Laporan Pendahuluan Osteomielitis
Laporan Pendahuluan Osteomielitis
Disusun Oleh:
MUHAMMAD SURYADI
NPM. 010280
2. Definisi
Osteomielitis adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang. Infeksi yang mengenai tulang
lebih sulit disembuhkan daripada infeksi yang mengenai jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah , respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan, dan pembentukan tulang
baru disekeliling jaringan tulang mati (Brunner & Suddart, 2000).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah
(osteomielitis hematogen) atau, yang lebih sering setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi
bedah (osteomielitis eksogen) (Corwin, 2009).
Osteomieliris merupakan penyakit yang sulit diobeti karena dapat terbenuk abses lokal. Abses
tulang biasanya memiliki suplai darah yang buruk, dengan demikian pelepasan swl imun dan
antibiotik terbatas (Corwin, 2009).
3. Klasifikasi
Klasifikasi menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu:
a. Osteomyelitis Primer, Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme
berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
b. Osteomyelitis Sekunder adalah Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat
dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Berdasarkan lamanya infeksii, osteomielitis dapat dibagi menjadi 3antara lain:
a. Osteomielitis akut yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada
anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di
dalam darah. (osteomielitis hematogen). Oteomielitis dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Osteomielitis hematogen merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah.
Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari
daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering
terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan
thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri.
Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
2) Osteomielitis direk disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat
trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat
inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau
sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih
terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.
b. Osteomielitis sub-akut yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak
infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
c. Osteomielitis kronis Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih
sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis
biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma
(osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.
Berdasarkan awitannya dibagi menjadi 3 yaitu (Suratun dkk, 2008):
a. akut fulminan (stadium I: terjadi dalam 3 bulan),
b. awitan lambat (stadium II: terjadi dalam 4-24 bulan),
c. awitan lama (stadium III: terjadi dalam 2 tahun, memalui penyebaran hematogen).
4. Etiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70-80% osteomielitis. Organisme patogenik lainnya
yang sering di jumpai yaitu proteus, pseudomonas, dan escherichia coli. Infeksi dapat terjadi
melalui (Suratun dkk, 2008):
a. Penyebaran ematogen dari fokus infeksi di yempat lain: tonsil yang terinfeksi, infeksi gigi,
infeksi saluran napas bagian atas.
b. Penyebaran infeksi jaringan lunak: ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskular.
c. Kontaminasi langsung dengan tulang: fraktur terbuka, cedera traumatik (luka tembak,
pembedahan tulang).
Faktor risiko yang dapat menyebabkan osteomielitis antara lain (Suratun dkk, 2008):
a. Nutrisi buruk
b. Lansia
c. Kegemukan
d. Diabetes melius
e. Artritis reumathid
f. Mendapatkan terapi kortikosteroid jangka panjang
g. Pernah menjalani pembedahan sendi
h. Menjalani operasi othopedi lama
i. Mengalami infeksi luka yang mengeluarkan pus
j. Mengalami infeksi insisi marginal/dehisensi luka.
Bakteri merupakan penyebab umum osteomielitis akut, namun virus, jamur, dan mikroorganisme
lain dapat berperan pula (Corwin, 2009).
5. Patofisiologi
Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan Vaskularisas dan
edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat
menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol
awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering harus dilakukan
insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah
jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum)
tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh,
seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum
infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien.
Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
PATHWAYS
Infasi kuman ke
tulang dan sendi
osteomielitis
fagositosis
Ansietas
6. Tanda dan gejala
Manifestasi klinis yang terjadi pada pasien dengan isteomielitis adalah
sebagai berikut (Suratun dkk, 2008):
a. Jika infeksi hematogen, pasien mengalami demam tinggi, pasien
menggigil, denyut nadi cepat, dan malaise umum.
b. Setelah infeksi menyebar dari rongga susmsum ke korteks tulang, akan
mengenai periosteum dan jaringan lunak. Bagian yang terinfeksi
menjadi nyeri, bengkak, dan mengalami nyeri tekan.
c. Jika infeksi terjadi akibat penyebaran infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak ada gejala septikemia. Gejalanya yaitu
daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri, dan terjadi nyeri tekan.
d. Osteomielitis kronis ditandai oeh pus yang selalu mengalir keluar dari
sinus atau mengalami periode nyeri berulang, inflamasi,
pembengkakan, dan pengeluaran pus.
Gejala osteomielitis hematogen pada ank-anak adalah demam, menggigil,
dan keengganan menggerakkan ekstremitas tertentu. Pada individu
dewasa, gejala mungkin samar dan berupa demam, keletihan, dan malaise.
Osteomielitis eksogen biasanya disertai cedera dan inflamasi di tempat
lesi. Terjadi demam dan pembesaran nodus limfe regional (Corwin, 2009).
Tanda dan gejala dari osteomielitis akut dan kronis adalah sebagai berikut:
d. Osteomyelitis akut (Nyeri daerah lesi, Demam,
menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional, Sering ada
riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka, Pembengkakan local,
Kemerahan, Suhu raba hangat, Gangguan fungsi, hasil laboratorium
menunjukkan anemia, leukositosis)
e. Osteomyelitis kronis (Ada luka, bernanah, berbau busuk,
nyeri, Gejala-gejala umum tidak ada, Gangguan fungsi kadang-kadang
kontraktur, hasil Laboratorium LED meningkat)
7. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaaan yang dapat dilakukan dari perangkat diagnostik antara lain
(Corwin, 2009):
a. Scan tulang dengan menggunakan injeksi nukleotida radiokatif dapat
memperlihatkan tempat inflamasi tulang. Pencitraan resonansi
magnetik (Magnetic Resonance Imaging) dapat memungkinkan
peningkatan sensitifitas diagnostik.
b. Analisis darah dapat memperlihatkan peningkatan hitung darah
lengkap dan laju endap eritrosit, yang menunjukkan adanya infeksi
aktif yang sedang berlangsung.
8. Penatalaksanaan
Antibiotik dapat diberikan pada individu yang mengalmi patah tulang atau
luka tusuk pada jaringan lunak yang memgelilingi suatu tulang sebelum
tanda-tanda infeksi timbul. Apabila infeksi tulang terjadi, diperlukan
antibiotik agresif (Corwin, 2009).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan osteomielitis
antara lain (Suratun dkk, 2008):
a. Daerah yang terkena diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyaman
dan mencegah terjadinya fraktur.
b. Lakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali sehari
unuk mengingkatakan aliran darah.
c. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses
infeksi.
d. Berdasarkan hasil kultur, dimulai pemberian antibiotik intravena. Jika
infeksi tampak terkontrol dapat diberikan per oral dan dilanjutkan
sampai 3 bulan
e. Pembedahan dilakukan jika tidak menujukkan respon terhadap
antibiotik
f. Lakukan irigasi dengan larutan salin fisiologis steril 7-8 hari pada
jaringan purulen dan jaringan nekrotik di angkat. Terapi antibiotik
dilanjutkan.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit ini antara lain (Suratun
dkk, 2008):
a. Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran
hematogen
b. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang.
c. Lingungan operasi dan teknik operasi dapat menurunkan insiden
osteomielitis
d. Pemberian antibiotik profilaksis pada pasien pembedahan
e. Teknik merawat luka aseptik pada pasca operasi
9. Prognosis
10. Komplikasi
Osteomielitis kronis dapat terjadi yang ditandai oleh nyeri hebat yang tidak
berkurang dan penurunan fungsi bagian tubuh yang terkena (Corwin,
2009).
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku saku. Jakarta: EGC.
Gloria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman & Cheryl M.
Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition.
Mosby: United States of America.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Nanda International. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC.
Slone, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC.
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Suratun., dkk. 2008. Klien Dengan Sistem Muskoloskeletal: Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :
Jakarta.