Disusun Oleh :
Kelompok 3
Adnan Hermawan E711911001
Aulia Zajila E711911004
Herawati E711911013
Nawira Qalbina Alhadar E711911017
Shintya Putri Rahayu E711911022
Wahid Wahyu Hidayat E711911029
RMIK 5A
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan Hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang diberi judul “Makalah
Tentang Cedera Ekstremitas Bawah” tepat pada waktunya. Makalah ini kami buat
berdasarkan tugas yang diberikan.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak sekali
kekurangan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari
pembaca sekalian yang bersifat membangun.
Saya juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi saya
pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
2.1 Definisi.........................................................................................................................4
2.2 Anatomi........................................................................................................................4
2.2.2 Femur..............................................................................................................5
2.2.4 Fibula...............................................................................................................7
2.2.5 Tarsal...............................................................................................................7
2.2.6 Metatarsal.......................................................................................................8
2.2.7 Phalangs..........................................................................................................8
2.3 Fisiologi........................................................................................................................8
2.4.1 Cedera.............................................................................................................8
ii
2.4.2 Fraktur.............................................................................................................9
2.4.3 Dislokasi.........................................................................................................9
2.4.5 Peregangan...................................................................................................10
2.5.3 Osteoarthritis................................................................................................13
2.5.4 Varises...........................................................................................................15
3.1 Kesimpulan................................................................................................................18
3.2 Penutup.......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20
iii
BAB I PENDAHULUAN
1
akut maupun cedera karena penggunaan yang berlebihan atau overuse. Cedera
pada lutut dapat terjadi karena aktivitas-aktivitas dalam olahraga seperti
melompat, menendang, berlari, mengubah arah atau karena adanya gaya dari
luar seperti benturan dan terjangan (Abimbola et al., 2012).
Sendi lutut adalah bagian dari rantai kinetik ekstremitas bawah yang
sangat berhubungan dengan segmen sendi di bagian proksimal dan distalnya,
yaitu persendian Lumbo-Pelvic-Hip-Complex (LPHC) serta sendi kaki dan
pergelangan kaki. Kedua anggota gerak bawah terhubung satu dengan yang lain
melalui pelvic girdle, yang membuat hubungan atau mata rantai antara kedua
ekstremitas bawah. Adanya cedera pada sendi lutut dapat menyebabkan
perubahan pada sendi yang lainnya didalam sistem gerakan tubuh manusia
sehingga mempengaruhi gerakan, meningkatkan stress dan kapasitas terjadinya
cedera di sendi lain yang berhubungan (Hamill dan Knutzen, 2009). Dengan
demikian, adanya cedera yang mempengaruhi gerakan pada salah satu sendi
lutut dapat menyebabkan perubahan pada Lumbo-Pelvic-Hip-Complex dan
akan mempengaruhi aksi di sisi yang tidak mengalami cedera (sisi
kontralateral) melalui mekanisme kompensasi dalam sistem gerakan manusia.
Mekanisme kompensasi menurut Little (2015) dapat terjadi akibat
adanya strategi neuromuscular yang dapat mengakibatkan perubahan
biomekanik pada anggota gerak bawah. Kompensasi yang pasti terjadi pasca
cedera lutut unilateral adalah munculnya strategi neuromuscular dengan
memindahkan pembebanan pada tungkai kontralateral dalam rangka untuk
mengurangi pembebanan pada lutut yang cedera. Strategi untuk memindahkan
pembebanan melibatkan perubahan pada pelvic rhythm berupa lateral shift
kearah kontralateral untuk memindahkan berat badan lebih banyak ke tungkai
yang tidak mengalami cedera (Neumann, 2010). Strategi tersebut merupakan
mekanisme proteksi untuk mencegah lutut yang cedera terhadap cedera lebih
2
lanjut. Hal itu sesuai dengan penelitian studi klinis terhadap knee joint
pathology, bahwa strategi neuromuscular tidak hanya ditemukan pada tungkai
yang mengalami cedera, tetapi juga pada tungkai kontralateral. Adanya strategi
neuromuscular dapat menyebabkan perubahan biomekanik di sisi ipsilateral
maupun sisi kontralateral dan memunculkan faktor resiko terjadinya keluhan
sekunder (Little, 2015).
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Trauma ekstremitas adalah trauma yang mengakibatkan cedera pada
ekstremitas. Trauma pada satu bagian sistem muskuloskeletal atau trauma
ekstremitas dapat menyebabkan disfungsi struktur di sekitarnyadan struktur
yang dilindungi atau disangganya serta kerusakan pada otot, pembuluh darah
dan saraf.
Mekanisme cedera/trauma antara lain tabrakan/kecelakaankendaraan
bermotor, penyerangan, jatuh dari ketinggian, cedera saat olah raga, maupun
cedera ketika melakukan pekerjaan rumah tangga.
Ekstremitas inferior atau ekstremitas bawah merupakan anggota gerak
tubuh yang memampukan manusia untuk berdiri dan berjalan, hal ini
dikarenakan dari bentuk dan gerakan anggota tubuh bawah (tungkai) memiliki
bentuk dan gerakan yang sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh manusia untuk
berdiri dan berjalan.
2.2 Anatomi
Ekstremitas bawah terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal,
metatarsal, dan tulang-tulang phalangs.
4
2.2.1 Tulang Pelvis
5
2.2.2 Femur
6
2.2.3 Tibia
7
2.2.4 Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih
lateral dibanding dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi
dengan tibia. Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk malleolus
lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.
2.2.5 Tarsal
2.2.6 Metatarsal
Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal
di proksimal dan dengan tulang phalangs di distal. Khusus di tulang
metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid.
2.2.7 Phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat 2 tulang
phalangs di ibu jari dan phalangs di masing-masing jari sisanya. Karena
8
tidak ada sendi pelana di ibu jari kaki, menyebabkan jari tersebut tidak
sefleksibel ibu jari tangan.
2.3 Fisiologi
Sistem muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan berperan
dalam pergerakan. Sistem terdiri dari tulang, sendi, otot, rangka, tendon,
ligament, bursa dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur
tersebut.
2.4.2 Fraktur
Fraktur (fraktura) atau patah tulang adalah kondisi ketika tulang
menjadi patah, retak, atau pecah sehingga mengubah bentuk tulang.
Kondisi ini bisa terjadi karena adanya tekanan kuat pada tulang atau
karena kondisi tulang yang melemah, seperti osteoporosis.
9
2.4.3 Dislokasi
Merupakan cedera sendi yang serius dan jarang terjadi. Dislokasi
terjadi bila sendi lepas dan terpisah, dengan ujung/ujung tulang tidak
lagi menyatu. Bila ujung tulang hanya berubah posisi secara parsial,
cedera disebut subluksasio. Bahu, siku, jari, panggul, lutut dan
pergelangan kaki merupakan sendi/sendi yang paling sering mengalami
dislokasi. Gejala :
a. Nyeri hebat pada daerah sendi yang sakit
b. Deformitas sendi
c. Pembengkakan sendi
d. Kehilangan rentang sendi
e. Kebas, kehilangan sensasi dan tidak terabanya nadi pada bagian
distal cedera (dislokasi dapat mengganggu fungsi arteri dan saraf
dibagian proksimal)
10
mengalami sprain (keseleo) meliputi pergelangan kaki atau
lutut.Gejala:
2.4.5 Peregangan
Strain otot, dikenal juga sebagai tarikan otot, terjadi bila otot
terlalu meregang atau robek. Otot punggung sering mengalami strain
bila seseorang mengangkat benda berat. Gejala :
a. Peregangan ringan/robekan minor
b. Nyeri local, nyeri tekan, bengkak, spasme otot ringan
c. Peregangan sedang/ peningkatan jumlah serat yang robek
11
d. Nyeri local, nyeri tekan, bengkak, pucat
e. Nyeri local, nyeri tekan, bengkak, dislokasi dan ketidakmampuan
untuk menggunakan tungkai untuk periode lama
f. Peregangan hebat/pemisahan komplet otot dari otot, otot dari tendo,
atau tendon dari tulang
12
Akibatnya, kondisi ini dapat menyebabkan serangan gout yang sangat
nyeri, disertai kemerahan, bengkak, dan hangat di area tersebut.
Gejala :
Gejala gout berupa sakit parah, kemerahan, dan bengkak pada sendi,
biasanya jempol kaki. Serangan bisa datang tiba-tiba, biasanya pada
malam hari. Selama serangan akut, pengobatan antiinflamasi dapat
membantu menghilangkan rasa sakit dan mempersingkat lama serangan.
Penyebab :
a. Makan makanan yang berzat purin tinggi yang dikonsumsi, seperti
jeroan hewan, hidangan laut, dan daging merah.
b. Terlalu banyak mengonsumsi minuman dengan gula tinggi dan
minuman beralkohol.
c. Menggunakan obat-obatan dengan jenis tertentu, seperti obat
pengencer darah, obat penghambat enzim, dan obat-obatan
kemoterapi.
d. Memiliki riwayat penyakit asam urat pada anggota keluarga.
13
g. Nyeri punggung bawah
Penyebab :
Penyebab utama dari sindrom Reiter adalah infeksi pada tubuh.
Munculnya gejala adalah reaksi dari tubuh terhadap infeksi. Biasanya
penularan infeksi terjadi akibat hubungan seks atau melalui makanan
dan minuman yang dikonsumsi.
2.5.3 Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah peradangan kronis pada sendi akibat
kerusakan pada tulang rawan. Osteoarthritis adalah jenis arthritis
(peradangan sendi) yang paling sering terjadi. Kondisi ini menyebabkan
sendi-sendi terasa sakit, kaku, dan bengkak.
Gejala :
14
e. Memiliki riwayat osteoarthritis di keluarga
f. Menderita penyakit tertentu, seperti rheumatoid arthritis dan
hemokromatosis
g. Mengalami kelainan bawaan atau cacat pada tulang rawan atau
sendi
15
f. Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti isotretinoin, interferon,
atau obat kolesterol golongan statin.
g. Tinggal di daerah beriklim kering atau dingin.
2.5.4 Varises
Varises adalah pembengkakan atau pelebaran pembuluh darah
vena yang disebabkan oleh adanya penumpukan darah di dalam
pembuluh tersebut. Varises ditandai dengan pembuluh vena yang
berwarna ungu atau biru gelap, dan tampak bengkak atau menonjol.
Gejala :
a. Rasa nyeri, panas, dan berdenyut di bagian tungkai
b. Kaki terasa berat dan tidak nyaman
c. Pembengkakan di area kaki dan pergelangan kaki
d. Kulit di area varises tampak kering dan terasa gatal
e. Kram otot kaki, terutama pada malam hari
f. Perubahan warna kulit di area sekitar varises
Penyebab :
a. Posisi berdiri terlalu lama
b. Usia
c. Wanita
d. Faktor keturunan
e. Obesitas
f. Masalah kesehatan lain, misalnya cacat pembuluh darah,
pembengkakakn, dll
16
2.6 Komplikasi Ekstremitas Bawah
2.6.1 Komplikasi fraktur
Fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya mal-union,
delayed union, non-union, dan infeksi tulang.
a. Mal-union : Mal-union adalah suatu keadaan tulang patah yang
telah mengalami penyatuan dengan fragmen fraktur berada dalam
posisi tidak normal (posisi buruk).
b. Delayed union : Delayed union adalah proses penyembuhan
fraktur yang lebih lambat dari normal dengan pembentukan kalus
yang dimulai pada minggu ke-4 setelah fraktur terjadi.
c. Non-union : Non-union adalah penyembuhan fraktur yang terjadi
4 hingga 6 bulan setelah cedera awal dan setelah penyembuhan
spontan sepertinya tidak terjadi.
d. Infeksi tulang : Infeksi tulang adalah radang tulang yang
disebabkan oleh infeksi, biasanya di kaki.
Patah tulang mempengaruhi jaringan sekitarnya mengakibatkan
oedema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi,
ruptur tendon, kerusakan saraf dan pembuluh darah. Organ tubuh dapat
mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau
geraka fragmen tulang (Brunner & Suddarth, 2005).
17
f. Pembengkakan lokal dam perunahan warna : sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur
18
BAB III PENUTUP
1
1.1 Kesimpulan
Trauma/cedera ekstremitas adalah trauma yang mengakibatkan cedera
pada ekstremitas. Trauma pada satu bagian system musculoskeletal atau trauma
ekstremitas dapat menyebabkan disfungsi struktur di sekitarnya dan struktur
yang dilindungi atau disangganya serta kerusakan pada otot, pembuluh darah
dan saraf. Trauma otot dan tulang dapat terjadi tanpa atau disertai trauma
system lain. Bilahanya ekstremitas yang mengalami trauma biasanya tidak
dianggap sebagai prioritas pertama.
Mekanisme cedera/trauma antara lain tabrakan/kecelakaankendaraan
bermotor, penyerangan, jatuh dari ketinggian, cedera saat olah raga, maupun
cedera ketika melakukan pekerjaan rumah tangga. Ekstremitas bawah terdiri
dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal, metatarsal, dan tulang-tulang
phalang. Sistem muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan berperan
dalam pergerakan. Sistem terdiri dari tulang, sendi, otot, rangka, tendon,
ligament, bursa dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur
tersebut. etiologi ekstermitas bawah antara lain cedera, fraktur, dislokasi, sprain
keseleo), peregangan, vulnus luka), penyakit pada ekstremitas bawah antara
lain arthritis pirai gout), sindrom reiter, osteoarthritis, dermatitis, varises.
1.2 Penutup
Materi cedera ekstremitas bawah kami buat degan sebaik baiknya tapi
jikalaupun masih banyak kekurangan kami sangat minta maaf dikarenakan
keterbatasan pengettahuan dan referensi. Semoga makalah ini dijadikan bahan
pembelajaraan.
19
Sebagai penyusun makalah ini, penulis sangat menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan kekeliruan baik dari segi kata-kata bahasa maupun
kalimat, oleh karena itu penulis sangat berharap sekali masukan, kritik, maupun
saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan penyusunan makalah
saya selanjutnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-sistem-rangka/
https://www.slideshare.net/putrichanz/penyakit-pada-ekstremitas-atas-dan-
ekstremitas-bawah
21