Internet. Satu kata yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Saat ini,
tanpa disadari terdapat banyak sekali peranan internet dalam aspek
kehidupan kita. Mulai dari pesan tiket kereta, hotel, belajar membuat
sesuatu, hingga mencari berita terkini.
Internet merupakan singkatan dari Interconnected Network, atau
sistem global yang menginterkoneksi atau menyambungkan jaringan
komputer yang menggunakan Standrard Internet Protocol
Suite(TCP/IP) di seluruh dunia. Pada awalnya, seorang mahasiswa
Sosiologi Universitas Harvard yang bernama Ted Nelson menemukan
konsep dari hypertextpada tahun 1963. Akhirnya, hal tersebut
dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat dalam
proyek bernama ARPANET di tahun 1969. ARPANET ini merupakan
jaringan komputer yang dirancang oleh pihak Amerika Serikat untuk
menahan serangan nuklir dari pihak musuh.
ARPANET ini ternyata menjadi embrio atau cikal bakal kelahiran
internet. Kemajuan teknologi ini dirasa penting untuk dikembangkan
lebih jauh. Oleh karena itu, pada tahun 1972 ada organisasi bernama
DARPA (Defense Advanced Research Projects Agency) yang
bertanggung jawab akan tugas tersebut.
Perkembangan ini tentu saja tidak berhenti sampai disitu. Internet
berkembang pesat sejak ditemukannya browser di tahun 1992. Internet
yang dirasa bisa menyebarkan informasi lebih cepat akhirnya digunakan
sebagai media jurnalisme. Situs jurnalisme pertama diluncurkan di
University of Florida pada tahun 1993.
Perkembangan tersebut juga sampai di Indonesia, sehingga satu
tahun setelah diluncurkan situs jurnalisme di University of Florida, di
tahun 1994 muncul Republika.co.id sebagai media online pertama di
Indonesia. Kemudian, menyusul pada tahun 1996 muncul
tempointeraktif.com yang sekarang berubah menjadi Tempo.co.
Tidak lama setelah itu, diluncurkan pula Bisnis Indonesia pada
tanggal 2 September 1997, dan Kompas Online (kompas.com). Media-
media tersebut menjadi generasi pertama situs berita online di
Inodonesia. Pada saat itu, isi portal berita yang sudah ada di Indonesia
kebanyakan hanya memindahkan versi cetak ke bentuk online, dan
belum berorientasi profit karena internet pada waktu itu belum populer
di Indonesia.
Bentuk ini dirasa biasa saja dan cenderung statis. Oleh karena itu,
pada tahun 1998 Detik.com lahir dengan konsep yang baru dengan
langgam straight to the point atau langsung ke pada intinya saja.
Detik.com pun mendapatkan tempat di hati para pembacanya. Seiring
berjalannya waktu, banyak sekali media online bermunculan. Namun,
media-media tersebut perlahan-lahan gugur karena pertumbuhan bisnis
yang ada tidak sesuai dengan kucuran dana yang sudah mengalir dari
investor.
Kelesuan ini berlangsung mulai dari akhir tahun 2000 hingga tahun
2003. Tetapi, di tahun 2003 ada seorang warga negara Indonesia
lulusan Australia, yakni Steve Christian bersama rekannya membuat
situs berjudul www.kapanlagi.com. Situs tersebut merupakan situs yang
berisi tentang berita hiburan, dan tujuh tahun kemudian situs ini menjadi
situs hiburan terpopuler di Indonesia. Lalu, tahun 2012 Steve membuat
portal berita yang lebih serius, yakni Merdeka.com.
Kemudian, tahun 2007 grup PT Media Nusantara Citra (MNC)
merilis Okezone.com. Peluncuran situs ini menjadi salah satu monument
kebangkitan media online di Indonesia. Akhirnya, beberapa media
seperti Vivanews.com, Kompas.com, dan Tempo.com digarap lebih
serius lagi. Kompas.com yang sebelumnya hadir dengan nama Kompas
Cyber Media akhirnya melakukan re-branding menjadi Kompas.com di
tahun 2008 dengan total biaya Rp 11 Miliar.
Portal berita online yang pada awalnya tidak begitu dilirik, kini bisa
dikatakan menjadi pusat perhatian dan sesuatu yang serius. Hal ini
terjadi karena orang-orang semakin menyadari bisa saja terjadi
kemungkinan media-media yang sudah ada sebelumnya ditinggalkan
oleh para penggunanya. Saat ini, disadari atau tidak sudah terjadi
pergeseran sikap dalam memilih media informasi. Orang-orang yang
tadinya bersedia meluangkan waktunya untuk membaca koran di pagi
hari sebelum berangkat kerja, kini mulai beralih kepada sentuhan di
telepon genggam mereka, karena dianggap lebih cepat dan efisien. Oleh
karena itu, banyak media yang menyiapkan versi online mereka secara
lebih baik dan serius. Hal ini bertujuan supaya media mereka bisa tetap
eksis di dalam persaingan yang ketat.
Tirto.id adalah sebuah situs berita, artikel dan infografik di
Indonesia. Nama Tirto diambil dari pahlawan nasional bapak pers Tirto
Adhi Soerjo yang pada masanya mendirikan surat kabar Soenda Berita,
Medan Prijaji, dan Poetri Hindia juga pembentukan Sarekat Dagang
Islam (SDI).
Situs berita Tirto.id didirikan oleh Atmaji Sapto Anggoro yang
sekaligus menjabat sebagai Pimpinan Redaksi dan CEO. Sajian tulisan
Tirto.id meliputi rubrik Mild Report, Indepth, Hardnews, Current Issue,
dan Tirto Visual Report (TVR). International Fact-Checking Network
(IFCN) menyatakan Tirto.id lolos verifikasi pada Januari 2018.
Pada portal beritanya, pada halaman pertama akan ditemui
presentase tokoh-tokoh yang sering diberitakan oleh Tirto.id. Joko
Widodo menduduki presentase tertinggi yaitu 45%, disusul Kokoh Afiat
(direktur utama Persija Jakarta) sebesar 43% kemudian Prabowo
Subianto dengan 26% dan yang terakhir Soeharto dengan presentase
terendah yaitu 4%.
Presentase yang tinggi pada presiden Republik Indonesia, Joko
Widodo membuat peneliti tertarik mengenai wacana yang Tirto.id sajikan
mengenai tokoh berpengaruh tersebut. Setelah ditelusuri lebih lanjut,
topic mengenai proyek infrastruktur Jokowi menjadi topic yang paling
banyak ditulis oleh media daring Tirto.id. Maka peniliti memutuskan
untuk melakukan penelitian tentang Analisa Wacana Kritis Pemberitaan
Proyek Infrastruktur Jokowi Di Media Daring Tirto.Id
c. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi literasi pada masyarakat
mengenai analisa wacana kritis proyek infrastruktur Jokowi sehingga
dapat mudah memahami baik dan buruknya dampak yang dihasilkan
dari proyek tersebut.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada
pengelola media dalam mengkonstruksi realitas pemberitaan di media,
dan bagi sumber berita sebagai bahan masukan ketika berinteraksi
dengan media.
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kalitatif. Menurut Denzin &
Lincoln (1994) dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif oleh Albi
Anggito & Johan Setiawan pada tahun 2018, Penelitian Kualitatif adalah
peneitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada.
Masih dalam buku yang sama, Erickson (1968) menyatakan bahwa
penelitian kualitatif berusaha untuk menemukan dan menggambarkan
secara naratif kegiatan yang dilakukan dan dampak dari tindakan yang
dilakukan terhadap kehidupan mereka.
Dari beberapa pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dimana peneliti
adalah sebagai instrument kunci.
b. Perspektif kritis
b. Internet Searching
Dalam internet terdapat berbagain pembahasan dan sumber data
yang melengkapi dalam penelitian ini. Internet searching merupakan
salah satu teknik pengambilan data yang digunakan peneliti. Terdapat
website dan artikel-artikel yang digunakan oleh peneliti.
file:///C:/Users/Administator/Downloads/Model_Bisnis_Penyiaran_Televisi_Digital
.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_kritis
http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7014/2/ART_Sih%20N%20Sukm
i_Rethinking%20Teori%20Komunikasi_fulltext.pdf
https://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2014/08/jurnal%20elina%20flora%20ok%20(08-27-14-03-33-
14).pdf
Representasi FPI…., Devfanny Aprilia Artha, FISIP UI, 2012.
Ejournal.uinjkt.ac.id/…/EEN%20IRIANTI%.SOS