Anda di halaman 1dari 3

Jika dokter bedah mendampingi pasien dari ruang operasi ke ruangan

asuhan intensif lanjutan (misalnya HCU.) maka laporan operasi dapat dibuat di
daerah asuhan lanjutan. Kebijakan standar 7.2 tersebut RSUD KH. Daud Arif
menyusun :

a. RSUD KH. Daud Arif menetapkan bahwa ada regulasi laporan operasi yang
meliputi sekurang-kurangnya butir a) sampai dengan h) pada maksud dan
tujuan.

b. RSUD KH. Daud Arif menetapkan bahwa ada bukti laporan operasi memuat
paling sedikit butir a) sampai dengan h) pada maksud dan tujuan serta dicatat
pada form yang ditetapkan rumah sakit tersedia segera setelah operasi selesai
dan sebelum pasien dipindah ke area lain untuk asuhan biasa.

c. RSUD KH. Daud Arif menetapkan bahwa ada laporan operasi dapat dicatat di
area asuhan intensif lanjutan.

16. RSUD KH. Daud Arif menetapkan bahwa ditetapkan rencana asuhan pasca
operasi dan dicatat dalam rekam medis.
Maksud dan Tujuan : kebutuhan asuhan medis, keperawatan, dan
profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya sesuai dengan kebutuhan setiap pasien
pascaoperasi berbeda bergantung pada tindakan operasi dan riwayat kesehatan
pasien. Beberapa pasien mungkin membutuhkan pelayanan dari profesional
pemberi asuhan (PPA) lain atau unit lain seperti rehabilitasi medik atau terapi
fisik. Penting membuat rencana asuhan tersebut termasuk tingkat asuhan, metode
asuhan, tindak lanjut monitor atau tindak lanjut tindakan, kebutuhan obat, dan
asuhan lain atau tindakan serta layanan lain.
Rencana asuhan pascaoperasi dapat dimulai sebelum tindakan operasi
berdasarkan asesmen kebutuhan dan kondisi pasien serta jenis operasi yg
dilakukan. Rencana asuhan pasca operasi juga memuat kebutuhan pasien yang
segera. Rencana asuhan dicacat di rekam medic pasien dalam waktu 24 jam dan
diverifikasi oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai pimpinan
tim klinis untuk memastikan kontuinitas asuhan selama waktu pemulihan dan
masa rehabilitasi. Kebutuhan pascaoperasi dapat berubah sebagai hasil perbaikan
klinis atau informasi baru dari asesmen ulang rutin, atau dari perubahan kondisi
pasien yang mendadak. Rencana asuhan pascaoperasi direvisi berdasar atas
perubahan ini dan dicatat di rekam medis pasien sebagai rencana asuhan baru.

Kebijakan standar 7.3 tersebut RSUD KH. Daud Arif menyusun :

a. RSUD KH. Daud Arif menetapkan bahwa ada regulasi rencana asuhan
pascaoperasi dibuat oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP),
perawat, dan profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya untuk memenuhi
kebutuhan segera pasien pascaoperasi.

b. RSUD KH. Daud Arif menetapkan bahwa ada bukti pelaksanaan rencana
asuhan pascaoperasi dicatat di rekam medis pasien dalam waktu 24 jam oleh
dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) atau diverifikasi oleh dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP) bila ditulis oleh dokter bedah yg
didelegasikan.

c. RSUD KH. Daud Arif menetapkan bahwa ada bukti pelaksanaan rencana
asuhan pascaoperasi termasuk rencana asuhan medis, keperawatan, dan PPA
lainnya berdasar atas kebutuhan pasien.

d. RSUD KH. Daud Arif menetapkan bahwa ada bukti pelaksanaan rencana
asuhan pascaoperasi diubah berdasar atas asesmen ulang pasien.

17. RSUD KH. Daud Arif menetapkan bahwa ada regulasi yang mengatur asuhan
pasien operasi yang menggunakan implan dan harus memperhatikan
pertimbangan khusus tentang tindakan yang dimodifikasi.
Maksud dan Tujuan : banyak tindakan bedah menggunakan implan
prostetik antara lain panggul, lutut, pacu jantung, dan pompa insulin. Tindakan
operasi seperti ini mengharuskan tindakan operasi rutin yang dimodifikasi dengan
mempertimbangkan faktor khusus seperti :
a. Pemilihan implan berdasar atas peraturan perundangan
b. Modifikasi surgical safety checklist untuk memastikan ketersediaan implan di
kamar operasi dan pertimbangan khusus untuk penandaan lokasi operasi.
c. Kualifikasi dan pelatihan setiap staf dari luar yang dibutuhkan untuk
pemasangan implan (staf dari pabrik atau perusahaan implan untuk
mengkalibrasi)

Anda mungkin juga menyukai