PENDAHULUAN
1
3. Untuk menyadarkan pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam bermedia sosial.
4. Untuk mengetahui alasan mengapa pengguna mendia sosial harus menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
5. Untuk mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan penggunaan bahasa Indonesia di
media sosial.
1.4 Manfaat
1. Dapat menambah pengetahuan mengenai penggunaan bahasa Indonesia dalam bermedia
sosial.
2. Dapat menyadarkan pengguna media sosial mengenai pentingnya menggunakan bahasa
Indonesia yang sesuai dengan kaidah.
3. Sebagai pengingat pengguna media sosial bahwa bahasa Indonesia di lingkup media
sosial tidak boleh tergeser dengan bahasa asing maupun bahasa gaul.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Perkembangan Zaman Terhadap Pergeseran Tata
Bahasa Indonesia” karya Dewi Rani Gustiasari menyebutkan bahwa saat ini bahasa
Indonesia sudah mulai bergeser esistensinya di media sosial. Bahasa Indonesia mulai
tergeser dengan bahasa gaul. Bukan hanya remaja yang menggunakan bahasa gaul, tapi
banyak juga para orang tua yang menggunakan bahasa tersebut.
Di jurnal yang berjudul “Penggunaan Makian Bahasa Indonesia Pada Media Sosial”
karya Rai Bagus Triadi menyebutkan bahwa saat ini di media sosial banyak ditemui kata
makian dalam bahasa Indonesia. Fungsi media sosial mulai tergeser dari yang awalnya
digunakan untuk berkomunikasi sekarang malah menjadi ajang untuk saling lempar makian.
Umumnya, makian tersebut berupa cibiran atau ekspresi kekesalan dari pengguna media
sosial. Jika dahalu makian banyak dijumpai dengan bahasa lisan, maka sekarang di media
sosial akan banyak dijumpai makian dalam ragam tulis.
Pada jurnal yang berjudul “Penggunaan Bahasa Pada Media Sosial” karya Tri Indrayanti
menjelaskan bahwa dalam penggunaan media sosial bahasa yang digunakan berbeda dengan
bahasa yang digunakan dalam komunikasi secara langsung. Di media sosial sering dijumpai
bahasa yang tidak baku seperti pemendekan kata yang tidak sesuai kaidah. Tak hanya itu,
kata-kata yang digunakan juga kadang ditambah dengan huruf-huruf yang tidak perlu. Hal
tersebut menyebabkan bahasa yang sesuai kaidah lama kelamaan akan menghilang bahkan
mungkin kedepannya banyak orang yang lebih mengerti bahasa gaul dibanding bahasa
Indonesia yang sesuai kaidah.
Bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah kini sudah jarang digunakan dalam
bermedia sosial. Bahasa Indonesia telah digantikan oleh bahasa yang sedang populer di
masyarakat. Bahkan, sekarang penggunaan bahasa Indonesia di media sosial juga disertai
dengan makian. Makian tersebut umumnya berupa cibiran atau ekspresi kekesalan dari
pengguna media sosial. Penggunaan kata-kata Bahasa Indonesia di media sosial juga kadang
tak sesuai kaidah. Kata-kata tersebut sering mengalami pemendekan yang tak sesuai kaidah
dan penambahan huruf yang tak diperlukan.
3
Jejaring sosial adalah jaringan yang memungkinkan para pengguna untuk terhubung
dengan menciptakan informasi profil pribadi dan mengundang teman serta kolega untuk
mengakses profil dan untuk mengirim surat elektronik serta pesan instan. Profil pada
umumnya meliputi foto, video, berkas audio, blogs dan lain sebagainya. Contoh dari social
networking sites adalah Facebook, MySpace, dan Google+.
4
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
3.1 Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat
deksriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam
penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
sesuai dengan fakta di lapangan.
5
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan
laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.”(Nazir, 1988 :
111). Studi kepustakaan dilakukan dengan banyak melakukan telaah dan pengutipan
berbagai teori yang relevan untuk menyusun konsep penelitian. Studi kepustakaan juga
dilakukan untuk menggali berbagai informasi dan data faktual yang terkait atau
merepresentasikan masalah-masalah yang dijadikan objek penelitian.
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Bermedia Sosial
Pada era teknologi informasi ini, media sosial merupakan sarana komunikasi masyarakat
dalam dunia maya yang efektif. Media sosial di dunia maya, seperti Twitter, Facebook, blog,
dan forum-forum diskusi online dewasa ini sangat digemari oleh masyarakat dunia, dan
sangat efektif dampaknya terhadap pembentukan opini masyarakat. Dalam konteks ini,
media sosial dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk promosi program,
pembentukan opini, pencitraan terhadap figur atau kandidat dan melakukan propaganda
politik. Untuk tujuan itu, sebagaimana fungsinya, bahasa yang digunakan dapat disesuaikan
dengan kebutuhannya. Oleh sebab itu, fenomena penggunaan bahasa yang tidak santun
bahkan mengarah pada sarkasme pada media sosial banyak ditemukan. Tulisan yang berisi
umpatan, caci-maki, cemooh, dan merendahkan orang lain sangat mudah ditemukan dalam
akun Facebook, Twitter, blog, dan Instagram yang disampaikan secara terbuka kepada
khalayak.
Pengguna media sosial banyak yang memilih untuk mencampurkan bahasa Indonesia
dengan bahasa daerahnya dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Peristiwa gejala
bahasa tersebut sering disebut dengan interferensi, alih kode dan campur kode. Menurut
Chaer & Agustina (2015: 159), interferensi adalah salah satu bentuk ‘pengacauan’ dalam
praktik berbahasa akibat adanya bilingualism, atau penguasaan bahasa lebih dari satu
macam. ‘Pengacauan’ itu dapat berupa perubahan sistem bahasa sehubungan dengan adanya
persentuhan unsur bahasa dengan bahasa lain. Sementara itu, Menurut Appel (2016:79) alih
kode merupakan gejala peralihan pemakaian bahasa karena adanya perubahan situasi.
Menurut Hymes (2013:103) alih kode itu istilah umum untuk menyebut pergantian
pemakaian dua bahasa atau lebih atau beberapa gaya dari satu ragam. Adapun campur kode
merupakan gejala pemakaian dua bahasa dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa
yang satu ke bahasa yang lainnya secara konsisten.
Dari segi bahasa Indonesia ragam resmi (satu variasi bahasa Indonesia), kita dapat
mengatakan bahwa pengaruh seperti itu “merusak” bahasa Indonesia. Sebabnya ialah karena
penutur mencampuradukkan bentuk ragam resmi dengan ragam santai. Dari segi bahasa
Indonesia ragam santai (dialek setempat), kita tidak dapat mengatakan bahwa bahasa
penutur itu bahasa yang rusak. Penggunaan bahasa harus memerhatikan beberapa faktor:
siapa yang bertutur, kepada siapa, tentang hal apa, di mana, dan dalam situasi apa. Semua
faktor itu menentukan variasi bahasa yang digunakan.
Selain ditemukan adanya penggunaan bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa
daerah (Jawa), ditemukan pula data penggunaan bahasa Indonesia yang bercampur dengan
bahasa asing, utamanya bahasa Inggris dan bahasa Arab. Mengenai temuan itu, dapat
dijelaskan bahwa pada umumnya orang cenderung sengaja melakukan alih kode
menggunakan bahasa asing (Inggris) dengan berbagai latar belakang sebagai alasananya.
Antara lain karena ingin tampak terpelajar, atau modern. Dalam kasus ini khususnya untuk
penggunaan istilah dari bahasa Arab pada umumnya karena berkaitan dengan istilah
keagamaan yang berasal dari agama yang diyakini oleh penutur atau penulisnya.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam bermedia sosial saat ini sering kali mengabaikan
kaidah. Pengguna media sosial banyak yang menggunakan bahasa-bahasa gaul daripada
bahasa Indonesia yang sesuai kaidah. Tak hanya itu, kata-kata yang digunakan juga sering
7
kali mengalami pemendekan. Pemendekan itu banyak ditemui dengan menghilangkan huruf
vokal pada kata yang digunakan. Pemendekan tersebut misalnya “g bs” yang maksudnya
adalah “tidak bisa”. Beberapa fenomena juga ditemui seperti penambahan huruf pada satu
kata padahal harusnya tidak diperlukan. Contoh dari penambahan huruf yang tidak
diperlukan pada “iyha kand” yang maksudnya ialah “iya kan”. Semakin kesini, kata-kata
yang dibalik juga sering ditemui di media sosial. Kata-kata tersebut misalnya “tubir” yang
artinya adalah “ribut”.
8
bisa disingkat, mereka dapat melakukan itu dengan kurun waktu yang sebentar. Namun, tak
dapat dipungkiri bahwa dengan pemendekan tersebut dapat menimbulkan salah tafsir.
Banyak orang yang kurang paham dengan bahasa yang disingkat-singkat seperti itu,
terutama bagi orang tua.
9
sesuai kaidah, maka akan memudahkan orang lain untuk memahahi apa yang dia sampaikan.
Penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah juga akan memberikan contoh
yang baik untuk anak-anak karena mereka meniru apa yang mereka lihat. Jika anak terbiasa
melihat bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah, maka mereka juga akan menirunya.
10
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari karya tulis ini dapat disimpulkan:
1. Bahasa Indonesia di media sosial mengalami banyak pergeseran. Bahasa Indonesia di
media sosial sudah tidak lagi mementingkan kaidah dalam penerapannya. Bahasa yang
digunakan bahkan dicampur antara bahasa Indonesia dan daerah atau asing. Tak hanya
itu, kata-kata yang digunakan juga sering kali mengalami pemendekan yang tidak sesuai
kaidah dan penambahan huruf-huruf yang tidak perlu. Bahkan, sekarang di media sosial
banyak dijumpai penggunaan kata-kata yang dibalik.
2. Alasan dibalik penggunaan bahasa Indonesia di media sosial mengabaikan kaidah adalah
karena bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah dianggap bahasa yang kaku. Selain
itu, bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa asing juga dianggap lebih gaul.
Adanya anggapan bahwa bahasa Indonesia hanya cocok dituturkan oleh orang kota juga
dituding menjadi salah satu sebab dari penggunaan bahasa Indonesia yang
dicampuradukkan.
3. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mencintai bahasa Indonesia itu sendiri. Selain
itu, penyebarluasan padanan istilah juga harus lebih digencarkan agar pengguna media
sosial mengetahui padanan istilahnya. Ketika pengguna media sosial mengetahui padanan
istilahnya, banyak kemungkinan bahwa mereka akan menggunakan istilah tersebut untuk
mengganti istilah terdahulu. Penyebarluasan tersebut bisa melalui media sosial karena
targetnya adalah pengguna media sosial.
4. Dalam bermedia sosial harus menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai kaidah agar
tidak terjadi salah tafsir.
5. Dampak yang ditimbulkan dengan adanya bahasa Indonesai yang tidak sesuai dengan
kaidah meliputi dampak positif dan dampak negatif. Namun, lebih ke dampak negatif.
Dampak positifnya adalah bahasa Indonesia gaul dapat dikenal masyarakat negeri lain.
Sedangkan dampak negatifnya adalah pengguna media sosial tidak mengetahui bahasa
Indonesia yang sesuai dengan kaidah. Selain itu, memberi efek rancu akan kosakata
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5.2 Saran
1. Penyebarluasan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di media harus sesuai
lebih digencarkan agar semua pengguna media sosial mengetahui.
2. Masyarakat yang sudah mengetahui bagaimana menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar hendaknya menerapkan itu ketika di media sosial.
3. Sebagai warga Indonesia, harusnya lebih mencintai dan menggunakan bahasa Indonesia
tanpa mencampuradukkan dengan bahasa daerah maupun bahasa asing.
11
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1986. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Hartono, Jogiyanto. 2005. Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi.
Guntiasari, Dewi Rani, 2018. Pengaruh Perkembangan Zaman Terhadap Pergeseran Tata Bahasa
Indonesia: Studi Kasus Pada Penggunaan Instagram Tahun 2018. Jurnal Renaissance. 3(2): 433
442.
Indrayanti, Tri. Potret Penggunaan Bahasa Remaja Dalam Prespektif Kalangan Mahasiswa.
Seminar Nasional PRASASTI II “Kajian Pragmatik dalam Berbagai Bidang”. 126-131.
Nugrahani, Farida. 2017. Penggunaan Bahasa dalam Media Sosial dan Implikasinya Terhadap
Karakter Bangsa. Stilistika. 3(1): 1-18.
Rosida, Nurlina. 2018. Pengaruh Media Jejaring Sosial Terhadap Penggunaan Gaya Bahasa
Gaul Pada Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 UNISMUH Makassar. Pendidikan
Budaya, Literasi, dan Industri Kreatif: Upaya Membangun Generasi Cerdas
Berkepribadian Unggul. 243-251.
Supratman, Lucy Pujasari. 2018. Penggunaan Media Sosial oleh Digital Native. Jurnal Ilmu
Komunikasi. 15(1): 47-60.
Triadi, Rai Bagus. 2017. Penggunaan Makian Bahasa Indonesia Pada Media Sosial (Kajian
Sosiolinguistik). Jurnal Sasindo Unpam. 5(2): 1-26.
Ambar. 2017. 20 Pengertian Media Sosial Menurut Para Ahli di
https://www.google.com/amp/s/pakarkomunikasi.com/pengertian-media-sosial
menurut-para-ahli/amp (akses 25 Juni 2019)
Raharja, Widuri. 2014. Metode Studi Pustaka di
https://widuri.raharja.info/index.php/Metode_Studi_Pustaka (akses 25 Juni 2019)
Scribd. 2011. Pengertian Studi Kepustakaan di
https://www.scribd.com/doc/57297015/Pengertian studi-kepustakaan (akses 25 Juni
2019)
Suhaidi, Achmad. 2014. Pengertian Sumber Data, Jenis-jenis Data, dan Metode Pengumpulan
Data di https://www.google.com/amp/s/achmadsuhaidi.wordpress.com/2014/02/
26/ pengertian sumber-data-jenis-jenis-data-dan-metode-pengumpulan-data/amp/
(akses 25 Juni 2019)
Tesis Disertasi. 2015. Contoh Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif di
https://tesisdisertasi.blogspot.com/2014/11/contoh-teknik-pengumpulan-data.html?m=1
(akses 25 Juni 2019)
Wikipedia. Bahasa Indonesia di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia (akses 25
Juni 2019)
12