Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

CEDERA EKSTREMITAS BAWAH


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Kodifikasi Terkait
Cedera, Keracunan dan Faktor Eksternal (A-F)

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Adnan Hermawan E711911001
Aulia Zajila E711911004
Herawati E711911013
Nawira Qalbina Alhadar E711911017
Shintya Putri Rahayu E711911022
Wahid Wahyu Hidayat E711911029
RMIK 5A

PROGRAM STUDI REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


POLITEKNIK TEDC BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan Hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang diberi judul “Makalah
Tentang Cedera Ekstremitas Bawah” tepat pada waktunya. Makalah ini kami buat
berdasarkan tugas yang diberikan.

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak sekali
kekurangan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari
pembaca sekalian yang bersifat membangun.

Saya juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi saya
pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Cimahi, Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................3

1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................................3

1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................................3

2.1 Definisi.........................................................................................................................4

2.2 Anatomi........................................................................................................................4

2.2.1 Tulang Pelvis..................................................................................................4

2.2.2 Femur..............................................................................................................5

2.2.3 Tibia ...............................................................................................................6

2.2.4 Fibula...............................................................................................................7

2.2.5 Tarsal...............................................................................................................7

2.2.6 Metatarsal.......................................................................................................8

2.2.7 Phalangs..........................................................................................................8

2.3 Fisiologi........................................................................................................................8

2.4 Etiologi Ekstremitas Bawah.......................................................................................8

2.4.1 Cedera.............................................................................................................8

ii
2.4.2 Fraktur.............................................................................................................9

2.4.3 Dislokasi.........................................................................................................9

2.4.4 Sprain (Keseleo).............................................................................................9

2.4.5 Peregangan...................................................................................................10

2.4.6 Vulnus (Luka)..............................................................................................11

2.5 Penyakit Pada Ekstremitas Bawah..........................................................................12

2.5.1 Arthritis Pirai (Gout)...................................................................................12

2.5.2 Sindrom Reiter.............................................................................................12

2.5.3 Osteoarthritis................................................................................................13

2.5.4 Dermatitis Numularis (eksim basah).........................................................14

2.5.4 Varises...........................................................................................................15

2.6 Komplikasi Ekstremitas Bawah...............................................................................16

2.6.1 Komplikasi fraktur.......................................................................................16

2.7 Manifestasi Klinik.....................................................................................................16

BAB III PENUTUP.....................................................................................................18

3.1 Kesimpulan................................................................................................................18

3.2 Penutup.......................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trauma/cedera ekstremitas adalah trauma yang mengakibatkan cedera
pada ekstremitas. Trauma pada satu bagian system musculoskeletal atau trauma
ekstremitas dapat menyebabkan disfungsi struktur di sekitarnya dan struktur
yang dilindungi atau disangganya serta kerusakan pada otot, pembuluh darah
dan saraf. Trauma otot dan tulang dapat terjadi tanpa atau disertai trauma
system lain. Bilahanya ekstremitas yang mengalami trauma biasanya tidak
dianggap sebagai prioritas pertama.
Trauma/cedera ekstremitas jarang menimbulkan kematian pada
penderita trauma, sehingga tidak mengherankan bila pembentukan dan
pemeliharaan jalan pernapasan yang memuaskan, ventilasi yang tepat serta
pemulihan pendarahan biasa nya mendahului penatalaksanaannya. Namun,
perlu diingat bahwa akibat trauma ekstremitas dapat memperberat masalah
yang mengancam nyawa ini.
Sehingga penting mengenal bahwa terapi tepat bagi ekstremitas yang
cedera yang tidak hanya betapa pentingnya bagian tersebut, tetapi bisa
memainkan peranan besar dam melangsungkan kehidupan pasien.
Seiring dengan meningkatnya aktivitas olahraga, meningkat pula resiko
terjadinya cedera olahraga. Cedera olahraga adalah cedera yang terjadi pada
waktu seseorang melakukan aktivitas olahraga, latihan, atau pertandingan
olahraga (Sukarmin, 2006). Data pengamatan dari National Collegiate Athletic
Association (2012) terhadap cedera olahraga, mengindikasikan bahwa cedera
olahraga terbanyak terjadi di ekstremitas bawah, yaitu 60% dari semua jenis
olahraga. Berdasarkan penelitian Powers (2010), dari semua cedera ekstremitas
bawah, lutut adalah regio yang paling banyak mengalami cedera, baik cedera

1
akut maupun cedera karena penggunaan yang berlebihan atau overuse. Cedera
pada lutut dapat terjadi karena aktivitas-aktivitas dalam olahraga seperti
melompat, menendang, berlari, mengubah arah atau karena adanya gaya dari
luar seperti benturan dan terjangan (Abimbola et al., 2012).
Sendi lutut adalah bagian dari rantai kinetik ekstremitas bawah yang
sangat berhubungan dengan segmen sendi di bagian proksimal dan distalnya,
yaitu persendian Lumbo-Pelvic-Hip-Complex (LPHC) serta sendi kaki dan
pergelangan kaki. Kedua anggota gerak bawah terhubung satu dengan yang lain
melalui pelvic girdle, yang membuat hubungan atau mata rantai antara kedua
ekstremitas bawah. Adanya cedera pada sendi lutut dapat menyebabkan
perubahan pada sendi yang lainnya didalam sistem gerakan tubuh manusia
sehingga mempengaruhi gerakan, meningkatkan stress dan kapasitas terjadinya
cedera di sendi lain yang berhubungan (Hamill dan Knutzen, 2009). Dengan
demikian, adanya cedera yang mempengaruhi gerakan pada salah satu sendi
lutut dapat menyebabkan perubahan pada Lumbo-Pelvic-Hip-Complex dan
akan mempengaruhi aksi di sisi yang tidak mengalami cedera (sisi
kontralateral) melalui mekanisme kompensasi dalam sistem gerakan manusia.
Mekanisme kompensasi menurut Little (2015) dapat terjadi akibat
adanya strategi neuromuscular yang dapat mengakibatkan perubahan
biomekanik pada anggota gerak bawah. Kompensasi yang pasti terjadi pasca
cedera lutut unilateral adalah munculnya strategi neuromuscular dengan
memindahkan pembebanan pada tungkai kontralateral dalam rangka untuk
mengurangi pembebanan pada lutut yang cedera. Strategi untuk memindahkan
pembebanan melibatkan perubahan pada pelvic rhythm berupa lateral shift
kearah kontralateral untuk memindahkan berat badan lebih banyak ke tungkai
yang tidak mengalami cedera (Neumann, 2010). Strategi tersebut merupakan
mekanisme proteksi untuk mencegah lutut yang cedera terhadap cedera lebih

2
lanjut. Hal itu sesuai dengan penelitian studi klinis terhadap knee joint
pathology, bahwa strategi neuromuscular tidak hanya ditemukan pada tungkai
yang mengalami cedera, tetapi juga pada tungkai kontralateral. Adanya strategi
neuromuscular dapat menyebabkan perubahan biomekanik di sisi ipsilateral
maupun sisi kontralateral dan memunculkan faktor resiko terjadinya keluhan
sekunder (Little, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa definisi dari ekstremitas bawah?
b. Apa anatomi dari ekstremitas bawah?
c. Apa fisiologi dari ekstremitas bawah?
d. Apa etiologi dari ekstremitas bawah?
e. Apa saja penyakit dari ekstremitas bawah?
f. Apa komplikasi dari ekstremitas bawah?
g. Apa manifestasi dari ekstremitas bawah?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Diharapkan penulis atau pembaca dapat mengetahui serta lebih
mengerti dan memahami tentang cedera/trauma ekstremitas bawah.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui definisi dari ekstremitas bawah
b. Untuk mengetahui anatomi dari ekstremitas bawah
c. Untuk mengetahui fisiologi dari ekstremitas bawah
d. Untuk mengetahui etiologi dari ekstremitas bawah
e. Untuk mengetahui penyakit dari ekstremitas bawah
f. Untuk mengetahui komplikasi dari ekstremitas bawah
g. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari ekstremitas bawah

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Trauma ekstremitas adalah trauma yang mengakibatkan cedera pada
ekstremitas. Trauma pada satu bagian sistem muskuloskeletal atau trauma
ekstremitas dapat menyebabkan disfungsi struktur di sekitarnyadan struktur
yang dilindungi atau disangganya serta kerusakan pada otot, pembuluh darah
dan saraf.
Mekanisme cedera/trauma antara lain tabrakan/kecelakaankendaraan
bermotor, penyerangan, jatuh dari ketinggian, cedera saat olah raga, maupun
cedera ketika melakukan pekerjaan rumah tangga.
Ekstremitas inferior atau ekstremitas bawah merupakan anggota gerak
tubuh yang memampukan manusia untuk berdiri dan berjalan, hal ini
dikarenakan dari bentuk dan gerakan anggota tubuh bawah (tungkai) memiliki
bentuk dan gerakan yang sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh manusia untuk
berdiri dan berjalan.

2.2 Anatomi
Ekstremitas bawah terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal,
metatarsal, dan tulang-tulang phalangs.

4
2.2.1 Tulang Pelvis

Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang


merupakan tulang pipih. Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3
bagian utama yaitu ilium, pubis dan ischium. Ilium terletak dibagian
superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum, ischium
terletak di bagian inferior-posterior, dan pubis terletak di bagian
inferior-anterior-medial. Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak
iliac (iliac crest). Pertemuan antara pubis dari pinggul kiri dan
pinggulkanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan di bagian
pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum, fungsinya adalah
untuk artikulasi dengan tulang femur.

5
2.2.2 Femur

Femur merupakan tulang betis, yang di bagian proksimal


berartikulasi dengan pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia
melalui condyles. Di daerah proksimal terdapat prosesus yang disebut
trochanter mayor dan trochanter minor, dihubungkan oleh garis
intertrochanteric. Dibagian distal anterior terdapat condyle lateral dan
condyle medial untuk artikulasi dengan tibia,serta permukaan untuk
tulang patella. Di bagian distal posterior terdapat fossa intercondylar.
Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum,
trochanter major dan trochanterminor. Bagian caput merupakan lebih
kurang dua pertiga bola dan berartikulasi denganacetabulum dari os
coxae membentuk articulatio coxae. Pada pusat caput terdapat lekukan
kecilyang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum dari
caput. Sebagian suplai darahuntuk caput femoris dihantarkan sepanjang
ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea.

6
2.2.3 Tibia

Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari


tungkai bawah dan terletak medial dari fibula atau tulang betis, tibia
adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.
Ujung atasnya sangat melebar sehingga menciptakan permukaan
yang sangat luas untuk menahan berat badan. Bagian ini mempunyai
dua masa yang menonjol yang disebut kondilu smedialis dan kondilus
lateralis. Kondil-kondil ini merupakan bagian yang paling atas dan
paling pinggir dari tulang. Permukaan superiornya memperlihatkan dua
daratan permukaan persendian untuk femur dalam formasi sendi lutut.
Permukaan-permukaan tersebut halus dan diatas permukaan yang datar
terdapat tulang rawan semilunar (setengah bulan) yang membuat
permukaan persendian lebih dalam untuk penerimaan kondil femur. Di
antara kedua kondilus terdapat daerah kasar yang menjadi tempat
pelekatan ligament dan tulang rawan sendi lutut.

7
2.2.4 Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih
lateral dibanding dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi
dengan tibia. Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk malleolus
lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.

2.2.5 Tarsal

Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan


fibula dan tibia di proksimal dan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7
tulang tarsal, yaitu calcaneus, talus, cuboid, navicular,dan cuneiform (1,
2, 3). Calcaneus berperan sebagai tulang penyanggah berdiri.

2.2.6 Metatarsal
Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal
di proksimal dan dengan tulang phalangs di distal. Khusus di tulang
metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid.

2.2.7 Phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat 2 tulang
phalangs di ibu jari dan phalangs di masing-masing jari sisanya. Karena

8
tidak ada sendi pelana di ibu jari kaki, menyebabkan jari tersebut tidak
sefleksibel ibu jari tangan.

2.3 Fisiologi
Sistem muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan berperan
dalam pergerakan. Sistem terdiri dari tulang, sendi, otot, rangka, tendon,
ligament, bursa dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur
tersebut.

2.4 Etiologi Ekstremitas Bawah


2.4.1 Cedera
Cedera atau trauma adalah kelainan yang terjadi pada tubuh yang
mengakibatkan timbulnya nyeri, panas, merah, bengkak, dan tidak dapat
berfungsi dengan baik pada otot, tendon, ligament, persendian, maupun
tulang akibat aktifitas gerak yang berlebihan atau kecelakaan. Cedera
terbagi menjadi 2 yaitu : Cedera langsung berarti pukulan langsung
terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan
biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit
diatasnya. Dan Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada
jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan
menyebabkan fraktur klavikula.

2.4.2 Fraktur
Fraktur (fraktura) atau patah tulang adalah kondisi ketika tulang
menjadi patah, retak, atau pecah sehingga mengubah bentuk tulang.
Kondisi ini bisa terjadi karena adanya tekanan kuat pada tulang atau
karena kondisi tulang yang melemah, seperti osteoporosis.

9
2.4.3 Dislokasi
Merupakan cedera sendi yang serius dan jarang terjadi. Dislokasi
terjadi bila sendi lepas dan terpisah, dengan ujung/ujung tulang tidak
lagi menyatu. Bila ujung tulang hanya berubah posisi secara parsial,
cedera disebut subluksasio. Bahu, siku, jari, panggul, lutut dan
pergelangan kaki merupakan sendi/sendi yang paling sering mengalami
dislokasi. Gejala :
a. Nyeri hebat pada daerah sendi yang sakit
b. Deformitas sendi
c. Pembengkakan sendi
d. Kehilangan rentang sendi
e. Kebas, kehilangan sensasi dan tidak terabanya nadi pada bagian
distal cedera (dislokasi dapat mengganggu fungsi arteri dan saraf
dibagian proksimal)

2.4.4 Sprain (Keseleo)

Sprain (keseleo) merupakan cedera pada sendi yang sering


terjadi. Pada keadaan tersebut, ligament dan jaringan lain rusak karena
peregangan atau puntiran yang keras. Usaha untuk menggerakkan atau
menggunakan sendi meningkatkan rasa nyeri. Lokasi yang sering

10
mengalami sprain (keseleo) meliputi pergelangan kaki atau
lutut.Gejala:

a. Peregangan atau robekan kecil pada ligament


b. Pembengkakan dan hemoragi minimal, nyeri tekan lokal
c. Tidak ada gerakan sendi abnormal
d. Robekan parsial ligament
e. Nyeri
f. Gerakan sendi abnormal

2.4.5 Peregangan

Strain otot, dikenal juga sebagai tarikan otot, terjadi bila otot
terlalu meregang atau robek. Otot punggung sering mengalami strain
bila seseorang mengangkat benda berat. Gejala :
a. Peregangan ringan/robekan minor
b. Nyeri local, nyeri tekan, bengkak, spasme otot ringan
c. Peregangan sedang/ peningkatan jumlah serat yang robek

11
d. Nyeri local, nyeri tekan, bengkak, pucat
e. Nyeri local, nyeri tekan, bengkak, dislokasi dan ketidakmampuan
untuk menggunakan tungkai untuk periode lama
f. Peregangan hebat/pemisahan komplet otot dari otot, otot dari tendo,
atau tendon dari tulang

2.4.6 Vulnus (Luka)


Terdapat beberapa jenis luka terbuka:
a. Abrasi : lapisan atas kulit terkelupas, dengan sedikit kehilangan
darah. Nama lain untuk abrasi adalah goresan (scrape), road rush,
dan rug burn.
b. Laserasi : kulit yang terpotong dengan pinggir bergerigi. Jenis luka
ini biasanya disebabkan oleh robeknya jaringan kulit secara paksa.
c. Insisi : potongan dengan pinggir rata seperti potongan pisau atau
teriris kertas.
d. Pungsi : cedera akibat benda tajam (seperti pisau, pemecah es atau
peluru). Benda yang menembus dapat merusak organ/organ
internal. Risiko infeksi tinggi. Benda yang menyebabkan cedera
tersebut dapat tetap tertanam dalam luka.
e. Avulse : potongan kulit yang robek lepas dan menggantung pada
tubuh.
f. Amputasi : terpotong atau robeknya bagian tubuh

2.5 Penyakit Pada Ekstremitas Bawah


2.5.1 Arthritis Pirai (Gout)
Artritis gout merupakan bentuk artritis inflamatorik yang terjadi
pada individu dengan kadar asam urat darah yang tinggi. Asam urat ini
dapat membentuk kristal dengan bentuk, seperti jarum di sendi.

12
Akibatnya, kondisi ini dapat menyebabkan serangan gout yang sangat
nyeri, disertai kemerahan, bengkak, dan hangat di area tersebut.
Gejala :
Gejala gout berupa sakit parah, kemerahan, dan bengkak pada sendi,
biasanya jempol kaki. Serangan bisa datang tiba-tiba, biasanya pada
malam hari. Selama serangan akut, pengobatan antiinflamasi dapat
membantu menghilangkan rasa sakit dan mempersingkat lama serangan.
Penyebab :
a. Makan makanan yang berzat purin tinggi yang dikonsumsi, seperti
jeroan hewan, hidangan laut, dan daging merah.
b. Terlalu banyak mengonsumsi minuman dengan gula tinggi dan
minuman beralkohol.
c. Menggunakan obat-obatan dengan jenis tertentu, seperti obat
pengencer darah, obat penghambat enzim, dan obat-obatan
kemoterapi.
d. Memiliki riwayat penyakit asam urat pada anggota keluarga.

2.5.2 Sindrom Reiter


Sindrom Reiter atau arthritis reaktif adalah nyeri sendi disertai
pembengkakan yang dipicu oleh infeksi pada bagian lain dari tubuh,
seperti usus, alat kelamin, dan saluran kemih.
Gejala :
a. Nyeri dan kekakuan
b. Konjungtivitis
c. Masalah buang air kecil
d. Entesitis
e. Pembengkakan
f. Masalah kulit

13
g. Nyeri punggung bawah
Penyebab :
Penyebab utama dari sindrom Reiter adalah infeksi pada tubuh.
Munculnya gejala adalah reaksi dari tubuh terhadap infeksi. Biasanya
penularan infeksi terjadi akibat hubungan seks atau melalui makanan
dan minuman yang dikonsumsi.

2.5.3 Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah peradangan kronis pada sendi akibat
kerusakan pada tulang rawan. Osteoarthritis adalah jenis arthritis
(peradangan sendi) yang paling sering terjadi. Kondisi ini menyebabkan
sendi-sendi terasa sakit, kaku, dan bengkak.

Gejala :

a. Pembengkakan pada sendi


b. Munculnya suara gesekan pada sendi ketika digerakkan
c. Melemahnya otot dan berkurangnya massa otot
d. Munculnya taji atau tulang tambahan
e. Munculnya benjolan pada sendi yang ada di jari tangan
f. Membengkoknya jari tangan
Penyebab :
a. Berjenis kelamin wanita, terutama yang sudah menopause
b. Mengalami obesitas
c. Mengalami cedera pada sendi atau pernah menjalani operasi pada
tulang dan sendi
d. Melakukan pekerjaan atau aktivitas fisik yang menyebabkan sendi
tertekan secara terus-menerus, misalnya terlalu sering mengenakan
sepatu hak tinggi

14
e. Memiliki riwayat osteoarthritis di keluarga
f. Menderita penyakit tertentu, seperti rheumatoid arthritis dan
hemokromatosis
g. Mengalami kelainan bawaan atau cacat pada tulang rawan atau
sendi

2.5.4 Dermatitis Numularis (eksim basah)


Discoid eczema atau dermatitis numularis adalah kelainan kulit
kronis yang menyebabkan munculnya bercak-bercak lingkaran seperti
koin. Bercak ini terasa gatal dan memiliki permukaan kasar, namun
tidak menular. Dermatitis numularis (nummular dermatitis) biasa
muncul setelah terjadi kerusakaan pada permukaan kulit, seperti luka
bakar, gesekan, atau gigitan serangga. Gejala : Gejala utama dermatitis
numularis adalah bercak yang timbul (patches) di permukaan kulit.
Bercak ini berbentuk seperti koin dengan tekstur kasar berwana
kecokelatan atau kemerahan. Pada sebagian kasus, bagian tengah bercak
dapat terlihat bersih sehingga membuatnya tampak seperti kurap.
Penyebab :
a. Berjenis kelamin pria dan berusia di atas 50 tahun.
b. Memiliki kulit sensitif yang mudah mengalami iritasi akibat
pemakaian produk-produk kebersihan, kosmetik atau pakaian
bertesktur kasar.
c. Menderita atau memiliki anggota keluarga dengan riwayat alergi,
asma, atau dermatitis atopik.
d. Memiliki kondisi yang menyebabkan peredaran darah terhambat,
terutama pada tungkai, seperti varises dan diabetes.
e. Mengalami cedera ringan pada kulit, seperti tergigit serangga,
terbakar, atau tergores benda tajam.

15
f. Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti isotretinoin, interferon,
atau obat kolesterol golongan statin.
g. Tinggal di daerah beriklim kering atau dingin.

2.5.4 Varises
Varises adalah pembengkakan atau pelebaran pembuluh darah
vena yang disebabkan oleh adanya penumpukan darah di dalam
pembuluh tersebut. Varises ditandai dengan pembuluh vena yang
berwarna ungu atau biru gelap, dan tampak bengkak atau menonjol.
Gejala :
a. Rasa nyeri, panas, dan berdenyut di bagian tungkai
b. Kaki terasa berat dan tidak nyaman
c. Pembengkakan di area kaki dan pergelangan kaki
d. Kulit di area varises tampak kering dan terasa gatal
e. Kram otot kaki, terutama pada malam hari
f. Perubahan warna kulit di area sekitar varises
Penyebab :
a. Posisi berdiri terlalu lama
b. Usia
c. Wanita
d. Faktor keturunan
e. Obesitas
f. Masalah kesehatan lain, misalnya cacat pembuluh darah,
pembengkakakn, dll

16
2.6 Komplikasi Ekstremitas Bawah
2.6.1 Komplikasi fraktur
Fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya mal-union,
delayed union, non-union, dan infeksi tulang.
a. Mal-union : Mal-union adalah suatu keadaan tulang patah yang
telah mengalami penyatuan dengan fragmen fraktur berada dalam
posisi tidak normal (posisi buruk).
b. Delayed union : Delayed union adalah proses penyembuhan
fraktur yang lebih lambat dari normal dengan pembentukan kalus
yang dimulai pada minggu ke-4 setelah fraktur terjadi.
c. Non-union : Non-union adalah penyembuhan fraktur yang terjadi
4 hingga 6 bulan setelah cedera awal dan setelah penyembuhan
spontan sepertinya tidak terjadi.
d. Infeksi tulang : Infeksi tulang adalah radang tulang yang
disebabkan oleh infeksi, biasanya di kaki.
Patah tulang mempengaruhi jaringan sekitarnya mengakibatkan
oedema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi,
ruptur tendon, kerusakan saraf dan pembuluh darah. Organ tubuh dapat
mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau
geraka fragmen tulang (Brunner & Suddarth, 2005).

2.7 Manifestasi Klinik


a. Nyeri
b. Hilangnya fungsi
c. Deformitas : karena pergeseran fragmen tulang
d. Pemendekan ekstremitas : karena kontraksi otot yang melekat diatas
maupun dibawah tempat fraktur
e. Krepitas : karena gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya

17
f. Pembengkakan lokal dam perunahan warna : sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur

18
BAB III PENUTUP
1
1.1 Kesimpulan
Trauma/cedera ekstremitas adalah trauma yang mengakibatkan cedera
pada ekstremitas. Trauma pada satu bagian system musculoskeletal atau trauma
ekstremitas dapat menyebabkan disfungsi struktur di sekitarnya dan struktur
yang dilindungi atau disangganya serta kerusakan pada otot, pembuluh darah
dan saraf. Trauma otot dan tulang dapat terjadi tanpa atau disertai trauma
system lain. Bilahanya ekstremitas yang mengalami trauma biasanya tidak
dianggap sebagai prioritas pertama.
Mekanisme cedera/trauma antara lain tabrakan/kecelakaankendaraan
bermotor, penyerangan, jatuh dari ketinggian, cedera saat olah raga, maupun
cedera ketika melakukan pekerjaan rumah tangga. Ekstremitas bawah terdiri
dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal, metatarsal, dan tulang-tulang
phalang. Sistem muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan berperan
dalam pergerakan. Sistem terdiri dari tulang, sendi, otot, rangka, tendon,
ligament, bursa dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur
tersebut. etiologi ekstermitas bawah antara lain cedera, fraktur, dislokasi, sprain
keseleo), peregangan, vulnus luka), penyakit pada ekstremitas bawah antara
lain arthritis pirai gout), sindrom reiter, osteoarthritis, dermatitis, varises.

1.2 Penutup
Materi cedera ekstremitas bawah kami buat degan sebaik baiknya tapi
jikalaupun masih banyak kekurangan kami sangat minta maaf dikarenakan
keterbatasan pengettahuan dan referensi. Semoga makalah ini dijadikan bahan
pembelajaraan.

19
Sebagai penyusun makalah ini, penulis sangat menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan kekeliruan baik dari segi kata-kata bahasa maupun
kalimat, oleh karena itu penulis sangat berharap sekali masukan, kritik, maupun
saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan penyusunan makalah
saya selanjutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Raven, P. Prof. dr, Atlas Anatomi, Jakarta, Djambatan, 2005.

Syaifudin, H. Drs. B.AC. Anatomi Fisiologi, EGC, 1997

http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-sistem-rangka/

https://www.slideshare.net/putrichanz/penyakit-pada-ekstremitas-atas-dan-
ekstremitas-bawah

21

Anda mungkin juga menyukai