Anda di halaman 1dari 40

Basic Science

Sistem Imun
Mawita Suanbani
1610211014
Definisi Sistem Imun
Immunity is defined as resistance to
disease, specifically infectious disease.
The collection of cells, tissues, and
molecules that mediate resistance to
infections is called the immune system,
and the coordinated reaction of these
cells and molecules to infectious
microbes is the immune response.
Klasifikasi
Dibagi menjadi sistem imun alamiah
atau nonspesifik/ natural / innate /
native / nonadaptive dan didapat atau
spesifik / acquired
SISTEM IMUN NONSPESIFIK
FISIK
Pertahanan fisik atau mekanik
melibatkan kulit, selaput lender, silia
saluran napas, batuk dan bersin.
LARUT
• Biokimia
–pH asam keringat dan sekresi
sebaseus, berbagai asam lemak yang
dilepas mempunyai efek denaturasi
terhadap protein membrane sel
sehingga dapat mencegah infeksi
yang dapat terjadi melalui kulit.
–Lisozim dalam keringat, ludah, air
mata dan air susu ibu, melindungi
tubuh terhadap kuman gram positif
dengan menghancurkan lapisan
peptidoglikan dinding bakteri..
–Air susu ibu juga mengandung
laktooksidase dan asam neuraminik
yang mempunyai sifat antibacterial
terhadap E colii dan Stafilokok.
– Saliva mengandung enzim seperti
laktooksidase yang merusak dinding sel
mikroba dan mengandung antibody serta
komplemen yang berfungsi sebagai opsonin
dalam lisis sel mikroba.
– Asam hidroklorida dalam lambung, enzim
proteolitik, antibody, dan empedu dalam
usus halus membantu menciptakan
lingkungan yang dapat mencegah infeksi
banyak mikroba.
–pH yang rendah dalam vagina,
spermin dalam semen dan jaringan
lain dapat mencegah tumbuhnya
bakteri gram positif.
• Humoral
– Komplemen terdiri atas sejumlah besar
protein yang bila diaktifkan akan
memberikan proteksi terhadap infeksi dan
berperan dalam respons inflamasi.
Diproduksi oleh hepatosit dan monosit dan
dapat diaktifkan secara langsung oleh
mikroba atau produknya.
• Berperan sebagai opsonin, faktor
kemotaktik dan juga menimbulkan
destruksi/lisis bakteri dan parasit.
Antibody dengan bantuan komplemen
dapat menghancurkan membrane
lapisan LPS dinding sel. MAC dari sistem
komplemen dapat membentuk lubang
kecil dalam sel membrane sehingga
menimbulkan kematian mikroba.
–Protein Fase Akut
•C-Reactive Protein – Berperan
sebagai opsonin, CRP mengikat
berbagai mikroorganisme.
•Lektin – Berperan sebagai
opsonin dan mengaktifkan
komplemen.
– Mediator asal fosfolipid – PG dan LTR,
meningkatkan respons inflamasi melalui
peningkatan permeabilitas vascular dan
vasodilatasi
– Sitokin
• Selular – Fagosit, sel NK, sel mast dan eosinofil
berperan dalam sistem imun nonspesifik.
SISTEM IMUN SPESIFIK
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan
untuk mengenali benda yang dianggap asing
bagi dirinya. Benda asing yang terpajan ke dalam
tubuh segera dikenali oleh sistem imun spesifik
dan menimbulkan sensitasi, sehingga antigen
yang sama dan masuk tubuh untuk kedua kali
akan dikenal lebih cepat dan kemudian
dihancurkan. Sistem imun spesifik terdiri atas
sistem humoral dan sistem selular.
HUMORAL
Pemeran utama dalam sistem imun spesifik
humoral adalah limfosit B atau sel B. Sel B
yang dirangsang oleh benda asing akan
berproliferasi, berdiferesiasi dan
berkembang menjadi sel plasma yang
memproduksi antibody. Fungsi utama
antibody adalah pertahanan terhadap infeksi
ekstraselular, virus dan bakteri serta
menetralkan toksinnya.
Selular
Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun
spesifik selular. Fungsi utama sistem imun
spesifik selular adalah pertahanan terhadap
bakteri yang hidup intaselular, virus, jamur,
parasite dan keganasan.
• Sel T Naif – Sel limfosit matang yang
meninggalkan timus dan belum
berdiferensiasi, belum terpajan antigen.
• Sel T CD4+ - Sel T efektor CD4 dibedakan
dalam beberapa subset atas dasar
sitokin yang diproduksinya. Antigen yang
ditangkap, diproses dan dipresentasikan
makrofag dalam konteks MHC-II ke sel
CD4+. Sel CD4+ kemudian akan
mengeluarkan IL-2 yang bekerja secara
autokrin untuk merangsang sel CD4+
untuk berproliferasi.
• Sel T CD8+ - Sel T CD8+ mengenal
kompleks antigen MHC I yang
dipresentasikan APC. Berfugsi untuk
menyingkirkan sel terinfeksi virus,
menghancurkan sel ganas dan sel histoin
kompatibel yang menimbulkan penolakan
transplantasi.
REAKSI
HIPERSENSITIVITAS
Definisi
Hipersensitivitas adalah peningkatan
reaktivitas atau sensitivitas terhadap
antigen yang pernah dipajankan atau
dikenal sebelumnya.
KLASIFIKASI
HIPERSENSITIVITAS
• Reaksi cepat – Terjadi dalam hitungan
detik, menghilang dalam 2 jam. Terjadi
ikatan silang antara allergen dan IgE pada
permukaan sel mast yang menginduksi
pelepasan mediator vasoaktif.
Manifestasinya berupa anafilaksis sistemik
atau local.
• Reaksi intermediate – Terjadi setelah
beberapa jam & menghilang dalam 24 jam.
Melibatkan pembentukan kompleks imun
IgG & kerusakan jaringan melalui aktivasi
komplemen dan atau sel NK/ADCC.
Manifestasinya :
–Reaksi tranfusi, eritroblastosis fetalis,
anemia hemolitik autoimun
–Reaksi Arthus local dan reaksi sistemik
seperti serum sickness, vaskulitis nekrotis,
glomerulonephritis, RA dan LES
• Reaksi Lambat – Terlihat sampai sekitar 48
jam setelah terjadi pajanan dengan antigen
yang terjadi pajanan dengan antigen yang
terjadi oleh aktivasi sel Th. Sitokin yang
dilepas sel T mengaktifkan sel efektor
makrofag yang menimbulkan kerusakan
jaringan. Contoh reaksi tipe lambat adalah
dermatitis kontak, reaksi M.tuberculosis
dan reaksi penolakan tandur.
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE 1

• Disebut juga reaksi cepat atau rekasi


anafilaksis atau reaksi alergi, timbul
segera sesudah tubuh terpajan oleh
alergen.
• Alergen yang masuk ke dalam tubuh
menimbulkan respon imun berupa
produksi IgE.
3 fase reaksi tipe 1
• Fase sensitasi – waktu yang dibutuhkan
untuk pembentukan IgE sampai diikat
silang oleh reseptor spesifik pada
permukaan sel mast/basofil.
• Fase aktivasi – waktu yang dibutuhkan
antara pajanan ulang antigen yang
spesifik dan sel mast mengalami
degranulasi dan menimbulkan reaksi.
• Fase efektor – waktu terjadi respons
yang kompleks (anafilaksis) sebagai
efek mediator-mediator yang
dilepas sel mast atau basofil dengan
aktivitas farmakologik.
Sel mast
• Histamin – komponen utam granul sel mast.
• PG & LT – PG menimbulkan bronkokonstriksi
dan LT berperan pada bronkokonstriksi,
peningkatan permeabilitas vaskular dan
produksi mukus.
• Sitokin – mediatos inflamasi
manifestasi
• Reaksi lokal
• Reaksi sistemik
• Reaksi pseudoalergi atau
anafilaktoid
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE 2

• Disebut juga reaksi sitotoksik atau


sitolitik, terjadi karena dibentuk antibodi
jenis IgG atau IgM terhadap antigen
yang merupakan bagian sel pejamu..
• Antibodi dapat mengaktifkan sel yang
memiliki reseptor spesifik dan sel NK
yang berperan sebagai efektor dan
menimbulkan kerusakan melalui ADCC.
manifestasi
• Reaksi tranfusi
• Eritroblastosis fetalis
• Anemia hemolitik
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE 3

• Dalam keadaan normal kompleks imun


dalam sirkulasi diikat dan diangkut
eritrosit ke hati, limpa dan di fagositosis.
Permasalahan akan timbul jika kompleks
imun tersebut mengendap di jaringan.
manifestasi
• Reaksi lokal atau fenomen Arthus
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE 4
TERIMA KASIH :)

Anda mungkin juga menyukai