Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan media informasi sebagai alat komunikasi bagi manusia dari

masa ke masa terus memberikan perubahan. Proses berkembangnya media

dimulai ketika manusia mulai bisa berkomunikasi dengan manusia lainnya, masa

ini di kenal dengan era lisan. Selanjutnya berkembang pada era tulisan yang mulai

berkembang pada tahun 1041 SM dimana mulai ditemukannya berbagai lukisan di

dalam goa lalu tulisan di sebuah kerajinan tangan yang terbuat dari tanah

liat.Setelah itu, kemudian muncullah era percetakan yang berkembang sekitar

tahun 1450 dan melahirkan sebuah mesin cetak pertama kali oleh Johann

Gutenberg hingga berangsur kepada era munculnya teknologi yang dinilai dapat

menolong kehidupan manusia. Era teknologi merupakan awal munculnya

berbagai macam penemuan media komunikasi seperti telepon, radio, dan televisi

hingga berkembang terus menerus sampai yang kita rasakan saat ini.

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi yang mulai

bermunculan dan semakin canggih, teknologi digital mulai mendorong munculnya

media baru (new media) yang memperluas jangkauan komunikasi dan berusaha

mengubah media-media komunikasi konvensional. Media baru merupakan sebuah

istilah untuk menyatukan antara komunikasi digital yang menyangkut dengan

komputer serta terhubung ke dalam jaringan. Mengikuti peradaban media baru

sejumlah industri mediapun mengalami perubahan dengan menghadirkan

1
medianya dalam versi online atau yang dikenal dengan media online. Pada media

cetak, kini beralih ke media publikasi lain ialah e-newspaper ataupun e-magazine

yang dianggap lebih murah dan cepat. Selain itu, radio analog yang di batasi

jangkauannya pada daerah tertentu saja kini beralih ke radio satelit dengan

jangkauan yang luas.Lalu televisi yang menyajikan layanan streaming siaran

televisi melalui internet.

Hadirnya new media atau media baru di kehidupan manusia dinilai dapat

mengubah perilaku konsumsi masyarakat terhadap sejumlah media konvensional.

Terbukti dari beberapa survei, konsumsi informasi melalui internet cukup

membuat sebagian masyarakat mengurangi pembelian Koran atau berhenti

berlangganan, beberapa orang memilih membaca buku secara daring ketimbang

mencari di toko buku, dan menonton siaran streaming dengan selektif.

Perkembangan teknologi yang semakin pesat di nilai dapat mengubah pola arus

informasi sehingga memicu munculnya media alternatif bagi masyarakat. Media

alternatif adalah bentuk dari perlawanan terhadap media arus utama atau media

mainstream. Media alternatif berkembang dan menjadi sumber informasi bagi

sejumlah masyarakat. Salah satu contoh dari media alternatif adalah media-media

komunitas.

Sejalan dengan perkembangan media yang beragam, masyarakat tentunya

memiliki banyak alternatif dalam mengkaji informasi baik pada media

konvensional, media baru maupun memilih media alternatif untuk memperoleh

informasinya. Dalam hal ini, tanpa terkecuali mahasiswa. Mahasiswa yang saat ini

notabene adalah generasi milenial yang tumbuh bersama dengan pesatnya

2
teknologi digital saat ini, tentunya lebih memilih beragam akses terhadap

informasi dan hiburan di berbagai penjuru dunia melalui internet. Hal ini di

buktikan pada riset yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Indonesia (APJII). Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa ada 171,17

juta pengguna internet di Indonesia pada tahun 2018 yang jumlahnya dikuasai

oleh generasi milenial.

Namun, di balik jumlah yang cukup besar diatas, terdapat perbedaan

penggunaan media baru antara mahasiswa perkotaan dan yang berasal dari

pedesaan. Berdasarkan data statistik yang diterbitkan oleh perusahaan media

sosial di Inggris pada tahun 2018 yang dimana pengguna internet di Indonesia di

dominasi oleh masyarakat urban dengan jumlah 72,41%, dan sisanya masyarakat

rural. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kesenjangan digital antara wilayah

perkotaan dan pedesaan, yang mengakibatkantingkat perkembangan media di

suatu daerah turut menjadi bagian dari perubahan gaya hidup seseorang.

Sejalan dengan penelitian diatas pula, APJII juga membuktikan terjadinya

kesenjangan digital di wilayah timur Indonesia dengan hasil, wilayah Jawa paling

banyak terpapar internet yakni 57,70%, Sumatera 19,09%, Kalimantan 7,97%,

Sulawesi 6,73 persen, Bali-Nusa 5,63% dan Maluku-Papua dengan jumlah

pengguna internet paling sedikit hanya 2,49%. Dari hasil riset tersebut pula,

menunjukkan bahwa konsumsi informasi terhadap media baru semakin menurun

di wilayah-wilayah timur di Indonesia khususnya pada wilayah Papua.

3
Wilayah Papua merupakan daerah paling timur di Indonesia dan masih

terbilang minim akan akses teknologi modern yang salah satunya dalam hal ini

adalah akses internet. Selain itu, sumber daya manusia (SDM) di Papua juga

kurang memadai hingga berimbas pada kondisi sosial-ekonomi mereka. Namun

untuk menangani keterbatasan SDM tersebut, pemerintah berupaya meningkatkan

potensi SDM di Papua dengan membuat program beasiswa pendidikan yang

memberikan kesempatan kepada remaja di Papua untuk melanjutkan studinya di

sejumlah perguruan tinggi baik di dalam maupun diluar negeri melalui beasiswa

Afirmasi Pendidikan Tinggi dari Dikti (ADIK). Salah satu perguruan tinggi yang

menjadi tujuan untuk melanjutkan pendidikan ialah Universitas Halu Oleo

(UHO).

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan terhadap ketua Himpunan

Mahasiswa Papua UHO, jumlah mahasiswa asli Papua yang melanjutkan studinya

di UHO sampai saat ini berjumlah 240 orang yang tersebar di beberapa fakultas

yang ada. Salah satunya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), di FISIP

sendiri mahasiswa Papua berjumlah sekitar 30 orang.

Media massa dan masyarakat adalah suatu komponen yang tidak dapat

terpisahkan. Media massa sebagai media informasi bagi khalayak, dalam hal ini

bertugas menghimpun berbagai informasi yang kemudian di sampaikan kepada

masyarakat luashingga menjadi sumber dengan pengaruh yang kuat dan

dikonsumsi oleh masyarakat untuk memperoleh citra realitas sosial baik individu

maupun kolektif, dimana media menyajikan nilai-nilai dan penilaian normatif

yang dibaurkan dengan berita dan hiburan. Maka, setiap mahasiswa tertentu

4
seperti mahasiswa Papua pastinya mempunyai pilihan media khusus yang

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya terutama pada kebutuhan yang

menunjang pendidikannya ditengah keterbatasan yang mewakilinya. Pentingnya

melakukan kajian mengenai pemanfaatan media informasi dikalangan mahasiswa

asli Papua agar kita mengetahui bagaimana media baru dan konvensional berperan

dalam pemenuhan kebutuhan informasi mahasiswa papua ditengah pesatnya label

generasi milenial dan sejumlah keterbatasan yang ada. Berdasarkan uraian latar

belakang di atas, maka peneliti pun tertarik melakukan analisis mendalam terkait

pemanfaatan media baru dan konvensional oleh mahasiswa etnis Papua dalam

memperoleh informasi pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Halu Oleo.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah untuk penelitian

ini adalah :

1. Media apa yang dimanfaatkan oleh mahasiswa etnis Papua untuk memperoleh

informasi pendidikan?

2. Bagaimana alasan dari pemanfaatan media yang dipilih oleh mahasiswa etnis

Papua dalam memperoleh informasi pendidikan?

5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan di lakukannya penelitian ini ialah:

1. Untuk mengetahui media yang dimanfaatkan oleh mahasiswa etnis Papua

dalam memperoleh informasi pendidikan.

2. Untuk mengetahui alasan dari pemanfaatan media oleh mahasiswa etnis Papua

dalam memperoleh informasi pendidikan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi pengembangan keilmuan yang terkhusus ilmu jurnalistik dalam kajian

pilihan pemanfaatan media massa.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi pada tingkat strata satu (S1) pada jurusan jurnalistik Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Halu Oleo dan dapat memberikan

sumbangan terapan ilmu komunikasi kepada jurusan jurnalistik Universitas Halu

Oleo.

6
3. Manfaat Metodologi

Penelitian ini diharapkan memperkaya khasanah penelitian di bidang ilmu

jurnalistik, khususnya tentang analisis pemanfaatan media massa dan dapat

dimanfaatkan oleh semua kalangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan memuat latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan pustaka yang menjelaskan teori, konsep, penelitian

terdahulu dan kerangka pikir tentang pemanfaatan media

mahasiswa etnis Papua dalam memperoleh informasi pendidikan.

BAB III Metode Penelitian menjelaskan tentang lokasi penelitian, jenis

penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik penentuan

informan,informan penelitian, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, desain operasional penelitian, dan

konseptualisasi penelitian.

BAB IV Hasil dan Pembahasan berisi mengenai gambaran umum lokasi

penelitian, informan penelitian, objek penelitian yang berkaitan

dengan judul dan masalah yang dibahas.

BAB V Kesimpulan dan Saran berisi jawaban atas informasi penting dan

utama dari masalah yang diajukan penulis, yang diperoeh dari

penelitian dan saran-saran.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemanfaatan Media

Dalam KBBI, pemanfaatan adalah proses, cara, dan perbuatan memanfaatkan.

Media memiliki peran sebagai penyedia informasi bagi masyarakat. Kebutuhan

masyarakat yang tidak lepas dari media massa, membuat khalayak aktif memiliki

tujuan serta alasan dalam memanfaatkan media apa yang dapat memenuhi

kepuasan akan kebutuhan informasinya, baik melalui media konvensional maupun

pada media baru.

Media massa berasal dari istilah bahasa Inggris yaitu dari mass media.

Menurut Dennis McQuail (2003), media massaadalah komunikasi dengan

menggunakan sarana atau peralatan yang dapat menjangkau massa sebanyak-

banyaknya dan area yang seluas-luasnya.

Menurut J.B Wahyudi (1991), media massa adalah sarana dalam

menyampaiakan isi pesan, pernyataan, informasi yang sifatnya umum, kepada

sejumlah orang yang jumlahnya relatif besar, tersebar, heterogen, anonym, tidak

terlembagakan, perhatiannya terpusat pada isi pesan yang sama, dan tidak dapat

memberikan arus balik secara langsung pada saat itu.

8
Sedangkan Rakhmat (2000), mengartikan media massa sebagai faktor

lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui poses pelaziman klasik,

pelaziman operan, atau proses imitasi (belajar sosial).

Menurut Mc. Quail (1994), media massa memiliki fungsi sebagai pusat

informasi, dalam hal ini berperan sebagai penyedia dan penyampai informasi

mengenai berbagai macam peristiwa, kejadian, realitas dan banyak hal lain yang

terjadi ditengah masyarakat. Oleh karena itu, didalam media massa mestinya

terdapat fakta-fakta atau kejadian-kejadian tertentu yang dilaporkan oleh media

massa untuk diketahui oleh masyarakat yang membaca berita tersebut.

Cangara (2002), juga berpendapat bahwa media massa adalah alat yang

digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak dengan

menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan

Tv. Media massa mempunyai beberapa karakteristik sebagaimana diungkapkan

oleh Cangara di antaranya:

1. Bersifat melembaga

Pihak yang mengelola media terdiri atas banyak orang, yakni mulai dari

pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah

Komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara

pengirim dengan penerima.

9
3. Meluas dan serempak

Media dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena memiliki kecepatan.

Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan

diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4. Bersifat terbuka

Pesan yang disampaikan dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa

mengenal usia, jenis kelamin, agama, dan suku bangsa.

Secara garis besar, fungsi media massa menurut para ahli Seperti Yoseph

R. Dominick dalam bukunya yang berjudul The Dynamics of Communication

terbagi kedalam lima bagian fungsi antara lain :

1. Melakukan fungsi sebagai pengawas (Surveilence)

2. Interpretasi (Interpretation)

3. Sebagai penghubung (Linkage)

4. Tempat sosialisasi

5. Penyedia beragam jenis hiburan (Entertainment)

Selain itu, media massa juga mempunyai beberapa fungsi utama yang

diantaranya yakni :

1. Edukasi; media massa berfungsi sebagai agen atau media yang memberikan

pendidikan kepada masyarakat, sehingga keberadaan media tersebut dapat

memberi manfaat karena berperan sebagai pendidik. Jadi, media harus

menyajikan informasi atau berita yang mendidik.

2. Informatif; media massa berperan sebagai pemberi atau penyebar berita

kepada masyarakat atau komunikatornya.

10
3. Hiburan; media massa berperan menyajikan hiburan kepada masyarakat.

misalnya acara musik, komedi, dan lain sebagainya.

4. Pengaruh; media massa berfungsi memberikan pengaruh kepada masyarakat

melalui acara-acara yang suguhkan.

2.2 Media Massa Sebagai Media Informasi

Salah satu fungsi media massa adalah to inform (memberi informasi).

Criticos (1996), berpendapat bahwa media adalah salah satu komponen

komunikasi yaitu pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.

Sedangkan informasi menurut Gordon B.Davis (1990), informasi secara umum

adalah data yang sudah di olah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu

pengetahuan atau keterangan yang di tujukan bagi penerima dalam pengambilan

keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang.

Penjelasan media informasi di jelaskan oleh Sobur (2006), media informasi

adalah alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses,

dan menyusun kembali informasi visual. Media massa sebagai alat untuk

menyampaikan informasi, harus tepat sasaran agar dapat tersampaikan dengan

baik pada target sehingga dapat bermanfaat bagi penerima informasi.

Media massa sebagai media informasi harus mampu menyebarluaskan

berita kepada publik secara tetap atau berkala dan berkesinambungan secara terus-

menerus serta memuat hal-hal baru, seperti informasi ataupun laporan peristiwa

yang terbaru dan tidak terulang-ulang agar pengaruh media massa terhadap

masyarakat dirasakan dengan efektif.

11
Penyebaran informasi merupakan fungsi utama media massa. karena

informasi merupakan pengetahuan, serta menawarkan fakta daan pendapat yang

otentik. Informasi ini tepat waktu dan berisi berbagai peristiwa serta situasi yang

penting untuk dibagi kepada khalayak ramai sebagai item informatif.

Media massa juga berperan memberikan pendidikan dan informasi secara

berdampingan. Media memberikan pendidikan dalam berbagai mata pelajaran

kepada orang-orang dari semua tingkatan. Media mencoba mendidik khalayak

dengan secara langsung maupun tidak langsung menggunakan berbagai bentuk

konten.

Selain itu, Denis Mc.Quail (1987), mengemukakan sejumlah peran yang

dimainkan media massa selama ini, yakni :

1. Industri pencipta lapangan kerja, barang, jasa serta menghidupkan industry lain

utamanya dalam periklanan/promosi.

2. Sumber kekuatan dan atau alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarakat

3. Lokasi (forum) untuk menyampaikan peristiwa masyarakat

4. Wahana pengembangan kebudayaan, meliputi tata, mode, gaya hidup, dan

norma

5. Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat.

Sementara itu, menurut UU No. 42/1999 tentang Pers, peran media adalah

sebagai berikut :

12
1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui

2. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi

3. Mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia (ham)

4. Mengembangkan pendapat umum (public opinion) berdasarkan informasi yang

cepat, akurat, dan benar

5. Menghormati kebhinekaan

6. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kepentingan umum

7. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

2.2.1 Jenis-Jenis Media Massa

A. Media Konvensional

Media konvensional merupakan proses produksi dan penyimpanan data atau

informasi yang dibagi menjadi dua bagian yaitu media elektronik meliputi radio

dan televisi, serta media cetak. Media konvensional merupakan bentuk dari

jurnalistik konvensional atau dengan arti jurnalisme dengan menggunakan media

cetak ataupun media elektronik, dimana tetap berpedoman dengan 5W+1H yakni

What, Who, When, Where, Why, dan How.

13
1. Radio

Menurut Arifin (1984), Radio adalah alat komunikasi massa dalam artian

saluran pernyataan manusia umumnya/terbuka dan menyalurkan gelombang yang

berbunyi, berupa program-program yang teratur yang isinya aktual dan meliputi

segi perwujudan kehidupan masyarakat. Serta menurut H.A. Widjaja, radio adalah

keseluruhan sistem gelombang suara yang dipancarkan dari stasiun pemancar dan

diterima oleh pesawat penerima dirumah, dimobil dan lain-lain dan dilepas

dimana saja. Radio mempunyai fungsi mentransmisikan pesan, mendidik,

membujuk serta menghibur.

Mengenai daya serap informasi radio, dalam Astuti (2017), menjelaskan

sebuah eksperimen psikologis yang dilakukan oleh Alfred Mehrabian yang

berusaha memetakkan bagaimana kadar makna ataupun keterserapan informasi

yang bisa diperoleh dari sekian banyak media. Berdasarkan data statistik yang

dihasilkan dari sampel yang luas, maka diperoleh formulasi sebagai berikut :

1. 7% makna bersumber dari ekspresi verbal (the words that are spoken)

2. 38% makna berasal dari faktor audio (paralinguistic, the way that the words

are said)

3. 55% bersumber dari ekspresi wajah.

Radio adalah media yang menyampaikan pesan dengan menggunakan sarana

audio. Maka, keterserapan informasi atau kemampuan pendengar memaknai pesan

radio tidak lebih dari 38% saja. Astuti juga merangkum rumusan Prof. Mehrabian

14
yang dapat dijelaskan mengapa informasi melalui radio mesti dikemas dengan

ringan dan padat. Masalahnya adalah terletak pada faktor daya serap sebesar 38%

tadi. Rumusan tadi juga dapat dikatakan dengan pribahasa “masuk telinga kiri,

keluar telinga kanan”. Dalam hal ini, dari 100% informasi, yang tersangkut

ditelinga hanya berkisar 38% saja dari informasi yang diterima dari radio.

Astuti (2017), dalam bukunya yang berjudul Jurnalisme Radio Teori dan

Praktek menuliskan kekuatan radio yang terdiri dari tiga komponen diantaranya:

1. Voice/Words

Voice/Words, yang terangkai dalamnarasi penyiar, adalah salah satu daya tarik

radio.Style sebuah radio mempengaruhi sang penyiar. Tidak ada batasan harus

seperti apa, pun tak ada batasan penyiar harus bersuara macam apa. Kekuatan

radio pada voice atau words tidak hanya bertumpu pada keberanian berkata-kata.

Kecerdasan seorang penyiar sangat dibutuhkan untuk menunjang rangkaian pesan

yang akan disampaikan, ditambah dengan kepekaan untuk mengenali

pendengarnya.

2. Musik

Musik adalah alasan pertama yang paling banyak disebut ketika seseorang

ditanya mengapa mereka senang mendengarkan radio.Apapun format yang

diusung oleh radio, musik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari siaran. Ini

juga berlaku untuk radio-radio berformat talk program, atau radio yang basisnya

adalah informasi dan diskusi.Musik adalah unsur yang tidak dapat terpisahkan

dari radio, bahkan untuk radio yang berformat non musik. Radio dengan target

pendengar dewasa cenderung memilih musik dengan format easy listening. Radio

15
anak muda dicirikan dengan musik-musik pop. Ada pula radio yang melayani

target khusus seperti radio rock, radio jazz, radio klasik, dan radio anak-anak.

3. Special Effect

Special effect adalah bebunyian yang digunakan untuk membangkitkan mood,

suasana, atau efek-efek teatrikal tertentu. Fungsinya mengilustrasikan atau

mendramatisasi pesan yang disampaikan. Special effect lazimnya digunakan

dalam iklan atau sandiwara radio. Misalnya, untuk memunculkan kesan restoran

yang laris, digunakan efek suara berupa dengungan orang mengobrol, suara piring

dan gelas berdenting, detak-detak langkah keluar masuk, dan lain-lain. Dalam

program-program bernuansa horor, efeknya sangat khas. Mulai dari music creepy,

sampai derit pintu perlahan yang tentu saja berbeda dengan bunyi derit pintu

ketika seorang karyawan telat masuk ke kantornya.

Radio memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan, yang diantaranya, yakni :

A. Kelebihan

1. Sifatnya santai

2. Lebih cepat dalam menyiarkan informasi, karena tak memerlukan proses

yang rumit dan waktu yang lama seperti halnya pada media cetak dan televisi.

3. Kata-kata yang digunakan bersifat santai serta dapat dimengerti oleh

pendengar.

4. Tanpa batas, dalam hal ini artinya siaran radio menembus batas geografis,

demografis, dan kelas sosial.

16
5. Penyiar terasa lebih dekat dengan para pendengar, sebab pembicaraan di

radio dinilai dapat menyentuh aspek pribadi.

B. Kekurangan

1. Hanya sepintas. Artinya, siaran radio cepat hilang dan mudah dilupakan oleh

para pendengar.

2. Bersifat global namun tidak mendetail. Sebagai contohnya, penyiar radio

akan menyebutkan data angka kedalam bentuk bulat, misalnya “seribu orang

lebih” untuk angka 1054 orang.

3. Batasan waktu. Dalam hal ini, program yang disajikan oleh siaran radio

memiliki waktu yang terbatas, hanya 24 jam dalam sehari dan tidak bisa

ditambah.

4. Beralur linier. Artinya program yang disajikan kepada pendengar sudah

berdasarkan urutan yang ada, dan tidak bisa meloncat dari satu bagian ke

bagian yang lain, seperti halnya pada media cetak surat kabar.

Sementara itu, radio juga memiliki beberapa karakteristik, dimana radio

merupakan salah satu media massa elektronik sekaligus media jurnalistik

penyiaran, karakteristiknya sebagai berikut:

1. Radio dapat membangkitkan daya imajinasi khalayak pendengarnya melalui

kekuatan audio.

17
2. Radio memiliki kecepatan dalam menyampaikan informasi kepada khalayak

pendengar karenanya radio dapat menyajikan pelaporan secara langsung.

3. Radio sangat mudah digunakan untuk melakukan pelaporan berita

4. Radio tidaklah mahal

5. Radio tidak membutuhkan sumber listrik karena dapat menggunakan baterai

kering

6. Penerimaan radio bersifat portable

7. Teknologi radio sangatlah fleksibel

2. Televisi

Televisi adalah kata dari bahasa Yunani “tele” yang berarti jauh dan bahasa

latin “vision” yang berarti penglihatan. Televisi tergolong kedalam media massa

elektronik.Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi

sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu hitam-putih

maupun berwarna. Menurut Bajuri (2010), televisi adalah media pandang

sekaligus media pendengar berupa audio visual, sehingga penonton tidak hanya

melihat gambar yang ditayangkan televisi tetapi juga mendengar ataupun

mencerna narasi dari gambar.

18
Elvinaro (2007), merangkum tiga macam karakteristik televisi yakni:

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyiaran lainnya,

yakni dapat didengar sekaligus dilihat. Jadi apabila khalayak radio hanya

mendengar kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat

gambar yang bergerak. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari

kata-kata, keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis.

2. Berpikir dalam gambar

Ada dua tahap yang dilakukan proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah

visualisasi, yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang

menjadi gambar secara individual. Kedua, penggambaran (picturization) yakni

kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga

kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

3. Pengoperasian lebih kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran jauh lebih

kompleks dan lebih banyak melibatkan orang.Perlatan yang digunakan pun lebih

banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh

orang-orang yang terampil dan terlatih.

Sementara itu, menurut Syahputra (2006), terdapat beberapa kekurangan televisi,

yakni :

19
1. Mampu menguasai jarak serta waktu, karena teknologi televisi menggunakan

gelombang elektromagnetik, kabel-kabel dan fiber yang dipancarkan

transmisi melalui satelit.

2. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar, nilai aktualitas

terhadap suatu liputan atau pemberitaan cukup tepat.

3. Daya rangsang terhadap media cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh

kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak (ekspresif).

4. Informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, jelas dan

sistematis.

Menurut Soenarto (2007), secara teknis program televisi diartikan sebagai

penjadwalan atau perencanaan siaran televise dari hari ke hari (horizontal

programming) serta dari jam ke jam (vertical programming) setiap harinya.

Morissan (2008), menurutnya terdapat dua jenis program televisi, diantaranya

yakni :

1. Program Informasi

Program informasi adalah segala jenis siaran yang bertujuan menambah

pengetahuan kepada khalayak. Dalam hal ini, program informasi terbagi menjadi

dua bagian yaitu berita keras atau hard news, serta berita lunak atau biasa disebut

dengan soft news. Hard news merupakan sebuah berita sajiannya berisi tentang

segala informasi penting dan menarik yang harus disiarkan oleh media penyiaran,

disebabkan sifatnya yang harus segera diketahui khalayak. Sedangkan soft news,

20
merupakan sebuah program berita yang menyajikan informasi penting dan

menarik, yang disampaikan dengan secara mendalam atau indepth namun tidak

bersifat harus ditayangkan dengan segera, biasanya berita ini disajikan pada satu

program tersendiri diluar program berita.

2. Program hiburan

Program hiburan merupakan segala bentuk siaran yang bertujuan untuk

menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan. Program yang

termasuk dalam kategori ini adalah drama, musik, dan permainan.

3. Media Cetak

Perkembangan media cetak berawal ditemukannya media yang disebut Acta

Diurna di kerajaan Romawi kemudian berkembang setelah Johann Guttenberg

menemukan mesin cetak pertama kali sekitar tahun 1450, lalu dikembangkan oleh

Penny Press pada tahun 1833 dan mesin cetak tersebut bergerak pertama kali

ketika Cina menemukan bahan baku pembuatan kertas. Mesin cetak tersebut di

perkenalkan sampai ke Eropa dan terus mengalami penyempurnaan, lalu sampai

pada waktu dimana The New York Sun atau yang dikenal dengan sebutan Penny

Press membuat surat kabar pertama pada 3 september 1833.

Di Indonesia sendiri, media cetak mulai dikenal sejak tahun 1744, pada masa

kolonial Belanda. Media cetak yang terbit saat itu, menggunakan bahasa Belanda

dan isinya berupa beritaa ringan seputar orang-orang Eropa di Indonesia. Pertama

terbitnya media cetak yakni di Batavia dengan nama “Batavia Nouveles”. Media

cetak berbahasa melayu baru muncul satu abad kemudian, yakni pada tahun 1858.

21
Saat itu, media cetak yang terbit berbahasa melayu “Soerat Khabar Betawi”,

“Bintang Timur”, “Bintang Barat”, dan “Hindia Netherland”. Pada saat

pemerintahan Jepang, media massa cetak hanya dijadikan sebagai alat propaganda

untuk kepentingan pemerintahan Jepang dan wartawan pribumi hanya berstatus

pegawai. Sedangkan posisi strategis diisi oleh sumber daya manusia yang khusus

didatangkan dari Jepang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga, media cetak

adalah sebuah sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan secara berkala.

Seperti surat kabar, atau majalah.

Sementara itu, menurut Barnouw (1997), media cetak merupakan segala

barang yang dicetak yang ditujukan untuk umum. Media cetak merupakan

berbagai bentuk barang cetakan seperti majalah, surat kabar, atau lainnya yang

dibuat dengan tujuan menyebarluaskan informasi atau pesan komunikasi kepada

masyarakat luas

Effendy (1993), juga menerangkan bahwasurat kabar merupakan lembaran

tercetak yang didalamnya memuat laporan kejadian yang terjadi di masyarakat.

Iajuga menyebutkan ada beberapa ciri yang dapat dikatakan sebagai syarat yang

harus dipenuhi oleh surat kabar, diantaranya:

1. Publisitas, mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau publik. Karena

di peruntukkan untuk khalayak umum, isi atau informasi dalam surat kabar ini

terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan umum.

22
2. Periodisitas, yang berarti keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturan ini

bisa satu kali sehari bisa juga sekali atau dua kali dalam seminggu.

3. Universalitas, berarti kesemestaaan dan keragaman. Isinya yang datang dari

berbagai penjuru dunia.

4. Aktualitas, sebagai ciri surat kabar adalah kecepatan laporan tanpa

mengenyampingkan pentingnya kebenaran berita.

Selain itu, media cetak memiliki beberapa kelebihan dan juga kekurangan

dibandingkan dengan media lainnya, yaitu media elektronik dan media online.

Berikut ini merupakan kelebihan dan kekurangan media cetak :

A. Kelebihan media cetak

1. Dapat dibaca berkali-kali, jika disimpan

2. Membuat pembaca berpikir lebih spesifik mengenai isi tulisan

3. Dapat dikoleksi

4. Harganya cukup terjangkau

5. Mampu menjelaskan hal yang bersifat kompleks dengan lebih baik

B. Kekurangan media cetak

1. Lambat dalam memberikan informasi, karena perlu menunggu proses cetak dan

pendistribusian sebelum menyebarkan informasi tersebut.

2. Tidak dapat menyebarkan informasi secara langsung

3. Hanya dapat menampilkan tulisan atau gambar

4. Efek visual hanya berupa gambar

5. Biaya produksi cukup mahal, karena perlu dicetak dan dikirim sebelum sampai

kepada pembaca

23
B. Media Baru (new media)

Creeber dan Martin (2009), mendefinisikan new media sebagai produk dari

komunikasi yang termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer

digital. Sementara Mc Quail, mendefinisikan media baru sebagai tempat dimana

seluruh pesan komunikasi terdesentralisasi; distribusi pesan lewat satelit

meningkatkan penggunaan jaringan kabel dan komputer, keterlibatan audien

dalam proses komunikasi yang semakin meningkat.Internet adalah bentuk dari

media baru. Internet dinilai sebagai alat informasi paling penting untuk

dikembangkan kedepannya.

Menurut Sahar (2014), new media digunakan untuk menjelaskan kemunculan

media massa yang bersifat digital, terkomputerisasi, dan berjaringan sebagai efek

dari pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. New media

memungkinkan khalayak mengakses berbagai informasi kapan saja, dimana saja

dengan berbagai barang elektronik, sebab new media memiliki sifat interaktif dan

bebas.

Dalam The New Media Reader, Lev Manovich mendefinisikan media baru

dengan menggunakan delapan proposisi diantaranya yakni :

1. Media baru vs Cyber culture merupakan berbagai macam fenomena sosial yang

diasosiakan dengan internet dan jaringan komunikasi. Sementara itu, media baru

menekankan pada objek budaya lain dan paaradigma.

2. Media baru adalah teknologi komputer yang dipakai untuk sebuah platform

distribusi

24
3. Media baru merupakan data digital yang dikendalikan oleh perangkat lunak

tertentu.

4. Media baru adalah penyatuan antara konvensi budaya yang telah ada dengan

konveksi mendadak

5. Media baru merupakan estetika yang telah ada sejak awal tahapan disetiap

media baru modern dan teknologi komunikasi

6. Media baru mampu mengeksekusi algoritma lebih cepat dibandingkan dengan

sebelumnya yang dilakukan secara manual atau melalui teknologi lain.

7. Media baru adalah sebagai metamedia

8. Media baru sebagaai artikulasi paralel gagasan serupa dalam seni dan

komputasi modern pasca-perang dunia II.

Dalam Bagdakian (2004), internet dianggap memiliki kapasitas besar sebagai

media baru, tidak hanya memperkecil jarak dalam mengkomunikasikan pesan,

teknologi komputer dan internet juga telah berkembang dan mengeliminasi

penggunaan koneksi kabel, namun tetap bisa memfasilitasi transmisi informasi

yang sangat cepat ke seluruh dunia. New media memiliki kecepatan untuk

melakukan sebuah interaksi yang efisien, murah, cepat untuk mendapatkan sebuah

informasi terbaru. Menurut Setiawan Santana Kurnia dalam Setyani (2013),

internet adalah sebuah medium terbaru yang mengkonvergensikan seluruh

karakteristik media dari bentuk-bentuk yang terdahulu.

25
Penggunaan new media tentunya membawa pengaruh positif bagi khalayak,

diantaranya yakni :

1. Memberikan informasi dengan cepat dan lebih efisien

2. Dapat diakses dimanapun dan kapan pun.

3. Sangat berguna dalam hal membangun bisnis.

Selain itu, pengaruh negatif dari new media ialah, sebagai berikut :

1. Khalayak menjadi lebih pasif

2. Berita hoaks dan hate speech sudah merajalela

3. Mudahnya penipuan melalui media maya

4. Situs pornografi yang mudah ditemukan

5. Menjadi konsumtif

Selain itu, menurut Martin Lister (2009) terdapat beberapa karakteristik dari

media baru (new media), yakni:

1. Digital; media baru mengacu pada media yang bersifat digital dimana semua

data diproses dan disimpan dalam bentuk angka dan keluarannya disimpan

dalam bentuk cakram digital. Terdapat beberapa implikasi dari digitalisasi

media yaitu dematerialisasi atau teks terpisah dari bentuk fisik, tidak

memerlukan ruangan yang luas untuk menyimpan data, karena data

26
dikompres menjadi ukuran yang lebih kecil, data mudah diakses dengan

kecepatan yang tinggi serta mudahnya data dimanipulasi.

2. Interaktif; memungkinkan pengguna dapat berinteraksi satu sama lain dan

memungkinkan pengguna dapat terlibat secara langsung dalam perubahan

gambar ataupun teks yang diakses.

3. Hipertekstual; terjadi jika terdapat transisi yang dihasilkan oleh pertemuan

studi sastra dan potensi new media. Hipertekstual digunakan untuk

mendeskripsikan teks yang menyediakan jaringan tautan ke teks lain.

4. Jaringan; new media membagi audiens dalam beberapa segmen, meskipun

jumlahnya besar namun tidak berarti seragam. New media merupakan

jaringan pada tingkat konsumsi dimana terlihat segmentasi yang dihasilkan

dari penggunaan media.

5. Virtual; diartikan sebagai fitur budaya postmodern dan masyarakat yang maju

secara teknologi, dimana begitu banyak aspek pengalaman sehari-hari yang

disimulasikan secara teknologi.

6. Simulasi; karakteristik ini berkaitan dengan upaya mewujudkan sebuah dunia

virtual yang diciptakan oleh keterlibatan dalam lingkungan yang dibangun

dengan grafis computer dan video digital.

Internet sebagai bagian dari media baru memiliki beberapa fasilitas dan

manfaat yang dapat dimanfaatkan oleh penggunanya. Berikut adalah fasilitas

internet:

1. WWW (World Wide Web), merupakan sebuah sistem yang terdapat pada

internet dan bertugas melakukan pencarian sekaligus pemberian informasi yang

27
cepat dengan menggunakan teknologi hypertext.Untuk membuat hypertext,

diciptakanlah sebuah bahasa pemrograman yang disebut Hypertext Markup

Language (HTML). HTML berfungsi mengikat alamat WWW atau file dalam

sebuah dokumen. Untuk mengirimkan file tersebut, diperlukan peran dari

protokol pengiriman data yang spesifik yaitu Hyper Text Tranfer Protocol

(HTTP). Selain itu, untuk menemukan setiap hubungan hypertext diperlukanlah

Uniform Resource Locator (URL). WWW adalah bagian yang paling menarik

saat ini, pengguna dapat mengakses berbagai media seperti gambar, suara,

video, hingga animasi melalui WWW.

2. Email atau surat elektronik merupakan pesan elektronik yang dikirimkan dan

diterima antar pengguna komputer. Email memungkinkan seorang individu

mengirimkan pesan ke individu lainnya dengan waktu yang cepat, bahkan

dalam hitungan detik. Saat iniperkembangan email sangatlah cepat, email tidak

hanya berisi teks saja. Kita bisa melampirkan file multimedia seperti gambar,

foto, video bahkan animasi. Terdapat banyak sekali layanan email yang bisa

digunakan para pengguna internet, mulai dari Gmail yang menawarkan

keuntungan ruang penyimpanan yang besar hingga Yahoo Mail, AOL Mail

atau Windows Live Mail yang memiliki kelebihannya tersendiri.

3. Chatting merupakan percakapan antara dua atau lebih pengguna komputer

secara realtime dengan memanfaatkan jaringan internet. Bagi pengguna

komputer yang telah melengkapi komputernya dengan webcam (kamera web),

maka mereka dapat chatting dengan melihat wajah pengguna lain yang diajak

chatting tersebut. Dengan semakin berkembangnya internet, fasilitas chatting

28
pun juga semakin dimudahkan. Jika dahulu kita perlu melengkapi komputer

besar dengan webcam untuk chatting dan mengobrol, kini layanan chatting

semakin mewabah dengan kehadiran berbagai aplikasi yang didukung internet,

mulai dari Whatsapp, LINE, Facebook, Twitter yang bisa di unduh melalui

smartphone pribadi.

2.3 Mahasiswa Etnis Papua di Universitas Halu Oleo (UHO)

Sebagian mahasiswa asli Papua yang sedang menempuh pendidikan di

perguruan tinggi yakni adanya beasiswa ADIK (Afirmasi Pendidikan Tinggi dari

Dikti) yang memberi peluang kepada siswa-siswi SMA Papua yang ingin

melanjutkan pendidikan tinggi ketingkat universitas di dalam negeri maupun di

luar negeri. Pendidikan adalah proses pewarisan nilai dan pengalaman dalam

artian positif untuk mengembangkan peserta didik agar memiliki bekal dalam

hidupnya baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Pendidikan

baik formal maupun non formal adalah sarana untuk pewarisan kebudayaannya

tetap hidup dan berkembang melalui pendidikan.

Program beasiswa ADIK adalah salah satu upaya pemerintah untuk

meningkatkan akses dan kesempatan belajar di perguruan tinggi bagi lulusan

SMA yang memiliki potensi akademik yang baik namun memiliki keterbatasan

akses pendidikan tinggi. Program ADIK bertujuan meningkatkan angka

partisipasi kasar pendidikan tinggi, meningkatkan pemerataan pendidikan tinggi,

memperluas wawasan kebangsaan bagi penerima beasiswa ADIK, meningkatkan

kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan tinggi, memberikan kesempatan

29
kepada mahasiswa dari daerah yang terkena bencana alam dan kehilangan akses

pendidikan tinggi untuk melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi di daerah

lain.

Program afirmatif tersebut adalah kerja sama Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemdikbud), bersama Unit Percepatan Pembangunan Provinsi

Papua dan Papua Barat (UP4B), Dan Majelis Rektor PTN Indonesia. Program

ADIK Papua hanya diperuntukkan bagi siswa-siswi keturunan asli orang Papua,

tidak termasuk anak-anak pendatang walaupun lahir di Papua.

Sejak awal dibentuknya program beasiswa ADIK pada tahun 2012 sebanyak

749 siswa SMA/SMK/MA dari Papua dan Papua Barat. Hingga saat ini pun,

jumlah putra-putri asli Papua yang dibiayai melalui program beasiswa tersebut

mencapai ribuan orang. Program ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan

bagi siswa-siswi daerah, khusus yang memiliki potensi akademik bagus untuk

melanjutkan studi ke program sarjana. Mereka menempuh pendidikan di 39

Perguruan Tinggi Negeri di seluruh Indonesia. Salah satunya di Universitas Halu

Oleo yang terdapat di kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Universitas Halu Oleo (UHO) merupakan perguruan tinggi dilingkungan

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi di bawah pembinaan

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, yang berkedudukan di Kendari, Provinsi

Sulawesi Tenggara. Saat ini, Universitas Halu Oleo memiliki beberapa fakultas,

program Pascasarjana dan program Vokasi, yaitu: Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Pertanian,

30
Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Hukum,

Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan, Fakultas Kedokteran,

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Farmasi, Fakultas Psikologi, Program

Pasca Sarjana dan Program Pendidikan vokasi. Dengan melalui beasiswa ADIK

yang diberikan oleh Dikti, membuat putra-putri daerah Papua yang menerima

beasiswa tersebut berangkat ke Universitas Halu Oleo yang menjadi salah satu

pilihan perguruan untuk melanjutkan pendidikan tinggi mereka.Berdasarkan data

yang dihimpun dari Himpunan Mahasiswa Papua (HMP) UHO Kendari, hingga

tahun ini terdapat sekitar 240 orang mahasiswa asli Papua yang mana tersebar di

sejumlah fakultas yang ada di kampus UHO.

2.4 Informasi

Secara etimologi, kata “informasi” berasal dari bahasa Perancis kuno

“informacion” mengambil istilah dari bahasa latin yaitu “informationem” yang

berarti konsep, ide atau garis besar.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI),

informasi berarti penerangan, pemberitahuan—kabar atau berita tentang sesuatu,

dan keseluruhan makna yang menunjang amanat yang terlihat dalam bagian

amanat-amanat itu. 

Dalam Riswandi (2013), informasi adalah segala sesuatu yang mengurangi

ketidakpastian atau mengurangi jumlah kemungkinan alternatif dalam situasi.

Sementara itu, Mc Fadden dkk (1999), mendefinisikan informasi sebagai data

31
yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan

seseorang yang menggunakan data tersebut.

Sementara itu, Kusrini mendefinisikan informasi adalah data yang sudah

diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi orang yang menggunakannya.

Hasil pengolahan data tersebut memiliki manfaat dalam pengambilan keputusan

atau manfaat untuk mendukung sumber informasi.

Sesuai dengan penjelasan diatas, informasi dapat dibedakan menjadi empat

jenis. Adapun beberapa jenis informasi adalah sebagai berikut:

1. Informasi Berdasarkan Sifat

Jenis informasi ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, diantaranya;

a. Faktual, yaitu informasi yang dibuat berdasarkan fakta dan dapat dibuktikan

kebenarannya.

b. Opini atau konsep, yaitu informasi yang dibuat berdasarkan pendapat

seseorang tentang sesuatu hal.

c. Deskripsi, yaitu informasi yang dibuat dalam bentuk penjelasan terperinci

mengenai sesuatu hal.

2. Informasi Berdasarkan Kegunaan: Jenis informasi berdasarkan kegunaan dapat

dibagi menjadi dua bagian, diantaranya;

32
a. Informasi yang menambah pengetahuan, yaitu informasi yang isinya

menambah pengetahuan baru bagi seseorang.

b. Informasi yang berdasarkan penyajian, yaitu informasi yang disampaikan

dalam beberapa bentuk, misalnya artikel, audio, gambar, video, dan lainnya.

3. Informasi Berdasarkan Bidang Kehidupan: Jenis informasi yang dibuat dalam

beberapa kategori, seperti informasi tentang kesehatan, informasi pendidikan,

informasi bisnis, informasi olahraga, dan sebagainya.

4. Informasi Berdasarkan Lokasi Peristiwa: Jenis informasi yang dibuat

berdasarkan lokasi suatu peristiwa. Jenis informasi ini dapat dibagi menjadi dua,

yaitu informasi dalam negeri (domestik), dan informasi luar negeri.

Terdapat pula beberapa indikator dalam pemilihan informasi oleh pengguna

media.Yakni :

1. Nilai, merupakan hal-hal yang dijadikan patokan baik atau buruk seseorang

dalam memandang sesuatu. Nilai juga merupakan pengertian-pengertian yang

di hayati seseorang mengenai apa yang lebih penting atau kurang penting, apa

yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar.

2. Faktualitas, yang benar terjadi, bukan fiksi. Informasi yang aktual dan bersifat

fakta muncul dari kejadian nyata, pendapat, dan pernyataan.

3. Ketepatan, mengacu pada kemampuan untuk memberikan estimasi yang

akurat dan memiliki tingkat kesesuaian dengan penerima.

33
4. Kebenaran : informasi yang di hasilkan atau di butuhkan harus memiliki

kebenaran. Artinya tidak menyesatkan orang-orang menerima informasi.

5. Mudah dan murah, informasi yang dinilai sulit untuk didapat dan memerlukan

biaya yang mahal untuk mendapatkannya akan membuat orang yang

membutuhkan informasi tersebut tidak lagi berminat untuk mendapatkannya.

Melainkan orang akan mencari alternatif lain untyuk memperoleh informasi

subtitusinya.

2.5 Pendidikan

Dalam bahasa Inggris, kata pendidikan disebut dengan Education dimana

secara etimologis kata tersebut berasal dari bahasa Latin, yaitu Eductum. Kata

Eductum terdiri dari dua kata, yaitu E yang artinya perkembangan dari dalam

keluar, dan Dunco yang artinya sedang berkembang. Sehingga secara etimologis,

pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan

individu.

Pendidikan dapat di artikan sebagai usaha orang dewasa dalam pergaulan

dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah

kedewasaan (Purwanto, 2002). Menurut Godfrey Thomson, pendidikan adalah

pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan tepat di dalam

kebiasaan atau adat tingkah laku, pikiran dan perasaannya.

Sementara itu, menurut Plato, pendidikan merupakan sesuatu yang bisa

membantu perkembangan individu dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang

dapat memungkinkan tercapainya sebuah keputusan. Pendidikan direncanakan

34
dan deprogram menjadi tiga tahap dengan tingkat usia, tahap pertama adalah

pendidikan yang diberikan kepada murid hingga ia sampai keumur dua puluh

tahun. Tahap kedua dari usia dua puluh tahun hingga tiga puluh tahun. Serta tahap

ketiga dari usia tiga puluh tahun hingga empat puluh tahun.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan adalah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran pelatihan; proses, cara,

perbuatan mendidik.

2.6 Teori Uses And Gratifications

Secara umum, pendekatan uses and gratifications adalah sebuah pendekatan

untuk memahami mengapa khalayak aktif mencari media apa yang bisa

memenuhi kebutuhan khalayak. Pendekatan teori ini merupakan salah satu

pendekataan untuk memahami komunikasi massa yang berpusat pada khalayak.

Khalayak di asumsikan aktif yang diarahkan oleh tujuan. Anggota khalayak di

anggap memiliki tanggung jawab sendiri dalam mengadakan pemilihan media

massa untuk mengetahui kebutuhannya, memenuhi kebutuhannya dan bagaimana

cara untuk memenuhinya. Menurut pendapat teori ini, konsumen media

mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka

menggunakan media dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya

(Nurudin, 2007). Media massa di anggap hanya sebagai salah satu cara untuk

memenuhi kebutuhan individu dan mereka boleh memenuhi kebutuhannya

melalui media massa.

35
Menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch

dalam Jalaluddin Rakhmat (1984), uses and gratifications meneliti asal mula

kebutuhan secara psikologis dan sosial yang menimbulkan harapan tertentu dari

media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media

yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan

pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain.

Katz, Gurevitch dan Haas dikutip oleh Effendy (2003), menyebutkan

kebutuhan khalayak dalam mengonsumsi media yang di golongkan menjadi lima

jenis, antara lain:

1. Kebutuhan Kognitif (cognitive needs); kebutuhan yang berkaitan dengan

peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan.

2. Kebutuhan Afektif (affective needs); kebutuhan yang berkaitan dengan

peneguhan pengalaman yang estetis, menyenangkan, dan emosional.

3. Kebutuhan Integrasi personal (personal integrative needs); kebutuhan yang

berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status

individual.

4. Kebutuhan Integrasi sosial (social integrative needs); kebutuhan yang berkaitan

dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia.

5. Kebutuhan Pelepasan ketegangan (escapism needs); berkaitan dengan

kebutuhan menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan

keanekaragaman.

36
Para pendiri teoriuses and gratificationmerumuskan asumsi-asumsi dasar dari

teori ini di kutip oleh Jalaluddin Rakhmat (2011), dalam Blumler dan Katz

(1974):

1. Khalayak dianggap aktif. Artinya, sebagian penting dari penggunaan

mediamassa di asumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif, untuk mengaitkan pemuasan

kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan

kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi hanyalah bagian dari rentangan

kebutuhan manusia yang lebih luas dan bagaimana kebutuhan ini terpenuhi

melalui konsumsi media amat tergantung kepada perilaku khalayak yang

bersangkutan.

4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang di berikan

anggota khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan

kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum

diteliti lebih dahulu orientasi khalayaknya.

Jay G. Blumler (1979), mengemukakan sejumlah gagasan mengenai jenis-

jenis kegiatan yang dilakukan audien (audiens activity) ketika menggunakan

media, yaitu:

a. Kegunaan (utility), media memiliki kegunaan dan orang dapat memanfaatkan

kegunaan media.

37
b. Kehendak (intentionality), motivasi audien menentukan konsumsi terhadap

media.

c. Seleksi (selectivity), penggunaan media mencerminkan ketertarikan atau

prederensi audien.

d. Tidak terpengaruh hingga terpengaruh (imperviousness to influence), audien

menciptakan makna terhadap isi media memengaruhi apa yang mereka

fikirkan dan kerjakan. Kebutuhan dan kepuasan audien media ada bermacam-

macam, mereka menyesuaikan atas apa kesukaan diri mereka masing-masing.

Renckstorf (1996) dalam McQuail (2011), melihat penggunaan media sebagai

bentuk tindakan sosial yang di bentuk oleh definisi pribadi terhadap situasi dan

bertujuan menyelesaikan beberapa masalah yang di anggap baru di dalam

lingkungan sosial, atau sebagai rutinitas sehari-hari yang dirancang untuk

menghadapi situasi yang bermasalah.

Effendy (1993) dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan

Praktek menyebutkan, pendekatan teori uses and gratificationmenunjukkan

bahwa yang menjadi permasalahan utama adalah bagaimana media massa

memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial yang menjadi pengguna media massa dan

inti kajiannya adalah pengguna media massa yang aktif, yang sengaja memilih

dan menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus, yaitu sebagai pemuas

kebutuhan hidupnya.

Istilah perangkat kepuasan (gratification set) dipilih untuk merujuk pada

banyak kemungkinan bagi khalayak untuk membentuk dan membentuk ulang

38
berdasarkan kesukaan, kebutuhan, atau pilihan yang terkait media. Penggunaan

kata perangkat menyatakan bahwa khalayak semacam itu adalah kumpulan

individu yang tersebar, tanpa ikatan bersama. Meskipun khalayak sebagai publik

sering kali memiliki serangkaian kebutuhan dan kepentingan media yang luas, dan

mendapatkan kesatuannya dari karakteristik sosial bersama, perangkat kepuasan

di identifikasikan oleh kebutuhan tertentu atau jenis kebutuhan. Penelitian dalam

media uses and gratification telah menyoroti sifat dasar dari tuntutan khalayak

yang dasar dan dengan cara dimana mereka dibentuk. Motivasi yang diungkapkan

untuk pilihan konten media dan cara dimana konten ini ditafsirkan dan dievaluasi

oleh khalayak menunjuk pada eksistensi struktur tuntutan yang cukup stabil dan

konsisten.

2.5.1 Prinsip Dasar Pemanfaatan Media Massa

Selain dari beberapa faktor kebutuhan yang menyebabkan seseorang

mengkonsumsi media, terdapat juga faktor dari media itu sendiri yang dapat

menentukan pemilihan media massa dari khalayak. Willbur Schramm dari

Universitas Stanford dalam Rivers dan Jensen (2003), mengajukan prinsip-prinsip

yang menjadi dasar pemanfaatan media massa diantaranya:

1. Prinsip Kemudahan

Dalam prinsip ini, Schramm menyatakan bahwa khalayak memilih suatu media

yang paling mudah diperolehnya. Manusia cenderung memilih yang gampang-

gampang saja, dan ini diterapkan pula dalam pemilihan media. Selama medianya

tersedia, khalayak akan memilih yang paling dekat dengan jangkauannya.

39
2. Prinsip Biaya

Dalam memilih media, biaya yang akan dikeluarkan oleh khalayak juga

menjadi pertimbangaan. Jika sebuah keluarga telah menghabiskan sekian ratusan

ribu rupiah untuk memasang fasilitas wifi di rumahnya, mereka tidak akan tertarik

untuk berlangganan surat kabar atau menyalakan radio.

3. Prinsip Waktu

Waktu pun menjadi bahan pertimbangan pemilihan media. Pada umumnya,

khalayak menikmati media pada waktu-waktu tertentu yang tidak merepotkannya.

4. Prinsip Kebiasaan Sosial

Peran dan kebiasaan, serta tradisi juga mempengaruhi pemilihan media.

Misalnya, menonton televisi jika sudah biasa akan terus dilanjutkan karena tiap

orang lenih mudah mempertahankaan kebiasaan daripada mengubahnya. Perilaku

komunikasi merupakan bagian dari perilaku sosial sehingga pemilihan media pun

dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan sosial.

2.6 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang relevan mengenai

pemanfaatan media, dalam penelitian tersebut pun peneliti menjadikannya sebagai

bahan acuan dan juga sebagai salah satu dari referensi-referensi yang di gunakan.

Adapun penelitian tersebut, ialah sebagai berikut:

40
1. Afif Imanullah, Universitas Negeri Semarang dalam penelitiannya yang

berjudul Kontribusi Pemanfaatan Media Massa Sebagai Sumber Belajar Dengan

Hasil Belajar Mata Kuliah Studi Bencana Mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi

(2015). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan media massa

sebagai sumber belajar dalam mata kuliah studi bencana bagi mahasiswa prodi

Pendidikan Geografi, dan untuk mengetahui kontribusi pemanfaatan media massa

sebagai sumber belajar dengan hasil belajar mata kuliah studi bencana mahasiswa

Prodi Pendidikan Geografi. Jenis penelitian tersebut ialah penelitian kuantitatif

dengan metode deskriptif persentase dan analisis product moment. Penelitian ini

juga menggunakan teknik penentuan informan purposive sampling.

2. Larastika Diah Wilujeng, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur dalam penelitiannya yang berjudul Pemanfaatan Media Sosial Oleh

Komunitas Cosura Surabaya Sebagai Media Informasi Masyarakat (2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan media sosial

facebook, Twitter, dan Youtube sebagai media komunikasi komunitas Cosura.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan

untuk memberikan penjelasan secara detail terhadap sebuah permasalahan, yang

bertujuan untuk memperoleh pemahaman terhadap permasalahan yang di teliti.

3. Achmad Ramdani Fitriyadi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang dalam

penelitiannya yang berjudul Pemanfaatan Media Sosial Facebook dan Twitter

Untuk Memperkenalkan Komunitas Bismania (2015). Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pemanfaatan media sosial Facebook dan Twitter untuk

41
memperkenalkan komunitas Bismania Banten. Serta menggunakan metode

penelitian deskriptif kualitatif.

42
2.7 Kerangka Pikir

Bagan 2.1

Pemanfaatan Media Baru dan


Konvensional Oleh Mahasiswa
Etnis Papua Dalam
Memperoleh Informasi
Pendidikan

Mahasiswa Papua di
FISIP Universitas Halu
Oleo

Uses and GratificationsElihu


Katz, dan Blumler (1974)

Media Yang Dimanfaatkan Alasan Dari Pemanfaatan


Oleh Mahasiswa Etnis Media Yang Dipilih
Papua Dalam Memperoleh Dalam Memperoleh
Informasi Pendidikan Informasi Pendidikan

Analisis Pemanfaatan
Media Baru dan
Konvensional Oleh
Mahasiswa Papua

Sumber : Hasil Modifikasi Penulis 2019

43
Dari model kerangka pikir penelitian di atas, model tersebut bermula dari

mahasiswa etnis Papua sebagai khalayak media. Menurut Herbert Blumer dan

Elihu Katz, pengguna media memiliki peran aktif untuk memilih media apa yang

sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Dalam hal ini, khalayak bebas memilih

media. Para anggota khalayak secara bebas menyeleksi media dan konten-konten

terbaik yang bisa mereka gunakan untuk memuaskan kebutuhannya (Stephen

W.Littlejohn dan Karen A.Foss, 2009).

Kebutuhan mereka sebagai pengguna media menjadi motif penggunaan dan

pemanfaatan media baru (new media) maupun media konvensional. Dalam proses

memenuhi kebutuhan, mahasiswa etnis Papua memilih media yang dimanfaatkan

dalam pemenuhan kebutuhannya.

Maka dari jenis media yang dipilih sehingga dimanfaatkan tersebut,

mahasiswa etnis Papua mampu memberikan alasan terkait memilih pemanfaatan

media tersebut ketika memperoleh informasi pendidikan. Sejalan dengan perihal

di atas, maka peneliti pun mampu menganalisis atau menyelidiki bagaimana

pemanfaatan media baru dan konvensional oleh mahasiswa etnis Papua dalam

memperoleh informasi pendidikan.

44
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara. Alasan

pertimbangan yakni :

1. Wilayahnya terdapat mahasiswa etnis Papua yang menempuh pendidikan

di FISIP

2. Serta berdasarkan observasi, subjek dalam penelitian ini juga dinilai peka

terhadap media massa.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. La Dupai (2018),

metode penelitian kualitatif berlandaskan pada filsafat post-positivisme atau

enterpretive, yang berpandangan bahwa suatu gejala bersifat holistik, belum tentu

dapat diamati dan diukur, hubungan gejala bersifat reciprocal (saling

mempengaruhi), data bersifat dinamis dan terikat nilai.gejala yang holistik adalah

gejala yang menyeluruh tidak dapat dipisah-pisahkan/diklasifikasikan.

45
3.3 Subjek dan Objek Penelitian

3.3.1 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa etnis Papua yang

berkuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Halu Oleo,

angkatan 2017 dan 2018.

3.3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah media baru dan konvensional yang di

manfaatkan oleh mahasiswa etnis Papua dalam memperoleh informasi pendidikan.

3.4 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu

penentuan informan sebagai sumber data dengan memilih secara sengaja informan

yang diinginkan dengan pertimbangan bahwa informan tersebut mengetahui lebih

banyak mengenai permasalahan dan dapat memberi informasi yang berhubungan

dengan tujuan serta permasalahan yang diteliti.

3.5 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini sebanyak 4 orang, 2 laki-laki, dan 2 orang

perempuan, mahasiswa angkatan 2017 dan 2018 berjumlah 16 orang.

46
3.6 Jenis dan Sumber Data

3.5.1 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Menurut

dalam Silalahi (2012), data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas

dan berlandasan kukuh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang

terjadi dalam lingkup setempat,dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan

memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab-akibat dalam lingkup

pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan

bermanfaat.

3.5.2 Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti berdasarkan

informasi yang didapatkan saat bertemu dengan informan. Data ini diperoleh dari

hasil observasi dan wawancara dengan informan penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan oleh peneliti dari hasil studi pustaka, referensi,

jurnal, dan internet. Data sekunder menjadi data pendukung dalam penelitian.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian, yakni sebagai berikut:

47
1. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

pengamatan langsung terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan objek yang

akan diteliti.

2. Wawancara

Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan informan yang

telah ditetapkan dengan menggunakan pedoman wawancara.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan menelaah sejumlah buku-buku, laporan-

laporan jurnal dan sejumlah dokumen yang relevan terkait fokus penelitian ini

dalam rangka memperoleh data yang menyangkut permasalahan penelitian.

48
3.8 Desain Operasional Penelitian

Tabel 3.1

Unit Analisis/Variabel Struktur Kerangka Teknik

Penelitian Analisis  Pengumpulan

Data

Media yang dimanfaatkan A. Media Baru 1. Observasi

mahasiswa etnis Papua 1. Google 2.Wawancara

dalam memperoleh 2. Youtube Mendalam

informasi pendidikan. B. Media Konvensional 3. Dokumentasi

2. Televisi

3. Media Cetak

Alasan dari Pemanfaatan 1. Kemudahan 1. Observasi

media oleh mahasiswa 2. Biaya Terjangkau 2.Wawancara

etnis Papua dalam Mendalam

memperoleh informasi 3. Dokumentasi

pendidikan.

49
3.9 Konseptualisasi Penelitian

1. Media baru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mesin pencari Google

dan Youtube.

2. Media konvensional dalam penelitian ini meliputi televisi dan media cetak;

buku

3. Mahasiswa etnis Papua yang di maksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa

Papua yang berkuliah di FISIP angkatan 2017 dan 2018 Universitas Halu Oleo.

4. Informasi Pendidikan

Informasi pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah informasi

yang bersifat menambah pengetahuan dalam hal ini dapat menunjang dan

memperoleh pendidikan yang di akses oleh mahasiswa etnis Papua pada suatu

pemanfaatan media.

5. Alasan dari pemanfaatan media yang dirujuk dalam penelitian ini adalah

kemudahan dan biaya terjangkau.

50
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan masalah yang diangkat oleh peneliti, maka penelitian ini

menjadi penting untuk dibahas secara mendetail. Dalam penelitian ini yang

berjudul “Analisis Pemanfaatan Media Baru dan Konvensional Oleh Mahasiswa

Etnis Papua dalam memperoleh informasi pendidikan” menghasilkan beberapa

temuan-temuan dalam menentukan pilihan pemanfaatan media serta alasan dasar

dari penggunaan media massa oleh subjek terkait.

Secara umum, informasi merupakan sekumpulan data atau fakta yang telah

diproses sedemikian rupa sehingga hal tersebut menjadi sesuatu yang mudah

dimengerti serta dapat bermanfaat bagi penerimnya. Sementara itu, menurut

George R. Terry, informasi merupakan suatu data penting yang memberikan

pengetahuan yang bermanfaat bagi tiap-tiap penerimanya.

Selain dari penjelasan diatas, informasi juga dijelaskan oleh Joner H,

menurutnya informasi adalah sebuah konsep yang universal dalam jumlah muatan

yang besar, meliputi banyak hal dalam ruang lingkupnya masing-masing dan

terekam dalam sejumlah media.

Berpatokan pada sejumlah penjelasan informasi diatas, maka ada banyak

jenis informasi yang dapat diakses oleh seseorang melalui media massa. Salah

satunya adalah informasi pendidikan. Beberapa dari fungsi informasi adalah untuk

meningkatkan pengetahuan atau kemampuan seseorang, serta berfungsi sebagai

pengurangan jumlah ketidakpastian dalam pengambilan keputusan.

51
Merujuk pada fungsi informasi tersebut, maka informasi pendidikan yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah informasi yang diakses melalui

media massauntuk meningkatkan pengetahuan sehingga dapat menunjang proses

pendidikan yang ditempuh. Serta informasi yang diakses oleh subjek dengan

tujuan memperoleh pendidikan.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti

dilapangan, menghasilkan penemuan-penemuan yakni media yang dimanfaatkan

oleh mahasiswa etnis Papua dalam memperoleh informasi pendidikan memilih

televisi dan buku sebagai media konvensional mereka, serta Google dan Youtube

sebagai jenis media baru yang dimanfaatkan. Sementara itu, terdapat alasan-alasan

yang mendasari mereka dalam memilih memanfaatkan media massa tersebut yang

diantaranya yakni alasan biaya dan kemudahan.

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Bersamaan pada lokasi penelitian dengan masalah yang diteliti juga sangat

penting, dimana data yang dapat mendukung berjalannya penelitian juga diperoleh

dari gambaran lokasi penelitian.Adapun lokasi yang dipilih untuk penelitian

skripsi ini ialah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Halu Oleo.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, di Universitas Halu Oleo Kendari,

Sulawesi Tenggara mempunyai visi studi kepemerintahan menjadi pogram studi

unggulan modern, profesional, dan berbudaya yang berkomitmen mewujudkan

good governance dalam pengembangan benua maritim pada tahun 2026. Serta

beberapa misi yang diantaranya yakni:

52
1. Mengembangkan pendidikan dan pengajaran studi yang fokus pada kajian

pemerintahan daerah, nilai-nilai kearifan lokal, demokratisasi dan good

governance.

2. Menyelenggarakan penelitian, riset, dan kajian ilmu pemerintahan guna

menjadi mitra pemerintah dalam mendukung terwujudnya good governance.

3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat untuk mewujudkan

demokratisasi dan pemberdayaan kepada masyarakat.

4. Membangun jaringan dan kemitraan dengan lembaga pemerintahan dan

swasta yang berbasis teknologi komunikasi dan infomasi (TCI) sehingga

secara tidak langsung menjadi pendorong terlaksananya electronic

government.

5. Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi keilmuan dan keterampilan

pemerintahan yang berakhlak mulia dan peduli terhadap nilai kearifan lokal.

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik di Universitas Halu Oleo, terdiri dari

beberapa jurusan diantaranya yakni Ilmu Komunikasi, Ilmu Politik, Jurnalistik,

Kesejahteran Sosial, Sosiologi dan Administrasi.

Sedangkan untuk mahasiswa yang berkuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UHO, bersifat heterogen, yakni tidak hanya berasal dari dalam daerah

Sulawesi Tenggara saja namun juga dari luar provinsi. Salah satunya mahasiswa

rantauan dari Papua, di FISIP sendiri terdapat beberapa mahasiswa Papua yang

tersebar di beberapa jurusan yang ada.

53
4.1.1 Deskripsi Informan Penelitian

Dalam penelitian berjudul “Analisis Pemanfatan Media Baru dan

Konvensional oleh Mahasiswa Etnis Papua Dalam Memperoleh Informasi

Pendidikan” informan penelitian terdiri dari 4 orang mahasiswa Papua yang

berkuliah di FISIP. Peneliti menjadikan subjek penelitian sebagai informan

dikarenakan informan tersebut dapat memberikan informasi terkait penelitian,

serta dianggap cukup sensitif terhadap perkembangan media. Berikut ini data

profil infoman penelitian:

1. Yuliana Kartini Demetow, kerap disapa Kartini, usia 22 tahun. Ia seorang

mahasiswi asal Papua angkatan tahun 2017, saat ini sedang menempuh

pendidikan pada program studi Administrasi Publik, jurusan Administrasi.

2. Saulius Katori, panggilan Saulius, usia 21 tahun. Ia seorang mahasiswa

angkatan tahun 2018. Ia juga merupakan mahasiswi yang melanjutkan

pendidikannya di jurusan Administrasi program studi Administrasi Publik

3. Yorben Wanggober, panggilan Yorben, usia 23 tahun. Ia merupakan

seorang mahasiswa pada jurusan Ilmu Politik angkatan tahun 2017.

4. Victoria L. Wairara, kerap disapa Victoria, usia 22 tahun. Ia juga

merupakan mahasiswi dari jurusan Administrasi program studi Administrasi

Publik angkatan 2017.

54
4.2 Media yang dimanfaatkan mahasiswa etnis Papua dalam memperoleh

informasi Pendidikan

Pada dasarnya, beragam media komunikasi terbagi menjadi dua kelompok

yakni media konvensional dan media baru (new media). Media konvensional

terdiri dari Radio, Media Cetak, dan Televisi.Sedangkan media baru merupakan

produk dari komunikasi yang termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan

komputer digital (Creeber dan Martin 2009).

Rivers dan Jensen (2003) dalam bukunya yang berjudul Media Massa dan

Mayarakat Modern, mengatakan daya tarik khalayak terhadap suatu media

umumnya berbeda dengan daya tariknya terhadap media-media lain, meskipun

tumpang tindih terjadi. Penggemar televisi misalnya, biasanya jarang menggemari

surat kabar. Pembaca setia surat kabar biasanya bukan penggemar radio. Bahkan

terhadap satu jenis media, keterkaitan khalayak berbeda-beda, tergantung pada

profesi, minat dan selera mereka.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, peneliti menggali data-data

berdasarkan wawancara dan observasi dari informan terkait jenis mediaapa yang

dimanfaatkan, baik media baru maupun konvensional sebagaimana yang

dimaksud dalam penelitian ini. Terdapat beberapa media yang digunakan oleh

mahasiswa etnis Papua dalam memperoleh informasi pendidikan, diantaranya

sebagai berikut :

55
Media Konvensional Media Baru

1. Buku 1. Google

2. Televisi 2. Youtube

Tabel 4.1.3

Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa mahasiswa etnis Papua memilih media

buku dan televisi sebagai media konvensionalnya dan mesin pencari Google, serta

Youtube sebagai media baru yang dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan

informasi pendidikan mereka.

Selanjutnya, hasil media yang dipilih lalu dimanfaatkan untuk pemenuhan

informasi pendidikan yang dimaksud, dibuktikan melalui deskripsi hasil

wawancara terhadap sejumlah informan kemudian menghasilkan beberapa

temuan-temuan terkait pilihan media.

A. Media Konvensional

1. Media Cetak; buku

Sesuai dengan hasil observasi dan wawancara, media konvensional yang

ditentukan kemudian dipilih untuk memperoleh informasi pendidikan adalah

media cetak. Menurut Barnouw (1997), media cetak merupakan segala barang

yang dicetak yang ditujukan untuk umum. Merujuk pada pengertian tersebut,

maka media cetak merupakan berbagai bentuk barang cetakan seperti majalah,

surat kabar, dan lain sebagainya.

56
Dari sekian banyak jenis media cetak yang bisa dimanfaatkan oleh pengguna

untuk segala kebutuhan informasi, dalam penelitian ini mahasiswa etnis Papua

memilih buku sebagai media massa konvensional yang dimanfaatkan dalam

memperoleh kebutuhan informasinya.

Hal tersebut dibuktikan oleh wawancara langsung bersama beberapa informan

yang menunjukkan terpilihnya buku sebagai media informasi pendidikan.Seperti

yang di ungkapkan oleh Yuliana Kartini Demetouw (22), angkatan 2017. Ia

mengaku, memilih jenis media cetak buku. Berikut kutipan wawancaranya :

“Saya menggunakan buku dengan waktu yang tergantung kerumitan tugas,


biasa tidak lebih dari 1 jam. Saya gunakan untuk mencari informasi yang
berkaitan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen di kampus.Saya pakai
setiap saya mau belajar di rumah.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Victoria L. Wairara (22), angkatan

2017. Berikut wawancaranya :

“Saya pakai media cetak buku, Informasi tentang tugas-tugas kuliah karena
media cetak adalah sumber informasi untuk saya. Saya gunakan dirumah
kalau buku biasa cepat dipakai hanya 1 jam tergantung kalau ada dapat
informasinya”.
Berbeda dengan informan diatas, Saulius Katori (21) angkatan 2018 justru

tidak memilih memanfaatkan media cetak manapun untuk memenuhi kebutuhan

informasi pendidikannya. Hal tersebut dibuktikan oleh wawancara berikut:

”Saya hanya pakai internet untuk informasi pendidikan, kalau media cetak
saya tidak pakai. Karena saya harus beli lagi, apalagi buku yang menurut saya
repot kalau dibawa-bawa, dan kalau mau beli harus ketoko buku lagi. Internet
lebih praktis”.

57
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Yorben Wanggober (23), angkatan

2017. Ia mengatakan bahwa dirinya tidak memakai jenis media cetak untuk

memperoleh informasi pendidikan melainkan hanya menggunakan internet.

”Saya juga tidak pakai media cetak. Saya hanya andalkan internet untuk
informasi pendidikan. Karena internet cepat dan memudahkan saya,
sedangkan media cetak apalagi buku saya harus mencarinya dulu, itupun
kalau informasinya ada disitu”.
Berdasarkan wawancara terhadap para informan diatas mengenai pemanfaatan

buku sebagai media dalam memperoleh informasi pendidikan, sebagian dari

kalangan mahasiswa etnis Papua masih menggunakan buku untuk memenuhi

kebutuhan informasinya, sedangkan sebagiannya lagi mengaku tidak

menggunakan buku dengan alasan mempertimbangkan kemudahan memilih

menggunakan media.

2. Televisi

Salah satu jenis media massa yang paling umum di kalangan masyarakat

adalah televisi. Menurut Bajuri (2010), televisi adalah media pandang sekaligus

media pendengar berupa audio visual sehingga penonton tidak hanya melihat

gambar yang ditayangkan televisi tetapi juga mendengar ataupun mencerna narasi

dari gambar. Peneliti mencari data informan terkait penelitian ini dengan

menyimpulkannya kedalam bentuk wawacara yang telah dilakukan.

Yuliana Kartini Demetouw (22), angkatan 2017. Ia mengaku memilih televisi

untuk menunjang kebutuhan informasi pendidikannya. Berikut kutipan

wawancaranya:

58
”Kalau tv biasa juga digunakan, ketika ada tugas-tugas kuliah saya juga
pakai tv. Biasa juga berita untuk kepentingan kuliah yang berhubungan
dengan tugas-tugas dari dosen. Tv saya gunakan kalau diperlukan saja, tidak
sampai 1 jam”.

Berbeda dengan Yuliana Kartini Demetouw, beberapa informan justru tidak

memilih menggunakan televisi untuk memenuhi kebutuhan informasi

pendidikannya. Hal tersebut serentak dikatakan oleh Victoria L. Wairara, Saulius

Katori dan Yorben Wanggober.

Saulius Katori (21) angakatan 2018, ia mengatakan bahwa dirinya tidak

menggunakan televisi untuk kebutuhan informasi pendidikannya karena tidak

mempunyai televisi. Berikut wawancaranya:

“Saya tidak menggunakan televisi untuk mencari informasi pendidikan.


Karena saya tidak punya televisi, saya hanya punya handphone saja. Menurut
saya internet informasinya lebih lengkap dan praktis sehingga itu
memudahkan saya untuk dapat informasinya”.

Hal yang sama juga disebutkan oleh informan Victoria L. Wairara (22)

angkatan 2017, yang mengatakan bahwa dirinya juga tidak memanfaatkan televisi

karena tidak mempunyai media tersebut.

“Saya tidak pakai televisi, karena saya tidak punya itu juga. Lagian
informasinya juga sudah saya dapatkan dibuku dan internet. Handphone lebih
memudahkan saya untuk akses informasi lewat internet terutama ketika cari
informasi tentang pendidikan, itu sangat mendukung”.

59
Selanjutnya, pernyataan diatas juga didukung oleh Yorben Wanggober yang

mengatakan bahwa dirinya juga tidak memilih memanfaatkan televisi untuk

kebutuhan informasinya. Berikut wawancaranya:

“Kalau televisi saya tidak punya, jadi saya tidak gunakan. Menurut saya
internet lebih praktis, karena tinggal diakses lewat handphone, itu juga bisa
memudahkan saya untuk dapat informasi pendidikan. Kalau mau pakai
televisi saya harus beli ketoko, handphone memang mahal juga tapi bisa
dibawa kemana-mana sedangkan tv tidak”.

Berdasarkan observasi dan wawancara terhadap para informan mengenai

pemanfaatan televisi sebagai media yang digunakan dalam memperoleh informasi

pendidikan, sedikit dari kalangan mahasiswa etnis Papua menggunakan televisi

untuk mendapatkan informasi pendidikan yang dibutuhkan. Sedangkan

kebanyakan dari mereka mengaku tidak menggunakan televisi dalam pemenuhan

kebutuhan informasi pendidikannya.

B. Media Baru (New Media)

New media memiliki kecepatan untuk melakukan sebuah interaksi yang efisien,

murah, cepat untuk mendapatkan sebuah informasi terbaru. Creeber dan Martin

(2009), mendefinisikan new media sebagai produk dari komunikasi yang

termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer digital.

Ada banyak jenis media baru yang digunakan oleh khalayak yang dimana

diantara jenis media tersebut menyajikan fitur-fitur ataupun fasilitas bagi

penggunanya. Bersamaan dengan hal tersebut, terdapat beberapa jenis media baru

60
yang digunakan oleh mahasiswa etnis Papua dalam memperoleh informasi

pendidikan.

1. Google

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap sejumlah infoman,

menunjukkan bahwa disamping pengunaan media konvensional mereka juga

dominan menggunakan jenis media baru. Hal itu dibuktikan dari wawancara yang

dilakukan terhadap para informan.

Seperti yang di ungkapkan oleh Yuliana Kartini Demetouw (22), angkatan

2017. Ia mengaku selain memilih beberapa jenis media massa konvesional, ia juga

memilih media baru seperti Google untuk kebutuhan informasi pendidikannya

dengan durasi penggunaan 1 jam. Berikut kutipan wawancaranya :

“Selain menggunakan buku, Google juga digunakan untuk mendukung tugas-


tugas saya biasanya sampe 1 jam, untuk mencari informasi pendidikan, yang
berkaitan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen di kampus. Saya
pakai setiap saya mau belajar di rumah dan ingin menemukan hal baru”.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Victoria L. Wairara (22), angkatan 2017

namun dengan durasi yang lebih lama dibandingkan informan sebelumnya yakni 2

hingga 3 jam. Berikut wawancaranya:

“Saya pakai google dan media cetak buku, Informasi tentang tugas-tugas
kuliah. Saya gunakan itu setiap hari, karena Google adalah sumber informasi.
Saya gunakan dirumah pakai hp atau laptop, biasa di warnet kalau tidak ada
kuota. Kalau kerja tugas pake internet kadang 2-3 jam, kalau buku biasa cepat
nda cukup 1 jam”.

61
Berbeda dengan informan Yuliana Kartini Demetouw dan Victoria L. Wairara

yang dimana selain memilih memanfaatkan media konvensional juga

memanfaatkan jenis media baru, ada pula informan yang hanya menggunakan

media baru untuk keperluan kebutuhan informasi pendidikannya dengan durasi

penggunaan 2 jam. Seperti yang dikatakan oleh Saulius Katori (21), angkatan

2018. Berikut kutipan wawancaranya:

“Saya pakai Google sampai 2 jam, Mengenai tugas sekolah, cara pembuatan
makalah, dan jurnal. Hampir disetiap hari, jika ada tugas.Karena kita pasti
menemui hal yang kita tidak mengerti, maka kita cepat untuk membuka dan
mencari seperti bahasa yang tidak dimengerti, misalnya bahasa inggris. Saya
menggunakannya di perkotaan karena pengaruh dari teman-teman, kalau
dikampung hanya wifi itupun sangat kurang”.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Yorben Wanggober (23), angkatan 2017

dengan durasi penggunaan 2 jam. Berikut wawancaranya :

“Saya pakai google untuk cari informasi, Tentang pendaftaran masuk


perguruan tinggi, dan informasi untuk tugas kampus. Sering biasa sampai 2
jam kalau banyak tugas, karena cepat dan mudah untuk mendapatkan
informasi. Saya gunakan dirumah, warnet (warung internet) kalau tidak ada
kuota, dan di sekolah pakai hp”.

Dari pernyataan para informan diatas, menunjukan bahwa Google lebih

berperan dalam pemenuhan kebutuhan informasi pendidikan oleh kalangan

mahasiswa etnis Papua, dibuktikan dengan semua informan yang memilih

memanfaatkan Google dalam memperoleh informasi pendidikan dan rata-rata

dengan durasi penggunaan yang cukup lama pula.

62
2. Youtube

Melalui observasi dan wawancara, selain pemanfaatan jenis media baru seperti

Google juga digunakan oleh kalangan mahasiswa etnis Papua, peneliti juga

mencoba mencari tahu apakah media Youtube dimanfaatkan oleh mereka tidak

hanya untuk hiburan saja, namun juga dalam memperoleh informasi pendidikan.

Yuliana Kartini Demetouw (22), angkatan 2017. Pada media Youtube, Ia

mengaku tidak menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan informasi

pendidikannya. Berikut kutipan wawancaranya :

“Saya hanya gunakan Google saja untuk mendukung tugas-tugas saya


biasanya sampe 1 jam, jadi kalau Youtube saya tidak pakai untuk mencari
informasi pendidikan, lagipula Youtube saya rasa mahal, cepat menghabiskan
kuota, apalagi untuk porsi mahasiswa seperti kami, penggunaan Youtube itu
saya rasa boros”.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Victoria L. Wairara (22), angkatan 2017

yang juga mengaku tidak menggunakan media Youtube dalam memperoleh

informasi pendidikan dengan alasan yang sama dengan informan sebelumnya.

Berikut wawancaranya:

“Saya tidak pakai Youtube. Untuk informasi pendidikan paling saya gunakan
media yang tadi. Saya tidak gunakan Youtube karena menurut saya, biaya
untuk menonton Youtube itu mahal, jadi harus menyiapkan kuota yang besar
juga dan otomatis perlu uang banyak juga. Walaupun memang youtube bisa
juga ditonton offline tapi tetap harus didownload dan itu memakan kuota yang
banyak juga”

63
Selanjutnya, Yorben Wanggober (23), angkatan 2017 juga mendukung

pernyataan kedua informan diatas yang juga tidak menggunakan Youtube sebagai

media informasi pendidikannya. Berikut wawancaranya :

“Kalau untuk Youtube saya tidak pakai. Saya hanya pakai Google untuk
mencari informasi pendidikan saya. Menurut saya Youtube itu perlu biaya
yang mahal untuk menontonnya, apalagi kalu bukanya di Hp pasti perlu kuota
yang banyak juga dan keuangan saya juga terbatas. Jadi saya lebih pilih
Google saja untuk cari informasi”.

Namun berbeda dengan ketiga informan diatas yang mengaku tidak

menggunakan Youtube untuk memenuhi kebutuhan informasi pendidikan mereka,

selain penggunaan Google, Saulius Katori (21) angkatan 2018 juga menggunakan

Youtube untuk mendukung pemenuhan informasi pendidikannya. Berikut kutipan

wawancaranya:

“Selain Google, media Youtube juga saya pakai biasa sampai 2 jam, Mengenai
tugas sekolah, cara pembuatan makalah, dan jurnal. Apalagi untuk tutorial
membuat makalah saya juga pelajari lewat Youtube jika ada tugas makalah
dari kampus. Saya gunakan di Hp biasa, Youtube juga saya bisa nonton
offline jadi bisa menghemat kuota saya. Jika belum mengerti, saya bisa
nonton lagi”
Dari pernyataan para informan diatas, menunjukan bahwa penggunaan jenis

media baru yakni Youtube hanya sebagian kecil saja yang memanfaatkannya

dalam memperoleh informasi pendidikan, dan tidak banyak digunakan oleh

kalangan mahasiswa etnis Papua karena dinilai Youtube mahal jika digunakan

dalam pemenuhan informasi pendidikan mereka.

Dari pernyataan para informan diatas, menunjukkan bahwa media yang dipakai

oleh mahasiswa etnis Papua tidak hanya bergantung pada media konvensional

64
saja, namun juga memilih media baru untuk mendukung pemenuhan kebutuhan

informasi pendidikannya. Sementara itu, dari hasil observasi dan wawancara juga

menunjukkan bahwa mahasiswa etnis Papua lebih dominan mencari informasi

melalui media baru mengenai tugas-tugas perkuliahan. Sedikit pula yang

memanfaatkan media baru untuk menggali informasi mengenai perguruan tinggi

yang mereka embani.

4.3 Alasan dari pemanfaatan media oleh mahasiswa etnis Papua dalam

memperoleh informasi pendidikan

Terdapat beberapa alasan-alasan mengapa seseorang menggunakan media.

Bukan hanya berasal dari faktor kebutuhan dari pengguna saja, namun juga

disebabkan oleh faktor dari media massa itu sendiri. Sehingga seseorang dapat

memilih memanfaatkan media apa saja yang bisa memuaskan kebutuhannya.

Willbur Schramm dari Universitas Standford dalam Rivers dan Jensen

(2003), menyebutkan beberapa alasan dasar sebagai penyebab seseorang

mnggunakan media jika dilihat dari karakteristik media itu sendiri.

1. Kemudahan

2. Biaya

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara sebelumnya terhadap para

informan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Halu Oleo,

menunjukkan bahwa mereka cenderung dominan memilih memanfaatkan media

baru untuk mengakses informasinya. Hal ini tentunya disebabkan oleh beberapa

faktor yang menjadi dasar ataupun alasan mengapa mereka memilih

65
memanfaatkan media massa tersebut dalam memenuhi kebutuhan informasi

pendidikannya.

Mahasiswa etnis Papua sebagai pengguna aktif media juga memiliki alasan

dalam menggunakan ataupun memanfaatkan media massa yang menjadi

pilihannya. Hal itu juga bisa dipengaruhi oleh kebutuhan dasar, situasi sosial,

maupun latar belakang mahasiswa.

Adapun alasan yang mendasari mahasiswa etnis Papua di Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik UHO, memilih jenis media baru yang digunakan dalam

memperoleh informasi pendidikan, dikarenakan dapat mempermudah mereka

dalam hal mengakses informasi, serta biayanya yang terjangkau.

Pernyataan diatas dibuktikan oleh beberapa hasil wawancara bersama para

informan yang menyatakan bahwa dalam menentukan pilihan media berdasar

pada kemudahan akses dalam media tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh

informan bernama Yuliana Kartini Demetouw (22), angkatan 2017 yang berdasar

pada prinsip kemudahan. Berikut wawancaranya :

“Saya lakukan disetiap waktu jika dibutuhkan, karena buku merupakan


sumber ilmu. Yang utama dalam mencari informasi pendidikan saya adalah
google, karena dapat mempermudah saya dalam mengerjakan tugas-tugas
kuliah jika pada media lain yang di sebutkan tadi saya tidak dapatkan
informasinya”.
Selanjutnya, hal yang sama juga diungkapkan oleh Victoria L. Wairara (22)

angkatan 2017, ia menyatakan bahwa dirinya menentukan media pilihannya yakni

Google dan juga buku dengan alasan kemudahan dalam mengakses. Berikut

wawancaranya :

66
“Buku saya gunakan dirumah, juga dibantu dengan Hp atau laptop untuk
buka internet. Biasa juga di warnet. Karena kedua media itu mempermudah
saya dalam mendapatkan informasi. Apalagi di internet, yang saya rasa
paling gampang saya gunakan karena menurut saya juga lebih mudah
dalam mengerjakan tugas kampus”.

Selain Yuliana Kartini Demetouw dan Victoria L. Wairara, yang memilih

media yakni Google dan buku didasarkan pada alasan kemudahan, Saulius Katori

(21) angkatan 2018 juga menentukan media pilihannya yakni Google dan

Youtube karena alasan kemudahan dan biayanya yang murah dalam mengakses

informasi pendidikan melalui internet. Berikut wawancaranya :

“Sangat memudahkan saya untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan


bisa offline, sehingga saya sebagai mahasiswa dengan keadaan ekonomi
yang terbatas dapat menghemat kuota yang dipakai”

Selanjutnya, informan bernama Yorben Wanggober (23) angkatan 2017,

yang memilih media Google dengan alasan kemudahan karena dianggapnya

mudah dijangkau. Berikut wawancaranya :

“Karena informasinya cepat dan akurat, saya menggunakannya di rumah


pakai hp kadang juga di warnet. Karena internet sangat memudahkan
saya karena kita hanya perlu datang ke warnet untuk menggunakan
internet”.

Berdasarkan deskripsi hasil wawancara diatas dan observasi, mahasiswa

etnis Papua sebagai khalayak aktif, menyadari serta dapat menyatakan motif dan

kepuasannya sendiri untuk menggunakan media massa sebagai sumber

informasinya. Selain itu, alasan dari memilih media oleh seseorang tidak pula

hanya berdasar pada kebutuhan saja. Melainkan juga bagaimana karakteristik dan

67
fungsi media massa juga dapat menjadi faktor pendorong dalam memilih

menggunakan media.

4.4 Analisis Pemanfaatan Media Baru dan Konvensional Oleh Mahasiswa

Etnis Papua

Berdasarkan pada masalah yang ambil oleh peneliti, teori yang tepat untuk

digunakan adalah teori uses and gratifications oleh Elihu Katz dan Blumler,

dimana teori ini merupakan pendekatan yang memahami mengapa khalayak aktif

mencari media apa yang bisa memenuhi kebutuhan khalayak.

Dalam Ruggiero (2000), Teori uses and gratifications menjabarkan bahwa

audiens bertanggung jawab dalam pemilihan media yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan mereka, studi dalam bidang ini pula memusatkan perhatian

pada penggunaan atau uses media untuk mendapatkan kepuasan atau

gratifications pada kebutuhan seseorang.

Pendekatan dalam teori uses and gratifications menekankan pada motif dan

kebutuhan diri yang dirasakan oleh khalayak. Dalam teori ini juga menjelaskan

dari sebagian penting pengguna media diasumsikan memanfaatkan media untuk

mencapai kebutuhan yang diinginkan.

Teori ini juga mampu menunjukkan bahwa uses and gratifications selalu

memberikan pendekatan teoritis yang kuat dalam pengenalan setiap individu

dalam menemukan media yang diinginkan dan cocok untuk dijadikan bahan

referensi (Ebersole 2000).

68
Pada dasarnya manusia menggunakan media untuk memenuhi berbagai

kebutuhannya, begitu pula dengan mahasiswa etnis Papua di Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik. Mereka cenderung menggunakan media pilihannya untuk

memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Kebutuhan tersebut dapat berupa

informasi pendidikan.

Mahasiswa etnis Papua sebagai khalayak aktif dengan secara sengaja memilih

memanfaatkan media massa untuk memenuhi kebutuhannya sehingga dapat

mencapai tujuan. Dalam hal ini, diharapkan selain terpenuhi kebutuhannya juga

mendapatkan kepuasan dari penggunaan media yang menjadi pilihanya tersebut.

Berdasarkan hasil pengolahan data diatas, ternyata media konvensional yakni

televisi dan media cetak dalam hal ini adalah buku, serta beberapa jenis media

baru merupakan media yang dimanfaatkan oleh mahasiswa etnis Papua dalam

memperoleh informasi pendidikan.

Menurut data dari hasil wawancara terhadap ke-empat informan terkait, ada

dua informan yang menggunakan media cetak yakni buku, dan bersama juga new

media. Sedangkan dua orang lagi tidak menggunakan media konvensional

manapun, melainkan hanya menggunakan jenis media baru sebagai sarana untuk

mencari informasi pendidikan yang dimaksud. Ditunjukkan dalam infografis

berikut:

69
Infografis 4.1

Media

Konvensional

1. Yuliana Kartini Demetouw Yulia


na Kartini Demetouw
2. Victoria L. Wairara

70
Med
ia Baru

(New Media)

1. Yuliana Kartini Demetouw Sa


2. Victoria L. Wairara ulius Katori
3. Saulius Katori
4. Yorben Wanggober

Sumber : Diolah oleh peneliti

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pula mengenai penggunaan

media massa, peneliti menemukan bahwa penggunaan media baru cenderung

lebih lama dibandingkan penggunaan media konvensional yang dipilih yakni buku

dan televisi. Hal tersebut dipaparkan pada infografis berikut:

71
Infografis 4.2

Durasi Penggunaan Media Massa

Kurang dari

1 jam

Kurang dari

1 jam

Minimal 2 jam

Maksimal 3 jam

Hing
ga 2 jam

Sumber: Diolah oleh peneliti

72
Sementara itu, dari hasil pengolahan data pula terdapat penemuan terkait

informasi pendidikan tentang apa yang menjadi tujuan mereka memanfaatkan

media yang menjadi pilihannya tersebut. Ditemukan bahwa kalangan mahasiswa

etnis Papua lebih dominan menggunakan media pilihannya untuk mencari

informasi pendidikan mengenai tugas-tugas dari kampus, dan sedikit yang

menggunakannya untuk menggali informasi mengenai perguruan tinggi mereka.

Lebih jelasnya lagi diuraikan dalam infografis berikut :

Infografis 4.3

1. Yuliana Kartini Demetouw

Informasi tentang 2. Victoria L. Wairara

Tugas-tugas kampus 3. Saulius Katori

4. Yorben Wanggober

Informasi tentang

pendaftaran masuk Yorbe

perguruan tinggi n Wanggober

Sumber: Diolah oleh peneliti

Terdapat beberapa alasan yang digunakan ketika memanfaatkan media massa

oleh mahasiswa etnis Papua. Dalam hal ini, faktor dari media massa itu sendiri

73
dapat menentukan pemilihan media massa. Berikut beberapa faktor yang

mendasari mahasiswa etnis Papua memanfaatkan media pilihannya yang sesuai

dengan hasil observasi dan wawancara dilapangan:

1. Kemudahan

Dalam alasan kemudahan, mahasiswa etnis Papua sebagai pengguna media

massa memilih media mana yang dianggapnya paling dekat dengannyaatau yang

dinilai dapat memudahkan dirinya selama media itu sendiri tersedia disekitarnya.

Buktinya, selain masih memanfaatkan sebagian dari media massa konvensional

yang dimiliki, kalangan mahasiswa etnis Papua juga cenderung dominan lebih

suka menggunakan media baru untuk memperoleh informasi pendidikan yang

dimaksud. Hal tersebut dianggap sangat memudahkan mereka dalam mendapatkan

informasi.

2. Biaya terjangkau

Biaya juga merupakan suatu alasan yang bahkan menjadi pertimbangan

mengapa mahasiswa etnis Papua memanfaatkan media massa untuk kebutuhan

informasinya. Hal ini dibuktikan pula dengan pemanfaatan internet sebagai media

informasi pendidikan yang dinilai dapat menghemat pengeluaran biaya mereka.

74
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Media yang dimanfaatkan oleh mahasiswa etnis Papua

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka peneliti dapat

mengambil kesimpulan bahwa sebagian mahasiswa etnis Papua dalam

memperoleh informasi pendidikan, lebih memilih menggunakan memanfaatkan

Google dan sedikit yang memilih Youtube sebagai media barunya (new media).

Selain itu, disamping penggunaan new media, sebagian mahasiswa etnis Papua

masih menggunakan media konvensional dalam hal ini adalah buku, sedikit pula

yang menambahkan televisi sebagai sarana untuk memperoleh informasi

pendidikan mereka.

5.1.2 Alasan dari pemanfaatan media yang dipilih oleh mahasiswa etnis

Papua

Terdapat alasan-alasan mengapa kalangan mahasiswa etnis Papua memilih

memanfaatkan medianya baik pada media baru maupun konvensional.

Berdasarkan pada temuan dalam penelitian ini, alasan dalam memilih media yakni

didasarkan pada alasan kemudahan dan juga biaya yang terjangkau.

Pemilihan media konvensional dalam penelitian ini termasuk media massa

yang jarang digunakan dalam memperoleh informasi pendidikan. Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan new media lebih cenderung digemari oleh

mahasiswa etnis Papua di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dimana mereka

lebih banyak menggunakan Google dalam memperoleh informasi pendidikan,

75
karena mereka dengan murah dan mudah mengaksesnya, dimanapun, dan

kapanpun, baik di warnet dengan komputer, dirumah maupun dikampus dengan

menggunakan hp atau laptop.

5.2. Saran

Dengan adanya penggunaan media baru yang cukup tinggi, oleh kalangan

mahasiswa etnis Papua, maka perlu adanya pemahaman literasi dalam

menggunakan new media. Pentingnya dilakukan hal tersebut, agar para subjek

terkait ketika menggunakan new media dapat memanfaatkan dengan sebaik-

baiknya.

76
DAFTAR PUSTAKA

Afif Imanullah. 2015. Kontribusi Pemanfaatan Media Massa Sebagai Sumber


Belajar Dengan Hasil Belajar Mata Kuliah Studi Bencana Mahasiswa
Prodi Pendidikan Geografi. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
Semarang

Achmad Rahmadani Fitriyadi. 2015. Pemanfaatan Media Sosial Facebook dan


Twitter Untuk Memperkenalkan Komunitas Bismania. Serang:
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Arifin, Anwar. (1984). Strategi Komunikasi. Bandung: Armico

Astuti, Santi Indra. (2017). Jurnalisme Radio Teori dan Praktik. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media

Bagdakian, BH. (2004). The New Media Monopoly. Boston: Beacon Press

Bajuri, Adi. (2010). Jurnalistik Televisi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Barnouw, Erick. (1997). Conglomerates and The Media. New York: The New
Press

Blumler, dan Elihu Katz. (1974). Utilizations Of Mass Communications: Current


Perspectives On Gratification Research. California: Sage Publications
Inc

Cangara, Hafied. (2002). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada

Creeber, G dan Martin, R. (2009). Digital Cultures: Understanding New Media.


New York: Open University Press

Criticos. (1996). Media Selection. Plomp, T & Ely, D.P (Eds): International
Encyclopedia of Educational Technology. UK: Cambridge University
Press

77
Davis, Gordon. B. (1990). Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen.
Terjemahan, Seri Manajemen 90-A. Jakarta: PT. Pustaka Binama Press
Indo

Effendy, Uchjana Onong. (1993). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung:
Remaja Rosdakarya

Effendy, Uchjana Onong. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti

Elvinaro, Ardianto. (2007). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung:


Simbiosa Rekatama

Jay G. Blumler. (1979). The Role Of Theory In Uses and Gratification Studies.
Communication Research 6

La Dupai. 2018. Kajian Perilaku Masyarakat Pesisir Dalam Program


Pemberdayaan Bidang Kesehatan Lingkungan di Kota Kendari.
Disertasi. Kendari: Program Pasca Sarjana Universitas Halu Oleo

Larastika Diah Wilujeng. 2013. Pemanfaatan Media Sosial oleh Komunitas


Cosura Surabaya Sebagai Media Informasi Masyarakat. Skripsi. Jawa
Timur: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Little John, Stephen W & Karen A.Foss.(2009). Teori Komunikasi, edisi


kesembilan. Jakarta: Salemba Humanika

Lister, Martin. (2009). New Media: A Critical Introduction. New York: Routledge

McFadden, dkk. (1999). Konsep dan Tuntunan Praktis Basis Data. Yogyakarta:
Andi Yogyakarta

McQuail, Denis. (2003). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga

.(2011). Teori Komunikasi Massa, edisi keenam. Jakarta: Salemba


Humanika

78
.(1987). Mass Communication Theory (Teori Komunikasi Massa).
Jakarta: Erlangga

.(1994). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga

Morrisan. (2008). Jurnalistik Televisi Mutakhir, Cetakan ke-1. Jakarta: Kencana

Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Piliang. (2011). Dunia yang Dilipat. Bandung: Matahari

Purwanto, Ngalim. (2002). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Rakhmat, Jalaluddin. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja


Rosdakarya

.(1984). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja


Rosdakarya

.(2000). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Riswandi M.Si. (2013). Psikologi Komunikasi Cetakan Ke-1. Yogyakarta: Graha


Ilmu

Rivers, L. William dan Jensen, W. Jay. (2003). Media Massa dan Masyarakat
Modern. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana

Ruggiero, Thomas.E. (2000). Uses and Gratification Theory In The 21 st Century,


Mass Communication and Society. University Of Texas at El Paso

Sahar, Arshanto. (2014). Fenomena New Media 9gag. Jakarta: Universitas


Indonesia

Sendjaja,S, Djuarsa. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas


Terbuka

79
Setyani, Novia Ika. (2013). Penggunaan Media Sosial Sebagai Sarana
Komunikasi Bagi Komunitas. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret

Silalahi, Ulber.(2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama

Sobur, Alex. (2006). Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Soenarto, RM. (2007). Program Televisi. Jakarta: IKJ Press

Syahputra, Iswandi. (2006). Jurnalistik Infotainment: Kancah Baru Jurnalistik


Dalam Industri Televisi. Yogyakarta: Pilar Media

Wahyudi, J.B. (1991). Komunikasi Jurnalistik, Pengetahuan Praktis Bidang


Kewartawanan, Surat Kabar – Majalah, Radio, dan Televisi.
Bandung: Penerbit Alumni

Widjaja, H.A. (2000). Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rineka Cipta

Sumber Lain:

Himpunan Mahasiswa Papua (HMP) Universitas Halu Oleo

Http://www.gurupendidikan.co.id/analisis/di

Http://www.kompas.com/tekno/read/2019/05/16/03260037/apjii-jumlah-
pengguna internet-di-indonesia-tembus-171-juta-jiwa

Http://www.kata.co.id/pengertian/radio/2565

Http://www.mgmpipahss.Wordpress.com/tag/beasiswa/

Http://meaningaccordingtoexperts.blogspot.com/2017/04/pengertian-new-media-
menurut-ahli

80
LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. INSTRUMEN PENELITIAN

ANALISIS PEMANFAATAN MEDIA BARU DAN KONVENSIONAL

OLEH MAHASISWA ETNIS PAPUA DALAM MEMPEROLEH

INFORMASI PENDIDIKAN

1. Pedoman Observasi

Lokasi penelitian : Penelitian ini berlokasi di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik, Universitas Halu Oleo.

Objek penelitian : Media baru dan konvensional yang dimanfaatkan dalam

memperoleh informasi pendidikan.

Subjek penelitian : Mahasiswa etnis papua, angkatan 2017 dan 2018

Interpretasi penelitian : Penelitian ini bertujun untuk mengetahui media

massa apa saja yang dimanfaatkan oleh subjek terkait

dalam memperoleh informasi pendidikan. Pentingnya

melakukan penelitian ini agar peneliti mengetahui

bagaimana media baru dan konvensional berperan

dalam pemenuhan kebutuhan informasi mahasiswa

Papua.

81
2. Pedoman Wawancara Penelitian

Karakteristik Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Jurusan/Angkatan :

Judul Penelitian : Analisis Pemanfaatan Media Baru dan Konvensional oleh

Mahasiswa Etnis Papua dalam Memperoleh Informasi

Pendidikan

1. Media apa yang dipakai untuk memperoleh infomasi pendidikan?

2. Mengapa menggunakan media tersebut? Alasannya apa?

3. informasi pendidikan tentang apa yang dicari?

3. Seberapa sering menggunakan media tersebut untuk memperoleh informasi

pendidikan?kenapa?

4. Sejak kapan menggunakan media tersebut?kenapa?

5. Dimana menggunakan media tersebut?kenapa?

6. Pada waktu apa menggunakan media tersebut untuk memperoleh informasi

pendidikan? kenapa?

7. Bagaimana menggunakan media tersebut?kenapa?

82
8. Manfaat apa yang didapatkan dari penggunaan media dalam memperoleh

informasi pendidikan?

83
B. DOKUMENTASI

84
85

Anda mungkin juga menyukai