Anda di halaman 1dari 41

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pembahasan

3.1.1 Prosedur Penyambungan Serat Optik Dan Manajemen Sambungan


Penyambungan merupakan proses terpenting dalam instalasi jaringan fiber

optik. Pada jaringan kabel fiber optik, tempat yang paling rawan gangguan terletak

pada titik sambung. Penyebabnya adalah masuknya air ke dalam closure. Berdasarkan

pengamatan dalam kurun waktu 5 s/d 10 tahun karakteristik kabel menurun yang

disebabkan oleh kualitas dari sambungan. Oleh sebab itu pelaksanaan penyambungan

kabel serat optik harus dilakukan sesuai dengan prosedur dan petunjuk pelaksanaan

penyambungan.

Sebelum penyambungan dilalukan perlu melakukan tahapan persiapan

penyambungan agar hasil yang diperoleh memiliki kualitas yang baik. Adapun

tahapan persiapan penyambungan sebagai berikut :

1. Persiapan Peralatan Penyambungan

Dalam kegiatan penyambungan peralatan penyambungan kabel fiber

optik dibagi menjadi dua yaitu peralatan khusus dan peralatan umum.

32
33

a. Peralatan Khusus

Gambar 1 Peralatan Khusus Penyambungan Fiber Optik


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013

Tabel 3.1 Fungsi Peralatan Khusus Fiber Optik


Peralatan Fungsi
Alat yang berfungsi untuk
Fiber Cleaver
memotong Cladding
Alat yang berfungsi untuk
Sheath Cutter
megupas lapisan Kulit PE
Alat yang berfungsi untuk
Lap Cutter
megupas lapisan Kulit PE
Alat yang berfungsi untuk
TubeCutter
memotong lapisan tube
Alat yang berfungsi

FusionSplicer menyambung fiber optik dengan

cara dilebur ( fusi)


FiberLock Alat yang berfungsi untuk

menyambung fiber optik dengan


34

cara mekanik (tekan dan kontak)

Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi


Indonesia,2013

b. Peralatan Umum

Gambar 2 Peralatan Umum Penyambungan


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013

2. Persiapan Material Penyambungan

Material penyambungan adalah bahan-bahan yang akan habis

digunakan dalam kegiatan penyambungan. Adapun material

penyambungan sebagai berikut :


35

Gambar 3 Material Penyambungan


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013
3. Pelaksanaan Penyambungan

Pelaksanaan penyambungan pada bagian ini berfokus kepada

persiapan kabel serat optik yang akan dilakukan penyambungan. Adapun

tahapan pelaksanaan penyambungan sebagai berikut :

a. Kupas kulit kabel dengan menggunakan LupsheatCutter, panjang

kupasan sesuaikan dengan jenis penyambungan yang dipakai seperti

gambar berikut:

Gambar 3.4 Struktur Lapisan Serat Optik


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT.
Telekomunikasi Indonesia, 2013
b. Ambil salah satu ujung fiber optik kemudian kupas pelindung fiber

optik (primary dan secondarycoating) tersebut dengan fiberstripper,

panjang ujung fiber optik yang dikupas kurang lebih 4 cm.


36

Gambar 3.5 Pengupasan Fiber Coating


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT.
Telekomunikasi Indonesia, 2013
c. Ambil salah satu ujung kabel fiber optik kemudian pasang sleeve

protector.

d. Bersihkan ujung fiber optik tersebut (untuk menghilangkan primary

coating pada permukaan cladding) dengan tissue yang telah dibasahi

dengan alkohol 96% seperti gambar berikut ini.

Gambar 3.6 Pembersihan Serat Optik


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013
e. Potong ujung fiber optik tersebut dengan Fiber cutter/Fiber cleaver.
f. Periksa hasil potongan dan pembersihan kabel fiber optik pada

monitor splicer:
37

Gambar 3.7 Hasil Potongan dan Pembersihan Kabel Fiber Optik


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT.
Telekomunikasi Indonesia, 2013

g. Bila hasil potongan maupun pembersihan berhasil baik maka proses

penyambungan dapat dilaksanakan oleh mesin secara otomatis,

namun bila hasil potongan dan/atau pembersihan tidak baik maka

proses diatas akan dinyatakan oleh mesin bad dan harus diulang poin

b,d dan e1.


h. Selanjutnya penyambungan dapat dilaksanakan untuk core

berikutnya, dengan memperhatikan kode warna dari masing-masing

fiber optik jangan sampai tertukar.


i. Untuk fusionsplice yang berjalan otomatis bila hasil pemotongan baik

maka tidak memunculkan message error pada layar monitor.

3.1.2 Penyambungan dengan Fusion Splicer

Penyambungan FusionSplicing merupakan salah satu teknik penyambungan

serat optik. Penyambungan dilakukan dengan cara serat optik dilebur dengan alat fusi

(fusion splicer) sehingga serat optik tersambung dengan sempurna. Untuk

melaksanakan penyambungan dengan fusionsplice urutan pekerjaannya diantaranya

sebagai berikut:
38

Gambar 3.8 Tahapan Penyambungan FusionSplicing


Sumber: Overview Jaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi Indonesia, 2013

Setelah persiapan penyambungan dilaksanakan, laksanakan penyambungan

splicingmachine sebagai berikut:

1. Nyalakan fusionsplicingmachine dengan memindahkan posisi switchon

sampai lampu pilot menyala.


2. Buka canopy sehingga lampu pilot padam, tarik kunci chuck sehingga

kedua mechanical chuck terbuka.


3. Tempatkan kedua ujung fiber optik yang akan disambungkan pada V

groove dari setiap mechanicalchuck dari splicingmachine. (Pada saat

penempatan harus tepat pada lekuk V groove dan ujung fiber optik jangan

menyentuh benda apapun).


39

Gambar 3.9 Penempatan Fiber pada V-Groove (Tampak Samping)


Sumber: Overview Jaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi Indonesia,
2013
4. Tutup mechanicalchuck secara perlahan sehingga fiber tadi terjepit oleh

mechanicalchuck.

5. Tutup canopy kemudian tekan tombol set sehingga fusionsplicing

melaksanakan alignment-nya secara otomatis dan melaksanakan peleburan.


6. Jika peleburan telah selesai buka canopy dan pindahkan fiber tersebut ke

alat heater kemudian geser sleeveprotector tepat di tengah-tengah

sambungan.
7. Periksa hasil penyambungan, dengan melihat layar monitor.

Gambar 3.10 Gambar Hasil Sambungan


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi Indonesia,
2013
40

8. Bila penyambungan berhasil dengan baik periksa redaman yang terjadi

pada sambungan tersebut (batasan redaman maksimum adalah 0,1

dB/splice), bila hasil ukuran melebihi batas redaman maka penyambungan

diulang.
9. Dalam fusion splicing mungkin terjadi fiber core misaligment dan

fibernonconcentricity hal ini dapat diatasi dengan langkah-langkah sebagai

berikut :
a. Mengurangi waktu lebur (fusiontime), sehingga hanya sedikit saja

bagian fiber optik yang meleleh.


b. Mengurangi panjang ujung fiber optik pada fusion machine, sehingga

ujung fiber optik hanya bergerak sedikit saja selama proses peleburan.
c. Mempergunakan kompensating program yaitu pengaturan pergerakan

(shift) fiber optik dengan methoda IAS (InternationalAxisShift).

3.1.3 Penyambungan Kabel Berbeda Jenis

Dalam implementasi dilapangan penyambungan kabel berbeda jenis

kemungkinan besar akan terjadi. Ada penyambungan kabel yang tidak di ijinkan yaitu

Kabel RibbonLooseTube dengan Kabel SCPT, Kabel Drop dengan Kabel SCPT tanpa

dengan terminasi, dan Kabel Drop dengan Kabel LooseTube tanpa dengan terminasi.

Kemungkinan penyambungan yang akan terjadi sebagai berikut:

1. Penyambungan kabel RibbonLooseTube dengan kabel

LooseTubenonRibbon

2. Penyambungan kabel LooseTube dengan kabel SCPT

Cara penyambungan kabel RibbonLooseTube dengan kabel

LooseTubenonRibbonadalah :
41

1. Core kabel LooseTube di ribbonise per 12 core terlebih dahulu kemudian

di splicing/disambung dengan kabel ribbon dengan jumlah core yang

sama. Probabilitas kualitas hasil splicing 80-90 %.

2. Kabel Ribbon diurai per core kemudian disambungkan satu per satu

dengan core kabel loosetube. Pekerjaan ini memerlukan waktu yang lebih

lama, hanya tingkat keberhasilan splicing 100%.

Untuk penyambungan kabel loosetube dengan kabel SCPT dilakukan satu per

satu sesuai urutan core pada masing-masing tipe kabel.Bila masih terdapat core pada

kabel loosetube yang belum tersambung maka penyambungan kabel loosetube

tersebut dilanjutan dengan core kabel SCPT berikutnya.

3.1.4 Penyambungan Spliceon Connector

Penyambungan splice on connector merupakan salah satu penyambungan

penting dalam instalasi jaringan akses serat optik. Berbeda dengan penyambungan

core to core, penyambungan ini dilakukan dengan menyambungankan serat optik

yang ada di kabel drop core dengan connector. Tahapan penyambungan

spliceonconnector sebagai berikut :

1. Persiapan Alat

Untuk melakukan penyambungan splice on connector maka alat-alat

yang diperlukan sebagai berikut :

Tabel 3.2 Alat Penyambungan Fiber Optik


42

No Nama Alat Gambar


1 UnitSplicer

2 FiberCleaver
(masing-masing
holder sambung
lurus dilepas)

3. FiberStripper

4. DropFiberStripper

5. Tang Potong

6. Tang Kombinasi

7. TissueOptic

8. Alcohol 95%
43

No Nama Alat Gambar


9. Lakban

10. Sepasang Holder


SOC

Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi


Indonesia, 2013
2. Langkah Pengerjaan

Untuk pengerjaan spliceonconnector maka pengerjaan dibagi menjadi

dua tahapan:

1. Penanganan Connector
a. Siapkan lakban 5 – 10 cm untuk mengambil sisa potongan serat

optik
b. Tempatkan ferrule subassembly pada holder SC titik merah

menghadap ke atas.
c. Kupas coatingferrulesubassembly / pigtail sampai pangkal atau

2.5cm menggunakan fiber striper dan bersihkan alcohol.


d. Potong serat optik dengan menempatkan holder SC pada

spacefibercleaver kemudian tempatkan pada spacesplicer kanan

untuk proses penyambungan


2. Penanganan Kabel DropCore
100 mm, potong menggunakan tang kombinasi. Masukan 3 bagian

komponen spliceconnector secara urut yaitu Screwcap - Boot -

Sleeve.
44

Gambar 3.11 Komponen SpliceConnector


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013

Setelah dimasukan bagian komponen spliceconnector lakukan

langkah-langkah sebagai berikut :


a. Kupas dropfiber menggunakan dropfiberstripper 4,5cm

Gambar 3.12 Kupas DropCore


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013

b. Tempatkan ujung kabel drop pada holder HS-IN

Gambar 3.13 Penempatan Kabel DropCore pada Holder


45

Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi


Indonesia, 2013

c. Pilih serat fiber berwarna biru yang lainnya dipotong /dibuang

Gambar3.14PenempatanKabel Drop Core


yangakanDigunakanpada Holder (Biru)
Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013

d. Kupas coating menggunakan fiberstripper lalu bersihkan

menggunakan alcohol.

Gambar 3.15Stripper
Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013

Gambar 3.16 Membersihkan Core dengan Alkohol


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013
46

e. Potong serat optik dengan menempatkan holder HS-IN pada

space fiber clipper hasilnya pindahkan ke spacesplicer kiri,

untuk proses penyambungan.

Gambar 3.17 Potong Serat Optik pada FiberCleaver


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013
3. Proses Penyambungan

Proses penyambungan splice on connector sebagai berikut :

a. Sambung ujung serat dengan menggunakan fusionsplice dengan 1x arc


b. Lepas hasil sambungan dari kedua holder secara perlahan, ujung

konektor arahkan vertikal ke bawah


c. Lindungi hasil sambungan dengan protectionsleeve lalu panaskan
d. Lakukan proses pendinginan dengan mengarahkan konektor vertikal

ke bawah
e. Pasangkan boot salah satu bagian yang ada tanda panah nya ada di

atas dengan ferrulesubassembly dorong hati-hati sampai mengunci

kedua sisinya
f. Kunci screwcap
g. Pasang Grip
47

Gambar 3.18 Proses Penyambungan SOC


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013
4. Manajemen Hasil Sambungan di Casette

Manajemen hasil sambungan di casette penting dilakukan, adapun tujuan

dari prosedur penempatan sambungan di kaset yaitu, mengamankan

sambungan agar tidak mudah patah/putus kembali, mengatur letak

sleeveprotector sesuai urutan, agar mudah dalam oprasi dan pemeliharaan

dan mengatur alur fiber optik sesuai dengan rute putaran yang tersedia,

agar tidak ada bending.

Pada saat menempatkan sambungan telah diperhitungkan hal-hal

sebagai berikut:

a. Kabel masuk /keluar (in/out) pada jalur kaset/cassette telah dikupas

sampai loosetube dan ditempatkan pada penjepit losetube


b. Panjang fiber optik yang terbuka dari loosetube sepanjang 890mm

untuk sambungan ke 1 – 6, dan 670mm untuk sambungan ke 7 – 12.


48

Gambar 3.19 Aturan Input/Output Kabel dalam Casette


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013
c. Setelah dilakukan penyambungan posisikan fiber optik lurus dan rapih
(tidah ada yang terpilin). Lihatlah gambar di bawah ini.

Gambar 3.20 Penempatan Sambungan pada Casette


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013
49

d. Setelah tidak ada yang terpilin, buatlah loop (lingkaran) dari fiber

optik sebanyak 4 loop untuk sambungan ke 1 – 6 dan sebanyak 3 loop

untuk sambungan ke 7 – 12 (lihat gambar)

Gambar 3.21 Aturan Looping Sambungan pada Casette


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013
e. Susun sambungan sesuai susunan berikut:
f. slot 1 diisi dengan core 1 dan core 2
g. slot 2 diisi dengan core 3 dan core 4
h. slot 3 diisi dengan core 5 dan core 6
i. slot 4 diisi dengan core 11 dan core 12
j. slot 5 diisi dengan core 9 dan core 10
k. slot 6 diisi dengan core 7 dan core 8

Gambar 3.22 Penampang Cassete dan Aturan Penempatan


Sambungan
Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013
50

3.1.5 Prosedur Penutupan Closure

Closure atau selongsong sambungan kabel dipakai untuk menutup hasil

sambungan.Banyak closure atau sarana sambung kabel yang dapat digunakan yang

salah satu komponennya terdiri dari mainsleeve atas, mainsleeve bawah, clampingbar

atas, clampingbar bawah, fiber sheet, dan cover.Prosedur penutupan dilakukan

apabila hal-hal di bawah ini sudah terpenuhi sebagai berikut:

Penempatan fiber optik di kaset/cassette sudah rapih (tidak kusut/melintir)

1. Fiber optik tidak melampaui alur dan bagian kaset


2. Kaset /cassette diikat dengan pengikat yang disediakan (aksesories closure)
3. Closure ditutup dengan main sleeve atas dan perhatikan agar seal /karet

pelindung kedap air terpasang rapih.


4. Kunci closure dengan clamp pengikat closure ( pada closuredump) atau

baut (pada closure 2 way)

Untuk perapihan dan penutupan closure diperlukan alat-alat sebagai

berikut:

1. HexDriver (kunci L)
2. Pemotong strengthMember (gunting baja)
3. Obeng
4. Pita ukur (meteran)
5. Gunting
6. Palu

Setelah seluruh alat-alat dipersiapkan maka kegiatan penutupan closure dapat

dilakukan. Adapun langkah-langkah penutupan closure sebagai berikut :

1. Persiapan Kabel dan Closure

a. Pasang baud dan pipa plastik untuk penyangga tray pada closure

bagian bawah
51

Gambar 3.23 Pasang Baud dan Pipa Plastik untuk Penyangga


Tray
Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013

b. Pasang klip ditempat yang sesuai pada dasar closure

Gambar 3.23 Pasang Klip


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013

 Pasang dua buah sealing washer pada tiap ujung kabel.


52

 Pasang cabletie (tiewrap) warna hijau pada salah satu ujung dan

warna biru pada ujung lainnya (untuk membedakan arah kabel)


 Kupas kulit kabel sepanjang 180 cm. Urai loosetube.
 Bersihkan Jelly dengan menggunakan JellyCleaner
 Potong Filler dan buang. Jangan memotong strengthmember dulu.
 Kasarkan (amplas) 127 mm pada masing masing ujung kabel

menggunakan sarana yang telah tersedia.

2. Pemasangan Kabel dan Strain Relief

a. Isolasi kabel 3 cm dari ujung kulit kabel. Potong strengthmember 4,5

cm, pasang strengthmember pada klemnya dan kencangkan.

Gambar 3.24 Pasang StrenghtMember pada Klem


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013

b. Pasang kabel pada klem menggunakan horseclamp, tambatkan

strengthmember dan kencangkan, pasang sepatu karet pada klem

Gambar 3.25 Pasang HorseClamp


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013
53

3. Penanganan Kabel

a. Bersihkan kabel dari kotoran menggunakan tissue alkohol, amplas

kulit kabel agar permukaan kabel kasar.


b. Lilitkan sealingtape pada kabel diantara dua sealingwasher yang

ketebalannya melebihi diameter washer agar air tidak masuk kedalam

closure.

Gambar 3.26 Pelilitan SealingTape


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013

c. Tutup lubang closure yang terbuka dan tidak digunakan untuk kabel

menggunakan plug yang dililit dengan sealingtape.

Gambar3.27Penutupan Lubang Closure


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013

d. Terminal grounding dipasang sebelum kabel ditambatkan pada klem.


54

Gambar 3.28 Penambatan Grounding pada Klem


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013
4. Persiapan Serat Optik

a. Kupas loosetube dengan menggunakan loosetubecutter, sisakan 50

mm dari ujung kupasan kabel. Bersihkan serat optik dari jelly.


b. Potong FlexibleTube sepanjang 838 mm. Masukkan serat optik

kedalam flexibletube .Flexibletube dan loosetubeoverlap + 25 mm

Gambar 3.29SlackCore dengan FlexibelTube


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013
5. Penyambungan Serat Optik

a. Pasang Tray. Pasang Flexibletube sesuai urutan warna tube pada tray

dan kaitkan pada klip supaya rapi dan terhindar dari bending yang

terlalu kecil.
b. Buat mal supaya posisi sambungan sesuai tempatnya. Sambung kedua

ujung fiber menggunakan alat sambung (fusionsplicer /

mechanicalsplicer).
55

c. Setelah selesai penyambungan serat optik, tempatkan sambungan pada

tray dan gulung sisa serat pada tray. Tiap tray dapat menampung

maksimum 12 sambungan serat optik.

Gambar 3.30 Penempatan Sambungan pada Tray


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013

d. Pasang penutup tray, rapikan fiber dan kencangkan ikatan flexibletube

dengan tiewrap pada tray.


e. Atur Flexibletube di dalam closure dan rapihkan.
f. Untuk penyambungan selanjutnya pasang tray berikutnya dan lakukan

proses penyambungan.Gambar berikut adalah gambar setelah selesai

penyambungan.

Gambar 3.31 Penutupan Tray


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013

6. Penutupan Closure

a. Pasang sealingcord di kedua alur pada tutup closure bagian bawah.


56

Gambar 3.32 Pemasangan SealingCord


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013

b. Pasang tutup dan kencangkan.Kencangkan baud closure dengan

menggunakan TorqueWrench (atur torquewrench pada 200-250 in-lbs

(2,9 Kgm-29 Nm).

Gambar 3.33 Penutupan Closure


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013

c. Pasang 4 buah pengunci pada samping closure dan dorong dengan

tangan, untuk mengencangkan ketuk dengan palu

3.2 Operasi Jaringan FTTH

Operasi, pemeliharaan, dan migrasi (pembenahan) ODC dan ODP yang

merupakan kegiatan sangat penting. Hal ini disebabkan fungsi dari ODC dan ODP

sebagai Crossconnect antara kabel feeder dengan kabel distribusi melalui splitter 1:4

di ODC serta antara kabel distribusi dengan dropfiber arah pelanggan melalui splitter

1:8 di ODP.
57

3.2.1 Persyaratan Umum

Pada sistem operasi di ODC dan ODP diperlukan persyaratan umum agar hasil

pekerjaan operasional sesuai dengan standar yang ditetapkan serta memenuhi

persyaratan sebagai berikut :


1. Syarat levelsignal (redaman optik).
2. Syarat estetika (kerapihan).
3. Syarat cuntinuitascore (berurutan).
4. Syarat instalasi harus memperhatikan faktor bending.
5. Syarat identifikasi (labeling).

3.2.2 Operasi Optical Distribution Cabinet

Operasi ODC untuk jaringan FTTH GPON. Pada operasi ini di ODC dipasang

splitter 1:4 diantara portfeeder dan distribusi dengan tahapan sebagai berikut:

1. Buka pintu ODC menggunakan kunci yang tersedia.


2. Siapkan core fiber optik feeder dari arah FTM sampai dengan port feeder

di ODC, yakinkan optik tersebut sudah tembus dengan menggunakan

VFL (visualfaultlocator).
3. Setelah ditemukan/tembus hubungkan core fiber optik disisi FTM

tersebut dengan port OLT.


4. Siapkan splitter 1:4 disisi ODC dan lakukan pengetesan sebelum

diinstalasi dengan menggunakan VFL.


5. Hubungkan input splitter dengan portfeeder yang sudah di tes (poin 3).
6. Menggunakan OPM (OpticalPowerMeter) ukur keluaran splitter dengan

nilai level yang sesuai dengan redaman splitter 1:4.


7. Hubungkan outputsplitter ke arah ODP yang dituju melalui port distribusi

di ODC tersebut.
8. Untuk kelurusan antara ODP dengan port distribusi di ODC dapat

menggunakan VFL dari arah port ODP.


9. Simpan splitter 1:4 pada rumah splitter yang tersedia dan kabel konektor

splitter dirapihkan penarikannya serta dihindari adanya bending.


58

10. Beri label pada konektor splitter tersebut berupa identitas ODP.
11. Bersihkan ruangan/Iantai ODC dari seluruh material sampah sisa

instalasi.
12. Tutup kembali pintu ODC dengan rapat dan di kunci

13. Data port terpakai dicatat dan digunakan sebagai input pada sistem ITtool

jaringan fiber optik.

3.2.3 Operasi Optical Distibution Cabinet untuk Jaringan FTTx Core Murni

Pada operasi ini tidak diperlukan splitter tetapi berupa opticaljumper

(patchcord) untuk menghubungkan portfeeder dan distribusi di ODC. Jenis jaringan

ini hanya dipergunakan untuk pelanggan VIP atau bisnis yang menuntut kehandalan,

Bandwidth di atas 100 Mbps atau bersifat khusus (private), dengan tahap operasi

sebagai berikut :
1. Siapkan 2 core fiber optik feeder dari arah FTM sampai dengan

portfeeder di ODC, yakinkan optik tersebut sudah tembus dengan

menggunakan VFL (visualfaultlocator).


2. Setelah ditemukan/tembus hubungkan kedua core fiber optik tersebut

disisi FTM ke node disisi Centraloffice umumnya langsung ke port MEA

(MetroEthernetAccess). Untuk menghubungkan feeder dengan portmetro

digunakan patchcordduplex tanpa sambungan dengan konektor LC disisi

metro dan SC disisi port feeder yang panjangnya disesuaikan dengan

jarak antara metro dan portfeeder.


3. Di ODC, hubungkan portfeeder yang sudah di tes sesuai point 1,

menggunakan patchcordduplex (SC/SC) dengan panjang yang

disesuaikan dan dihubungkan ke port distribusi ke arah pelanggan

VIP/bisnis.
59

4. Beri tanda TX dan RX pada patchcord yang terpakai.


5. Beri label nama pelanggan VIP/bisnis tersebut pada patchcord di sisi port

distribusi.

3.2.4 Operasi Optical Distribution Point

Kegiatan operasi di ODP meliputi aktifitas pasang baru pelanggan FTTH

GPON atau FTTX VIP/bisnis. Operasi ODP aerial pelanggan baru FTTH GPON:

1. Pasang tangga alumunium di tiang dan ikat ujung tangga ke tiang sebagai

pengamanan
2. Gunakan alat pelindung diri (APD)
3. Buka tutup GDP.
4. Tes port di ODP menggunakan OPM.
5. Untuk jaringan FTTH GPON sampai dengan ODP hasil ukur berkisar

diantara -15 s/d -17 dbm.


6. Masukan kabel dropcore ke dalam ODP melalui jalur yang sudah

ditetapkan.
7. Masukan konektor dropcore (SOC atau Precon) ke port yang sudah di tes,

pasang label pelanggan.


8. Bersihkan bagian dalam ODP dari sisa material.
9. Tutup kembali dengan rapat ODP dan dikunci jika tersedia.
10. Rapihkan dropcore diluar ODP dengan diberi Spare secukupnya.

11. Data port terpakai dicatat dan digunakan sebagai input pada sistem ITtool

jaringan fiber optik.

3.2.5 Operasi Optical Distribution Wall dan Pedestal

Pengoperasian pelanggan baru pada ODP wall dan pedestal pada dasarnya

sama dengan ODP aerial. Perbedaannya pada penggunaan alat bantu tangga, untuk

kerapihan dan keamanan pada ODP walldropcore dimasukkan kedalam pipa

pelindung. Untuk jenis pelanggan VIP/bisnis dari ODP digunakan fiber optik kabel
60

kapasitas 6 atau 12 core dan disisi pelanggan disiapkan opticalterminalbox (OTB)

berdekatan dengan perangkat milik pelanggan.

1. Operasi Optical Dsitibution Point Pedestal Microduct

a. Persiapkan airblown sebagai mesin peniup/pendorong kabel optik.


b. Buka tutup ODP pedestal menggunakan kunci.
c. Ukur port ODP menggunakan OPM untuk meyakinkan levelsignal

dari OLT telah memenuhi syarat.


d. Sambung pigtail sebagai perantara antara ODP dengan core tipe

microduct menggunakan fusionsplicer.


e. Masukan ujung core kedalam microduct,dan lakukan peniupan

menggunakan mesin airblown.


f. Setelah ujung core optik sampai ke pelanggan masukan pigtail ke port

ODP dan berikan spare secukupnya serta pasang label pelanggan.


g. Bersihkan ruangan didalam ODP pedestal dari sisa material.

h. Tutup kembali ODP dan kunci dengan benar.

3.3 Pengukuran Jaringan Akses Serat Optik

3.3.1 OPM dan OTDR

Pengukuran redaman pada jaringan yang menggunakan fiber optic harus

menggunakan alat khusus.Pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mengetahui nilai dari parameter suatu kabel dan perangkat aktif i-ODN.Parameter

pengukuran kabel fiber optik meliputi pengukuran redaman kabel, loss sambungan,

jarak kabel, redaman end to end, power level, dan continuitas.

1. Optical Time Domain Reflectometer

OpticalTimeDomainReflectometer (OTDR) merupakan salah satu

peralatan utama baik untuk kegiatan instalasi maupun pemeliharaan


61

jaringan atau link fiber optik.OTDR dipakai untuk mendapatkan

gambaran visual dari redaman fiber optik sepanjang sebuah link yang

diplot pada sebuah layar dengan jarak digambarkan pada sumbu X dan

redaman pada sumbu Y. Dengan OTDR pula memungkinkan sebuah link

diukur dari salah satu ujung.Untuk keperluan uji terima pengukuran

dengan OTDR dilakukan dari 2 (dua) arah.


Secara umum fungsi dari OTDR adalah mengukur redaman kabel,

mengukur loss sambungan, mengukur loss antar dua titik, mengukur jarak

kabel, dan melokalisir gangguan.Informasi mengenai redaman, loss

sambungan, loss konektor dan lokasi gangguan serta loss antara dua titik

dapat diketahui dari display seperti dibawah ini.

Gambar 3.34 Tampilan Display Pengukuran OTDR


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT.
Telekomunikasi Indonesia, 2013

Prinsip kerja dari alat ukur OTDR adalah sebagai berikut:

a. OTDR memancarkan pulsa-pulsa cahaya dari sebuah sumber dioda

laser kedalam sebuah core fiber optik.


62

b. Sebagian sinyal-sinyal dibalikan ke OTDR, sinyal diarahkan melalui

sebuah coupler ke detektor optik dimana sinyal tersebut diubah

menjadi sinyal listrik dan ditampilkan pada layar CRT.


c. OTDR mengukur sinyal balik terhadap waktu.
d. Waktu tempuh dikalikan dengan kecepatan cahaya dalam fiber

digunakan untuk menghitung jarak atau l = v x t/2.


e. Tampilan OTDR menggambarkan daya relatif dari sinyal balik

terhadap jarak.

OTDR dipergunakan untuk melakukan pengukuran kabel fiber optik,

baik saat proses instalasi atau saat melakukan pemeliharaan kabel fiber

optik. Saat instalasi OTDR dipakai untuk mengetahui/mengukur

loss/redaman kabel fiber optik, loss sambungan, loss konektor dan loss

karena tekukan (bending) atau tekanan terhadap kabel.Dalam

pemeliharaan dipergunakan untuk melakukan pengecekan periodik dan

memastikan tidak ada degradasi fiber serta untuk melokalisir suatu

gangguan.

2. Optical Power Meter

Alat ukur PowerMeter dipergunakan untuk mengukur Redaman total

(total loss) suatu jaringan core fiber optik yang diukur dalam satuan

Decibel (dB). Loss atau redaman dinyatakan dalam L (dB) = Pin (dBm) -

Pout (dBm) atau L (dB) = 10 Log (Pin / Pout). Redaman fiber optik

merupakan fungsi panjang gelombang, maka pengukuran harus dilakukan

sesuai dengan panjang gelombang pada perangkat transmisi.


63

Lightsource merupakan alat pasangan kerja opticalpowermeter.Alat

ukur ini dipakai untuk mengetahui continuitas suatu link optik atau

meluruskan suatu terminasi optik.

3.3.2 Prosedur dan Pengukuran OTDR

Dalam mempergunakan OTDR perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Jangan melihat langsung laser ke mata karena berbahaya bagi mata.


2. Konektor harus bersih agar didapat hasil yang benar.
3. Tegangan catuan yang diijinkan.
4. Penanganan kabel konektor.
5. Kondisi lingkungan alat.
6. Kemampuan spesifik dari peralatan.
7. Sebelum bekerja dengan OTDR harus diperhatikan spesifikasi teknik yang

dimiliki perangkat serta melakukan pembersihan terhadap konektor

(jumpercord/ Pathcord untuk pengukuran).

Dalam mengoperasikan OTDR, sebelum melakukan pengukuran perlu

dilakukan pemilihan dan pengetesan (setting) beberapa parameter sebegai berikut :

1. Setting IOR (indeks bias), disesuaikan dengan jenis kabel fiber optik yang

akan diukur. Untuk kabel fiber optik SingleMode, IOR diset pada nilai

1,46770.
2. Pemilihan panjang gelombang laser, pilih panjang gelombang yang akan

digunakan untuk pengukuran, misalnya: 1310 nm atau 1550 nm.


3. Pemilihan rentang jarak (distancerange), pilih rentang jarak yang lebih

panjang dari estimasi panjang kabel yang akan diukur.


4. Pemilihan lebar pulsa (pulsewave), pilih sesuai dengan panjang kabel fiber

optik yang akan diukur, semakin panjang kabel pulsewave yang dipilih

harus semakin besar.


5. Settingmode pengukuran (Auto atau Manual), pilih sesuai dengan mode

pengukuran yang dikehendaki.


64

6. On/Offlaser.

Secara umum semua alat ukur OTDR mempunyai fungsi yang sama, namun

cara pengoperasian dari masing-masing OTDR tersebut mungkin berbeda antara yang

satu dengan yang lainnya. Prosedur pengukuran jaringan atau link fiber optik dengan

menggunakan OTDR diantaranya sebagai berikut:

1. Hubungkan OTDR dengan link yang akan diukur, dengan menggunakan

bareadapter dan pigtailcable


2. Lakukan setting awal (kalibrasi) yang meliputi Refractiveindeks (IOR),

Distancerange, Pulsewidth dan Wavelenght.


3. Tekan tombol ONLASER, dan kondisi jaringan/link yang akan diukur

ditampilkan pada display OTDR


4. Untuk pengukuran redaman sambungan (spliceloss) diantaranya:
a. Geser posisi kursor 1 pada posisi setelah DeadZone, kursor 2 pada

posisi awal splicingpoint (titik sambung) dan kursor 3 endlink atau

sebelum titik sambung berikutnya.


b. Hasil ukur (losssplice) akan ditampilkan di display (bagian bawah)
5. Catat hasilnya pada lembar pengukuran yang telah tersedia.

Beberapa pengukuran dan manajemen hasil ukur yang dapat dilakukan pada

OTDRdalam pengukuran kabel fiber optik sebagai berikut :

1. Pengukuran Panjang Kabel Fiber Optik

Pengukuran panjang kabel fiber optik sebagai berikut :

a. Geser kursor ke ujung saluran yangerlihar pada tampilan layar OTDR


b. Perbesar gambar secara horisontal dan vertikal semaksimal mungkin

sampai dengan gambar ujung saluran tampak jelas


c. Geser kursor tepat pada ujung kabel
d. Hasil pengukuran dapat terbaca di tampilan layar
65

Gambar 3.35 Hasil Pengukuran OTDR


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul
PT. Telekomunikasi Indonesia, 2013

2. Pengukuran Redaman Sambungan

Pengukuran redaman sambungan sebagai berikut :

1. Pindahkan menu TRACE ke menu MARKER


2. Posisikan marker 1 sebelum sambungan
3. Posisikan marker 2 tepat di awal sambungan
4. Posisikan marker 3 setelah sambungan
5. Posisikan marker Y2 di akhir sambungan
6. Hasil pengukuran dapat terbaca di tampilan layar

Gambar 3.36 Hasil Pengukuran Redaman Sambungan


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013
66

Gambar 3.37 Hasil Pengukuran Redaman Sambungan


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT.
TelekomunikasiIndonesia, 2013

3. Pengukuran Redaman Antara 2 Titik Kabel Fiber Optik.

Pengukuran redaman antara 2 titik kabel fiber optik sebagai berikut :

a. Geser kursor ke kiri di deadthzone


b. Posisikan dan pastikan marker 1 tepat di akhir deadthzone
c. Geser kursor ke kanan sampai di ujung saluran
d. Posisikan dan pastikan marker 2 tepat di akhir/ ujung saluran
e. Hasil pengukuran dapat terbaca di tampilan layar

Gambar 3.38 Pengukuran Redaman Antara 2 Titik Kabel Fiber Optik


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi
Indonesia, 2013
67

3.3.3 Prosedur dan Pengukuran Optical Power Meter

Beberapa hal yang harus diperhatikan saat mengoperasikan alat ukur

OpticalPowerMeter diantaranya sebagai berikut :

1. Panjang gelombang yang tepat


2. Konektor yang tepat
3. Jenis fiber yang dapat diukur apakah SingleMode atau Multimode.
4. Lakukan kalibrasi

Beberapa langkah cara pengoperasian Alat Ukur Power Meter diantaranya

sebagai berikut:

1. Hubungkan Powermeter dengan obyek pengukuran dengan menggunakan

Pacthcord dengan konektor yang sesuai.


2. Tekan tombol power OFF/ON.
3. Tekan tombol wavelength, untuk memilih panjang gelombang pengukuran.
4. Tekan tombol dBm/mW, untuk memilah satuan hasil ukur.
5. Tekan tombol backlight, agar display mudah diamati.
6. Catat hasil pengukuran yang tertera di display.

Pada saat melakukan pengukuran atau pengetesan kita sering menggunakan

patchcord, sehingga kondisi patchcord ini harus terjamin performansi, redaman dan

kualitasnya. Untuk itu sebelum dipergunakan maka perlu dipastikan dulu bahwa

kondisi patchcord layak dipakai dengan terlebih dulu melakukan pengecekan sebagai

berikut:

1. Setiap patchcord yang akan dipakai harus di tes.


2. Bersihkan seluruh konektor sebelum pengetesan oleh kapas/tissue atau

udara semprot seperti dushoff


3. Lakukan kalibrasi alat ukur
4. Tes kontinuitas dan ukur redaman patchcord
5. Hasil ukur patchcord dibandingkan dengan spek teknis pabrik.

Berikut ini adalah beberapa contoh gambar pengukuran dengan menggunakan

alat ukur Power Meter.


68

Gambar 3.39OpticalPowerMeasurement dan OpticalLightSource


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi Indonesia, 2013

Gambar 3.40 Contoh Pengukuran Kabel Fiber Optik


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi Indonesia,
2013

Gambar 3.41 Contoh Pengukuran PowerTransmit


69

Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi Indonesia, 2013


Informasi pengukuran link optik dipakai untuk menentukan opticallinkbudget

dan opticalmargin.Ada dua konfigurasi yang dapat dipakai pengukuran link optik

yaitu endtoend dan LoopBack.Untuk prosedur uji terima biasanya yang dipakai

adalah pengukuran endtoend.Berikut ini gambar konfigurasi pengukuran suatu link

optik.

Gambar 3.42 Konfigurasi Pengukuran Link Optik


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi Indonesia,
2013

3.4 Pengukuran Menggunakan Aplikasi


3.4.1 EMBASSY
Embassy adalah singkatan dari Easy Measurenment for Bandwidth,

Attenuation, Attainable Rate & SNR Speedy yaitu sebuah aplikasi yang terdapat di

perusahaan PT. Telkom Indonesia yang digunakan untuk membantu dalam mengukur

jaringan speedy/indihome. Yang umum digunakan dalam aplikasi ini adalah untuk :

1. Pengukuran rx power (redaman) / kualitas jaringan


70

2. Untuk mencari data teknis pelanggan, yaitu berupa nomor telepon, nomor

internet/useetv, nama dan alamat pelanggan.

Gambar 3.43 Tampilan Awal Embassy


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. TelekomunikasiIndonesia, 2013

Gambar 3.44 Tampilan Embassy


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi Indonesia, 2013

Gambar 3.45Tampilan Pengecekan Redaman Embassy


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. TelekomunikasiIndonesia,
2013
3.4.2 NOSSA
71

Nossa adalah aplikasi yang terdapat di PT.Telkom Indonesia yang di gunakan

untuk mengetahui status laporan gangguan yang di laporkan pelanggan.Tahapan

penggunaan nossa sebagai berikut :

1.Mulai dari pelaporan gangguan oleh pelanggan


2.Laporan masuk ke loker antrian
3.Laporan masuk ke loker teknisi yang mengerjakan
4.Laporan sedang on progress teknisi
5.Laporan gangguan telah di selesaikan oleh teknisi dan telah di closed oleh

teknisi
6. Media caring (malakukan panggilan ke pelanggan untuk memastikan

laporan nya sudah selesai di kerjakan dan berfungsi kembali dengan baik)
7. Salam simpatik (memberikan salam dan permohonan maaf ke pada

pelanggan karena telah terjadi gangguan)


8. Closed (menutup gangguan di aplikasi)

Gambar 3.46 Status Laporan Gangguan


Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. TelekomunikasiIndonesia
2013

Selain untuk mengetahui status penanganan laporan gangguan, nossa juga

digunakan untuk melihat detail pengerjaan dari setiap laporan gangguan, seperti apa

perbaikan yang di lakukan dan material apa yang di gunakan teknisi untuk

menyelesaikan gangguan tersebut.


72

Gambar 3.47 Detail Perbaikan yang Dilakukan dan Detail Material yang
Digunakan
Sumber: OverviewJaringan FTTH Modul PT. Telekomunikasi Indonesia,2013

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian


3.5.1 Tempat Penelitian
Untuk mendapatkan data-data yang akurat,maka penulis melakukan penelitian
di PT.TELKOM AKSES yang beralamat di jl.Gaharu no.1 Medan
3.5.2 Jadwal Penelitian
Penelitian dan pengambilan data dilakukan langsung oleh karyawan
PT.TELKOM AKSES selama kurang lebih 1 minggu pada akhir april sampai dengan
awal mei 2018

Anda mungkin juga menyukai