Anda di halaman 1dari 25

PELAYANAN KLINIS MASING-MASING

PENYAKIT
No. Kode : 17 / II / SOP/ I / 2017
Terbitan :-

SPO No. Revisi : -


Tgl. Mulai Berlaku : -
Halaman : 1/2

KLINIK Direktur Klinik


SENTRA HUSADA dr. Hana Fitriani
NIK. 08.2008 2 150978

1 Pengertian Layanan klinis adalah proses pelayanan terhadap pasien yang


dilakukansesuai dengan standar/pedoman yang berlaku.
2 Tujuan Untuk menjamin mutu pelayanan klinis perlu dilakukan
pembakuan standar dan prosedur layanan klinis berdasarkan
acuan yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan dengan tetap
mempertimbangkan kemampuan klinik sentra husada.
3 Kebijakan Keputusan Direktur Klinik Sentra Husada Tentang
Pelayanan Klinis .
4 Referensi 1. Permenkes RI No 71 tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional
2. Undang-Undang No 25 tahun 2009, tetang Pelayanan Publik
3. Permenkes RI No 46 tahun 2015 tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktek mandiri dokter
dan tempat praktek mandiri dokter gigi
5 Prosedur 1. Petugas melakukan assesment awal
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
3. Petugas menegakkan diagnosa
4. Petugas membuat rencana asuhan sesuai standar/pedoman
pelayanan klinis
5. Petugas memberi in&ormasi kepada pasien/keluarga pasien
mengenai rancana layanan yang akan dilakukan
6. Petugas melakukan terapi sesuai rencana asuhan
7. Petugas mendokumentasikan kegiatan dalam rekam medis.
8. Petugas kesehatan/perawat wajib memberitahu dokter yang
bersangkutan bila terjadi pengulangan pemeriksaan
penunjang diagnostik, tindakan, atau pemberian obat yang
tidak diperlukan.
6 Hal-hal yang Kepatuhan Kerja Sesuai dengan SPO
perlu
diperhatikan
7 Unit Terkait Poli umum, Poli gigi, KIA/KB, Poli Gizi, UGD, Rawat Jalan.
8 Dokumen 1. Rekam Medik
terkait 2. Pendaftaran
3. Rawat inap
4. Rawat jalan
9 Rekam No Tanggal diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakuan
Histori
Perubahan
SOP Asuhan Keperawatan

1 Pengertian Serangkaian proses yang terorganisir dan terstruktur untuk


mengidentifikasi keluhan, kebutuhan, permasalahan pasien serta
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
2 Tujuan Sebagai acuan pelaksanaan perawat dalam melaksanakan
pemberian asuhan keperawatan
3 Referensi 1. Permenkes nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
2. Permenkes nomor 279 tahun 2006 tentang Penyelenggaraan
Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat
3. Buku saku NANDA NIC NOC
4. Buku Rencana Asuhan Keperawatan Marilyn E Doenges
4 Prosedur 1. Perawat mengucapkan salam kepada pasien
2. Perawat melakukan komunikasi terapeutik sesuai urutan
dengan pasien
3. Perawat melakukan pengkajian keperawatan dan
menganalisa hasil pengkajian yang dilakukan
4. Perawat menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan
hasil analisa pengkajian
5. Perawat menyusun intervensi keperawatan berdasarkan
diagnosa keperawatan yang muncul yang berisikan rencana
tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain
6. Perawat melaksanakan kegiatan implementasi keperawatan
7. Perawat melakukan evaluasi terhadap implementasi
keperawatan yang telah dilakukan
8. Perawat melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan
yang telah dilakukan pada form yang tersedia
5 Unit Ruang rawat inap, IGD
Terkait
SOP Form Rekam Medis

1 Pengertian Suatu format atau bagan yang digunakan untuk pemrosesan dan
pengolahan data yang terekam di Rekam Medis adalah suatu
upaya untuk mengolah data mentah yang terkumpul dan
terseleksi dirubah menjadi suatu informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
2 Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pemrosesan dan
pengolahan data yang terekam di rekam medis.
3 Referensi 1. Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2. Undang – undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan
publik
3. Permenkes nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Penyelenggaraan Rekam Medis
4 Prosedur 1. Melakukan kegiatan perakitan atau assembling rekam medis
2. Melakukan koding dan indeksing
3. Membuat pelaporan
4. Korespondensi rekam medis
5. Analisa data rekam medis
5 Unit Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Instalsi Gawat Darurat
Terkait
SOP Pencatatan Rekam Medis

1 Pengertian Suatu kegiatan pengisian/pencatatan, dan merekam data pasien,


data sosial, pemerikasaan, pengobatan / tindakan yang diberikan
oleh bidang profesi kesehatan kepada pasien
2 Tujuan Sebagai acuan untuk penerapan langkah-langkah dalam
pencatatan rekam medis di instalasi gawat darurat, rawat jalan
maupun rawat inap.
3 Referensi 1. Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2. Undang – undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan
publik
3. Permenkes nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Penyelenggaraan Rekam Medis
4 Prosedur 1. Menerima surat permintaan MRS oleh dokter yang merawat
di poli, IGD dan rujukan pasien, serta kartu identitas pasien
(KTP, SIM, ASKES)
2. Membuat registrasi dengan memasukkan data identitas (data
sosial) ke komputer.
3. Menyiapkan berkas rekam medis rawat inap
4. Mengisi data identitas pada berkas rekam medis pasien
5. Menyerahkan berkas RM untuk dibawa ke ruang rawat inap.
6. Dokter ruangan (dokter yang merawat), mengisi :
 Lembar dokter
 Lembar konsultasi
 Lembar resume
7. Perawat/ bidan, mengisi :
 Lembar perawat/ bidan
 Lembar penempelan hasil
 Lembar observasi pasien
 Lembar grafik, suhu nadi
8. Apabila pasien pulang berkas rekam medis dikembalikan ke
instalasi rekam medis paling lama 2x24 jam setelah pasien
pulang, dan harus sudah dilengkapi paling lambat 14 hari
setelah pasien pulang. Dengan menggunakan buku setoran
yang ditandatangani petugas instalasi rekam medis
5 Unit Bagian pendaftaran, Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Instalsi
Terkait Gawat Darurat
SOP Penyimpanan dan Pemanfaatan Rekam Medis

1 Pengertian Suatu kegiatan yang dilakukan oleh instalasi rekam medis yang
menerima, mengatur, menyimpan dan memelihara berkas rekam
medis pasien ditempat penyimpanan.
2 Tujuan Sebagai acuan untuk penerapan langkah-langkah dalam
penyimpanan rekam medis.
3 Referensi 1. Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2. Undang – undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan
publik
3. Permenkes nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Penyelenggaraan Rekam Medis
4 Prosedur Sistem penyimpanan berkas rekam medis menganut sistem
Desentralisasi dimana berkas rekam medis rawat inap & rawat
jalan terpisah.
1. Rawat jalan : menggunakan sistem nomor langsng (Straight
Numerical)
a. Petugas penyimpanan RM menerima berkas RM dari
petugas ruangan dengan ekspedisi
b. Berkas dilakukan assembling diteruskan dengan koding
c. Entry data berkas RM
d. Mengelompokkan, mengatur & menyusun berkas RM
sesuai dengan nomor penyimpanan.
e. Menyimpan satu persatu ke rak penyimpanan sesaui
dengan nomor berkas.
f. Merapikan kembali penyimpanan berkas RM
g. RM disimpan, sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dari
tanggal terakhir pasien dirawat.
2. Rawat Jalan : menggunakan sistem angka terakhir (Terminal
digit)
a. Petugas penyimpanan RM menerima berkas RM dari
semua poli disertai dengan ekspedisi penyetoran berkas
RM
b. Meneruskan ke petugas koding
c. Mengambil kembali berkas RM dari koding dan entry
data
d. Menyimpan satu persatu ke rak penyimpanan sesaui
dengan nomornya.
e. Merapikan kembali penyimpanan berkas RM.
f. RM disimpan, sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dari
tanggal terakhir berkunjung.
5 Unit Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Bagian Umum,
Terkait Laboratorium.
SOP SK Uraian Tugas Petugas Rekam Medis

1 Pengertian Pembagian tugas yang disesuaikan dengan pembagian tigas


Rekam Medis sesuai dengan struktur organisasi rekam medis.
2 Tujuan Sebagai acuan untuk menerapkan langkah-langkah pemenuhan
tenaga Rekam Medis.
3 Referensi 1. Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2. Undang – undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan
publik
3. Permenkes nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Penyelenggaraan Rekam Medis
4 Prosedur Petugas Rekam Medis melaksanakan tugas sesuai dengan
pembagian tugas berdasarkan struktur organisasi Rekam Medis
antara lain :
- Penanggung Jawab penerima pasien
- Penanggung Jawab pengolahan data
- Penanggung Jawab pelaporan
- Penanggung Jawab penyimpanan dan peminjaman rekam
medis
1. Petugas penanggung jawab penerima pasien melakukan tugas
mengecek menerima, pencatatan identitas pasien rawat jalan /
data sosial pasien serta mendistribusikan berkas rekam medis
rawat jalan ke poli klinik, mengecek data yang telah di entry
ke komputer sebagai bahan laporan.
2. Petugas penanggung jawab penerima pasien melakukan tugas
mengecek menerima, pencatatan / data sosial pasien rawat
inap, yang merupakan laporan register pasien masuk klinik
sentra husada.
3. Petugas penanggung jawab pengolahan datamelakukan tugas
mengecek hasil dari komputer untuk :
a. Sisa pasien ruangan
b. Print out sensus harian
c. Evaluasi kelengkapan RM, Informed Consent, ketepatan
kode
d. Print out laporan bulanan
e. Print out laporan triwulan
f. Print out laporan tahunan
g. Print out laporan morbiditas bulanan
h. Print out laporan morbiditas tahunan
i. Print out laporan mortalitas bulanan
j. Print out laporan mortalitas tahunan
k. Laporan kegiatan penunjang
4. Petugas penanggung jawab pelaporan membuat laporan
intern dan ekstern klinik sentra husada serta melakukan
evaluasi dan analisi data
5. Petugas penanggung jawab penyimpanan dan pengambilan
melakukan tugas mengecek assmbling, perakitan termasuk
memeriksa kelengkapan, mengambil dan menyimpan berkas
rekam medis ke tempatnya.
5 Unit Ka. Sub Bid Kepegawaian, Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap,
Terkait Instalasi Gawat Darurat.
SOP Persyaratan Kompetensi Tenaga yang Bertugas di

Rekam Medis

1 Pengertian Persyaratan kompetensi yang harus dimiliki setiap tenaga yang


bertugas di rekam medik sesuai dengan struktur organisasi rekam
medis.
2 Tujuan Sebagai acuan untuk menerapkan langkah-langkah persyaratan
kompetensi tenaga Rekam Medis.
3 Referensi 1. Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2. Undang – undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan
publik
3. Permenkes nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Penyelenggaraan Rekam Medis
4 Prosedur 1. Perekam medis mampu menetapkan kode penyakit dan
tindakan dengan tepat sesuai klasifikasi internasional tentang
penyakit dan tindakan medis dalam pelayanan dan
manajemen kesehatan.
2. Perekam medis mampu melakukan tugas dalam memberikan
pelayanan rekam medisdan informasi kesehatan yangbermutu
tinggi.
3. Mampu mengelola rekam medis dan informasi kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan pelayan medis,administrasi dan
kebutuhan informasi kesehatan sebagai bahan pengambilan
keputusan di bidang kesehatan.
4. Mampu
mengelola,merencanakan,melaksanakan,mengevaluasi dan
menilai mutu rekam medis
5. Mampu menggunakan statistic kesehatan untuk
menghasilkan informasi
6. Mampu mengelola sumber daya manusia yang tersedia di
unit kerja rekam medis
7. Mampu berkolaborasi inter dan intra profesi yang terkait
dalam pelayanan kesehatan.
5 Unit Ka. Sub Bid Kepegawaian, Instalasi Rekam Medis.
Terkait
SOP Triase

1 Pengertian Tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban berdasar


beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan
tindakan berdasar sumber daya (SDM dan sarana) yang
tersedia
2 Tujuan Tujuan triase pada musibah massal atau yang lebih dikenal
dengan bencana adalah bahwa dengan sumber daya yang
minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak mungkin
3 Konsep A. Kriteria pemilahan korban
1. Beratnya cidera.
2. Besarnya kemungkinan untuk hidup.
3. Fasilitas yang ada/kemungkinan keberhasilan
tindakan
B. Triase tidak disertai tindakan.
C. Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan
setiap pertolongan harus dilakukan sesegera mungkin.
D. Sistem triage
1. Nondisaster untuk menyediakan perawatan sebaik
mungkin bagi setiap individu pasien
2. Disaster untuk menyediakan perawatan yang lebih
efektif untuk pasien dalam jumlah banyak.
4 Sasaran Semua pasien yang datang ke Unit Gawat Darurat
5 Prosedur A. Anamnesa
B. Pemeriksaan singkat dan cepat untuk menentukan
derajat kegawatannya
C. Pengelompokan pasien berdasar kegawatannya
D. Rujukan ke ruang tindakan
E. Kegiatan setelah triase
F. Pencatatan dan pelaporan
6 Melaksanakan A. Pemeriksaan singkat dan cepat untuk menentukan
Kegiatan derajat kegawatan
1. Mencuci tangan.
2. Memakai handscoon pada kedua tangan petugas.
3. Respons
Kaji respon / kesadaran dengan metode AVPU,
meliputi :
a. Alert (A) : berespon terhadap lingkungan
sekitar/sadar terhadap kejadian yang dialaminya
b. Verbal (V): berespon terhadap pertanyaan
perawat
c. Paintfull (P): berespon terhadap rangsangan
nyeri
d. Unrespon (U): tidak berespon terhadap stimulus
verbal dan nyeri
Cara pengkajian :
1) Observasi kondisi pasien saat datang
2) Tanyakan nama klien
3) Lakukan penepukan pundak / penekanan
daerah sternum
4) Lakukan rangsang nyeri misalnya dengan
mencubit
4. Airway (Jalan Napas)
a. Lihat, dengar, raba (Look, Listen, Feel)
b. Buka jalan nafas, yakinkan adekuat
c. Bebaskan jalan nafas dengan proteksi tulang
cervical dengan menggunakan teknik Head
Tilt/Chin Lift/Jaw Trust, hati-hati pada korban
trauma
d. Cross finger untuk mendeteksi sumbatan pada
daerah mulut
e. Finger sweep untuk membersihkan sumbatan di
daerah mulut
f. Suctioning bila perlu
5. Breathing (Pernapasan)
Lihat, dengar, rasakan udara yang keluar dari
hidung/mulut, apakah ada pertukaran hawa panas
yang adekuat, frekuensi nafas, kualitas nafas,
keteraturan nafas atau tidak
6. Circulation (Pendarahan)
a. Lihat adanya perdarahan eksterna/interna
b. Hentikan perdarahan eksterna dengan Rest, Ice,
Compress, Elevation (istirahatkan lokasi luka,
kompres es, tekan/bebat, tinggikan)
c. Perhatikan tanda-tanda syok/ gangguan
sirkulasi : capillary refill time, nadi, sianosis,
pulsus arteri distal
Dari hasil pemeriksaan tentukan katagori pasien berdasar
pelayanan :
 Pelayanan cepat (merah)
 Pelayanan ditunda (kuning)
 Pelayanan berjalan (hijau)
 Meninggal – tak tertolong (hitam)

B. Pengelompokan pasien berdasar kegawatannya


1. Emergency (Label Merah)
Pasien gawat dan darurat, pasien ini harus mendapat
pertolongan dengan prioritas penanganan pertama
(P1) : Pasien di bawa keruangan resusitasi dengan
Waktu tunggu 0 menit. Contohnya antara lain
sebagai berikut:
a. Penderita tidak sadar
b. Distress pernafasan (RR > 30x/mnt)
c. Shock tipe apapun
2. Urgent (Label Kuning)
Pasien dengan penyakit yang akut, pasien-pasien
yang harus dirawat dalam jangka wakttu beberapa
jam dengan prioritas penanganan kedua (P2) dengan
Waktu tunggu 30 detik. Contohnya antara lain yaitu:
a. Cedera tulang belakang
b. Trauma capitis tertutup
c. Luka bakar < 25 %
3. Non Urgent (Label Hijau)
Pasien dengan fungsi hemodinamik yang stabil
tetapi menderita luka yang jelas mendapat prioritas
penanganan ketiga P3. Contohnya meliputi hal
berikut.
a. Luka memar
b. Fraktur Extremitas atas
4. Expextant (Label Hitam)
Pasien mengalami cedera mematikan dan akan
meninggal meski mendapat prioritas pengangan P0
atau P4. Contohnya yaitu:
a. Luka bakar derajat tiga hampir seluruh tubuh
b. Kerusakan organ vital (tidak ada respirasi
spontan, tidak ada aktivitas jantung, hilangnya
respon pupil terhadap cahaya)
c. Kasus kematian

C. Rujukan ke ruang tindakan


1. Memberi label pada pasien sesuai dengan
kegawatannya
2. Menyertakan rekam medisnya
3. Membawa / merujuk brancart pasien ke ruang
tindakan sesuai labelnya

D. Kegiatan setelah triage


1. Membersihkan alat / bahan medis setelah dipakai
(lihat SOP Membersihkan Alat / Bahan Medis).
2. Membersihkan ruangan dengan cara:
a. Menyapu seluruh ruangan triase dari muka ke
belakang.
b. Membuang sampah (medis dan non medis)
ketempat sampah masing- masing.
c. Mengepel seluruh lantai dengan menggunakan
disinfektan/lisol.
d. Mengembalikan alat-alat pembersih pada
tempatnya.
3. Mencuci tangan (lihat SOP Cuci Tangan)
4. Mengumpulkan / membuang sampah medis dan non
medis pada tempatnya (lihat SOP Membuang
Sampah Medis dan Non Medis).
5. Mengembalikan alat/bahan yang telah digunakan
pada tempat semula (lihat SOP Mengembalikan
Alat).
7 Dokumentasi A. Mengisi register kunjungan.
1. Identitas korban; nama, jenis kelamin, alamat,
kewarganegaraan
2. Waktu kejadian, waktu dilakukan triage
3. Status lokalis pasien (area cedera/keluhan)
4. Jumlah korban di setiap area triage
5. Jumlah korban yang di rujuk ke RS lain
B. Membuat laporan yang diperlukan
8 Unit Terkait UGD, Laboratorium
SOP Rujukan Pasien Emergensi

1 Pengertian Pasien emergensi adalah kondisi dimana pasien menderita


penyakit dan cidera yang dapat menimbulkan kecacatan
permanen dan mengancan nyawa pasien.
2 Tujuan Tujuan Sistem Rujukan adalah agar pasien mendapatkan
pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian
dapat menurunkan angka kematian
3 Referensi Permenkes no 75 tahun 2014, Bab I, pasal 1, ayat 9.
4 Prosedur A. Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak
untuk dirujuk. Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah
bila memenuhi salah satu dari :
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak
mampu diatasi
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang
medis ternyata tidak mampu diatasi.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih
lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang
bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana
kesehatan yang lebih mampu
B. Prosedur standar merujuk pasien.
Prosedur Klinis:
1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan
diagnosa utama dan diagnosa banding.
2. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus.
3. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan
4. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas
Medis/Paramedis yang kompeten dibidangnya dan
mengetahui kondisi pasien.
5. Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas
keliling atau ambulans, agar petugas dan kendaraan tetap
menunggu pasien di IGD tujuan sampai ada kepastian
pasien tersebut mendapat pelayanan (serah terima dengan
perawat UGD)
C. Prosedur Administratif:
1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2. Membuat catatan rekam medis pasien dan lembar
observasi (Jika perlu)
3. Memberikan Informed Consent (persetujuan/penolakan
rujukan).
4. Membuat surat rujukan
5. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan
pasien.
6. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin
menjalin komunikasi dengantempat tujuan rujukan.
7. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah
diselesaikan administrasi yang bersangkutan dan sudah
dipastikan kesiapan fasilitas rujukan (telepon UGD yang
akan dituju)
5 Unit Pendaftaran, Pelayanan Umum, Fasilitas rujukan
Terkait
Kerangka Acuan Pelatihan Petugas Unit Gawat Darurat

di Klinik Sentra Husada

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari keterampilan dalam melakukan tindakan
pertolngan pertama diperlukan untuk mengantisipasi keadaan-keadaan darurat
akibat kecelakaan atau penyakit-penyakit akut (mendadak). Sistem Pelayanan
Gawat darurat solusi terpilih terbaik untuk memberi bantuan bagi seseorang
dengan kriteria “gawat darurat”. Suatu sistem yang baik akan tercermin dari
waktu tanggap sesaat setelah cedera terjadi. Keberhasilan pertolongan
terhadap penderita gawat darurat itu tergantung pada kecepatan ditemukannya
penderita, kecepatan meminta bantuan pertolongan dan kecepatan dan
ketepatan bantuan yang diberikan.
Dari faktor di atas memberikan pemahaman bahwa pertolongan
pertama ditempat kejadian sebaiknya dilakukan oleh penolong yang
memahami prinsip resusitasi, stabilisasi, dan evakuasi serta cara transportasi
penderita dengan benar. Di dalam pelatihan pertolongan pertama, peserta
akan mendapatkan pengetahuan dan kerterampilan tentang tindakan-tindakan
pertama melalui metode ceramah, peragaan serta simulasi sehingga jika
dihadapkan dalam situasi gawat darurat yang sesungguhnya peserta dapat
mengambil tindakan pertolongan pertama pada korban.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan pengetahuan dan keterampilan pada petugas UGD
agar dapat memberikan pertolongan pertama pada pasien secara
profesional di Klinik Sentra Hudsada dan mengaplikasikan langsung
tindakan sigap pada pasien yang akan ditolong.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mempraktekkan bantuan hidup dasar dan menangani
masalah A-B-C (Airway, Breathing dan Circulation)
b. Mampu mempraktekkan keterampilan dasar menangani pasien
tersedak (choking)
c. Mampu mempraktekkan keterampilan dasar pasien yang
memerlukan posisi pemulihan
d. Mampu mempraktekkan keterampilan dasar menangani pasien
dalam keadaan Syok
e. Mampu mempraktekkan keterampilan dasar menangani pasien
Luka dan perdarahan
f. Mampu mempraktekkan keterampilan dasar menangani pasien luka
bakar
g. Mampu mempraktekkan keterampilan dasar menangani pasien
keseleo dan cedera otot
h. Mampu mempraktekkan keterampilan dasar menangani pasien
dislokasi sendi dan fraktur
i. Mampu mempraktekkan keterampilan dasar menangani pasien
keracunan
j. Mampu mempraktekkan keterampilan dasar menangani pasien
terkena gigitan hewan berbahaya
k. Mampu mempraktekkan keterampilan dasar menangani pasien
terkena sengatan serangga berbahaya
l. Mampu mempraktekkan keterampilan dasar pasien yang
mengalami trauma/injury
m. Mampu memparaktekkan keterampilan dasar gawat darurat jantung
: EKG dan Cardio-Shock
n. Mampu mempraktekkan keterampilan evakuasi dan transportasi
pasien dengan benar.
C. Sasaran
Pelatihan PPGD ini adalah perawat yang bertugas di unit gawat
darurat Klinik Sentra Husada.
D. Metode Pelatihan
Proses belajar interaktif dengan metode ceramah, simulasi dan
demontrasi, Diskusi dilakukan untuk membahas suatu kasus gawat darurat.
Bahan materi pelatihan dibagikan pada saat pelaksanaan berupa modul
pelatihan PPGD.
E. Pelaksana pelatihan
Kegiatan pelatihan diselenggarakan oleh tim yang terdiri dari:
1. Dokter yang bersertifikat ATCLS (Advance Trauma & Cardiac Life
Support)
2. Perawat yang bersertifikat BTCLS (Basic Trauma & Cardiac Life
Support)
F. Jadwal Pelaksanaan Pelatihan
Pelatihan dilaksanakan pada hari/tanggal .................selama 3 (tiga)
hari dimulai pukul 08.00 sampai 14.00 WIB setiap harinya. Tempat pelatihan
di Klinik Sentra Husada dengan tempat sesuai standarisasi dari
penyelenggaraan pelatihan BTCLS.
G. Biaya dan Fasilitas Pelatihan
Anggaran penyelenggaraan pelatihan dibebankan pada Klinik Sentra
Husada dan peserta tidak dipungut biaya. Fasilitas yang didapatkan peserta
pelatihan :
1. Modul pelatihan PPGD
2. Alat tulis (Bolpoint + Blocknote)
3. Sertifikat pelatihan
H. Evaluasi Pelatihan dan tindak lanjut
Evaluasi penyelenggaraan pelatihan meliputi :
1. Evaluasi tertulis bagi peserta pretest & post test
2. Ujian praktek
Tindak lanjut bagi peserta pelatihan adalah pembinaan berkelanjutan bagi
alumni pelatihan.
I. Penutup
Demikian kerangka acuan pelatihan Penanggulangan penderita Gawat
Darurat (PPGD).
Sertifikat Pelatihan Emergensi bagi Petugas Gawat Darurat

A. Pendahuluan
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, Klinik Sentra
Husada membuat berbagai macam program kegiatan pada masing-masing
bidang pelayanan. Salah satunya bidang pelayanan gawat darurat, Klinik
Sentra Husada dalam meningkatkan kualitas pelayanan disamping
meningkatkan fasilitas dan peralatan juga menekankan kepada semua petugas
PPGD untuk dapat meningkatkan sumber daya manusianya dengan mengikuti
pelatihan PPGD.
Pelatihan Perawat Gawat Darurat General Emergency Life Suport
(PPGD-GELS) menekankan pada penanganan pasien gawat darurat. Ini
bermanfaat bagi petugas kesehatan yang berada di garda terdepan dari
pelayanan kesehatan, yakni unit gawat darurat (UGD). Mereka yang bertugas
di UGD harus mempunyai sertifikasi keahlian di bidang kegawatdaruratan
diupayakan sesuai dengan standar nasional dan internasional. ”Time saving is
life saving” adalah filosifi dari penanganan kegawatdaruratan. Kesalahan
pada pelayanan kegawatdaruratan akan sangat berpengaruh pada penanganan
selanjutnya, bahkan bisa berakibat fatal. “Pelatihan ini untuk meningkatkan
kualitas petugas UGD,”di harapkan, semua petugas UGD Klinik Sentra
Husada mengikuti pelatihan semacam itu. II.
B. Latar Belakang
Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada
dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan
sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang
mungkin terjadi. Unit Gawat Darurat merupakan salah satu unit di Klinik
Sentra Husada yang memberikan pelayanan kepada penderita gawat darurat
dan merupakan bagian dari rangkaian upaya penanggulangan penderita gawat
darurat yang perlu terorganisir. Ditinjau dari aspek perkembangan ilmu dan
teknologi yang terus berkembang dalam memberikan pelayanan seorang
petugas PPGD tidak hanya bersertifikat sekolah saja, namun sertifikat lain
yang mendukung pelayanan gawat darurat juga menjadi nilai lebih. Salah satu
sertifikat yang dimiliki dan menjadi nilai lebih bagi seorang petugas adalah
sertifikat pelatihan PPGD. Oleh karena masih minimnya minat memiliki
sertifikat PPGD tersebut, maka dibuatlah program pengembangan staf
keperawatan yaitu pelatihan PPGD
C. Tujuan
1. Tujuan Umum : -
- Meningkatkan mutu pelayanan Unit GawatDarurat.
- Meningkatkan kualitas manusia sebagai sumber daya insani yang
dapat menolong diri sendiri, keluarga maupun masyarakat sesuai
dengan batas-batas kewenangan bila menghadapi korban kecelakaan
melalui Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ( P3K ) dari PPGD
- Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kompetensi
masyarakat secara luas.
2. Tujuan Khusus :
- Memberikan pelayanan gawat darurat di Klinik Sentra Husada sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan
- Memberikan pelayanan gawat darurat dilakukan oleh tenaga
profesional baik medis,paramedis yang sudah bersertifikat PPGD.
- Meningkatkan pengetahuan tenaga dokter dan perawat di UGD
- Meningkatkan keterampilan tenaga dokter dan perawat di UGD
- Unit Gawat Darurat mampu memberikan pelayanan kepada pasien
dalam penanggulangan gawat darurat.
D. Sasaran
1. Terlaksananya program pelatihan PPGD bagi dokter dan perawat sesuai
dengan waktu yang telah direncanakan.
2. Seluruh dokter dan perawat di Unit Gawat Darurat dapat mengikuti dan
memiliki sertifikat Penanggulangan PenderitaGawat Darurat (PPGD).
E. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
1. Kegiatan Pokok
Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD).
2. Rincian Kegiatan
a. Menyiapkan kebutuhan dokter dan perawat yang akan mengikuti
pelatihan PPGD.
b. Mengirim dokter dan perawat UGD untuk mengikuti pelatihan
PPGD pada waktu dan tempat yang disesuaikan dengan pihak
penyelenggara.
F. Cara Melaksanakan Kegiatan
1. Mendata dokter dan perawat UGD yang akan mengikuti Pelatihan PPGD.
2. Menyiapkan kebutuhan pelatihan PPGD bagi dokter dan perawat UGD.
3. Mengirim dokter dan perawat UGD untuk mengikuti pelatihan PPGD
pada waktu dan tempat yang disesuaikan dengan pihak penyelenggara.
4. Pelaporan dan Evaluasi Program Pelatihan PPGD. VII.
G. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
1. Evaluasi pelaksanaan program pengembangan staf keperawatan pelatihan
PPGD dilakukan setelah kegiatan selesai oleh penanggung jawab mutu
pelayanan Unit Gawat Darurat.
2. Penanggungjawab mutu pelayanan Unit Gawat Darurat membuat laporan
pelaksanaan kegiatan program yang dilakukan oleh penanggungjawab
pelaksana Unit Gawat Darurat kepada Kepala Klinik Sentra Husada.
H. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan
1. Pencatatan dilakukan oleh dokter maupun perawat UGD yang
bersangkutan.
2. Pelaporan pelaksanaan program dilakukan akhir tahun oleh
Penanggungjawab Mutu pelayanan yang dilakukan oleh penanggung
jawab pelaksana Unit Gawat Darurat.
3. Evaluasi program dilakukan pada akhir tahun oleh Penanggung jawab
Unit Gawat Darurat yang dilakukan setiap periode kegiatan dan
dilakukan evaluasi kembali setiap tahunnya.
I. Penutup
Demikian kerangka acuan yang dapat dibuat sebagai pedoman bagi
petugas UGD dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan di Klinik
Sentra Husada sesuai dengan ilmu dan ketrampilan serta kompetensi. Selamat
bekerja dan mencoba , tidak ada keberhasilan tanpa adanya kerja, amin.

Anda mungkin juga menyukai