Anda di halaman 1dari 137

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi pada saat ini perkembangan teknologi yang semakin pesat
membuat banyak sekali media bermunculan di Indonesia baik itu media online
maupun media cetak, kemunculan media online yang sangat pesat terjadi di
Indonesia, salah satunya di Provinsi Bengkulu, salah satu media online yang
muncul di Bengkulu yaitu media online “Rakyat Merdeka Bengkulu” atau yang
sering disebut dengan RMOLBengkulu. Media online RMOLBengkulu merupakan
salah satu media online yang masih aktif dalam mempublikasikan tentang
pemberitaan seputar daerah Bengkulu, RMOLBengkulu merupakan salah satu
media online yang berpengaruh dalam politik, karena banyak memproduksi
berita-berita politik, maka dari itu media RMOLBengkulu ini juga sering di sebut
sebagai kantor berita poltik.
Tercatat pada hitungan Lingkaran Media Politik Indonesia (LIMPA) pada
februari 2019 media RMOL ini masuk dalam kategori tujuh media politik paling
populer di media sosial jelang pilpres 2019, yang menduduki posisi ke dua setelah
media Detik.Com.

Gambar 1.1 RMOL.CO. media paling populer kedua jelang pilpres versi LIMPA

1
2

Melihat media online RMOLBengkulu merupakan media online yang lebih


banyak memberitakan tentang politik, peneliti ingin melihat bagaimana penerapan
penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik yang diterapkan di media
RMOLBengkulu dalam pemberitaan lain seperti penulisan di berita kriminal
apakah sudah memenuhi karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik. Selain itu
alasan peneliti memilih RMOLBengkulu sebagai objek penelitian karena Melihat
wartawan di media RMOLBengkulu yang sedikit sekali memiliki latar belakang
dari lulusan jurnalistik juga menjadi salah satu alasan peneliti untuk memilih
menganalisis penerapan bahasa Indonesia jurnalistik yang diterapkan oleh
wartawan di media RMOLBengkulu.
Peneliti juga memliki pertimbangan yang lain dalam menentukan media
RMOLBengkulu sebagai objek penelitian, yaitu peneliti melihat bahwa media
RMOLBengkulu ini berbeda dari media online daerah yang ada di Bengkulu
lainnya, karena media online RMOLBengkulu ini termasuk media online yang
terbilang besar dibanding dengan media online lokal lainnya, karena media online
RMOLBengkulu merupakan salah satu media online cabang dari RMOL.CO atau
RMOL pusat yang berada di Jakarta. RMOL.CO sendiri sudah memiliki cabang di
seluruh daerah di Indonesia. Berikut merupakan tampilan dari media RMOL.CO
dan RMOLBengkulu.

Gambar 1.2 Tampilan RMOL.CO Gambar 1.3 Tampilan


RMOLBengkulu
3

Media online RMOLBengkulu juga memiliki beberapa rubrik dalam


pemberitaan salah satunya yaitu rubrik Hukum, pada rubrik hukum di media
online RMOLBengkulu ini hanya berisi tentang pemberitaan kriminal atau berita
yang melanggar hukum lainnya, untuk mengetahui hal tersebut peneliti sudah
melakukan penelitian terhadap media online RMOLBengkulu sendiri salah satunya
melakukan cek dan re-cek pemberitaan yang ada di rubrik Hukum tersebut, Pada
penelitian tersebut peneliti menemukan pemberitaan kriminal lebih dari 30 berita
yang dimuat dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, berita tersebut meliputi berita
pembunuhan, penipuan, pencurian, perampokan, narkoba, tawuran, penganiyaan,
dan sebagainnya yang melanggar hukum. Berikut merupakan salah satu contoh
dari penulisan berita kriminal yang di muat oleh media online RMOLBengkulu
pada tanggal 11 April 2018.

Gambar 1.4 Tampilan isi berita di RMOLBengkulu Senin, 11 April 2019


“Dalam paragraf yang ditulis pada berita tersebut banyak sekali kesalahan
dalam penulisan dan penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik seperti
pemborosan kata atau kalimat yang tidak hemat, kalimat berulang-ulang,
4

kalimat yang tidak singkat dan kalimat yang kurang jelas atau sulit
dipahami maknanya, ini terlihat pada berita yang ditulis di paragraf
pertama. Dari kalimat tersebut berdasarkan karakteristik Bahasa Indonesia
jurnalistik banyak kata-kata yang tidak singkron dibuktikan dengan pada
lead berita, reporter menulis keterangan tempat di polsek kemudian di
baris ke-4 reporter menuliskan polres untuk keterangan tempat hal ini jelas
bahwa dalam penulisan berita tersebut reporter tidak memperhatikan
kalimat yang ditulis sehingga membuat pembaca menjadi sulit untuk
memahami.”

Seiring dengan munculnya berbagai macam media yang semakin


berkembang di masyarakat, maka masyarakat juga harus dituntut untuk cermat
dalam memilih media untuk dikonsumsi. Hal ini menjadi salah satu acuan untuk
masing-masing media dalam menyajikan pemberitaan terutama dilihat dari faktor
bahasa yang digunakan media tersebut. Kekuatan pemberitaan, tampilan, fisik
media, hingga ke jaringan pemasaran juga menjadi acuan penting yang harus
diperhatikan produsen pemberitaan , media juga dituntut untuk kreatif dan inovatif
agar menarik banyak perhatian para pembaca terutama media online.
Terbitnya berbagai media pers menimbulkan dampak positif dan negatif.
Dampak postifnya ialah kebebasan tersebut bagaikan angin segar dalam padang
pasir kekeringan, sehingga setiap orang bebas dapat mendirikan media dan
mengeluarkan pendapat serta aspirasi, akan tetapi di satu sisi peningkatan jumlah
(kuantitas) pemberitaan pers yang tajam tidak disertai dengan kualitas
jurnalismenya. Salah satunya adalah dalam penulisan berita yang akan
disampaikan kepada khalayak. Dalam penulisan suatu berita jurnalistik hal yang
dipertimbangkan yaitu sifat tulisan jurnalistik sebagai media komunikasi massa
“Menurut (Anwar R. 1984:1) Bahasa jurnalistik mempunyai sifat khas yaitu
singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, dan menarik,” pada kenyataan ini
memberikan tekanan akan pentingnya sifat sederhana, jelas dan langsung
pada suatu berita. Selain itu menurut Jus Badudu (1992:62) bahasa
jurnalistik itu harus sederhana, mudah dipahami, teratur, dan efektif.

Dengan demikian, bahasa jurnalistik harus ringkas, mudah dipahami, dan


langsung menerangkan apa yang dimaksudkan. Ditinjau dari sifatnya, bahasa
jurnalistik memiliki dua ciri utama yaitu komunikatif dan spesifik. Komunikatif
artinya langsung menjamah materi atau ke pokok persoalan dan tidak bertele-tele.
5

Spesifik artinya mempunyai gaya penulisan tersendiri, yakni sederhana,


kalimatnya pendek, kata-katanya jelas, dan mudah dimengerti oleh kalangan
pembaca. Agar penelitian ini tidak meluas dan langsung mengerucut kepada inti
permaslahan maka Peneliti juga mengambil berita kriminal yang di terbitkan pada
periode Maret dan April , dengan alasan karena pada periode tersebut merupakan
periode waktu menjelang Pemilihan Umum (PEMILU) tahun 2019 yang akan di
selenggarakan pada tanggal 17 April, dengan demikian peneliti ingin melihat dan
meneliti bagaimana pengemasan bahasa jurnalistik yang dimuat dalam berita
kriminal yang dilakukan oleh media RMOLBengkulu menjelang satu bulan
sebelum Pemilihan Umum (PEMILU) tahun 2019, dengan melakukan penelitian
yang dilihat dari karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik .
Menyadari akan pentingnya penggunaan bahasa jurnalistik pada sebuah
media, salah satunya media online, yang memiliki kelebihan dalam kecepatan
untuk menyajikan berita, maka peneliti teratarik untuk menganalisis penggunaan
bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal di media online dan memilih
media online RMOLBengkulu sebagai objek penelitian, Sehingga peneliti
memberikan judul pada penelitian ini yaitu, Analisis Penggunaan Bahasa
Indonesia Jurnalistik Pada Berita Kriminal Di Rubrik Hukum Media Online
Rakyat Merdeka Bengkulu (RMOLBengkulu).
Alasan peneliti memilih berita kriminal sebagai subjek penelitian dalam
pengggunaan Bahasa Indonesia Jurnalistik yang digunakan adalah karena di
dalam berita kriminal terdapat karakteristik atau ciri khusus yang harus di patuhi
dalam penggunaan Bahasa Indonesia Jurnalistik. Pada penelitian ini peneliti
berpedoman pada karakteristik Bahasa Indonesia Jurnalistik yang di kemumakan
oleh Haris Sumadiria.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pernyataan diatas, maka timbulah rumusan masalah yang
dibahas antara lain:
“Bagaimana penggunaan bahasa indonesia jurnalistik yang digunakan pada berita
kriminal di rubrik hukum pada media online RMOLBengkulu?
6

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui bagaimana penerapan bahasa Indonesia jurnalistik di
berita kriminal pada media online RMOLBengkulu.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat teoritis maupun
empiris/praktis, yaitu sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Secara Praktis
Manfaat praktis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
perkenalan dan tambahan pengetahuan mengenai bahasa ragam jurnalistik
online, dan sebagai referensi mengenai penggunaan bahasa jurnalistik yang
baik dan benar kepada pengelola media online.
1.4.2 Manfaat Secara Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat dijadikan
bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam mengadakan penelitian
mengenai penggunaan bahasa pada media online. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam
mengembangkan teks berita di media online sebagai bahan ajar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Penelitian dengan menggunakan subjek bahasa Indonesia jurnalistik di
universitas Bengkulu terbilang masih rendah, ini dibuktikan dengan sulitnya
peneliti mencari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan bahasa Indonesia
jurnalistik di perpustakaan Universitas Bengkulu maupun perpustakaan fakultas
ilmu sosial dan ilmu politik di universitas Bengkulu, oleh karena itu peneliti
mengambil penelitian terdahulu dari skripsi “Eneng Khairunnisa mahasiswa ilmu
dakwah dan ilmu komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013” dengan judul skripsi “ Penerapan Bahasa Jurnalistik Pada
Berita Utama “Staright News” Di Surat Kabar “Radar Bekasi” Edisi 1-5 Oktober
2012” penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif analisis, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan
meliputi dokumentasi, wawancara, dan studi pustaka, dalam penelitian Eneng
Kharunnissa tersebut mendapatakan beberapa hasil penelitian seperti Surat kabar
Radar Bekasi dalam penulisan berita utama straight news maupun lead telah
menerapkan bahasa jurnalistik yang berpedoman kepada kaidah-kaidah umum
bahasa Indonesia yang baku atau Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), surat kabar
Radar Bekasi juga sudah menerapkan karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik
yang singkat, padat, jelas, menarik, sederhana, dan populis, namun masih
ditemukan kesalahan dalam penulisan bahasa dalam judul berita. Perbedaan
penelitian Eneng Khairunisa dengan penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti
sekarang yaitu berbeda dalam jenis penelitian dan subjek penelitiannya, peneliti
mengunakan jenis penelitian dengan metode analisis isi dan menggunakan objek
penelitian pada media online lokal.
Penelitian terdahulu lainnya juga dilakukan oleh Rahma mahasiswi
Universitas Allauddin Makasar Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada tahun
2012, dengan judul skripsi “Analisis Penerapan Bahasa Jurnalistik Terhadap
Berita Kriminal Tribun Timur.” temuan yang didapat pada penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh rahma ini hampir sama dengan yang peneliti lakukan, hanya

7
8

saja berita kriminal yang penelitian terdahulu lakukan masih belum memfokuskan
di rubrik mana, berbeda dengan yang dilakukan oleh peneliti, peneliti melakukan
penelitian berita kriminal fokus kepada rubrik hukum yang terdapat pada media
online, sedangkan yang dilakukan penelitian terdahulu objek penelitian fokus
kepada surat kabar harian. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahma ini berbeda
dengan peneliti lakukan, peneliti melakukan penelitian kulitatif dengan
menggunakan analisi isi (content analysis) sedangkan pada penelitian Rahma
menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan deskriptif analisis. Dari
penelitian Terdahulu yang dialkukan oleh Rahma tersebut meghasilakn beberpa
temuan penelitian pada Tribun Timur ditemukan beberapa kesalahan yakni
terdapat ketidaksesuaian ciri Bahasa jurnalistik pada suatu berita baik itu judul
maupun paragrap dan penggunaan kata-kata yang akrab ditelinga pembaca dan
kata yang tidak populis selain itu juga bahwa dalam suatu surat kabar masih
banyak kesalahan-kesalahan atau ketidak sesuaian dalam penulisan berita dengan
karakteristik bahasa jurnalistik Terutama dalam surat kabar Tribun Timur yang
hanya berstandar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) dan tidak memiliki Standar Operasional Prosedural (SOP)
tanpa memperhatikan lebih dalam lagi tentang ciri bahasa jurnalistik dan teori pers
tanggung jawab sosial dalam penulisan beritanya. Akan tetapi, penerapan bahasa
jurnalistik dalam surat kabar Tribun Timur cukup baik. Meskipun masih ada
beberapa kesalahan-kesahan atau ketidaksesuaian penulisan beritanya dengan
karakteristik bahasa jurnalistik. Terutama masih banyaknya penggunaan kalimat
atau kata yang tidak populis dan bertele-tele.
Penelitian terdahulu lainnya juga pernah dilakukan oleh peneliti Aris
Takomala tahun 2009 mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. dengan judul “Analisis bahasa jurnalistik
berita utama surat kabar republika edisi desember 2008”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui penggunaan bahasa surat kabar Republika. Peneliti mengambil
sampel pada berita utama Republika. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Sedangkan jenis penelitiannya ialah analisis deskriptif. Hasil penelitian
9

menunjukan, ciri tidak mubazir dan tidak klise yang sering dilanggar. Buktinya
ialah 124 kalimat yang diteliti dari berita utama tangga 1, 9, 17 dan 26 Desember
2008, terdapat 22 kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak mubazir
dan tidak klise. Empat kalimat melanggar ciri bahasa jurnalistik spesifik. Delapan
kalimat melanggar hemat kata dan satu kalimat melanggar jelas makna.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Enneng, Rahma dan
Aris peneliti menegaskan bahwa penelitian yang peneliti lakukan pada judul
“Analisis Penggunaan Etika Bahasa Indonesia Jurnalistik Pada Berita Kriminal Di
Rubrik Hukum Media Online Rakyat Merdeka Bengkulu (RMOLBengkulu)”,
memiliki kesamaan dan perbedaan, hanya saja terdapat beberapa perbedaan
dibandingkan dengan penelitian terdahulu. Peneliti sama-sama menggunakan
bahasa Indonesia jurnalistik sebagai subjek dari penlitian, peneliti juga sama
menggunakan berita lokal daerah masing-masing sebagai objek dari penelitian.
Namun peneliti melakukan penelitian baru dengan judul dan objek yang berbeda
dan jenis penelitian yang berbeda, sehingga tidak melanjutkan penelitian yang
dilakukan tiga orang peneliti sebelumnya. Kontribusi dari penelitian terdahulu
untuk penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu, memudahkan peneliti
untuk membedakan kaidah, karakteristik serta pedoman bahasa Indonesia
jurnalistik yang baik dan benar dengan cepat, serta peneliti mampu membedakan
bahasa baku dan non baku yang sesuia dengan Kamus Besar Bahasa Indoneia
(KBBI) dan mampu dengan cepat mengetahui kalimat yang sesuai dengan Ejaaan
Yang Disempurnakan (EYD), tanpa harus lebih jauh untuk membaca KBBI lagi,
selain itu kontribusi dari penelitian terdahulu untuk penelitian sekarang juga
menjadi salah satu penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya dengan
menggunakan subjek penelitian yang berbeda dengan sama-sama memilh
menggunakan subjek penelitian pada media lokal daerah masing-masing, dengan
demikian penelitian terdahulu ini juga berkontribusi untuk peneliti dalam
melakukan penelitian selanjutnya untuk menemukan dan menganalsis
penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik yang di lakukan oleh wartawan lokal di
dalam media lokal yang peneliti lakukan.
10

2.2 Media Massa


Media massa diartikan sebagai media atau sarana komunikasi untuk
menyampaikan atau mempublikasikan berita kepada publik atau masyarakat.
Media massa dikategorikan kedalam tiga jenis yaitu media cetak, media
elektronik, dan media online.
Menurut Cangara (2010), media adalah alat atau sarana yang digunakan
untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan
pengertian media massa sendiri alat yang digunakan dalam penyampaian
pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat
komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi.
Media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti tengah atau perantara.
Massa berasal dari bahasa Inggris yaitu mass yang berarti kelompok atau
kumpulan. Dengan demikian, pengertian media massa adalah perantara atau
alat-alat yang digunakan oleh massa dalam hubungannya satu sama lain.
Media massa adalah sarana komunikasi massa dimana proses penyampaian
pesan, gagasan, atau informasi kepada orang banyak (publik) secara
serentak. Sebuah media bisa disebut media massa jika memiliki
karakteristik tertentu. Karakteristik media massa menurut ) antara lain:
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari
banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai
pada penyajian informasi.
2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang
memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau
pun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan
tertunda.
3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan
jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan
simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak
orang dalam waktu yang sama.
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat
kabar, dan semacamnya.
5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan
dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku
bangsa.
Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikasi berjumlah
banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film
bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi, atau
dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan.
Dengan demikian media massa adalah suatu alat untuk melakukan atau
menyebarkan informasi kepada komunikan yang luas, berjumlah banyak
11

dan bersifat heterogen. Media massa adalah alat yang sangat efektif dalam
melakukan komunikasi massa karena dapat mengubah sikap, pendapat dan
perilaku komunikannya. Keuntungan komunikasi dengan menggunkan
media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan yaitu
suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang berjumlah relatif banyak.
Effendy (2003:65)

2.2.1 Media online


Kita pasti sudah tidak asing lagi mendengar kata media online.
Apalagi di era informasi dan perkembangan teknologi seperti saat ini.
Dengan hadirnya gadget serta aplikasi yang tersedia didalamnya, membuat
manusia tidak lagi berkomunikasi dengan satu atau dua macam cara saja
seperti telpon atau sms yang menggunakan pulsa saja, melainkan dengan
menggunakan berbagai macam aplikasi komunikasi yang menggunakan
layanan internet yang sering disebut dengan media online. Media online pun
memiliki berbagai macam jenis salah satunya media sosial seperti twitter,
facebook, path dan lain sebagainya. Pengertian media online menurut ahli
“Media online adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang
berbasis telekomunikasi dan multimedia (baca-komputer dan internet).
Didalamnya terdapat portal, website (situs web), radio online, TV-
online, pers online, mail online, dll, dengan karakteristik masing-
masing sesuai dengan fasilitas yang memungkinkan user
memanfaatkannya. Ashadi Siregar dalam (Kurniawan,2005.20)
Banyak alasan mengapa seseorang tertarik dengan media online,
selain karena mudah diaplikasikan, juga karena jangkauan interaksi dengan
banyak orang lebih luas, bahkan perputaran komunikasi yang ada begitu
cepat meski berasal dari negara-negara lain yang tentu jaraknya tidak dekat,
akan tetapi informasi yang didapat sangatlah cepat. Pada kenyataannya
penggunaan media online semakin hari semakin banyak, itu menjadi
indikator bahwa media online memiliki masa depan yang cerah karena
banyak diminati orang. Tentu penggunaan media online memiliki banyak
keunggulan akan tetapi tidak sedikit memiliki kekurangan.
12

2.2.2 Karakteristik Media Online


Lebih lanjut tentang media online berupa portal informasi ini, Iswara
(2005) menjelaskan karakteristik umum yang dimiliki media jenis ini, yaitu:
1. Kecepatan (Aktualitas): Informasi Kejadian atau peristiwa yang
terjadi di lapangan dapat Lebih lanjut tentang media online
berupa portal informasi ini, Iswara (2005) menjelaskan
karakteristik umum yang dimiliki media jenis ini, yaitu: a.
Kecepatan (Aktualitas) Informasi Kejadian atau peristiwa yang
terjadi di lapangan dapat di upload ke dalam situs web media
online ini, tanpa harus menunggu hitungan menit, jam atau hari,
seperti yang terjadi pada media elektronik atau media cetak.
Dengan demikian mempercepat distribusi informasi ke pasar
(pengakses), dengan jangkauan global lewat jaringan internet,
dan dalam waktu bersamaan .dan umumnya informasi yang ada
tertuang dalam bentuk data dan fakta bukan cerita.
2. Adanya Pembaruan (Updating) Informasi: Informasi
disampaikan secara terus menerus, karena adanya pembaruan
(updating) informasi. Penyajian yang bersifat realtime ini
menyebabkan tidak adanya waktu yang diistemewakan (prime
time) karena penyediaan informasi berlangsung tanpa putus,
hanya tergantung kapan pengguna mau mengaksesnya.
3. Interaktivitas: Salah satu keunggulan media online ini yang
paling membedakan dirinya dengan media lain adalah fungsi
interaktif. Model komunikasi yang digunakan media
konvensional biasanya bersifat searah (linear) dan bertolak dari
kecenderungan sepihak dari atas (top-down). Sedangkan media
online bersifat dua arah dan egaliter. Berbagai features yang ada
seperti chatroom, e-mail, online polling/survey, games,
merupakan contoh interactive options yang terdapat di media
online. Pembaca pun dapat menyampaikan keluhan, saran, atau
tanggapan ke bagian redaksi dan bisa langsung dibalas.
4. Personalisasi: Pembaca atau pengguna semakin otonom dalam
menentukan informasi mana yang ia butuhkan. Media online
memberikan peluang kepada setiap pembaca hanya mengambil
informasi yang relevan bagi dirinya, dan menghapus informasi
yang tidak ia butuhkan. Jadi selektivitas informasi dan sensor
berada di tangan pengguna (self control).
5. Kapasitas Muatan Dapat Diperbesar: Informasi yang termuat
bisa dikatakan tanpa batas karena didukung media penyimpanan
data yang ada di server komputer dan sistem global. Informasi
yang pernah disediakan akan tetap tersimpan, dan dapat
ditambah kapan saja, dan pembaca dapat mencarinya dengan
mesin pencari (search engine)
13

6. Terhubung Dengan Sumber Lain (Hyperlink): Setiap data dan


informasi yang disajikan dapat dihubungkan dengan sumber lain
yang juga berkaitan dengan informasi tersebut, atau
disambungkan ke bank data yang dimiliki media tersebut atau
dari sumber-sumber luar. Karakter hyperlink ini juga membuat
para pengakses bisa berhubungan dengan pengakses lainnya
ketika masuk ke sebuah situs media online dan menggunakan
fasilitas yang sama dalam media tersebut, misalnya dalam
chatroom, lewat e-mail atau games. (Iswara:2005)

2.3 Bahasa Jurnalistik


Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya
informasi yang disampaikan kepada khalayak sangat ditentukan oleh benar
tidaknya bahasa yang dipakai. Penggunaan bahasa yang baik dan benar sangat
menentukan sampainya informasi itu kepada khalayak (pembaca, pendengar,
penonton) secara jelas. Sebaliknya, bahasa yang kacau dalam menyampaikan
informasi akan menyulitkan khalayak untuk memahami informasi itu Bahasa
jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa yang digunakan oleh pers sebagai
pedoman untuk menulis suatu berita, bahasa jurnalistik juga memiliki sifat yang
sederhana dan mudah dipahami pembacanya. Karenanya, dunia pers atau
jurnalistik harus menggunakan bahasa yang baik dan benar agar khalayak dapat
memahami informasi dipicu oleh kebutuhan manusia akan informasi, untuk
memenuhi kebutuhan informasi tidak terlepas dari peranan komunikasi massa
yang didalamnya terdapat perkembangan teknologi media massa khususnya
media cetak (Kusumaningrat, 2009:165-166).

Bahasa jurnalistik Menurut (Sumadiria,2010:7) yaitu bahasa yang


digunakan wartawan, redaktur, atau pengelola media massa dalam
menyusun dan menyajikan, memuat, menyiarkan, dan menayangkan berita
serta laporan peristiwa penting atau menarik dengan tujuan agar mudah
dipahami isinya dan cepat ditangkap maknanya.

Dari definisi di atas, dapat dipahami bahasa jurnalistik adalah bahasa yang
digunakan oleh wartawan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak dan
memiliki ciri khusus yaitu singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, dan menarik.
14

2.3.1 Karakteristik Bahasa Jurnalistik


Bahasa jurnalistik memiliki karakteristik yang harus terpenuhi oleh
penyajian berita agar penyampaian berita berlangsung efektif. Adapun ciri-
ciri utamnya adalah sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik,
demokratis, populis, logis, gramatikal, menghindari kata tutur, menghindari
kata dan istilah teknis, dan tunduk kepada kaidah serta etika bahasa baku.
Bahasa jurnalistik memiliki aspek lainnya, yaitu struktur kalimat hemat,
penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), penerapan kalimat goyah
jurnalistik penerapan kalimat hemat jurnalistik dan penerapan kalimat
efektif. Bahasa jurnalistik menurut (Sumadiria H 2006:6) memiliki
karakteristik atau ciri sebagai berikut:
1. Sederhana, artinya bahasa pers sedapat-dapatnya memilih
kalimat tunggal sederhana. Kalimat yang efektif, praktis,
sederhana, pemakaiaan kalimatnya, tidak berlebihan
pengungkapannya.
2. Singkat berarti langsung kepada pokok maasalah, tidak bertele-
tele, tidak mubazir.
3. Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat yang mampu
menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan
pembaca sudah terampung di dalamnya. Menerapkan prinsip
5W+1H, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan
ekonomi kata.
4. Lugas, berarti tegas,tidak ambigu, sesuai makna yang dituju.
5. Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan
mudah dapat dipahami oleh khalayak umum.
6. Jernih, berati bening, transparan, jujur, tulus, tidak
menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti
prasangka atau fitnah.
7. Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih
hidup, tumbuh, berkembang.
8. Demokratis berati bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan,
pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan
pihak yang disapa.
9. Populasi berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apapun yang
terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus akrab di telinga, di
mata, dan di benak pikiran khalayak pembaca.
10. Logis artinya, apapun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat,
atau paragaraf jurnalistik harus dapat diterima dan tidak
bertentangan dengan akal sehat.
15

11. Gramatikal, berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apapun yang
terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus mengikuti kaidah
tata bahasa baku.
12. Menghindari kata tutur. Kata tutur adalah kata yang biasa
digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal.
Contoh : Bilang, dibilangin, bikin, kayaknya, makanya, kelar
dan lain-lain.
13. Menghindari kata dan istilah asing. Berita atau laporan yang
banyak terselip kata - kata asing, selain tidak informatif dan
komunikatif, juga sangat membingungkan.
14. Pilihan kata (diksi) yang tepat. Bahasa jurnalistik sangat
menekankan efektifitas. Setiap kalimat yang disusun tidak hanya
harus produktif, tetapi juga tidak boleh keluar dari asas
efektivitas. Artinya, setiap kata yang dipilih memang tepat dan
akurat, sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin
disampaikan kepada khalayak.
15. Mengutamakan kalimat aktif. Kalimat aktif lebih mudah
dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada
kalimat pasif.
16. Menghindari kata atau istilah teknis. Karena ditujukan untuk
umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah
dipahami, dan ringan dibaca.
17. Tunduk kepada kaidah etika. Salah satu fungsi utama pers
adalah mendidik.sebagai pendidik, pers wajib menggunakan
serta tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku.

2.4 Berita
Kegiatan utama seorang jurnalis adalah mencari, menulis, dan menyiarkan
berita sampai diketahui dan diterima oleh orang banyak akan berita itu. Semua
orang tentu pernah mendengar kata berita dan tahu apa itu berita; tetapi bila
disuruh menjelaskan apakah berita itu, tentulah agak sukar. Menurut (Djuraid
2007:9) pengertian berita menurut Djuaraid adalah sebuah laporan atau
pemeberitahuan mengenai terjadinya sebuah peristiwa atau keadaan yang bersifat
umum dan baru saja terjadi dan disampaikan oleh wartawan di media massa.
Pernyatan ini menyiarkan adanya suatu peristiwa atau kejadian di dalam
masyarakat, lalu kejadian atau pristiwa itu diulangi dalam bentuk kata - kata yang
disiarkan secara tertulis dalam media tulis (surat kabar, majalah, dan lain-lain),
atau dalam media suara (radio,dsb), atau juga dalam media suara dan gambar
(televisi).
16

2.4.1 Berita kriminal


Menurut Sedia Willing Barus (2010:66), berita kriminal adalah berita
yang mengenai segala peristiwa kejadian dan perbuatan yang
melanggar hukum seperti pembunuhan, perampokan, penipuan,
penganiayaan, maupun penyelewengan dan segala sesuatu yang
bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Berita kriminalitas atau berita kejahatan merupakan berita yang
termasuk didalam katagori berita hard news (berita berat) karena berita
- beritanya menyangkut tentang peristiwa dan permasalahan yang
dianggap penting bagi manusia atau masyarakat, berita kejahatan
adalah berita yang menyangkut keselamatan dan rasa aman yang
dibutuhkan oleh semua orang. Dalam pendekatan pisikologi
keselamatan menempati urutan pertama bagi kebutuhan dasar
manusia.

Menurut Kamus Besar Indonesia (Anton M Moeliomo,1990). Berita


kriminalitas adalah berita atau laporan mengenai kejahatan yang diperoleh
dari polisi. Indikator berita kriminal adalah informasi atau kabar tentang
segala tindakan kejahatan yang melanggar hukum dan dapat dihukum sesuai
undang - undang pidana. Yang di kategorikan kedalam jenis berita tindakan
kriminal adalah (Gerson, B. 1983:83) :
1. Berita Pencurian: Suatu berita dikategorikan berita
pencurian adalah berita yang isinya tentang segala
perbuatan mengambil barang kepunyaan orang lain disertai
maksud untuk memiliki secara tidak sah.
2. Berita Narkoba dan Miras: Suatu berita dikategorikan berita
narkoba dan miras adalah berita yang isinya mengenai
penyalahgunaan barang - barang psikotropika dan minuman
keras, baik sebagai pemakai maupun pengedar.
3. Berita Penipuan: Suatu berita dikategorikan berita penipuan
adalah yang isinya mengenai segala perbuatan yang hendak
menguntungkan diri sendiri dengan memakai nama dan
keadaan palsu.
4. Berita Kejahatan Susila: Suatu berita dikategorikan berita
kejahatan asusila adalah berita yang isinya mengenai segala
tindakan/perbuatan asusila terhadap hal - hal yang
menyangkut exses sexsual seperti, perizinan, pelacuran,
pemerkosaan, termasuk masalah kesopanan dan pornografi.
5. Berita Tindak Kriminal Terhadap Ketertiban Umum: Suatu
berita dikategorikan berita tindak kriminal terhadap
ketertiban umum adalah berita yang isinya mengenai segala
17

sesuatu tindakan atau perbuatan yang dapat meresahkan dan


mengganggu masyarakat seperti perkelahian/tawuran,
perjudian, dan penganiayaan.
6. Berita Pembunuhan dan Penganiayaan: Suatu berita
dikategorikan berita pembunuhan dan penganiayan adalah
berita yang isinya mengenai tindak kriminal terhadap nyawa
atau badan seseorang baik sengaja maupun tidak.

2.4.2 Karakteristik berita kriminal


Berita-berita kejahatan atau kriminal adalah peristiwa yang tidak
biasa, sehingga penulisan berita kriminal harus memiliki karakteristik
sendiri, yaitu seperti :
1. Tidak Biasa : Pembunuhan atau perampokan bersenjata bukan
kejadian sehari-hari di kebanyakan komunitas, dan dengan
demikian layak diberitakan.
2. Menarik atau penting: Sebagian warga yang taat hukum tertarik
pada orang yang melanggar hukum dalam cara-cara yang besar
atau tidak biasa.
3. Serius: Kejahatan yang lebih serius biasanya lebih layak
diberitakan.
4. Sumber InformasiUntuk mengurangi risiko ketidakakuratan.
5. Kutipan dan aktualitas: Informasi yang Anda kumpulkan, harus
selalu bertujuan untuk akurasi.
6. Praduga Tak BersalahSelalu menguji informasi, memberitakan
secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang
menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah
7. Penyebutan IdentitasTidak menyebutkan dan menyiarkan
identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan
identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
(Pipit Chintahttps://slideplayer.info/slide/2006051/)

2.5 Rubrik
Rubrik adalah ruang dalam surat kabar atau majalah maupun media online
yang berisi berita atau juga didefinisikan ruangan khusus yang dimuat
dengan periode yang tetap dengan harian tertentu atau beberapa minggu
sekali yang membuat setiap masalah yang ditulis di rubrik tersebut.
Pengertian lain dari rubrik yakni, kepala ruangan (ruangan tetap) pada
media cetak surat kabar ataupun majalah. Rubrik juga diartikan suatu
halaman yang mempunyai kop yang berada didalam media cetak koran,
tabloid, majalah, buletin, dan lain-lainnya.(Efendi 2003:316)
18

Hal yang dimuat di rubrik adalah berbagai informasi berita, opini, ataupun
iklan. Pengertian rubrik menurut beberapa ahli antara lain: pengertian rubrik
menurut Onong Uchjana Effendy berasal dari bahasa Belanda yakni rubiek
yang berarti ruangan pada halaman surat kabar, majalah atau media cetak
lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat,
misalnya rubrik wanita, rubrik olahraga, rubrik politik, dan lain-lain.
Sedangkan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah sebuah
karangan yang bertopik tertentu dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya.
Seperti rubrik puisi, cerita pendek, rubrik kesehatan, rubrik zodiak, rubrik
iptek, dan rubrik musik.

2.5.1 Jenis- Jenis Rubrik


Jenis rubrik menurut Effendy pada buku ilmu komunikasi: yang
dikutip oleh jurnal pelajaran.id Teori dan praktek, antara lain:
1) Rubrik Informasi, dalam rubric informasi berisi antara lain:
- Perihal keluarga “tunangan, perkawinan, kelahiran,
kematian”.
- Kesejahteraan “koperasi, fasilitas dari organisasi, kredit
rumah”.
- Pengumuman pimpinan organisasi
- Peraturan
- Surat keputusan
- Pergantian pimpinan
- Kepindahan pegawai
- Pertemuan “rapat kerja, konferensi, penataran”
2) Rubrik Edukasi : rubrik edukasi anatara lain:
3) Kutipan pendapat tokoh “keahlian, keagamaan,
kemasyarakatan”.
4) Artikel “pengetahuan, keterampilan, keagamaan, teknologi, dan
lainnya.
5) Tajuk rencana
6) Rubrik Rekreasi
7) Cerita pendek
8) Pojok atau sentilan, kisah minat insane (human interest)
19

2.7 Kerangka Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah serta tinjauan pustaka
yang digambarkan diatas, maka untuk lebih memahami penelitian ini, penulis
menyajikan kerangka pemikiran seperti dibawah ini:

RMOLBengkulu

Berita Kriminla di Rubrik


Hukum Media RMOL
Bengkulu

Analisis isi

Karakteristik

1. Sederhana
2. Singkat
3. Padat
4. Jelas
5. Menarik
6. Lugas
7. Gramatikal
8. Populasi
9. Menghindari kata tutur
10. Menghindari Istilah Asing

Penggunaan Bahasa
Indonesia Jurnalistik yang
benar
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
20

Dalam penelitian ini penulis meneliti berita kriminal yang terdapat pada
rubrik hukum di media online RMOLBengkulu, yang meneliti tentang penggunaan
bahasa Indonesia Jurnalistik dengan melakukan penelitian berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia Jurnalistik. Pada karakteristik bahasa Indonesia
jurnalistik peneliti hanya menggunakan beberapa karakteristik yang meliputi
sebagai berikut: kalimat padat, singkat, sederhana, jelas,lugas, menarik, grmatikal,
populis, menghindari kata tutur, menghindari kata istilah asing. Agar peneilitian
yang peneliti lakukan tidak terlalu meluas.Pada penelitian diatas peneliti
menganalisi penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal di
rubrik hukum di media online RMOLBengkulu, sebagai objek utama penelitian
dengan menggunakan analisis berdasarkan karkteristik peneliti hanya mengambil
10 karakteristik dari 17 karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik, yang di lihat
dari kalimat padat, singkat, sederhana, jelas,lugas, menarik, grmatikal, populis,
menghindari kata tutur, menghindari kata istilah asing. Berdasarkan kerangka
pemikiran diatas terdapat dasar rancangan penelitian unutuk menganlisis
penggunaan bahasa jurnalistik Indonesia yang akan menyimpulkan bagaimana
penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik yang diterpakan di media online
RMOLBengkulu apakah dalam penulisan berita kriminal sudah memenuhi 10
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik yang di tentukan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Pada penelitian ini Metode yang digunakan adalah metode analisis isi
yang bersifat kuantitatif. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua
bentuk isi komunikasi. Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang
bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak
dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang
mempelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara
sistematis, kemudian diberi interpretasi menyebutkan bahwa: Analisis isi adalah
suatu teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran
karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi. Untuk mengidentifikasi secara
sistematis isi komunikasi yang tampak (manifest) dan dilakukan secara objektif,
valid, reliabel dan dapat direplikasi (Eriyanto, 2011:15).
Dalam penelitian dengan menggunakan metode analisis isi juga diperlukan
beberapa prosedur dasar dalam membuat rancangan penelitian. Berikut adalah
prosedur dasar pembuatan rancangan penelitian dan pelaksanaan studi analisis isi
yang terdiri atas 5 tahapan langkah, yaitu:
1. Melakukan sampling terhadap sumber-sumber data yang telah dipilih.
2. Pembuatan kategori yang dipergunakan dalam analisis.
3. Pendataan suatu sample dokumen yang telah dipilih dan melakukan
pengkoderan.
4. Pembuatan skala dan item berdasarkan kriteria tertentu untuk
pengumpulan data.
5. Interpretasi/penafsiran data yang diperoleh.
Metode deskriptif dapat diartikan melukiskan variabel demi variabel, satu demi
satu (Rakhmat, 2005:22). Analisis isi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai suatu
teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik
isi dan menarik inferensi dari isi (Eriyanto. 2011:15).

21
22

3.2 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini adalah isi berita di RMOLBengkulu periode
18 Maret- 16 April 2019 atau satu bulan menjelang PEMILU. Dari ruang lingkup
penelitian dengan total pemberitaan 24 berita tersebut sample berita tidak
semuanya berita dari provinsi Bengkulu, akan tetapi ada pemberitaan lain di luar
provinsi Bengkulu itu disebabkan karena kebijakan dari redaksi RMOLBengkulu
yang wajib menerbitkan atau mengutip pemberitaan dari cabang media RMOL di
provinsi lain. Maka pada waktu tersebut kemudian peneliti membuat batasan
polulasi. Menurut Sugiyono, pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono 2011:80). Batasan populasi dari penelitian ini peneliti
hanya meneliti Berita kriminal yang ada dirubrik hukum saja dengan meneliti 24
berita dari 18 Maret -16 April 2019.
Setelah itu peneliti menentukan sample yang akan dijadikan istrumen
dalam penelitian. Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh
yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Suharsimi, 2006:127).
Dalam penelitian ini karena populasinya kurang dari 100 maka populasi diambil
semua, sehingga sampel dari penelitian ini adalah kesuluruhan jumlah berita
kriminal dirubrik hukum media online RMOLBengkulu dari tanggal 18 Maret-16
April 2019.

3.3 Unit Analisis Dan Satuan Ukur


Langkah awal yang penting pada analisis isi dalam Eriyanto (2011:58)
ialah menentukan unit analisis. Krippendorff dalam bukunya metodelogi analisis
isi mendefinisikan unit analisis sebagai apa yang diobservasi, dicatat dan dianggap
sebagai data, memisahkan menurut batas-batasnya dan mengidentifikasi untuk
analisis berikutnya (Krippendorff, 2004:97). Unit analisis dalam penelitian ini
adalah bahasa yang digunakan pada pemberitaan kriminal edisi 18 Maret-16 April
di RMOLBengkulu. Sedangkan untuk satuan ukur dalam penelitian ini adalah
frekuensi kemunculan bahasa berita yang sesuai dengan kategorisasi yang telah
23

dibuat, serta telah dimuat di media online RMOLBengkulu terhitung dari tanggal
18 Maret-16 April 2019.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Dalam (Suharsimi, 2006:231), metode dokumentasi, yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Pada penelitian
ini, peneliti menggunakan dua cara dalam pengumpulan data, yaitu : Data primer
dan data sekunder. Data primer penelitian ini diperoleh dari objek penelitian dari
media online RMOLBengkulu, melalui berita-berita kriminal yang dimuat di
rubrik hukum. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan
internet yang dapat mendukung data primer.

3.5 Definisi Konsep dan Operasional

Definisi konsep merupakan gagasan yang memadukan berbagai unsur ke


dalam suatu kesatuan berupa gagasan, pendapat dan pengamatan. Sedangkan
definisi operasional merupakan definisi yang dibuat spesifik sesuai dengan kriteria
pengujian atau pengukuran, dibentuk dengan cara mencari indikator konsep
(Simamora, 2004).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan karakteristik Bahasa indoneia
jurnalistik yang di kemukanan oleh Haris Sumadiria sebagai landasan atau acuan
untuk mengukur frekuensi kemunculan kalimat yang tidak sesua dengan
karaktersitik bahasa Indonesia jurnalistik. Berikut penafsiran unsur-unsur yang
terdapat dalam karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik:
1. Sederhana
Bahasa yang digunakan bhasa yang padat-sepadatnya, memilih
kalimat yang tunggal, kalimat yang efektif, praktis, sederhana
pemakainnya, tidak berlebihan pengungkapannya.
24

2. Singkat
Bahasa yang digunakan tidak betele-tele dan tidak mubazir dan
langsung kepada pokok masalah.
3. Padat
Bahasa jurnalistik yang singkat yang mampu menyampaikan
informasi yang lengakap. Semua yang diperlukan pembaca sudah
terampung di dalamnya, menerapkan prinsip 5W+1H, dan
menerapkan ekonomi kata.
4. Lugas
Bahasa yang digunkan tidak ambigu, sesuai dengan makna yang
dituju.
5. Jelas
Bahasa dalam menyampaikan informasi yang disampaikan jurnalis
menggunakan kalimat yang mudah di pahami oleh khalyak umum.
6. Menarik
Pemilihan bahasa dalam menyampaikna informasi harus
menggunakan kalimat atau kata yang masih hidup, tumbuh dan
berkembang.
7. Populasi
Pemilihan kata dari setiap berita yang di tulis dalam informasi yang
disampaikan kepada khalayak harus menggunakan kata atau
kalimat yang harus akrab di telinga, dimata, dan dibenak pikiran
khlayak pembaca.
8. Gramatikal
Penggunaan bahasa yang digunakan dalam karya jurnalistik
tersebut harus mengikuti kaidah tata bahasa baku.
9. Menghindari Kata Tutur
Bahasa yang digunakan dalam penulisan berita harus menghindari
kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari secara
informal. Seperti contoh kata : dibilangin, bikin, kayaknya,
makanya, kelar dan lain-lain.
25

10. Menghindari Kata Istilah


Pemilihan bahasa dalam peneulisan berita tidak boleh
menggunakan kata-kata asing, kata yang tidak informatif serta
komunikatif dan juga membingungkan.

3.5 Koder
Disini peneliti menggunakan inter-coder reliability atas pengamatan unsur
jurnalistik pada berita kriminal di media RMOLBengkulu. Semakin tinggi derajat
kesamaan antar coder (pencatat), maka kriteria yang digunakan akan semakin
reliable. Dalam hal ini, peneliti memilih dua orang koder yang mampu
mengoperasionalisasikan konsep dan ikut melakukan pengamatan pada waktu dan
tempat yang berbeda. Karakteristik dalam pemilihan koder pada penelitian ini
adalah seorang koder yang memahami bahasa Indonesia jurnalistik dan
berkompeten dibidangnya. Dengan demikian peneliti memilih pengkoder atau
koding sebanyak 2 pengkoder yaitu, yang pertama ketua Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) Bengkulu Sahyarudin, S.Sos sebagai informan pokok, dan yang
kedua dari ahli Bahasa yang dalam hal ini memilih dosen Bahasa dari Fakultas
Ilmu kegeuruan dan Pendidikan (FKIP) Bapak Drs. Amril Chanrhas, M.S .
Dalam hal ini syarat menjadi koder adalah :
1. Pernah membaca berita RMOLBengkulu
2. Memahami unsur-unsur jurnalistik.
3. Memahami kategorisasi dan indikator yang telah dibuat oleh
peneliti.
4. Bersedia menjadi koder.
3.6 Teknik Analisis Data
Tahapan-tahapan analisis data yakni mengkategorisasikan unsur bahasa
jurnalisitik pada berita kriminal di media RMOLBengkulu data yang sudah
dikategorisasikan dikelompokkan dalam bentuk lembar coding sheet dan
ditunjukkan dalam distribusi frekuensi, kemudian mendeskripsikan dan
menganalisa data dari tabel frekuensi sesuai dengan kategori yang disusun untuk
memperoleh tujuan penelitian.
26

Tabel 3.6.1 Lembar Coding

Tanggal Karakteristik Bahasa Jurnalistik


terbit Para Singkat Padat Sederhana Lugas Menarik Jelas Populasi Gramatikal Menghindari Menghindari
kata tutur kata istilah
berita graf
S TS S TS S TS S TS S TS S TS S TS S TS S TS S TS
1
2
3
4
5
Total
27

Lembar Koding Peneliti dan Koder


tabel diatas diisi dengan tanda :
 = menyatakan masuk dalam kategori dan indikator yang ditentukan.
S/TS = Setuju / Tidak Setuju

3.8 Uji Relibilitas


Dalam perhitungan reliabilitas membutuhkan dua atau lebih orang coder.
Masing-masing koder akan diberi alat ukur (lembar coding) dan diminta untuk
menilai sesuai dengan petunjuk dalam lembar coding. Hasil dari pengisian koder
itulah yang diperbandingkan, dilihat berapa persamaan dan berapa pula
perbedaannya. Untuk uji reliabilitas peneliti dibantu oleh dua orang koder (orang
yang melakukan pengkodingan) dalam pengkodingan data penelitian. Hal ini
dilakukan untuk menjaga reliabilitas dalam pengkategorisasian. Dalam hal ini
peneliti memilih 2 pengkoder dari ahli yang berbeda yaitu sebagai berikut :
1. Akademisi Bahasa : pengkoder dari akademisi ini peneliti memilih
dosen bahasa Indonesia dari fakultas FKIP Universitas Bengkulu
bapak Drs. Amril Chanrhas,M.S
2. Praktisi :Pengkoder dari praktisi ini peneliti memilih Ketua
Persatuan Waratwan Indonesia (PWI) Bengkulu Bapak
Sahyarudin, S.Sos.
Untuk menghitung persetujuan dari hasil penelitian para koder, peneliti
menggunakan formula Holsti (Eriyanto, 2011:290) adalah sebagai berikut:

2M
𝐶𝑅 =
N1 + N2

Keterangan :
CR = Coefisien Reliability.
M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkode.
28

N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkode dan


peneliti dari hasil yang diperoleh, akan ditemukan
observed agreement yang diperoleh dari penelitian.
Reliabilitas bergerak antara 0 hingga 1, di mana 0 berarti tidak ada satupun
yang disetujui oleh para coder dan 1 berarti persetujuannya sempurna di antara
para coder. Makin tinggi angka, makin tinggi pula tingkat reliabilitas. Dalam
formula Holsti, angka reliabilitas minimum yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70%.
Artinya, kalau hasil perhitungannya menunjukkan angka reliabilitas diatas 0,7
berarti alat ukur ini benar-benar reliabel. Tetapi, jika hasil perhitungan
menunjukkan angka dibawah 0,7 berarti alat ukur (coding sheet) bukan alat yang
reliabel. Untuk menghitung data dalam proses analisis ini, peneliti melakukannya
dengan menggunakan rumus presentase sebagai berikut:

f
𝑃 = x 100%
n

Keterangan :
P= persentase
f = frekuensi
n = jumlah item atau jumlah data
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1 Profil RMOLBengkulu


Gambaran umum media online RMOLBengkulu akan dipaparkan melalui
beberapa sub bagian, yaitu sejarah singkat berdirinya, visi, misi, tempat
kedudukan perusahaan, struktur organisasi dan fungsinya serta produk atau
layanan usaha yang dihasilkan.

4.2 Sejarah Singkat


Kantor berita politik RMOL adalalah media massa berbasiss internet di
bawah payung Rakyat Merdeka Group. Di dirikan pada 17 agustus 2005. Saat ini
RMOL telah mencatatkan diri sebagai salah satu media massa berbasiss internet
yang memiliki pengaruh signifikan di kalangan pembaca. Menurut riset yang
dilakukan Indonesia Indicator (12) pada akhir 2012 terhadap 272 media massa
berbasis internet di Indonesia, RMOL berada pada posisi paling berpengaruh
ketiga setelah Detik.com dan Tribunnews. Pada penyelenggaraan Hari Pers
Nasional (HPN) di Ambon, Maluku , RMOL ditetapkan dewan pers sebagai salah
satu media massa berbasis internet professional.
Sejak 2012 RMOL mengembangkan diri ke sejumlah provinsi dan kini telah
memiliki jaringan RMOL Daereah di 13 Provinsi, termasuk Provinsi Bengkulu,
RMOL Bengkulu didirikan pada tanggal 29 april 2015, merupakan biro kantor
berita politik (www.rmolbengkulu.com) di Bengkulu yang telah terferivikasi oleh
dewan pers pada bulan November 2018. Kantor berita politik RMOLBengkulu
diterbitkan PT. GEMILANG SELARAS MEDIA dengan pendiri yakni Teguh
Santosa dan Rahimandani dengan penangung jawab penuh adalah Teguh Santosa.
Kantor Berita RMOL Bengkulu beralamatkan di Perumnas Unib, jalan permai IV
Rt.013 Rw.04 Bentiring Permai, Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu.

29
30

4.3 Visi dan Misi Kantor Berita RMOL Bengkulu


Visi :
Menjadikan portal berita yang terdepan, khususnya bidang politik,
serta informasi publik lainnya bidang hukum, pemerintah, sosial
masyarakat provinsi Bengkulu

Misi :
- Menjadi portal berita yang tercepat, akurat, faktual dan terpercaya
- Menyajikan informasi publik yang cerdas dan bermanfaat
Menjadikan media massa berbasis internet yang menciptakan ruang
demokrasi dalam menyikapi perpolitikan di Provinsi Bengkulu
- Menjadi partner elit politik dan masyarakat untukmewujudkan
politik yang sehat dan bermartabat.

4.4 Logo RMOLBengkulu

Gambar 4.1 Logo RMOLBengkulu

Deskripsi dari pemilihan warna merah, hitam, biru dalam logo


RMOLBengkulu tersebut menggambarkan makna sebagai berikut :

1 Merah : Memiliki makna sebagai Berani


2 Hitam : Memiliki makna sebagai Disegani
3 Biru : Memiliki makna sebagai Produktivitas
31

4.5 Struktur RMOLBengkulu

Gambar 4.2 Struktur RMOLBengkulu

4.6 Ruang Lingkup Kerja Devisi


- Penanggung Jawab : Teguh Santosa
- Pimpinan : Rahimandani
- Pimpinan Redaksi : 1. Ogi Mansyah
2. Rahmandinata
- Departemen IT : 1. Irvan Dedy (Manger)
2. Wahyu Widianto
3. Aris Ariyadi
- Administrasi : Tri Yulianti Imran
- Reporter Lebong : Alexander
- Reporter Rejang Lebong : Rizki Mardani
- Reporter Bengkulu Utara : Rahmandinata
32

- Reporter Bengkulu Tengah : Yogi Saputra


- Reporter Bengkulu Selatan : Sandri
- Reporter Kaur : Aidil Haryanto
- Reporter Kota Bengkulu : Aji Faisal
- Reporter Provinsi Bengkulu : Tri Yulianti Imran

4.6 Klasifikasi Isi Pemberitaan RMOLBengkulu


Media RMOLBengkulu terdiri dari 9 Rubrik yang di muat setiap hari, yang
dibagi menjadi beberapa penanggung jawab rubrik halaman. Adapun klasifikasi
rubrik halaman media online RMOLBengkulu adalah sebagai berikut :
1. Rubrik Hari Ini
Pada Rubrik ini menampilkan semua pemberitaan terbaru setiap
harinya atau pemberitaan ter update yang di muat disetiap rubrik yang
ada seperti rubrik daerah, rubrik nusantara, rubrik politik, rubrik
hukum ,rubrik pendidikan, dan rubrik ekbis, rubrik advertorial, rubrik
foto, adapaun fungsi dalam rubrik Hari ini yaitu memudahkan
pembaca dalam mencari atau mengakses berita terupdate setiap
harinya.
2. Rubrik Daerah
Pada rubrik ini menampilkan semua pemberitaan dari setiap daerah
yang ada di Bengkulu seperti daerah Mukomuko, Lebong, Rejang
Lebong, Kepahiang, Bengkulu Tengah, Kota Bengkulu, Bengkulu
Selatan, dan Kaur.
3. Rubrik Nusantara
Pada Rubrik ini menampikan semua pemberitaan atau informasi yang
bukan sekedar informasi untuk wilayah Bengkulu saja namun
informasi yang juga berkaitan untuk wilayah lain.
33

4. Rubrik Politik
Pada rubrik ini menampilkan semua pemberitaan atau informasi yang
berkaitan pada poltik seperti pemberitaan Pemilihan Umum (Pemilu),
Pemilihan Persiden (Pilpres), Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
5. Rubrik Hukum
Pada Rubrik ini menampilkan semua pemberitaan atau informasi yang
berkaitan dengan informasi yang melanggar hukum, seperti pencurian,
pembunuhan, narkoba, korupsi, kekerasan seksual, dan kegiatan
semua yang merugikan orang lain.
6. Rubrik Pendidikan
Pada Rubrik ini menampilkan semua pemberitaan yang berkaitan
tentang pendidikan seperti pemberitaan tentang ujian nasional,
pencapaian presatasi dari siswa maupun mahasiswa,dan semua
pemberitaaan tentang siswa dan mahasiswa.
7. Rubrik Ekbis
Pada Rubrik ini memuat semua pemberitaan yang berkaitan tentang
ekonomi dan bisnis, misalnya pemberitaan tentang kenaikan harga
sembako, dan promosi usaha mikro dan usaha makro.
8. Rubrik Advetorial
Pada Rubrik ini memuat semua pemberitaan yang berkaitan tentang
berita yang berbayar, biasanya berita Advetorial atau berbayar ini
banyak dimuat oleh berita pada pemerintahan yang bersifat kerjasama.
9. Rubrik foto
Pada Rubrik ini memuat pemberitaaan yang bersifat foto saja,
biasanya rubrik foto ini hanya digunakan untuk pemberitaan yang
bersifat cepat seperti berita kebakaran dan lain-lain dan biasanya
berita foto ini akan di running lagi untuk melanjutkan informasi
berdasarkan data yang sudah di dapatkan.
34

4.7 Proses Peliputan Berita Di Media Online RMOLBengkulu


1. Melakukan rapat redaksi setiap hari sebelum berangkat ke lokasi
peliputan, rapat redaksi bisa dilakukan atau dilaksankan melalui group
watshap yang dipimpin langsung oleh redaktur.
2. Melakukan peliputan dilapangan sesuai dengan penempatan pos masing-
masing, dengan menemui narasumber yang ditugaskan untuk
diwawancarai.
3. Setelah mendapatkan data yang di tugaskan reporter kemudian menulis
berita dari data hasil liputan yang dilakukan.
4. Berita yang sudah ditulis oleh reporter kemudian dikirim langsung ke
Redaktur melalui email RMOLBengkulu atau via watshap.
5. Setelah berita masuk ke email atau whatsap redaktur kemudian
mengkoreksi kembali berita yang dikirim sebelum berita di naikkan di
website.
6. Setalah berita naik berita disebar luaskan oleh admin di semua sosial
media seperti :
1. Group Whatsaap
2. Facebook
3. Instagaram
4. Twiter
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian


Pada bab ini peneliti akan menguraikan temuan data penelitian berdasarkan
rumusan masalah, yang mana rumusan masalah pada penelitian ini adalah
bagaimana penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal di rubrik
hukum media online RMOLBengkulu yang terbit satu bulan sebelum pemilihan
umum (PEMILU) tahun 2019 yang terhitung mulai tanggal 18 Maret -17 April
2019. Hasil penelitian dari 24 berita kriminal yang dianalisis berdasarkan
karekteristik bahasa indonesia jurnalistik dengan judul pemberitaan antara lain,
berita 1, “Nyawa Sepupu Nyaris Melayang Soal Panen Pisang” berita 2, “Diduga
Spesialis Rampok Uang Nasabah 4 Orang Diamankan”, berita 3, “Satu Tersangka
Perampok Nasabah Bri Manna Meninggal Dunia” berita 4,“Tega Cabuli
Mahasiswinya”, berita 5 “Pelaku Curat Dikenakan 3 Laporan Polisi, berita 6
“Beberapa Siswa SMP Diduga Jadi Korban Sodomi” berita 7, “Oknum Pelajar
Jadi Kurir Narkoba”, berita 8 “Pelaku Cabul Dipondok Kubang Diperiksa
Mendalam”, berita 9 “Unit II Tpitter Polres Kaur Amankan Pelaku Ilegaloging”,
berita 10 “Lima Orang Terjaring Kasus Narkotika Salah Satunya Seorang Dosen”,
berita 11 “ Predator Sodomi Anak SMP Diringkus Aparat RL”, berita 12
“Alamak… BEM Unib Kaget Dosennya Tersandung Kasus”, berita 13 “Dosennya
Ditangkap Terjaring Narkotika, UNIB Canangkan Tes Urine”, berita 14 “Miris,
Dosen Unib Tersandung Narkotika Ternyata Gelar Doktor”, berita 15 “Delapan
Anak Bimbel Jadi Korban Pencabulan Dibatik Nau”, berita 16 “Tersangka Cabul
8 Anak Bimbel Terancam Penjara Minimal 5 Tahun”, berita 17 “Nelayan Baku
Tembak Dengan Kapal Trwal Di Bengkulu Utara”,berita 18 “Baru Tiga Bulan
Bebas AS Kembali di Bui”, berita 19 “Dua Anak Putus Sekolah Terlibat
Curanmor”, dua puluh “Janin 5 Bulan Digugurkan Di Dalam Kamar Kost”, berita
21 “Satnarkoba RL Kembali Ringkus Pengedar Sabu”, berita 22 “5 Pengguna
Narkoba Diamankan”, berita 23 “Ancam Dengan Gejluk Warga Selupu Curi
Motor”, Berita 24 “Satnarkoba Rejang Lebong Ungkap 21 Kasus Narkoba”.

35
36

Maka hasil penelitian yang peneliti temukan dari ke 24 berita tersebut


terdapat 18 paragraf kalimat yang tidak singkat, yang mana singkat berarti tidak
bertele-tele tidak mubazir dan langsung pada pokok masalah, terdapat 6 paragraf
kalimat yang tidak padat, yang mana padat berarti informasi yang disampaikan
lengkap dan memnuhi 5W+1H dan menerapkan ekonimi kata, 8 paragraf kalimat
yang tidak sederhana, sederhana berarti bahasa yang digunakan padat, kalimat
yang tunngal, efektif , praktis, dan tidak berlebihan dalam pengungkapannya, 1
paragraf kalimat yang tidak lugas, lugas berarti bahasa yang digunakan tidak
ambigu, sesuai dengan makna yang dituju, 6 paragraf kalimat yang tidak menarik,
menarik berarti menggunakan kalimat yang masih hidup, tumbuh dan
berkembang, 29 paragaraf kalimat tidak jelas, yang mana jelas berarti bahasa atau
kalimat yang digunkan mudah dipahami oleh khalayak umum, 6 paragraf kalimat
yang tidak populasi, yang mana populasi berarti pemilihan kata atau kalimat yang
akrab ditelinga,dimata, dan dibenak pikiran khalayk pembaca, 4 paragraf kalimat
yang tidak gramatikal, gramatikal berarti kata yang digunakan sesuai dengan
kaidah tata bahasa baku, 11 paragraf kalimat yang tidak menghindari kata tutur,
kata tutur berarti penulisan kata harus menghindari kata yang biasa digunakan
dalam percakapan sehari-hari secara informal, dan 4 paragraf kalimat yang tidak
menghindari kata istilah, kata istilah berarti tidak boleh menggunakan bahasa
asing yang tidak informatif serta komunikatif dan membingungkan.

5.2 Analisis dan Pembahasan


Pada penelitian ini, penulis meneliti 24 berita kriminal yang ada di rubrik
hukum media online RMOLBengkulu terhitung dari tanggal 18 Maret- 17 April
2019 , peneliti tertarik untuk meneliti berita kriminal untuk di analisis lebih dalam
dengan alasan berita kriminal terdapat karakteristik atau ciri khusus yang harus di
patuhi dalam penggunaan Bahasa Indonesia Jurnalistik, dan peneliti hanya
membahas 24 berita kriminal karena ke 24 berita tersebut merupakan berita
kriminal yang diterbitkan satu bulan jelang PEMILU, dengan demikian peneliti
ingin melihat bagaimana pengemasan bahasa Indonesia jurnalistik yang sesuai
dengan karaktersitik bahasa Indonesia jurnalistik jelang PEMILU.
37

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 24 berita kriminal pada


rubrik hukum yang sudah di analisis berdasarkan 10 karakteristik bahasa
Indonesia jurnalistik yang dikemukakan oleh Haris Sumadiria yang telah peneliti
tentukan, dengan demikian peneliti menganalisis 24 berita kriminal yang ditinjau
dari 10 karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik yang dikemukakan oleh Haris
Sumadiria yaitu, Singkat, padat, jelas, sederhana, lugas, menarik, populasi,
gramatikal, menghindari kata tutur, dan menghindari kata istilah dengan membuat
tabel analisis dan tabel jumlah frekuensi muncul ketidaksesuaian ciri karakteristik
bahasa Indonesia jurnalistik sebagai berikut.
38

5.2.1 Analisis Berita 1


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit pada
tanggal 18 Maret 2019 yang berjudul “Nyawa Sepupu Nyaris Melayang, Soal
Panen Pisang” berita tersebut terdiri dari 6 paragraf, analisis datanya adalah
sebagai berikut :

Gambar 5.1 Berita 1

Sumber : RMOLBengkulu edisi 18 Maret 2019


39

Tabel 5.1 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum 18
Maret 2019
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Pelaku pembacokan di Desa Paragraf pertama melanggar ciri
Gunung Selan, Kecamatan tidak populasi. Sehingga ada
Argamakmur, Kabupaten beberapa kata yang di garis
Bengkulu utara berinisial RY bawahi yang harus di ganti
(25) akhirnya digelandang ke dengan kata yang lebih populasi.
mapolres Bengkulu Utara, Dengan mengganti kata
Senin (18/3) sore. “diamankan” sehingga menjadi :
Pelaku pembacokan di Desa
Gunung Selan, Kecamatan
Argamakmur, Kabupaten
Bengkulu utara berinisial RY
(25) akhirnya diamankan ke
mapolres Bengkulu Utara, Senin
(18/3) sore.
2 Dia diamankan tidak lama Paragraf kedua tidak memiliki
setelah melakukan kesalahan. Terbukti kalimat yang
pembacokan terhadap disampaikan singkat, padat dan
sepupunya RZ (18) . jelas.
Beruntung RZ selamat dari
maut hanya mengalami luka di
lengan dan kaki kirinya
3 Kondisi RZ terpantau tidak Paragraf ketiga tidak memiliki
dalam keadaan pingsan, namun kesalahan. Terbukti kalimat yang
dia mendapat penanganan disampaikan lugas dan singkat.
medis hingga rawat inap di RS
Charitas, Argamakmur.
4 Kapolres Bengkulu Utara, Paragraf keempat tidak memiliki
40

AKBP Ariefaldi Warganegara, kesalahan. Terbukti kalimat yang


melalui Kasat Reskrim AKP disampaikan singkat, padat, jelas
Jufri, menjelaskan perkara dan menarik.
tersebut dipicu dari cekcok
mulut antara pelaku dan
korban soal batang pisang.
5 “Pelaku sudah kita amankan.” Paragraf kelima tidak memiliki
Singkat Jufri. Sementara itu, kesalahan. Terbukti penymapaian
RY mengaku kesal dengan kalimat yang disampaikan
korban sehinnga nekat singkat, dan jelas.
menebang pohon pisang milik
sepupunya. Setiap kali panen
pisang RZ tidak pernah
memberi buah pisang tersebut,
padahal pisangnya tumbuh di
tanah milik RY.
6 “Batang pisangnya di tanah Paragraf keenam melanggar ciri
kami, tapi setiap panen tidak tidak menarik terlihat dari
dibagi, makanya saya tebang. pemilihan katanya yang tidak
Dia (korban) marah mengatkan hidup dan berkembang.
saya ini gila. Saya emosi ambil
parang ke dapur,” paparnya

Tabel 5.2 Frekuensi munculnya Ketidaksesuaian berita kriminal di rubrik hukum


tanggal 18 Maret 2019 dengan karakteristik bahasa jurnalistik.
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat
3 Padat
4 Jelas
41

5 Menarik 1 50%
6 Lugas
7 Gramatikal
8 Populis 1 50%
9 Menghindari Kata Tutur
10 Menghindari Kata Istilah
Total 2 100%
Pada berita kriminal tanggal 18 Maret 2019. Ciri tidak menarik dan populis
yang masih muncul. Buktinnya dari 6 paragraf yang diteliti terdapat 50% yang
kalimat yang tidak menarik dan 50% tidak populis .
42

5.2.2 Analisis Berita 2


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit pada
tanggal 19 Maret 2019 berjudul “Diduga Spesialis Rampok Uang Nasabah, 4
Orang Diamankan” berita tersebut terdiri dari 5 paragraf, analisis datanya adalah
sebagai berikut:

Gambar 5.2 Berita 2

Sumber : RMOLBengkulu edisi 19 Maret 2019


43

Tabel 5.3 Analisis bahasa jurnalistik berita kriminal di rubrik hukum tanggal 19
Maret 2019
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Tim Opsnal Satreskrim Polres Paragraf pertama tidak memiliki
Bengkulu Selatan berhasil kesalahan. Terbukti kalimat
menangkap spesialis rampok yang digunakan singkat, padan
uang nasabah di Bank Rakyat dan jelas sehingga mudah
Indonesia (BRI) cabang Manna, dipahami.
Bengkulu selatan pada Selasa
(19/3) sekitar pukul 13.05 WIB.
2 Empat orang tersangka berinisial, Paragraf kedua tidak memiliki
AE, AN, AT, dan TY ikut kesalahan. Terbukti kalimat
diamankan oleh pihak yang digunakan padat dan jelas,
kepolisisan Polres Bengkulu yang sudah menerapkan prinsip
Selatan. Keempat pelaku 5W+1H.
merupakan warga Provinsi
Sumatera Selatan yang diduga
sudah dua kali beraksi di
Bengkulu Selatan, dan sejumlah
TKP lainnya termasuk kota
Bengkulu .
3 Kronologis penangkapan diawali Paragraf ketiga memiliki
dengan adanya laporan kesalahan. Terbukti kalimat
masyarakat yang resah akan yang digunakan tidak
kasus perampok nasabah bank menghindari kata istilah dan
mulai beraksi di Bengkulu tidak jelas, seharunya kata
Selatan. Mendapat infotmasi “Opsnal” tersebut ditulis dari
tersebut, unit Opsnal Polres singkatan Operasional Ditlantas,
Bengkulu Selatan langsung agar informasi yang
melakukan penyergapan dengan disampaikan dapat dipahami
44

memancing pelaku. dengan mudah oleh khalyak


umum.
4 Kasat Reskrim Polres Bengkulu Paragraf keempat melanggar
Selatan AKP Enggarsah ciri tidak jelas dan lugas.
Alimbaldi, SH. S.I.K Pembuktiannya yaitu pada
membenarkan bahwa telah kalimat yang digunakan di
mengamankan 4 orang terduga paragraph empat dituliskan
pelaku spesialis nasabah Bank “pelaku sepesialis nasabah
asal Sumatera Selatan. Bank” sedangkan di judul
dituliskan spesialis rampok uang
nasabah, sehinnga kalimat yang
ditulis tersebut memiliki makna
yang ambigu dan sulit dipahami.
5 Kita mau kembangkan dulu, Paragraf kelima tidak memiliki
soalnya TKP bukan hanya di keslahan kerena sudah
wilayah Bengkulu Selatan,” memenuhi kriteria ciri bahasa
singkat Kasat Reskrim jurnalistik
sebagaimana diterima meja
redaksi RMOLBengkulu.

Tabel 5.4 Frekuensi Kemunculan Ketidaksesuaian berita kriminal di rubrik


hukum tanggal 19 maret 2019 dengan karakteristik bahasa jurnalistik
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat
3 Padat
4 Jelas 2 50%
5 Menarik
6 Lugas 1 25%
7 Gramatikal
45

8 Populis
9 Menghindari Kata Tutur
10 Menghindari Kata Istilah 1 25%
Total 4 100%

Pada berita krimnal di rubrik hukum tanggal 19 Maret 2019. Ciri tidak
jelas merupakan ciri yang sering muncul, dan ciri lugas dan menghindari kata
istilah. Buktinya dari 6 paragraf yang diteliti terdapat sebesar 50% yang kalimat
yang tidak jelas, 25 % kalimat yangi tidak lugas, dan 25% ciri tidak menghindari
kata istilah.
46

5.2.3 Analisis Berita 3


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit pada
Tanggal 22 Maret 2019 berjudul 1 “Tersangka Perampok Nasabah Bank BRI
Manna Meninggal Dunia” berita tersebut terdiri dari 7 paragraf analisis datanya
adalah sebagai berikut

Gambar 5.3 Berita 3

Sumber : RMOLBengkulu edisi 22 Maret 2019:


47

Tabel 5.5 Analisis bahasa jurnalistik berita kriminal rubrik hukum tanggal 22
Maret 2019
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Setelah sempat di rawat di Paragraf pertama tidak memliki
Rumah Sakit Hasanuddin kesalahan. Terbukti berita yang
Damrah (RSHD) Manna selama dituliskan sudah ditulis secara
3 hari 2 malam, Ahmad Rifai singkat padat dan jelas.
(22) warga Desa Masuji Kayu
Agung. Provinsi Sumatera
Selatan, salah satu dari empat
pelaku perampok nasabah Bank
BRI Manna di Bengkulu Selatan
beberpa waktu lalu, meninggal
dunia, Kamis (22/3) sore.
2 Kapolres Bengkulu Selatan Paragraf kedua melanggar ciri
AKBP Rudy Purnomo di tidak jelas. Pembuktiannya pada
dampingi Kasat Reskrim AKP penulisan “Kasat Rekrim”
Enggarsah Alimbaldi seharusnya harus di tuliskan
mengatakan, turut berdukacita kepanjangan dari kasat reskrim
atas berpulangya Ahmad Rifai seperti (Kepala Satuan Reserse
ini. dan Kriminal) agar informasi
yang disampaikan dapat mudah
dipahami untuk khlayak umum.
3 Meninggalnya tersangka Paragraf ketiga tidak memiliki
dikarenakan terkena benturan kesalahan. Terbukti paragraf
benda tumpul di kepala, saat yang ditulis sudah singat padat
penangkapan. Tersangka sempat dan jelas.
dikeroyok masa, sehingga harus
dilarikan ke rumah sakit untuk
dirawat intensif.
48

4 “Pada saat kejadian tersangka Paragraf keempat melanggar ciri


sempat di keroyok masa hingga tidak jelas. Pembuktiannya kata
terjadi benturan keras di bagian yang ditulis di kalimat pertama
kepala. Beruntung anggota kita “keroyok” sedangkan pada
yang lain cepat datang dan kalimat kedua ditulis “amukan”
menyelamatkan dari amukan
masa,” kata Kapolres, Jumat
(22/3).
5 Pihak kepolisian Polres Paragraf kelima melanggar ciri
Bengkulu Selatan memberikan tidak jelas dan lugas,
bantuan bela sungkawa pembuktiannya yaitu pada
diserahkan oleh Kapolres penulisan “Pihak kepolisian
Bengkulu Selatan AKBP Rudy Polres Bengkulu Selatan
Purnomo SIK MH kepada orang memberikan bantuan bela
tua almarhum. sungkawa diserahkan oleh
Kapolres” harusnya agar kalimat
mudah dipahami dan tidak
ambigu di tulis “Pihak kepolisian
Polres Bengkulu Selatan
memberikan bantuan bela
sungkawa yang diserahkan oleh
Kapolres Bengkulu Selatan.
6 ”Pihak keluarga sudah Paragaraf keenam tidak
menerima dengan ikhlas, melanggar ciri bahasa jurnalistik
jenazah sudah kita serahkan Karena kalimat yang ditulis
kepihak keluarga dan telah singkat dan jelas.
dibawa ke kampong halamannya
di kayu agung sumsel,” ujar
Kapolres.
7 Sekedar menginggatkan, Paragraf ketujuh tidak
49

almarhum Ahmad Rifai melanggar ciri bahasa jurnalistik


ditangkap saat akan melakukan karena kalimat yang ditulis padat
esekusi pencurian uang nasabah dan jelas.
Bank sebesar Rp 100 juta yang
ada di dalam mobil salah satu
korban dari 4 TKP di kota
Manna, yakni di jalan A Yani
Kecamatan Pasar Manna, Selasa
(22/3) lalu.

Tabel 5.6 Ketidaksesuaian berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 22


Maret 2019 dengan karakteristik bahasa jurnalistik.
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat
3 Padat
4 Jelas 3 75%
5 Menarik
6 Lugas 1 25%
7 Gramatikal
8 Populis
9 Menghindari Kata Tutur
10 Menghindari Kata Istilah
Total 4 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 22 Maret 2019. Ciri
tidak jelas merupakan yang sering muncul. Buktinya dari 7 paragraf yang diteliti
terdapat 75% paragraf kalimat yang tidak jelas dan 25% ciri tidak lugas.
50

5.2.4 Analisis Berita 4


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit pada
Tangggal 24 Maret 2019 berjudul “Tega Cabuli Mahasiswinya, Dosen
Pembimbing Ditetapkan Sebagai Tersangka” berita tersebut terdiri dari 6
paragraf analisis datanya adalah sebagai berikut :

Gambar 5.4 Berita 4

Sumber : RMOLBengkulu yang dikutip dari RMOLLampung edisi 24 Maret 2019


51

Tabel 5.7 Analisis bahasa jurnalistik berita kriminal di rubrik hukum 24 Maret
2019
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Dunia pendidikan kembali Paragraf pertama tidak
tercoreng. Pasalnya seorang melanggar ciri bahasa
mahasiswi dilecehkan seorang jurnalistik dan ditulis secara
dosen yang tak lain merupakan singkat padat dan jelas.
dosen pembimbing skripsinya.
2 Akibat perbuatannya, dosen UIN Paragraf kedua tidak melangar
Raden Intan Lampung berinisial SH ciri bahasa Indonesia
ditetapkan sebagai tersangka usai jurnalistik yang singkat padat,
dilaporkan mahasiswinya ke aparat jelas, lugas dan sederhana.
kepolisian.

3 ”Sudah gelar, dan statusnya Paragraf ketiga melanggar ciri


dinaikan menjadi tersangka” ujar tidak jelas. Karena penulisan
Dirreskrimum Polda Lampung “sudah digelar” sulit untuk
Kombespol Bobby dipahami maknanya oleh
Marpaung dilansir Kantor Berita khalayak umum
Politik RMOLLampung.
4 Polda Lampung merencanakan Paragraf keempat melanggar
penahanan terhadap SH usai ciri bahasa jurnalistik tidak
diperiksa sebagai tersangka, Jum'at singakat dan jelas, karena
(22/3) lalu pukul 10.00 WIB. kalimat yang dituliskan sulit
untuk dipahami maknnya dan
bertele-tele.
5 "Polda Lampung merencanakan Paragraf kelima melanggar ciri
penahanan terhadap SH karena bahasa jurnalistik tidak jelas
ancaman pidananya di atas 5 tahun, dan tidak singkat, karena kata
tergantung penyidik," lanjut Bobby. dari kalimat tersebut sudah
52

disampaikan di paragarf
sebelumnya sehingga kata
yang disampaikan mubazir.
6 Atas perbuatannya, SH dijerat Pasal Paragraf keenam tidak
290 ayat 1 jo pasal 64 ayat 1 melanggar ciri bahasa
KUHPidana dan pasal 281 ke-2 jo jurnalistik. Karena sudah
pasal 64 ayat 1 KUH Pidana atas memenuhi kriteria bahasa
laporkan perkara dengan nomor jurnalistik.
LP/B-1973/XII/2018/LPG/SPKT.

Tabel 5.8 ketidaksesuaian berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 24 Maret
2019 dengan karakteristik bahasa jurnalistik.
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat 2 40%
3 Padat
4 Jelas 3 60%
5 Menarik
6 Lugas
7 Gramatikal
8 Populis
9 Menghindari Kata Tutur
10 Menghindari Kata Istilah
Total 5 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 24 maret 2019. Ciri
tidak jelas merupakan ciri yang sering muncul. Buktinya dari 6 paragraf yang
ditelti terdapat 60% kalimat yang tidak jelas, dan 40% ciri tidak singkat.
53

5.2.5 Analisis Berita 5


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit Tanggal
25 Maret 2019 berjudul “Pelaku Curat Dikenakan 3 Laporan Polisi” berita
tersebut terdiri dari 7 paragraf analisis datanya adalah sebagai berikut

Gambar 5.5 Berita 5

Sumber : RMOLBengkulu edisi 25 Maret 2019


54

Tabel 5.9 Analisis bahasa jurnalistik berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal
25 Maret 2019
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Dua tersangka kasus pencurian Paragraf pertama tidak melanggar
dengan pemberatan (Curat) ciri bahasa jurnalistik
yang diringkus Satuan Reserse yangbsingkat padat, jelas, lugas,
Kriminal (Reskrim) Polres dan sedrhana.
Rejang Lebong dikenakan 3
laporan Polisi sekaligus karena
aksinya
2 Dua tersangka yang diringkus Paragaraf kedua melanggar ciri
pada Sabtu (23/3) kemarin itu tidak singkat. Pembuktiannya,
yakni, DH (28) dan RS (27), seharusnya kata “itu” tidak perlu
keduanya warga Kelurahan ditulis
Tempel Rejo Kecamatan Curup
Selatan, mereka diduga
melakukan curat dengan
korbannya tak lain tetangganya
sendiri.
3 "Sebelumnya kita menerima Paragraf ketiga tidak melangagar
laporan pada tanggal 21 Maret ciri bahasa jurnalistik karena,
tentang adanya tindak penulinnya sudah memenuhi
pencurian dengan pemberatan, kriteria bahasa jurnalistik yang
yang hilang itu sepeda motor singkat, padat dan jelas.
dan televisi," kata Kapolres
Rejang Lebong, AKBP Jeki
Rahmat Mustika melalui Kasat
Reskrim AKP. Jery Antonius
Nainggolan saat konferensi
pers, Senin (25/3).
55

4 Dijelaskan Kasat, tiga pasal Paragraf keempat tidak melanggar


yang dikenakan kepada ciri bahasa jurnalistik dan sudah
tersangka yakni pasal 363 Kuh memenuhi kriteria bahasa
Pidana tentang pencurian juranalistik.
dengan pemberatan, kemudian
RS dikenakan pasal 480 Kuh
Pidana tentang pertolongan
jahat dan pasal 2 Undang-
undang darurat, dimana pada
saat diamankan yang
bersangkutan kedapatan
membawa senjata tajam.
5 Diceritakan Kasat, dalam kasus Paragraf kelima tidak salah dan
tersebut terdapat tiga pelaku tidak melanggar ciri bahasa
dimana satu pelaku lainnya jurnalistik yang singkat, padat,
yakni Do masih dalam menarik, jelas, dan lugas.
pengejaran dan masuk dalam
Daftar Pencarian Orang (DPO).
6 Dalam aksi itu, para pelaku Paragraf kelima tidak salah dan
membawa kabur satu unit tidak melanggar ciri bahasa
sepeda motor dan satu unit jurnalistik yang singkat, padat,
televisi dari rumah korban menarik, jelas, dan lugas.
Rahmat, yang saat itu tengah
kosong ditinggal pergi.
7 “Atas kasus ini ada tiga laporan Paragraf kelima tidak salah dan
polisi, yakni pertama 363, tidak melanggar ciri bahasa
kedua 480 dan ketiga sajam jurnalistik yang singkat, padat,
dan bahkan ke empat ada lagi menarik, jelas, dan lugas.
yang mau laporan masalah
kehilangan televisi,"
56

pungkasnya.

Tabel 5.10 ketidaksesuaian berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 25


Maret 2019 dengan karakteristik bahasa jurnalistik.
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana 1 50%
2 Singkat 1 50%
3 Padat
4 Jelas
5 Menarik
6 Lugas
7 Gramatikal
8 Populis
9 Menghindari Kata Tutur
10 Menghindari Kata Istilah
Total 2 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 25 Maret 2019. Ciri
tidak singkat merupakan ciri yang sering muncul. Buktinya dari 7 paragraf yang
diteliti terdapat 50% paragraf kalimat yang tidak singkat dan 50% tidak sederhana
57

5.2.6 Analisis Berita 6


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit Tanggal
28 Maret 2019 berjudul “Beberapa Siswa Diduga Jdi Korban Sodomi.” Berita
tersebut terdiri dari 8 Paragraf analisis datanya adalah sebagai berikut :

Gambar 5.6 Berita 6

Sumber : RMOLBengkulu edisi 28 Maret 2019


58

Tabel 5.11 Analisis bahasa jurnalistik berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 28 Maret 2109
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Beberapa pelajar di SMP Paragaraf pertama tidak memiliki
Negeri 5 Rejang Lebong kesalahan atau tidak salah, dalam
diduga menjadi korban sodomi paragraf ini tidak melanggar ciri
oleh waria yang merupakan bahasa jurnalistik.
oknum pekerja salon tak jauh
dari sekolah tersebut.
2 Kepala SMP Negeri 5 Rejang Paragraf kedua melanggar ciri
Lebong, Amir Budiman tidak singkat. Pembuktiannya
didampingi selaku guru pada kata “selaku” yang tidak
Bimbingan Konseling (BK) perlu ditulis karean tidak akan
Laila Asmani mengatakan, mengurangi arti dari tulisan
terdapat dua siswanya yang tersebut.
sudah mengaku menjadi korban
sodomi.
3 "Ada dua siswa yang sudah Paragaraf ketiga tidak memiliki
mengakui menjadi korban, kesalahan atau tidak salah, dalam
kemudian ada juga satu siswa paragraf ini tidak melanggar ciri
yang diduga menjadi korban bahasa jurnalistikmdan sudah
namun tidak mengakui, selain sesuai dengan karakteristik bahasa
itu ada pula satu anak lagi yang jurnalistik.
sudah ke Kabupaten Lebong,"
kata Amir Budiman kepada
sejumlah awak media, Kamis
(28/3).
4 Diketahuinya siswa tersebut Paragraf keempat tidak memiliki
menjadi korban sodomi, setelah kesalahan. Terbukti dengan
dimintai keterangan, dimana kalimat yang ditulis singkat,
59

sebelumnya siswa tersebut padat, dan jelas, sesuai dgn


kerap bolos saat jam pelajaran karakteristik bahasa jurnalsitik.
tengah berlangsung.
5 Pada saat di intai, siswa yang Paragarf kelima melanggar ciri
bolos pelajaran tersbut karakteristik yang tidak jelas,
kedapatan mengunjungi salah terbukti dengan penulisan
satu salon yang tak jauh dari “tersbut” yang sulit utntuk
lokasi sekolah, atas hal tersebut dipahami.
guru BK memintai keterangan
siswa tersebut hingga diakuilah
bahwa mereka menerima
perbuatan asusila.
6 “Dari cerita siswa tersebut, Paragaraf keenam melanggar ciri
mereka dicekoki dengan lem karakteristik yang tidak populasi
Aibon, mereka juga dijanjikan dan tidak menarik, sehingga
potong rambut gratis, dan jika penulisan kata “dicekoki” terkesan
mau melayaninya akan tidak akrab di telinga dan benak
diberikan uang Rp 10.000. pikiran serta kurang menarik.
Yang namanya anak-anak, jelas
saja uang ini membuat mereka
tergiur dan tidak sadar akan
menjadi korban," bebernya
7 Pihaknya meyakini, masih ada Paragraf ketujuh tidak memiliki
siswa lainnya yang diduga kesalahan. Terbukti dengan
menjadi korban sodomi, kalimat yang ditulis singkat,
dimana dugaan kasus tersebut padat, dan jelas, sesuai dgn
baru terungkap dalam waktu karakteristik bahasa jurnalsitik
sepekan terakhir.
8 "Kasus ini sudah kami laporkan Paragaraf kedelapan melanggar
ke para orang tua siswa ciri tidak singkat dan tidak jelas
60

masing-masing agar bisa pembuktiannya pada penulisan


mebingkatkan pengawasan kata “para” seharunnya tidak perlu
dirumah, untuk tindakan ditulis agar kalimat inin terlihat
sendiri, kami akan laporkan ke ringkas dan singkat, Penulisan
Dinas Pendidikan untuk kata “mebingkatkan” juga tidak
mengambil langkah selanjutnya jelas, yang semestinya ditulis
dan mencegah terulangnya “mengingatkan”
perbuatan serupa," pungkasnya

Tabel 5.12 ketidaksesuaian berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 28


Maret 2019 dengan karakteristik bahasa jurnalistik.
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat 2 34%
3 Padat
4 Jelas 2 34%
5 Menarik 1 16%
6 Lugas
7 Gramatikal
8 Populasi 1 16%
9 Menghindari Kata Tutur
10 Menghindari Kata Istilah
Total 6 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 28 Maret 2019. Ciri
tidak singkat dan tidak jelas merupakan ciri yang sering muncul. Buktinya dari 8
paragaraf yang diteliti masing-masing 34 % kalimat yang tidak singkat dan tidak
jelas, dan masing-masing 16% ciri tidak menarik dan populasi.
61

5.2.7 Analisis Berita 7


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit Tanggal
28 Maret 2018 berjudul “Oknum Pelajar Jadi Kurir Narkoba Berita” tersebut
terdiri dari 12 paragraf analisis datanya adalah sebagai berikut :

Gambar 5.7 Berita 7

Sumber :RMOLBengkulu edisi 28 Maret 2019


62

Tabel 5.13 Analisis bahasa jurnalistik berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 28 Maret 2109
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Salah satu oknum pelajar sekolah Paragraf pertama memiliki ciri
tingkat atas di Kabupaten Rejang tidak lugas. Terbukti dari
Lebong diduga terlibat peredaran penulisan kata “sekolah tingkat
narkoba diwilayah itu. atas” yang tidak sesuai dengan
makan yang dituju. Agar
menjadi kalimat yang sesuai
dengan makan yang dituju
ditulis “sekolah menengah
keatas”.
2 Yakni Al (18) warga Kelurahan Paragraf kedua memiliki ciri
Sukaraja Kecamatan Curup bahasa jurnalistik yang singkat
Timur, remaja yang saat ini padat dan jelas, yang sesuai
duduk dibangku kelas XII SMK dengan karakteristik bahasa
tersebut diduga menjadi kurir jurnalistik.
peredaran narkoba.
3 Kapolres Rejang Lebong, AKBP Paragraf ke tiga melanggar ciri
Jeki Rahmat Mustika melalui tidak mengindari kata istilah,
Kasat Narkoba Iptu Sampson terbukti dengan penulisan kata
Sosa Hutapea didampingi Kanit istilah dari kepolisian yang
Idik Narkoba, Aiptu Junaidi ditulis tanpa diserati makna.
mengatakan, Al diringkus pada Seperti penulisan pada kata
Senin (18/3) kemarin di jalan “Kanit Idik”. sehingga
gang di wilayah Kelurahan membuat khalayak bingung
Sukaraja. akan makna kata tersebut.

4 "Pelaku ini merupakan pelajar Paragaraf keempat melanggar


sekolah yang saat ini tengah ciri tidak menarik. Karena kata
63

mengikuti ujian nasional, pelaku “ini” yang ditulis di kalimat


ini merupakan kurir narkoba," “Pelaku ini merupakan “, tidak
kata Aiptu Junaidi saat menggelar perlu ditulis, agar kaliamat ini
konferensi pers di Mapolres terlihat lebih menarik..
Rejang Lebong, Kamis (28/3).
5 Pelaku sendiri berhasil ditangkap Paragraf kelima melanggar ciri
berdasarkan hasil pengembangan tidak mengindari kata istilah,
kasus narkoba di wilayah hukum terbukti dengan penulisan kata
Polres Kepahiang, yang kemudian istilah dari kepolisian yang
Satnarkoba Polres Kepahiang ditulis tanpa diserati makna.
dengan Polres Rejang Lebong Seperti penulisan pada kata
meringkus pelaku saat hendak “Satnarkoba”. sehingga
melakukan transaksi narkoba. membuat khalayak bingung
akan makna kata tersebut.
6 Berdasarkan keterangan pelaku Paragraf kedua memiliki ciri
kepada petugas, disampaikan bahasa jurnalistik yang singkat
Aiptu Junaidi, dirinya sudah padat dan jelas, yang sesuai
mengantarkan barang haram dengan karakteristik bahasa
kepada pembeli sebanyak empat jurnalistik.
kali.
7 "Setelah berkoordinasi dengan Paragraf ketujuh melanggar ciri
Polres Kepahiang, kita melakukan bahasa jurnalistik yang tidak
pengintaian dan sekitar pukul jelas. Terbukti pada penulisan
02.00 WIB saat pelaju akan “pelaju” dan penulisan kata
mengantarkan barang kita “lelaku”.
lakukan penggerebekan, barang
tersebut sempat dibuang oleh
lelaku," bebernya.
8 Dari tangan pelaku, petugas Paragraf kedelapan melanggar
mendapatkan barang bukti berupa ciri bahasa jurnalistik yang
64

narkotika golongan I jenis sabu tidak jelas. Terbukti pada


yang dibungkus plastik klip penulisan kata “sebesat”.
bening didalam kotak rokok
sebesat 0,40 gram.
9 Meskipun telah ditetapkan Paragraf ke 9 melanggar ciri
tersangka, namun Al masih tetap bahasa jurnalistik yang tidak
mengikuti ujian nasional yang singkat. Seharunya kata
diselenggaran disekolahnya, dia “namun” dihilangkan saja
dikawal ketat personil saat karena tidak akan
mengikuti ujian disekolah. menghilangkan maknanya.
10 Sementara itu, Al saat ditanya Paragraf kesepuluh melanggar
awak media mengakui, jika ciri bahasa jurnalistik yang
dirinya menjadi seorang kurir tidak menarik. Seharusnya
narkoba, dirinya telah penulisannya adalah “sementara
mengatarkan barang tersebut ittu saat ditanya awak media Al
sebanyak empat kali. mengakui selama menjadi kurir
narkoba dirinya baru empat kali
mengantarkan barang haram
tersebut”
11 "Cuma mengantarkan, satu paket Paragraf kesebelas melanggar
dapat uang Rp. 100.000, uangnya ciri bahasa jurnalistik yang
cuma untuk belanja, saya cuma tidak menarik, terbukti dengan
coba-coba," ujarnya. pemilihan kata “Cuma” yang
tidak menarik.
12 Atas perbuatannya tersebut, Paragaraf ke 12 memiliki ciri
pelaku dijerat dengan Pasal bahasa jurnalistik yang singkat
dijerat Pasal 114 ayat 2 dan Pasal padat dan jelas, yang sesuai
112 ayat 2 dengan ancaman dengan karakteristik bahasa
penjara minimal 5 tahun dan jurnalistik.
maksimal penjara seumur hidup
65

Tabel 5.14 ketidaksesuaian berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 28


Maret 2019 dengan karakteristik bahasa jurnalistik.
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat 1 11%
3 Padat
4 Jelas 2 22%
5 Menarik 3 34%
6 Lugas 1 11%
7 Gramatikal
8 Populis
9 Menghindari Kata Tutur
10 Menghindari Kata Istilah 2 22%
Total 9 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 28 Maret 2019. Ciri
tidak menarik merupakan ciri yang sering muncul. Buktinya dari 12 paragraf yang
diteliti terdapat 34% kalimat yang tidak menarik, tidak menghindari kata istilah
dan ciri tidak jelas masing-masing 22%, dan paragraf yang tidak singkat dan tidak
lugas masing-masing 11%.
66

5.2.8 Analisis Berita 8


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit Tanggal
28 Maret 2019. Berjudul “Pelaku Cabul di Pondok Kubang Diperiksa
Mendalam” Berita tersebut terdiri dari 5 paragraf analisis datanya adalah sebagai
berikut :

Gambar 5.8 Berita 8

Sumber : RMOLBengkulu edisi 28 Maret 2019


67

Tabel 5.15 Analisis bahasa jurnalistik berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 28 Maret 2019
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Aparat kepolisian dari Polsek Paragraf pertama melanggar ciri
Talang Empat, meringkus AY bahasa jurnalistik yang tidak
(66) asal Kecamatan Pondok padat. Terbukti masih
Kubang, Kabupaten Bengkulu menggunakan pengulakan kata
Tengah atas dugaan pencabulan dan tidak menerapkan ekonomi
sebut saja namanya "bunga" kata.
usia 22 tahun tetangga pelaku
yang ternyata gadis
berkebutuhan khusus.
2 Dihimpun, kejadian itu pada Paragraf kedua melanggar ciri
sepekan yang lalu dan baru-baru bahasa yang tidak singkat, dilihat
ini dilaporkan ke aparat dari kalimat yang digunakan
kepolisian. Walau pun demikian masih terlalu bertele-tele.
pelaku berhasil diringkus dan
sekarang telah diamankan di
Mapolres Bengkulu Utara.
3 "Pelaku sudah kita amankan, Paragraf ketiga tidak memiliki
untuk dimintai keterangan lebih kesalahan karena sudah
lanjut," ujar Kapolres Bengkulu memberikan informasi yang
Utara, AKBP Ariefaldi mudah dan dapat dipahami oleh
Warganegara, melalui Kasat khalayak umum.
Reskrim AKP Jufri, Kamis
(28/3).
4 Pada saat kejadian lanjut kasat, Paragraf Keempat melanggar ciri
pelaku bersama korban bahasa jurnalistik yang masih
dipergoki oleh ibu korban di menggunakan kata tutur atau
kamar pelaku. Kakek yang juga menggunakan kata yang biasa
68

mantan kades itu memaksa digunakan sehari-hari secara


korban untuk berhubungan informal.
suami istri.
5 "Pelaku dipergoki ibu korban di Paragraf kelima melanggar ciri
rumah pelaku, AY ketika itu bahasa jurnalistik yang tidak
sempat minta maaf atas kejadian singkat, karena masih
itu setelah dimarahi," menggunkan kata-kata yng
singkatnya bertele-tele dan mubasir, seperti
pada kalimat “Pelaku
dipergoki ibu korban di
rumah pelaku” seharunyya
cukup menggunakan kalimat
“pelaku dipergoki ibu korban
dirumahnya”.

Tabel 5.16 ketidaksesuaian berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 28


Maret 2019 dengan karakteristi bahasa jurnalistik.
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat 2 50%
3 Padat 1 25%
4 Jelas
5 Menarik
6 Lugas
7 Gramatikal
8 Populis
9 Menghindari Kata Tutur 1 25%
10 Menghindari Kata Istilah
Total 4 100%
69

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 28 Maret 2019. Ciri
tidak singkat merupakan ciri yang sering muncul. Buktinya darai 5 paragraf yang
diteliti terdapat 50% paragraf yang tidak singkat, dan 25% masih menggunkan
kata tutur dan 25% lagi tidak padat.

5.2.9 Analisis Berita 9


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit Tanggal
28 Maret 2019 berjudul “Unit II Tipidter Polres Kaur Amankan Pelaku Ilegal
Loging” Berita tersebut terdiri dari 4 paragaraf analisis datanya adalah sebagai
berikut :

Gamabar 5.9 Berita 9

Sumber : RMOLBengkulu edisi 28 Maret 2019


70

Tabel 5.17 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum
tanggal 28 Maret 2019
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Pelaku ilegal logging berinisial Paragraf pertama melanggar ciri
UJ di kawasan hutan lindung bahasa yang tidak populasi dan
Desa Naga Rantai, Kecamatan tidak jelas , terbukti dengan
Padang Guci Hulu, Kabupaten terdapat kata yang tidak akrab
Kaur berhasil diamankan oleh ditelinga mata, benak pikiran
Unit II Tipidter Satreskrim khlayak pembaca yaitu pada kata
Polres Kaur, Rabu (27/3). “Tipidter” yang seharusnya
cukup dituliskan “tim
penyedik”
2 Kapolres Kaur AKBP Arief Paragraf kedua tidak memiliki
Hidayat melalui Kasat Reskrim kesalahan, karena kalimat yang
Iptu Welliwanto Malau, disampaikan sudah jelas.
menjelaskan, ketika
penangkapan pelaku sempat
mengancam aparat dengan cara
mengacungkan sebilah parang.
3 "Karena mengancam aparat, Paragraf ketiga tidak memiliki
kita keluarkan tembakan kesalahan, karena kalimat yang
peringatan. Dengan demikian disampaikan sudah lugas.
pelaku menyerah dan berhasil
diamankan," jelasnya.
4 Diketahui, turut diamankan Paragraf keempat tidak memiliki
barang bukti 4 jerigen berisi kesalahan, karena kalimat yang
solar dan oli, 2 unit mesin disampaikan sudah populasi dan
potong kayu, sebuah tas, dan menarik
sebatang sampel kayu
71

Tabel 5.18 ketidaksesuaian berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 28 Maret
2019 dengan karakteristi bahasa jurnalistik.
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat
3 Padat
4 Jelas 1 50%
5 Menarik
6 Lugas
7 Gramatikal
8 Populasi 1 50%
9 Menghindari Kata Tutur
10 Menghindari Kata Istilah
Total 2 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 28 Maret 2019. Ciri
tidak jelas dan populasi merupakan ciri yang sering muncul. Buktinya dari 4
paragraf yang diteliti masing-masing ciri tidak jelas dan populasi sebesar 50%.
72

5.2.10 Analisis Berita 10


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit Tanggal
29 Maret 2019 berjudul ‘Lima Orang Terjaring Kasus Narkotika”, Salah
Satunya Seorang Dosen Berita tersebut terdiri dari 9 paragraf analisis datanya
adalah sebagai berikut

Gambar 5.10 Berita 10

Sumber : RMOLBengkulu edisi 29 Maret 2019

Tabel 5.19 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum
tanggal 29 Maret 2019.
Paragaraf Data Kalimat Analisis
1 Dunia pendidikan kembali Paragraf pertama melanggar ciri
tercoreng usai satu diantara tidak singkat, karena tidak
73

lima tersangka merupakan langsung ke pokok permasalahan


seorang dosen di Universitas masih bertele-tele dan mubazir
Negeri Bengkulu (UNIB), yang kata, seharanya agara kalimat
terjaring dalam kasus dugaan singkat dan jelas langsung ke
penyalahgunaan narkotika jenis pokok permaslahan ditulis
sabu di wilayah Kota Bengkulu. sebagai berikut “Dunia
pendidikan kembali tercoreng
dengan ditangkapnya dosen
Universitas Bengkulu dalam
kasus dugaan penyalahgunaan
narkotika jenis sabu di Kota
Bengkulu.
2 Kasus ini berhasil terungkap paragraf kedua tidak memiliki
berkat laporan dari masyarakat. kesalahan, karena informasi yang
Dimana kelimanya yang terdiri disampaikan sudah jelas.
dari 3 pria dan 2 wanita kerap
melakukan transaksi narkotika
jenis sabu di wilayah Kota
Bengkulu.
3 Kelima tersangka tersebut Paragraf ketiga tidak memiliki
diantaranya dua orang kesalahan, karena informasi yang
perempuan berinisial BN (28) disampaikan sudah lugas.
dan PF (26) warga Perumdam,
Kelurahan Kandang dan tiga
pria IS (41) warga Kelurahan
Padang Harapan, RT (34)
Kelurahan Bentiring Permai,
serta seorang dosen berinisial
BI (30) warga Kelurahan
Pematang Gubernur, Kota
74

Bengkulu.
4 Kasubdit Penmas Humas Polda Paragraf keempat melanggar ciri
Bengkulu, Kompol Mulyadi bahasa yang tidak populasi,
mengatakan, penangkapan karena masih menggunakan kata
dilakukan secara terpisah. yang tidak akarab di telinga,
Dimana terlebih dahulu Tim mata dan benak khlayak
Opsnal Ditresnarkoba Polda pembaca yaitu pada kat “cokok”
Bengkulu cokok dua orang yang dalam kamus besar bahasa
perempuan, yaitu BN dan PF Indonesia ini digunkan pada
lantaran kedapatan hewan seharusnya jurnalis cukup
mengantongi satu paket sabu di menuliskan “menangkap”.
kediamannya. Ironisnya, barang
haram itu didapatkan dengan
cara patungan seharga Rp 600
ribu.
5 ”Saat ditangkap di rumahnya 25 Paragraf kelima tidak memiliki
Maret kemarin, tim berhasil kesalahan, karaena informasi
menemukan satu paket diduga yang disampaikan sudah lugas
sabu. Di TKP tim juga menyita dan jelas.
1 unit handphone yang
didalamnya berisi riwayat
transaksi narkoba. Dari sana,
tim langsung melakukan
pengembangan kepada siapa
mereka ini mendapatkan
narkotika tersebut,” kata
Mulyadi, dalam jumpa pers
yang berlangsung di Mapolda
Bengkulu, Jum'at (29/3) siang
6 Tak sampai disitu saja, dalam Paragraf keenam melanggar ciri
75

kasus ini dilakukan yang masih menggunakan kata


pengembangan dari obrolan via tutur dengan penggunaan kata
handphone yang berhasil disita “tak” atau kalimat yang
penyidik. Diketahui, transaksi digunakan sehari-hari,
tersebut mengarah kepada BI. seharunnya dituliskan dengan
Pun, penyidik langsung kata “tidak” dan masih
mengamankan BI. Dari hasil menggunkan kata “pun” yang
pemeriksaan BI, ternyata paket seharunnya langsung saja
tersebut didapat dari IS. menjelaskan “ penyidik langsung
mengamankan BI menegaskan
bahwa kalimat yang digunakan
jurnalis tidak singkat karena
masih bertele-tele.
7 ”Dari informasi tersebut, tim Paragraf ketujuh tidak memiliki
langsung bergerak cepat dan kesalahan, karaena informasi
berhasil mengamankan IS. Ia yang disampaikan sudah lugas,
mengakui kalau memang jelas, dan sederhana.
memberikan sabu tersebut
kepada BI. Selanjutnya
keempatnya bersama barang
bukti langsung dibawa ke
Mapolda Bengkulu untuk
dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut,” terang Mulyadi.
8 Khusus untuk tersangka RT ia Paragraf ketujuh tidak memiliki
diamankan polisi kasus berbeda kesalahan, karaena informasi
pada tanggal 18 Maret 2019 yang disampaikan sudah
lalu. Ia ditangkap di sederhana.
kediamannya di jalan tanggul,
Kelurahan Bentiring Permai.
76

Saat dilakukan penggeledahan,


polisi berhasil menemukan dua
paket sabu yang terbungkus
dalam plastik bening.
9 Akibat perbuatannya, kelima Paragraf kesembilan melanggar
tersangka disangkakan pasal ciri tidak menarik, karena kata
114 ayat (1) junto pasal 132 yang digunakan tidak hidup,
ayat (1) sub pasal 112 ayat (1) seharusnya menggunakan kata
undang-undang RI nomor 35 “dijerat”.
tahun 2009 tentang Narkotika.

Tabel 5.20 ketidaksesuaian berita kriminal di rubrik hukum pada tanhgal 29


Maret 2019 dengan karakteristik bahasa jurnalistik.
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat 2 40%
3 Padat
4 Jelas
5 Menarik 1 20%
6 Lugas
7 Gramatikal
8 Populasi 1 20%
9 Menghindari Kata Tutur 1 20%
10 Menghindari Kata Istilah
Total 5 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 29 Maret 2019. Ciri
tidak singkat merupakan ciri yang sering muncul. Buktinya dari 9 paragraf yang
diteliti terdapat sebesar 40%kalimat yang tidak singkat, dan masing-masing 20%
kalimat yang tidak populasi, menggunkan kata tutur, dan tidak menarik.
77

5.2.11 Analisis Berita 11


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit Tanggal
30 Maret 2019 berjudul “Predator Sododmi Anak SMP Diringkus Aparat RL”
Berita tersebut terdiri dari 12 paragraf analisis datanya adalah sebagai berikut :

Gambar 5.11 Berita 11

Sumber : RMOLBengkulu edisi 30 Maret 2019


78

Tabel 5.21 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 30 Maret 2019
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Jajaran Satreskrim Polres Paragraf pertama melanggar ciri
Rejang Lebong meringkus yang tidak gramatikal, karena
terduga pelaku sodomi sejumlah tidak menggunkan kaidah bahasa
siswa di SMP Negeri 5 Rejang baku pada kata “sodomi” yang
Lebong pasca diberitakan seharusnya menggunakan kata
sejumlah awak media “kekerasan seksual”.
sebelumnya.
2 Kapolres Rejang Lebong, AKBP Paragraf kedua melanggar ciri
Jeki Rahmat Mustika melalui yang tidak gramatikal, karena
Kasat Reskrim, AKP Jery tidak menggunkan kaidah bahasa
Antonius Nainggolan baku pada kata “cabul” yang
mengatakan, dalam kasus cabul seharusnya menggunakan kata
tersebut pihaknya meringkus dua “tindak asusila”, juga pada kata
terduga pelaku yang berprofesi “kecantukan” membuktikan
sebagai perias salon kecantukan kesalahan terdapat pada
diwilayah Kelurahan Air pelanggaran ciri tidak jelas yang
Rambai Kecamatan Curup. seharusnya “kecantikan”
3 "Setelah mendapat informasi Paragraf ketiga melanggar ciri
dari media, kami bertindak tidak jelas, karena informasi
cepat, saya delegasikan dengan yang disampaikan masih terdapat
unit PPA dan Opsnal untuk kesalahan redaksional pada kata
melakukan pengembangan “kemduian” yang seharusnnya
mencari informasi tersebut, yang “kemudian”
kemduian diamankan dua
tersangka," kata Kasat Reskrim
didampingi Kanit PPA. Aipda
Desi Oktavianti saat menggelar
79

konferensi pers, Sabtu (30/3).


4 Diceritakan Kasat, dalam Paragraf keempat melanggar ciri
pengembangan kasus tersebut tidak jelas dan lugas, karena kata
pihaknya mendapatkan tiga yang digunkan “semunya” tidak
korban yang semunya jelas karena seharusnnya ditulis
merupakan pelajar sekolah, yang “semuanya” tidak lugas karena
kemudian tiga orang tua dari “semunya” menandakan kata
para korban membuat laporan ambigu yang berarti tidak jelas.
Polisi.
5 Dua orang terlapor yang Pada paragraf kelima informasi
kemudian ditetapkan tersangka yang disampaikan sudah jelas.
tersebut yakni, FE alias Cica
(36) dan As alias Anri (45)
keduanya warga Desa Kota
Agung Kecamatan Uram Jaya
Kabupaten Lebong, yang
membuka salon kecantikan di
Curup.
6 "Untuk sementara jumlah Paragraf keenam melanggar ciri
korbannya ada tiga orang anak, tidak menghindari kata tutur
tidak menutup kemungkinan ada karean menggunakan kata
korban-korban yang lain," beber “beber” merupakan kata sehari-
Kasat hari yang seharusnya dituliskan
“ujar”.
7 Dalam kasus tersebut, korban di Pada paragraf ketujuh melanggar
iming-imingi sejumlah uang dari ciri masih menggunkan kata tutur
pelaku, serta ditawari perawatan pada kata “mengiming-imingi”
salon gratis, bahkan dalam aksi yang seharusnya ditulis
itu juga diduga pelaku “menjanjikan” dan melanggar
mencekoki korban dengan lem ciri tidak jelas karena pada kata
80

merk Aibon, perbuatan asusila “merk” yang seharusnya


itu sendiri sudah berlangsung dituliskan “merek”.
sejak sebulan terakhir.
8 "Atas perbuatannya, tersangka Paragraf kedelapan tidak
kita jerat dengan Undang- memiliki kesalahan, karena
undang Perlindungan Anak, kalimat yang disampaikan sudah
Pasal 82 Junto Pasal 76 E ayat I jelas.
dengan hukuman maksimal 15
tahun penjara," pungkasnya.
9 Sementara itu, Kanit Paragraf kesembilan melanggar
Perlindungan Perempuan dan ciri tidak menghindari kata
Anak (PPA) Polres Rejang istilah asing, karena pada kata
Lebong, Aipda Desi Oktavianti “trauma healing” yang
menambahkan, anak-anak yang seharusnya dituliskan
menjadi korban pencabulan “pemulihan trauma”.
tersebut mendapatkan
pendampingan untuk
mendapatkan trauma healing.

10 "Atas kasus ini kami juga Paragraf kesepuluh tidak


menghimbau kepada masyarakat memiliki kesalahan, karena
untuk lebih memperhatikan dan kalimat yang disampaikan sudah
mengawasi anak kita masing- jelas.
masing, agar terhidar dari hal-
hal yang negatif," himbaunya.
11 Disisi lain, Anri saat ditanya Paragraf kesebelas tidak
awak media mengakui memiliki kesalahan, karena
perbuatannya tersebut, pria yang kalimat yang disampaikan sudah
sudah memiliki istri dan dua jelas.
anak ini mengaku jika perbuatan
81

tersebut telah dilakukan kepada


lima orang anak.
12 "Sekitar lima orang, mereka Paragraf keduabelas melanggar
datang datang sendiri ke kami ciri tidak menghindari kata tutur
dan meminta langsung kekami," karean menggunakan kata
bebernya “beber” yang merupakan kata
sehari-hari seharusnya dituliskan
dengan kata “ujar”.

Tabel 5.22 ketidaksesuaian berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 30


Maret 2019 dengan karakteristik bahasa jurnalistik.
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat
3 Padat
4 Jelas 3 30%
5 Menarik
6 Lugas 1 10%
7 Gramatikal 2 20%
8 Populis
9 Menghindari Kata Tutur 3 30%
10 Menghindari Kata Istilah 1 10%
Total 10 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 30 Maret 2019. Ciri
tidak jelas dan tidak menghindari kata tutur merupakan ciri yang sering muncul.
Buktinnya dari 12 paragraf yang diteliti terdapat 30% kalimat yang tidak jelas dan
tidak menghindari penggunaan kata tutur, 20% kalimat yang tidak gramatikal,
serta 10% kalimat yang tidak lugas dan masih menggunakan kata istilah.
82

5.2.12 Analisis Berita 12


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit Tanggal
31 Maret 2019 berjudul “Alamak BEM UNIB Kaget Dosennya Tersandung
Kasus” Sabu berita tersebut terdiri dari 9 paragraf analisis datanya adalah sebagai
berikut :

Gambar 5.12 Berita 12

Sumber : RMOLBengkulu edisi 31 Maret 2019


83

Tabel 5.23 Analisis bahasa jjurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 31 Maret 2019
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Kasus yang menjerat oknum dosen Paragraf pertama melanggar
di Universitas Bengkulu (UNIB) ciri tidak menghindari kata
berinisial BI dalam kasus dugaan tutur, kata “kaget’ yang
penyalahgunaan narkotika, spontan digunkan masih merupakan
membuat sejumlah kalangan kaget. kata sehari-hari, yang
seharusnya menggunkan kata
“terkejut” karena pilihan kata
yang hidup.
2 Sebab, seorang tenaga pendidik Paragraf kedua melanggar ciri
yang seyogianya menjadi panutan tidak menghindari kata tutur,
kalangan mahasiswa di kampus, karena kata “itu” diakhir
justru malah tersandung kasus paragraf diganti dengan kata
barang haram itu. ‘tersebut”.
3 Wakil presiden Badan Eksekutif Paragraf ketiga tidak memiliki
Mahasiswa (BEM) UNIB, Ahmad kesalahan, karena kalimat yang
Handoyo menegaskan, tidak ingin digunkan sudah jelas.
terlibat terlalu jauh terkait kasus
penangkapan salah satu dosen
penjaskes berinisial BI belum lama
ini.
4 Ia juga mengancam perbuatan Paragraf keempat terdapat
oknum dosen tersebut lantaran kesalahan pada ciri tidak lugas
dinilai telah mencoreng nama baik karena kata “mengancam”
kampus. yang seharusnya diganti
dengan “menegaskan” untuk
menghindari kata yang
ambigu.
84

5 "Kasus ini sangat memalukan, Paragraf kelima tidak memiliki


mencoreng nama universitas," kata kesalahan, karena kalimat yang
Wapres BEM yang akrab dipanggil digunkan sudah jelas.
Ando tersebut saat
dihubungi RMOLBengkulu,
Minggu (31/3)
6 Ia menyatakan enggan terlibat Paragraf keenam tidak
terlalu jauh bukan tanpa alasan. memiliki kesalahan, karena
Pasalnya, kasus itu diserahkan kalimat yang digunkan sudah
pihaknya kepada rektor UNIB dan jelas.
pihak berwajib.
7 "Untuk kasus yang dapat Paragraf ketujuh tidak
memperburuk citra, sebaiknya memiliki kesalahan, karena
diselesaikan oleh rektor, dekan kalimat yang digunakan sudah
fakultas dan pihak berwajib," jelas.
paparnya.

8 Kendati demikian, dirinya Paragraf kedelapan tidak


mengaku akan terus mengawasi memiliki kesalahan, karena
dan mengawal kasus tersebut. kalimat yang digunakan sudah
"Kita akan terus pantau kasus ini," jelas.
tutupnya.
9 Untuk diketahui bahwa Paragraf ketiga memiliki
sebelumnya personil direktorat kesalahan, karena melangar
Resnarkoba Polda Bengkulu telah ciri gramtikal. Kata personil
menetapkan BI sebagai tersangka seharusnya diganti dengan
dalam dugaan kasus anggota.
penyalahgunaan narkotika.
85

Tabel 5.24 ketidaksesuaian berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 31


Maret 2019 dengan karakteristik bahasa jurnalistik.
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat
3 Padat
4 Jelas
5 Menarik
6 Lugas 1 20%
7 Gramatikal 1 20%
8 Populis
9 Menghindari Kata Tutur 3 60%
10 Menghindari Kata Istilah
Total 5 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 31 Maret 2019. Ciri
tidak menghindari kata tutur merupakan ciri yang sering muncul. Buktinya dari 9
paragraf yang diteliti terdapat sebesar 60% kalimat yang tiddak menghindari kata
tutur kata tutur, dan masing-masing 20% kalimat yang tidak lugas dan tidak
gramatikal.
86

5.2.13 Analisis Berita 13


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit
padaTanggal 31 Maret 2019 berjudul “Dosennya Ditangkap Terjaring
Narkotika, UNIB Canangkan Tes Urine” berita tersebut terdiri dari 8 paragraf
analisis datanya adalaha sebagai berikut :

Gambar 5.13 Berita 13

Sumber : RMOLBengkulu edisi 31 Maret 2019


87

Tabel 5.25 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 31 Maret 2019.
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Tertangkapnya salah satu dosen Paragraf pertama melanggar
program studi Penjaskes Fakultas ciri tidak lugas karena masih
Keguruan dan Ilmu Pendidikan menggunakan kata yang
(FKIP) Universitas Bengkulu ambigu yaitu trdapat pada kata
(UNIB), berinisial BI membuat “menyoroti” yang seharusnya
pihak kampus mulai serius mengawasi, dan melanggar ciri
menyoroti lingkungan kampus tidak menghindari kata tutur
biru itu. karena masih menggunkan
bahasa sehari-hari yaitu kata
“itu” diakhir kalimat
seharusnya diganti dengan
“tersebut”.
2 Kepada RMOLBengkulu, Rektor Paragraf kedua tidak memiliki
UNIB, Ridwan Nurazi kesalahan, karena kalimat yang
mengungkapkan, memang selama digunakan sudah jelas.
ini tes urine bagi seluruh tenaga
pendidik jarang dilakukan
meskipun pemberantasan
peredaran narkoba di lingkungan
kampus sangat penting.
3 "Sejauh ini belum ada tes urine Paragraf ketiga tidak memiliki
kepada seluruh dosen dan akan kesalahan, karena kalimat yang
diberlakukannya tes urine bagi digunakan sudah jelas.
dosen baru yang nantinya akan
mengajar di UNIB," kata Ridwan,
Minggu (31/3) siang.
88

4 Lanjut dia, upaya untuk Paragraf keempat melanggar


mencegah narkotika masuk ke ciri tidak lugas karena
dalam lingkungan kampus menggunakan kata “lanjut dia”
masih banyak kendala. yang seharunnya cukup ditulis
Terutama, soal alokasi dengan kata “lanjutnya”
anggaran pemberantasan
narkotika.
5 "Tes urine zaman dulu belum Paragraf kelima tidak memiliki
ada. Untuk antisipasi dosen kesalahan, karena kalimat yang
baru ya akan kita anggarkan," digunakan sudah jelas.
ungkapnya.
6 Untuk diketahui, personil Paragraf keenam melanggar ciri
Direktorat Resnarkoba tidak jelas, terbukti pada
(Ditresnarkoba) Polda Bengkulu penulisan kata “personil” yang
Subdit 1 dan Subdit 2 berhasil seharusnya ditulis dengan kata
mengungkapkan kasus dugaan “personel”.
penyalahgunaan narkotika jenis
sabu di wilayah Kota Bengkulu.
7 Tercatat lima tersangka yang Paragraf ketujuh melanggar ciri
terjaring dalam kasus barang tidak singkat karena terlalu
haram itu. Ironisnya, satu bertele-tele dan mubazir kata.
tersangka yang ditetapkan
diantaranya, yakni BI yang
merupakan seorang dosen program
studi Penjaskes FKIP UNIB.
8 Atas perbuatannya, mereka Paragraf kedelapan tidak
disangkakan dengan pasal 114 memiliki kesalahan, karena
ayat (1) junto pasal 132 ayat (1) kalimat yang digunakan sudah
sub pasal 112 ayat (1) undang- jelas.
undang RI nomor 35 tahun 2009
89

tentang Narkotika.

Tabel 5.26 ketidaksesuain berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 31 Maret
2019 dengan karakteristik bahasa jurnalistik.
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat 1 20%
3 Padat
4 Jelas 1 20%
5 Menarik
6 Lugas 2 40%
7 Gramatikal
8 Populis
9 Menghindari Kata Tutur 1 20%
10 Menghindari Kata Istilah
Total 5 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 31 Maret 2019. Ciri
tidak lugas merupakan ciri yang sering muncul. Buktinya dari 8 paragraf yang
diteliti terdapat 40% ykalimat yang tidak lugas , dan masing-masing sebesar 20%
kalimat yang tidak jelas, tidak singkat, dan tidak menghindari kata tutur.
90

5.2.14 Analisis Berita 14


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit
padaTanggal 2 April 2019 berjudul “Miris Dosen UNIB Tersandung Kasus
Narkotika Ternyata Gelar Doktor” berita tersebut terdiri dari 10 paragraf
analisis datanya adalah sebagai berikut :

Gambar 5.14 Berita 14

Sumber : RMOLBengkulu edisi 2 April 2019


91

Tabel 5.27 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 2 April 2019
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Dunia pendidikan di wilayah Paragraf pertama melanggar ciri
Provinsi Bengkulu kembali tidak singkat, karena masih
tercoreng usai salah satu dosen menggunakan kata yang tidak
berinisial BI terjerat kasus dugaan pada pokok permasalahan,
penyalahgunaan narkotika jenis bertele-tele, dan mubazir,
sabu di wilayah Kota Bengkulu. terbukri pada kalimat “di
wilayah kota Bengkulu”,
seharusnya kata “wilayah” tidak
ditulis karena tidak mengurangi
makna kalimat tersebut
2 Dosen senior yang sekaligus Paragraf kedua melanggar ciri
dosen terbaik asal UNIB itu kini tidak padat karena tidak
mendekam balik jeruji besi oleh menerpakan ekonomi kata,
tim Personil Direktorat terbukti pada penulisan kata
Resnarkoba ( Ditresnarkoba ) “asal” yang seharusnya tidak
Polda Bengkulu Subdit 1 dan perlu ditulis karean tidak
Subdit 2. mengurangi makna dan tujuan
dari kaliamat tersebut.
3 Rektor UNIB, Ridwan Nurazi Paragraf ketiga melanggar ciri
menyatakan, prihatin atas tidak menghindari kata tutur
peristiwa tersebut. Apalagi BI karena masih menggunakan kata
merupakan tenaga pendidik yang yang biasa digunakan dalam
sudah menyelesaikan pendidikan percakapan sehari-hari secara
gelar Doktor alias jenjang S3. informal, terbukti pada penulisan
kata “alias”.
4 "Iya ini musibah, karna dosen ini Paragraf keempat melanggar ciri
sudah S3 dan salah satu kader tidak jelas, Karena informasi
92

dosen yang bagus di kampus kita. yang disampaikan sulit dipahami


Ia juga Sekretaris Basket di oleh khalayak umum, terbukti
Persatuan Basket pada penulisan kata “Ridwa”
Indonesi(Perbasi Bengkulu) dan yang ditulis di paragraf ini
kita tidak tahu apa penyebab berbeda dengan penulisan kata
sampai dia terjerumus ke hal-hal “Ridwan” di paragraf
seperti ini,," kata Ridwa Nurazi sebelumnya.
saat menggelar Konferensi Pers di
Kantor Gubernur Bengkulu,
Senin (1/4) kemarin.
5 ”Mungkin juga ada masalah Paragraf kelima tidak melanggar
keluarga dan tekanan terlalu berat ciri bahasa jurnalistik, karena
dan jatuh terjerumus kedalam hal informasi yang disampaikan
seperti ini," sambung Ridwan. sudah singkat, pdata, dan jelas.
6 Terkait sanksi apakah BI akan Paragraf keenam tidak
menerima sanksi pemecatan atau melanggar ciri bahasa
tetap mengajar di kampus biru itu, jurnalistik, karena informasi
ia masih menunggu keputusan yang disampaikan sudah singkat,
yang berkekuatan hukum tetap pdata, dan jelas.
7 "Untuk saat ini kita masih Paragraf ketujuh melanggar ciri
praduga tak bersalah, dan juga bahsa yang tidak singkat, dan
ada kode etik dosennya jika di padat, karena informasi yang
pengadilan bersalah dan kita disampaikan bertele-tele dan
evaluasi kode etiknya seperti apa tidak ekonomi kata. Terbukti
dan jika dia bersalah kita juga banyaknya penulisan kata “dan’,
akan berkonsultasi “jika”.
Kemenristekdikti dan jika
Kementerian bilang out ya apa
boleh buat," ucapnya.
8 Ridwan juga mencanangkan Paragraf kedelapan tidak
93

semua tenaga pendidik di UNIB melanggar ciri bahasa


akan mengikuti tes urine. jurnalistik, karean informasi
Idealnya belum bisa dilakukan yang disampaikan sudah singkat,
saat ini lantaran terkendala pdata, dan jelas.
anggaran.
9 "Untuk dilakukan tes urine itukan Paragraf kesembilan melanggar
dalam cukup mahal dan jika ciri tidak jelas, karena informasi
diperlukan maka akan kita yang disampaikan sulit untuk
anggarakan dan kita juga akan dipahami, terbukti pada
berkordinasi dengan penulisan kata ”dalam” pada
kemenristekdikti," demikian kalimat “untuk dilakukan tes
Ridwan. urine itukan dalam cukup
mahal”.
10 Sebelumnya, Polda Bengkulu Paragraf kesepuluh melanggar
berhasil mengungkapkan kasus ciri tidak singkat, karena masih
dugaan penyalahgunaan narkotika menggunakan kata yang tidak
jenis sabu di wilayah Kota pada pokok permasalahan,
Bengkulu. Dari lima tersangka bertele-tele, dan mubazir,
yang telah ditetapkan sebagai terbukri pada kalimat “di
tersangka satu diantaranya, yakni wilayah kota Bengkulu”,
BI dosen program studi Penjaskes seharusnya kata “wilayah” tidak
Fakultas Keguruan dan Ilmu ditulis karena tidak mengurangi
Pendidikan (FKIP) UNIB. makna kalimat tersebut

Tabel 5.28 ketidaksesuain berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 2 April
2019 dengan karakteristik bahasa jurnalistik.
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat 3 38%
3 Padat 2 25%
94

4 Jelas 2 25%
5 Menarik
6 Lugas
7 Gramatikal
8 Populis
9 Menghindari Kata Tutur 1 12%
10 Menghindari Kata Istilah
Total 8 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 2 April 2019. Ciri tidak
singkat merupakan ciri yang sering muncul. Buktinya dari 10 paragraf yang
diteliti terdapat 38% kalimat yang tidak singkat, kalimat yang tidak padat dan
tidak jelas masing-masing 25% dan kalimat yang tidak menghindari kata tutur
sebesar 12%.
95

5.2.15 Analisis Berita 15


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit
padaTanggal 4 April 2019 berjudul “8 Anak Bimbel Jadi Korban Pencabulan
Di Batik Nau” berita
tersebut terdiri dari 6 paragraf analisis datanya adalah sebaga berikut :

Gambar 5.15 Berita 15

Sumber : RMOLBengkulu edisi 4 April 2019


96

Tabel 5.29 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum 4
April 2019
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Ada-ada saja akal bulus pria 44 Paragraf pertama melanggar
tahun ini, modus memberi ciri bahasa yang tidak
bimbingan belajar (bimbel) secara sederhana, karena
gratis malah mencabuli 8 orang menggunakan kalimat yang
anak dibawah umur yang tidak lain tidak efektif, terbukti pada
merupakan peserta didiknya penulisan kata “ada-ada saja”.
sendiri.
2 Dengan demikian, pelaku berinisial Paragraf kedua tidak
SW tersebut ditangkap polisi melanggar ciri bahasa
Polsek Batik Nau, Kabupaten jurnalistik, karena informasi
Bengkulu Utara untuk yang disampaikan sudah
mempertanggungjawabkan singkat, padat, dan jelas.
perbuatannya.
3 Setelah 5 orang korban diantaranya Paragraf ketiga melanggar ciri
bercerita kepada orang tua mereka, tidak jelas, karena informasi
bahwa pernah dibuat tak senonoh yang disampaikan sulit
pada akhir tahun lalu. dipahami oleh khlayak umum.
4 "Modusnya bimbingan belajar anak Paragraf keempat tidak
secara sukarela, kalo pengakuan melanggar ciri bahasa
tersangka sudah ada 8 orang jurnalistik, karena informasi
korban," kata Kapolres Bengkulu yang disampaikan sudah
Utara, Ariefaldi Warganegara, singkat, padat, dan jelas.
melalui Kasat Reskrim AKP Jufri,
Kamis (4/4).
5 Jufri menambahkan pihaknya Paragaraf kelima tidak
masih mendalami pemeriksaan melanggar ciri bahasa
terhadap SW yang berfrofesi jurnalistik, karena informasi
97

sebagai petani. yang disampaikan sudah


singkat dan lugas.
6 "Saat ini pelaku sudah ditahan di Paragraf keenam tidak
mapolres," pungkasnya melanggar ciri bahasa
jurnalistik, karena informasi
yang disampaikan sudah
singkat, dan jelas.

Tabel 5.30 ketidaksesuain berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 4 April
2019 dengan karakteristik bahasa jurnalistik.
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat 1 50%
3 Padat
4 Jelas 1 50%
5 Menarik
6 Lugas
7 Gramatikal
8 Populis
9 Menghindari Kata Tutur
10 Menghindari Kata Istilah
Total 2 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 4 April 2019. Ciri tidak
singkat dan jelas merupakan ciri yang sering muncul. Terbukti dari 6 paragraf
yang diteliti terdapat 50% kalimat yang tidak singkat dan 50% kalimat yang tidak
jelas.
98

5.2.16 Analisis Berita 16


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit
padaTanggal 5 April 2019 berjudul “Tersangka Cabul 8 Anak Bimbel
Terancam Penjara Minimal 5 Tahun” berita tersebut terdiri dari 6 paragraf
analisis datanya adalah sebagai berikut :

Gambar 5.16 Berita 16

Sumber : RMOLBengkulu edisi 5 April 2019


99

Tabel 5.31 Analisis bahasa jurnalistik berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 5 April 2019
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Tersangka pencabulan 8 orang Paragraf pertama tidak
anak dibawah umur dengan melanggar ciri bahasa jurnalistik,
modus memberi bimbingan karena informasi yang
belajar (bimbel) secara sukarela disampaikan sudah singkat,
di Kecamatan Batik Nau, padat, dan jelas.
Kabupaten Bengkulu Utara
dijerat Pasal 76E Jo Pasal 82 ayat
1 UU RI Nomor 23 Tahun 2002
tentang perlindungan anak
subsider Pasal 292 KUHP.
2 Dalam pasal itu disebutkan Paragraf kedua melanggar ciri
paling singkat 5 (lima) tahun dan tidak jelas, karena informasi
paling lama 15 (lima belas) tahun yang disampaikan sulit dipahami
kurungan prnjara dan denda oleh khalayak umum, terbukti
paling banyak Rp 5 miliar. pada penulisan kata “prnjara”
yang seharusnya di tulis
“penjara”.
3 Begitu disampaikan Kapolres Paragraf ketiga tidak melanggar
Bengkulu Utara, AKBP Ariefaldi ciri bahasa jurnalistik, karena
Warganegara, melalui Kasat informasi yang disampaikan
Reskrim AKP Jufri, Jumat (5/4). sudah singkat, padat, dan jelas.
4 "Tersangka dikenakan UU Paragraf keempat tidak
tentang perlindungan anak pasal melanggar ciri bahasa jurnalistik,
76E," kata Jufri. karena informasi yang
disampaikan sudah singkat,
padat, dan jelas.
5 Dari pengakuan tersangka, Paragraf kelima tidak melanggar
100

aksinya dilakukan pada bulan ciri bahasa jurnalistik, karena


akhir tahun lalu ketika korban informasi yang disampaikan
sedang menyelesaikan pekerjaan sudah singkat, padat, dan jelas.
rumah yang diberikan.
6 "Tersangka mencabuli korban Paragaraf keenam melanggar
ketika mengerjakan PR ada pula ciri tidak menghindari kata tutur,
saat Bimbel berlangsung," karena pemilihan kata pada kata
pungkasnya “pula” masih menggunakan
perrcakapan sehari-hari.

Tabel 5.32 ketidaksesuain berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 5 April
2019 dengan karakteristik bahasa jurnalistik.
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat
3 Padat
4 Jelas 1 50%
5 Menarik
6 Lugas
7 Gramatikal
8 Populis
9 Menghindari Kata Tutur 1 50%
10 Menghindari Kata Istilah
Total 2 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 5 April 2019. Ciri tidak
jelas dan tidak menghindari kata tutur merupakan ciri yang sering muncul.
Buktinya dari 6 paragaraf yang diteliti terdapat masing-masing 50% kalimat yang
tidak jelas dan kalimat yang tidak menghindari kata tutur.
101

5.2.17 Analisis Berita 17


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit
padaTanggal 5 April 2019 berjudul “Nelayan Baku Tembak Dengan Kapal
Trwal di Bengkulu Utara” berita tersebut terdiri dari 5 paragraf analysis datanya
adalah sebagai berikut :

Gambar 5.17 Berita 17

Sumber : RMOLBengkulu edisi 5 April 2019


102

Tabel 5.33 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 5 April 2019
Paragraf Data Kalimat Analsis
1 Kabar nelayan tradisional Paragraf pertama melanggar ciri
bakutembak dengan nelayan tidak populasi, karena
kapal trawl di Air Napal, menggunakan pilihan kata yang
Kabupaten Bengkulu Utara, tidak akrab ditelinga, di pikiran
meruncing dikalangan awak dan dibenak khalayak pembaca.
media. Seharusnya kata “meruncing”
diganti dengan kata “menyebar”.
2 Dikonfirmasi Kapolres Bengkulu Paragraf kedua tidak melanggar
Utara, AKBP Ariefaldi ciri bahasa jurnalistik, karena
Warganegara melalui Kasat informasi yang disampaikan
Reskrim AKP Jufri, sudah singkat, padat, dan jelas.
membenarkan informasi tersebut.
Saat ini aparat kepolisian sedang
menghimpun data dan melakukan
tindakan terhadap hal itu.
3 "Benar ada bakutembak antar Paragraf ketiga tidak melanggar
nelayan," katanya, Jumat (5/4). ciri bahasa jurnalistik, karena
informasi yang disampaikan
sudah singkat, padat, dan jelas.
4 Ditanya soal korban atas kejadian Paragraf keempat tidak
tersebut, Jufri belum bisa melanggar ciri bahasa
memastikan berapa jumlah jurnalistik, karena informasi
korban. yang disampaikan sudah singkat,
padat, dan lugas.
5 "Masih dilaut," singkatnya Paragraf kelima tidak melanggar
ciri bahasa jurnalistik, karena
informasi yang disampaikan
103

sudah singkat, padat, dan jelas.

Tabel 5.34 ketidaksesuain berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 5 April
2019 dengan karakteristik bahasa jurnalistik.
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat
3 Padat
4 Jelas
5 Menarik
6 Lugas
7 Gramatikal
8 Populasi 1 100%
9 Menghindari Kata Tutur
10 Menghindari Kata Istilah
Total 1 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 5 April 2019. Ciri tidak
populasi merupakan ciri yang sering muncul. Buktinya dari 5 paragraf yang
diteliti terdapat 100% kalimat yang tidak populasi.
104

5.2.18 Analisis Berita 18

Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan


karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit pada
Tanggal 8 April 2019 berjudul “Baru 3 Bulan Bebas AS Kembali di Bui” berita
tersebut terdiri dari 8 paragraf analisis datanya adalah sebagai berikut :

Gambar 5.18 Berita 18

Sumber : RMOLBengkulu edisi 8 April 2019


105

Tabel 5.35 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 8 Apil 2019
Paragraf Data Kalimat Analsis
1 AS (30) warga Desa Pelalo Paragraf pertama tidak
Kecamatan Sindang Kelingi melanggar ciri bahasa jurnalistik,
kembali harus berurusan dengan karena informasi yang
hukum pasca diringkus oleh disampaikan sudah singkat,
jajaran Polres Rejang Lebong padat, dan jelas.
atas kasus narkoba
2 Diketahui, AS baru tiga bulan Paragraf kedua tidak melanggar
keluar dari penjara karena kasus ciri bahasa jurnalistik, karena
pencurian kendaraan bermotor informasi yang disampaikan
(Curanmor) diwilayah hukum sudah singkat, padat, dan jelas.
Polres Rejang Lebong.
3 Kapolres Rejang Lebong, AKBP Paragraf ketiga tidak melanggar
Jeki Rahmat Mustika melalui ciri bahasa jurnalistik, karena
Kasat Narkoba, Iptu Sampson informasi yang disampaikan
Sosa Hutapea mengatakan, AS sudah singkat, padat, dan jelas.
diringkus saat akan melakukan
transaksi nakoba jenis sabu.
4 "Tersangka AS ini kita amankan Paragraf keempat tidak
pada Jumat (5/4) sore sekitar melanggar ciri bahasa jurnalistik,
pukul 15.30 WIB saat akan karena informasi yang
melakukan transaksi narkoba," disampaikan sudah singkat,
kata Kasat Narkoba saat padat, dan lugas.
menggelar konferensi pers, Senin
(8/4).
5 Kronologis penangkapan AS Paragraf kelima melanggar ciri
sendiri diceritakan Kasat, tidak jelas, karena informasi
berawal saat AS sedang yang disampaikan sulit dipahami
106

menunggu pembeli barang haram oleh khlayak pembaca,


tersebut di sekitar kawasan sehrausnnya penulisan kata
Simpang tiga Jalan Kartini “jaarannya” ditulis dengan kata
Curup, setelah dipastikan “jajarannya” dan kata “aggota”
jaarannya beserta aggota ditulis dengan kata “anggota”.
Intelmob Batalyon A Brimob
Curup langsung meringkus
tersangka.
6 Dari tangan AS, petugas Paragaraf keenam melanggar ciri
mendapatkan satu paket sedang tidak singkat, karena masih
atau satu kantong narkoba jenis bertele-tele, buktinya pada
sabu masih berupa kristal seberat penulisan kata “sedang”,
10,18 gram yang disimpan di seharusnya tidak perlu ditulis
kantong baju tersangka karena tidak akan mengurangi
makna dan tujuan kalimat
tersebut.
7 "Tersangka ini masuk kategori Paragaraf ketujuh melanggar ciri
pengedar, dari pengakuannya tidak menarik, karena tidak
bisnis haram ini sudah dilakukan menggunakan kata yang hidup
selama satu tahun, barang nya dan berkembang.
sendiri dari wilayah Kepala
Curup," tambah Kasat.
8 Atas perbuatannya, tersangka di Paragraf kedelapan melanggar
jerat dengan Pasal 114 dan Pasal ciri tidak singkat, karena
112 Undang-undang Narkotika informasi yang disampaikan
dengan ancaman hukum minimal sudah masih menggunakan kata
5 tahun maksimal 20 tahun mubazir, seharusnya kata
penjara. “dengan” pada kalimat tersangka
dijerat dengan pasal 114 dan pasa
112 tidak perlu ditulis, karena
107

tidak akan mengurangi makna


dan maksud dari kalimat
tersebut.

Tabel 5.36 ketidaksesuain berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 8 April
2019 dengan karakteristik bahasa jurnalistik.
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat 2 50%
3 Padat
4 Jelas 1 25%
5 Menarik 1 25%
6 Lugas
7 Gramatikal
8 Populis
9 Menghindari Kata Tutur
10 Menghindari Kata Istilah
Total 4 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 8 April 2019. Ciri tidak
singkat merupakan ciri yang sering muncul. Buktinya dari 8 paragaraf yang
diteliti terdapat 50% kalimat yang tidak singkat, dan masing-masing 25 kalimat
yang tidak jelas ciri tidak menarik.
108

5.2.19 Analisis Berita 19


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit pada
Tanggal 10 April 2019 berjudul “Dua Anak Putus Sekolah Terlibat
Curanmor” Berita tersebut terdiri dari 6 paragraf analisis datanya adalah sebagai
berikut :

Gambar 5.19 Berita 19

Sumber : RMOLBengkulu edisi 10 April 2019


109

Tabel 5.37 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 10 April 2019
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Dua anak dibawah umur putus Paragraf petama tidak melanggar
sekolah diringkus Satuan ciri bahasa jurnalistik, karena
Reskrim Polres Rejang Lebong informasi yang disampaikan
karena terlibat kasus pencurian sudah singkat, padat, dan jelas.
kendaraan bermotor.
2 Yakni Ha (17) warga Kelurahan Paragraf kedua melanggar ciri
Kepala Siring dan RM (16) tidak jelas, karena informasi pada
warga Kelurahan Banyu Mas kalimat yang di tuliskan sulit
Kecamatan Curup Tengah, dipahami oleh khlayak pembaca,
keduanya diringkus karena terbukti pada penulisan kat
diduga melakukan curanmor “Spada” yang seharusnya ditulis
Spada Senin (8/4) milik Kopli dengan kata “pada”.
(50) warga Kelurahan Pelabuhan
Baru Kecamatan Curup Tengah
3 "Sebelumnya kami menerima Paragraf ketiga tidak melanggar
laporan dari korban bahwa ciri bahasa jurnalistik, karena
motornya hilang, dari hasil informasi yang disampaikan
pengembangan dan pengamatan sudah singkat, padat, dan lugas.
maka kita mengamankan dua
pelaku yang usianya anak-anak,"
kata Kapolres Rejang Lebong,
AKBP Jeki Rahmat Mustika
melalui Kasat Reskrim AKP
Jerry Antonius Nainggolan saat
menggelar konferensi pers, Rabu
(10/4).
4 Dalam menjalankan aksinya, Paragraf keempat tidak
110

para pelaku membawa kabur melanggar ciri bahasa jurnalistik,


kendaraan korban dengan jenis karena informasi yang
Honda Supra Fit, BD 4591 KN disampaikan sudah singkat,
dengan cara membobol kunci padat, dan menarik.
kontak dengan kunci T.
5 "Pelaku sendiri kita amankan Paragraf kelima tidak melanggar
bersama barang bukti kendaraan ciri bahasa jurnalistik, karena
dan kunci T yang digunakan saat informasi yang disampaikan
menjalankan aksinya, keduanya sudah singkat, padat, dan jelas.
diamankan disalah satu
kontrakan di kawasan Talang
Rimbo Curup Tengah," ujar
Kasat.
6 Kasus tersebut saat ini masih Paragraf keenam tidak melanggar
didalami oleh pihaknya, karena ciri bahasa jurnalistik, karena
tidak menutup kemungkinkan informasi yang disampaikan
keduanya terlibat di lokasi sudah singkat, padat, dan jelas.
berbeda

Tabel 5.38 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum pada
berita kriminal tanggal 10 April 2019
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat
3 Padat
4 Jelas 1 100%
5 Menarik
6 Lugas
7 Gramatikal
8 Populis
111

9 Menghindari Kata Tutur


10 Menghindari Kata Istilah
Total 1 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 10 April 2019. Ciri
tidak jelas merupakan ciri yang sering muncul. Buktinya dari enam paragraf yang
ditelti terdapat 100% kalimat yang tidak jelas.

5.2.20 Analisis Berita 20


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit pada
Tanggal 10 April 2019 berjudul “Janin 5 Bulan Digugurkan Di Kamar Kos”
berita tersebut terdiri dari 7 paragraf analisis datanya adalah sebagai berikut :

Gambar 5.20 Berita 20

Sumber : RMOLBengkulu edisi 10 April 2019


112

Tabel 5.39 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 10 April 2019
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Aparat kepolisian Polres Paragraf pertama melanggar ciri
Bengkulu Utara menahan MR tidak garamatikal, karena
warga Kabupaten Bengkulu kalimat yang digunkan tidak
Utara. Perempuan berusia 17 sesuai dengan kaidah tata bahasa
tahun ini mesti mempertanggung baku, seperti pada penulisan kata
jawabkan perbuatannya, diduga “mesti”, seharusnya dituliskan
melakukan tindakan aborsi pada dengan kata “harus”.
Oktober 2018 lalu.
2 Begitu disampaikan Kapolres Paragraf kedua tidak melanggar
Bengkulu Utara, AKBP Ariefaldi ciri bahasa jurnalistik, karena
Warganegara melalui Kasat informasi yang disampaikan
Reskrim AKP Jufri, Rabu (10/4). sudah singkat, padat, dan jelas.
3 "Pelaku aborsi yang Paragraf ketiga tidak melanggar
menyebabkan anaknya meninggal ciri bahasa jurnalistik, karena
dunia sudah kita tahan," kata informasi yang disampaikan
Jufri. sudah singkat, padat, dan lugas.
4 Tindakan nekat itu lanjut Jufri, Paragraf keempat melanggar ciri
dilakukan MR dengan cara tidak padat, Karena informasi
meminum obat racikannya yang dismapaikan tidak singakat
sendiri, yang mengakibatkan dan tidak menggunakan ekonomi
janin berumur 5 bulan jadi korban kata.
aborsi. MR juga beralasan, sang
pacar yang mendekam di Lapas
Argamakmur tersandung kasus
penganiayaan, tidak mau
bertanggung jawab.
5 Pelaku melakukan aborsi sendiri Paragraf kelima tidak melanggar
113

di kamar kos-kosannya, dengan ciri bahasa jurnalistik, karena


cara meminum obat,” ujar Jufri. informasi yang disampaikan
sudah singkat, padat, dan jelas.
6 Dengan kejadian itu, Jufri Paragraf keenam tidak
menghimbau kepada seluruh melanggar ciri bahasa jurnalistik,
orang tua maupun masyarakat karena informasi yang
Bengkulu Utara, menghindari disampaikan sudah singkat,
pergaulan bebas. Awasi anak padat, dan jelas.
dalam pergaulannya dan berikan
edukasi untuk bekal mereka.
7 MR dijerat dengan pasal 77 huruf Paragraf ketujuh tidak
A UU nomor 35 tahun 2014 melanggar ciri bahasa jurnalistik,
tentang tindakan aborsi, dengan karena informasi yang
kurungan penjara maksimal 10 disampaikan sudah singkat,
tahun. padat, dan lugas.

Tabel 5.40 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 10 April 2019
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat
3 Padat 1 50%
4 Jelas
5 Menarik
6 Lugas
7 Gramatikal 1 50%
8 Populis
9 Menghindari Kata Tutur
10 Menghindari Kata Istilah
Total 2 100%
114

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 10 April 2019. Ciri
tidak padat dan garmatikal merupakan ciri yang sering muncul. Buktinya dari 7
paragraf yang diteliti terdapat 50% kalimat yang tidak padat dan 50% kalimat
yang tidak gramatikal.

5.2.21 Analisis Berita 21


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit pada
Tanggal 10 April 2019 berjudul “Sat Narkoba RL Kembali Ringkus Pengedar
Sabu” berita tersebut terdiri dari 7 paragraf analisis datanya adalah sebagai
berikut :

Gambar 5.21 Berita 21

Sumber : RMOLBengkulu edisi 10 April 2019


115

Tabel 5.41 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 10 April 2019
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Satuan Narkoba Polres Rejang Paragraf pertama tidak melanggar
Lebong kembali meringkus satu ciri bahasa jurnalistik, karena
terduga pengedar narkoba informasi yang disampaikan
diwilayah itu yang kemungkinan sudah singkat, padat, dan jelas.
besar masuk dalam daftar
pencarian orang (DPO) atas
pengungkapan kasus sebelumnya
2 Kapolres Rejang Lebong, AKBP Paragraf kedua tidak melanggar
Jeki Rahmat Mustika melalui ciri bahasa jurnalistik, karena
Kasat Narkoba, Iptu Sampson informasi yang disampaikan
Sosa Hutapea mengatakan, sudah singkat, padat, dan lugas.
tersangka yang diamankan
tersebut berinisial DA (28)
warga Dusun Gardu Desa
Kepala Curup Kecamatan
Binduriang.
3 "DA ini kita kita amankan pada Paragraf ketiga tidak melanggar
Minggu (7/4) kemarin saat ciri bahasa jurnalistik, karena
sedang menunggu pembelinya di informasi yang disampaikan
Jalan Lintas Curup- sudah singkat, padat, dan
Lubuklinggau, tepatnya di menarik.
kawasan Desa Blitar Muka
Kecamatan Sindang Kelingi,"
kata Kasat Narkoba saat
menggelar konferensi pers, Rabu
(10/4).
4 Dari tangan DA, petugas Paragraf keempat melanggar ciri
116

mendaptkan barang bukti berupa tidak jelas, karena informasi yang


satu bungkus narkotika jenis disampaikan sulit dipahami oleh
sabu seberat 10,16 gram dan 10 khlayak pembaca, terbukti pada
butir pil ekstasi yang dibungkus penulisan kata “mendaptkan”
dalam plastik klip bening yang seharusnya ditulis dengan
kata “mendapatkan”.
5 Ditambahkan Kasat, pihaknya Paragraf kelima melanggar ciri
sedang mendalami kasus tersebut tidak jelas, karena informasi yng
kemungkinab tersangka terlibat dituliskan sulit dipahami oleh
jaringan yang sebelumnya khalayak pembaca, terbukti pada
berhasil mereka ungkap, yang penulisan kata “kemungkinab”
saat ini kasusnya telah yang seharusnya ditulis dengan
dilimpahkan ke Kejaksaan kata “kemungkinan”.
Negeri Rejang Lebong.
6 "Selain mengedarkan, tersangka Paragraf keenam tidak melanggar
ini juga sebagai pengguna, dari ciri bahasa jurnalistik, karena
pengakuannya bisnis ini sudah informasi yang disampaikan
dijalankan selama 6 bulan sudah singkat, padat, dan jelas.
terakhir," bebernya.
7 Atas perbuatannya tersangka kita Paragraf ketujuh melaggar ciri
herat dengan Pasal 114 dan 112 tidak jelas, terbukt pada penulisan
Undang-undang narkotika kata “herat” yang seharusnnya
dengan ancaman maksimal 20 ditulis dengan kata “jerat”.
tahun penjaran dan minimal 5
tahun penjara
117

Tabel 5.42 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 10 April 2019
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat
3 Padat
4 Jelas 3 100%
5 Menarik
6 Lugas
7 Gramatikal
8 Populis
9 Menghindari Kata Tutur
10 Menghindari Kata Istilah
Total 3 100%

Dalam berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 10 April 2019. Ciri
tidak jelas merupakan ciri yang seringmuncul. Buktinya dari 7 paragraf yang
ditelti terdapat sebesar 100% kalimat yang tidak jelas.
118

5.2.22 Analisis Berita 22


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit pada
Tanggal 11 April 2109 berjudul Lima Pengguna Narkoba Diamankan berita
tersebut terdiri dari 5 paragraf analisis datanya adalah sebagai berikut :

Gambar 5.22 Berita 22

Sumber : RMOLBengkulu edisi 11 April 2019


119

Tabel 5.43 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 11 April 2019
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Tim Sat Narkoba, Polres Paragraf pertama tidak melanggar
Bengkulu Utara mengamankan 5 ciri bahasa jurnalistik, karena
orang terduga pengguna narkoba informasi yang disampaikan
jenis shabu. sudah singkat, padat, dan jelas.
2 Data dihimpun, hal itu berawal Paragraf kedua melanggar ciri
dari informasi dari masyarakat, tidak padat dan tidak sederhana,
Jumat (22/3) ketika itu pukul karena, tidak menggunakan
31.30 WIB dan diringkus 2 orang ekonomi kata dan mubazir kata,
berinisial WH (23) dan RI (32). seperti penulisan kata “itu” yang
tidak perlu ditulis karena tidak
akan mengurangi makna dari
kalimat tersebut.
Berlanjut pengembangan perkara, Paragraf ketiga tidak melanggar
3 polisi kembali mengamankan OG, ciri bahasa jurnalistik, karena
NV dan SD yang berasal dari informasi yang disampaikan
Kabupaten Bengkulu Tengah. sudah singkat, padat, dan jelas.
Turut diamankan pula barang
bukti berupa 5 paket kecil shabu.
4 Kapolres Bengkulu Utara, AKBP Paragraf keempat tidak
Ariefaldi Warganegara melalui melanggar ciri bahasa jurnalistik,
Waka Polres, Kompol Erwin, karena informasi yang
mengatakan 5 tersangka tersebut disampaikan sudah singkat,
dijerat dengan pasal 114 ayat (1) padat, lugas, dan menarik.
pasal 112 (1) pasal 132 UU RI
nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika.
5 ”Ancaman kurungan penjara Paragraf kelima tidak melanggar
120

minimal 4 tahun dan maksimal 20 ciri bahasa jurnalistik, karena


tahun penjara," pungkasnya. informasi yang disampaikan
sudah singkat, padat, dan jelas.

Tabel 5.44 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 11 April 2019
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat
3 Padat 1 100%
4 Jelas
5 Menarik
6 Lugas
7 Gramatikal
8 Populis
9 Menghindari Kata Tutur
10 Menghindari Kata Istilah
Total 1 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 11 April 2019. Ciri
tidak padat merupakan ciri yang sering muncul. Buktinya dari 5 paragaraf yang
ditelti terdapat 100% paragraf kalimat yang tidak padat.
121

5.2.23 Analisis Berita 23


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit pada
Tanggal 11 April 2019 berjudul “Ancam Dengan Gejluk Warga Selupu Curi
Motor” berita tersebut terdiri dari 8 paragraf analisis datanya adalah sebagai
berikut :

Gambar 5.23 Berita 23

Sumber : RMOLBengkulu edisi 11 April 2019


122

Tabel 5.45 Analisis Bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 11 April 2019
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Ru (30) warga Desa Kampung Paragraf pertama melanggar ciri
Baru Kecamatan Selupu tidak jelas dan tidak lugas, Karena
diringkus jajaran Polsek Curup, informasi yang disampaikan sulit
Polres Rejang Lebong karena dipahami oleh khalyak pembaca,
mencuri kendaraan bermotor seperti penulisan kalimat “ jajaran
milik tetangganya kebunnya polsek curup, polres Rejang
sendiri. Lebong” yang menimbulkan
kalimat yang ambigu.
2 Pria yang sudah beristri dan Paragraf kedua tidak melanggar
memiliki satu orang anak ini ciri bahasa jurnalistik, karena
berpofesi sebagai petani kopi, informasi yang disampaikan
dia nekat mencuri sepeda motor sudah singkat, padat, dan jelas.
milik Azwar Efendi (41) warga
Desa Duku Ulu Kecamatan
Curup Timur yang tak lain
tetangga kebunnya di Desa
Cawang Lama Kecamatan
Selupu Rejang pada Selasa (9/4)
kemarin.
3 "Sebelumnya kami menerima Paragaraf ketiga melanggar ciri
laporan adanya tindak pencurian tidak jelas, karena informasi yang
dengan pemberatan, setelah disampaikan sulit dipahami,
dilakukan penyelidikan kita terbukti pada penulisan kata
amankan pelaku dikedimannya “dikedimannya berikut barang
berikut barang bukti," ujar bukti”
Kapolres Rejang Lebong, Jeki
Rahmat Mustika melalui
123

Kapolsek Curup, Iptu Untoro


saat menggelar konferensi pers,
Kamis (11/4).
4 Diceritakan Kapolsek, dalam Paragraf kedua tidak melanggar
aksinya pelaku membobol ciri bahasa jurnalistik, karena
pondok milik korban yang saat informasi yang disampaikan
itu ditinggal pergi, kemudian sudah singkat, padat, dan jelas.
pelaku membawa kabur sepeda
motor untuk berkebun jenis Viar
dengan Nopol BG 5694 GP.
5 Pada saat menjalankan aksinya, Paragraf kelima melanggar ciri
pelaku sempat dipergoki oleh tidak singkat dan tidak populasi,
adik ipar korban atas nama Karena menggunakan kata-kata
Kamal, dimana saat Kamal yang mubazir dan kalimat yang
bermaksud hendak digunakan tidak akrab ditelinga
menghentikan pelaku yang saat khlayak pembaca, seperti pada
itu tengah mendorong motor penulisan kata “senapan angin
curiannya justru pelaku berteriak atau gejluk” yang seharusnnya
akan menembaknya dengan cukup menuliskan kata “senapan
senepan angin atau Gejluk. angin” agar menjadi kalimat yang
singkat dan menjadi kata yang
akrab di telinga pembaca.
6 "Saksi tersebut kemudian lari Paragraf keenam tidak melanggar
karena diancam oleh pelaku, ciri bahasa jurnalistik, karena
selanjutnya saksi ini melaporkan informasi yang disampaikan
kepada korban kalau sudah singkat, padat, dan jelas.
kendaraannya dicuri, baru
kemudian korban melaporkan
kasus tersebut ke Polsek Curup,"
beber Kapolsek.
124

7 Selain mengamankan sepeda Paragraf kedua tidak melanggar


motor, petugas juga ciri bahasa jurnalistik, karena
mengamankan senapan angin informasi yang disampaikan
serta sebilah parang yang saat sudah singkat, padat, dan jelas.
itu digunakan pelaku, barang
bukti sendiri sempat
disembunyikan pelaku
dikebunnya.
8 "Pelaku juga selama ini kerap Paragraf kedelapan melanggar ciri
meresahkan warga sekitar, tidak jelas, karena informasi yang
karena pelaku ini juga sering disampaikan sulit dipahami,
mencuri hasil kebun warga seperti pada penulisan kata
lainnya, namun warga tidak “imbuk” yang seharusnnya ditulis
melaporkannya karena takut dengan kata “imbuh”.
kepada pelaku," imbuk
Kapolsek.
9 Atas perbuatannya, pelaku Paragraf kesembilan tidak
dikenakan pasal 363 tentang melanggar ciri bahasa jurnalistik,
pencurian dengan pembaratan, karena informasi yang
dengan ancaman maksimal 5 disampaikan sudah singkat, padat,
tahun penjara dan jelas.

Tabel 5.46 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 11 April 2019
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat 1 25%
3 Padat
4 Jelas 2 50%
5 Menarik
125

6 Lugas
7 Gramatikal
8 Populasi 1 25%
9 Menghindari Kata Tutur
10 Menghindari Kata Istilah
Total 4 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 11 April 2019. Ciri
tidak jelas yang sering muncul. Buktinya dari 9 paragraf yang diteliti terdapat
50% kalimat yang tidak jelas, dan 25% kalimat yang tidak singkat serta 25%
kalimat yang tidak populasi.
126

5.2.24 Analisis Berita 24


Analisis penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik berdasarkan
karakteristik bahasa Indonesia jurnalistik pada berita kriminal yang terbit pada
Tanggal 11 April 2019 berjudul “Satnarkoba Rejang Lebong Ungkap 21 Kasus
Narkoba” berita tersebut terdiri dari 8 paragraf analisis datanya adalah sebagai
berikut :

Gambar 5.24 Berita 24

Sumber : RMOLBengkulu edisi 11 April 2019


127

Tabel 5.47 Analisis bahasa jurnalistik berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 11 April 2019
Paragraf Data Kalimat Analisis
1 Sepanjang Januari hingga April Paragraf pertama melanggar ciri
2019 ini, kasus narkoba yang tidak lugas, karena tidak langsung
berhasil diungkap diwilayah menuliskan makna yang dituju,
itu sudah mencapai 21 kasus. seperti pada penulisan kata
“diwilayah itu”.
2 Kapolres Rejang Lebong, AKBP Paragraf kedua tidak melanggar
Jeki Rahmat Mustika melalui ciri bahasa jurnalistik, karena
Kasat Narkoba, Iptu Sampson informasi yang disampaikan
Sosa Hutapea mengatakan, dari sudah singkat, padat, dan jelas.
21 kasus narkoba tersebut 15
diantaranya diungkap dan
ditangani oleh jajarannya
sedangkan 6 kasus lainnya
berhasil diungkap oleh jajaran
Polsek.
3 "Dari Januari hingga April ini Paragraf ketiga tidak melanggar
total kasus narkoba yang sudah ciri bahasa jurnalistik, karena
ditangai sebanyak 21 kasus, informasi yang disampaikan
semua kasus yang terjadi sudah singkat, padat, dan
didominasi oleh kasus narkotika menarik.
jenis sabu," kata Kasat Narkoba
kepada awak media, Kamis
(11/4).
4 Dari 21 kasus narkoba tersebut, Paragraf keempat tidak
terdapat 23 tersangka yang melanggar ciri bahasa jurnalistik,
diamankan, dimana beberapa karena informasi yang d
diantaranya sudah dilimpahkan isampaikan sudah singkat, padat,
128

ke Kejaksaan Negeri Rejang dan jelas.


Lebong
5 Tersangka yang diamankan Paragraf kelima tidak melanggar
dalam kasus itu, satu diantaranya ciri bahasa jurnalistik, karena
adalah perempuan dan satu informasi yang disampaikan
tersangka berstatus dewasa yang sudah singkat, padat, dan jelas.
statusnya sebagai pelajar aktif di
salah satu SMK diwilayah itu.
6 "Ada satu tersangka yang Paragraf keenam tidak melanggar
statusnya pelajar, namun usia ciri bahasa jurnalistik, karena
dewasa, pada saat ditangkap informasi yang disampaikan
tersangka ini sedang menjalani sudah singkat, padat, dan jelas.
ujian, sehingga kami tetap
fasilitasi untuk mengikuti ujian
nasional," ujar Kasat.
7 Barang bukti yang diamankan Paragraf ketujuh tidak melanggar
dalam kasus tersebut sendiri ciri bahasa jurnalistik, karena
ditambahkan Kasat, mengalami informasi yang disampaikan
peningkatan dibanding tahun sudah singkat, padat, dan jelas.
sebelumnya.
8 "Kalau untuk perbandingan Paragraf kedelapan melanggar
peningkatan jumlah kasus di ciri tidak jelas, karena informasi
tahun 2018 belum bisa kita yang ditulis sulit dipahami oleh
simpulkan, karna baru tiga bulan khlayak pembaca, seperti pada
berjalan di tahun 2019, namun penulisan kata “karna” yang
ada peningkatan jumlah barang seharusnya ditulis dengan kata
bukti yang diamankan. Hingga “karena” agar menjadi jelas.
April ini saja kita mengamankan
barang bukti sebanyak 30 gram
untuk jenis sabu,” demikian
129

Kasat

Tabel 5.48 Analisis bahasa jurnalistik pada berita kriminal di rubrik hukum pada
tanggal 11 April 2019
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase
1 Sederhana
2 Singkat
3 Padat
4 Jelas 1 50%
5 Menarik
6 Lugas 1 50%
7 Gramatikal
8 Populis
9 Menghindari Kata Tutur
10 Menghindari Kata Istilah
Total 2 100%

Pada berita kriminal di rubrik hukum pada tanggal 11 April 2019.


menunjukkan kalimat tidak jelas dan tidak lugas yang sering muncul. Buktinya
dari 8 paragraf yang ditellti terdapat 50% yang tidak jelas dan 50% yang tidak
lugas.
130

5.3 Deskripsi Hasil Uji Reliabilitas


Setelah 24 berita tersebut sudah peneliti analisis maka, hasil penelitian
tersebut akan di uji reliabilitasnya. Analisis isi dilakukan secara objektif. Ini
berarti tidak boleh ada penafsiran antara satu coder dengan coder yang lain.
Reliabilatas ini melihat apakah alat ukur dapat dipercaya menghasilkan temuan
yang sama, ketika dilakukan oleh orang yang berbeda.
Dalam penelitian ini yang menjadi coder adalah peneliti sendiri sebagai
peneliti, coder 1 adalah Drs. Amril Chanrhas, M.S, coder 2 adalah Sahyarudin,
S.Sos.
1. Drs. Amril Chanrhas, M.S, merupakan salah satu dosen jurusan bahasa
Indonesia Fakultas Ilmu Keguruan Ilmu Pendidikan (Fkip) Universitas
Bengkulu.
2. Sahyarudin, S.Sos, merupakan ketua Persatuan Wartawan Indonesia
Bengkulu dan merupakan salah satu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Poltik (Fisip) Universitas Bengkulu.
Dalam analisis ini, peneliti menggunkan formula Holsti untuk mengukur
relibilitas antar coder. Formula Holsti ini pertama kali diperkenalkan oleh
R.Holsti. Reliabilitas ini ditunjukkan dalam persentase berapa besar persentase
antar coder ketika menilai suatu isi (Eriyanto 2011:290).
Berikut formula Holsti:

2M
𝐶𝑅 =
N1 + N2

Keterangan :
CR = Coefisien Reliability.
M = Jumlah Coding yang sama
N1 = Jumlah coding yang dibuat koder 1
N2 = Jumlah coding yang dibuat koder 2
(Eriyanto 2011:290).
131

Reliabilitas bergerak antara 0 hingga 1, di mana 0 berarti tidak ada satupun


yang disetujui oleh para coder dan 1 berarti persetujuannya sempurna di antara
para coder. Makin tinggi angka, makin tinggi pula tingkat reliabilitas. Dalam
formula Holsti, angka reliabilitas minimum yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70%.
Artinya, kalau hasil perhitungannya menunjukkan angka reliabilitas diatas 0,7
berarti alat ukur ini benar-benar reliabel. Tetapi, jika hasil perhitungan
menunjukkan angka dibawah 0,7 berarti alat ukur (coding sheet) bukan alat yang
reliabel.
Setelah dilakukan uji reliabilitas, oleh peneliti, coder 1 adalah Bapak Drs.
Amril Chanrhas, M.S dan coder 2 Bapak Sahyarudin, S.Sos. Maka berdasarkan
penafsiran yang dikemukakan oleh formula Holsti dimaman untuk dua berita
masing-masing kategorinya sebagai berikut:

Tabel 5.49
Tabel Uji Reliabilitas
Berita 1 Berita 2
Setuju Tidak Setuju Setuju Tidak Setuju
Coder 1 10 2 12 0
Coder 2 10 2 9 3

5.3.1 Deskripsi Uji Reliabilitas Berita 1


Berdasarkan data yang diperoleh, sampel yang dijadikan coding sheet diamabil
Secara acak dalam penelitian ini maka akan di jelaskan mengenai berita 1 yang
berjudul “Predator Sodomi Anak SMP Diringkus Aparat RL”” dengan 12
paragraf, berdasarkan hasil koding sebagai berikut.
132

Tabel 5.50
Uji Relibilitas Berita 1
Setuju (S) atau
Berita Pargraf Coder 1 Coder 2 Tidak Setuju (TS)
1 1 1 0 TS
2 1 0 TS
3 1 1 S
4 1 1 S
5 1 1 S
6 1 1 S
7 1 1 S
8 1 1 S
9 1 1 S
10 1 1 S
11 1 1 S
12 1 1 S

Untuk menghitung reliabilitas digunakan rums

2M
𝐶𝑅 =
N1 + N2

2 (10)
𝐶𝑅 =
12 + 12

20 𝐶𝑅 = 0.8
𝐶𝑅 =
24
133

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus reliabilitas koder formula Holsti,


menunjukan bahwa kesepakatan hubungan antar pengkoding (coder) untuk
ketidaksesuaian penggunaan karakteristik bahasa jurnalistik sebesar 80% . maka
berdasarkan penafsiran yang dikemukakan Holsti untuk ketidaksesuaian
karakteristik bahasa jurnalistik memiliki korelasi yang cukup.

5.3.2 Deskripsi Uji Reliabilitas Berita 2

Berdasarkan data yang diperoleh, sampel yang dijadikan coding sheet diambil
secara acak dalam penelitian ini maka akan dijelaskan mengenai berita 2 yang
berjudul “Oknum Pelajar Jadi Kurir Narkoba” dengan 12 paragraf, berdasarkan
hasil koding sebagai berikut.
Tabel 5.51
Uji Relibilitas Berita 2
Setuju (S) atau
Berita Pargraf Coder 1 Coder 2 Tidak Setuju
(TS)
1 1 1 0 TS
2 1 0 TS
3 1 0 TS
4 1 1 S
5 1 1 S
6 1 1 S
7 1 1 S
8 1 1 S
9 1 1 S
10 1 1 S
11 1 1 S
12 1 1 S
134

Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus :

2M
𝐶𝑅 =
N1 + N2

2 (9)
𝐶𝑅 =
12 + 12

18
𝐶𝑅 = 𝐶𝑅 = 0,75
24

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus reliabilitas koder formula


Holsti, menunjukkan bahwa kesepakatan hubungan antar pengkoding (coder)
untuk ketidaksesuaian penggunaan karakteristik bahasa jurnalistik sebesar 75%.
Maka berdasarkan penafsiran yang dikemukakan Holsti untuk ketidaksesuain
karakteristik bahasa jurnalistik memiliki korelasi yang cukup.

Tabel 5.52
Tabel Hasil Keseluruhan
No Karakteristik Bahasa Jurnalistik Frekuensi Persentase

1 Sederhana 18 20
2 Singkat 6 6%
3 Padat 1 1%
4 Jelas 8 9%
5 Menarik 6 6%
6 Lugas 29 50%
7 Gramatikal 6 6%
8 Populis 4 4%
9 Menghindari Kata Tutur 11 12%
135

10 Menghindari Kata Istilah 4 4%


Total 93 100%

Berdasarkan 24 berita yang telah peneliti teliti pada berita kriminal di


rubrik hukum RMOLBengkulu yang terbit dari tanggal 18 Maret-16 April
2019 ,dapat dipaparkan bahwa terdapat persentase ketidaksesuaian karakteristik
bahasa Indonesia jurnalistik terdapat 18 paragraf kalimat atau sebesar 20% yang
tidak singkat, terdapat 6 paragraf atau sebesar 6% kalimat yang tidak padat, 1
paragraf atau sebesar 1% kalimat yang tidak lugas, 6 paragraf atau sebesar 6%
kalimat yang tidak menarik, 29 paragaraf atau sebesar 32% kalimat tidak jelas, 6
paragraf atau sebesar 6% kalimat yang tidak populasi, 4 paragraf atau sebesar 4%
kalimat yang tidak gramatikal, 11 paragraf atau sebesar 12% kalimat yang tidak
menghindari kata tutur, dan 4 paragraf atau sebesar 4% kalimat yang tidak
menghindari kata istilah.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis isi terhadap penggunaan bahasa
Indonesia jurnalistik pada 24 berita kriminal di rubrik hukum RMOLBengkuulu 1
bulan menjelang PEMILU dari tanggal 18 Maret-16 April 2019 masih ditemukan
kesalahan dalam penerapan ciri karakteristik Bahasa Indonesia jurnalistik yang
dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat 18 paragraf atau sebesar 20% yang tidak
menggunakan kalimat singkat. yang mana singkat berarti tidak bertele-tele tidak
mubazir dan langsung pada pokok masalah, terdapat 6 paragraf atau sebesar 6%
yang tidak menggunakan kalimatt padat, yang mana padat berarti informasi yang
disampaikan lengkap dan memnuhi 5W+1H dan menerapkan ekonimi kata, 8
paragraf atau sebesar 8% yang tidak menggunakan kalimat sederhana, sederhana
berarti bahasa yang digunakan padat, kalimat yang tunngal, efektif , praktis, dan
tidak berlebihan dalam pengungkapannya, 1 paragraf atau sebesar 1% yang tidak
menggunakan kalimat lugas, lugas berarti bahasa yang digunakan tidak ambigu,
sesuai dengan makna yang dituju, 6 paragraf atau sebesar 6% yang tidak
menggunkan kalimat menarik. menarik berarti menggunakan kalimat yang masih
hidup, tumbuh dan berkembang, 29 paragaraf atau sebesar 32% yang tidak
menggunakan kalimat jelas. , yang mana jelas berarti bahasa atau kalimat yang
digunkan mudah dipahami oleh khalayak umum, 6 paragraf atau sebesar 6% yang
tidak menggunakan kalimat populasi. yang mana populasi berarti pemilihan kata
atau kalimat yang akrab ditelinga,dimata, dan dibenak pikiran khalayk pembaca, 4
paragraf atau sebesar 4% yang tidak menggunakan kalimat tidak gramatikal,
gramatikal berarti kata yang digunakan sesuai dengan kaidah tata bahasa baku, 11
paragraf atau sebesar 12% yang tidak menggunakan kalimat menghindari kata
tutur, kata tutur berarti penulisan kata harus menghindari kata yang biasa
digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal, dan 4 paragraf atau
sebesar 4% yang tidak menggunakan kalimat menghindari kata istilah, kata istilah

35
36

berarti tidak boleh menggunakan bahasa asing yang tidak informatif serta
komunikatif dan membingungkan.

6.2 Saran
Peneliti menyampaikan beberapa saran terhadap penelitian penggunaan
bahasa jurnalistik bagi redaksi atau para wartawan media online RMOLBengkulu
yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Redaktur media RMOLBengkulu diharpakan lebih teliti lagi dalam
mengeditt atau menerbitkan berita yang ditulis oelh wartawawan atau
jurnalisnya sebelum berita tersebut dinaikan atau diterbitkan.
2. Dan untuk Jurnalis atau wartawannya diharpakan mampu dan dapat
menguasai serta memahami penggunaaan bahasa jurnalistik lebih dalam
terhadap penulisan informasi yang akan diterbitkan di media online.

Anda mungkin juga menyukai