Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

FRAKTUR COLLUM OS FEMUR

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas dengan judul “Fraktur Collum os. Femur”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh dokter, atau berbagai pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang secara langsung maupun tidak langsung
terlibat selama penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan karena keterbatasan pengalaman, pengetahuan, dan kepustakaan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
makalah ini serta sebagai masukan bagi penulis untuk menjadi lebih baik lagi di masa yang
akan datang.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat baik bagi penulis maupun segenap pembaca.

Jakarta, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................. i


Kata Pengantar ............................................................................................................ ii
Daftar Isi ....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ................................................................................................. 3
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................................ 4
2.1 Anatomi Femur ..................................................................................... 4
2.2 Definisi .................................................................................................. 6
2.3 Epidemiologi .......................................................................................... 7
2.4 Etiologi dan Faktor Resiko ..................................................................... 7
2.5 Mechanism of Injury ............................................................................... 7
2.6 Klasifikasi.............................................................................................. 8
2.7 Gejala Klinis ....................................................................................... 12
2.8 Diagnosis ............................................................................................ 12
2.9 Diagnosis Banding ............................................................................... 15
2.10 Komplikasi .......................................................................................... 15
2.11 Tata Laksana ....................................................................................... 16
2.12 Prognosis ............................................................................................. 18
BAB 3 KESIMPULAN ........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 20

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas tulang, lempeng epifisis, atau permukaan
tulang rawan sendi yang disebabkan trauma yang ditentukan oleh luas dan jenis trauma. Gaya
yang menyebabkan fraktur maupun yang terjadi akibat pergeseran fragmen fraktur dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan lunak sekitarnya, seperti periosteum, pembuluh darah, dan
jaringan otot.1 Terjadinya penurunan fungsi fisik merupakan salah satu ancaman potensial pada
integritas. Rusaknya integritas tulang menyebabkan nyeri, trauma, kaku sendi, dan gangguan
musculoskeletal.2
Kejadian fraktur di dunia meningkat setiap tahunya terbukti oleh badan keselamatan
(WHO) tercatat 13 juta orang mengalami kecelakaan pada tahun 2012, dengan 2,7%
mengalami fraktur. Pada tahun 2013 presentasenya meningkat menjadi 4,2%. Pada tahun 2014
kejadian fraktur makin meningkat menjadi 21 juta sehingga presentasenya menjadi 7,5%..
Sedangkan pada tahun 2016 terdapat 8 juta orang meninggal akibat mengalami fraktur femur.
Menurut (DepKes RI), Pada tahun 2011 fraktur dengan prevalensi yang paling tinggi adalah
fraktur ekstremitas bawah sebesar 46,2%. Kasus fraktur pada ekstremitas bawah dengan jumlah
45.987 yang diakibatkan oleh kecelakaan. Kasus fraktur femur memiliki urutan paling
terbanyak nomor satu dengan jumlah 19.629. 2
Insidens fraktur ini berhubungan dengan peningkatan usia terutama dengan
meningkatnya frekuensi jatuh yang berhubungan dengan osteoporosis pada lanjut usia.
Peningkatan jumlah terbesar fraktur ini terdapat pada usia lebih dari 65 tahun. Hal ini juga
lebih umum terdapat pada wanita (2-3 kali lebih banyak daripada pria atau sekitar 75% untuk
fraktur panggul dan 4 kali lebih banyak daripada pria untuk fraktur collum femoris ) yang
disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis
pascamenopause. Pada wanita yang telah mengalami masa menopause, produksi hormone
esterogen yang ikut membantu penyerapan kalsium memang menurun secara drastic, sehingga
kalsium dalam tulang ikut berkurang dan tulang akan kehilangan masa dalam jumlah besar dan
kekuatannya merosot tajam.3 Berdasarkan ras, insidens fraktur panggul 2-3 kali lebih banyak
pada orang kulit putih dibandingkan dengan warna kulit lain, hal tersebut disebabkan
peningkatan insidens osteoporosis pada orang kulit putih. 2

1
Selain menimbulkan masalah sosial dan tingginya biaya perawatan, fraktur femur juga
menyebabkan berkurangnya kemampuan fungsional dan meningkatkan resiko terjadinya
penyakit kronik lain. Sekitar 70 % pasien paling sedikit menderita dua penyakit pada saat
terjadinya fraktur, dan kebanyakan merupakan komplikasi post-operasi dan sekitar 26 %
merupakan keadaan serius dan dapat meningkatkan resiko kematian. 2
Fraktur femur proximal dapat terjadi intracapsular dan extracapsular. Yang termasuk
intracapsular adalah fraktur collum femoris, sedangkan yang termasuk extracapsular adalah
fraktur inter-trokhanter. Collum femur adalah mulai bagian distal permukaan caput femoris
sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter. Pada lanjut usia keduanya dapat terjadi
akibat trauma dengan kekuatan ringan seperti jatuh. 4 Makalah ini meninjau definisi, mechanism
of injury, klasifikasi, gejala klinis dan tata laksana fraktur collum os femur.

I.2 Rumusan Masalah


Sesuai dengan uraian diatas, dapat dirumuskan berbagai masalah yang perlu
dibahas oleh penulis, sebagai berikut :
1. Bagaimana anatomi panggul dan suplai vaskularnya?
2. Apakah Fraktur Collum os Femur itu?
3. Bagaimana epidemiologi Fraktur Collum os Femur?
4. Apa saja yang bisa menyebabkan dan bagaimana mechanism of injury Fraktur Collum
os Femur?
5. Apa saja klasifikasi Fraktur Collum os Femur?
6. Apa saja komplikasi Fraktur Collum os Femur
7. Bagaimana tata laksana dan prognosis Fraktur Collum os Femur?
I.3 Tujuan
I.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui dasar teori mengenai Fraktur Collum os Femur.

I.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui frekuensi kejadian Fraktur Collum os Femur
2. Mengetahui penyebab dan factor resiko terjadinya Fraktur Collum os Femur
3. Mengetahui mechanism of injury pada Fraktur Collum os Femur
4. Mengetahui komplikasi dan penatalaksanaan pada Fraktur Collum os Femur

2
I.4 Manfaat
I.4.1 Manfaat Akademik
Dasar teori yang diperoleh dari makalah diharapkan dapat digunakan sebagai acuan
penulisan dasar teori mengenai Fraktur Collum os Femur selanjutnya.
I.4.2 Manfaat bagi Institusi
Makalah dapat menambah perbendaharaan bahan bacaan bagi mahasiswa.
I.4.3 Manfaat bagi Masyarakat
Memberikan informasi mengenai kejadian Fraktur Collum os Femur terhadap masyarakat.
I.4.4 Manfaat bagi Penulis
Menambah ilmu penulis, khususnya mengenai fraktur Fraktur Collum os Femur.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Anatomi Femur 5


Femur dalam bahasa latin berarti paha, adalah tulang terpanjang, terkuat dan
terberat dari semua tulang pada rangka tubuh. Bentuk dari tulang femur menyerupai
bentuk silinser yang memanjang. Femur terbagi atas tiga bagian yaitu
bagian proximal, medial, dan distal.
1. Proximal Femur
Merupakan bagian tulang femur yang berdekatan dengan pelvis. Terdiri atas
kepala (caput), leher (collum), trochanter mayor, dan minor.
a. Kepala (Caput)
Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan berartikulasi
dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae. Pada pusat
caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat
perlekatan ligamentum untuk menyangga caput agar tetap di tempatnya.
Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen
ini dan memasuki tulang pada fovea.
b. Leher (Collum)
Collum femur menyerupai bentuk trapezoidal atau piramida
memanjang, merupakan penghubung antara caput femur dengan trochanter.
Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke
bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat
(pada wanita sedikit lebih kecil) dengan sumbu panjang batang femur.
Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat berubah karna penyakit.
c. Trochanter Mayor dan Minor
Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher
dan batang. Trochanter mayor adalah prominance besar yang berlokasi di
bagian superior dan lateral tulang femur. Trochanter minor merupakan
prominence kecil yang berlokasi di bagian medial dan posterior dari leher
dan corpus tulang femur. Antara trochanter major dan minor terdapat linea
intertrochanterica di depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di
bagian belakang, serta terdapat tuberculum quadratum. Trochanter mayor

4
dan minor berfungsi sebagai tempat perlekatan otot untuk menggerakan
persendian panggul.
2. Medial Femur
Medial femur adalah bagian tulang femur yang membentuk corpus dari
femur menyerupai bentuk silinder yang memanjang. Bagian batang
permukaannya halus dan memiliki satu tanda saja, linea aspera yaitu lekuk
kasar untuk perlekatan beberapa otot.
Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan,
licin dan bulat pada permukaan anteriornya, namun pada bagian
posteriornya terdapat rabung, linea aspera. Tepian linea aspera melebar ke
atas dan ke bawah. Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai crista
supracondylaris medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus
medialis. Tepian lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris
lateralis. Pada permukaan posterior batang femur, di bawah trochanter
major terdapat tuberositas glutealis, yang ke bawah berhubungan dengan
linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung distal dan membentuk
daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut fascia poplitea.
3. Distal Femur
Bagian anterior dari distal femur merupakan lokasi tempat melekat
tulang patella, terletak 1,25cm di atas knee joint. Bagian posterior dari distal
femur terdapat dua buah condilus, yaitu condilus lateral dan condilus
medial. Kedua condilus ini dipisahkan oleh forsa intercondilus. Condilus
femoral ini membentuk sendi dengan condilus tibia dan disebut Srticulation
genu. Di atas condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis.
Tuberculum adductorium berhubungan langsung dengan epicondylus
medialis.

5
Gambar 1. Anatomi Anterior dan Posterior Femur
Salah satu fungsi penting kepala tulang paha adalah tempat produksi sel
darah merah pada sumsum tulangnya. Struktur os femur memiliki bagain
yang penting yaitu epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis dan Metafisis
adalah tulang yang tumbuh. Metafisis adalah daerah yang sangat penting
karena merupakan daerah metabolik aktif dan banyak pembuluh darah.
Diafisis terdiri dari tulang kompakta dengan rongga sumsum tulang yang
merupakan batang os femur.
II. 2 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, permukaan tulang rawan sendi
atau lempeng epifisis, yang bersifat total maupun parsial. Gaya yang menyebabkan
fraktur maupun yang terjadi akibat pergeseran fragmen fraktur dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan lunak sekitarnya, seperti periosteum, pembuluh
darah, dan jaringan otot.1 Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya
kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung
(kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), kelelahan otot, dan kondisi tertentu,
seperti degenerasi tulang atau osteoporosis. Patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh
dalam syok.

6
Fraktur collum femur termasuk fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian
proksimal femur, yang termasuk collum femur adalah mulai dari bagian distal
permukaan caput femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokhanter. 16

II.3 Epidemiologi
Kejadian fraktur collum femur, salah satu luka traumatis paling umum pada
pasien lanjut usia yang meningkat secara terus-menerus.6 Fraktur collum femur
jarang terjadi pada orang muda - hanya 2% pada pasien berusia di bawah 50 tahun.
Kejadian meningkat seiring bertambahnya usia, dan setelah 50 tahun, dua kali lipat
untuk setiap dekade berikutnya, dan 2-3 kali lebih tinggi pada wanita daripada pria.
Delapan puluh persen patah tulang pinggul terjadi pada wanita dan 90% pada orang
yang berusia lebih dari 50 tahun.6
Koval dan Zuckerman mencatat kejadian fraktur collum femur di Amerika
Serikat yang disesuaikan menurut umur adalah 63,3 kasus per 100.000 orang-tahun
untuk perempuan dan 27,7 kasus per 100.000 orang-tahun untuk pria. Fraktur
collum femur pada pasien usia lanjut terjadi paling umum setelah jatuh ringan atau
cedera memutar, dan lebih sering terjadi pada wanita.7,8
Insidensi fraktur collum os femur meningkat seiring dengan meningkatnya
proporsi populasi lansia di banyak negara. Pada pasien berusia antara 65-99 tahun,
fraktur collum os femur dan fraktur intertrokanterika terjadi dengan frekuensi yang
kurang lebih sama.9
II. 4 Etiologi dan Faktor Resiko 10
Fraktur collum femur lebih banyak terjadi pada ras kaukasian, wanita post
menopause, dan penderita osteoporosis. Fraktur ini biasanya terjadi akibat trauma.
Pada penderita osteoporosis kecelakaan yang ringan saja sudah bisa menyebabkan
fraktur. Pada orang usia muda fraktur biasanya terjadi akibat jatuh dari ketinggian
atau kecelakaan lalu lintas. Densitas tulang rendah dapat disebabkan oleh
permasalahan kesehatan lain misalnya diabetes melitus, stroke, konsumsi alkohol
dan osteomalasia
II. 5 Mechanism of Fracture 14
Mekanisme fraktur yang paling sering terjadi adalah :
- Pada pasien usia lanjut
Biasanya pada pasien usia lanjut, biasanya karena trauma energi yang rendah
seperti jatuh langsung pada pinggul lateral sampai cedera terpuntir atau

7
memutar dimana kaki pasien tertancap dan tubuh berputar sehingga
menyebabkan patah tulang.
- Pada orang dewasa yang lebih muda
Mekanismenya didominasi akibat trauma energi tinggi seperti kecelakaan
kendaraan bermotor dan os femur dibebani secara aksial. Jika pinggul dalam
posisi abduksi saat cedera, akan terjadi fraktur collum os femur, sedangkan jika
panggul dalam kondisi adduksi, akan menyebabkan fraktur-dislokasi pinggul
II. 6 Klasifikasi
Fraktur collum os femur adalah bagian dari fraktur femur proksimal. Collum
femoralis adalah bagian terlemah dari os femur. 9
II.6.1 Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomis 10
Berdasar lokasi anatomis dari garis frakturnya, fraktur femur bagian proksimal
diklasifikasikan menjadi dua bagian besar yaitu, fraktur intracapsular dan fraktur
extracapsular. Yang termasuk dalam bagian fraktur collum femur adalah fraktur
intracapsular yang terdiri dari fraktur subcapital, transcervical, dan basilar
(basicervikal), sedangkan fraktur extracapsular terdiri dari fraktur intertrochanteric
dan subtrochanteric.

Gambar 2. Klasifikasi Fraktur Femur Bagian Proksimal


A. Faktur Intercapsular
Fraktur intracapsular disebut juga sebagai fraktur letak tinggi collum os femur. Pada
kelompok ini, fragmen proksimal sering kehilangan bagian pembuluh darahnya dan
oleh karena itu, penyatuan kembali (union) fraktur sangatlah sulit. Fraktur
intracapsular diklasifikasikan lagi berdasarkan daerah collum femur yang dilalui
oleh garis fraktur, antara lain:

8
 Fraktur subcapital
Garis frakturnya melintasi collum femur tepat di bawah caput femur (di
persimpangan caput dan collum os femoris).
 Fraktur transervical
Garis frakturnya biasanya melewati bagian tengah collum femoris
 Fraktur basilar atau basicervical
Garis frakturnya melintasi bagian basis (pangkal) collum femoris

Gambar 3. Fraktur Intercapsular


B. Fraktur extracapsular
 Fraktur Intertrochanteric
Pada fraktur ini, garis fraktur melintang dari trochanter mayor ke trochanter
minor. Tidak seperti fraktur intracapsular, salah satu tipe fraktur extracapsular ini
dapat menyatu dengan lebih baik. Resiko untuk terjadinya komplikasi non-union
dan nekrosis avaskular sangat kecil jika dibandingkan dengan resiko pada fraktur
intracapsular.
Berdasarkan klasifikasi Kyle, fraktur intertrochanter dapat dibagi menjadi 4
tipe menurut kestabilan fragmen-fragmen tulangnya. Fraktur dikatakan tidak stabil
jika:
1) Hubungan antarfragmen tulang kurang baik
2) Terjadi force yang berlangsung terus menerus yang menyebabkan displaced
tulang menjadi semakin parah
3) Fraktur disertai atau disebabkan oleh adanya osteoporosis

9
Gambar 4. Klasifikasi Kyle Fraktur Intertrochanteric
 Fraktur subtrochanteric
Fraktur subtrochanteric biasanya terjadi pada orang usia muda yang disebabkan
oleh trauma berkekuatan tinggi atau pada orang lanjut usia dengan osteoporosis
atau penyakit-penyakit lain yang mengakibatkan kelemahan pada tulang.
Pada X-ray dapat ditemukan gambaran-gambaran fraktur yang perlu
diperhatikan sebagai suatu bentuk warning sign, seperti ditunjukkan pada gambar
5 berikut ini

Gambar 5. Fraktur Subtrochanteric-Warning Sign pada X-ray


(a) Comminution, dengan extensi ke fossa piriformis
(b) Displacement pada fragmen medial, termasuk trochanter minor
(c) Lytic lesion pada femur
II.6.2 Klasifikasi Menurut Garden’s16
Klasifikasi fraktur collum femur menurut Garden’s adalah sebagai berikut :
o Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi)
o Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseran
o Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment)
o Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen
yang bersinggungan

10
Gambar 6. Klasifikasi Fraktur Collum Femur Menurut Garden
II.6.3 Klasifikasi Menurut Pauwel’s 16
Klasifikasi Pauwel’s untuk fraktur collum femur juga sering digunakan.
Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang
horizontal pada posisi tegak.4
 Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30˚ dengan bidang horizontal pada posisi
tegak
 Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50˚ dengan bidang horizontal pada
posisi tegak
 Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50˚ dengan bidang horizontal pada
posisi tegak

Gambar 7. Klasifikasi Fraktur Collum Femur Menurut Pauwel’s


II.6.4 Klasifikasi Menurut Linton 16
Klasifikasi Linton membagi fraktur collum femur intracapsular berdasarkan
garis fraktur dan posisi fragmen-fragmen tulangnya dengan pembagian sebagai
berikut:
 Stage I : fraktur e incomplete
 Stage II : fraktur complete, undisplaced
 Stage III : fraktur complete dengan displaced parsial

11
 Stage IV : fraktur complete dengan displaced total
II. 7 Gejala Klinis
Biasanya ada riwayat trauma (jatuh), diikuti rasa sakit di pinggul. Jika fraktur
mengalami pergeseran, pasien berbaring dengan anggota badan dalam rotasi lateral
dan kakinya terlihat pendek.10
Hati-hati, tidak semua patah tulang pinggul sangat jelas. Dengan fraktur
impacted (stage 1), pasien mungkin masih dapat berjalan, dan mungkin tidak
mengeluh sama sekali - bahkan dengan fraktur bilateral.10
Sebaliknya, fraktur collum femur pada orang dewasa muda yang diakibatkan
oleh kecelakaan lalu lintas jalan raya atau jatuh dari ketinggian dan sering dikaitkan
dengan banyak cedera. Aturan yang baik adalah bahwa setiap orang dewasa dengan
luka parah - baik mereka mengeluh sakit pinggul atau tidak - harus selalu diperiksa
untuk memastikan adanya fraktur collum femur atau tidak. 10
Pada pemeriksaan fisik, fraktur collum femur dengan pergeseran akan
menyebabkan deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan
pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan
jumlah pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri
bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul
digerakkan. 10
II. 8 Diagnosis11,16
Diagnosis fraktur femur dapat ditegakkan dengan anamnesis yang lengkap
mengenai kejadian trauma meliputi waktu, tempat, dan mekanisme trauma;
pemeriksaan fisik yang lengkap dan menyeluruh, serta pemeriksaan imaging
menggunakan foto polos sinar-x.
1.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya tanda-
tanda syok, anemia atau pendarahan, kerusakan pada organ-organ lain,
misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organ-organ dalam rongga
toraks, panggul dan abdomen. Apabila kondisi jiwa pasien terancam,
lakukan resusitasi untuk menstabilkan kondisi pasien.
Setelah kondisi pasien stabil, perlu diperhatikan faktor predisposisi lain,
misalnya pada fraktur patologis sebagai salah satu penyebab terjadinya
fraktur.

12
Pemeriksaan status lokalis dilakukan setelah pemeriksaan skrining awal
dilakukan. Berikut adalah langkah pemeriksaan status lokalis:
a. Inspeksi (Look)

Bandingkan dengan bagian yang sehat

Perhatikan posisi anggota gerak

Keadaan umum penderita secara keseluruhan

Ekspresi wajah karena nyeri

Adanya tanda-tanda anemia karena pendarahan, Lakukan inspeksi
pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain

Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk
membedakan fraktur tertutup atau terbuka

Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan
kependekan
b. Palpasi/Raba (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati karena penderita biasanya mengeluh
sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan palpasi
adalah sebagai berikut:
-
Temperatur daerah setempat yang meningkat
-
Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan
oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang
-
Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara
hati-hati
-
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri
femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior dan cek capillary
refill time (CRT) sesuai dengan anggota gerak yang terkena refilling
(pengisian) arteri pada kuku bagian distal daerah trauma
-
Pengukuran panjang tungkai, bandingkan dengan tungkai yang normal
sisi sebelahnya untuk mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai
c. Pergerakan (Move)
Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara
aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami
trauma. Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan
nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar,

13
disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak
seperti pembuluh darah dan saraf
2. Pemeriksaan Imaging
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat kecurigaan akan adanya
fraktur sudah dapat ditegakkan. Walaupun demikian pemeriksaan radiologis
diperlukan sebagai konfirmasi adanya fraktur, menentukan keadaan, lokasi
serta ekstensi fraktur, untuk melihat adakah kecurigaan keadaan patologis
pada tulang, untuk melihat benda asing—misalnya peluru, dan tentunya
untuk menentukan teknik pengobatan atau terapi yang tepat. 3
Pemeriksaan radiolografi polos menjadi investigasi lini pertama untuk
kasus yang diduga fraktur collum femur dan dilakukan dengan mengikuti
aturan “dua” (rule of two), yaitu:1,9
o Dua sisi proyeksi (two views) : anteroposterior dan lateral
o Dua sendi (two joints) : sendi proksimal dan distal dari fraktur
o Dua esktremitas (two limbs) : kanan dan kiri. Ekstremitas yang
tidak mengalami fraktur digunakan sebagai perbandingan
o Dua jejas (two injuries) : melibatkan level tulang proksimal dari
jejas
o Dua waktu (two occasions) : foto serial, dilakukan foto, sebelum
dan sesudah reposisi
Pada radiografi polos ada beberapa hal yang bisa diperhatikan pada
fraktur collum os. femur :9
 Adanya disrupsi pada garis shenton : hilangnya kontur antara
garis continue normal dari tepi inferior ramus pubis superior
 Trochanter minor lebih menonjol karena terjadi rotasi eksternal
femur
 Caput/collum femur lateral simetris
 Sclerosis pada bidang fraktur
 Trabecula tulang angulasi

14
Gambar 8. (a) garis shenton, (b) fraktur basicervical collum os femur
II. 9 Diagnosis Banding 15
- Hip dislocation - perpindahan caput femoralis dari acetabulum
- Fraktur intertrochanteric - garis fraktur lebih distal dan terletak di antara
trokanter mayor dan minor
- Fraktur subtrochanteric - garis fraktur berada dalam jarak 5 cm distal dari
trokanter minor
- Fraktur femur - garis fraktur berada di dalam diafisis femoralis
- Osteoarthritis - nyeri yang lebih kronis. Biasanya pasien mengeluh nyeri
pada selangkangan. Nyeri yang memburuk dengan aktivitas atau tangga
II. 10 Komplikasi10,11
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah :
i. Komplikasi yang bersifat umum
Pasien yang mengalami fraktur collum femur, yang sebagian besar
merupakan orang lanjut usia, beresiko untuk mengalami komplikasi yang
umum terjadi pada semua penderita fraktur, di mana mereka mengalami
proses imobilisasi yang cukup lama. Komplikasi umum tersebut ialah
terjadinya deep vein thrombosis, emboli pulmonal, pneumonia, dan ulkus
dekubitus akibat berbaring dalam jangka waktu yang lama secara terus
menerus.
ii. Nekrosis avaskuler caput femur
Nekrosis avaskular terjadi pada 30% penderita dengan fraktur yang
disertai pergeseran dan 10% pada fraktur tanpa pergeseran. Tidak ada cara
untuk mendiagnosis hal ini pada saat terjadi fraktur. Beberapa minggu
kemudian, scan nanokoloid dapat memperlihatkan berkurangnya
vaskularitas. Perubahan pada sinar-X, meningkatnya kepadatan pada caput
femoris mungkin tidak nyata selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-
tahun. Baik fraktur itu menyatu atau tidak, kolapsnya caput femoris akan
menyebabkan nyeri dan semakin hilangnya fungsi. Apabila lokalisasi

15
fraktur lebih ke proksimal maka kemungkinan untuk terjadi nekrosis
avaskular lebih besar. Penanganan nekrosis avaskular caput femur dengan
atau tanpa gagal pertautan juga dengan eksisi caput dan collum femur dan
kemudian diganti dengan protesis metal.
iii. Nonunion
Lebih dari 1/3 penderita dengan fraktur collum femur tidak dapat
mengalami union terutama pada fraktur displaced. Komplikasi ini lebih
sering pada fraktur dengan lokasi yang lebih ke proksimal. Ini disebabkan
kareana vaskularisasi yang jelek, reduksi yang tidak adekuat, fiksasi yang
tidak adekuat dan lokasi fraktur adalah intra-artikuler.
iv. Osteoartritis
Nekrosis avaskular yang terjadi pada caput femur, setelah beberapa tahun
kemudian, dapat menyebabkan timbulnya osteoartritis sekunder pada
panggul
v. Anggota gerak memendek
vi. Malunion
vii. Malrotasi berupa rotasi eksterna
II. 11 Tata Laksana 12,13
Penatalaksanaan fraktur collum femoris harus dimulai secepat mungkin setelah
terjadinya trauma terutama pencegahan pergerakan tungkai atau imobilisasi. Hal ini
sangat penting karena apabila kita mengangkat pasien dalam posisi yang tidak tepat,
maka dapat mengubah frakur simple undisplaced menjadi fraktur complete dan
displaced.
Segera lakukan foto x-ray dengan posisi antero-posterior (AP) dan lateral. Hasil
x-ray akan dijadikan sebagai patokan atau acuan untuk menentukan kualitas dan
menentukan apa yang akan dilakukan terhadap fraktur yang terjadi. Bila
memungkinkan, lakukan reduksi dan fiksasi pada fraktur pada 12 jam pertama dan
tidak melebihi 24 jam; perlu diingat bahwa insidensi nonunion akan lebih rendah
jika pasien dioperasi dalam 12 jam pertama daripada yang dioperasi setelah 48 jam
Pengobatan fraktur collum femoralis dapat berupa terapi konservatif dengan
indikasi yang sangat terbatas dan terapi operatif. Pengobatan operatif hampir selalu
dilakukan baik pada orang dewasa muda ataupun pada orang tua karena perlu
reduksi yang akurat dan stabil dan diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua
untuk mencegah komplikasi.

16
II. 11. 1 Terapi Operatif
Tipe sfesifik dari terapi operatif yang akan digunakan tergantung dari usia
pasien dan karakteristik dari fraktur, seperti lokasi, displaced atau non displaced,
dan derajat comminution. Jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu pemasangan
pin, pemasangan plate dan screw, dan artroplasti yang dilakukan pada penderita
umur di atas 55 tahun, berupa: eksisi artroplasti, hemiiartroplasti, dan artroplasti
total.12
Fraktur collum femur yang undisplaced, fraktur collum femur akibat valgus
pada orang tua, atau fraktur stres pada atlet dapat diobati dengan fiksasi internal
melalui teknik perkutan. Dan open reduction dan fiksasi internal adalah standar
untuk cedera high energi pada pasien sehat muda dengan tulang yang baik.
Fraktur collum femur yang mengalami displaced pada beberapa populasi pasien
mungkin lebih baik dilayani oleh hemiarthroplasti atau artroplasti pinggul total.
Hemiarthroplasty merupakan pendekatan yang paling sering dilakukan pada pasien
dengan posisi lateral dekubitus.Setelah insisi dibuat dan terlihat otot, caput femorus
diekstrasi dan collum femur dipotong untuk penempatan protesisnya. Beberapa ahli
menyampaikan bahwa prognosis untuk frakture stadium III dan IV tidak dapat
diramalkan sehingga penggantian prostetik selalu lebih baik. Karena itu, mencoba
reduksi dan fiksasi pada semua pasien yang berumur di bawah 75 tahun dan
mempersiapkan penggantian untuk pasien yang sangat tua dan sangat lemah dan
pasien yang gagal menjalani reduksi tertutup. Total hip replacement mungkin lebih
baik kalau terapi telah tertunda selama beberapa minggu dan dicurigai ada
kerusakan asetabulum, atau pada pasien dengan penyakit metastatik atau penyakit
paget.
II. 11. 2 Terapi Medikamentosa 12
Pada semua kasus fraktur, penatalaksanaan nyeri harus diutamakan. Analgetik
seperti acetaminophen atau NSAID (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs) dapat
diberikan pada fase akut dari fraktur. Walupun demikian, penambahan penghilang
nyeri mungkin diperlukan bila nyeri pasien tidak hilang hanya dengan pemberian
acetaminophen atau NSAID. Pada kasus seperti ini, morfin dan golongan opioid
lain mungkin dapat digunakan, khususnya untuk mengatasi rasa nyeri yang hebat
yang tidak dapat diobati dengan analgesic non opioid. Penyesuaian terhadap rasa
nyeri harus dilakukan, terutama pada fase akut

17
II. 12 Prognosis9,15
Prognosisnya bervariasi tetapi pada fraktur pinggul dan panggul meningkatkan
resiko mortalitas dan morbiditas terutama pada orang tua. Setelah fraktur collum
femur, angka mortalitas saat dirumah menjadi 6%. Tingkat mortality rate pada 1
tahun pertama setelah fraktur collum femur antara 20-30%, dengan resiko tertinggi
6 bulan pertama. Displaced stress fracture pada fraktur collum femur dapat
mengakibatkan kelumpuhan walaupun diterapi dengan baik. Diagnosis dan
penatalaksanaan awal dapat mencegah terjadinya displaced pada fraktur dan
memperbaiki prognosis yang akan terjadi.

18
BAB III
KESIMPULAN
Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan
yang disebabkan oleh kekerasan. Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang
pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-
kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis. Fraktur femur adalah
terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung
(kecelakaan lalu lintas dan jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami
oleh laki-laki dewasa.
Fraktur collum femoris adalah terputusnya tulang pada daerah collum femur.
Insidensi fraktur collum femoris meningkat seiring bertambahnya usia, dan setelah
50 tahun, 2x lipat untuk setiap dekade berikutnya. Selain itu, insidensinya juga 2-3
kali lebih tinggi pada wanita daripada pria. Pada umumnya disebabkan oleh
kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca
menopause. Pada pasien usia lanjut, biasanya karena trauma energi yang rendah
seperti jatuh langsung pada pinggul lateral. Dan jika terjadi pada dewasa muda
biasanya akibat trauma energi tinggi seperti kecelakaan kendaraan bermotor dan os
femur dibebani secara aksial.
Tanda dan gejala yang terdapat pada pasien dengan fraktur femur, yakni
deformitas, bengkak (edema), ekimosis dari perdarahan subculaneous, spasme otot
(spasme involunters dekat fraktur), tenderness, nyeri, kehilangan sensasi,
pergerakan abnormal, dan syok hipovolemik, serta krepitasi

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Liwang F,W Patria, Yuswar, et all. 2020. Kapita Selekta Kedokteran edisi ke 5 jilid
2. Jakarta: Media Aesculapius FKUI
2. Hermanto R, Isro’in L, Nurhidayat S. 2020. Studi Kasus : Upaya Penurunan Nyeri
Pada Pasien Post Operasi Fraktur Femur. Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Health Sciences Journal. Vol 4. No 1. Hal 90-111
3. Humaryanto, 2017. Deteksi Dini Osteoporosis Pasca Menopause. Journal Medical
Jambi. Vol 5. No 2. Hal 164-177
4. Grace P.A, Borley N.R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Erlangga
5. Sloane E, 2013. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : Penerbit EGC
6. Filipov O. 2014. Epidemiology And Social Burden of The Femoral Neck Fractures.
J Of IMAB; 20(4): 516-518
7. Koval KJ, Zuckerman JD. 1994. Hip fractures: I. Overview and evaluation and
treatment of femoral-neck fractures. J Am Acad Orthop Surg. May. 2(3):141-149.
8. Joshi N, Pidemunt G, Carrera L, Navarro-Quilis A. 2005. Stress fracture of the
femoral neck as a complication of total knee arthroplasty. J Arthroplasty. Apr.
20(3):392-5.
9. Bell, Daniel J. 2022. Neck of Femur [Internet]. Radiopaedia. 2022. Available from:
https://radiopaedia.org/articles/neck-of-femur-fracture-1
10. Apley, Alan Graham; Solomon L. Apley and Solomon’s System of Orthopaedics
and Trauma. 10th ed. Blom, Ashley; Warwick, David; Whitehouse MR, editor.
London: CRC Press; 2018.
11. Rasjad C. 2008. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Edisi ke-3. Jakarta: PT Yarsif
Watampone
12. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2009. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI;Hal.105-215
13. Wiesel SW. 2011. Operative Techniques In Orthopaedic Surgery. Philadelphia.
Lippincott Williams & Wilkins. 521
14. Gibson, CM, Bhimani, RA, 2019. Neck of Femur Fracture Patophisiology [Internet]
https://www.wikidoc.org/index.php/Neck_of_femur_fracture_pathophysiology

20
15. Kazley, J, Bagchi K. 2022. Femoral Neck Fractures. National Library of Medicine
[Internet]
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537347/
16. Brinker. Review of Orthopaedic Trauma, Pennsylvania: Saunders Company, 2001.
Hal 53-63

21

Anda mungkin juga menyukai