Anda di halaman 1dari 8

BAHASA TIDAK BAKU DALAM JUDUL BERITA MEDIA ONLINE

Erdina Febriyanti
Program Studi Sanitasi Lingkungan, Program Sarjana Terapan, Poltekkes Kemenkes Surabaya
Jl. Menur No.118A, Kertajaya, Kec. Gubeng Surabaya, Jawa Timur 60282
Erdinafebriyanti2@gmail.com
ABSTRAK

Penulisan kaidah kebahasaan pada kenyataannya belum bisa digunakan dengan baik dalam dunia
tulisan, salah satunya adalah pada berita di media online. Masih banyak kekeliruan penulisan penggunaan
ejaan yang tidak sesuai dengan KBBI. Hal ini dikarenakan banyaknya media online yang mendapat
desakan ketergesaan dalam menyampaikan informasi, ketatnya persaingan untuk menarik perhatian
pendengar, dan perubahan demografi pendengar yang berusia lebih muda.hal itu menuntut para insan
media untuk mencoba berbagai cara untuk menarik minat pembaca di dunia maya. Salah satu opsinya
adalah dengan menggunakan gaya bahasa yang viral dikalangan remaja yang sesuai dengan pergaulannya.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kesalahan penerapan kaidah kebahasaan dari segi penggunaan
kata. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif
merupakan penelitian yang mendeskripsikan tentang fenomena atau kejadian tentang kesalahan
penggunaan kata. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ialah lima judul berita,
dengan judul sebagai berikut, Positivity Rate Naik New York Bakal Mulai Denda Orang yang Tolak Pakai
Masker,Wanita Ini Minta Fotonyua Diedit Agar Estetik 8 Hasilnya Kocak Abis,Viral Curhat Pasien
Covid-19 Tak Diberi Dukungan untuk Sembuh Bikin Insecure , Bukan Kabar Burung, Lion Air Group
Bakal Luncurkan Maskapai Baru, Trenggalek Berpotensi Tsunami Warga Diimbau Tidak Panik yang
diperoleh dari berita di media online. Dalam memperoleh data, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data melalui beberapa tahapan sebagaimana berikut, 1) mencari berita yang ada di media
online seperti, detik.com, liputan6.com. 2) menscreenshot atau mengunduh berita yang sudah
diidentifikasi sebelumnya, 3) menyimpan berita dalam bentuk gambar dalam satu folder, 4) memberi
identitas pada setiap berita agar mudah untuk di analisis. Hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan yang
akan diperoleh oleh peneliti.

Kata kunci : media online, berita, kaidah kebahasaan

ABSTRACT

In fact, writing linguistic rules cannot be used properly in the world of writing, one of which is
the news in online media. There are still many mistakes in writing the use of spelling that are not
in accordance with KBBI. This is due to the large number of online media that are urged to rush
in delivering information, intense competition to attract listeners' attention, and changes in the
demographics of younger listeners. This requires media people to try various ways to attract
readers in cyberspace. One option is to use a language style that is viral among teenagers
according to their social interactions. The purpose of this study was to determine the errors in
applying linguistic rules in terms of word usage. This research uses descriptive qualitative
research. Descriptive qualitative research is research that describes phenomena or incidents about

1
the use of words. The data sources used in this study are five news headlines, with the following
headings, New York's Positivity Rate Raises Will Start Fines for People Who Refuse to Wear
Masks, This Woman Requests for Photos to Be Edited for Aesthetics. Not Provided with Support
to Recover Makes Insecure, Not Rumors, Lion Air Group Will Launch New Airline, Trenggalek
Has Tsunami Potential Residents Are Appointed Not to Panic, obtained from news in online
media. In obtaining data, researchers used data collection techniques through several stages as
follows, 1) looking for news in online media such as detik.com, liputan6.com. 2) screenshot or
download news that has been previously identified, 3) save news in the form of images in one
folder, 4) give identity to each news so that it is easy to analyze. The results of this study are in
accordance with the objectives to be obtained by the researcher.

Keywords : online media, news, linguistic rules

1. PENDAHULUAN
Bahasa adalah salah satu alat komunikasi antarsesama manusia yang pada dasarnya juga
merupakan sesuatu yang khas bagi manusia. Bahasa juga sebagai wadah untuk
menyampaikan maksud dan tujuan. Akibatnya, jika maksud dan tujuan penutur bahasa
menjadi tidak jelas maka komunikasi menjadi tidak efektif. Bahasa Indonesia adalah alat
untuk berkomunikasi, bahasa Indonesia juga mempunyai kedudukan yang penting sebagai
bahasa nasional.
Bahasa yang digunakan dalam berita media online adalah bahasa jurnalistik. Bahasa
jurnalistik biasanya memperhatikan beberapa kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Namun, masih ada beberapa media yang mengabaikan kaidah bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Padahal, media online berkepentingan untuk membina dan mengembangkan
bahasa Indonesia yang baik dan benar kepada masyarakat. Walaupun dalam bahasa
jurnalistik, khususnya media online, lebih mementingkan efektivitas, efisiensi, dan biaya,
tetapi mutu tulisan dalam berita di media online tetaplah harus diperhatikan, tanpa harus
menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia yang telah ditetapkan.
Bahasa berita atau bahasa pers, merupakan salah satu ragam bahasa kreatif bahasa
Indonesia, di samping terdapat juga ragam bahasa akademik (ilmiah), ragam bahasa usaha
(bisnis), ragam bahasa filosofik, dan ragam bahasa literer (sastra) (Sudaryanto dalam Suroso,
(2010:1). Sudirman (2005:118) mengatakan “Dunia pers juga memiliki kaidahkaidah bahasa
agar bahasa yang digunakan dalam menyampaikan informasi lebih mudah lagi dipahami dan
tidak membosankan khalayak.
Meskipun pada dasarnya definisi berita itu serupa dari zaman dahulu hingga sekarang,
cara penyampaiannya berubah menurut perkembangan teknologi, mulai dari ditemukannya
kertas, lalu diikuti dengan penemuan mesin cetak pada 1440, penemuan radio pada 1901, dan
penemuan televise pada 1920. Perkembangan terkini adalah ditemukannya Internet yang
membuat jaringan world wide web pada 1990. Jumlah media baik media cetak, radio, dan

2
televisi selama dekade terakhir ini berkembang pesat (Freedom House, 2012). Tak luput dari
perkembangan itu adalah media online, berita disajikan melalui Internet. Di Indonesia media
online dipelopori majalah mingguan Tempo pada 6 Maret 1996, tetapi masih dalam batas
untuk mencari cara lain untuk menerbitkan berita karena majalah tersebut saat itu dibredel
pemerintah. Pada 1998 muncul portal detik.com yang merupakan portal berita pertama di
Indonesia yang menjual konten dan menerbitkan informsi secara real time. Kemudian
muncul juga kompas.com yang dipayungi oleh koran terkemuka Kompas, okezone.com,
vivanews.com, dan lain-lain.
Untuk menangkap perhatian pembaca online yang umumnya berusia muda dan membaca
melalui ponsel cerdas ataupun alat mobile lainnya, judul berita menjadi penarik perhatian
utama. Ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Poynter Institute (2006). Riset
menunjukkan bahwa berita utama (headline) yang dominan menarik perhatian ketika masuk
ke dalam halaman terutama ketika headline tersebut berada di daerah kiri atas, dan teks,
bukan foto, yang membuat pembaca mau memasuki halaman utama (home page). Judul yang
menjelaskan isi juga memotivasi pembaca untuk membuka laman suatu artikel. Penelitian
Poynter Institute sebelumnya Poynter’s first online eyetracking study (2000) menunjukkan
bahwa pembaca online terlebih dahulu melihat teks, baru kemudian melihat foto dan grafik.
Ini menunjukkan betapa pentingnya menyajikan judul berita yang menarik minat pendengar.
Prinsipnya bahasa berita itu harus jelas, padat, ringkas, dan lugas. Sejalan dengan hal
tersebut, Sumadiria (2010) mengungkapkan bahwa penulisan bahasa jurnalistik memiliki
karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut terdiri atas tujuh belas macam, yakni sederhana,
singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal,
menghindari kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan kata (diksi) yang tepat,
mengutamakan kalimat aktif, menghindari kata atau istilah teknis, dan tunduk kepada kaidah
etika. Bahasa yang sepatutnya digunakan oleh media sudah diterbitkan oleh Persatuan
Wartawan Indonesia sejak 1975 dalam bentuk Pedoman Pemakaian Bahasa dalam berita
yang diantaranya menggarisbawahi bahwa: (1) wartawan hendaknya secara konsisten
mematuhi Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan; (2) wartawan hendaknya
membatasi diri dalammsingkatan atau akronim; (3) wartawan tidak menghilangkan imbuhan,
bentuk awalan, atau prefiks; (4) wartawan hendaknya menuliskan kalimat-kalimat pendek;
(5) wartawan Indonesia hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau stereotip yang
sering dipakai dalam transisi berita; (6) wartawan Indonesia hendaknya menghilangkan kata
mubazir; (7) wartawan Indonesia hendaknya mendisiplinkan pikirannya supaya jangan
campur aduk dalam satu kalimat bentuk pasif dengan bentuk aktif; (8) wartawan Indonesia
hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa; dan (9) wartawan Indonesia
hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang komunikatif dan spesifik sifatnya dan
baik dinilai dari tiga aspek yaitu isi, bahasa, dan teknik persembahan. Namun menurut
Wibowo (2009), meskipun pedoman ini disepakati sejak 1975, tanggung jawab etis
jurnalistik tidak serta-merta dapat dikorelasikan dengan masalah pemakaian bahasa secara
teknik-linguistik oleh kalangan pers.

3
Anwar (2004) mengatakan bahwa bahasa pers memiliki sifat-sifat khas, yaitu singkat,
padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik. Kekhasan tersebut timbul karena berbagai
keterbatasan yang dimiliki surat kabar (ruang, waktu). Anwar (2004) juga menekankan
bahwa bahasa jurnalistik harus menerapkan ekonomi kata yang dapat dilakukan dalam dua
lapisan, yaitu unsur kata dan unsur kalimat. Selain itu, bahasa jurnalistik juga harus
didasarkan pada kaidah bahasa baku. Terkait dengan ekonomi kata atau karakteristik singkat,
Sudirman (2005:119) berpendapat bahwa dalam bahasa berita, penggunaan kata harus
ekonomis supaya berita bisa lebih pendek. Dengan demikian, bahasa berita memiliki kaidah-
kaidah tersendiri yang membedakannya dengan ragam bahasa yang lain, namun tidak
sewenang-wenang melanggar tata bahasa baku bahasa Indonesia.
Penelitian ini memfokuskan upaya pada analisis judul berita setelah mempertimbangkan
beberapa hal. Di antaranya adalah hasil riset Poynter Institute (2006) bahwa judul berita itu
bertindak seperti penarik perhatian bagi suatu portal berita agar pengunjung mau membuka
laman selanjutnya. Selain itu, Sumadiria (2011) menggatakan judul berita mempunyai dua
fungsi dan kepentingan mendasar, yakni (1) tanpa judul, suatu berita menjadi anonym, tak
dikenal, abstrak, dan tidak mampu memberi pesan; (2) judul adalah pemicu daya tarik
pertama bagi pembaca untuk membaca suatu berita. Ia juga mengungkapkan syarat-syarat
judul yang baik di antaranya: provokatif, singkat danj padat, relevan, fungsional, formal,
representative, merujuk pada bahasa baku, dan spesifik.
Sebagian besar judul berita ditemukan tetap menggunakan bahasa baku. Akan tetapi,
sebagian kecil judul berita menggunakan kata-kata tidak baku. Umumnya kata-kata tidak
baku ini menggunakan istilah dalam bahasa Inggris, yang belum diserap dan diakui oleh
Pusat Bahasa dan dimasukkan ke Kamus Besar Bahasa Indonesia. riset ini diharapkan
menggaris bawahi penggunaan kata-kata tidak baku di media online Indonesia dan menjadi
titik awal riset yang lebih mendalam mengenai sifat dan gaya media di Indonesia.

Metode Penelitian
Peneliti menggunakan metode kualitatif deskripsi. Pemilihan penelitian disesuaikan
dengan tujuan penelitian. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati oleh peneliti (Moleong, 2011: 4). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif dengan analisis isi. Analisis isi adalah teknik penelitian untuk membuat
inferensi-inferensi yang dapat ditiru, dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya.
Analisis isi disini menggunakan angka-angka di dalam tabel koding yang selanjutnya akan
diproses dengan menggunakan angka persentase.Teknik pengumpulan data merupakan cara-
cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data- data yang mendukung
penelitian. Teknik pengumpulan data yang tepat akan memungkinkan peneliti memperoleh
hasil penelitian yang valid (Kriyantono, 2006: 95). Dalam sebuah penelitian, data dapat
dibedakan menjadi dua berdasarkan sumbernya, yaitu primer dan sekunder.

4
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber
pertama atau tempat objek penelitian dilakukan (Siregar, 2013: 16). Dalam hal ini, peneliti
menggunakan cara observasi, yaitu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini pun sama
terdiri dari wawancara dan observasi. Dalam tahap observasi, peneliti mengumpulkan data-
data yang diperlukan. Penulis mengumpulkan berita-berita yang ada liputan6.com periode 30
september 2020, liputan6.com periode 22 september 2020, liputan6.com periode 01 oktober
2020, detiknews periode 01 oktober 2020 detikcom periode 22 september 2020.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian terdahulu berupa jurnal,
buku-buku, dan lain sebagainya yang selaras dengan penelitian ini. Peneliti menyusun
kategorisasi atau indikator dari variabel penelitian untuk menganalisis berita-berita yang
dipilih. Indikator ditentukan dengan mempelajari, mendalami, dan mengutip teori-teori atau
konsep dari sejumlah literatur, baik buku, jurnal atau karya tulis lain yang relevan dengan
topik peneliti.
Hasil dan Pembahasan
Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian yang dilakukan terkait dengan kesalahan
penggunaan kata yang terdapat pada berita media online. Dari berita-berita yang diperoleh,
dapat dianalisis penggunaan bahasa baku, dalam arti pilihan kata yang digunakan. Jika ada
kata-kata yang tidak tercantum di Kamus Besar Bahasa Indonesia, dianggap belum diterima
sebagai bahasa baku. Dari beberapa berita yang ada di media di temukan lima judul dengan
kata-kata yang tidak baku dan telah memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. judul-
judul itu adalah sebagai berikut:

1. Positivity Rate Naik, New York Bakal Mulai Denda Orang Yang Tolak Pakai Masker
2. Wanita Ini Minta Fotonya Diedit Agar Estetik, 8 Hasilnya Kocak Abis
3. Viral Curhat Pasien COVID-19 Tak Diberi Dukungan Sembuh, Bikin Insecure
4. Bukan Kabar Burung, Lion Air Group Bakal Luncurkan Maskapai Baru
5. Trenggalek Berpotensi Tsunami, Warga Diimbau Tidak Panik

Berikut adalah analisis letak ketidakbakuan judul yang ditemukan di beberapa media
online. Judul berita (1) “Positivity Rate Naik New York Bakal Denda Orang yang Tolak
Pakai Masker. Jika diidentifikasi berdasarkan judulnya berita tersebut mengandung kata yang
tidak baku dan menggunakan serapan bahasa Inggris sehingga menjadikan ketidaktepatan
penulisan berita. Jika hal tersebut terus terjadi maka akan menjadi kebiasaan dalam
penggunaan bahasa secara tidak tepat. Judul berita (2) “Wanita Ini Minta Diedit Agar Estetik,
8 Hasilnya Kocak Abis”. Terdapat beberapa kesalahan pada judul berita tersebut.
Menggunakan kata viral estetik yang artinya keindahan. Kata tersebut terdengar tidak asing
di kalangan remaja, namun kata tersebut tidak terdapat dalam kbbi. Selain itu, terdapat kata
abis yang tidak sesuai dengan kbbi yang juga merupakan bahasa pergaulan yang tidak cocok
jika dijadikan judul berita. Judul berita (3) “Viral Curhat Pasien COVID-19 Tak Diberi
Dukungan untuk Sembuh, Bikin Insecure” menggunakan kata insecure yang artinya tidak
aman. Kata insecure merupakan kata bahasa Inggris yang marak dikalangan remaja, namun

5
kata tersebut tidak baku dan tidak terdapat dalam kbbi. Judul berita (4) “Bukan Kabar
Burung, Lion Air Group Bakal Luncurkan Maskapai Baru” menggunakan kata burung yang
artinya rancu. Kata burung daalm judul berita tersebut memiliki arti hewan peliharaan.
Namun kata tersebut di berhubungan dengan judul pada berita. Sehingga judul tersebut tidak
laayk untuk digunakan dalam suatu berita. Judul berita (5) “Trenggalek Berpotensi Tsunami,
Warga Diimbau Tidak Panik” menggunakan kata diimbau yang tidak baku, kata tersebut bisa
diperbaiki dengan kata dihimbau agar menjadi bahasa yang baku dan terdapat dalam kbbi.
Permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini adalah seberapa besar tingkat penggunaan
bahasa nonbaku di media online. Hal ini mengingat tingginya tingkat kepercayaan
masyarakat kepada media di Indonesia, termasuk media online. Tanggung jawab media
dalam menyampaikan berita yang benar dengan cara yang baik dapat memengaruhi perilaku
bangsa Indonesia secara luas dan mendalam. Dengan demikian, studi mengenai perilaku
media, termasuk bahasa yang digunakan sangatlah penting. Tujuan tulisan ini adalah untuk
meneliti seberapa luas penggunaan bahasa tidak baku di media online Indonesia.

Simpulan dan Saran

Penggunaan kata-kata tidak baku hanya merupakan bagian kecil dari penulisan judul di
kedua portal berita ini. Umumnya kata tidak baku yang digunakan adalah istilah asing yang
sudah memiliki padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Selain itu, penggunaan bahasa
populer anak muda dan bahasa daerah yang populer juga digunakan meskipun belum
diterima oleh Pusat Bahasa dan dicantumkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Untuk
membuat suatu judul yang menarik perhatian, terkesan bahwa insan media bersedia
menggunakan bahasa percakapan atau bahasa pergaulan yang tidak sesuai dengan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan belum termasuk di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Di sisi lain, ada pula portal media yang terkesan lebih berhati-hati dalam
pemilihan kata dan

berupaya untuk menggunakan pilihan kata yang terkesan lebih santai namun tetap baku.
Hal ini

mengimplikasikan bahwa judul yang menarik tetap mungkin dibuat tanpa menggunakan
bahasa tidak baku. Asumsi ini dapat dijadikan hipotesis untuk studi selanjutnya untuk
menginvestigasi hubungan antara penggunaan kata-kata tidak baku dengan ketertarikan
pembaca online. Selain itu, hasil yang bersifat eksplorasi ini dapat dijadikan masukan untuk
melakukan riset lebih mendalam tentang penggunaan bahasa di media online di Indonesia.
Lebih lanjut, studi lebih mendalam mengenai efek pilihan bahasa dan tingkat kepercayaan
publik juga dapat dipelajari.

Bahasa yang sepatutnya digunakan oleh media sudah diterbitkan oleh Persatuan
Wartawan Indonesia sejak 1975 dalam bentuk Pedoman Pemakaian Bahasa dalam berita

6
yang diantaranya menggarisbawahi bahwa: (1) wartawan hendaknya secara konsisten
mematuhi Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan; (2) wartawan hendaknya
membatasi diri dalammsingkatan atau akronim; (3) wartawan tidak menghilangkan imbuhan,
bentuk awalan, atau prefiks; (4) wartawan hendaknya menuliskan kalimat-kalimat pendek;
(5) wartawan Indonesia hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau stereotip yang
sering dipakai dalam transisi berita; (6) wartawan Indonesia hendaknya menghilangkan kata
mubazir; (7) wartawan Indonesia hendaknya mendisiplinkan pikirannya supaya jangan
campur aduk dalam satu kalimat bentuk pasif dengan bentuk aktif; (8) wartawan Indonesia
hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa; dan (9) wartawan Indonesia
hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang komunikatif dan spesifik sifatnya dan
baik dinilai dari tiga aspek yaitu isi, bahasa, dan teknik persembahan.

7
DAFTAR PUSTAKA
Aliansi Jurnalis Independen. 2018 . Media Online, Pertumbuhan Pengakses, Bisnis dan
Problem Etika. http://ajiindonesia.or.id/read/article/seminar/188/media-online. Diakses pada
27 januari 2013.
Ariyanti,Riri. 2019. Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital, Tanda baca, dan
Penulisan Kata Pada Koran Mercusuar. Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 4
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/BDS/article/view/12178.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Nisa, Khairun. 2018. Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Berita Dalam Media Surat Kabar
Sinar Indonesia Baru. Jurnal Bindo Sastra Vol. 2 No. 2
https://jurnal.umpalembang.ac.id/bisastra/article/view/1261/108. Diakses 2 oktober 2018.

Poynter Institute. 2006. Eyetracking the News: A Study of Print and Online Reading.
http://www.poynter.org/extra/Eyetrack/previous.html Diakses pada 20 Agustus 2013
Sumadiria, H. 2011. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung:
Simbiosa
Rekatama Media.
S, N. Wahyuni, I Wyn, IB. Putrayasa. 2016. Bahasa Jurnalistik Dalam Rubrik Citizen
Journalism Tribun Bali: Analisis Dari Segi Unsur Bahasa Yang Singkat Dan Gramatikal.e-
Jurnal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Vol. 4 No. 2.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPBS/article/view/8077/5429.
Wibowo, W. (2009). Jurnalisme Beretika: Peran Bahasa, Bisnis dan Politik di Era Mondial.
Jakarta: Kompas.

Anda mungkin juga menyukai