Anda di halaman 1dari 32

Sistem Imun Ikan

Drh. Balqis Ria Putri M.Si


Latar belakang
• Semua tumbuhan dan mahkluk hidup memrlukan perlindungan
terhadap invasi mikroorganisme
• Hal itu tidak tergantung dari evolusi imun.
• Invertebrata : bergantung hanya pada mekanisme imun non-spesifik
• Vertebrata : menggunakan imunitas spesifik dan non spesifik
• Imunitas non spesifik : timbul lebih dulu dalam evolusi organisme
multiseluler (tumbuhan dan hewan)
• IMUNITAS SPESIFIK : hanya pada vertebrata
Sistem Imun
• Sistem Imun : Sistem yang kompleks dengan peran ganda dalam
fungsinya menjaga keseimbangan tubuh.
• Sistem Imun : Sistem yang dalam kinerjanya bentuk system
pertahanan dengan cara menolak berbgai benda asing yang akan
masuk ke dalam tubuh
• Sistem imun : mengacu pada sekelompok sel, protein, jaringan dan
organ khusus yang bekerja berdampingan melawan segala bentuk
ancaman berbahaya bagi tubuh.
• Sekelompok sel yang paling penting dalam kinerja system imun : sel
darah putih atau Leukosit.
Sistem imun
• Sistem adalah suatu kumpulan sel atau kumpulan jaringan yang
keberadaannya tersebar luas di seluruh tubuh.
• Komponen sel diperlukan dalam menjalankan fungsi kekebalan.
Komponen – komponen tubuh tersebut dikenal dengan system
limforetikular.
• Sistem limforetikular : memainkan peranan penting karena
merupakan system yang mengontrol semua mekanisme respon imun.
• Sistem limforetikular : ditemukan dalam sumsum tulang belakang,
ginjal, timus, limpa dan beberap organ lain.
Fungsi Sistem Imun
1. Pertahanan : berperan penting disaat antigen dari luar tubuh
(mikroorganisme-parasite) menginvasi tubuh. Jika antigen memiliki
kekuatan lebih besar -> berdampak negative pada tubuh.
2. Homeostatis : berperan penting disaat tubuh mencari
keseimbangan melalui proses Anabolisme dan Katabolisme, dimana
semua elemen seluler yang rusak/ mati dikeluarkan tubuh
3. Supervisor : Sebagai monitor untuk mengenali beberapa yang telah
berubah menjadi kelainan melalui proses mutasi. Perubahan sel
spontan ini terjadi secara spontan atau bisa karena diinduksi infeksi
virus atau radiasi bahan kimia.
Sistem imun Ikan
- Ikan memiliki dua sistem pertahanan yaitu sistem pertahanan alamiah (innate
immunity) dan sistem pertahanan adaptif (adaptive immunity) (Tort et al.,
2003).
- Sistem imun pada ikan teleostei belum selengkap pada vertebrata tingkat tinggi
(mamalia) tetapi jauh lebih berkembang dibandingkan sistem imun invertebrata.
- Kemampuan sistem imun non spesifik (innate immunity) terdiri dari mekanisme
pertahanan seluler dan humoral.
- Pertahanan seluler non spesifik diperankan oleh monosit/makrofag,
neutrophil/granulosit dan sel cytotoxic non spesifik atau sel NK (natural killer).
Sedangkan
- Pertahanan humoral non spesifik melibatkan lectins, enzim lytic (lisozyme,
complement), transferrin, ceruloplasmin, c-reactive protein dan interferon.
Sistem imun Ikan
• Pada sistem imun adaptive juga terdapat dua mekanisme yaitu respon imun
humoral diperantarai oleh antibodi yang diproduksi oleh sel-sel limfosit B
(atau biasa disebut dengan sel B).
• Antibodi akan mengenali antigen-antigen mikrobia, menetralisirnya, dan
mengeliminasi mikroba tersebut dengan berbagai mekanisme efektor.
Antibodi bersifat khusus (hanya mengeliminasi target antigen yang
dikenalinya). Tipe antibodi yang berbeda dapat mengaktifkan mekanisme
efektor yang berbeda pula.
• Adapun imunitas yang adaptif seluler (cell-mediated immunity) diperantarai
oleh sel T (limfosit T) yang berperan dalam melakukan destruksi sel-sel yang
terinfeksi mikroba secara intraseluler (Shoemaker et al, 2001).
Sistem Pertahanan Ikan
• Sistem pertahanan innate atau sistem pertahanan bawaan /alami yang
bereaksi pada semua bahan yang asing bagi tubuh seperti kolonisasi dan
infeksi oleh organisme patogen. Sistem pertahanan ini juga disebut sistem
pertahanan non spesifik. Sistem ini tidak bergantung pada jumlah kontak
hospes dengan antigen tertentu.
• Sistem pertahanan dapatan atau yang diinduksi (Acruired) yaitu sistem
pertahanan yang akan berfungsi dengan baik harus diinduksi antara lain
dengan pemaparan pada patogen atau produk-produk yang berasal dari
patogen (misalnya : LPS dan vaksin). Sistem pertahanan ini juga disebut
pertahanan spesifik yang hanya bereaksi pada antigen tertentu. Sistem ini
sangat bergantung pada jumlah kontak hospes dengan antigen tertentu
seblumnya.
• Ikan telah diketahui lebih mengandalkan mekanisme sistem kekebalan
non-spesifiknya /alamiah /bawaan (innate immune system) dari pada
sistem kekebalan spesifiknya (Anderson, 1992).
• Pertahanan non-spesifik merupakan sistem pertahanan tubuh yang
sangat penting pada sistem kekebalan tubuh ikan.
• Pada ikan, respon imun baru terbentuk secara sempurna manakala
ikan telah dewasa. Ikan-ikan muda tidak mempunyai respon imun
spesifik yang sempurna (Ellis, 1999) dan bergantung pada respon
selular non-spesifik untuk bertahan dari serangan infeksi mikroba.
• Pertahanan nonspesifik merupakan pertahanan utama pada ikan
stadia benih dan ikan muda (Vadstein, 1997). S
Sistem Imun Ikan
Sistem Imun Ikan
• Mukus selain sebagai pelindung fisik juga pelindung kimiawi karena
mengandung lisozim, komplemen, protein-protein komplemen dan protease
mirip tripsin yang dapat merusak sel-sel bakteri Gram negatif.
• Lisozim dapat menghancurkan dinding sel bakteri (peptidoglikan),
komplemen akan menyerang pada lapisan ganda lipid (lipid bilayer) pada
dinding sel, protein reaktif-C mengaktivasi komplemen, sedangkan anti
protease akan menetralisasi eksotoksin
• Meskipun memiliki perlindungan fisik, antigen dapat masuk melalui
permukaan epitel yang rusak, insang (terutama sesudah terjadinya stress
osmotik), organ linea lateralis dan saluran pencernaan. Jika patogen telah
masuk ke dalam tubuh, maka beragam respon pertahanan non-spesifik dan
adaptif akan menghadangnya
Reseptor- Reseptor sistem pertahanan Spesifik

• Sebagaian besar sistem pertahanan tubuh pada ikan berupa protein seperti antibodi,
Mayor Histocompatability Complex (MHC), protein reseptor baik sel B atau sel T dan
lain lainnya.
• Protein-protein dalam komponen sistem pertahanan tubuh ikan dikode dengan suatu
gen yang terletak pada DNA inti atau DNA kromosomal.
• Gen-gen tersebut akan diaktifkan ketika sel mendapatkan rangsangan berupa infeksi
mikroorganisme, untuk disintesis menjadi mRNA yang mengkode protein-protein yeng
berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh.
• Kemudian protein protein tersebut akan bekerja sesuai dengan perannya masing-
masing untuk mendegradasi antigen yang masuk.
• Ketika antigen telah didegradasi oleh protein sistem pertahanan tubuh tadi, gen-gen
tersebut akan dinonaktifkan sehingga sintesis mRNA yang mengkode protein dihentikan
Respon Kekebalan Non-spesifik
• Dengan cara Fagositosis (Menghancurkan bakteri).
• Dalam hal ini makrofag, neutrofil dan monosit memegang peranan yang
sangat penting.
• Supaya dapat terjadi fagositosis, sel-sel fagositosis tersebut harus berada
dalam jarak yang dekat dengan partikel bakteri, atau lebih tepat lagi
bahwa partikel tersebut harus melekat pada permukaan fagosit. Untuk
mencapai hal ini maka fagosit harus bergerak menuju sasaran. Hal ini
dapat terjadi karena dilepaskannya zat atau mediator tertentu yang
disebut dengan factor leukotaktik atau kemotaktik yang berasal dari
bakteri maupun yang dilepaskan oleh neutrofil, makrofag atau
komplemen yang telah berada dilokasi bakteri (Kresno, 1991; Roitt, 1993).
Respon Kekebalan Non-spesifik
• Selain factor kemotaktik yang berfungsi untuk menarik fagosit menuju
antigen sasaran, untuk proses fagositosis selanjutnya,
• Bakteri perlu mengalami opsonisasi terlebih dahulu. Ini berarti bahwa
bakteri terlebih dahulu dilapisi oleh immunoglobulin atau komplemen
(C3b), supaya lebih mudah ditangkap oleh fagosit.
• Selanjutnya partikel bakteri masuk kedalam sel dengan cara endositosis
dan oleh proses pembentukan fagosum, ia terperangkap dalam kantong
fagosum, seolah-olah ditelan dan kemudian dihancurkan baik dengan
proses oksidasi-reduksi maupun oleh derajat keasaman yang ada dalam
fagosit atau penghancuran oleh lisozim dan gangguan metabolisme
bakteri (Bellanti, 1985; Subowo, 1993).
Manifestasi respon kekebalan non spesifik
manifestasi lain dari respons imun nonspesifik adalah reaksi inflamasi. Reaksi ini
terjadi akibat dilepaskannya mediator-mediator tertentu oleh beberapa jenis sel,
misalnya
- histamine yang dilepaskan oleh basofil dan mastosit,
- Vasoactive amine yang dilepaskan oleh trombosit, serta
- anafilatoksin yang berasal dari komponen – komponen komplemen, sebagai reaksi
umpan balik dari mastosit dan basofil.

Mediatormediator ini akan merangsang bergeraknya sel-sel polymorfonuklear


(PMN) menuju lokasi masuknya antigen serta meningkatkan permiabilitas dinding
vaskuler yang mengakibatkan eksudasi protein plasma dan cairan. Gejala inilah yang
disebut dengan respons inflamasi akut.
Respon Kekebalan Spesifik
• Antibody akan disintesis ketika ada respon dari luar berupa antigen yang kemudian dipresentasikan
oleh sel-sel yang bertugas mempresentasikan antigen (Antigen presenting cells, APCs), antara lain
makrofag, sel-sel dendrit dan lymphocyte B (sel B).
• APCs akan mempresentasikan epitop (determinan antigen) kepada sel T helper melalui molekul MHC
(Major histocompatibility comnplex) kelas II.
• Sel T akan menerima epitop-epitop tersebut menggunakan reseptor yang disebut TCR (TCell
receptor). Setelah menerima kiriman epitop dari APCs, sel T helper kemudian meresponnya dengan
mensekresi sitokin.
• Sitokin (seperti interleukin) tersebut selanjutnya diterima oleh sel B dan sel B akan merespon signal
yangditerima dengan mengadakan proliferasi menjadi sel B memori dan sel-sel plasma.
• Sel B memori akan mengingat epitop yang pernah diterima dengan membentuk reseptor khusus yang
secara spesifik mengenali epitop tersebut sehingga ketika epitop yang sama masuk ke dalam tubuh,
dengan cepat akan dikenali oleh sel B dan dengan segera akan direspon.
• Sedangkan sel-sel plasma bertanggung jawab terhadap sintesis antibody (protein immunoglobulin)
yang bertugas menghancurkan antigen sasarannya bersama sel T killer (Kropshofer and Vogt, 2007)
Respon Kekebalan Spesifik
• Antigen yang semula ditangkap dan diproses oleh APC,
dipersentasekan ke reseptor pada sel Tc dan Th masing-masing dalam
hubungan dengan MHC kelas I dan II.
• APC tersebut memproduksi dan melepas sitokin yang merangsang sel
T untuk berproliferasi dan berdiferensiasi. Aktifasi sel T oleh antigen
spesifik menghasilkan sel T memori yang dapat memberikan respon
sekunder terhadap antigen yang sama. Sel T memori merupakan sel
yang dapat hidup lama dalam keadaan istirahat dan dapat diaktifkan
monosit/makrofag (Subowo, 1993)
Faktor Pengubah Mekanisme Imun
• Faktor Metabolik
• Faktor lingkungan
• Faktor Gizi
• Faktor Anatomi
• Faktor Fisiologis
• Faktor Umur
• Faktor Mikroba
kuis

Anda mungkin juga menyukai