di Indonesia. Dengan konsistensi memperjuangkan hilangnya perbedaan antara
Dosen PNS dan Non PNS, melalui bentuk usulan yang ditetapkan melalui kongres nasional.

Pasal 10
Fungsi
Ikatan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia berfungsi sebagai pemersatu bagi semua
dosen Tetap Non PNS serta berperan sebagai pengayom dan pemberdayaan bagi seluruh
anggota Dosen Tetap Non PNS RI.

BAB IV
Keanggotaan

Pasal 11
Anggota terdiri dari
1. Anggota biasa. Adalah seluruh anggota Dosen Tetap Non PNS RI yang mendapatkan
kartu anggota dari organisasi

Page | 3
2. Anggota luar biasa adalah anggota dinilai berjasa dan mengajukan diri untuk menjadi
anggota Dosen Tetap Non PNS
3. Anggota Kehormatan adalah anggota yang dianugerahkan keanggotaan oleh DPN atas
persetujuan Komite Nasional karena jasa dan kontribusinya terhadap organisasi.

BAB IV
Strutur Organisasi

Pasal 12
Kekuasaan
Kekuasaan tertinggi berada pada Kongres Nasional, dan Musyawarah Komisariat (Muskom)
sesuai dengan tingkatannya.

Pasal 13
Kepengurusan

1. Pra-Deklarasi Ikatan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia memiliki Komite
Persiapan Pembentukan Organisasi, dengan Tugas dan sipat:
a. Merumuskan AD/RT dan Mengupayakan Badan Hukum Organisasi;
b. Menunjuk Kepengurusan Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI yang bertugas
merencanakan Kongres ke-1, dan melakukan agenda-agenda mendesak untuk
advokasi dan gerakan nasional;
c. Komite Persiapan Pembentukan Organisasi bersifat sementara, dan akan dibubarkan
setelah kongres ke-1 terlaksana.

2. Kepengurusan Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI terdiri dari:


1). Pengurus pusat
Pengurus pusat terdiri dari
a. Pembina
b. Dewan Pengurus Nasional yang terdiri dari
a) Ketua
b) Wk. Ketua
c) Sekretaris Jenderal
d) Wk. Sekretaris
e) Bendahara Umum
f) Wk. Bendara
g) Dibantu oleh satu badan dan lima departemen yakni:
1. Badan Pengembangan Organisasi
2. Departemen Humas dan Medsos
3. Departemen Lobi
4. Departemen Pengabdian dan penelitian
5. Departemen ekonomi dan kesejahteraan sosial
6. Departemen Politik dan Kebudayaan

3. Komisariat terdiri minimal terdiri ketua, sekretaris dan bendahara.

Pasal 14

Page | 4
Badan kelengkapan
Badan kelengkapan adalah badan yang dibentuk oleh DPN dan DPK (Dewan Pengurus
Komisariat) yang diatur kemudian pada kongres nasional; musyawarah anggota komisariat.

Pasal 15
Badan Khusus

Badan Khusus adalah badan yang dibentuk oleh DPN dan DPK untuk melaksanakan amanat
kongres nasional, musyawarah daerah, dan musyawarah komisariat.

BAB V
Perbendaharaan

Pasal 16
Kekayaan Ikatan Dosen Tetap Non PNS Republik Indonesia diperoleh dari:
1. Iuran wajib anggota
2. Sumbangan sukarela
3. Sumbangan yang tidak mengikat

BAB VI
Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Pasal 17
Perubahan Anggaran Dasar dan Anggran Rumah Tangga hanya dilakukan oleh kongres
nasional.

BAB VII
PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 18
Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh kongres nasional yang diadakan khusus
untuk itu, atas usul sekurang-kurangnya setengah dari jumlah DPK.

BAB VIII
PENGESAHAN

Pasal 19
Pengesahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga di tetapkan pada kongres
nasional.

BAB IX
Aturan Tambahan

Pasal 20
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga akan di
atur dalam peraturan peraturan Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.

Page | 5
2. Anggaran Dasar dan Anggran Rumah Tangga serta semua peraturan Ikatan Dosen Tetap
Non PNS Republik Indonesia tidak boleh bertentangan dengan perundangan yang
berlaku.

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN DOSEN TETAP NON PNS REPUBLIK


INDONESIA

BAB I
KEANGGOTAAN

Bagian I
Anggota

Pasal 1
1. Anggota biasa. Adalah seluruh anggota Dosen Tetap Non PNS RI yang mendapatkan
kartu anggota dari organisasi
2. Anggota luar biasa adalah anggota dinilai berjasa dan mengajukan diri untuk menjadi
anggota Dosen Tetap Non PNS
3. Anggota Kehormatan adalah anggota yang dianugrahkan keanggotaan oleh DPN atas
persetujuan Komite Nasional karena jasa dan kontribusinya terhadap organisasi.

Bagian II
Tata Cara Penerimaan Anggota

Pasal 2
1. Penerimaan anggota Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI dilakukan setiap saat dan sesudah
penerimaan dosen Tetap Non PNS di setiap perguruan tinggi negeri dan swasta di
seluruh wilayah Republik Indonesia.
2. Setiap calon anggota baru Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI, akan mendaftar di formulir
yang disebarkan secara online oleh panitia dan selanjutnya akan diverivikasi dan
diberikan kartu anggota Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.

Bagian III
Hak dan Kewajiban

Pasal 3
Hak anggota
1. Anggota biasa berhak mengusulkan hak bicara, hak berpendapat dan hak politik
2. Anggota luar dan angota kehormatan berhak berbicara dan mengusulkan, tetapi tidak
memiliki hak politik
Pasal 4
Kewajiban Anggota
1. Anggota biasa dan anggota luar biasa berkewajiban menjunjung tinggi etika profesi
dosen.
2. Anggota kehormatan memberikan masukan dan usulan apabila di minta oleh organissi

Page | 6
Bagian IV
Keanggotaan dan Pemberhentian

Pasal 5
1. Keannggotaan dosen tetap non pns dinyatakan hilang atas permintaan sendiri,
diberhentikan atau meninggal dunia.
2. Pemberhentian atas permintaan sendiri hanya dapat dilakukan dengan pemberitahuan
secara tertulis kepada Dewan komisariat yang ditembuskan ke DPD dan DPN.
3. Anggota dapat oleh diberhentikan oleh komisariat atas persetujuan pengurus DPD
karena:
a. Melakukan tindakan yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.
b. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik Ikatan Dosen Tetap Non PNS
RI.
c. Terbukti melakukan tindakan kriminal seperti korupsi, napza, dan plagiasi karya
ilmiah
2). Tata pemberhentian tata cara pembelaan akan di atur dalam ketentuan dan peraturan
tersendiri.

BAB II
STRUKTUR ORGANISASI

A. Struktur Organisasi Kekuasaan

Bagian VII
Kongres

Pasal 9
Status
1. Kongres merupakan forum mengambil keputusan tertinggi organisasi
2. Kongress adalah musyawarah nasional Dosen Tetap Non PNS Indonesia yang diwakili
oleh utusan daerah, dan diberi nama “ Kongres Ikatan Dosen Tetap Non PNS
3. Konggres diadakan sekali dalam 2 tahun yang dilaksanakan pada akhir kepengurusan.
4. Peserta kongres terdiri dari DPN, DPK.
5. Utusan komisariat menampung dan menyaring aspirasi dosen-dosen Tetap Non PNS
negeri di daerah dan komisariat di seluruh perguruan tinggi negeri seluruh Indonesia
6. Kongres menyelenggarakan sidang organisasi dan juga dapat melaksanakan sidang
ilmiah.

Pasal 10
Tugas dan Wewenang
Sidang Komisi:
a. Menetapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, pedoman-pedoman pokok
dan garis-garis besar haluan organisasi, kebijakan strategis nasional serta progran
kerja nasional Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.
b. Menilai pertanggung jawaban ketua DPN, dan DPK mengenai amanat yng diberikan
kongres nasional serta musyawarah komisariat sebelumnya.

Page | 7
c. Memilih ketua DPN dan apabila ketua terpilih pada periode sebelumnya tidap
menjalankan amanat sebagai ketua DPN, maka Kongres Nasional memilih ketua DPN
yang baru.
d. Mengukuhkan ketua terpilih pada kongres nasional sebelumnya menjadi ketua
e. Mengukuhkan, menonaktifkan atau membubarkan Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.
f. Menetapkan tempat pelaksanaan kongres Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI
selanjutnya.

Pasal 11
Tata Tertib
1. Pengurus besar adalah DPN bertanggung jawab menyelenggarakan kongres nasional.
2. Musyawarah daerah dihadiri oleh utusan komisariat selaku peserta utusan.
3. Mekanisme pengambilan keputusan dalam kongres dilaksanakan dalam sidang pleno
4. Tata tertib sidang pleno
a. Peserta sidang pleno adalah peserta utusan dengan mandat resmi yang mempunyai
hak bicara dan hak suara.
b. Banyak suara utusan cabang dalam kongres menggunakan acuan sebagai berikut
1) Sampai dengan 20 anggota: 1 suara
2) Sampai dengan 40 anggota : 2 suara
3) Sampai dengan 80 anggota : 3 suara
4) Sampai 120 anggota ke atas: 10 suara

c. Sidang pleno kongres dipimpin oleh tiga orang presidium yang dipilih oleh pengurus
DPD.
d. Sidang pengesahan kuorum, pembahasan dan pengesahan agenda acara, tata tertip
sidang, dan pemilihan pemimpin sidang pleno musyawarah daerah dipimpin oleh
panitia pengarah kongres
e. Kongres dinyatakan sah apabila dihadiri lebih dari 50 % DPD yang hadir pada saat
perhitungan kuorum.
f. Apabila ayat 4. e tidak terpenuhi, maka konggres diundur paling lama 1x24 jam dan
setelah itu Mubes di anggap sah.
g. Setelah laporan pertanggung jawaban DPN di terima oleh konggres , yang didahului
oleh laporan DPD, maka DPN menyatakan demisioner.

Bagian VIII
Musyawarah Daerah (Musda)

Pasal 12
Status
1. Musyawarah daerah (musda) merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi di
tingkat daerah.
2. Musda adalah musyawarah utusan komisariat-komisariat dalam satu propinsi.
3. Musda diadakan sekali dalam 2 tahun yang dilakukan menjelang akhir masa jabatan
4. Dalam keadaan luar biasa muda dapat diadakan sewaktu-waktu atas usul atau inisiatif
satu komisariat dan mendapat persetujuan lebih dari 50% jumlah komisariat yang ada
dalam propinsi tersebut.
5. Diantara Musda, pengurus daerah dapat melaksanakan rapat kerja daerah, yang
dimaksudkan untuk menilai dan kemudian memperbaiki/ mengadaptasi pelaksanaan
program kerja pengurus daerah.

Page | 8
Pasal 13
Tugas dan Wewenang
1. Menilai pertanggung-jawaban pengurus daerah mengenai amanat yang diberikan oleh
musda sebelumnya.
2. Menetapkan garis besar program kerja daerah dengan berpedoman pada kebijakan
operasional organisasi dan ketetapan konggres Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.
3. Memilih dan menetapkan ketua pengurus Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI wilayah.

Pasal 14
Tata Tertib
1. Pengurus Komisariat adalah penanggung jawab penyelenggaraan musyawarah
komisariat; sedangkan badan kelengkapan organisasi Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI
yang lain hanya sebagai peninjau.
2. Muskom dihadiri oleh pengurus komisariat, dan anggota IDTN PNS RI tingkat
komisariat dan undangan lainnya.
3. Peserta dengan mandat resmi mempunyai hak bicara dan hak suara, sedangkan peserta
lainnya hanya mempunyai hak bicara.
4. Banyaknya suara daerah dalam musda, tata cara pemilihan ketua DPK Ikatan Dosen
Tetap Non PNS RI daerah disesuaikan dengan ketentuan Muskom.
5. Apabila ayat 4. tidak terpenuhi maka musda diundur paling lama 1 x 24 jam dan setelah
itu musda dianggap sah.
6. Setelah laporan pertanggungjawaban pengurus daerah diterima oleh musda, maka
pengurus wilayah dinyatakan demisioner.
7. Apabila enam bulan setelah habis masa bakti periode kepengurusan dan telah minimal
tiga kali diingatkan untuk mengadakan musda tetapi pengurus wilayah tidak melakukan
musda maka DPN segera menunjuk tim caretaker yang terdiri dari satu orang pengurus
DPN, satu orang dari unsur pengurus daerah yang telah habis masa jabatan dan satu
orang dari unsur pengurus daerah dimana wilayah tersebut berkedudukan untuk
menyelenggarakan musyawarah wilayah

Bagian IX
Musyawarah Anggota Komisariat

Pasal 15
Status
1. Musyawarah anggota komisariat merupakan pengambilan keputusan tertinggi pada
tingkat komisariat.
2. Musyawarah anggota komisariat adalah rapat para anggota, yang dihadiri oleh pengurus
komisariat, dan dapat dihadiri oleh pengrus DPN Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI
sebagai peninjau atas undangan penanggung-jawab musyawarah komisariat.
3. Musyawarah komisariat dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam dua tahun,
diselenggarakan di akhir kepengurusan.
4. Apabila enam bulan setelah habis masa bakti periode kepengurusan dan telah minimal
tiga kali diingatkan untuk mengadakan musyawarah anggota komisariattetapi semua
pengurus komisariat tidak melakukan musyawarah komisariat maka pengurus daerah
segera menunjuk tim caretaker yang terdiri dari satu orang pengurus daerah, satu orang
pengurus komisariat yang telah habis jabatannya dan salah seorang Ikatan Dosen Tetap
Non PNS RI komisariat, untuk menyelenggarakan musyawarah anggota komisariat.
Apabila Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI komisariat tidak dapat melaksanakan, maka
DPN Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI dapat menon-aktifkan keikutansertaan DPK dalam
kongres nasional .
Page | 9
Pasal 16
Tugas dan Wewenang

1. Menilai pertangung jawaban pengurus komisariat mengenai pelaksanaan amanat


musyawarah anggota komisariat.
2. Menetapkan program kerja komisariat dengan tetap berpedoman kepada kebijakan
operasional yang telah ditetapkan dalam musda dan pada garis besar haluan organisasi
serta program kerja nasional yang ditetapkan oleh Kongres.

Pasal 17
Tata Tertib
1. Penanggung jawab penyelenggaraan musyawarah anggota komisariat adalah pengurus
komisariat.
2. Musyawarah anggota komisariat dihadiri oleh peserta musyawarah anggota komisariat
dan Pengurus Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI daerah serta undangan.
3. Anggota biasa adalah peserta musyawarah komisariat yang mempunyai hak suara dan
hak bicara.
4. Anggota biasa adalah peserta komisariat yang mempunyai hak suara dan hak bicara.
5. Sidang musyawarah anggota komisariat dipimpin minimal satu orang presidium yang
dipilih dari peserta dan oleh peserta. Sidang pembahasan dan pengesahan agenda acara,
tata tertib serta sidang pemilihan pimpinan sidang dipimpin oleh ketua panitia pengarah
musyawarah anggota komisariat.
6. Musyawarah anggota komisariat baru dinyatakan sah bila dihadiri lebih dari 50% atau
setengah jumlah anggota biasa.
7. Apabila ayat 6 tidak terpenuhi maka musyawarah komisariat diundur paling lama 1 x 24
jam dan setelah itu musyawarah anggota komisariat dianggap sah.
8. Setelah laporan pertanggungjawaban pengurus komisariat diterima oleh musyawarah
anggota cabang, maka pengurus komisariat dinyatakan demisioner.

Bagian X
Rapat Kerja Nasional (Rakernas)

Pasal 18
Status
1. Rapat kerja nasional (Rakernas) adalah rapat yang dihadiri oleh segenap perangkat
organisasi dari tingkat pusat dan tingkat daerah.
2. Rakernas diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam periode kepengurusan DPN Ikatan
Dosen Tetap Non PNS RI.
3. Tempat pelaksanaan Rakernas ditetapkan di Kongres Nasional

Pasal 19
Tugas dan Wewenang
1. Menilai pelaksanaan program kerja nasional yang diamanatkan Rakernas,
menyempurnakan dan memperbaikinya untuk dilaksanakan pada sisa periode
kepengurusan selanjutnya.
2. Mengadakan pembicaraan pendahuluan tentang bahan-bahan Rakernas yang akan
datang.

Page | 10
Pasal 20
Tata Tertib
1. Dewan Pengurus Nasional Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI adalah penanggung-jawab
penyelenggaraan Rakernas.
2. Rakernas, Dewan Pengurus Daerah Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI Wilayah dimana
Rakernas diadakan menjadi penanggungjawab teknis Rakernas.
3. Rakernas dihadiri oleh seluruh perangkat organisasi yang terdiri dari pengurus Dewan
Pengurus Nasional, beserta ketua-ketua seluruh unsur-unsurnya.
4. Sidang pleno Rakernas dipimpin oleh ketua pengurus besar.

B. STRUKTUR KEPEMIMPINAN
Bagian XI
Dewan Pengurus Nasional

Pasal 24
Status
1. Instansi kepemimpinan tertinggi organisasi yang mengurus dan melaksanakan
kebijakan-kebijakan strategis dan operasional yang bersifat nasional yang diputuskan
dalam Kongresnas.
2. Bertanggungjawab untuk dan atas nama organisasi.
3. Dalam melaksanakan kebijakan strategis yang berskala nasional, ketua umum dibantu
oleh Departemen-Departemen sesuai dengan tanggung jawab masing-masing
departemen.
4. Dalam melaksanakan kebijakan operasional yang berskala nasional, Dewan Pengurus
Nasional dibantu oleh badan-badan kelengkapan, badan-badan khusus, komite-komite
tetap dan ad-hoc, yang dibentuk untuk tujuan tersebut.
5. Periode kepengurusan adalah dua tahun.
6. Seorang anggota Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI hanya diperboleh-kan menjadi ketua
umum maksimal dua kali masa kepengurusan.
7. Ketua terpilih dalam suatu Kongres Nasional duduk sebagai wakil ketua umum dalam
periode setelah Kongres Nasional tersebut. Pada periode berikutnya yang bersangkutan
akan dikukuhkan menjadi ketua umum.
8. Apabila ketua terpilih tidak dapat melaksanakan tugasnya maka jabatan ketua terpilih
dikosongkan dan Kongres Nasional berikutnya memilih ketua umum dan ketua terpilih
yang baru.

Pasal 25
Personalia Dewan Pengurus Nasional
1. Personalia kepengurusan sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris
Jenderal, Bendahara Umum, dan Ketua Departemen, yang secara bersama-sama
melaksanakan kegiatan secara kolektif.
2. Yang dapat menjadi Dewan Pengurus Nasional adalah anggota biasa yang mempunyai
komitmen terhadap visi dan misi Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.
3. Masa jabatan ketua umum maksimal dua kali masa kepengurusan.

Pasal 26
Tugas dan Wewenang

Page | 11
1. Melaksanakan isi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan yang telah
ditetapkan Kongresnas.
2. Mengumumkan kepada seluruh pengurus daerah dan pengurus komisariat yang
menyangkut pengambilan keputusan organisasi ataupun perubahan keputusan Kongres
Nasional dan kemudian mempertanggungjawabkan kepada Kongresnas berikutnya.
3. Membina hubungan yang baik dengan semua aparat yang ada, pemerintah maupun
swasta didalam ataupun diluar negeri, khususnya dengan aparat yang berhubungan
dengan Pendidikan Tinggi.
4. Mensosialisasikan penjabaran program sesuai ketetapan Kongresnas kepada seluruh
pengurus Daerah dan Pengurus Komisariat.
5. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota melalui forum Kongresnas.
6. Menyelenggarakan Kongresnas pada akhir periode.
7. Menyiapkan draft materi Kongresnas melalui forum mukernas.
8. Mengesahkan pengurus daerah, pengurus komisarita, pengurus kelengkapan organisasi
tingkat pusat dan kolegiumnya serta perangkat/pengurus organisasi tingkat pusat.

Pasal 27
Tata Cara Pengelolaan Organisasi

1. Ketua umum yang telah dikukuhkan oleh Kongresnas mengumumkan susunan


kepengurusannya didepan sidang pleno Kongresnas.
2. Pengurus Dewan Nasional menjalankan tugas segera setelah dilakukan serah terima
dengan pengurus besar demisioner pada akhir pelaksanaan Kongresnas.
3. Pelantikan pengurus Dewan Pengurus Nasional harus telah dilakukan paling lambat
dalam waktu 30 hari setelah Kongresnas.
4. Untuk menyelenggarakan kegiatannya Dewan Pengurus Nasional harus mengadakan
rapat-rapat berupa Rakernas, rapat pleno diperluas, rapat pleno terbatas serta rapat
pengurus harian tetap.
5. Rapat pleno diperluas dihadiri oleh Dewan Pengurus Nasional, Komite-Komite, badan-
badan kelengkapan, pengurus Daerah, pengurus Komisarita dimana rapat tersebut
diadakan.
6. Rapat pleno diperluas dilaksanakan sekurang-kurangnya tiga kali dalam satu periode
kepengurusan.
7. Rapat pleno terbatas dihadiri oleh segenap pengurus Dewan Pengurus Nasional dan
dilaksanakan sekurangkurangnya sekali dalam satu bulan.
8. Rapat pengurus harian dihadiri oleh seluruh aparat pengurus DPN dan diadakan setiap
kali diperlukan

Pasal 28
Tata cara pengelolaan administrasi dan keuangan

1. Menyelenggarakan administrasi keanggotaan yang dikelola oleh unit khusus yang


bertugas untuk mendaftar, mendata, menyimpan dan mengelola potensi dasar anggota.
2. Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, yang berfungsi sesuai dengan beban
kerja organisasi yang dipimpin oleh seorang sekretaris eksekutif dan bertanggung jawab
langsung kepada Sekretaris Jenderal DPN Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.
3. Menyelenggarakan administrasi keuangan sesuai dengan tata cara serta tata kelola
keuangan yang transparan dan akuntabilitas dan dipimpin oleh seorang kepala bagian

Page | 12
keuangan yang bertanggung jawab langsung kepada Bendahara Umum DPN Jenderal PB
Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.
4. Menyelenggarakan audit yang dilaksanakan oleh satuan pengawas internal secara
berkala dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum DPN Jenderal PB Ikatan
Dosen Tetap Non PNS RI.
5. Satuan pengawas internal terdiri dari personalia pengurus besar yang memiliki latar
belakang pendidikan ekonomi dan/atau berpengalaman pada bidang pengelolaan
keuangan.
6. Membuat laporan keuangan tahunan yang diaudit oleh akuntan publik.

Bagian XIV
Dewan Pengurus Daerah

Pasal 32
Status
1. Pengurus Daerah adalah instansi kepemimpinan tertinggi dalam satu wilayah dan
bertanggungjawab untuk dan atas nama organisasi.
2. Pengurus Daerah melakukan koordinasi kegiatan organisasi Ikatan Dosen Tetap Non
PNS RI dengan perwakilan di setiap Daerahnya.
3. Pengurus Daerah dipilih dalam musyawarah Daerahnya.
4. Masa jabatan pengurus Daerahnya adalah dua tahun.
5. Pengurus daerah adalah kesatuan organisasi yang dibentuk di provinsi yang mempunyai
lebih dari satu Komisarita atas usul komisariat bersangkutan serta disetujui oleh
pengurus dewan nasional.
7. Seorang anggota Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI hanya diperbolehkan dipilih menjadi
ketua wilayah maksimal dua kali masa kepengurusan.

Pasal 33
Personalia Pengurus Komisariat

1. Personalia pengurus daerah sekurang-kurangnya terdiri dari ketua DPK, sekretaris,


bendahara, yang dapat menjadi pengurus wilayah adalah anggota biasa yang mempunyai
minat, perhatian dan komitmen serta loyalitas pada Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.
3. Apabila ketua daerah tidak dapat menjalankan tugas dan atau non aktif maka dapat
diangkat pejabat ketua daerah melalui sidang pleno komisariat dan selanjutnya
ditetapkan dan disahkan menjadi pejabat ketua daerah oleh Dewan Pengurus Nasional.
4. Undangan untuk melaksanakan sidang pleno daerah sebagaimana dimaksud pada poin di
atas dibuat oleh salah satu wakil ketua bersama-sama dengan sekretaris atau salah salah
satu wakil sekretaris.

Pasal 34
Tugas dan Wewenang

1. Melaksanakan tugas-tugas operasional organisasi yang didesentralisasikan dan


didekonsentrasikan oleh pengurus Dewan Pengurus Nasional, baik yang menyangkut
masalah organisasi profesi, etika profesi, pendidikan profesi dan pelayanan profesi.
2. Atas nama pengurus besar melantik pengurus daerah.
3. Mewakili pengurus daerah bila diperlukan dan atas permintaan pengurus besar.

Page | 13
4. Melaksanakan program kerja yang diputuskan pada musyawarah wilayah dan program
kerja yang merupakan penjabaran program kerja Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI yang
diputuskan pada Mubes Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.

Page | 14
Pasal 35
Tata Cara Pengelolaan

1. Ketua Daerah dipilih oleh pengurus cabang melalui musyawarah daerah dan disahkan
oleh pengurus dewan nasional.
2. Ketua daerah yang baru harus dapat menyusun kepengurusannya paling lambat tiga
puluh hari setelah pelaksanaan musyawarah daerah. Setelah disahkan oleh Dewan
Pengurus Daerah Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI segera mengadakan serah terima
jabatan. dan segera mengadakan serah terima jabatan dengan pengurus wilayah
demisioner
3. Pengurus wilayah yang baru dapat menjalankan tugasnya setelah disahkan oleh Pengurus
Dewan Nasional Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.
4. Pengurus Daerah berkedudukan di setiap perguruan tingi yang ada di seluruh Republik
Indonesia.
5. Untuk menyelenggarakan kegiatan, pengurus wilayah melaksanakan rapat pleno yang
dihadiri oleh pengurus komisarita dan diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam enam
bulan.

Bagian XV
Pengurus Komisariat

Pasal 36
Status
1. Komisariat merupakan kesatuan organisasi yang dibentuk pada perguruan
tinggi/univeritas yang mempunyai mempunyai Dosen Tetap Non PNS.
2. Dalam satu perguruan tinggi/universitas hanya ada satu komisariat.
3. Bila dianggap perlu komisariat dapat membentuk perangkat-perangkat organisasi secara
internal.
4. Perangkat organisasi sebagaimana yang dimaksud pada poin 3, dapat dibentuk
Komisariat oleh Ketua Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI yang anggotanya berjumlah lebih
dari 100 orang untuk memudahkan konsolidasi organisasi.
5. Masa jabatan pengurus komisariat adalah dua tahun.
6. Periode kepengurusan ketua komisariat hanya dipilih maksimal dua kali masa
kepengurusan.
7. Dalam kepengurusan cabang dapat dibentuk dewan penasehat komisariat dengan fungsi
memberi saran kepada pengurus komisariat diminta maupun tidak diminta. Dewan
penasehat komisariat terdiri dari para mantan ketua Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI
dan para tokoh senior Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.

Pasal 37
Personalia Pengurus Komisariat
1. Personalia pengurus komisariat sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris dan
bendahara.
2. Yang dapat menjadi pengurus komisariat adalah anggota biasa.
3. Apabila ketua komisariat berhalangan atau non aktif, maka dapat diangkat pejabat ketua
cabang melalui sidang pleno cabang dan selanjutnya diusulkan oleh pengurus daerah
untuk mendapatkan pengesahan dari pengurus Dewan Pengurus Nasional.
4. Undangan untuk melaksanakan sidang pleno daerah sebagaimana dimaksud pada poin di
atas dibuat oleh salah satu pengurus bersama-sama dengan sekretaris atau bendahara.

Page | 15
Pasal 38
Tugas dan Wewenang
1. Melaksanakan keputusan kongres nasional, musyawarah daerah dan musyawarah
anggota komisariat.
2. Memberikan laporan kepada pengurus daerah tentang hasil kerja yang dilakukan
minimal sekali dalam enam bulan .
3. Membina hubungan baik dengan semua aparat, khususnya yang berhubungan dengan
dunia pendidikan, penelitian, dan pengajaran
4. Bertanggung jawab kepada musyawarah anggota daerah.

Pasal 39
Tata Cara Pengelolaan
1. Pengurus Daerah dipilih oleh anggota melalui musyawarah anggota daerah dan diusulkan
oleh pengurus wilayah untuk mendapatkan pengesahan dari Pengurus Dewan Nasional
dan selanjutnya dilantik oleh pengurus Daerah.
2. Pengurus Daerah baru dapat menjalankan tugasnya setelah pelantikan dan serah terima
jabatan dengan pengurus Daerah demisioner.
3. Ketua Daerah yang baru harus dapat menyusun kepengurusannya paling lambat tiga
puluh hari setelah musyawarah Daerah dan segera mengadakan serah terima jabatan
dengan pengurus Daerah demisioner.
4. Untuk menyelenggarakan kegiatannya pengurus daerah harus mengadakan rapat-rapat
berupa rapat pleno dan rapat pengurus harian.
5. Rapat pleno diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam enam bulan dan dihadiri oleh
seluruh pengurus dan perangkat organisasi yang ada di daerah.
6. Rapat pengurus harian diadakan sekali dalam satu bulan dan dihadiri pengurus daerah.

BAB III
ADMINISTRASI DAN KEUANGAN

Pasal 51
A. Administrasi
1. Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI menjalankan sistem administrasi dan penyelenggaraan
kegiatan operasional organisasi yang bersifat desentralisasi.
2. Kegiatan-kegiatan operasional yang didesentralisasikan oleh DPN Ikatan Dosen Tetap
Non PNS RI pada pengurus daerah Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI, ditetapkan bersama
oleh DPN Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI dan DPD Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI
yang bersangkutan.
3. Kegiatan-kegiatan yang dapat didesentralisasikan antara lain adalah kegiatan dalam
rangka pencatatan dan pelaporan keanggotaan.

B. Keuangan
1. Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI menjalankan sistem keuangan yang desentralisasi.
2. Kegiatan-kegiatan yang dapat didesentralisasikan antara lain adalah kegiatan dalam
rangka penarikan iuran anggota.
3. Besarnya uang pangkal dan iuran ditetapkan oleh kongres nasional.
4. Pengurus Daerah diwajibkan menyerahkan 10% kepada pengurus besar dan 15% kepada
pengurus Komisariat dari uang iuran yang diterimanya.

Page | 16
5. Untuk kepentingan masing-masing daerah, pengurus daerah dapat menetapkan uang
iuran tambahan jika disetujui oleh musyawarah daerah dan mendapat persetujuan dari
Dewan Pengurus Nasional Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.
6. Kepemilikan barang, tanah, rumah atas nama badan hukum Ikatan Dosen Tetap Non
PNS RI, untuk Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI daerah dan Ikatan Dosen Tetap Non
PNS RI komisariat didesentralisasikan oleh PB Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI kepada
Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI daerah/komisiriat.

BAB IV
ATRIBUT, LAMBANG DAN LOGO

Pasal 52
1. Atribut berupa lambang, kartu anggota dan simbol-simbol Ikatan Dosen Tetap Non PNS
RI lain mencantumkan lingkaran berwarna hijau diatas dasar putih, ditengah terdapat
tulisan Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI. Di dalam bulatan putih ada bunga raflesia, buku
dan pena yang menghadap ke peta NKRI dan diatas ada tahun 2016. Di bulatan ada pita
berwarna merah dengan tulisan Republik Indonesia.
2. Ukuran atribut, lambang, kartu anggota dan simbol-simbol organisasi lain serta cara
penggunaannya diatur dalam ketentuan tersendiri.
3. Semua atribut dan simbol-simbol organisasi yang dipakai dalam kegiatan kepanitiaan
maupun aktivitas lain harus mencerminkan identitas Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.
4. Ketentuan mengenai logo Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI diatur tersendiri.
5. Ketentuan mengenai seragam diatur tersendiri.
6. Ketentuan mengenai bendera diatur tersendiri.
7. Perubahan atas lambang dan logo diatur di Kongres Nasional.

BAB V
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 53
1. Perubahan AD dan ART Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI hanya dilakukan oleh Kongres
Nasional.
2. Rencana perubahan tersebut diajukan oleh Dewan Pengurus Nasional.
3. Rencana perubahan telah disampaikan kepada pengurus besar selambat-lambatnya tiga
bulan sebelum kongres nasional dan tembusannya disampaikan kepada semua badan
kelengkapan organisasi.

BAB VI
PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 54
1. Pembubaran Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI hanya dapat dilakukan oleh Kongresnas
yang dilaksanakan khusus untuk itu.
2. Keputusan pembubaran Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI harus disetujui sekurang-
kurangnya setengah suara yang ada di Kongresnas.
3. Sesudah pembubaran, maka segala hak milik I Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI
diserahkan kepada badan-badan sosial atau perkumpulan yang ditetapkan oleh
Kongresnas.

Page | 17
4. Tata cara pelaksanaan kongres nasional khusus akan diatur dalam Kompendium
Organisasi Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.

BAB VII
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 55
1. Setiap anggota Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI dianggap telah mengetahui anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.
2. Perselisihan dalam penafsiran anggaran dasar dan anggaran rumah tangga diputuskan
oleh Komite Hukum dan Advokasi Pengurus Nasional Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.
3. Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran rumah tangga ini dimuat dalam peraturan PB
Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI tersendiri sepanjang tidak bertentangan dengan AD dan
ART Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.

Pasal 56
Instansi dan lembaga yang menggunakan nama dan atribut Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI
ditetapkan oleh Dewan Pengurus Nasional Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI.

Pasal 57
Anggota Ikatan Dosen Tetap Non PNS RI harus mentaati AD dan ART ini dan bagi yang
melanggarnya akan dikenakan sanksi yang diatur dalam Kompendium Organisasi Ikatan
Dosen Tetap Non PNS RI.

BAB VIII
PENUTUP

1. Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal disahkan dan hanya dapat
diubah oleh Kongres Nasional IDTN PNS RI.
2. Hal-hal yang tidak atau belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan
diatur dalam Peraturan Organisasi, dan peraturan tersebut tidak boleh
bertentangan dengan Anggaran Rumah Tangga ini.
3. Dengan berlakunya Anggaran Rumah Tangga ini, maka Anggaran Rumah
Tangga yang ada dan berlaku sebelum Anggaran Rumah Tangga ini, dinyatakan
tidak berlaku, dan segala sesuatu yang bertentangan dengan Anggaran Rumah
Tangga ini akan diatur kembali dan disesuaikan dalam waktu yang sesingkat -
singkatnya.
4. Anggaran Rumah Tangga ini di sahkan oleh Kongres Nasional IDTN PNS RI
kesatu di Jakarta, Tanggal: 05 Desember 2017 bertempat di Hotel House of Eva

Page | 18

Anda mungkin juga menyukai