Anda di halaman 1dari 41

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes mellitus (DM) berasal dari kata Yunani diabaínein, yang berarti
“tembus” atau “pancuran air”, dan dari kata Latin mellitus yang berarti “rasa
manis”.Di Indonesia (dan Negara berbahasa Melayu) lebih dikenal sebagai
kencing manis. Diabetes Mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula darah (hiperglisemia) yang terus-menerus dan bervariasi,
terutama

Sumber lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan diabetes mellitus


adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat
gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, dan pembuluh darah, disertailesi pada membrane basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskopelektron.

World Health Organisation (WHO) pada tahun 2003 memperkirakan bahwa


terdapat 194 orang atau 51% dari 3,8 milyar penduduk dunia menderita DM, yang
mana sebagian besar berasal dari usia 20—79 tahun. Yang mana pada tahun 2025
diperkirakan akan meningkat kembali menjadi 333 juta orang. Angka kenaikan
penderita DM ini dipicu juga karena tidak adanya pengawasan nutrisi yang baik
dan terpenuhi untuk tubuh, pola hidup yang tidak sehat, dan kurangnya melakukan
aktifitas fisik. Selain itu seseorang telah terindikasi mengidap DM dapat
disebabkoleh merokok, dan obesitas. Untuk itu diperlukannya pemahaman
mengenai DM pada setiap orang, agar memberikan pemahaman lebih mengenai
DM.

Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang mirip dan komplikasi pada
tingka lanjut. Hiperglisemia sendiri dapat menyebabkan dehidrasi dan
ketoasidosis. Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular
(risikoganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina
yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat
2

menyebabkan impotensi dan ganggguan dengan risiko amputasi. Komplikasi yang


lebih serius lebih umum bila control kadar gula darah buruk. Penderita diabetes
memiliki kadar gula darah yang tinggi. Ini disebabkan karena pancreas tidak dapat
memproduksi insulin atau pun otot, lemak dans el-sel hati tidak merespon normal.

Secara umum, asupan gula dalam darah disimpan dalam hati.Di sini diolah
menjadi glikogen. Jika tubuh memerlukan, hati akan mengeluarkan dan mengolah
kembali menjadi glukosa. Bagi orang normal, sebanyak apapun konsumsi gula
tidak mengganggu organ tubuh. Namun, tidak demikian bagi diabetesi. Jika buang
air kecil, airnya agak kental dan terasa manis. Ini dikarenakan banyaknya gula yang
berada dalam darah.Gula tersebut dibersihkan dan dikumpulkan dalam kandung
kemih oleh ginjal.

1.2 RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Diabetes Mellitus
2. Bagaimana etiologi penyakit Diabetes Mellitus tersebut?
3. Apakah yang menyebabkan terjadinya penyakit Diabetes Mellitus?
4. Bagaimana gejala klinis dan tanda-tanda penderita Diabetes Mellitus?
5. Bagaimana cara mendiagnosa penyakit Diabetes Mellitus?
6. Siapa saja yang dapat menjadi faktor risiko penyakit Diabetes Mellitus?
7. Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit Diabetes Mellitus?
8. Apakah ada hubungan antara penyakit Diabetes Mellitus dengan penyakit lain?
9. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan penyakit Diabetes Mellitus?
10. Bagaimana epidemiologi penyakit Diabetes Mellitus di Indonesia?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Mengetahui penyakit Diabetes Mellitus dan etiologinya.


2. Mengetahui penyebab penyakit Diabetes Mellitus.
3. Mengetahui gejala klinis dan tanda-tanda penderita penyakit Diabetes
Mellitus.
3

4. Mengetahui diagnosa penyakit Diabetes Mellitus.


5. Mengetahui faktor resiko penyakit Diabetes Mellitus.
6. Mengetahui mekanisme penyakit Diabetes Mellitus.
7. Mengetahui apakah ada hubungan penyakit Diabetes Mellitus dengan
penyakit lain.
8. Mengetahui pencegahan dan penanggulangan penyakit Diabetes Mellitus
9. Mengetahui epidemiologi penyakit Diabetes Mellitus di Indonesia.

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan pada penyusunan makalah ini adalah dengan
menggunakan metode penulisan studi pustaka. Yang mana penulisan makalah
ini berdasarkan referensi buku-buku dan penelusuran internet pada situs-situs
yang dapat dipercaya
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defnisi dan Etiolgi Diabetes Mellitus

2.1.1 Definisi

Diabetes mellitus, DM (bahasaYunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau


pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia
dengan istilah penyakit kencing manis adalah kelainan metabolik yang disebabkan
oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglikemia kronis dan gangguan
metabolism karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari defisiensi sekresi
hormon insulin, aktivitas insulin, atau diakibatkan oleh defisiensi transporter
glukosa. Diabetes Mellitus juga dapat diartikan sebagai suatu penyakit karena tubuh
tidak mampu mengendalikan jumlahgula, atau glukosa, dalam aliran darah.Ini
menyebabkan hiperglikemia, suatu kadar gula darah yang tingginya sudah
membahayakan. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang disebabkan
oleh:

a. ketidakmampuan organ pancreas untuk memproduksi hormon insulin dalam


jumlah yang cukup,
b. tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan oleh pancreas
secara efektif, atau
c. gabungan dari kedua hal tersebut.

2.1.2 Etiologi Diabetes Mellitus


Penyebab utama diabetes di era globalisasi adalah adanya perubahan gaya
hidup (pola makan yang tidak seimbang, kurang aktivitas fisik). Selain itu,
adanya stress, kelainan genetika, usia yang semakin lama semakin tua dapat
pula menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit diabetes. Diabetes
mellitus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
5

1. Diabetes mellitus tipe 1, yakni diabetes mellitus yang disebabkan oleh


kurangnya produksi insulin oleh pankreas.
2. Diabetes melitustipe 2, yang disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga
penggunaan insulin oleh tubuh menjadi tidak efektif.
3. Diabetes gestasional, adalah hiperglikemia yang pertama kali ditemukan
saat kehamilan.
Penyebab diabetes adalah kurangnya produksi insulin (DM tipe I) atau
kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (DM tipe II). Namun jika
dirunut lebih lanjut, ada beberapa faktor yang menyebabkan DM sebagai
berikut :
a. Genetik atau factor keturunan
DM sering diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Anggota
keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar terserang
penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita
DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang
terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi
,sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk
diwariskan kepada anak-anaknya.
b. Sindromovariumpolikistik (PCOS)
Menyebabkan peningkatan produksi androgen di ovarium dan resistensi
insulin serta merupakan salah satu kelainan endokrin tersering padawanita,
dan kira-kira mengenai 6 persen dari semua wanita, selama masa
reproduksinya.
c. Virus dan bakteri
Virus penyebab DM adalah rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4.
Melalui mekanisme infeksisitolitik dalamsel beta.Virus ini mengakibatkan
destruksi atau perusakan sel. Bisaj uga, virus ini menyerang melalui reaksi
autoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta.
Sedangkan bakteri masih belum bias dideteksi, tapi menurut ahli
mengatakan bahwa bakteri juga berperan penting menjadi penyebab
timbulnya DM.
6

2.2. Penyebab Diabetes Mellitus

Faktor Penyebab Diabetes Mellitus, atau lebih dikenal dengan istilah penyakit
kencing manis mempunyai beberapa faktor pemicu penyakit tersebut, antara
lain:

a. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan
oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. konsumsi makan
yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah
yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat .

b. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes militus.

c. Faktor genetis
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen
penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya
menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya
bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.

d. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan


Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas
menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang
terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.

e. Penyakit dan infeksi pada pancreas


Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan
radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh
termasuk insulin.
7

f. Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus.
Jika orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena
penyakit diabetes mellitus karena olah raga berfungsi untuk membakar
kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam
tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus selain disfungsi
pankreas.

Penyebab penyakit kencing manis atau diabetes tergantung pada jenis


diabetes yang di derita. Ada 2 jenis diabetes yang umum terjadi dan diderita
banyak orang yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Perbedaannya adalah
jika diabetes tipe 1 karena masalah fungsi organ pankreas tidak dapat
menghasilkan insulin, sedangkan diabetes tipe 2 karena masalah jumlah
insulin yang kurang bukan karena pankreas tidak bisa berfungsi baik.

2.2.1 Diabetes Tipe 1

Penyakit diabetes tipe 1 sering disebut Insulin Dependent Diabetes


Mellitus atau Diabetes Mellitus yang Bergantung pada Insulin. Jadi
diabetes tipe 1 berkaitan dengan ketidaksanggupan pankreas untuk
membuat insulin. Jadi diabetes tipe ini berkaitan dengan kerusakan atau
gangguan fungsi pankreas menghasilkan insulin. Penderita penyakit
diabetes tipe 1 sebagian besar terjadi pada orang di bawah umur 30 tahun.
Itu sebabnya penyakit ini sering dijuluki diabetes anak-anak karena
penderitanya lebih banyak terjadi pada anak-anak dan remaja. Pada diabetes
tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin akibat kelainan
sistem imun tubuh yang menghancurkan sel yang menghasilkan insulin atau
karena infeksi virus sehingga hormon insulin dalam tubuh berkurang dan
mengakibatkan timbunan gula pada aliran darah. Penyebab Diabetes Tipe 1,
Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin.
Karena kekurangan insulin menyebabkan glukosa tetap ada di dalam aliran
darah dan tidak dapat digunakan sebagai energi. Beberapa penyebab
8

pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin pada penderita diabetes


tipe 1, antara lain karena:

a. Faktor keturunan atau genetika. Jika salah satu atau kedua orang tua
menderita diabetes, maka anak akan berisiko terkena diabetes.
b. Autoimunitas yaitu tubuh alergi terhadap salah satu jaringan atau jenis
selnya sendiri dalam hal ini, yang ada dalam pankreas. Tubuh
kehilangan kemampuan untuk membentuk insulin karena sistem
kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin.
c. Virus atau zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel
(kelompok-kelompok sel) dalam pankreas tempat insulin dibuat.
Semakin banyak pulau sel yang rusak, semakin besar kemungkinan
seseorang menderita diabetes.

2.2.2 Diabetes Tipe 2

Penyakit diabetes tipe 2 sering juga disebut Non-Insulin Dependent


Diabetes Mellitus atau Diabetes Mellitus Tanpa Bergantung pada Insulin.
Berbeda dengan diabetest tipe 1, pada tipe 2 masalahnya bukan karena
pankreas tidak membuat insulin tetapi karena insulin yang dibuat tidak
cukup. Kebanyakan dari insulin yang diproduksi dihisap oleh sel-sel lemak
akibat gaya hidup dan pola makan yang tidak baik. Sedangkan pankreas
tidak dapat membuat cukup insulin untuk mengatasi kekurangan insulin
sehingga kadar gula dalam darah akan naik.Diabetes tipe 2 merupakan jenis
diabetes yang sebagian besar diderita. Sekitar 90% hingga 95% penderita
diabetes menderita diabetes tipe 2. Jenis diabetes ini paling sering diderita
oleh orang dewasa yang berusia lebih dari 30 tahun dan cenderung semakin
parah secara bertahap.Penyebab Diabetes Tipe 2,Penyebab diabetes tipe 2
karena insulin yang dihasilkan oleh pankreas tidak mencukupi untuk
mengikat gula yang ada dalam darah akibat pola makan atau gaya hidup
yang tidak sehat. Beberapa penyebab utama diabetes tipe 2 dapat
diringkaskan sebagai berikut:
9

1. Faktor keturunan, apabila orang tua atau adanya saudara sekandung


yang mengalaminya.
2. Pola makan atau gaya hidup yang tidak sehat. Banyaknya gerai
makanan cepat saji (fast food) yang menyajikan makanan berlemak dan
tidak sehat.
3. Kadar kolesterol yang tinggi.
4. Jarang berolahraga.
5. Obesitas atau kelebihan berat badan. Semua penyebab diabetes tipe 2
umumnya karena gaya hidup yang tidak sehat. Hal ini membuat
metabolisme dalam tubuh yang tidak sempurna sehingga membuat
insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. Hormon insulin
dapat diserap oleh lemak yang ada dalam tubuh. Sehingga pola makan
dan haya hidup yang tidak sehat bisa membuat tubuh kekurangan
insulin.

2.3. Gejala Klinis atau Tanda-Tandanya

Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa gejala
yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang
sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil),
polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu sering
pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu,
kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat
mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.

a. Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria,


polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue),
iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit).
b. Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe
2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa
tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah
terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar
sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita
10

hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah


dan syaraf.

Pada awalnya, pasien sering kali tidak menyadari bahwa dirinya mengidap
diabetes melitus, bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Namun, harus dicurigai
adanya DM jika seseorang mengalami keluhan klasik DM berupa:
- poliuria (banyak berkemih)
- polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)
- polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus)
- penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
Jika keluhan di atas dialami oleh seseorang, untuk memperkuat diagnosis dapat
diperiksa keluhan tambahan DM berupa:
- lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal
- penglihatan kabur
- penyembuhan luka yang buruk
- disfungsi ereksi pada pasien pria
- gatal pada kelamin pasien wanita
Diagnosis DM tidak boleh didasarkan atas ditemukannya glukosa pada urin saja.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah dari pembuluh darah
vena. Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil terapi dapat dilakukan dengan
memeriksa kadar glukosa darah kapiler dengan glukometer.
Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih kriteria di
bawah ini:
- Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL
- Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL
- Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200
mg/dL
- Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%
Keterangan:
- Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
tanpa memperhatikan waktu makan terakhir pasien.
- Puasa artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam.
11

- TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan


glukosa khusus untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan
dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam
dan 2 jam setelah meminum larutan tersebut. Pemeriksaan ini sudah jarang
dipraktekkan.
Jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari nilai normal tetapi tidak masuk
ke dalam kriteria DM, maka dia termasuk dalam kategori prediabetes. Yang termasuk
ke dalamnya adalah
- Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT), yang ditegakkan bila hasil
pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dL
dan kadar glukosa plasma 2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO <
140 mg/dL
- Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), yang ditegakkan bila kadar glukosa
plasma 2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO antara 140 – 199 mg/dL

2.4. Diagnosa Diabetes Mellitus

Diagnosis diabetes mellitus antara lain keluhan dan gejala yang khas ditambah
hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126
mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan
gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban
glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan
dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat,
dll. Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji
diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukan gejala DM, sedangkan
pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala,
tapi punya resiko DM (usia >45 tahun, berat badan lebih, hipertensi, riwayat keluarga
DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi >4000 gr, kolesterol HDL <= 35
mg/dl, atau trigliserida >= 250 mg/dl). Uji diagnostik dilakukan pada mereka yang
positif uji penyaring.
12

Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak


dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menegakkan
diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan
yang dipakai. Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan glukosa darah plasma vena. Untuk
memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah seyogyanya dilakukan di
laboratorium klinik yang terpercaya . Untuk memantau kadar glukosa darah dapat
dipakai bahan darah kapiler. Saat ini banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa
darah cara reagen kering yang umumnya sederhana dan mudah dipakai. Hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah memakai alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh
kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara pemeriksaan sesuai dengan cara standar yang
dianjurkan. Secara berkala , hasil pemantauan dengan cara reagen kering perlu
dibandingkan dengan cara konvensional.

2.4.1 Pemeriksaan Penyaring


Pemeriksaan penyaring yang khusus ditujukan untuk DM pada penduduk
umumnya (mass-screening = pemeriksaan penyaring) tidak dianjurkan karena
disamping biaya yang mahal, rencana tindak lanjut bagi mereka yang positif
belum ada. Bagi mereka yang mendapat kesempatan untuk pemeriksaan
penyaring bersama penyakit lain (general check up) , adanya pemeriksaan
penyaring untuk DM dalam rangkaian pemeriksaan tersebut sangat dianjurkan.
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah satu faktor
risiko untuk DM, yaitu :

a. kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun )


b. kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27 (kg/m2)}
c. tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)
d. riwayat keluarga DM
e. riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram
f. riwayat DM pada kehamilan
g. dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl
h. pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu)
13

Tabel 1. Kadar glukosa darah sewaktu* dan puasa* sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM (mg/dl)

*metode enzimatik

Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di


Indonesia – PERKENI tahun 2011.
2.4.2 Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas
DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, lemah, dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin
dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensia
pada pasien pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan khas,
pemeriksaan glukosa darah sewaktu 200 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
126 mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM. Untuk kelompok
tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali
saja abnormal , belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis klinis DM.
Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan menddapatkan sekali lagi angka
abnormal, baik kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl, kadar glukosa darah
sewaktu 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa
oral (TTGO) yang abnormal. Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1985) antara
lain :
14

a. diperiksa kadar glukosa 3 (tiga) hari sebelumnya makan seperti


biasa kegiatan jasmani secukupnya, seperti yang biasa dilakukan
b. puasa semalam, selama 10-12 jam, kadar glukosa darah puasa
diperiksa diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgBB,
dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum selama/dalam darah 2
(dua) jam sesudah beban glukosa; selama pemeriksaan subyek yang
diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Kriteria diagnostik Diabetes Melitus, yaitu :

a. Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) ³ 200 mg/dl , atau


b. Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) ³ 126 mg/dl (Puasa berarti
tidak ada masukan kalori sejak 10 jam terakhir ) atau Kadar glukosa
plasma ³ 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada
TTGO**.

Keterangan :

* Kriteria diagnostik tsb harus dikonfirmasi ulang pada hari yang lain, kecuali
untuk keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut,
seperti ketoasidosis atau berat badan yang menurun cepat.

**Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak dipakai rutin diklinik.

2.5. Faktor Resiko

Faktor risiko Diabetes Melitus, antara lain :

1. Faktor Usia
Usia bisa menjadi factor risiko karena sering bertambahnya umur terjadi
penurunan fungsi-fungsi organ tubuh, termasuk reseptor yang membantu
pengangkutan glukosa ke jaringan. Reseptor ini semakin lama akan semakin
tidak peka terhadap adanya glukosa dalam darah. Sehingga, yang terjadi adalah
peningkatan kadar glukokosa dalam darah.

2. Jenis Kelamin
15

Pada usia kurang dari 40 tahun, pria dan wanita memiliki risiko yang sama
mengalami diabetes. Sedangkan pada usia lebih dari 40 tahun, wanita lebih
berisiko mengalami diabetes. Pada wanita yang telah mengalami menopause,
gula darah lebih tidak terkontrol karena terjadi penurunan produksi hormone
esterogen dan progesteron. Hormon esterogen dan progesterone ini
mempengaruhi bagaimana sel-sel tubuh merespon insulin.

3. Pola Makan
Kebiasaan makan yang sekaligus banyak, meningkatkan risiko diabetes.
Makan yang sekaligus banyak memacu insulin dan reseptor untuk bekerja lebih
keras, sehingga reseptor lebih cepat mengalami kerusakan.

4. Keturunan
Kepekaan reseptor terhadap glukosa ternyata diturunkan ke generasi
berikutnya. Sehingga, orang tua mengalami diabetes, kemungkinan anaknya
juga mengalami diabetes.

5. Aktivitas Fisik
Orang-orang yang suka hidup dengan santai tanpa melakukan apapun ternyata
memiliki risiko yang lebih besar mengalami diabetes. Orang-orang yang sering
berrsantai adalah orang-orang yang membiasakan otot-otot luriknya tidak
bekerja, sehingga otot lurik tidak aktif. Bila otot lurik tidak aktif, maka reseptor
yang menerima glukosa juga tidak aktif. Akibatnya, glukosa akan tinggi
kadarnya dalam darah.

6. Kehamilan Besar atau Kembar


Kehamilan yang besar atau kembar ternyata dapat meningkatkan produksi
hormon pertumbuhan lebih banyak. Hormon pertumbuhan ini melawan kerja
insulin. Karena kerja insulin dihambat, akibatnya kadar glukosa dalam darah
tinggi.

7. Obesitas atau Kegemukan


Orang yang mengalami obesitas tentu memiliki simpanan lemak yang lebih
banyak dibandingkan orang yang memiliki berat badan ideal. Banyaknya
16

lemak dalam tubuh, meningkatkan jaringan adipose. Padahal reseptor-reseptor


glukosa terdapat pada jaringan non-adiposa. Akibatnya, jumlah reseptor
glukosa juga semakin sedikit. Sehingga, yang terjadi adalah peningkatan kadar
glukosa darah.

8. Merokok
Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
karena merokok dapat menimbulkan kematian. Bila pada tahun 2000 hampir 4
juta orang meninggal akibat merokok, maka pada tahun 2010 akan meningkat
menjadi 7 dari 10 orang yang akan meninggal karena merokok. Di Indonesia,
70% penduduknya adalah perokok aktif. Dilihat dari sisi rumah tangga, 57
persennya memiliki anggota yang merokok yang hampir semuanya merokok
di dalam rumah ketika bersama anggota keluarga lainnya. Artinya, hampir
semua orang di Indonesia ini merupakan perokok pasif.

9. Stres
Stres memang faktor yang dapat membuat seseorang menjadi rentan dan
lemah, bukan hanya secara mental tetapi juga fisik. Penelitian terbaru
membuktikan komponen kecemasan, depresi dan gangguan tidur malam hari
adalah faktor pemicu terjadinya penyakit diabetes khususnya di kalangan pria.

10. Hipertensi
Penderita penyakit darah tinggi memiliki resiko diabetes yang lebih tinggi. Di
Amerika telah meneliti hubungan antara tekanan darah dengan diabetes tipe 2
dan menemukan bahwa wanita yang memiliki tekanan darah tinggi berisiko 3
kali terkena diabetes dibandingkan dengan wanita yang memiliki tekanan
darah rendah.

11. Kelompok Etnik atau Ras


Kelompok etnik atau ras khususnya di Afrika Amerika, penduduk asli
Amerika, Asia, Kepulauan Pasifik, dan Amerika Hispanik.
17

2.6. Mekanisme Diabetes Mellitus

Mekanisme timbulnya penyakit kencing manis atau diabetes mellitus adalah


sebagai berikut; Pada kondisi normal, glukosa dalam tubuh yang berasal dari makanan,
diserap ke dalam alirandarah dan bergerak ke sel-sel di dalam tubuh. Glukosa tersebut
kemudian dimanfaatkan sebagaisumber energi. Pengubahan glukosa dalam darah
menjadi energi dilakukan oleh hormon insulinyang dihasilkan oleh kelenjar pankreas.
Hormon insulin juga berfungsi untuk mengatur kadar glukosa dalam darah.

Secara normal, glukosa akan masuk ke sel-sel dan kelebihannyadibersihkan


dari darah dalam waktu 2 jam . Namun apabila insulin yang tersedia jumlahnya
terbatas dan atau tidak bekerja dengan normal,maka sel-sel di dalam tubuh tidak
terbuka dan glukosa akan terkumpul dalam darah. Kadar glukosa darah di atas 10
mmol per liter merupakan kondisi di atas ambang serap ginjal. Apabila kadar glukosa
dalam darah berlebihan, maka sebagian glukosa kemudian dibuang bersama
urin.Peristiwa terbuangnya glukosa bersama-sama urin tersebut dikenal dengan istilah
kencing manis.
18

Gb 2.Bagan Mekanisme Diabetes Mellitus

2.7. Hubungan Diabetes Mellitus dengan Penyakit lain

1. Diabetes Mellitus dengan penyakit jantung koroner


DM merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein, disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau
absolut. (Inzuchi SE, 2003). Gambaran patologik DM sebagian besar dapat
dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin yaitu
berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh, peningkatan metabolisme
lemak yang menyebabkan terjadinya metabolism lemak abnormal disertai
endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah sehingga timbul gejala
19

aterosklerosis serta berkurangnya protein dalam jaringan tubuh (Guyton CA.


1996). DM yang tidak dikelola dengan baik mengakibatkan komplikasi
vaskuler yang dibedakan menjadi komplikasi makrovaskuler seperti penyakit
jantung koroner, penyakit pembuluh darah perifer dan stroke, mikrovaskuler
seperti retinopati, nefropati dan neuropati. Pada penderita DM terjadinya
iskemia atau infark miokard kadang-kadang tidak disertai dengan nyeri dada
atau disebut SMI (silent myocardial infarction). SMI pada penderita DM
mungkin yang menyebabkan kematian karena terlambatnya diagnosis PJK atau
sulitnya mendiagnosa PJK pada penderita DM. Kematian mendadak pada
penderita DM mungkin disebabkan PJK yang menghasilkan aritmia atau infark
miokard (Maron DJ et al, 2004).

Mekanisme terjadinya PJK pada DM sangat komplek dan risiko


terjadinya aterosklerosis dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain hipertensi,
hiperglikemia, kadar kolesterol total, kadar kolesterol LDL (low density
lipoprotein), kadar kolesterol HDL (high density lipoprotein), kadar
trigliserida, merokok, latihan fisik yang kurang, jenis kelamin pria, umur
(penuaan) , riwayat penyakit keluarga, dan obesitas (Grundy SM et al, 1999).
Fungsi tubuh secara fisiologis seperti sistem vaskuler maupun endokrin akan
mengalami penurunan dengan bertambahnya umur sehingga akan
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kronik pada penderita DM tipe 2
seperti PJK. (Hogikyan RV et al, 2003) Obesitas merupakan faktor risiko
terjadinya komplikasi PJK pada DM bersama-sama dengan kurangnya aktifitas
fisik, dislipidemia dan hipertensi (Wittles EH et al, 1992). Nikotin yang
terkandung dalam rokok menyebabkan peningkatan tekanan arteri dan denyut
jantung dan membentuk ikatan COHb yang berkorelasi kuat dengan terjadinya
infark miokard dan angina pektoris (Aronow Ws et al, 1983]. Ketidakpatuhan
diet DM akan membuat tidak terkendalinya kadar glukosa darah, kadar
kolesterol dan trigliserida (Garg A et al, 2003). Faktor keturunan terjadinya
PJK dihubungkan dengan adanya gen tertentu (Feinleib M, 1983). Pada wanita
sebelum menapouse mempunyai risiko lebih rendah daripada pria karena
adanya hormon estrogen endogen yang mempunyai efek protektif terhadap
20

terjadinya PJK (Jick H, 1983). Orang yang mengidap diabetes dua sampai
empat kali memiliki resiko penyakit jantung. Beberapa penelitian besar juga
menemukan pasien dengan gula darah tinggi cenderung memiliki serangan
jantung dan masalah kardiovaskular lainnya.

2. Diabetes Mellitus dengan penyakit hipertensi


Pada umumnya pada diabetes melitus menderita juga hipertensi.Hipertensi
yang tidak dikelola dengan baik akan mempercepat kerusakan pada ginjal dan
kelianan kardiovaskuler. Sebaliknya apabila tekanan darah dapat dikontrol
maka akan memproteksi terhadap komplikasi mikro dan makrovaskuler yang
disertai pengelolaan hiperglikemia yang terkontrol. Hipertensi berpengaruh
pada penyakit vaskuler antara lain pada organ otak (stroke, demensia ), jantung
( Infark miokard, gagal jantung, kematian mendadak,atau ginjal ( gagal ginjal
terminal ). Dengan demikian secara patofisiologis dasarnya adalah kelainan
pada dinding pembuluh darah merupakan awal kelainan pada organ organ
tersebut. Hipertensi pada penderita DM tipe 2 menimbulkan percepatan
komplikasi pada jantung dan ginjal.

3. Diabetes mellitus dengan obesitas


Obesitas (kegemukan) sangat berhubungan erat dengan patofisiologi
diabetes mellitus, resistansi insulin, dislipidemia, hipertensi, dan
aterosklerosis. Obesitas sangat berkontribusi terhadap kejadian sindrom
metabolik yang berkaitan dengan metabolisme lemak dan glukosa, Namun
dalam skala yang besar, obesitas juga dapat mempengaruhi disfungsi berbagai
organ. Adipokin (zat dari jaringan adiposa/lemak yang bersifat pro-inflamasi,
mencetuskan resistansi insulin, hipertensi, dan trombosis) mengalami
peningkatan. Dalam keadaan normal adipokin dipertahankan seimbang dengan
hormon dari sel adiposit yang bersifat sebagai anti-inflamasi dan anti-
aterogenik. Salah satu hormon protektif ini adalah adiponektin, yang dapat
melindungi hati dari fibrosis karena efek anti-inflamasi terhadap sitokin
tumour necrosis factor-α (TNF-α) yang merusak lemak di hati dan
mengganggu pelepasan insulin di pankreas. Obesitas juga menyebabkan
disfungsi imun karena efeknya terhadap sekresi adipokin inflamasi; dan
21

menjadi faktor risiko utama dari beberapa kanker; termasuk kanker hati,
esofagus, dan usus besar. Karena cepatnya efek obesitas dalam memperburuk
metabolik sindrom dan kanker, kondisi ini sangat berpengaruh besar dalam
merusak tubuh manusia jika metode pengobatan dan pencegahan yang
signifikan tidak segera ditemukan. Karena itulah upaya pencegahan sangat
penting untuk memperbaiki kebiasaan makan dan aktivitas fisik sehari-hari.
Banyak cara yang telah diketahui tentang pengendalian obesitas, salah satunya
bahwa pengendalian obesitas berhubungan dengan pengendalian nafsu makan
pada tingkat molekular yang mempengaruhi homeostasis energi dari
metabolisme lemak dan glukosa. Selanjutnya, obesitas mempunyai peran yang
berhubungan dengan gangguan pengaturan pada metabolisme sel yang
menyebabkan resistansi insulin pada diabetes mellitus tipe 2. Kelebihan
produksi sitokin dari jaringan adiposa berkontribusi pada gangguan fungsi
pembuluh darah pada hipertensi dan dislipidemia (kolesterol dan trigliserida
yang berlebihan). Kondisi inilah yang akhirnya menimbulkan menjadi
aterosklerosis. Kelebihan simpanan lemak penting untuk kelangsungan hidup
pada waktu kondisi lapar atau kurangnya asupan nutrisi. Asupan nutrisi
berlebihan yang terjadi terus menerus akan menyebabkan simpanan lemak juga
menjadi berlebihan, yang pada akhirnya akan menyebabkan obesitas. Diduga
bahwa simpanan asam lemak dalam bentuk senyawa kimia berupa
triasilgliserol dalam sel-sel adiposit dapat melindungi tubuh dari efek toksik
asam lemak. Asam lemak dalam bentuk bebas dapat bersirkulasi bebas dalam
pembuluh darah dan menimbulkan stres oksidatif di seluruh tubuh
(lipotoksisitas). Sejumlah asam lemak bebas dapat dilepaskan dari
triasilgliserol dalam upaya kompensasi penghancuran simpanan lemak yang
berlebihan, sehingga menimbulkan efek lipotoksisitas yang berpengaruh pada
jaringan adiposa maupun non-adiposa, serta berperan pada patofisiologi
penyakit di berbagai organ seperti hati dan pankreas. Pelepasan asam lemak
bebas dari triasilgliserol yang berlebihan ini juga menghambat lipogenesis dan
menurunkan bersihan triasilgliserol. Hal ini dapat meningkatkan
kecenderungan hipertrigliseridemia. Pelepasan asam lemak bebas oleh
lipoprotein lipase endotel dari trigliserida yang meningkat dalam peningkatan
22

lipoprotein β menyebabkan lipotoksisitas yang juga mengganggu fungsi


reseptor insulin. Konsekuensi resistansi insulin adalah hiperglikemia, yang
dikompensasi dengan produksi glukosa dari hati (glukoneogenesis), yang
justru turut memperberat hiperglikemia. Asam lemak bebas juga menurunkan
penggunaan glukosa dari otot yang terstimulasi insulin, yang turut
berkontribusi pada hiperglikemia. Lipotoksisitas akibat kelebihan asam lemak
bebas turut menurunkan sekresi insulin dari sel β pankreas, yang akhirnya sel
β akan mengalami kelelahan. Disamping obesitas hal lain yang dapat
menyebabkan seseorang terserang oleh penyakit diabetes adalah karena sistem
imun atau sistem kekebalan tubuh seseorang mengalami penurunan serta
adanya penumpukan racun dalam tubuh, sehingga kesempatan untuk terserang
oleh berbagai penyakit sangatlah besar yang salah satunya penyakit Deabetes
Melitus.
4. Diabetes mellitus dengan penyakit periodontal, Penyakit periodontal dapat
diartikan sebagai suatu proses patologis yang mengenai jaringan periodontal.
Sebagian besar penyakit periodontal inflamatif disebabkan oleh infeksi bakteri.
Walaupun faktor-faktor lain dapat juga memengaruhi jaringan periodontal,
penyebab utama penyakit periodontal adalah mikroorganisme yang berkumpul
di permukaan gigi (plak bakteri dan produk-produk yang dihasilkannya) dan
membentuk koloni. Beberapa kelainan sistemik dapat berpengaruh buruk
terhadap jaringan periodontal, tetapi faktor sistemik semata tanpa adanya plak
bakteri tidak dapat menjadi pemicu terjadinya periodontitis. Pada penderita
diabetes mellitus, dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah dan cairan
gingival berarti juga merubah lingkungan mikroflora, menginduksi perubahan
bakteri secara kualitatif. Sehingga perubahan tersebut mengarah pada penyakit
periodontal yang berat, dan dapat teramati pada penderita diabetes melitus
dengan kontrol buruk. Berkaitan dengan jaringan periodontal, hiperglikemia
kronik penderita diabetes melitus akan meningkatkan aktivitas kolagenase,
dan menurunkan sintesis kolagen. Enzim kolagenase menguraikan kolagen,
sehingga ligament periodontal rusak, dan gigi menjadi goyah. Jaringan
periodontal akan menjadi kuat kembali apabila diabetes melitus diobati dengan
baik, serta gigi goyah pada pasien diabetes melitus jangan buru-buru dicabut.
23

Diabetes yang tidak terkontrol atau kurang baik kontrolnya disertai oleh
peningkatan kerentanan terhadap infeksi, termasuk periodontitis
kronis..Semua hal yang dikemukakan diatas secara jelas menunjukkan
hubungan serta peranan diabetes mellitus terhadap terjadinya periodontitis
kronis. Dengan demikian penyakit periodontal adalah salah satu komplikasi
diabetes mellitus yang harus diperhatikan.

2.8. Pencegahan dan penanggulangan

Upaya pencegahan penyakit diabetes mellitus dapat dilakukan dengan cara


sebagai berikut:
a. Pencegahan Primer
Cara ini adalah cara yang paling sulit karena sasarannya orang sehat.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah agar DM tidak terjadi pada
orang atau populasi yang rentan (risiko tinggi), yang dilakukan sebelum
timbul tanda-tanda klinis dengan cara :
1. Makan seimbang artinya yang dimakan dan yang dikeluarkan seimbang
disesuiakan dengan aktifitas fisik dan kondisi tubuh, dengan menghindari
makanan yang mengandung tinggi lemak karena bisa menyebabkan
penyusutan konsumsi energi. Mengkonsusmsi makanan dengan
kandungan karbohidrat yang berserat tinggi dan bukan olahan.
2. Meningkatkan kegiatan olah raga yang berpengaruh pada sensitifitas
insulin dan menjaga berat badan agar tetap ideal.
3. Kerjasama dan tanggung jawab antara instansi kesehatan, masyarakat,
swasta dan pemerintah, untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat.

b. Pencegahan Sekunder
Ditujukan pada pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan
efektif, sehingga komplikasi dapat dicegah.
1. Hal ini dapat dilakukan dengan skrining, untuk menemukan penderita
sedini mungkin terutama individu/populasi.
2. Kalaupun ada komplikasi masih reversible / kembali seperti semula.
24

3. Penyuluhan kesehatan secara profesional dengan memberikan materi


penyuluhan seperti : apakah itu DM, bagaimana penatalaksanaan DM,
obat-obatan untuk mengontrol glukosa darah, perencanaan makan, dan
olah raga.

c. Pencegahan Tersier
1. Upaya dilakukan untuk semua penderita DM untuk mencegah
komplikasi.
2. Mencegah progresi dari komplikasi supaya tidak terjadi kegagalan organ.
3. Mencegah kecacatan akibat komplikasi yang ditimbulkan.
Pencegahan diabetes mellitus juga dapat dilakukan dengan menggunakan
perubahan pola hidup, melakukan beberapa perubahan sederhana dalam
gaya hidup sekarang dapat membantu dalam mengendalikan diabetes.
Beberapa cara tersebut antara lain :
a. Lakukan lebih banyak aktivitas fisik
Latihan olahraga dapat membantu meningkatkan sensitivitas tubuh
terhadap insulin, yang membantu menjaga kadar gula darah dalam
kisaran normal. Dengan meningkatkan olahraga, tubuh menggunakan
insulin lebih efisien sampai 70 jam setelah latihan. Jadi, berolahraga
3-4 kali seminggu akan bermanfaat pada kebanyakan orang.
b. Dapatkan banyak serat dalam makanan
Makanan berserat tidak hanya mengurangi risiko diabetes dengan
meningkatkan kontrol gula darah tetapi juga menurunkan resiko
penyakit jantung dan menjaga berat badan ideal dengan membantu
perut merasa kenyang. Makanan tinggi serat antara lain buah-buahan,
sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan umbi-umbian. Salah satu
makanan tinggi serat yang terbukti dapat mengendalikan diabetes
adalah dedak padi atau bekatul.
c. Makanlah kacang-kacangan dan biji-bijian
Biji-bijian dapat mengurangi risiko diabetes dan membantu menjaga
kadar gula darah. Dalam sebuah studi pada lebih dari 83.000
perempuan, konsumsi kacang-kacangan (dan selai kacang)
25

tampaknya menunjukkan beberapa efek perlindungan terhadap


pengembangan diabetes. Wanita yang mengonsumsi lebih dari lima
porsi satu ounce kacang per minggu menurunkan resiko terkena
diabetes dibandingkan wanita yang tidak mengonsumsi kacang sama
sekali.
d. Turunkan berat badan
Sekitar 80% penderita diabetes kegemukan dan kelebihan berat
badan. Jika seseorang kelebihan berat badan, pencegahan diabetes
dapat bergantung pada penurunan berat badan. Dalam sebuah
penelitian, orang dewasa yang kegemukan mengurangi risiko diabetes
mereka sebesar 16 persen untuk setiap kilogram berat badan yang
hilang. Juga, mereka yang kehilangan sejumlah berat setidaknya 5
sampai 10 persen berat badan awal dan berolahraga secara teratur
mengurangi risiko diabetes hampir 60 persen dalam tiga tahun.

e. Perbanyak minum produk susu rendah lemak


Data mengenai produk susu rendah lemak tampaknya berbeda-beda,
tergantung apakah seseorang gemuk atau tidak. Pada penderita
obesitas, semakin banyak susu rendah lemak yang dikonsumsi,
semakin rendah risiko sindrom metabolik. Secara khusus, mereka
yang mengonsumsi lebih dari 35 porsi produk susu tersebut seminggu
memiliki risiko jauh lebih rendah dibandingkan mereka yang
mengonsumsi kurang dari 10 porsi seminggu. Menariknya, hubungan
ini tidak begitu kuat pada orang yang ramping.
f. Kurangi lemak hewani
Dalam sebuah penelitian terhadap lebih dari 42.000 orang, diet tinggi
daging merah, daging olahan, produk susu tinggi lemak, dan permen,
dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes hampir dua kali dari
mereka yang makan diet sehat. Hal ini independen terhadap berat
badan dan faktor-faktor lain.
g. Kurangi konsumsi gula
26

Konsumsi gula saja tidak terkait dengan pengembangan diabetes tipe


2. Namun, setelah disesuaikan dengan berat badan dan variabel
lainnya, tampaknya ada hubungan antara minum minuman sarat gula
dan pengembangan diabetes tipe 2. Wanita yang selalu minum satu
atau lebih minuman bergula sehari memiliki hampir dua kali lipat
risiko terkena diabetes daripada wanita yang hanya kadang-kadang
atau tidak minum minuman bergula.
h. Berhenti merokok
Merokok tidak hanya berkontribusi pada penyakit jantung dan
menyebabkan kanker paru-paru tetapi juga terkait dengan
pengembangan diabetes. Merokok lebih dari 20 batang sehari dapat
meningkatkan risiko diabetes lebih dari tiga kali lipat dibandingkan
orang yang tidak merokok.

i. Hindari lemak trans


Hindari mengonsumsi lemak trans (minyak sayur terhidrogenasi)
yang banyak digunakan pada produk olahan dan makanan cepat saji.
Minyak tersebut berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit
jantung dan diabetes tipe- 2.
j. Dapatkan dukungan
Dapatkan teman, keluarga atau kelompok yang membantu dalam
mencegah diabetes. Dengan mendapat dukungan, seseorang akan
memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini adalah
perilaku untuk perubahan gaya hidup yang mengarah pada
pencegahan diabetes mellitus.
Berikut adalah strategi yang bisa dilakukan untuk pencegahan DM
antaralain:
a. Population/Community Approach (Pendekatan Komunitas)
Mendidik masyarakat menjalankan gaya hidup sehat dengan cara:
- Mengendalikan berat badan, glukosa darah, lipid, tekanan darah,
asam urat.
- Menghindari gaya hidup berisiko.
27

- Kerjasama dengan semua lapisan masyarakat.


b. Individual High Risk Approach (Pendekatan Individu) :
- Umur > 40th
- Obesitas
- Hipertensi
- Riwayat keluarga / keturunan
- Dislipidemia / timbunan lemak dalam darah yang berlebihan
- Riwayat melahirkan > 4 kg
- Riwayat DM pada saat kehamilan.

2.9. Epidemiolgi Diabetes Mellitus di Indonesia

Populasi beresiko DM menurut Wijayakusuma (2004) :

a. Orang yang memiliki pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah
kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh.
b. Orang-orang yang gemuk, yang mempunyai berat badan melebihi 90 kg
c. Orang yang memiliki warisan gen penyebab Diabetes Melitus dari orang tua.
d. Orang yang sering mengkonsumsi bahan kimia dan obat-obatan
e. Orang yang terkena penyakit infeksi pada pancreas
Khusus DM tipe 2 beresiko pada lansia dan dapat menimbulkan komplikasi
kronik baik berupa komplikasi makrovaskular maupun mikrovaskular.

2.9.1 Insiden DM
Jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia, diperkirakan
mengalami peningkatan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar
21,3 juta jiwa pada tahun 2030 mendatang. Tingginya angka tersebut
menjadikan Indonesia peringkat keempat jumlah penderita diabetes melitus
terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina. Berdasarkan
hasil survei tahun 2003, prevelansi diabetes melitus di perkotaan mencapai
14,7 persen dan di pedesaan hanya 7,2 persen. Peningkatan insidensi DM
akan meningkatkan insidensi komplikasi akibat diabetes tersebut. Dari
berbagai penelitian didapatkan ebanyak 30-40% penderita DM tipe 2
28

(DMt2) akan mengalami kerusakan ginjal berupa nefropati diabetik yang


pada akhirnya akan jatuh ke Gagal ginjal terminal yang akan memerlukan
hemodialisis. Selain komplikasi pada organ ginjal ini, DM ini juga sebagai
penyebab peningkatan insidensi kesakitan dan kematian penyakit
kardiovaskuler. Dengan meningkatnya insidensi DMt2 maka secara
signifikan akan meningkatkan pula insidensi gagal ginjal dan penyakit
kardiovaskuler. Dengan demikian peningkatan insidensi DM yang
signifikan akan meningkatkan pula insidensi gagal ginjal dan penyakit
kardiovaskuler. Dengan kondisi seperti itu maka diperlukan upaya
pengelolaan dan pencegahan terhadap komplikasi yang sering menjadi
suatu langkah pengelolaan yang strategis dan sangat penting, dengan
harapan upaya tersebut dapat menunda perkembangan terjadinya
komplikasi maupun menghambat progresitfitas komplikasi yang sudah
terjadi. Dalam tulisan ini akan diungkapkan selain epidemiologi, dan
patofisiologi hipertensi pada penderita DMt2, juga bagaimana kiat
pemilihan obat anti hipertensi pada DM.

2.9.2 Distribusi
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi
Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes
Care, 2004). Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada
kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2
yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu
5,8%. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional DM
berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun
diperkotaan 5,7%. Prevalensi nasional Obesitas umum pada penduduk usia
>= 15 tahun sebesar 10.3% dan sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi
diatas nasional, prevalensi nasional Obesitas sentral pada penduduk Usia
>= 15 tahun sebesar 18,8 % dan sebanyak 17 provinsi memiliki prevalensi
diatas nasional. Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi Glukosa
Terganggu) pada penduduk usia >15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan
29

sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi nasional.


Prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi
kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2%. Disebutkan
pula bahwa prevalensi merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun
sebesar 23,7% dan prevalensi minum beralkohol dalam satu bulan terakhir
adalah 4,6%. Prevalensi diabetes mellitus (DM) di Indonesia menunjukkan
kecenderungan peningkatan. Dari berbagai penelitian epidemiologi di
Indonesia sebelum tahun 1990-an umumnya didapatkan prevalensi DM
sebesar 1,5 – 2,3 persen pada penduduk 15 tahun ke atas, namun di
Manado didapatkan prevalensi DM 6,1 persen. Prevalensi DM di daerah
urban Jakarta didapatkan kenaikan dari 1,7 persen pada tahun 1982 menjadi
5,7 persenpada tahun 1993. Demikian pula di daerah urban ujung pandang,
meningkat dari 1,5 persen pada tahun 1981 menjadi 2,9 persen pada tahun
1998. Pada tahun 2001-2005, prevalensi diabetes pada penduduk 25 tahun
ke atas di Kota Depok dan Jakarta, menjadi 11,8-14,7 persen. Riskesdas
2007 mendapatkan prevalensi DM di daerah perkotaan Indonesia adalah
5,7 persen. Menurut provinsi, prevalensi DM tertinggi terdapat di
Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-masing 11,1%), dan terendah
di Papua (1,7%). Berdasarkan hasil survei tahun 2003, prevelansi diabetes
melitus di perkotaan mencapai 14,7 persen dan di pedesaan hanya 7,2
persen. Diabetes melitus kini menjadi ancaman yang serius bagi manusia
dan telah menjadi penyebab kematian urutan ketujuh di dunia. Jumlah
penderita diabetes melitus di Indonesia, diperkirakan mengalami
peningkatan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta
jiwa pada tahun 2030 mendatang. Tingginya angka tersebut menjadikan
Indonesia peringkat keempat jumlah penderita diabetes melitus terbanyak
di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina. Meningkatnya penderita
diabetes melitus disebabkan oleh peningkatan obesitas, kurang aktivitas
fisik, kurang mengkonsumsi makanan yang berserat, merokok, dan
tingginya lemak.
30

Gb.3 Grafik Penderita Diabetes di Indonesia

Pada grafik diatas bahwa penderita Diabetes Melitus di Indonesia dari


tahun ke tahun selalu meningkat, yaitu dari tahun 1994 sampai tahun 2010.
2.9.3 Frekuensi
Tabel 4. Penyakit Utama Penyebab Kematian Di Rumah Sakit Di Indonesia
Tahun 2000
No Jenis Penyakit %
1. Stroke, tanpa pendarahan 5,9
2. Pneumonia 3,5
3. Demam tifoid 3,5
4. Tuberkulosis paru 3,3
5. Pendarahan intracranial 3,1
6. Diabetes Mellitus 3,0
7. Pertumbuhan janin lamban, malnutrisi janin, dan 3,0
gangguan yang berhubungan dengan kelainan premature
8. Trauma (klasifikasi lainnya 3,0
9. Penyakit jantung (klasifikasi lainnya) 2,9
10. Gagal ginjal (klasifikasi lainnya) 2,9

Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI


31

Tabel 4 menunjukkan bahwa penyakit Diabetes Mellitus berada di urutan


keenam dengan prevalensi sebesar 3,0% dari 10 penyakit utama yang ada di rumah
sakit yang menjadi penyebab utama kematian.

Tabel 5 Distribusi Penyakit Diabetes Mellitus dan Penyakit Metabolik


Lainnya Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Di Indonesia Tahun 2005.

No Penyakit Jumlah Jumlah Mati CFR (%)


Kasus
1. Diabetes Mellitus 42.000 3.316 7,9
2. Tiroktosikosis 913 67 7,3
3. Gangguan kelenjar 4.065 148 3,6
tyroid lainnya
4. Penyakit endokrin dan 9.912 823 8,3
metabolic lainnya
Sumber : Statistik RS.Indonesia Edisi Tahun 2005, Ditjen Yanmed Depkes RI

Tabel 5 menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit di pasien rawat


inap rumah sakit tertinngi disebabkan oleh penyakit Diabetes Mellitus yaitu sebanyak
3.316 kematian dengan CFR 7,9%. Jadi berdasarkan kedua tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa meskipun penyakit Diabetes Mellitus berada di urutan keenam
dari 10 penyakit yang dapat penyebabkan kematian di rumah sakit Indonesia tetapi
Diabetes Mellitus berada diurutan pertama penyebab kematian di pasien rawat inap
rumah sakit.

2.9.4 Distribusi Menurut Orang


Berdasarkan proses timbulnya penyakit Diabetes Mellitus dapat
disimpulkan bahwa orang yang berisiko mengalami Diabetes Mellitus
adalah mereka yang memiliki riwayat Diabetes dari keluarga. Pasien
Diabetes Mellitus tipe 2 umumnya dewasa usia 40-an dan mengalami
kegemukan (obesitas) dan tidak aktif. Sedangkan pada Diabetes Mellitus
tipe 1 biasanya terdapat pada anak-anak dan remaja , salah satu
32

penyebabnya adalah seringnya mengkonsumsi fast food. Ibu yang


melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg juga berisiko mengalami
Diabetes Mellitus. Perkiraan jumlah orang dewasa dengan Diabetes
Mellitus menurut kelompok umur untuk negara maju dan negara
berkembang tahun 2000 dan 2030 menunjukkan bahwa di negara
maju orang dewasa yang berisiko untuk terkena Diabetes Mellitus adalah
yang berumur 65 tahun ke atas sedangkan di Negara berkembang orang
dewasa yang berisiko terkena Diabetes Mellitus adalah umur 46-64 tahun.
(Sumber : Data Sekunder). Prevalensi Diabetes Mellitus global menurut
jenis kelamin dan umur Tahun 2000 menunujukkan bahwa prevalensi
kejadian Diabetes Mellitus untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan
hampir sama hanya berbeda pada umur 70-80 tahun. (Sumber : Data
Sekunder).

2.9.5 Distribusi Menurut Tempat


Tabel 6 Prevalensi Kejadian Diabetes Mellitus Di Beberapa Negara Tahun
2000 dan 2030
No Rangking Orang dengan Rangking Orang dengan
negara tahun DM (juta) negara tahun DM (juta)
2000 2030
1. India 31,7 India 79,4
2. Cina 20,8 Cina 42,3
3. Amerika 17,7 Amerika Serikat 30,3
Serikat
4. Indonesia 8,4 Indonesia 21,3
5. Jepang 6,8 Pakistan 13,9
6. Pakistan 5,2 Brazil 11,3
7. Federasi Rusia 4,6 Banglades 11,1
8. Brazil 4,6 Jepang 8,9
9. Italia 4,3 Filipina 7,8
10. Banglades 3,2 Mesir 6,7
33

Sumber data Sekunder

Tabel 6 menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat keempat dengan


penderita terbesar di dunia yaitu 8,4 juta orang pada tahun 2000 dan diperkirakan terus
meningkat dari tahun ke tahun yaitu sebanyak 21, 3 juta orang penderita Diabetes
Mellitus.

2.9.6 Distribusi menurut waktu


Lamanya seseorang menderita penyakit dapat memberikan gambaran
mengenai tingkat patogenesitas penyakit tersebut. Peningkatan angka
kesakitan Diabetes Mellitus dari waktu ke waktu lebih benyak disebabkan
oleh faktor herediter, life style (kebiasaan hidup) dan faktor lingkungannya.
Komplikasi Diabetes Mellitus dengan penyakit lain terkait dengan lamanya
seseorang menderita Diabetes Mellitus, semakin lama seseorang menderita
Diabetes Mellitus maka komplikasi penyakit Diabetes Mellitus juga akan
lebih mudah terjadi.

2.9.7 Populasi yang Beresiko


a. Obesitas (kegemukan).
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa
darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.
b. Hipertensi.
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi erat kaitannya dengan tidak
tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari
dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
c. Riwayat keluarga Diabetes Mellitus.
Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen
diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya
orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang
menderita Diabetes Mellitus.
d. Dislipedimia.
34

Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah


(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma
insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien
Diabetes.
e. Umur.
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus
adalah > 45 tahun.
f. Riwayat persalinan.
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi
> 4000 gram.

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Kelompok Umur


Penderita Diabetes Melitus

No Umur Frekuensi Presentae


1 40-50 12 28,6
2 51-60 12 28,6
3 >60 18 42,8
Total 42 100

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Diabetes


Melitus

No Jenis kelamin Frekuensi Presentase


1 Laki-laki 13 30,9
2 perempuan 29 69,1
Total 42 100
35

2.10. Gambar Orang dengan Penyakit Diabetes Mellitus

Gb.9. Amputasi Bagian Infeksi Penderita Diabetes Mellitus

Gb. 10. Perluasan area infeksi penderita diabetes mellitus

Gb. 11 Penderita komplikasi diabetes dengan luka yang susah mengering


36

Gb. 11 Ulkus pada penderita diabetes mellitus

Gb. 12. Infeksi gangrene pada penderita diabetes mellitu


37

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah :

1. Diabetes Melitus adalah Suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
akibat adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif. Dan Diabetes Melitus Disebut the great imitator karena
penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai
macam keluhan. Penyebab penyakit kencing manis atau diabetes tergantung
pada jenis diabetes yang di derita. Ada 2 jenis diabetes yang umum terjadi dan
diderita banyak orang yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Pada diabetes
tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin. Karena kekurangan
insulin menyebabkan glukosa tetap ada di dalam aliran darah dan tidak dapat
digunakan sebagai energi. Beberapa penyebab pankreas tidak dapat
menghasilkan cukup insulin pada penderita diabetes tipe 1, Diabetes tipe
IIPenyebab diabetes tipe 2 karena insulin yang dihasilkan oleh pankreas tidak
mencukupi untuk mengikat gula yang ada dalam darah akibat pola makan atau
gaya hidup yang tidak sehat.
2. Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan glukosa darah plasma vena. Untuk
memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah seyogyanya dilakukan
di laboratorium klinik yang terpercaya . Untuk memantau kadar glukosa darah
dapat dipakai bahan darah kapiler. Saat ini banyak dipasarkan alat pengukur
kadar glukosa darah cara reagen kering yang umumnya sederhana dan mudah
dipakai. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai alat-alat tersebut
dapat dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara pemeriksaan
sesuai dengan cara standar yang dianjurkan.
3. Dengan berjalannya waktu penderita penyakit diabetes militus akan mulai
terjadi komplikasi penyakit lain itu disebabkan karena penyakit diabetes militus
menyerang system imun penderitanya sehingga system imun mulai melemah
sehingga memungkinkan penyakit lain bisa menyerang tubuh sehingga terjadi
38

penyakit komplikasi. Beberapa penyakit komplikasi yang sering diderita oleh


penderita diabetes militus diantaranya adalah: jantung koroner,hipertensi,
penyakitperiodontal yang mengenai jaringan periodontal yang mengenai
jaringan periodontal. mikroorganisme yang berkumpul di permukaan gigi (plak
bakteri dan produk-produk yang dihasilkannya) dan membentuk koloni.
4. Peningkatan insidensi DM yang signifikan akan meningkatkan pula insidensi
gagal ginjal dan penyakit kardiovaskuler. Dengan kondisi seperti itu maka
diperlukan upaya pengelolaan dan pencegahan terhadap komplikasi yang sering
menjadi suatu langkah pengelolaan yang strategis dan sangat penting, dengan
harapan upaya tersebut dapat menunda perkembangan terjadinya komplikasi
maupun menghambat progresitfitas komplikasi yang sudah terjadi.

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari makalah ini adalah :

Penyakit diabetes militus sampai sekarang belum ditemukan obat yang bisa
menghilangkan penyakit ini. Tetapi jangan khawatir tidak ditemukan obat nya tetapi
kita bisa melakukan pencegahan atau mengurangi resiko terjadinya penyakit diabetes
militus. Perilaku pencegahannya dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya
adalah sebagai berikut :

1. Makan seimbang artinya yang dimakan dan yang dikeluarkan seimbang


disesuiakan dengan aktifitas fisik dan kondisi tubuh, dengan menghindari
makanan yang mengandung tinggi lemak karena bisa menyebabkan
penyusutan konsumsi energi. Mengkonsusmsi makanan dengan kandungan
karbohidrat yang berserat tinggi dan bukan olahan.
2. Memakan makanan yang mengandung banyak serat yang dapat berupa
antara lain buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan umbi-
umbian. makanan yang terbuat dari kacang-kacangan.
3. Perbanyak minum produk susu rendah lemak
4. Kurangi lemak hewani dan Hindari lemak jenuh
5. Turunkan berat badan
39

6. Kurangi konsumsi gula


7. Berhenti merokok
8. Meningkatkan kegiatan olah raga yang berpengaruh pada sensitifitas insulin
dan menjaga berat badan agar tetap ideal.
9. Melakukan pendeteksian dini dengan cara skrining, untuk menemukan
penderita sedini mungkin terutama individu/populasi
40

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim ,2012. Diagnosa hipertensi. (online). http:// repository. usu.ac.id/


handle/ 123456789/ 21553.
2. Anonim ,2012. Hipertensi .(online). jurnal.
pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/381103642_0125-9695.pdf.
3. Anonim ,2012. Jantung dan hipertensi. (online). http:// id.shvoong.com/
medicine-and-health/ epidemiology-public-health/2099121-hubungan-diabetes-
penyakit-jantung-arteri/#ixzz2CkZRG86B.
4. Anonim ,2012. Penyebab diabetes tipe 1 dan 2. (online). http:// www.
berassteamrice.com/web/images/diabetes.pdf.
5. Anonim, 2012. Faktor resiko diabetes. (online). http://cure-
fromdiabetes.com/category/kenali-faktor-risiko-diabetes.
6. Anonim, 2012. Hipertensi dan faktor yang mempengaruhi .
(online).journal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/view/121. Diakses
pada tanggal 21 november 2012. Pukul 20:01. Semarang
7. Anonim, 2012. Hubungan jantung dan diabetes.
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/03/16/hubungan-diabetes-dan-
penyakit-jantung/.
8. Anonim,2012, faktor resiko diabetes millitus. (online).
http://www.hidupkusehat.com/7-faktor-risiko-diabetes-mellitus.html.
9. Anonim,2012. Faktor penyebab diabetes. (online).
http://www.kulinet.com/baca/faktor-penyebab-diabetes-mellitus/974/.
10. Anonim, 2012. Gejala klinis DM. (online). binfar. depkes.go.id/ download/
PC_DM.pdf.
11. Anonim,2012. Penyakit diabetes. (online). http:// penyakitdiabetesmelitus.com/
.
12. Anonim,2012. Resiko diabetes. (online). http:// repository. usu. ac. id/
bitstream/123456789/21553/4/Chapter%20II.pdf.
13. Anonim,2012.diabetes and helathy. (online).
http://www.diabetesandrelatedhealthissues.com/gangrene.html
41

14. Anonim,2012.foot gangrene diabetes ulcer. (online).


http://www.reversegangrene.com/foot_gangrene_diabetes_ulcer.htm
15. Anonim. 2012. Diabetes Mellitus.(online).
http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_mellitus,
16. Anonim. http://majalahkesehatan.com/10-tips-mencegah-diabetes-mellitus/
17. Anonim. http://www.smallcrab.com/diabetes/509-pencegahan-diabetes
18. Ardianto, R. 2010. Etiologi Diabetes
Mellitus.(online).http://reshaardianto.student.umm.ac.id/2010/02/04/etiologi-
diabetes-melitus/,
19. Harsinen. Diabetes Mellitus dan Tuberkulosis Paru. Jurnal medika Nusantara
Volume : 25 No : 1, 2004.
20. Husain,2012.(online)http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/09/pe
ngelolaan_hipertensi_pada_diabetes_mellitus_tipe_2.pdf.
21. Mansjoer, Arif, dkk.. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius.
22. Nathan, David M. dan Linda M. Delahanty. 2005. Menaklukan Diabetes. Jakarta:
PT Bhuana Ilmu Populer.
23. Regina, dr. DefinisidanTipe Diabetes.
(online).http://diabetesmelitus.org/definisi-tipe-diabetes/#ixzz2CmNvtFCw,
24. Suparto, H. Pengaruh Ilmu Rasa Terhadap Insulin Dependent Diabetes
Mellitus. The Indonesian Journal of Public Health Volume : 1 No : 3,
November 2004.

Anda mungkin juga menyukai