Anda di halaman 1dari 46

ADAPTASI DAN MALADAPTASI SEL

TERHADAP JEJAS

dr Indarto S Sp PK

1
PENDAHULUAN

Patologi berpusat pada empat aspek penyakit:


 Penyebabnya (etiologi)
 Mekanisme perkembangannya (patogenesis)
 Perubahan struktur yang terjadi dalam sel dan jaringan
(morfologi)
 Konsekuensi fungsional perubahan morfologik yang terlihat
secara klinis

2
BATASAN
 Semua bentuk jejas dimulai dengan perubahan
molekul atau struktur sel.
 Dalam keadaan normal, sel berada dalam keadaan
hemostasis mantap.
 Sel bereaksi terhadap pengaruh yang merugikan
dengan cara
1. Beradaptasi
2. Mempertahankan jejas tidak menetap
3. Mengalami jejas menetap dan mati

3
 Adaptasi sel terjadi bila stres fisiologik berlebihan atau
suatu rangsangan yang patologik menyebabkan terjadinya
keadaan baru yang berubah yang mempertahankan
kelangsungan hidup sel. Mis: hipertrofi (pertambahan
masa sel) atau atrofi (penyusutan masa sel)

 Jejas sel yang reversibel menyatakan perubahan


patologik yang dapat kembali, bila rangsangannya
dihilangkan atau penyebab jejas lemah

 Jejas yang ireversibel merupakan perubahan patologik


yang menetap dan menyebabkan kematian sel.

4
PENYEBAB JEJAS SEL
1. HIPOKSIA
 Iskemia
 Oksigenasi tidak mencukupi
 Hilangnya kapasitas pembawa oksigen darah
2. FAKTOR FISIK
 Termasuk trauma, panas, dingin, radiasi & renjatan listrik
3. BAHAN KIMIA DAN OBAT-OBATAN
 Obat terapeutik
 Bahan bukan obat
4. BAHAN PENGINFEKSI
 Virus, bakteri, jamur, parasit
5. REAKSI IMUNOLOGIK
6. KEKACAUAN GENETIK
7. KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI

5
BAKTERI
 BAKTERI PATOGEN vs bakteri komensal
 Virulensi (kemampuan menyebabkan sakit)
 Bakteriemia
 Septikemia
 Klasifikasi (basil, kokus / gram positif, gram negatif / spirokhaeta /
mikobakterium / spora)
 Pengaruh yg merugikan (patogenisitas) diperantarai oleh:
 Pili dan adesin
 Toksin
 Agresin
 Akibat yang tidak diinginkan dari respon imun

6
 Bakterial pili dan adesin
 Pili atau fimbria adalah tonjolan kecil pada permukaan bakteri
yang dilapisi molekul adesin.
 Fungsi: interaksi seksual antara bakteri (pili seks) dan
perlekatan ke permukaan tubuh
 Memungkinkan bakteri melakat erat dan mempengaruhi tempat
tersebut
 Ditemukan terutama pada bakteri gram negatif (mis
enterobakteri, neiseria), juga pada streptokokkus  hemolitikus

7
 Toksin  bertanggung jawab terhadap efek bakteri
lokal maupun jauh
 Toksin dapat dinetralisir dengan antibodi spesifik
 Eksotoksin, merupakan enzim yang dikeluarkan oleh bakteri,
mempunyai efek lokal maupun jauh
 Endotoksin, adalah liposakarid dari dinding sel bakteri
gram negatif, dikeluarkan waktu bakteri mati, merupakan
aktifator kuat dari : 1/ complemen cascade (menyebabkan
kerusakan pada infeksi), 2/ koagulation cascade
(menyebabkan koagulasi intravaskuler yang luas), 3/ IL-1
dilepaskan oleh lekosit dan menyebabkan demam  syok
endotoksin

8
 Agresin
 Merupakan enzim bakterial yang mengakibatkan efek lokal, berupa
perubahan kondisi jaringan sehingga mempermudah tumbuh dan
menyebarnya organisme
 Koagulase dari Staphylococcus aureus menyebabkan
penggumpalan fibrinogen untuk membuat pertahanan/batas
antara tempat infeksi dengan reaksi radang
 Streptokinase dari Streptokokkus pyogenes, menghancurkan
fibrin sehingga memungkinkan penyebaran organisme dalam
jaringan
 Kolagenase dan hialuridase, menghancurkan substansi jaringan
ikat, sehingga memberi fasilitas untuk infiltrasi organisme ke
dalam jaringan

9
Akibat yang tidak diinginkan dari respon imun
 Ikatan kompleks imun
 Ikatan antigen bakteri dan antibodi yg membentuk komplek imun –
biasanya dibuang oleh sel fagositik – pada keadaan tertentu komplek
imun dapat tersangkut pada dinding pembuluh darah yang bila letaknya
pada glomerulus akan menyebabkan glomerulonefritis
 Reaksi silang imun
 Pada beberapa penderita mempunyai antigen pada jaringan tubuhnya
yang serupa dengan antigen pada beberapa bakteri. Akibatnya antibodi
dari respon pertahanan tubuh akan mengadakan reaksi silang dengan
antigen yang dikandung jaringan normal. Contoh demam rematik
 Imunitas sel perantara (cell mediated immunity)

10
VIRUS
 Adalah partikel yang sangat kecil penyebab infeksi, yang terdiri
dari inti asam nukleid dan penutup protein
 Virus DNA, virus RNA
 Virus dapat hidup diluar sel, tetapi selalu memerlukan proses
biokimia untuk membelah diri
 Viremia adalah virus yang telah memasuki tubuh manusia, ikut
beredar dalam peredaran darah untuk kemudian sampai ke organ
target.
 Kelainan patologis karena virus:
 Kerusakan jaringan secara cepat, dan langsung disertai respon radang
 Infeksi virus yang lambat akan menyebabkan kerusakan jaringan yang
kronis
 Transformasi sel ke bentuk tumor

11
Patogenesis kerusakan sel
 Efek sitopatik langsung
 Sel yang berbatasan dgn virus dapat mengalami kerusakan.
Ditandai dengan pembengkakan sel yang diikuti kematian sel.
 Efek ini diperantarai oleh kerusakan membran sel , yang akan
menyebabkan gangguan fatal pada keseimbangan ion yang
mempengaruhi konsentrasi elektrolit ekstraseluler
 Induksi imun respon
 bbrp virus tidak merusak sel, tetapi membentuk antigen baru
yang terletak dipermukaan sel.
 Antigen baru ini dikenal sbg benda asing oleh sistem imun
penderita.
 Penyatuan gen virus ke genom host
 Gen DNA dapat langsung bersatu ke dalam genaom host,
sedangkan gen RNA virus perlu bantuan enzim dengan kerja
berlawanan untuk memproduksi DNA

12
RAGI DAN JAMUR
 Penyakit yang disebabkan ragi dan jamur disebut
mikosis
 Infeksi jamur lebih sedikit ditemukan
 Reaksi jaringan yang sering ditemukan adalah proses
radang, yang kadang-kadang mempunyai tanda
spesifik dengan hadirnya granuloma dan eosinofil
 Mikotoksin merupakan toksin yang diproduksi jamur
(mis aflatoksin  ca hepatoseluler)

13
PARASIT
 Merupakan organisme hidup yang mempunyai nukleus
uniseluler atau multiseluler dan mempertahankan
hidupnya dari host
 Merupakan hal yang biasa, apabila parasit berada
dalam tubuh tanpa menimbulkan suatu penyakit
 Dibagi dalam: protozoa, helminth
 Reaksi jaringan terhadap parasit sangat bermacam-
macam, khasnya adalah hadirnya eosinofil dan
terjadinya granuloma.
 Yang berkaitan dengan tumor misalnya Skistosoma
hematobium dgn kanker vesica urinaria, Klornorkis
sinensis dengan kanker vesica felea

14
BAHAN KIMIA SEBAGAI PENYEBAB
PENYAKIT
 Toksikologi
 Efek korosif
 Asam kuat atau basa kuat akan menyebabkan penghancuran dan
penguraian protein dan karenanya merusak struktur jaringan
 Efek metabolik
 Ditandai dengan interaksi jalur metabolik yang khas
 Efek membran
 Bagian yang lemah dari sel terletak pada membran sel
 Efek mutagenik
 Bahan kimia atau hasil metabolismenya dapat menyebabkan
perubahan genetik (mutasi)
 Reaksi alergi

15
AGEN FISIK SEBAGAI PENYEBAB
PENYAKIT

 Jejas mekanik
 Jejas mekanik pada jaringan disebut trauma
 Trauma menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Sel dan
jaringan akan terlepas
 Jejas panas
 Panas menyebabkan penggumpalan protein, sehingga fungsi dan
struktur sel menjadi rusak
 Diatermi merupakan jejas panas
 Jejas radiasi

16
 Jejas radiasi
 Radiasi pengion
 Digunakan untuk diagnosis maupun pengobatan
 Pengaruh yang merugikan:
 Rusaknya jaringan oleh produksi radikal bebas
 Pembelahan sel dipercepat
 Reaksi radang berakhir dengan dibentuknya jaringan parut karena
proses fibrosis
 Neoplasma (tumor solid atau leukemia)

 Radiasi non pengion


 Menyebabkan kanker kulit

17
JEJAS SEL DAN NEKROSIS
Mekanisme Umum
 Sistem intrasel tertentu terutama rentan terhadap jejas sel
 Pemeliharaan integritas membran sel
 Respirasi aerobik dan produksi ATP
 Sintesis enzim dan protein struktural
 Preservasi integritas aparat genetik
 Sistem-sistem ini terkait erat satu dengan yang lain sehingga
jejas pada satu lokus membawa efek sekunder yang luas.
Konsekuensi jejas sel bergantung kepada jenis, lama dan
kerasnya gen penyebab dan juga kepada jenis, status dan
kemampuan adaptasi sel yang terkena.

18
4 Aspek biokimia yang penting sebagai perantara
jejas dan kematian sel
1. Radikal bebas berasal dari oksigen yang terbentuk pada
banyak keadaan patologik dan menyebabkan efek yang
merusak pada struktur dan fungsi sel
2. Hilangnya homeostasis kalsium, dan meningkatnya kalsium
intrasel. Iskemi dan toksin tertentu menyebabkan masuknya
ion kalsium ke dalam sel dan lepasnya ion kalsium dari
mitokondria dan retikulum endoplasmik. Peningkatan kalsium
sitosolik mengaktifkan fosfolipase yang memecah fosfolipid
membran, protease yang menguraikan protein membran dan
sitoskeletal, ATPase yang mempercepat pengurangan ATP,
dan endonuklease yang terkait dengan fragmentasi kromatin
3. Deplesi ATP
4. Defek permeabilitas membran

19
20
21
PATOGENESIS

1. JEJAS ISKEMIK DAN HIPOKSIK


2. JEJAS SEL AKIBAT RADIKAL
BEBAS
3. JEJAS KIMIAWI
4. JEJAS SEBAGAI AKIBAT VIRUS

22
JEJAS ISKEMIK DAN HIPOKSIK
1. JEJAS REVERSIBEL
 Mula-mula hipoksia menyebabkan hilangnya fosforilasi
oksidatif dan pembentukan ATP oleh mitokondria.
Penurunan ATP merangsang fruktokinase dan fosforilasi,
menyebabkan glikolisis aerobik. Glikogen cepat menyusut,
dan asam laktat dan fosfat organik terbentuk, sehingga
menurunkan pH intrasel. Pada saat ini terjadi
penggumpalan kromatin inti.
 Manifestasi awal dan umum pada jejas hipoksik non letal
ialah pembengkakan sel akut. Ini disebabkan oleh:

23
a) Kegagalan transpot aktif dalam membran ion Na+, K- -
ATPase yang sensitif ouabain, mengakibatkan Na masuk
ke dalam sel, kalium keluar dari dalam sel dan
bertambahnya air secara isosmotik
b) Peningkatan beban osmotik intrasel karena penumpukan
fosfat dan laktat anorganik, serta nukleosida purin.
 Penemuan jejas hipoksik awal lainnya ialah termasuk
hilangnya polaritas fungsional pada sel epitel yang
berpolarisasi, lepasnya ribosom dari retikulum
endoplasmik, terbentuknya gelembung membran dan
gambaran mielin.
 Semua gambaran di atas adalah reversibel bila oksigenasi
dipulihkan

24
2. JEJAS IREVERSIBEL
 Jejas ireversibel ditandai oleh vakuolisasi mitokondria,
kerusakan membran plasma yang luas, pembengkakan
lisosom dan terlihatnya densitas mitokondria yang besar
dan amorf.
 Jejas membran lisosom disusul oleh bocornya enzim ke
dalam sitoplasma, dan karena aktivitasnya terjadi
pencernaan enzimatik komponen sel dan inti
 Ada 2 peristiwa yang penting pada jejas ireversibel:
deplesi ATP dan kerusakan membran sel

25
1. Deplesi ATP ?
2. Kerusakan membran sel
a) Kehilangan fosfolipid yang progesif
b) Abnormalitas sitoskeletal
c) Spesies oksigen reaktif
d) Produk pemecahan lipid
e) Hilangnya asam amino intrasel
 Hilangnya integritas membran menyebabkan
influks masif kalsium dari ruang ekstrasel,
berakibat disfungsi mitokondria, inhibisi enzim
sel, denaturasi protein, dan perubahan sitologik
yang karakteristik bagi nekrosis koagulatif

26
27
JEJAS SEL AKIBAT RADIKAL BEBAS

 Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif dan tidak


stabil yang berinteraksi dengan protein, lemak dan karbohidrat
dan terlibat dalam jejas sel yang disebabkan oleh bermacam
kejadian kimiawi dan biologik
 Terjadinya radikal bebas dimulai dari
 Absorpsi energi sinar (cahaya UV, sinar X)
 Reaksi oksidatif metabolik
 Konversi enzimatik zat kimia eksogen atau obat (CCl4 menjadi
CCl3)

28
29
 Radikal bebas menyebabkan jejas sel melalui
peroksidasi lemak, ikatan silang protein dengan
pembentukan ikatan disulfid, inaktivasi enzim
sulfhidril dan induksi kerusakan DNA yang terjadi
pada kematian sel dan transformasi keganasan

 Terminasi radikal bebas terjadi baik melalui kerusakan


spontan atau dengan inaktivasi

30
JEJAS KIMIAWI
Zat kimia menyebabkan jejas sel melalui 2 mekanisme:
1. Secara langsung. Mis: Hg dari merkuri klorida terikat
pada grup SH protein membran sel, menyebabkan
peningkatan permeabilitas dan inhibisi transpor yang
bergantung kepada ATPase
2. Melalui konversi ke metabolik toksik reaktif

31
JEJAS SEBAGAI AKIBAT VIRUS
 Virus sitopati atau sitolisis, yang menyebabkan berbagai derajat
jejas dan kematian sel
 Virus onkogen, yang merangsang replikasi tuan rumah dan
dapat menimbulkan tumor

1. Dampak sitopati langsung, di mana partikel virus yang


melakukan replikasi cepat itu mempengaruhi beberapa aspek
metabolisme dan oleh karena itu menyebabkan kerusakan sel
2. Mekanisme yang melibatkan induksi reaksi imun terhadap
antigen virus atau antigen hasil perubahan oleh virus dan
perusakan sel oleh antibodi atau reaksi perantaraan sel

32
BENTUK DAN MORFOLOGI JEJAS SEL

1. Morfologi jejas sel reversibel


 Pembengkakan sel dan
perlemakan
2. Nekrosis
3. Apoptosis
4. Perubahan subseluler
5. Akumulasi intraseluler

33
NEKROSIS
 Merupakan perubahan morfologik yang
menyusul kematian sel pada jaringan atau
organ hidup
 2 proses menyebabkan perubahan
morfologik dasar pada nekrosis
 Denaturasi protein
 Pencernaan enzimatik organel dan sitosol
 Autolisis: menunjukkan pencernaan
enzimatik oleh enzim lisosom sel mati
sendiri
 Heterolisis adalah pencernaan oleh enzim
lisosim lekosit imigran
34
Tanda jelas kematian sel terdapat dalam inti
 Pada jejas tahap lanjut tetapi reversibel, kromatin sering
menggumpal pada membran inti. Selanjutnya dengan kematian sel,
perubahan inti tampak sebagai salah satu dari 3 gambaran:
1. Kariolisis: kromatin basofil menjadi pucat, perubahan yang diduga
mencerminkan aktivitas DNAse pada penurunan pH sel
2. Piknosis ditandai oleh pengisutan inti dan bertambah basofil.
Disini DNA menggumpal menjadi masa solid, basofil dan mengisut
3. Karioreksis: inti piknosis atau sebagian yang piknosis mengalami
fragmentasi
 Dengan perjalanan waktu, inti sel pada sel yang nekrosis akan
menghilang

35
36
 Sementara sitoplasma berubah menjadi masa
asidofil suram bergranula. Asidofil ini
mencerminkan afinitas terhadap zat warna
asam (eosinofil) sebagai akibat denaturasi
protein sitoplasma, yang gugus basanya
terbuka dan akibat aktivasi asam ribonukleat
yang menghancurkan RNA sitoplasma yang
normal basofil. Dalam keadaan ini, sel nekrosis
menjadi bangkai asidofil tanpa inti.

 Bila sel mati dan mengalami perubahan awal


seperti diatas, timbul salah satu dari:

37
1. Nekrosis koagulativa.
 Menyatakan pemeliharaan atas struktur asal sel yang
digumpalkan minimal dalam beberapa hari. Diduga jejas
atau atau peningkatan asidosis menyebabkan denaturasi
tidak hanya protein struktural tetapi juga enzim protein,
dengan demikian menghambat proteolisis sel. Selanjutnya
untuk sementara waktu, bentuk morfologi sel seutuhnya
jelas sekali dipertahankan

 Proses nekrosis koagulatif khas untuk kematian hipoksia


sel pada semua jaringan kecuali otak.

38
2. Nekrosis likuefaktif
 Sebagai akibat autolisis atau heterolisis, melebihi denaturasi
protein, terutama khas pada infeksi mikroba (bakteri, jamur),
karena mikroba memiliki rangsang kuat pengumpulan sel darah
putih. Juga pada otak
 Mencerna bangkai kematian sel dan sering meninggalkan cacat
jaringan yang diisi lekosit imigran dan menimbulkan abces
3. Nekrosis kaseosa
 Merupakan bentuk lain nekrosis koagulatif, dijumpai paling
sering pada fokus infeksi tuberkulosis. Istilah ‘kaseosa’ berasal
dari gambaran makro (putih dan seperti keju) daerah nekrosis.
Histologi fokus nekrosis tampak sebagai debris bergranula
amorf yang tampaknya tersusun oleh sel-sel berfragmentasi dan
menggumpal dengan radang nyata meliputi tepi yang dikenal
sebagai rekasi granulomatosa

39
4. Nekrosis lemak
 Adalah nekrosis pada jaringan lemak, disebabkan oleh
kerja lipase (yang berasal dari sel pankreas rusak atau
makrofag) yang mengkatalisis dekomposisi trigliserid
menjadi asam lemak, yang kemudian bereaksi dengan
kalsium membentuk sabun kalsium
 Secara histologik lemak nekrotik menunjukkan bayang-
bayang sel dan bintik-bintik basofilik karena deposisi
kalsium

40
APOPTOSIS
 Destruksi sel terprogram selama embriogenesis
 Involusi jaringan bergantung kepada hormon (mis:
endometrium, prostat) pada usia dewasa
 Delesi sel pada populasi sel berproliferasi (mis: epitel
krista intestin), tumor dan organ limfoid
 Atrofi patologi organ parenkimal akibat obstruksi
duktus
 Kematian sel oleh T sitotoksik
 Jejas sel pada penyakit virus tertentu
 Kematian sel karena beberapa stimulus yang merusak
yang terjadi

41
Ciri morfologik apoptosis
1. Penyusutan sel
2. Kondensasi dan fragmentasi kromatin
3. Pembentukan gelembung sitoplasma dan jisim
apoptotik
4. Fagositosis jisim apoptotik oleh sel sehat didekatnya
atau makrofag
5. Tidak adanya peradangan

42
PERUBAHAN SUBSELULER
 Abnormalitas sitoskeletal
 Katabolisme lisosom
 Heterofagi
 Autofagi
 Perubahan mitokondria
 Induksi Retikulum endoplasmik

43
AKUMULASI INTRASELULER
 Protein,karbohidrat dan lipid dapat terakumulasi dalam
sel dan kadang-kadang menyebabkan jejas pada sel
1. Isi sel normal, yang terkumpul berlebihan
2. Bahan abnormal, biasanya produk metabolisme abnormal
3. Suatu pigmen
 Proses yang berakibat akumulasi intrasel abnormal:
1. Metabolisme abnormal suatu bahan endogen normal
(perlemakan)
2. Kekurangan enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme
bahan endogen normal atau abnormal (penyakit
penimbunan lisosomal)
3. Deposisi bahan eksogen abnormal (makrofag berisi
karbon)

44
KALSIFIKASI PATOLOGIK
 Kalsifikasi patologik menunjukkan deposisi abnormal
dari garam kalsium dalam jaringan lunak. Kalsifikasi
distropik terjadi dalam jaringan mati atau yang akan
mati pada keadaan kadar kalsium serum normal. Pada
kalsifikasi metastatik deposisi garam kalsium berada
dalam jaringan vital dan selalu dihubungkan dengan
hiperkalsemia

45
 Kalsifikasi distropik
 Terjadi pada arteri yang mengalami aterosklerosis,
katup jantung yang rusak dan di daerah nekrosis
(koagulatif, kaseosa dan likuefaktif)
 Kalsium dapat terjadi intraseluler, ekstraseluler
atau keduanya

 Kalsifikasi metastatik
 Hal ini terjadi karena hiperkalsemia akibat
hiperparatiroidisme, intoksikasi vitamin D,
sarkoidosis sistemik, hipertiroidisme, penyakit
Adison, tumor tulang, metastase kanker tulang,
imobilisasi dan hiperkalsemia idiopatik.
 Deposit kalsium terjadi secara luas dalam tubuh,
mengganggu jaringan interstsial pembuluh darah,
ginjal, paru dan lambung

46

Anda mungkin juga menyukai