Dokumen - Tips - Lapkas Anastesi Umum Fam 5710d98ec62ab
Dokumen - Tips - Lapkas Anastesi Umum Fam 5710d98ec62ab
Oleh:
Wahyu Adi Kurniawan
Pembimbing:
dr. Lasmaria Flora, Sp.An
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. F
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Berat badan : 42 kg
Tinggi badan : 150 cm
Alamat : Jl. Bukit Permai
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 31 maret 2015
No. RM : 115361
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Benjolan di payudara kanan sejak 1 tahun terakhir.
b. Status Lokalis
Regio thorax
Inpeksi : Payudara kanan tampak membesar daripada payudara kiri
tetapi tidak ada kemerahan. Discharge (-), Nipple inverted
(-), peau d’orange (-)
Palpasi : Pada saat diraba benjolan di payudara kanan benjolan
bergerak, permukaan licin, mobile (+), teraba lunak, ukuran
sebesar telur bebek, tidak tampak menonjol, dan nyeri tekan
(+).
Auskultasi thorak : SD : vesikuler (+/+) normal
ST : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Cor : BJ I-II reguler, bising (-)
V. DIAGNOSIS KLINIS
Diagnosis pra operasi : FAM Dextra
Diagnosis post operasi : Post Operasi Mastektomi Subkutan FAM Dextra
VII. TINDAKAN
Dilakukan : Mastektomi Subkutan FAM Dextra
Tanggal : 1 April 2015
b. Penatalaksanaan Anestesi
Jenis anestesi : General Anestesi (GA)
Premedikasi :
- Dexamethason IV 10mg
- Ondansentron IV 4mg
Medikasi Intra Operatif:
- N2O inhalasi dengan O2
- Isoflurance 2L/menit
- Midazolam IV 2mg
- Fentanyl IV 0,0628 mg
- Asam traneksamat 500mg
Medikasi Post Operatif:
- Ketorolac 30 mg
- Tramadol 200 mg
Teknik anestesi :
Karena pasien sudah dewasa dan cukup kooperatif sehingga dapat dilakukan
medikasi intra operatif dengan memasukan sedacum kemudian pasien diposisikan
tidur terlentang dan dipasang oro-pharyngeal airway (OPA) dan diberikan
anastesi inhalasi dengan sungup muka ( face mask) dengan mempertahankan jalan
napas head tilt -chin lift-jaw thrust, anastesi inhalasi menggunakan isoflurance
2L/menit dengan kombinasi N20 dan O2.
IX. PROGNOSA
Dubia ad bonam
PENYEBAB GANGGUAN
1. Peningkatan aktivitas Estrogen yang absolut atau relatif.
2. Genetik : payudara
3. Faktor-faktor predisposisi :
a. Usia : < 30 tahun
b. Jenis kelamin
c. Geografi
PATOLOGI
Makroskopi :Tampak bulat, elastis dan nodular, permukaan berwarna putih
keabuan.
Mikroskopi :Epitel proliferasi tampak seperti kelenjar yang dikelilingi oleh stroma
fibroblastic yang khas (intracanalicular f. dan pericanalicular f.).
PATOFISIOLOGI
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada
masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas
jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering
digolongkan dalam mamary displasia.
Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang
berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Pada gambaran histologis
menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan pemeriksaan fisik
(phisycal examination), dengan mammography atau ultrasound, dengan Fine Needle
Aspiration Cytology (FNAC).
a. Pada pemeriksaan fisik dokter akan memeriksa benjolan yang ada dengan palpasi
pada daerah tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui apakah mobil atau tidak,
kenyal atau keras,dll.
b. Mammography digunakan untuk membantu diagnosis, mammography sangat
berguna untuk mendiagnosis wanita dengan usia tua sekitar 60 atau 70 tahun,
sedangkan pada wanita usia muda tidak digunakan mammography, sebagai
gantinya digunakan ultrasound, hal ini karena fibroadenoma pada wanita muda
tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik bila menggunakan mammography.
c. Pada FNAC kita akan mengambil sel dari fibroadenoma dengan menggunakan
penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan.
Dari alat tersebut kita dapat memperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma, lalu
hasil pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa di bawah
mikroskop. Dibawah mikroskop tumpor tersebut tampak seperti berikut :
1. Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan
berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus
2. Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk
bular (perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler)
3. Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek
uniform
TREATMENT
Terapi untuk fibroadenoma tergantuk dari beberapa hal sebagai berikut:
1. Ukuran
2. Terdapat rasa nyeri atau tidak
3. Usia pasien
4. Hasil biopsy
B. INTRA OPERATIF
Jenis anastesi yang diberikan pada pasein ini dengan menggunakan anastesi
inhalasi sungkup muka yaitu anastesi yang menggunakan kombinasi obat berupa gas
melalui sungkup muka dengan pola nafas spontan. Komponen trias anastesi yang
dicapai adalah hipnotik, analgesi, dan relaksasi otot ringan.
Anastesi menggunakan anastesi inhalasi dengan sungkup muka karena durasi
operasi tidak lama. Dikarenakan denyut nadi pasien yang sudah lemah sebelum proses
anastesi dimulai maka diberikan atropin dan juga dexa untuk meminimalisir
terjadinya alergi obat, kemudian pasien diposisikan tidur terlentang dan dipasang oro-
pharyngeal airway (OPA) dan diberikan anastesi inhalasi dengan sunkup muka ( face
C. POST OPERATIF
Setelah operasi selesai, pasien bawa ke ruang observasi. Pasien berbaring
dengan posisi terlentang karena efek obat anestesi masih ada dan tungkai tetap lurus
untuk menghindari edema. Observasi post operasi dilakukan selama 1 jam, dan
dilakukan pemantauan vital sign (tekanan darah, nadi, suhu dan respiratory rate)
setiap 30 menit. Oksigen tetap diberikan 2-3 liter/menit. Setelah keadaan umum stabil,
maka pasien dibawa ke ruangan bedah untuk dilakukan tindakan perawatan lanjutan.
Pasien berusia 20 tahun dengan berat 42 kg dan tinggi 150cm dilakukan tindakan
pembedahan dengan diagnosis pra operasi Fibroadenoma mamae Dextra dan diagnosis post
operasinya adalah Post Operasi Mastektomi Subkutan Fibroadenoma Dextra pada tanggal 1
Maret 2015 memulai anastesi pada pukul 09.50, mulai operasi 10.10 dan selesai operasi
10.50 dengan lama durasi anastesi selama 1 jam.
Anastesi menggunakan anastesi inhalasi dengan sungkup muka karena durasi operasi
tidak lama. Diberikan dexametason untuk meminimalisir terjadinya alergi obat, kemudian
pasien diposisikan tidur terlentang dan dipasang oro-pharyngeal airway (OPA) dan diberikan
anastesi inhalasi dengan sunkup muka (face mask) ukuran 3 dengan mempertahankan jalan
napas head tilt-chin lift-jaw thrust, anastesi inhalasi menggunakan kombinasi Isoflurance
2L/menit dengan O2 3L/menit.
Observasi post operasi dilakukan selama 1 jam, dan dilakukan pemantauan vital sign
(tekanan darah, nadi, suhu dan respiratory rate) setiap 30 menit. Oksigen tetap diberikan 2-3
liter/menit. Setelah pasien sadar dan kondisi stabil maka pasien dibawa ke ruangan bedah
untuk dilakukan tindakan perawatan lanjutan.