Anda di halaman 1dari 40

REVIEW ANATOMI FISIOLOGI

SISTEM IMMUN DAN LIMFATIK

Disampaikan Oleh :
H. ZAHARA FARHAN, S.Kep., Ners., M.Kep

Dalam Acara Perkuliahan Semester Ganjil


DI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KARSA HUSADA GARUT
 Immunitas adalah respon protektip tubuh
yang spesifik thd benda asing atau mikro
organisme yang menginvasinya.
 Immunitas terbagi 2 yaitu:
 Immunitas alami (natural)
 Immunitas didapat (Akuisita)
STRUKTUR ANTIBODI
KOMPONEN SISTEM LIMFATIK
KAPILER LIMFATIK DAN ALIRAN CAIRAN ANTARA
INTERSTITIAL, KAPILER DAN LIMFATIK
PEMBULUHDAN KATUP LIMFATIK

SETIAP KATUP
LIMFATIK TERDIRI
DARI SEPASANG
DAUN (SAYAP) YANG
MEMUNGKINKAN
ALIRAN LIMFATIK
BERGERAK KE SATU
ARAH ( TIDAK ADA
BACK FLOW)

KARENA PEMBULUH
LIMFATIK TIDAK
MEMILIKI TEKANAN
SEPERTI PADA
PEMBULUH DARAH
(MENCEGAH BACK
FLOW)
DERIVASI DAN DISTRIBUSI LIMFOSIT
Immunitas Alami / Non Spesifik
 Merupakan kekebalan non spesifik yg sdh
ditemukan sejak lahir.
 Dasar mekanisme pertahanan berupa kemampuan
untuk membedakan antara sahabat dan musuh diri
sendiri atau bukan diri sendiri, berupa barier/sawar
fisik dan kimia, kerja sel darah putih dan reaksi
inflamasi.
 Sawar fisik, berupa kulit, membran mukosa, silia pada
sal. Nafas yg bekerjsama dg respon batuk dan bersin
untuk membersihkan jln nafas.
 Sawar kimia, getah lambung yg asam, skresi kel. Air
mata, air liur, sebasea menghancurkan bakteri dan
jamur yg menyerang tubuh.
 Interferon, mrpk salah satu tipe pengubah (modifier)
respon biologic yg mrpk substansi virisida non spesifik
yg secara alami diproduksi oleh tubuh dan dpt
mengaktipkan komponen lainnya dari sistem immun.
 Leukosit, turut serta dlm respon imun humoral dan
seluler. Jenisnya 1) leukosit granuler: neutrofil,
eosinofil dan basofil dan 2) non granuler: monosit
atau makrofag dan limfosit
 Neutrofil (PMN) sel pertama yang datang pada saat
inflamasi.
 Eosinofil dan basofil akan meningkat jml nya pada
reaksi allergi dan respon thd stress.
 Granulosit akan memerangi benda asing atau toksin dg
melepaskan mediator spt: histamin, bradikinin dan
prostaglandin dan akan menelan benda asing/toksin
tsb.
 Leukosit non granuler:
 Monosit berfungsi sbg sel fagosit, dpt menelan,
mencerna dan menghancurkan benda asing atau
toksin dlm kualitas dan kuantitas yg lebih besar
dibandingkan dg granulosit
 Limfosit, tdd dari sel B dan sel T yg memainkan
peranan utama dlm immunitas humoral.
MAKROFAG :
• BESAR DAN MERUPAKAN SEL FAGOSIT AKTIF
• DERIVAT DARI MONOSIT. KEBERADAAN SEL FAGOSTI YANG BANYAK DI
DALAM JARINGAN DISEBUT SISTEM MONOSIT-MAKROFAG ATAU RES
• MAKROFAG YANG TERAKTIVASI AKAN :
1. MENYELIMUTI ANTIGEN DAN BENDA ASING DAN KEMUDIAN MENGHANCURKANYA DENGAN ENZIM
LISOSOM
2. Berikatan dengan patogen dari interstitial tapi tidak mampu menghancurkan patogen, menunggu sel lain
3. MENGHANCURKAN TARGET DENGAN CARA MELEPASKAN ZAT KIMIA SEPERTI TUMOR NECROSIS FATOR
, NITRIC OXIDE ATAU HIDROGEN PEROKSIDA

FIXED MACROPHAG : SEL RESIDENT PERMANEN DARI BEBERAPA JARINGAN, TIDAK DAPAT
BERGERAK. ORGANISME PATOGEN HARUS MASUK KE JARINGAN
SEKITAR AGAR DAPAT MENARIK MAKROFAG INI : ADA PADA JARINGAN
KOLAGEN, LAPISAN PAPILER DAN RETIKULER DERMIS. SUBARAKHNOI
DAN BONE MARROW. DALAM CNS DISEBUT MICROGLIA DAN DALAM
SINUSOID SEL HATI DISEBUT SEL KUFFER
FREE MACROPHAG :
BEBAS BERGERAK PADA SELURUH TUBUH, MIGRASI MENUJU DAERAH
INJURI.

ORIENTASI DAN PROSES FAGOSIT


MAKROFAG BEBAS DAN MIKROFAG AKAN :
1. DIAPEDESIS : DAPAT BERGERAK MELALUI KAPILER DENGAN CARA MENYELINAP
MALALUI LAPISAN ENDOTELIAL. LAPISAN ENDOTELIAL YANG DILALUI AKAN MERUPAKAN
MARKER YANG MEMBERIKAN TANDA PADA DARAH YANG MELEWATINYA BAHWA SESUATU
YANG SALAH SEDANG TERJADI
2. KEMOTAKSIS : BERGERAK KARENA TERTARIK OLEH CAIRAN KIMIA YANG TERDAPAT PADA
SEL LAIN SEPERTI CYTOKINES
3. ADHESI : FAGOSIT DIMULAI DENGAN ADHESI FAGOSIT PADA SEL TARGET , KEMUDIAN
TERBENTUK VESIKEL YANG MENGANDUNG ENZIM LISOSOSM SEL TARGET HANCUR

IMMUNOLOGY SURVEILANCE :
DILAKUKAN OLEH SEL NK
SEL NK AKAN MENGENALI SEL YANG ABNORMAL DENGAN CARA MENGENALI ANTIGEN
YANG TERDAPAT DALAM MEMBRAN SEL ABORMAL TERSEBUT. TIDAK SEPERTI PADA
SEL B DAN SEL T YANG MENGENALI ANTIGEN YANG SPESIFIK SAJA, SEL NK MENGENALI
SELURUH ANTIGEN YANG MUNCUL DIMANA SAJA SEPERTI CAIRAN TUBUH, SEL YANG
TERINFEKSI DAN SEL KANKER
AKTIVASI SEL NK :
• SEL NK AKAN MENDEKATI SEL TARGET YANG MEMELIKI PROTEIN PERMUKAAN YANG
TIDAK BIASA
• APARATUS GOLGI AKAN BERGERAK SAMPAI MENDEKATI MEMBRAN SEL, VESIKEL
BERGERAK DALAM SITOPLASMA KE PERMUKAAN SEL (EXOCYTOSIS) MENGHASILKAN
PERFORINS
• PERFORINS BERDIFUSI PADA GAP JUNCTION MENUJU SEL TARGET
• PERFORIN MENGIRITASI ATAU MENGAHNCURKAN MEMBRAN SEL TARGET

INTERFERON
PROTEIN KECIL YANG DILEPASKAN OLEH LIMFOSIT DAN MAKROFAG YANG TERAKTIVASI
OLEH SEL YANG TERINFEKSI VIRUS, APABILA INTERFERON BERIKATAN DENGAN DENGAN
RESEPTOR PADA MEMBRAN SEL YANG NORMAL AKAN MERANGSANG PRODUKSI PROTEIN
ANTIVIRAL DENGAN BANTUAN SECOND MESSENGER. DAN MERUPAKAN SALAH SATU
CONTOH DARI CYTOKINES

KOMPLEMEN
PLASMA MANUSIA MENGANDUNG 11 JENIS PROTEIN KOMPLEMEN YANG MEMBENTUK
SISTEM KOMPLEMEN. EFEKNYA MENGHANCURKAN MEMBRAN SEL TARGET, STIMULASI
PROSES INFLAMASI, MENARIK FAGOSIT DAN MENINGKATKAN FAGOSITOSIS
SEL NK MEMBUNUH TARGET SEL
SISTEM IMMUN NON SPESIFIK
Respon Inflamasi
Mrpk fungsi utama sistem immun alami (non
spesifik) yg dicetuskan sbg reaksi thd cedera
jaringan atau invasi mikro organisma. Zat-zat
mediator kimia turut memmbantu respon inflamasi
untuk:
 Menghancurkan agent injury
 Mencegah penyebaran lebih lebih lanjut dengan
mengaktipkan sel-sel fagosit
 Mengurangi kehilangan darah
 Memperbaiki jaringan yang rusak dengan
meningkatkan pembentukan jaringan parut fibrosa
serta regenerasi jaringan yang cedera.
Tahap-tahap respon inflamasi:

 Respon vascular dan seluler, yaitu reaksi yang


ditandai dengan timbulnya kemerahan dan hangat,
sehingga timbul bengkak dan terasa nyeri.
 Respon eksudasi, yaitu cairan keluar dari pembuluh
darah, sel-sel fagosit dan jaringan yang mati. Cairan
eksudat terdiri dari: eksudat serosa (berisi serum),
eksudat purulent (berisi pus) dan eksudat hemoragic
(berisi darah).
 Respon reparasi yaitu pembentukan kembali jaringan
yang rusak dengan jaringan fibrosa.
Reaksi inflamasi ditandai oleh 5 hal yaitu: nyeri (dolor), bengkak

(tumor), kemerahan (rubor), panas (calor) dan fungtiolaesa

Mekanisme Terjadinya Inflamasi

LUKA Vasokontriksi pembuluh darah

Pengeluaran histamin, Peningkatan permeabilitas kapiler


bradikinin,serotonin

Tumor Dolor
Vasodilatasi pemb darah

Leukosit melakukan leokositosis


Rubor Kalor kemotaksis

Exudasi peradangan Exudat dibersihkan


ke aliran limfatik

Regenerasi jaringan
PROSES INFLAMASI
Immunitas Didapat (SPESIFIK)
 Mrpk imunitas spesifik yg terbentuk sesudah lahir,
misalnya setelah mendapatkan immunisasi atau
terjangkit penyakit tertentu (misal: cacar).
 Immunitas akuisita bisa diperoleh scr aktif dan pasif:
 Pada imunitas yang didapat secara aktif, pertahanan imunologi
akan dibentuk oleh tubuh orang yg dilindungi oleh imunitas tsb,
berlangsung lama bahkan seumur hidup.
 Sedangkan pada imunitas yg didapat scr pasif mrpk imunitas
temporer yg ditransmisikan dari sumber lain yg sdh memiliki
kekebalan setelah menderita sakit atau menjalani immunisasi.
 Immunitas alami dan didapat pada dasarnya bekerja
sama dan saling tergantung satu sama lain dlm
melindungi tubuh.
IMUNITAS SPESIFIK

DILAKUKAN OLEH KOORDINASI SEL B DAN SEL T YANG BERESPON TERHADAP ADANYA
ANTIGEN YANG SPESIFIK. DENGAN PROSES HUBUNGAN SEBAGAI BERIKUT :
1. SEL T BERTANGGUNG JAWAB DALAM IMUNITAS YANG DIMEDIASI OLEH SEL.
MERUPAKAN KEMAMPUAN SEL TUBUH UNTUK MELAWAN SEL ABNORMAL DALAM SEL
HIDUP
2. SEL B BERTANGGUNG JAWAB UNTUK IMUNITAS YANG DIMEDIASI OLEH ANTIBODI.
MEKANISME PERTAHANAN TUBUH TERHADAP ORGANISME PATOGEN YANG ADA
DALAM CAIRAN TUBUH
SEL T YANG TERAKTIVASI TIDAK DAPAT BERESPON TERHADAP ANTIGEN YANG ADA
DALAM CAIRAN, BEGITU JUGA ANTIBODI YANG DIHASILKAN OLEH SEL B TIDAK DAPAT
MENEMBUS MEMBRAN SEL. TAPI SEL T HELPER MEMERANKAN PERANAN YANG
SANGAT PENTING KARENA DAPAT JUGA MENSTIMULASI AKTIVITAS SEL B
TIPE IMUNITAS TUBUH
IMUNITAS SELULER
SEL T BEREPARAN DALAM INISIASI, KEBERLANGSUNGAN DAN KONTROL RESPON
SISTEM IMUN
ADA TIGA TIPE SEL T : CYTOTOXIC, HELPER, DAN SUPRESOR

AKTIVASI SEL T :
• DIAKTIFKAN SETELAH TEREKSPOSE OLEH ANTIGEN YANG TERIKAT PADA
GLIKOPROTEIN DALAM MEMBRAN SEL YAITU, PADA PROTEIN YANG DISEBUT MAJOR
HISTOCOMPATIBILITY COMPLEX ATAU HUMAN LEUCOYTE ANTIGEN
• ADA DUA BENTUK MHC :
1. MHC KELAS I : PROTEIN YANG ADA PADA SEMUA SEL YANG MEMILIKI
NUKLEOTIDA BILA SEL NORMAL DAN PEPTIDA NORMAL, SEL T AKAN
MENGABAIKAN NYA. JIKA SITOPLASMA MENGANDUNG PEPTIDA YANG TIDAK
NORMAL DAN TERPAPAR PADA MEMBRAN SEL, MAKA SEL T AKAN TERAKTIVASI
DESTRUKSI SEL ABNORMAL
2. MHC KELAS II : HANYA ADA PADA MEMBRAN SEL YANG TERPAPAR DENGAN
ANTIGEN, DAN MERUPAKAN SEL YANG BERTANGGUNG JAWAB UNTUK AKTIVASI
SEL T
Pertahanan Sistem Immun
Tiga cara pertahanan tubuh: respon imun fagositik, respon
imun humoral atau antibody dan respon imun seluler.
1. Respon imun fagositik: leukosit (granulosit dan makrofag)
bergerak ke tempat serangan kemudian menelan dan
menghancurkan mikro organisme tsb.
2. Respon protektip : respon humoral (respon antibody), bekerja dg
terbentuknya limfosit yg dapat mengubah diri menjadi sel-sel
plasma yg menghasilkan antibody. Antibody mrpk protein yg
sangat spesifik dan mempunyai kemampuan melumpuhkan
penyerangnya.
3. Respon imun seluler: melibatkan limfosit yg dapat mengubah
dirinya emnjadi sel plasma juga dpt mengubah diri menjadi sel T
sitotoksik khusus yg dpt menyerang mikroorganisme.
Stadium Respon Immun

Terdiri dari 4 stadium, yaitu:


1. Stadium pengenalan (recognition)

2. Stadium proliferasi

3. Stadium respons

4. Stadium efektor
1. Stadium Pengenalan

 Pada stadium ini nodus limpatikus, limfosit


dan makrofag akan berusaha untuk mengenali
antigen sebagai unsur asing atau bukan dari
dirinya sendiri. Kemudian setelah dikenali
akan beredar pada pembuluh darah dan lymph
dan diproses lebih lanjut.
PENGENALAN ANTIGEN

SEL T YANG TIDAK AKTIF MEMILIKI RESEPTOR YANG MENGENAL MHC KELAS I ATAU II
APABILA ADA IKATAN DENGAN RESEPTORNYA SEL T AKTIF DISEBUT RECOGNITION
RECOGNISI INI MERUPAKAN KERJA DARI PROTEIN YANG DISEBUT CD (CLUSTER
DESIGNATION )MARKER :
1, CD 8 ADA PADA SEL T CYTOTOXIC DAN SUPPRESSOR. DISEBUT JUGA SEL CD8 T
BERESPON PADA PROTEIN MHC KELAS I
2, CD4 ADA PADA T HELPER DISEBUT SEL T CD4 BERESPON PADA MHC KELAS II
SETELAH PROSES PENGENALAN, SEL T TERIKAT PADA TEMPAT KE DUA YANG
MERUPAKAN SIGNAL OK UNTUK AKTIVASI
PENGENALAN ANTIGEN DAN AKTIVASI SEL T SITOTOKSIK

KEMATIAN SEL
PENGENALAN ANTIGEN DAN AKTIVASI SEL T HELPER
2. Stadium Proliferasi
 Pada stadium ini limfosit yang beredar dan
mengandung pesan antigen akan kembali ke
nodus limpatikus terdekat, kemudian limfosit
yang sudsh disentisasi akan menstimulasi
sebagian limfosit non aktip (dormant) yang
menghuni nodus tersebut untuk membesar,
membelah diri mengadakan proliferasi dan
berdiferensiasi menjadi limfosit T atau B.
Pembesaran nodus limpatikus merupakan salah
satu respon imun.
3. Stadium Respons
Pada stadium ini limfosit yang sudah berubah akan berfungsi
dengan cara humoral atau seluler. Respon humoral diproduksi
antibodi oleh limfosit B sebagai reaksi terhadap antigen spesifik
sebagai awal respon humoral. Antibodi akan menetap dalam
plasma atau fraksi darah berupa cairan. Peran respon imun
humoral adalah pada proses fagositosis dan lisis bakteri,
anafilaksis, asma dan kelainan allergi, penyakit immun, infeksi
bakteri dan beberapa infeksi virus. Sedangkan pada respon
seluler limfosit yang sudah disentisasi akan kembali dan
bermigrasi ke nodus limpatikus tempat sel tersebut untuk
menstimulasi limfosit yang berada dalam nodus itu untuk
menjadi sel yang akan menyerang langsung mikroba. Limfosit
yang sudah ditransformasikan ini disebut sel T sitotoksik (T=
Timus). Peran respon imun seluler terjadi penolakan
tranplantasi, hipersensitivitas lambat, infeksi intra sel, infeksi
virus, jamur dan parasit.
SENSITISASI DAN AKTIVASI SEL B HASIL AKTIVASI SEL T HELPER
4. Stadium Efektor
 Pada stadium ini antibodi dari respon humoral
dan sel T sitotoksik dari respons seluler akan
menjangkau antigen dan terangkai dengan
antigen tsb pada permukaan benda asing
(mikroorganisme/toksin), dimana perangkaian
ini merupakan awal dari penghancuran mikroba
yang menginvasi tubuh atau menetralisasi
toksin secara total.
5. Imunitas Humoral (Respon Antibody)

 Bekerja dengan terbentuknya limfosit B yang


dapat mengubah diri menjadi sel-sel plasma
yang menghasilkan antibody.
 Antibody merupakan protein yang sangat
spesifik dan mempunyai kemampuan
melumpuhkan penyerangnya, prosesnya
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Pengenalan antigen: limfosit T dengan bantuan makrofag akan
mengenali antigen dan penyerang asing, kemudian mengambil
pesan antigen (antigenic blue print) lalu kembali ke nodus
limfatikus yang terdekat dengan membawa pesan tersebut.
2. Produksi antibodi: limfosit B yang disimpan di dalam nodus
limfatikus, dibagi menjadi ribuan yang masing-masing bersifat
responsive terhadap 1 kelompok antigen dengan karakteristik
yang hampir identik. Pesan antigen yg dibawa ke nodus lymph
akan menstimulasi spesifik limfosit B untuk membesar,
membelah dan memperbanyak diri, serta berdiferensiasi menjadi
sel plasma yang dapat memproduksi antibodi spesifik terhadap
antigen tersebut.
3. Limfosit B lainnya akan berdiferensiasi menjadi klon limfosit B
dengan memori untuk antigen tersebut. Sel memori ini
bertanggungjawab atas respon imun yang lebih cepat dan
berlebihan pada orang yang berkali-kali terpajan oleh antigen
tersebut.
Jenis antibody atau Imunoglobulin
 Imunoglobulin G, yang terdapat dalam serum dan jaringan
interstitial dan memiliki peran utama dalam melawan
infeksi yang dibawa darah dan infeksi jaringan (sebagai
antivirus dan anti bakteri) dengan mengaktipkan sistem
makrofag dan menggalakan fagositosis, serta mampu
menembus bariier plasenta ibu-bayi.
 Imunoglobulin A, terdapat dalam cairan tubuh (darah,
saliva, sekret prostat dan vagina, dan lain-lain) berfungsi
untuk melindungi terhadap infeksi paru, saluran
pencernaan dan urogenital, mencegah absorbsi antigen
dari makanan dan mampu melintas ke dalam neonatus via
ASI untuk memberikan perlindungan
Jenis antibody atau Imunoglobulin
 Imunoglobulin M, terdapat dalam serum intravascular
sebagai reaksi pertama terhadap antigen seperti bakteri
dan virus dengan mengaktipkan system komplemen.
 Imunoglobulin D, terdapat dalam jumlah kecil dalam serum
dan kemungkinan mempengaruhi diferensiasi limfosit B.
 Imunoglobulin E, terdapat dalam serum yang berfungsi
untuk reaksi terhadap allergi dan hipersensitivitas dan
membantu pertahanan tubuh terhadap parasit.
PALING BANYAK. IMUNITAS
KELAS IMUNOGLOBULIN
TERHADAP VIRUS, BAKTERI,
DAN TOKSIN DARI BAKTERI.
DAPAT MELALUI PLACENTA

TERIKAT BASOFIL DAN


MAST CELLS.
MELEPASKAN HISTAMIN
DAN HORMON LAIN PADA
PROSES INFLMASI.
PENTING PADA REAKSI
ALERGI

PADA PERMUKAAN SEL


B. TERIKAT PADA
ANTIGEN PD CAIRAN
EKSTRASEL. BERPERAN
DALAM MEMBANTU
MENGAKTIFKAN SEK B
ANTIBODI PERTAMA YANG
DIPRODUKDI SETELAH ADANYA
ANTIGEN. PRODUKSINYA TURUN
APABILA PROD IgG MENINGKAT.
BERPERAN DLM AGLUTINASI
PADA TRANSFUSI DARAH

DITEMUKAN PADA
KELENJAR YANG
MENSEKRESIKAN SEPERTIO
MUKUS, SALIVA AIR MATA
DAN SUSU
Imunitas Seluler
 Melibatkan limfosit yang dapat mengubah dirinya menjadi
sel plasma juga dapat mengubah diri menjadi sel T
sitotoksik khusus yg dapat menyerang mikroorganisme.
 Terdapat 3 tipe sel T, yaitu:
 Sel T helper yang berfungsi untuk meningkatkan produksi
antibody dari sel B terutama Imunoglobulin (Ig) G, A, dan E,
 Sel T suppressor yang berfungsi untuk menghambat produksi
antibody dari sel B
 Sel T cytolytic sebagai penghancur sel asing (sel T pembunuh).
TERIMA KASIH…

40

Anda mungkin juga menyukai