PEDOMAN INSTALASI __
PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME
(PPJ FTTH)
Diterbitkan oleh:
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk.
R&D Center
Jl. Gegerkalong Hilir No.47 BANDUNG, 40133
Telepon : + 62 22 452 1510
Faksimili : + 62 22 424 0313
PEDOMAN INSTALASI
PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME
(PPJ FTTH)
Ditetapkan di : Bandung
Pada tanggal : 30 Desember 2013
JODDY HERNADY
NIK. 680157
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME
PED F-014-2013 VERSI 1.0 RINGKASAN EKSEKUTIF
RINGKASAN EKSEKUTIF
Untuk menjamin kualitas dan suksesnya penggelaran FTTH ini, salah satunya yang
harus dimiliki oleh Telkom adalah guidance pedoman instalasi/pemasangan jaringan
FTTH. Buku panduan instalasi/pemasangan jaringan FTTH ini menjadi dokumen yang
sangat penting, karena merupakan pelaksanaan dalam mengimplementasikan
teknologi FTTH di TELKOM.
Buku dokumen Pedoman Pemasangan Jaringan Fiber To The Home (PPJ FTTH) ini
disusun sebagai petunjuk dalam melaksanakan pekerjaan pemasangan/instalasi
kabel, sarana pendukung jaringan FTTH dan perangkat akses fiber optik, yang
dikerjakan oleh Petugas/Karyawan TELKOM maupun oleh Kontraktor/Mitra yang
ditunjuk oleh TELKOM.
Untuk kesempurnaan dokumen ini apabila ada hal yang belum dijelaskan maka akan
dibuatkan revisi dokumen atau lampiran yang menjelaskan akan hal tersebut.
DAFTAR ISI
iv R&D Center
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME
PED F-014-2013 VERSI 1.0 DAFTAR ISI
v R&D Center
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME
PED F-014-2013 VERSI 1.0 DAFTAR ISI
vi R&D Center
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME
PED F-014-2013 VERSI 1.0 DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
ix R&D Center
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME
PED F-014-2013 VERSI 1.0 DAFTAR GAMBAR
x R&D Center
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME
PED F-014-2013 VERSI 1.0 DAFTAR GAMBAR
xi R&D Center
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME
PED F-014-2013 VERSI 1.0 DAFTAR GAMBAR
Gambar 163. Contoh Terminasi Kabel pada ODP Tiang, Wall dan Pedestal ............. 160
Gambar 164. Penempatan OTB di Setiap Ruangan Perangkat ................................. 161
Gambar 165. Contoh Penyambungan Bagian in ke Bagian out di OTB ..................... 162
Gambar 166. Contoh Phisik Passive Spliter............................................................... 163
Gambar 167. Contoh Terminasi dan Phisik OTP ....................................................... 164
Gambar 168. Contoh Optical Roset ........................................................................... 165
Gambar 169. Pemasangan Access Point pada Tiang Berbentuk Bulat ...................... 167
Gambar 170. Contoh Tol Kit Peralatan Penyambungan............................................. 172
Gambar 171. Contoh Pemasangan Closure di Manhole ............................................ 172
Gambar 172. Pengupasan Kabel Fiber Optik............................................................. 173
Gambar 173. Pengupasan Fiber Coating ................................................................... 173
Gambar 174. Pembersihan Fiber Optik...................................................................... 174
Gambar 175. Hasil Potongan dan Pembersihan Kabel Fiber Optik ............................ 174
Gambar 176. Penempatan Fiber pada V-Groove (Tampak Samping) ........................ 175
Gambar 177. Gambar Hasil Sambungan ................................................................... 176
Gambar 178. Selonsong Fiber Optik .......................................................................... 176
Gambar 179. Fusion Splice dengan IAS .................................................................... 177
Gambar 180. Contoh Mechanical Splice Assembly.................................................... 177
Gambar 181. Contoh Mechanical Splice .................................................................... 178
Gambar 182. Potongan Melintang Mechanical Splice ................................................ 178
Gambar 183. Contoh Connector Mechanical Splice Assembly .................................. 179
Gambar 184. Prosedur Splice Mekanik pada Connector............................................ 180
Gambar 185. Interior Structure and Cross Sectional View ......................................... 181
Gambar 186. Tampilan Display OTDR....................................................................... 184
Gambar 187. Tampilan Display Pengukuran OTDR................................................... 185
Gambar 188. Optical Power Measurement ................................................................ 186
Gambar 189. Contoh Pengukuran Kabel Fiber Optik ................................................. 186
Gambar 190. Contoh Pengukuran Power Transmit.................................................... 186
Gambar 191. Konfigurasi Pengukuran Suatu Link Optik ............................................ 187
Gambar 192. Pengetesan Kondisi Patchcord ............................................................ 187
Gambar 193. Konfigurasi Pengukuran Continuitas Suatu Link ................................... 188
Gambar 194. Pengetesan Kondisi Patch Cord........................................................... 188
Gambar 195. Contoh Phisik Perangkat Variable Attenuator....................................... 189
Gambar 196. Contoh Pengukuran Power Recieve dan Sensitivity ............................. 190
DAFTAR TABEL
1 PENDAHULUAN
1.3.2 Tujuan
Tujuan penyusunan dokumen ini diantaranya sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh hasil pekerjaan yang benar dan berkualitas.
b. Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pekerjaan instalasi kabel dan
perangkat akses jaringan FTTH.
c. Untuk menyeragamkan pekerjaan instalasi kabel dan perangkat akses jaringan
FTTH.
d. Untuk mendukung Road Map INSYINC 2014.
e. Menjamin suksesnya program 15.10.5.1 Broadband di Indonesia pada tahun 2013,
yang terdiri atas 15 juta Homepass, 10 Juta Voice dengan Broadband Connected
(Prewired), 5 Juta LIS Broadband dan 1 Juta Access Point Wifi.
1.4 Singkatan
AC : Air Conditioner
ADSL : Asymmetric Digital Subcriber Line
BoQ : Bill of Quantity
CPE : Costumer Premise Equipment
CT : Central Terminal
DSLAM : Digital Subcriber Line Access Multiplexer
EMP : Electronic Marking Post
FITL : Fiber In The Loop
FO : Fiber Optic
FTM : Fiber Termination Management
FTTB : Fiber To The Building
FTTC : Fiber To The Curb
FTTH : Fiber To The Home
FTTZ : Fiber To The Zone
GPON : Gygabit Passive Optical Network
HDPE : High Density Polyethyline
HRB : High Rise Building
IKG : Instalasi Kabel Gedung
IKK : Instalasi Kabel Kawasan
IKP : Instalasi Kabel Pelanggan
IKR : Instalasi Kabel Rumah
IPTV : Internet Protocol Television
LAN : Local Area Network
MCB : Main Circuit Breaker
MDF : Main Distribution Frame
MEA : Metro Ethernet Access
MODEM : Modulator dan Demodulator
MSAN : Multi Service Access Network
MSOAN : Multi Service Optical Access Network
ODC : Optical Distribution Cabinet
ODF : Optical Distribution Frame
ODN : Optical Distribution Network
ODP : Optical Distribution Point
OLT : Optical Line Terminal
ONT : Optical Network Termination
ONU : Optical Network Unit
OSP : Outside Plant
OTB : Optical Termination Block
OTDR : Optical Time Domain Reflectometer
OTP : Optical Termination Premises
PPJAFO : Pedoman Pemasangan Jaringan Akses Fiber Optik
PVC : Poly Vinyl Chlorid
PON : Passive Optical Network
PS : Passive Splitter
SC : Standard Connector
SIP : Session Initiation Protocol
STB : Set Top Box
STO : Sentral Telepon Otomat
TIME : Telecomunication, Information, Multimedia and Edutaiment
TO : Terminal Outlet
Aerial Distribusi : Kabel udara fiber optik yang diterminasi di ODC dan
ODP
Aerial Drop : Kabel udara fiber optik yang diterminasi di ODP dan
OTP
Cable Shaft : Adalah suatu jalur kabel vertikal utama dalam suatu gedung
Ceiling Support : Adalah suatu konstruksi pendukung runway yang dipasang
menempel di langit-langit.
Kabel Drop : Kabel fiber optik yang diterminasi di ODP dan OTP
Kabel Feeder : Kabel fiber optik yang diterminasi di ODF dan ODC
Kabel Indoor : Kabel fiber optik yang diterminasi di OTP dan Roset optik.
ODC (Optical : Tempat terminasi antara kabel feeder dan kabel kabel
Distribution distribusi
Cabinet)
Optical Distribution : Titik terminasi kabel fiber optik, sebagai tempat peralihan
Frame (ODF) dari kabel fiber optik outdoor dengan kabel fiber optik indoor
dan sebaliknya. Fungsi lainnya sebagai titik koneksi
perangkat ke ODN dan sebagai titik cross connect antara
ODF. Wujud dari ODF adalah berbentuk rak dan dipasang
di sisi sentral maupun disisi pelanggan (HRB).
Optical Distribution : Suatu jaringan transmisi kabel fiber optik antara perangkat
Network (ODN) OLT dan ONU.
Optical Line : Jenis perangkat aktif yang merupakan sub sistem dari
Terminal (OLT) Optical Access Network yang berdasarkan teknologi PON,
berfungsi sebagai antarmuka sentral dengan jaringan yang
dihubungkan ke satu atau lebih jaringan distribusi optik.
Outlet/Access box : Adalah suatu kotak yang dipasang di tembok, lantai, atau
langit-langit dan digunakan untuk menambatkan
outlet/connector
OTP (Optical : Tempat terminasi antara kabel drop dan kabel indoor
Termination
Premisis)
Lubang yang dibuat dengan ukuran tertentu sesuai
PIT : kebutuhan yang digunakan untuk keperluan pekerjaan
boring mesin atau boring manual/rojok atau tempat untuk
jalur masuk kabel penanggal ke dalam rumah pelanggan.
Passive Optical : Salah satu jenis teknologi akses fiber optik yang
Network (PON) menggunakan konfigurasi Point to Multipoint.
Passive Splitter : Suatu perangkat pasif dalam suatu jaringan PON yang
(PS) berfungsi sebagai pencabangan dari satu saluran fiber optik
menjadi beberapa saluran fiber optik dan umumnya
diletakan antara OLT dan ONU.
Patchcord : Seutas fiber optik berisi 1 (satu) core atau lebih yang
mempunyai pelindung fiber sendiri dan dilengkapi 2 (dua)
buah konektor pada kedua ujungnya.
Single Mode : Adalah suatu kabel serat optik yang mendukung hanya satu
mode propagasi diatas panjang gelombang cut-off.
1.6 Definisi
1.6.1 Instalasi Kabel Pelanggan
Instalasi Kabel Pelanggan adalah instalasi kabel di sisi pelanggan yang dilakukan di
dalam rumah (IKR), di gedung bertingkat atau high rise building (HRB/IKG) atau di
suatu kawasan.
Adapun sebagian ruang lingkup instalasi tersebut diperlihatkan pada gambar berikut ini.
e. Khusus terhadap barang yang sensitif terhadap pengaruh suhu dan kelembaban
maka tempat penyimpanannya harus didalam ruangan yang bebas dari debu
maupun kotoran dan dikondisikan dengan Air Conditioning (AC).
f. Untuk penyimpanan diluar ruangan, maka barang tersebut harus ditutup dengan
terpal/plastik agar terhindar dari debu/kotoran.
Peralatan yang dibutuhkan antara lain seperti yang tertera pada tabel 2.
Tabel 2. Peralatan yang Dibutuhkan Saat Instalasi
No Deskripsi Penggunaan
1. Pemotong kabel (cable cutter) Instalasi kabel fiber optik
2. Pengupas kulit kabel (sheath knife) Instalasi kabel fiber optik
3. Pengupas fiber coating (fiber stripper) Instalasi kabel fiber optik
4. Pemotong fiber optik (fiber cleaver) Instalasi kabel fiber optik
5. Fiber splicer (Fusion/Mekanik) Instalasi kabel fiber optik
6. Meja sambung Penyambungan kabel fiber optik
7. Tenda Instalasi jaringan kabel
8. Genset Instalasi jaringan kabel
9. Pompa Air Instalasi jaringan kabel
10. Gas sensor Instalasi jaringan kabel
11. Lampu penerangan Instalasi jaringan kabel
12. Sabuk Pengaman Instalasi jaringan kabel
13. Palu Instalasi Umum
14. Tangga Instalasi Umum
15. Bor dan mata bor (berbagai ukuran) Instalasi Umum
16. Toolkit set Instalasi Umum
17. Kunci Pas Instalasi Umum
18. Kunci Sock Instalasi Umum
19. Kabel extender Instalasi Umum
20. Gergaji besi Instalasi Umum
21. Gunting Instalasi Umum
22. Cutter Instalasi Umum
23. Waterpas Instalasi Umum
24. Crimping tool Instalasi kabel grounding
25. Alat pembersih (vacuum cleaner, sapu, Untuk bersih-bersih
lap dan lain sebagainya.)
26. AVO Meter Untuk Pengukuran
27. Grounding Tester Untuk Pengukuran
28. Power Meter Untuk Pengukuran
29. Light Source Untuk Pengukuran
No Deskripsi Penggunaan
30. OTDR Untuk Pengukuran
31. Fault locator / Optical Fiber identifier Untuk Pengecekan
32. Alat Komunikasi Instalasi Umum
33. Helm pengaman dan kaus tangan Instalasi Umum
Round cutter-berfungsi memotong sekeliling outer duct tanpa memotong primary duct.
No Deskripsi Keterangan
1. Alkohol (90%) Penyambungan kabel fiber optik
2. Tissue (line free cloth) Penyambungan kabel fiber optik
3. Protection sleeve Penyambungan kabel fiber optik
4. Mata gergaji besi Instalasi kabel
5. Mata pisau Cutter Instalasi kabel
6. Pipa pelindung (PVC, Galvanis) Instalasi kabel
7. Pipa elastis (flexible pipe) Instalasi kabel
8. Lakban Instalasi kabel
9. Tali Montage Instalasi kabel
10. Minyak Tanah Instalasi kabel
11. Duct seal Instalasi kabel
12. Sekrup dan Fischer Instalasi perangkat Indoor
13. Dyna bolt Instalasi perangkat Indoor
14. Kabel grounding & plat tembaga Instalasi grounding
15. Kabel Listrik dan MCB Instalasi catu daya
16. Tirep dan Label Instalasi Umum
17. Kabel sekun Instalasi Umum
18. Isolasi ban, baud dan skrup Instalasi Umum
19. Paku, sekrup, baut dan Fischer Instalasi perangkat Indoor
20. Patchpanel optik SC,FC atau ST Instalasi kabel optik
sesuai keperluan
21. Terminal outlet Instalasi kabel optik
22. Patchcord Instalasi kabel optik
23. Konektor kabel optik (SC,FC Instalasi kabel optik
dan ST)
24. Paku klem Instalasi kabel
25. Penjepit kabel Instalasi kabel
26. Kabel Fiber Optik Instalasi kabel
27. Perangkat akses pasif maupun Instalasi perangkat
aktif
⇓
Bawa perangkat, material dan perkakas instalasi ke
Carrying lokasi instalasi.
⇓
Periksa deskripsi dan jumlah perangkat, alat bantu
Check serta material instalasi sesuai dengan dokumen
pengiriman.
⇓
Perangkat indoor :
Tandai tempat pemasangan perangkat sesuai
dengan letak lubang sekrup/baut pada perangkat.
Buat lubang pada tempat tersebut dengan bor listrik
Marking
untuk pemasangan angker, gunakan mata bor yang
& Driling/
kecil dahulu kemudian gunakan mata bor yang
Setting &
besar.
Positioning
Perangkat outdoor :
Tempatkan kabinet/housing perangkat pada pondasi
/tiang/dinding yang telah disediakan.
⇓
Pasang baut/mur, kemudian susun kerangka rak/
Structure kabinet pada kedudukannya, gunakan waterpass
Assembling agar rak/kabinet tidak miring.
⇓
Pasang kelengkapan rak/kabinet seperti modul-
Equipment modul. Ikuti petunjuk atau guide line sesuai manual
Set Up book untuk instalasi hardware dari perangkat yang
bersangkutan.
⇓
Gelar semua kabel yang menghubungkan perangkat
satu dengan lainnya termasuk kabel grounding pada
grounding terminal, kemudian ikat sementara pada
Cable Laying &
cable tray atau cable holder.
Cable Forming
Rapihkan susunan kabel pada cable tray atau cable
holder dengan cable ties dengan jarak secukupnya.
⇓
Bersihkan lokasi instalasi dan kumpulkan sisa
Cleaning material yang belum terpakai untuk instalasi di
tempat lainnya.
⇓
Lakukan pengetesan/pengukuran perangkat
Finish (Commissioning test) dan buat laporan hasil
pengetesan .
2.5 Pengamanan
Pengamanan yang perlu dilaksanakan selama instalasi diantaranya sebagai berikut:
a. Pengamanan dokumen, perkakas, material instalasi dan hal lain yang dianggap
perlu terhadap pencurian, kebakaran dan kehujanan.
b. Pengamanan lokasi pekerjaan dan pemasangan rambu-rambu untuk pekerjaan
yang dilaksanakan di jalan raya atau tempat lain yang dianggap perlu.
c. Perhatikan semua tanda-tanda (warning) yang terpasang pada perangkat. Apabila
lalai dalam penanganannya dapat menyebabkan kecelakaan fatal.
d. Periksa polaritas dan besarnya sumber tegangan dengan alat ukur yang sesuai
sebelum sumber tegangan tersebut dipakai.
e. Pergunakan perkakas yang mempunyai isolator bila bekerja pada perangkat
elektronik agar tidak terjadi hubungan singkat.
f. Jangan melihat langsung kepada ujung fiber optik atau connector. Sinar laser yang
dipancarkan dapat menyebabkan kerusakan pada mata.
g. Gunakan alat keselamatan kerja (misalnya sabuk pengaman, helm, kacamata
pelindung dan lain-lain) bila bekerja pada lokasi yang membahayakan.
h. Bila diperlukan pengeboran di lokasi yang sudah terpasang perangkat, tutup
terlebih dahulu perangkat tersebut dengan plastik/terpal sehingga debu tidak
menyebar kedalam perangkat.
i. Pada saat pengeboran arahkan pipa penyedot debu (vacuum cleaner) dekat
lubang yang di bor.
j. Sisa-sisa material bekas instalasi harus dibersihkan, untuk bekas potongan fiber
agar ditempatkan di tempat khusus agar tidak mengenai kulit.
k. Periksa sistem grounding sebelum perangkat dioperasikan.
l. Pada perangkat terdapat beberapa tanda pengaman yang harus diperhatikan untuk
menjaga keselamatan kerja, seperti tabel berikut ini:
Tanda Keterangan
Awas tegangan
Tanda ini menunjukan adanya bahaya tegangan
asing yang berbahaya.
Awas kebakaran
Tanda ini menunjukan adanya bahan yang
mudah terbakar.
!
Hati-hati
Tanda ini menunjukan adanya perangkat yang
membutuhkan penangan khusus.
= ODC
35
5
5 35
35 5 1
35
Ukuran dalam meter
b. Perangkat outdoor biasanya dikemas dalam kabinet untuk itu ventilasi udara
kabinet tidak boleh tertutup, apabila perlu dipasang fan tambahan agar temperatur
didalam kabinet tidak terlalu panas (suhu didalam kabinet direkomendasikan
maksimum 30 derajat Celcius).
c. Perangkat harus terpasang dengan kokoh, tidak miring dan memenuhi estetika
keindahan serta dilengkapi dengan grounding yang baik.
d. Untuk menghindari kotoran, debu dan binatang/serangga yang akan masuk, maka
semua lubang/polongan yang ada, tidak terpakai dan terbuka di dalam box
perangkat outdoor (kabinet ODC, kabinet ODP, Shelter perangkat akses, Shelter
Node B) harus ditutup.
e. Pemasangan perangkat yang akan dipasang di rak atau frame harus sesuai antara
lebar perangkat dengan yang yang ada, sehingga dalam instalasinya akan rapih
dan kuat. Jadi ukuran kabinet perangkat harus sesuai dengan rak/frame yang ada.
f. Apabila karena suatu hal kabinet harus ditempatkan dihalaman atau persil penduduk
atau halaman kantor, maka harus mendapat ijin tertulis terlebih dahulu dari pemilik
persil yang bersangkutan.
g. Apabila dalam suatu lokasi ada lebih dari satu perangkat outdoor, penempatannya
harus memperhatikan kemudahan operasional, estetika, keindahan dan
kenyamanan.
e. Bagian dalam pondasi harus dibuat berongga dan mempunyai ruang yang cukup
untuk pekerjaan instalasi kabel fiber optik dan kabel grounding.
f. Agar terhindar dari gangguan serangga maka setelah kabel-kabel terpasang,
lubang alur kabel pada dasar kompartemen atas harus ditutup dengan parafin atau
bahan sejenisnya.
g. Untuk kenyamanan petugas operasional dan menjaga kebersihan maka di lokasi
kabinet tersebut jika memungkinkan dibuatkan lantai kerja. Adapun ukuran lantai
kerja tersebut panjang 150 cm lebar 135 cm dan bisa disesuaikan dengan situasi
dilapangan. Salah satu contoh gambar dari lantai kerja di lokasi kabinet sebagai
berikut.
2 m
2 m
P ipa besi
50 cm
P atok K erucut
3.2.1.2 Penimbunan/Pemadatan`
Pekerjaan penimbunan atau pemadatan ini dilakukan setelah pekerjaan
penanaman/pemasangan/instalasi kabel selesai dilakukan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pekerjaan penimbunan atau pemadatan ini diantaranya:
a. Galian yang sudah dibuat paling lambat tiga hari harus segera dilaksanakan
penarikan kabel. Setelah penarikan kabel selesai galian kabel harus segera ditutup/
ditimbun kembali dengan tahapan sebagai berikut:
1) Lakukan penimbunan pasir setinggi kurang lebih 10 cm masing-masing 5 cm
dibawah dan diatas kabel.
2) Pasang batu pelindung (deskteen) secara berderet rapat berurutan atau warning
tape diatas timbunan pasir tersebut disepanjang alur galian.
3) Timbun tanah bekas galian dengan tanah dan batu brangkal kemudian padatkan
lapis per lapis (per 15 cm) dengan alat pemadat.
4) Permukaan bekas galian dikembalikan lagi sama seperti semula dengan dilebihi
5 cm pada bagian atasnya (antisipasi tanah amblas).
5) Bekas galian harus dikembalikan sesuai kondisi awal.
Gambar 14. Titik Sambung Non Handhole dan Penimbunan Bekas Galian
TEL Sambungan
c1 (cm)
TEL Slack
JF-01
c2 (cm)
b (cm)
a (cm)
a b c1 c2
Dalam Kota 15 15 15 30
Untuk sambungan 15 15 60 60
/ slack / HH
Untuk route 15 15 15 30
kedalaman tertentu sesuai dengan metode boring yang digunakan dan kondisi lokasi
serta aturan PEMPROP/ PEMKOT/PEMKAB atau Instansi terkait.
Gambar 17. Alat Boring Manual dengan Bantuan Balok Kayu dan Kunci Pipa
w. Perijinan penggalian, desain gambar dan data utilitas yang ada disepanjar jalur
galian.
b. Galian lubang PIT tidak boleh mengganggu pintu masuk rumah penduduk, galian
PIT yang mengganggu lalu lintas orang/kendaraan harus segera ditimbun dan
galian yang belum dipasang kabel harus diberi pilar pengaman di lokasi galian.
c. Lubang tempat penyambungan kabel digali dengan ukuran sesuai radius putaran
kabel slack/spare dengan kedalaman minimal sama dengan kedalaman galian alur
kabel.
Untuk pekerjaan penarikan HDPE dalam sistim open trench sebagai berikut:
a. Setelah galian alur HDPE dibuat dengan kedalaman yang telah ditentukan minimal
150 cm atau sesuai aturan Pemda setempat yang berlaku, lakukan
instalasi/pemasangan HDPE yang telah diisi dengan tali untuk persiapan penarikan
kabel dengan cara memasukan HDPE pada lubang galian.
b. Posisi HDPE harus rapi/lurus tidak boleh melilit dengan kabel/HDPE eksisting,
kabel catuan listrik dan atau pipa PAM.
3.3.2 Penimbunan/Pemadatan
Proses penimbunan atau pemadatan pada alur bekas galian dan PIT dalam sistim
boring diantaranya sebagai berikut ini.
a. Galian lubang PIT yang bukan merupakan lokasi penarikan kabel fiber optik harus
segera ditimbun kembali. Galian lubang PIT yang masih terbuka tidak boleh
ditinggalkan tanpa ada kegiatan dan pengawasan.
b. Lubang PIT yang merupakan lokasi penarikan kabel fiber optik harus segera
ditimbun kembali setelah selesai penarikan.
c. Tahapan penimbunan kembali sebagai berikut:
1) Lakukan penimbunan pasir setinggi ± 10 cm masing-masing ± 5 cm dibawah dan
diatas kabel.
2) Timbun bekas galian dengan tanah dan berangkal kemudian padatkan lapis per
lapis (per 15 cm) dengan alat pemadat.
3) Permukaan bekas galian dikembalikan lagi sama seperti semula dengan dilebihi
5 cm pada bagian atasnya (antisipasi tanah amblas).
4) Untuk galian yang menyeberang jalan, timbunan bekas galian harus dilapisi
aspal sesuai kondisi awal (penetrasi/Hotmix) pada bagian atasnya. Sedangkan
untuk galian di trotoar, timbunan bekas galian harus ditutup dengan tegel/ paving
block yang baru dan sama dengan tegel/ paving block terpasang.
5) Galian lubang titik sambung dan slack kabel yang telah selesai dikerjakan harus
segera ditimbun kembali sesuai prosedur yang telah ditentukan.
Klemsub duct
Duct Seal
Plexible pipe
Kabel duct
Besi Penyangga
f. Tali penarik harus cukup kuat dan tidak boleh putus, untuk itu disarankan
menggunakan tali penarik yang terbuat dari serabut kawat baja. Sedangkan untuk
tali pemancing diperbolehkan menggunakan tali plastik.
g. Untuk mengurangi gesekan pada saat penarikan sub duct maupun kabel duct maka
penarikan tidak boleh terlalu cepat dan jalur yang dilalui harus diberi material pelicin
misalnya menggunakan stemped atau sabun.
h. Pemasangan rol kabel (cable reel) dilakukan pada rute duct yang membelok tajam
dan pada awal dan akhir manhole seperti pada gambar berikut ini.
MH 3 Arah tarikan
MH 4
Lokasi alat penarik
MH 2
Lokasi haspel
i. Agar dalam penarikan tidak merusak sub duct maka ujung sub duct harus dipasang
kabel grip/pulling eye dan agar tidak melintir pada sub-duct dipasang alat anti pullir
(swivel ).
j. Gunakan kabel guide untuk memasukkan sub-duct ke pipa duct dan gunakan
intermediate puller (penarik antara) pada duct antara.
k. Tenaga penarik ditentukan berdasarkan panjang rute sebagai berikut:
1) Tenaga manusia semuanya untuk rute duct jarak pendek.
2) Tenaga manusia dan alat bantu penarik (tirfor/tracktang) untuk rute duct jarak
sedang.
3) Dengan winch truk/pulling machine untuk rute duct jarak jauh, pulling force
minimum adalah 2000 Newton.
l. Untuk memperlancar jalannya penarikan di dalam pipa duct dan manhole, maka
perlu petugas pengawas dan handy talkie/alat komunikasi lainnya ditempat-tempat
yang diperlukan.
m. Pekerjaan penarikan harus dilaksanakan secara hati-hati untuk menghindari
terjadinya kerusakan pada alat penarik, sub-duct dan tidak menimbulkan
kecelakaan kerja.
n. Sub-duct yang baru dipasang di dalam pipa duct sebaiknya dibiarkan dahulu
minimal 1 (satu) hari setelah penarikan dengan maksud menormalisasi material
sub-duct sebagai akibat penarikan.
o. Sub-duct sebaiknya diletakkan disebelah kiri atau kanan dekat dinding manhole dan
menumpang pada besi bearer yang ada sehingga bagian tengah manhole ada
ruang kosong untuk kerja.
p. Sub-duct yang baru dipasang atau belum digunakan harus ditutup dengan stopper
agar air atau lumpur tidak masuk kedalam pipa sub-duct.
q. Bila rute duct banyak belokan maka haspel diletakkan sedekat mungkin dengan
lokasi belokan dengan maksud mengurangi beban alat penarik.
b. Teknik pencabangan
1) Untuk pencabangan microduct maka menggunakan closure dengan jumlah
pencabangan sesuai kebutuhan. Adapun contoh closure yang dipergunakan
seperti gambar berikut ini.
c. Bending system
Pada saat pemasangan microduct sedapat mungkin tidak mengakibatkan bentuk
dari microduct berubah misalnya bentuknya menjadi oval, sehingga diameter
terkecil lebih kecil dari piston/pelampung. Ketentuan bending microduct sama
dengan ketentuan bending kabel fiber optik. Untuk menghindari bending system
microduct dipasang dengan menggunakan straight connector. Adapun tatacara
pemasangan straight connector tersebut seperti gambar berikut ini:
Berikut ini beberapa contoh gambar hasil potong dan pemasangan konektor di
microduct.
Pemasangan handhole/kabel PIT untuk instalasi kabel drop dari ODP Pedestal diatur
sebagai berikut :
a. Handhole atau Kabel PIT dibangun di depan Pedestal dengan maksud untuk
memudahkan memasukan kabel distribusi dan kabel drop ke Pedestal yang akan
diterminasi pada terminal dan jalur saluran penanggal bawah tanah yang menuju
ke rumah-rumah pelanggan. Apabila di perangkat Pedestal memiliki jalur
keluar/masuk kabel lebih dari satu, untuk kemudahan dan kerapihan kabel maka
jalur kabel distribusi dan drop lebih baik dibedakan.
b. Handhole/Kabel PIT dapat dibuat terlebih dahulu sebelum dipasang (precast),
dapat juga dibuat setempat/ ditempat pekerjaan.
c. Handhole diberi dua lubang pada sisi berlawanan dengan diameter 2 inch atau 3
inch untuk jalur kabel distribusi dan kabel drop. Disisi lain Handhole diberi dua
lubang dengan diameter 1 inch atau 2 inch untuk jalur kabel ke arah ODP atau
pelanggan. Untuk lubang yang tidak terpakai harus ditutup dengan duct stopper.
d. Handhole dibuat dari beton dengan campuran 1:3:5. Bentuk Handhole tersebut
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Polongan kabel distribusi nantinya akan dipergunakan untuk jalur kabel distribusi
sedangkan polongan untuk kabel drop akan diisi oleh kabel drop. Apabila ada
gulungan slack kabel di handhole maka slack harus di simpan dengan di atur
sedemikian rupa supaya kabel tidak saling mengganggu dan memenuhi nilai
estetika.
f. Pemasangan pipa PVC, baik yang berdiameter 2 inch atau 3 inch maupun yang
1 inch/2 inch pada lubang Handhole harus kokoh, rapat dan tidak bocor. Untuk
hal ini perlu dipakai perekat plastik/seal (adhesive coumpound), flincoote atau
sejenisnya, baik dari sisi luar maupun sisi dalam.
2) Penyambungan Pipa
Umumnya produksi pipa PVC dari pabrik mempunyai standar ukuran
panjang 4 m sedang panjang alur dari Handhole ke Handhole atau dari
Handhole ke rumah Pelanggan lebih dari 4 m, maka pipa PVC yang
dimaksud perlu disambung dengan mempergunakan soket penyambung
seperti pada gambar di bawah. Sebelum pipa PVC dimasukkan ke dalam
soket, kedua ujung pipa PVC dan kedua ujung sisi dalam soket harus
dibersihkan dulu dengan sikat baja atau amplas yang kasar. Kemudian
diberi perekat PVC pada bagian-bagian dari pipa dan soket PVC dan
selanjutnya kedua ujung pipa tersebut dimasukan ke dalam soket. Untuk
mengeringkan perekat dan letaknya pipa pada soket dibutuhkan waktu kira-
kira 5 sampai 10 menit.
Gambar 30. Pemasangan Pipa PVC pada Rumah Pelanggan dan Kabel
Drop Diterminasi di OTP
a. Tiang Besi
Tiang Besi yang dipergunakan harus sesuai dengan STEL L-003, 018, 019 dan 020
atau STEL yang berlaku.
b. Tiang Beton
Tiang Beton yang dipergunakan adalah Tiang Beton pratekan berpenampang bulat
terdiri dari bermacam-macam ukuran. Tiang jenis ini cocok dipergunakan untuk
daerah rawan korosi (STEL L-022, 023 dan 024) atau STEL yang berlaku.
c. Tiang Kayu
Tiang Kayu ada dua macam, yaitu Tiang Kayu bentuk balok dengan penampang
segi empat dan silindris (berpenampang bulat) dan terbuat dari jenis kayu klas I
(Jati, Rasamala, Kayu besi) yang sudah diawetkan. Jenis tiang ini sudah jarang di
implementasikan oleh Telkom.
Tiang
Riser pipe Cor Beton
30 cm
Permukaan Tanah
40 cm 30 cm
140 cm
1/5 T - 30 cm
25 cm
Gambar 31. Pemasangan Pondasi/Voetstuk untuk Tiang ODP atau Kabel Naik
Tiang
Cor Beton
30 cm
Permukaan Tanah
30 cm
140 cm
Ø 25
1/5 T – 30 cm
cm
Spanwartel
Buldog grip
Kabel Udara
137 cm
ODP/Closure
Kabel Tanah
Tiang 7 m
Riser Pipe
423 cm
80 cm
300 cm
80 cm
100 cm
Permukaan Tanah
Pondasi
140 cm
b). Cetakan kaki beton dicor beton dengan campuran 1:2:3 (semen:pasir:batu
pecah)
c). Tinggi kaki beton tersebut adalah 60 cm, yaitu 30 cm diatas dan 30 cm
dibawah permukaan tanah.
d). Setelah beton kering dan cetakan dibongkar, kemudian ditimbun tanah dan
diratakan. Bagian yang berada diatas permukaan tanah diplester halus,
permukaannya dibuat landai dengan sudut kemiringan 15 derajat.
e). Tiang di cat dengan cat besi warna hitam dan ban warna perak, lihat gambar
berikut ini.
137 cm
Pipa Paralon atau
ODP Guide Ring
Tiang 7 m
Riser Pipe
423 cm
80 cm
300 cm
80 cm
100 cm
Permukaan Tanah
Pondasi 140 cm
Keterangan:
Seluruh bagian tiang yang termasuk ditanam dan asesorisnya dicat hitam, kecuali:
Kotak KP dicat Aluminiumverf.
Band tiang dicat Aluminiumverf.
Nomor tiang dicat putih
3) Memasang peralatan kaki tiga dan katrol sehingga posisi tengah-tengah tiang
berada di bawah puncak kaki tiga tersebut.
4) Penanaman Tiang diantara persil atau tempat yang tidak mengganggu ketertiban
umum dan juga diperhitungkan estetikanya.
5) Tiang ditambat pada katrol dengan bantuan kawat sling dengan posisi ikatan
kawat + 0,55 panjang tiang dari ujung bawah, selanjutnya tiang didirikan
ditengah-tengah lubang dengan bantuan katrol, lihat gambar berikut ini.
6) Setelah diteliti bahwa tiang sudah berdiri tegak lurus, kemudian lubang ditimbun
dan dipadatkan. Selanjutnya dilakukan pemadatan dengan urugan sirtu/koral
dan batu-batuan pada celah lubang antara Tiang Beton dan tanah lapis demi
lapis secara merata dengan menggunakan linggis.
7) Setelah pemasangan tiang selesai peralatan kaki tiga dibongkar.
Besi sekang dipasang pada tiang yang memerlukan temberang, sekaligus dilengkapi
dengan span wartel dan terlihat pada gambar berikut ini.
10 Cm
span wartel
kaos timbel
buldog grip
kawat ikat
kawat ikat
timbel
besi beton 1/6 inch
permukaan tanah
plat besi
b. Temberang sokong/tunjang
Temberang ini menggunakan tiang sebagai penyokong dan dipasang karena di
tempat tersebut tidak memungkinkan dipasang temberang tarik. Adapun cara
pemasangannya adalah sebagai berikut:
1) Tiang penyokong ditanam dengan kedalaman minimal 60 cm, sudut kemiringan
sekitar 45 derajat dengan posisi berlawanan dengan arah gaya yang bekerja pda
tiang rute yang disokong. Sudut kemiringan bisa diubah sesuai dengan kondisi di
lapangan.
2) Pada dasar galian tiang sokong ditimbun/ditopang dengan batu-batu besar
untuk menahan tekanan yang bekerja pada tiang sokong agar tidak amblas.
3) Tiang penyokong dipasang menempel pada tiang rute dengan menggunakan
besi sekang atau sungkup seperti terlihat pada gambar berikut.
c. Temberang Labrang.
Temberang ini menggunakan tiang bantu, karena pada tempat tersebut tidak
memungkinkan dipasang temberang tarik maupun temberang sokong. Adapun cara
pemasangan sebagai berikut:
suspension fitting
polestrap with
10 Cm
tali baja 7 atau 12 lembar
bulldog grip
tiang labrang
Spanwartel
TEMBERANG TARIK
10 Cm
Kawat/slink
penyangga
Kabel
Tiang
Tiang Rute penyangga Kawat
Temberang
penyangga
Jalan
Sungai
d. Untuk lokasi yang tidak memungkinkan dipasang temberang pada rute belokan
maka digunakan teknik tiang ganda.
Temberang pada rute belokan dengan meggunakan teknik tiang ganda, pembuatan
pondasinya mengacu pada pembuatan pondasi pada pondasi tiang tunggal.
Kemudian pasang accessoris untuk pemasangan dan penambatan kabel udara
pada tiang.
3.8 Node B
Node B adalah suatu bangunan atau node untuk menempatkan perangkat access
broadband wireless. Perangkat yang ada di Node B diantaranya:
a. Perangkat aktif broadband wireless
b. Tower
c. Antena
d. Optical Network Termination (ONT)
e. Optical Distribution Point (ODP)
f. Optical Termination Block (OTB)
g. Kabel Outdoor/Indoor fiber optik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan instalasi jaringan akses fiber optik
di Node B.
a. Apabila di Node B tersebut terdapat perangkat ODP atau OTB maka cara
instalasinya mengacu terhadap masing-masing instalasi perangkat tersebut yang di
jelaskan di sub bab instalasi perangkat tersebut.
b. Kabel outdoor yang diterminasi di ODP atau OTB dapat berupa Fiber Catuan
Langsung (FCL).
c. Kabel outdoor yang diterminasi di ODP atau OTB dapat juga berupa kabel
distribusi dari ODC atau kabel drop dari ODP.
d. Dengan pertimbangan akan adanya pemakain Tower bersama dan untuk
keperluan spare/cadangan, jika memungkinkan jumlah kabel yang ditarik atau
diterminasi ke Node B sebanyak 12 core.
e. Kondisi kabel yang di tarik atau diterminasi di ODP/OTB Node B harus memenuhi
spek teknis yang dipersyaratkan.
f. Jalur kabel outdoor sebelum masuk ke bangunan/shelter Node B harus
memperhatikan estetika dan tidak mengganggu kabel atau perangkat lainnya.
Untuk kabel outdoor areal sebaiknya di tambatkan terlebih dahulu di Tiang
tersendiri jangan di tambatkan di besi Tower seperti gambaran berikut ini.
Gambar 46. Contoh Penambatan Kabel Udara Fiber Optik ke Tiang Tower
g. Kondisi Inlet atau lubang yang terbuka yang ada di Shelter BTS agar ditutup untuk
menghindari debu, binatang atau kotoran yang masuk, seperti gambar berikut ini.
Gambar 47. Contoh Penutupan Inlet/Lubang yang Terbuka pada Shelter BTS
Dalam instalasi kabel jaringan FTTH ini membahas hal-hal yang terkait dengan:
a. Instalasi kabel tanam langsung (KTL).
b. Instalasi kabel Duct.
c. Instalasi kabel air blown (ABC).
d. Instalasi kabel udara.
e. Instalasi kabel lintasan pada Jalan, Parit/Sungai dan Rel Kereta Api.
f. Instalasi kabel drop.
g. Instalasi kabel pelanggan (IKP) meliputi instalasi kabel rumah (IKR) dan instalasi
kabel gedung (IKG).
Gambar 48. Posisi Penempatan Slack Kabel di Handhole dan Patok Pengaman
e. Setelah panjang kabel cukup maka kabel dapat dipotong dan ujungnya harus
ditutup/didop dengan end cap panas kerut.
f. Pada saat penarikan kabel fiber optik terutama pada alur kabel yang banyak
tikungan supaya dihindari tekukan yang tajam, bending radius minimum 20 kali
diameter kabel.
g. Apabila diperlukan kabel dapat dilucuti dari haspel sebagian atau semuanya
membentuk sistim angka delapan, kemudian dilakukan penarikan.
h. Posisi kabel dalam tanah harus teratur rapi dan tidak boleh melilit dengan kabel
existing, kabel catuan listrik atau pipa PAM . Bila perlu dipilih alur lain yang relatif
aman.
f. Pemasangan tali pemancing pada duct (rodding duct) dapat dilakukan dengan
beberapa macam cara yang dapat dipilih yaitu:
1) Dengan peniupan parasut.
2) Dengan penghisapan.
3) Dengan Stik /pipa.
4) Dengan Roader.
h. Pada saat pengiriman ke lokasi pemasangan, sub duct maupun kabel fiber optik
yang akan dipasang harus berada pada haspel/gulungan yang tertutup dan sesuai
dengan peruntukkan manhole.
i. Pada saat pemasangan sub duct, haspel dapat diletakan diatas trailer kemudian
tarik dengan kendaraan, atau haspel ditempatkan didekat manhole dengan
Rodding duct dilakukan untuk pemasangan tali pemancing pada duct. Adapun cara
pelaksanaannya menggunakan beberapa cara diantaranya:
a. Peniupan parasut
Prinsip kerjanya yaitu tali pemancing diikatkan pada parasut di pipa duct dan diberi
sealing udara, lalu dihembus oleh kompresor udara, sehingga parasut terdorong
sampai pada ujung duct di Manhole berikutnya seperti gambar berikut.
Pekerjaan cleaning dan checking duct dilaksanakan sebelum penarikan kabel dimulai.
Diperlukan beberapa peralatan kerja, antara lain:
a. Peralatan Konvensional.
1) Sikat kawat baja.
Sikat yang terbuat dari baja digunakan untuk membersihkan kotoran yang
terdapat dalam pipa. Pada kedua ujung sikat terdapat mata pengait sebagai
tambat tali penariknya atau dapat juga menggunakan roader, sedangkan ujung
satunya sebagai penambat mandril.
M a n d r il
S ik a t K a w a t B a ja
A n ti P u lir/S w iv e l
2) Mandril
Mandril terbuat dari bahan logam atau kayu, berdiameter sedikit lebih kecil dari
pipa duct (10cm) dan panjangnya lebih kurang 87,5 cm, pada ujungnya terdapat
mata pengait. Fungsinya untuk membersihkan atau mengetes kondisi pipa duct.
Prinsip kerja alat tersebut yaitu, sikat kawat diikatkan pada tali penarik atau
roader, kemudian pada ujung kait lainnya dipasang mandril, pada ujung mandril
diikatkan pula tali penarik lainnya. Setelah penarikan dari salah satu manhole
dilakukan, maka hal tersebut dapat diulang kembali melalui manhole lainnya
dengan cara membalik posisi sikat kawat dan mandrilnya. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar berikut ini.
Manhole M1 Manhole M2
R e c e iv e r
B lo k
R O AD E R
S o n d e /T r a n s m itte r
n. Kabel fiber optik sebaiknya diletakkan disebelah kiri atau kanan dekat dinding
manhole dan menumpang pada besi bearer yang ada sehingga bagian tengah
Manhole ada ruang kosong untuk kerja.
o. Pada saat penarikan perlu diperhatikan bending radius (radius tekukan), bending
radius minimum 20 x diameter kabel.
p. Bila rute duct banyak belokan maka haspel diletakkan sedekat mungkin dengan
lokasi belokan dengan maksud mengurangi beban alat penarik.
q. Penempatan kabel fiber optik didalam sub duct diatur sebagai berikut dengan
asumsi jumlah pipa/lubang sub-duct 3 (tiga) buah untuk 1 (satu) pipa duct, kecuali
bila pada manhole tersebut terdapat pencabangan, sub-duct dapat dipilih dari pipa
duct yang berbeda seperti tabel dibawah ini.
r. Pipa duct berisi kabel yang menuju ke gedung harus dilengkapi dengan seal untuk
menghindari gangguan dari binatang pengerat atau serangga.
s. Setiap kabel yang dipasang harus dilengkapi dengan label dari bahan aluminium
dengan tulisan sistem press (ketok) yang menerangkan jenis kabel dan nama
proyeknya.
Beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam penggelaran kabel ABC
adalah sebagai berikut:
a. Dalam kondisi tidak tersedia sistem main ducting, sebelum penggelaran kabel
ABC/ABF harus melakukan penanaman microduct terlebih dahulu. Sesuai dengan
karakteristik bahan microduct, teknik penanaman microduct idealnya harus
dilakukan dengan metode penggalian terbuka (open trenching) dan rute jalur kabel
tidak berbelok dan naik turun secara ekstrem (bending ≥ 20 x Diameter Microduct)
b. Karakteristik bahan microduct tanam langsung mempunyai sifat rigiditas
(kekakuan) yang tinggi sehingga sulit diterapkan pada sistem boring.
Kabel FO ABC dapat difungsikan sebagai kabel feeder dan kabel distribusi sedangkan
untuk kabel ABF dipergunakan untuk kabel drop/penanggal.
c. Karena belum ada standar internasional maka besarnya tekanan udara yang
meniup/mendorong kabel fiber optik ABF atau piston/pelampung sesuai dengan
standar produk alat tersebut.
Piston penarik yang dipasang di kepala digunakan untuk menarik berkas kabel serat
optik melalui ruang microduct dengan meniupkan aliran udara. Instalasi sepenuhnya
bebas gesekan, sehingga dapat menghilangkan kerusakan yang dapat terjadi pada
kabel serat optik pada penarikan secara tradisional melalui jaringan. Untuk penarikan
tersebut dibutuhkan sebuah kompresor udara standar sebagai pemasok udara untuk
mendorong piston kearah ujung jauh. Sangat dianjurkan penggunaan pendingin udara
yang dapat mensuply kompresor yang berguna untuk menjaga suhu udara di dalam
microduct selama instalasi tetap rendah. Proses peniupan tersebut seperti pada
gambar berikut ini.
b. Performa Jetting/Blowing.
Jarak tiupan kabel sangat
bergantung pada beberapa elemen,
diantaranya ukuran tabung, aliran
udara, besar tekanan, jumlah
lengkungan sepanjang rute menuju
lokasi, radius lekukan tabung dan
jumlah bundel tabung, kondisi
cuaca, dingin atau panas, dll
c. Mencapai Optimum Jetting.
Rata-rata suhu pada saat proses blowing sebaiknya ada dikisaran -10ºC sampai
60ºC, baik suhu dalam tube maupun di luar. Jika yang terjadi kondisi suhu kurang
dari atau lebih dari yang disarankan atau adanya perbedaan ekstrem antara suhu
dalam tube dan suhu kamar maka besar kemungkinan hasilnya jarak blowing akan
lebih pendek.
d. Sponge testing
Ukuran spons yang sesuai adalah 10 kali dari ukuran dimensi micro/primary tube.
Masukkan spons ke ujung tabung dengan tekanan antara 10 – 15 bar. Jika spons
lolos sempurna ke ujung tube yang lain, maka proses cable blowing dapat
dilanjutkan. Proses spons test ini juga dapat membersihkan kotoran dan
kelembaban yang ada di dalam micro/primary tube
c. Cara penambatan kabel udara pada tiang disesuaikan dengan kondisi di lapangan
yaitu:
1) Cara gantung.
Dipergunakan pada rute lurus dengan jarak antar tiang antara 40 meter sampai
50 meter. Instalasi menggunakan asesoris kabel serat optik seperti tension
bracket, suspension klem, stainless steel band, dan lain-lain.
Untuk keseimbangan beban Tiang, maka pemasangan kabel cara gantung
dilakukan dengan urutan besilangan sesuai gambar berikut.
2) Cara tambat.
a) Dipergunakan pada rute belok atau menikung, lintasan atau rute lurus dengan
jarak antar tiang lebih dari 50 meter (rentang jauh). Penambatan dilakukan
dengan mempergunakan alat bantu khusus dan diusahakan tidak memotong
kawat penggantung (bearer).
b) Penambatan juga perlu dilakukan pada rute lurus setiap 6 sampai 8 gawang
(± 300 – 400 meter) harus tanpa memotong kawat penggantung (bearer).
c) Penambatan pada rute lurus dapat menggunakan span wartel atau tidak,
untuk rute belok dan tambat awal/akhir harus menggunakan span wartel.
Gambar 69. Tambat Awal/Akhir pada Tiang Beton pada Rute Lurus
d. Semua penjepit kabel udara harus terpasang lebih dahulu pada setiap tiang yang
akan dipakai sebagai tumpuan dalam penarikan.
e. Tempatkan haspel sedemikian rupa pada tempat yang paling mudah dalam
penarikan, kemudian bearer ujung kabel disambungkan dengan tali penarik dan alat
anti pulir.
f. Pasang tali penarik pada rol kabel kemudian kabel udara ditarik melalui rol kabel
tersebut, panjang satu kali penarikan maksimum 1 (satu) Km.
g. Alat/tenaga penarik ditentukan berdasarkan panjang rute dan kapasitas kabel
sebagai berikut :
1) Manual, yaitu dengan tenaga manusia.
2) Semi Otomatis, yaitu dengan tenaga manusia dibantu alat penarik, misal Tirfor
dan sejenisnya.
3) Otomatis, yaitu dengan pulling machine/Winch.
h. Setelah selesai penarikan buat tambat awal/akhir dengan mempergunakan track
tang dan pasangkan span wartel (pengatur lentur kabel), sedangkan pada tiang
antara kencangkan kabel dengan cara menjepitkan bearer pada suspension klem
yang ditambat pada tiang.
i. Atur kelenturan kabel sebesar 2% dari panjang gawang (panjang bentangan)
dengan memperhatikan kerapihan dan faktor-faktor sebagai berikut :
1) Batas putus gaya tegangan (breaking tension) dari kawat penggantung (bearer).
2) Berat dari kabel udara (kg/m) termasuk kawat penggantung.
3) Gaya tegangan tambahan seperti beban angin dan batas panjang gawang
(critical span).
j. Buat spare sepanjang 10 meter pada masing-masing ujung kabelnya untuk
penyambungan, setelah panjang kabel cukup maka kabel dapat dipotong. Untuk
Slack dari sambungan/pencabangan/tambat akhir atau spare kabel fiber optik
digulung dan dipasang pada tiang menggunakan slack support dengan radius
gulungan minimal 20 kali diameter kabel yang dipasang (panjang spare untuk
masing-masing ujung kabel ± 10 meter).
k. Bila setelah penarikan tidak langsung dilaksanakan penyambungan, maka ujung
kabel diamankan dari gangguan dan ujungnya harus ditutup/didop dengan end cap.
l. Teknik penarikan:
1) Penarikan kabel fiber optik dilaksanakan dengan memperhatikan faktor
kemudahan, keamanan dan kondisi lalu lintas pada saat itu apabila penarikan
dilakukan di jalan raya.
2) Kabel fiber optik ditarik mulai dari suatu titik/node (ODF atau ODC) dan menjauhi
arah node tersebut, seperti gambar dibawah.
3) Kabel ditarik melalui bagian bawah haspel yang ditempatkan pada trailer,
kemudian ujung kepala kabel ditambatkan pada tiang awal. Kemudian kabel
digelar dengan cara menjalankan kendaraan penarik secara pelan-pelan (metode
drive off routes) atau haspel dipasang diatas dongkrak yang kuat kemudian ujung
kepala ditarik menjauhi haspel (metode back pull routes).
Gambar 70. Instalasi Kabel Udara Dengan Metode Drive Off Rutes
Gambar 71. Instalasi Kabel Udara Dengan Metode Back Pull Routes
4) Pada saat penarikan kabel fiber optik terutama pada alur kabel yang banyak
tikungan supaya dihindari tekukan yang tajam, dengan memperhatikan bending
radius minimum 20 kali diameter kabel.
m. Posisi kabel harus teratur rapi pada tiang tidak boleh melintir atau melilit dengan
kabel existing.
n. Apabila kabel fiber optik menyebrang jalan raya, menyebrang sungai atau
menyebrang rel kereta api maka pemasangannya pada tiang dengan cara ditambat
dan dilengkapi temberang serta tidak boleh ada sambungan.
o. Sudut penyeberangan diatur sedemikian rupa sehingga lintasan kabel yang
menyebrang sependek mungkin, tinggi rute kabel udara diatas jalan raya dan diatas
sungai minimal 6 meter atau sesuai peraturan PEMPROP/PEMKOT/ PEMKAB atau
Instansi terkait setempat sedangkan untuk rute diatas rel kereta api minimal 7,5
meter atau menurut ketentuan PT KAI.
p. Untuk rute kabel udara yang berada dibawah saluran listrik tegangan tinggi maka
disarankan dipilih kabel udara yang sedikit mengandung unsur metalic dan perlu
memperhatikan keselamatan kerja.
q. Setelah persiapan kabel selesai dan penempatan tenaga penarik selesai, maka
penarikan kabel fiber optik dapat dilaksanakan. Untuk memperlancar jalannya
penarikan, maka perlu petugas pengawas yang dilengkapi dengan handy talkie
atau alat komunikasi ditempat-tempat yang diperlukan.
r. Pekerjaan penarikan harus dilaksanakan secara hati-hati untuk menghindari
terjadinya kerusakan pada kabel fiber optik, alat penarik dan menghindari
kecelakaan kerja.
b. Menggunakan pelindung pipa PVC ± 4 inch tebal 5,5 mm dan dilengkapi 3 sub-duct
32/26 mm untuk jalan dengan lalu lintas sedang kedalaman galian minimal 1,50
meter atau sesuai peraturan PEMPROP/PEMKOT/PEMKAB atau Instansi terkait
setempat.
(a)
(b)
(a)
(b)
dan untuk lintasan Rel Kereta Api (dengan ketinggian minimum pada tengah
lintasan 9 meter).
h. Jembatan kabel dengan tiang ganda.
Instalasi ini menggunakan tiang beton/tiang besi minimal tiang 9 meter dan tali
baja/slink untuk penggantung dan pipa HDPE 40/33 mm yang diklem pada slink
penggantung. Konstruksi ini dipergunakan untuk panjang litasan sungai 40 meter.
Jaringan kabel drop fiber optik adalah jaringan fiber optik yang digelar dari ODP menuju
OTP atau Roset yang ditempatkan di rumah pelanggan. Secara umum kabel drop fiber
optik yang diimplementasikan mengacu standar ITU -T.G657.A yang terdiri dari 2 (dua) tipe
yaitu Loosetube dan Ribbon. Kabel drop yang digunakan harus sesuai dengan
peruntukannya.
c. Untuk alur/rute kabel fiber optik udara bila diperlukan tiang maka diperlukan
pekerjaan penanaman tiang. Untuk instalasi/penanaman Tiang mengacu pada sub
bab 3.7 mengenai instalasi Tiang.
d. Pemasangan accessoris penambatan kabel drop fiber optik di sisi pelanggan, OTP
dan flexible pipe untuk melindungi kabel drop antara titik tambat sampai OTP bila
jenis kabel dropnya berupa kabel udara.
e. Pemasangan OTP dan kabel tray atau flexible pipe/pipa PVC untuk melindungi
kabel drop dari titik naik sampai OTP bila jenis kabel dropnya berupa kabel tanah.
f. Pemasangan flexible pipe/pipa PVC vertikal di klem mengacu pada Pedoman
Instalasi Kabel telepon Rumah atau Gedung yang valid/berlaku.
g. Periksa kondisi kemasan kabel drop fiber optik yang akan dipasang agar sesuai
dengan gambar/section dari rute yang direncanakan kemudian kirim ke lokasi dan
tempatkan pada tempat yang aman untuk persiapan penarikan.
h. Buka kemasan kabel drop fiber optik dengan hati-hati agar kabel fiber optik
didalamnya tidak rusak, lalu bersihkan material yang dapat mengakibatkan
kerusakan kabel pada saat penarikan.
i. Sisa kabel drop fiber optik harus diamankan ke tempat yang aman agar tidak rusak
dan tidak mengganggu pekerjaan selanjutnya.
j. Untuk alur atau rute kabel tanam langsung:
1) Gali alur kabel dengan kedalaman minimal 40 cm .
2) Tidak direkomendasikan untuk menyebrang jalan atau membutuhkan pekerjaan
crossing.
3) Menggunakan kabel drop fiber optik tanam langsung.
4) Menggunakan pelindung PVC ¾ inch atau sesuai dengan kondisi lapangan
dengan kualitas nomor satu (AW), penyambungan pipa PVC harus
menggunakan soket dengan ukuran yang sesuai. Pelindung kabel dapat juga
menggunakan HDPE.
5) Jarak antar PIT maksimum 25 meter dengan ukuran bagian dalam PIT panjang x
lebar x tinggi minimal (40X40X60) cm atau sesuai dengan kondisi lapangan.
6) PIT dapat dibuat secara pra cetak (precast concrete) atau produk pabrik.
1) Pada titik yang dipilih di rumah pelanggan dipasang drop cable Clamp Hook
(bracket mourstelling) dan kemudian saluran penanggal (kabel drop optik)
ditambatkan padanya dengan dililit atau dengan menggunakan selonsong
aluminium dan di terminasi pada OTP seperti dalam gambar dibawah ini.
OTP
2) Peralatan yang dipakai untuk pekerjaan ini seperti pada tabel berikut ini:
Pada Ruko dan gedung dapat dipasang ODP Wall. Untuk pemasangan saluran
penanggalnya digunakan kabel drop dan diberi tray kabel seperti gambar
berikut ini.
(a)
(b)
Gambar 96. Pemasangan Saluran Penanggal pada ODP Wall dengan Pelindung
Tray Cable, (a) di Rumah Pelanggan, (b) di Ruko
c. Penambatan kabel drop optik pada tiang ODP, dilakukan dengan memisahkan
bearer kabel drop dengan core optik dan ditambat mati pada polestrap model A,
seperti gambar di bawah.
Pole Strap
Split Stopper/Tie Wrap
10
Kabel Drop
20
Tambatan Kabel Drop (bearer dililit 5 – 8 lilitan
40 atau menggunakan Crimping Sleeve)
137
Ring Guide Kabel Drop
127
40
ODP 27
(a)
(b)
Gambar 98. Posisi Pemasangan ODP Pedestal (a) Tampak Samping dan
(b) Tampak Depan
OTP OPTICAL
ROSETTE
c. Ketinggian jalur instalasi tanam dari permukaan lantai dasar rumah sekurang-
kurangnya adalah 40 cm.
d. Pada keadaan ruangan yang tidak memungkinkan, dalam satu rumah dapat
digunakan instalasi kombinasi antara sistim tanam dan sistim tempel.
e. Pada jalur persilangan dan atau belokan ke/dari ruangan lain harus menggunakan
kotak silang dan atau kotak siku.
f. Tiap titik akhir jalur instalasi harus dipasang Roset Optik sebagai titik terminasi akhir
kabel di dalam sistem IKR.
Plafond
Dinding
Kotak
Plafond Lurus
OTP
Pipa PVC
Dinding
Soket/
Roset
Kotak
40 cm
Percabangan
Permukaan Lantai
Beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam pemasangan instalasi sistim tanam
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan jalur kabel dan lokasi soket/roset optik.
b. Pemasangan/penanaman pipa pada dinding.
c. Penarikan kabel ke dalam pipa.
d. Pemasangan soket tanam.
e. Pengukuran instalasi.
Berikut ini cara pemasangan pipa pada dinding dengan instalasi sistim tanam untuk
jalur kabel indoor fiber optik dalam rumah:
a. Lubangi dinding pada jalur yang telah ditentukan sedalam kurang lebih 3 cm dan
lebar 3 cm, sedangkan untuk jalur di lantai lubang pipa harus sedalam 5 cm dengan
lebar 3 cm.
b. Buat lubang untuk penempatan kotak/soket pada setiap belokan.
c. Masukkan kawat penarik kedalam setiap pipa yang akan ditanam.
d. Masukkan pipa pada jalur lubang dan pasang klem untuk menahan. Jarak antar
klem penahan kurang lebih 100 cm.
e. Pasang kotak silang (jika ada), kotak lurus, siku dan kotak akhir pada setiap
terminal.
f. Tutup dengan adukan pasir semen kemudian haluskan permukaan dengan semen
basah. Pada jalur pararel dengan kabel listrik PLN, jarak terdekat antara pipa/soket
kurang lebih 30 cm.
Berikut ini beberapa hal yang terkait dengan penarikan kabel indoor ke dalam pipa dan
penggunaan instalasi sistim tanam:
a. Penarikan Kabel indoor kedalam pipa.
Penarikan kabel ke dalam pipa pada jalur menurun, pipa dimasukkan langsung ke
dalam kabel dari kotak cabang/siku atas. Untuk jalur mendatar kabel dimasukkan
kedalam pipa dengan bantuan kawat penarik, sedangkan untuk type kabel tertentu
bantuan kawat penarik tidak diperlukan.
Dinding
Pipa PVC/Besi
Kotak Percabangan
≥ 15 cm
Pipa tanam
Kabel Listrik PLN
Soket/Roset
3) Penarikan kabel.
4) Terminasi kabel.
5) Pemasangan soket.
6) Pengukuran instalasi.
Pemasangan instalasi sistim tempel dengan tray dilakukan pada posisi menempel di
dinding atau pada lantai dibawah raised floor. Jarak antara paku pada tray yang
menempel dinding kurang lebih 30 cm, sedangkan jarak antara paku pada tray yang
menempel lantai kurang lebih 70 cm.
Penggunaan instalasi sistim tempel dengan tray dilakukan pada kondisi sebagai
berikut:
1) Pada jalur masuk rumah (terminal awal).
Terminal awal adalah tempat penyambungan IKR dengan saluran penanggal.
Ketinggian kotak terminasi awal (OTP) dari permukaan lantai sekurang-
kurangnnya 250 cm.
2) Pemasangan tray tertutup pada dinding ruangan.
Tray dapat dipasang dalam ruangan pada jalur mendatar pada dinding tepat di
bawah plafond atau mengikuti lis dinding atas lantai.
3) Pada atas lantai di bawah raised floor.
Instalasi IKR/P di bawah raised floor dapat menggunakan tray tertutup atau tray
terbuka.
4) Di atas plafond.
Penggunaan tray di atas plafond hanya dengan jenis tray terbuka. Dapat juga
dipakai pipa dalam satu jalur, jika jumlah core kabel cukup banyak.
Plafon
Kabel Tray
Soket/Roset
Tray L
≥ 15 cm ≥ 40 cm
Lantai
Penarikan kabel pada instalasi sistim tempel dengan pipa dilakukan sama seperti
penarikan kabel pada instalasi sistim tanam. Adapun penggunaan instalasi sistim
tempel pipa dilakukan di lokasi seperti berikut:
a. Pada terminasi awal jalur masuk rumah (OTP).
b. Pada dinding di atas plafond.
c. Pada rangka atas plafond.
d. Pada lantai di bawah raised floor.
Instalasi sistim tempel dengan menggunakan pipa bulat seperti gambar di atas
diperlukan apabila dinding rumah pelanggan berupa kayu atau papan.
Gambar dibawah ini adalah contoh konfigurasi umum instalasi kabel indoor fiber optik
dan perangkat FTTH di sisi pelanggan.
Gambar 110. Contoh Konfigurasi Instalasi Kabel Indoor dan CPE di Pelanggan
g. Hindari penempatan jalur kabel dari lokasi yang sulit dijangkau/sulit diakses untuk
keperluan operasi dan pemeliharaan.
h. Jalur kabel harus memperhatikan kerapihan dan keindahan instalasi, keteraturan
penempatan kabel, kemudahan dalam pemasangan dan pemeliharaan.
i. Jalur kabel harus diatur sesuai dengan arah rute penarikan yang telah ditentukan
untuk menghindari penarikan kabel secara diagonal.
j. Pemilihan penggunaan pipa, duct atau tray untuk penggelaran kabel disesuaikan
dengan kondisi gedung.
k. Penggelaran kabel tanpa pipa/duct/tray harus dihindari.
l. Pada jalur perkabelan yang menggunakan conduit, pada setiap belokan harus
disediakan access box (closure) untuk memudahkan proses penarikan/instalasi
kabel.
m. Hindari pemuntiran kabel pada saat instalasi.
n. Tidak diijinkan jalur kabel di dalam shaft elevator.
o. Instalasi perkabelan untuk kabel di sudut-sudut ruangan atau ujung siku dari
bangunan harus memperhatikan bending radius minimum yang masih
diperkenankan sesuai dengan spesifikasi kabel yang bersangkutan.
c. Cable Ceiling Support dapat berbentuk Hook (“J”, segitiga atau Flextray).
d. Konstruksi dan instalasi cable ceiling support harus rigid sehingga kuat untuk
penarikan dan penempatan kabel.
e. Pada pemasangan cable ceiling support harus memperhatikan beban kabel yang
akan ditopang dan kekuatan dari rangka plafon.
f. Contoh komponen-komponen yang ada dalam konstruksi cable ceiling support
diantaranya J-hook, Tri-hook, Ceiling fastener dan Flextray.
g. Kabel-kabel harus dipasang secara rapih pada cable ceiling support dan
peletakannya dipisahkan sesuai dengan jenis kabel (Multipair/UTP/FO/Koaksial).
h. Khusus teknik instalasi dengan menggunakan hook tipe “J” untuk kapasitas kabel
yang besar maka tiap jenis kabel harus dipasang pada satu hook tipe “J” secara
konsisten pada jalurnya. Sedangkan untuk kabel dengan kapasitas kecil maka satu
hook tipe “J” dapat digunakan untuk dua atau lebih jenis kabel yang dipasang
secara konsisten di tiap jalurnya.
i. Cable ceiling support harus dipasang dengan rapih dan menggunakan aksesoris
yang sesuai dengan lokasi pemasangannya.
j. Kabel yang dipasang pada cable ceiling support jenis Flextray harus diikat dengan
cable ties setiap 100 cm dan di setiap belokan.
k. Instalasi pada belokan dari cable ceiling support harus memperhatikan persyaratan
minimum bending radius dari kabel yang bersangkutan.
l. Jumlah kabel dalam cable ceiling support tidak boleh melebihi kapasitas ruang yang
ada.
e. Cable Raceway harus dipasang dengan rapih dan menggunakan adapter fitting
(aksesoris) yang sesuai dengan lokasi pemasangannya.
f. Pemasangan Raceway pada belokan atau sudut ruangan harus menggunakan
fitting yang memiliki fasilitas untuk menjaga bending radius minimum dari kabel.
g. Jumlah kabel dalam Raceway tidak boleh melebihi kapasitas ruang yang ada, hal ini
untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan pada kabel akibat tergencet/terjepit di
dalam Raceway.
h. Pemasangan Cable Raceway dapat dilakukan dengan menggunakan paku, sekrup,
atau baut untuk ukuran Raceway yang cukup besar. Bila ukuran Raceway cukup
kecil dan beban kabelnya cukup ringan, maka pemasangannya dapat menggunakan
adhesive tape.
2) Pada jalur mendatar kabel dimasukkan kedalam pipa dengan bantuan kawat
penarik.
1 Muka
Perangkat
(termasuk cable holder)
Muka Muka
3 4 5
Dinding
Muka
6
Muka 2 Muka Muka
7
Keterangan gambar:
Langit-langit
min 50 cm
Kabel Tray
25 - 50 cm
Perangkat
Raised Floor
25 - 50 cm
Kabel Tray
Lantai
f. Bila perangkat dipasang diatas Raise floor, maka rak dipasang pada kerangka
Raise floor dan dikuatkan dengan mur/baut yang sesuai.
g. Bila rak dipasang langsung diatas lantai, maka bagian bawah rak harus dipasang
secara permanen pada lantai menggunakan angker/dyna bolt, seperti contoh pada
gambar berikut:
Baut tembok
Baut tembok
Dinding
c. Tinggi perangkat dari atas lantai disesuaikan dengan ukuran perangkat dan
keleluasaan petugas pelaksana Operasi dan Pemeliharaan yaitu antara 60 cm
sampai dengan 140 cm atau disesuaikan dengan kondisi ruangan. Konstruksi
pemasangannya adalah sebagai berikut:
Tampak Tampak
Samping
Depan
Plat Dudukan
kabinet
Kabinet Sekrup tembok
Pfizer
20 cm Flexible pipe
Dinding
Kabel
60 cm
140 cm
Klem
pipa
60 cm Pipa
pelindung
Lantai
d. Jalur kabel masuk dan keluar perangkat dapat dilewatkan dari atas atau bawah.
Jalur kabel yang menempel pada dinding termasuk kabel grounding harus
menggunakan pipa PVC atau kabel tray.
e. Bending Radius pada jalur kabel optik yang membelok minimal sebesar 20 kali
diameter kabel dan harus dilindungi dengan flexible pipe.
f. Apabila perangkat mempunyai pintu penutup, maka harus disediakan space agar
pintu bebas membuka dan menutup.
FTM adalah perangkat yang berfungsi untuk mengelola terminasi dan koneksi kabel
fiber optik antar perangkat aktif baik perangkat transmisi maupun akses, sebagai titik
terminasi dari kabel fiber optik OSP dan sebagai titik koneksi antara perangkat aktif
transmisi maupun akses dengan OSP. Komponen utama dari FTM terdiri dari Rack,
Optical Distribution Frame (ODF)/Fiber Termination Box (FTB) sebagai terminasi kabel
optik yang dilengkapi dengan fiber duct atau fiber guide, untuk memudahkan proses
administrasi perkabelan, operasi dan pemeliharaan jaringan kabel optik. Berikut ini
diagram blok dari FTM dan ODF.
Untuk lokasi kota kecil dan kapasitas kabel optik lebih kecil dari 1000 core, tidak
diharuskan memasang ODF E-side, namun disarankan ruang FTM tetap terpisah
dengan ruangan perangkat aktif. Ruangan FTM harus berdekatan/berdampingan
dengan ruang perangkat aktif, sehingga port perangkat aktif dapat langsung
dikoneksikan ke port ODF OSP-side di ruang FTM secara interconnect menggunakan
patchcord. Sebagai pengaman atau pelindung kabel optik/patchcord, alur kabel antara
perangkat aktif dengan ODF harus dipasang fiber duct yang terpisah dengan tray kabel
power dan kabel grounding. Berikut ini adalah blok diagram dari ODF kapasitas kecil :
Interconnection pathcord
ODF
Kabel
OSP
Perangkat Aktif
ODF Fiber
Monitoring
Dari sisi standarisasi ODF dan variasi produk yang ada di lapangan, ada kemungkinan
terjadi implementasi yang tidak diharapkan yaitu terjadi ketidak rapihan koneksi
patchcord mengingat rata-rata ODF tersebut tidak dilengkapi dengan fiber organizer
yang memadai seperti jalur alur kabel optik dan densitas modularity port per panel
terminasi optik yang besar sehingga menyulitkan instalasi dan trouble shooting.
Ketidakrapihan ini dikenal sebagai efek spaghetti.
Dengan menerapkan ODF kapasitas besar yang seragam dan terpusat di ruang
khusus terminasi kabel optik, FTM akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam
mempercepat waktu respon petugas O&M sekaligus mempermudah
pengadministrasian koneksi kabel optik tersebut. Contoh berikut menggambarkan
kondisi FTM yang tertata dengan baik.
Dalam contoh di atas, ruang FTM diisi dengan ODF yang diatur sedemikian rupa
sehingga terdapat ODF yang dikhususkan untuk terminasi kabel optik dari OSP dan
ODF untuk terminasi dari perangkat aktif. Koneksi antar ODF ini akan menggunakan
koneksi mekanik berupa kabel jumper optik (patchcord).
(a)
(b)
Gambar 140. Contoh Manajemen Kabel di Ruang FTM (a) Kabel OSP dari
Bawah (Chamber), (b) Kabel OSP dari Atas
Ruangan dapat berbentuk empat persegi panjang ataupun berbentuk bujur sangkar,
untuk keseragaman dan kemudahan akses, untuk ruangan berbentuk empat persegi
panjang, penempatan row perangkat FTM harus parallel dengan sisi panjang ruangan,
sedangkan untuk ruangan berbentuk bujur sangkar, penempatan row/rack perangkat
FTM harus menghadap ke pintu masuk ruangan FTM.
Gambar 141. Contoh Tata Letak Row/Rack ODF dalam Ruangan FTM
Pintu di sisi Panjang
Penempatan row-A pada ruangan dengan pintu akses masuk ruangan FTM berada di
sisi lebar ruangan, maka row-A ditempatkan pada posisi paling kanan dari pintu masuk
dan posisi row paralel dengan sisi panjang ruangan. Pintu rack (front-side) ODF
menghadap ke arah kiri pintu masuk ruangan FTM.
Gambar 142. Contoh Tata Letak Row/Rack ODF dalam Ruangan FTMS
Pintu di Sisi Lebar
ODF O-side dipasang dari kiri ke kanan dan penomoran rack ODF O-side dimulai dari
rack paling kiri, sedangkan ODF E-side dipasang dari kanan ke kiri dan penomoran
rack ODF E-side dimulai dari kanan ke kiri.
Urutan pemasangan ODF Infratel dan ODF Akses dalam satu row, baik ODF O-side
maupun ODF E-side tidak mengikat, boleh dipasang berurutan ataupun selang-seling
antara ODF Infratel dengan ODF Akses sesuai kebutuhan terminasi kabel optik. Hal
yang harus menjadi perhatian bahwa, FTB Akses dan FTB Infratel tidak boleh
dipasang dalam satu rack yang sama. Apabila ODF O-side dan ODF E-side dipasang
pada row yang sama, maka untuk memudahkan identifikasi dan lokalisir ODF O-side
maupun ODF E-side, keduanya harus dipisahkan dengan jarak satu rack. Dalam satu
row ODF dapat ditempati ODF O-side atau ODF E-side saja atau kombinasi antara
keduanya, dapat dilihat sebagaimana gambar di atas.
Fiber guide harus dipasang pada ceilling, di bawah Wiremesh/Cable Tray diantara rack
ODF dan plafond. baik pemasangan di ruangan raised floor maupun pemasaangan di
ruangan non raised floor. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan pemasangan dan
penggatian patchcord bila diperlukan.
Fiber Duct/Guide untuk Patchcord diletakkan pada urutan pertama setelah ODF rack,
jarak dengan rack disesuaikan dengan model exit-nya yang masuk ke rack, misalnya
100-200mm. Posisi instalasi awal berada di bagian atas depan rack, sedangkan untuk
ekspansi bisa ditempatkan pada bagian atas belakang rack.
Row
Row
Row
Row
Wire Mesh Cable Tray dipasang di atas rack ODF diantara Fiber guide dan plafond.
Sedangkan untuk alur kabel vertikal harus digunakan Ventilated Through Cable Tray/
Ventilated U Tray yang dipasang di dinding, dimana kabel harus di montage pada pada
pada Tray.
Jarak antara concrete dengan bagian bawah Cable Tray tersebut maksimal 1000mm,
dengan asumsi jarak antara ceiling/plafond dengan concrete maksimal 500mm.
Jika jarak antara Cable Tray dengan concrete terlalu tinggi, lebih dari 1000mm, maka
bisa ditambahkan support structure di antaranya untuk menjamin instalasi yang rapi
dan kokoh. Sehingga support structure yang distud di concrete/ceiling berguna sebagai
tempat penyangga bracket/hanger dari setiap duct/tray tersebut.
Gambar 144. Contoh Pengaturan Penempatan Cable Tray diatas Rack ODF
Untuk ruangan FTMS yang menggunakan raised floor, sebagai alur kabel power dan
kabel grounding menggunakan Through Cable Tray/ U Tray dan dipasang di bawah
raised floor.
Through Cable Tray/U Tray dapat juga digunakan untuk aplikasi backbone tray,
sebagai alur kabel antar ruangan.
5.2.2.6 Jalur Kabel Masuk ke Ruang FTM dan Jalur Kabel ke ODF
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa berbagai kemungkinan dapat terjadi
dalam pengalokasian ruangan FTM. Ruangan FTM bisa di ruangan MDF eksisting, di
ruangan samping MDF eksisting, di atas ruangan MDF eksisting, berdampingan
dengan ruangan NGN, bahkan lokasinya dapat berjauhan dengan MDF eksisting.
Kondisi tersebut akan sangat berdampak pada penentuan jalur/alur masuk kabel optik
OSP ke ruangan FTM. Hal ini disebabkan karena kabel optik OSP pada umumnya
masuk ke STO melalui Chamber yang berada di bawah ruang MDF eksisting.
Mengingat karakteristik kabel optik, maka dalam penentuan jalur kabel optik beberapa
hal yang harus diperhatikan, antara lain:
a. Harus terpisah dengan jalur kabel power dan grounding.
b. Harus terjaga dari kemungkinan bending.
c. Apabila ruangan FTM bedampingan dengan ruangan NGN, Cable Tray untuk kabel
naik harus dipasang di ruangan FTM.
Beberapa hal yang mesti diatur terkait dengan kabel input/output di ODF :
a. Kabel fiber optik yang masuk ke dalam perangkat ODF harus masuk melalui
jalurnya, biasanya diperangkat sudah disediakan atau terdapat lubang/jalur untuk
masuk kabel input tersebut. Biasanya kabel input ke ODF berupa kabel yang
berasal dari perangkat aktif akses atau transmisi (Metro Ethernet) sedangkan kabel
outputnya tersambung ke OSP berupa kabel feeder.
b. Atur kabel input tersebut sejak terminasi sampai ke rak/frame dimana perangkat
ODF tersebut dipasang sehingga tidak saling mengganggu dengan kabel lain yang
ada, tidak menghalangi pemasangan dan pembongkaran perangkat, memenuhi nilai
estetika dan jika diperlukan pergunakan tray kabel dan kabel tirep/ties.
c. Sebelum masuk ke perangkat ODF kulit pelindung/PE dan loosetube kabel input
tersebut harus dalam kondisi terkupas dan untuk keamanan setiap kabel fiber optik
dalam satu loosetube dari kabel input tersebut harus dilindungi oleh flexible pipe.
d. Untuk setiap belokan atau tekukan dari kabel input tersebut harus diatur sedemikian
rupa sehingga terhindar dari patahnya kabel tersebut dan bending.
e. Agar kabel input tersebut kondisinya rapih dan tidak terurai maka di ujung
pengupasan ke arah kabel yang belum dikupas PE nya di ikat dengan kabel
tirep/ties dan untuk lebih aman lagi dari batas kabel yang dikupas dilindungi oleh
kabel spiral sampai batas yang diperlukan agar tidak mengganggu untuk beloknya
dan terminasi kabel.
c. Pemasangan Cable Tray untuk jalur kabel ke ruang perangkat aktif, dengan
tahapan:
1) Pemasangan Supporting.
2) Pemasangan Ventilated Cable Tray, untuk di luar ruangan perangkat aktif.
3) Pemasangan Wire Mesh Tray, untuk di dalam ruangan perangkat aktif.
Cable
management
Frame
Cable
management
Splice Room
FTB
ODF for OSP
termination Grounding
Bar system
pentanahan
ODF for
Pathcord Equipment
termination
c. Instalasi patchcord
1) Penggelaran patchcord pada cable duct/guide.
2) Penggelaran dan pengaturan patchcord pada rack ODF.
3) Terminasi patchcord pada Front port FTB.
4) Pelabelan.
Hal lain yang perlu diperhatikan untuk keteraturan instalasi kabel fiber optik ini
a. Dimensi kabinet perangkat harus distandarkan (rack 19” atau 23” dilengkapi dengan
patchcord manajemen).
b. Ujung kabel cordbundeled di sisi perangkat sudah dilengkapi dengan connector
yang sesuai.
Sesuai dengan blok diagram di atas tipe dari ODF dan metode koneksinya sebagai
berikut:
a. ODF equipment side (ODF E‐side/IDF) dimana terminasi FOnya berasal dari arah
perangkat aktif di ruang lain.
b. ODF OSP side (ODF O‐Side) dimana terminasi FOnya berasal dari kabel‐kabel OSP
pelanggan.
c. ODF untuk Fiber Monitoring System (FMS), ODF ini khusus yang berisi coupler
untuk probing sistem pengetesan dan monitoring fiber optik ke alat ukur
d. Koneksi ODF E‐side/IDF dan ODF O‐side menggunakan patch cord dengan
memperhatikan type fiber optik yang sama.
e. Koneksi ODF E‐side ke perangkat aktif menggunakan kable patch cord bundle
dengan memperhatikan type dan kapasitas kabel atau menggunakan kabel tie line
indoor fiber optic cable jika perangkat‐perangkat aktif telah memiliki terminasi
OTB/ODF di ruang perangkat.
Khusus untuk terminasi fiber optik dari OSP terminasi kabel optiknya sebagai berikut:
a. Untuk pembangunan kabel fiber optik baru atau modernisasi akses, pengaturan
terminasi fiber optik di ODF O‐side adalah:
1) Kabel fiber optik dari OSP harus masuk dari chamber dan diterminasi secara
on‐frame splicing di komponen splice cassette pada panel FTB di ODF O‐side.
2) Pada implementasi kabel fiber optik dari OSP yang berbentuk ring cable diverse
route sehingga dua ujung kabel akan masuk ke STO yang sama, maka
masing‐masing ujung kabel diterminasi pada panel FTB yang berbeda dengan
identifikasi spesifik.
b. Untuk kegiatan pembenahan terminasi kabel fiber optik eksisting seperti dalam
modernisasi sentral dan modernisasi akses, maka pengaturan terminasi fiber optik
di ODF O‐side adalah sebagai berikut :
1) Adanya kemungkinan panjang kabel fiber optik eksisting yang telah diterminasi di
OTB sebelumnya tidak cukup panjang untuk diterminasi pada splice cassette
panel FTB ODF O‐side, menyebabkan diperlukannya kabinet untuk off‐frame
splicing.
2) Implementasi Off‐frame splicing dilakukan dengan menempatkan kabinet khusus
untuk splice cassette di ruang/space tertentu pada ruang FTM.
3) Diperlukan penarikan kabel tie line dari ODF O‐side ke kabinet off‐frame splicing
yang memperhatikan type dan kapasitas kabel eksisting
Untuk terminasi Fiber Optik di ODF E‐side/Intermediate Frame (IDF) sebagai berikut :
a. Untuk perangkat aktif yang sudah memiliki OTB/ODF FTM, terminasi fiber optik
pada ODF E‐side menggunakan kabel tie line indoor fiber optik.
b. Untuk perangkat aktif yang tidak memiliki OTB/ODF FTM, terminasi fiber optik pada
ODF E‐side menggunakan kabel bundle patchcord. Jumlah core dan tipe
menyesuaikan dengan tipe eksisting dan diterminasi sesuai dengan urutan port
perangkat aktif (korespondensi satu ke satu antara port perangkat aktif dengan port
di panel FTB ODF E‐side)
Untuk lokasi kota kecil dan kapasitas kabel optik kecil (< 1000 core), tidak diharuskan
memasang ODF E-side, namun disarankan ruang FTM tetap terpisah dengan ruangan
perangkat aktif. Ruangan FTM harus berdekatan/berdampingan dengan ruang
perangkat aktif, sehingga port perangkat aktif dapat langsung dikoneksikan ke port
ODF OSP-side di ruang FTM secara interconnect menggunakan patchcord.
Sebagai pengaman atau pelindung kabel optik/patchcord, alur kabel antara perangkat
aktif dengan ODF harus dipasang fiber duct yang terpisah dengan tray kabel power
dan kabel grounding.
Apabila terdapat ODF yang tidak mempunyai chamber maka kabel slack tersebut
digulung searah dengan jarum jam dengan radius minimal 20 kali diameter kabel.
Kabel tersebut dapat disimpan dalam ruangan dan harus mempertimbangkan estetika
serta tidak mengganggu kabel dan perangkat yang lain baik untuk keperluan
operasional maupun maintenance. Seandainya di dalam ruangan tidak ada tempat
yang memadai maka kabel slack dapat disimpan di luar ruangan/gedung tersebut.
5.2.2.14 Splitter
Pemasangan splitter dilakukan di ODF apabila kabel yang keluar dari ODF berupa fiber
catu langsung (FCL).
5.2.2.15 Pelabelan
Pelabelan pada FTM dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dalam hal tracing
lokasi dari berbagai komponen pada sistem FTM. Pelabelan dalam hal ini terdapat 2
macam/ jenis pelabelan, yaitu pelabelan fisik dan pelabelan barcode. Untuk detilnya
terkait dengan pelabelan ini dapat merefer kepada dokumen Design Jaringan FTTH.
c. Cara mengikat kabel fiber optik pada splice cassete sebagai berikut:
Seperti yang terlihat pada gambar diatas instalasi perkabelan yang ada di cassette
diantaranya pekerjaan penyambungan kabel input fiber optik dengan pigtail yang ada
didalam cassette dan penempatan slack kabel. Untuk pekerjaan penyambungan akan
di jelaskan di bab penyambungan. Kabel yang masuk ke dalam cassette harus melalui
jalur yang telah di sediakan, biasanya sudah terdapat lubang untuk jalur masuk. Atur
kabel input tersebut sehingga tidak saling mengganggu dengan kabel lain yang ada,
tidak menghalangi pemasangan dan pembongkaran perangkat, memenuhi nilai
estetika dan jika diperlukan pergunakan tray kabel dan kabel tirep/ties. Sebelum masuk
ke perangkat cassette kulit pelindung/PE dan loosetube kabel input tersebut harus
dalam kondisi terkupas dan untuk keamanan setiap kabel fiber optik dalam satu
loosetube dari kabel input tersebut harus dilindungi oleh flexible pipe. Agar kabel input
tersebut kondisinya rapih dan tidak terurai maka di ujung pengupasan ke arah kabel
yang belum dikupas PE nya di ikat dengan kabel tirep/ties dan untuk lebih aman lagi
dari batas kabel yang dikupas dilindungi oleh kabel spiral sampai batas yang
diperlukan agar tidak mengganggu untuk beloknya dan terminasi kabel.
Pada saat pengaturan/penempatan kabel hasil penyambungan di dalam kaset/cassette
atur sedemikian rupa sehingga kabel tidak saling mengganggu dengan kabel lain yang
ada dalam kaset baik itu saat melakukan instalasi, maintenance, perbaikan maupun
penggantian. Terdapat 2 (dua) jalur kabel masuk/input ke dalam kaset yaitu dari arah
kiri dan kanan. Arah kabel input dapat dilakukan dari arah mana saja tergantung dari
posisi kabel input tersebut datangnya. Gulungan/putaran kabel yang merupakan slack
dan titik sambungan yang telah dilindungi pengaman sambungan kabel harus
diletakan/diatur pada jalur dan tempat yang telah disediakan. Dalam pelaksanaan
pekerjaan ini urutan pertama yang harus dilakukan adalah penempatkan titik
sambungan di tempat yang telah disediakan. Satu tempat titik sambung hanya
dipergunakan untuk satu kabel titik sambung. Setelah itu baru mengatur slack kabel
dengan cara mengulung/memutar kabel tersebut diputaran kabel di jalur yang telah
disediakan didalam kaset/cassette (biasanya searah jarum jam). Panjang kabel slack
dalam cassette disesuaikan dengan besarnya cassette tersebut supaya tidak terjadi
penumpukan kabel. Untuk membantu memudahkan pengaturan kabel di dalam
cassette maka setelah titik sambungan diletakkan pada tempatnya, kabel
ditarik/dikeluarkan pada box/perangkat cassette, kemudian dibentuk beberapa angka
delapan sesuai panjang kabel dengan radius/lingkaran angka delapan lebih kecil atau
mendekati besar lingkaran/radius tempat putaran kabel dalam cassette. Setelah
dibentuk beberapa angka delapan kemudian kabel dimasukan ke dalam cassette pada
tempatnya dengan cara membalikan kabel yang berbentuk angka delapan tersebut
bertahap/berurutan mulai dari yang paling terakhir/ujung. Kemudian di dalam cassette
di atur supaya posisinya rapih dan semua berada dalam jalur yang semestinya.
Kegiatan ini dapat dilihat pada gambar di atas.
Optical Distribution Cabinet (ODC) merupakan titik terminasi kabel feeder dengan
kabel distribusi. Untuk kabel fiber optik yang mencatu ODC lainnya tidak dilakukan
terminasi, tetapi disambung secara langsung (direct splicing).
a. ODC dipasang pada ruangan khusus yang bersih dan mempunyai ventilasi udara
yang baik.
b. Lokasi ODC dipilih pada tempat yang aman, mudah dijangkau, serta tidak
mengganggu perangkat existing (bila ada).
Dalam pemilihan lokasi ini mengacu terhadap persyaratan lokasi untuk pemasangan
perangkat indoor dan outdoor.
Spliter
1:4 Input Spliter
Kabel Feeder
Output Spliter
Parking lot
Kabel Distribusi
XXXX XXXX
Kabel Feeder Kabel Distribusi
j. Instalasi kabel fiber optik pada splice cassette merefer instalasi splice cassette di
ODC.
k. Penomoran port adapter di ODC mulai dari kiri ke kanan, pada baris pertama dan
dilanjutkan pada baris dibawahnya. Bila di dalam ODC terdapat lebih dari 1 rack
maka urutan port dimulai rack paling kiri
l. Untuk kemudahan dan keseragaman, alokasi port ODC untuk terminasi kabel
feeder (1/5 X Kapasitas ODC kemudian dibulatkan ke atas kelipatan 12) dan
distribusi (4/5 X Kapasitas ODC kemudian dibulatkan ke bawah kelipatan 12),
seperti tabel berikut ini.
m. Cara menggulung extra length, mengikat kabel pada splice cassete sama dengan
yang dilakukan di ODF.
n. Port adapter maupun ujung patchcord yang tidak digunakan harus selalu tertutup
oleh dush cap.
o. Untuk mencegah serangga pada rak ODC maka dipasang pencegah untuk pengusir
serangga contohnya menggunakan kapur barus.
p. Patchcord yang dipakai harus mempunyai panjang yang cukup, tempatkan sisa
panjang (extra length) patchcord tersebut pada cable drawer atau cable guide.
IN
Splitter
OUT
Feeder Distribusi
Gambar 154. Pemasangan Kabel Feeder dan Distribusi pada Perangkat ODC
140 cm
140 cm
≥ 60 cm
≥ 60 cm
Gambar 156. Lantai Kerja pada ODC Tiang
a. Kabel input yang masuk ke perangkat ODP umumnya berupa kabel distribusi
dengan tipe kabel SCPT. Kabel tersebut harus masuk melalui lubang/jalur yang
sudah disediakan di perangkat ODP. Selain kabel distribusi yang masuk ke dalam
ODP dapat juga berupa kabel FCL (Fiber Catuan Langsung).
b. Metode pemasangan kabel distribusi/FCL di dalam ODP:
1) Kurang lebih 5 cm dari pangkal ujung kabel masuk dan keluar, kupas kabel
sepanjang 1 meter atau 2 kali putaran slack kabel di ODP.
2) Potong central strength member dengan panjang sesuai posisi tempat
terminasinya.
3) Keluarkan kembali kabel distribusi tersebut melalui lubang/jalur yang telah
disiapkan di ODP untuk menuju ODP berikutnya.
4) Pasang strength member pada dudukan yang disediakan di ODP.
5) Pekerjaan ini terus dilakukan secara berulang sampai kabel tersebut ketitik ODP
terakhir.
c. Potong salah satu core diposisi kabel yang akan keluar dan sambungkan/splicing
dengan input splitter di ODP. Lindungi hasil splicing dalam protection sleeve dan
tempatkan di cassette. Slack core kabel distribusi yang di splice dengan pigtail input
splitter digulung di dalam cassette sesuai alur yang telah disediakan.
d. Pemakaian core ke suatu ODP mengikuti aturan bahwa ODP terdekat
menggunakan nomor urut core terakhir.
e. Konektor output splitter dipasang di port untuk kabel penanggal/drop.
f. Langkah pekerjaan ini berlaku di ODP Tiang, Pedestal, Dinding dan ODP Closure.
Untuk ODP Closure panjang pengupasan kabel sesuai panjangnya Closure. Contoh
instalasi dan terminasi kabel di ODP dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Splitter
Fiber Through
(masih dalam tube)
Kabel Drop
Cassette
Kabel Distribusi
Gambar 163. Contoh Terminasi Kabel pada ODP Tiang, Wall dan Pedestal
Optical Termination Block (OTB) berfungsi sebagai titik terminasi kabel fiber optik dari
perangkat ODF dengan kabel fiber optik dari perangkat akses, sentral atau
transmisi/backbone. Jadi OTB terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu bagian yang menuju
ODF dan bagian yang menuju perangkat. Koneksi dari OTB ke ODF atau dari OTB ke
perangkat disambungkan dengan patchcord atau indoor cable. Kondisi atau
persyaratan kapan menggunakan patchcord atau indoor cable adalah sebagai berikut:
a. Patchcord digunakan apabila jarak OTB dengan ODF atau jarak OTB ke perangkat
atau dari ODF ke perangkat kurang dari 25 meter. Penarikan atau pemasangan
kabel patchcord harus dilindungi oleh flexible pipe.
b. Indoor cable/ Tie Line digunakan apabila jarak OTB dengan ODF atau jarak OTB
ke perangkat atau dari ODF ke perangkat lebih dari 25 meter.
Penyambungan antara bagian in dan bagian out baik dari OTB ke perangkat maupun
dari OTB ke ODF langsung menggunakan pathcord.
5.6 Splitter
Berikut ini cara pemasangan passive spliter di perangkat ODF, ODC atau ODP:
a. Pasangkan perangkat splitter pada tempatnya yang telah disediakan baik di ODF,
ODC maupun ODP.
b. Perlu diperhatikan bending radius (radius bengkokan) dari pigtail splitter.
c. Untuk Pemasangan di ODF koneksikan input splitter ke port arah
Equipment/perangkat aktif (OLT) sedangkat output splitter disambungkan ke arah
OSP (kabel Feeder).
d. Untuk Pemasangan di ODC koneksikan input splitter ke port arah kabel feeder
sedangkat output splitter disambungkan ke arah kabel distribusi.
e. Untuk Pemasangan di ODP input splitter lakukan splicing ke core kabel distribusi
sedangkat konektor output splitter di terminasikan/dikoneksikan ke port kabel drop
pada ODP.
Ilustrasi gambar instalasi FTTA ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Rectifier
Battere
a) b)
Dalam teknik penyambungan kabel fiber optik terdapat ada 2 (dua) macam cara yaitu
menggunakan teknik mekanik dan teknik Fusion. Cara yang umum dipakai adalah
teknik fusion.
Penyambungan kabel fiber optik berpengaruh terhadap kualitas transmisi sinyal optik,
oleh karena itu penyambungan harus dilaksanakan sesempurna mungkin agar batasan
loss transmisi tidak dilampaui. Loss maksimum setelah penyambungan splicing adalah
0,05 dB perbuah/titik, sedangkan untuk sambungan mekanik loss maksimum 0,2 dB.
Urutan kegiatan penyambungan adalah sebagai berikut:
Cutting of fiber
Splicing
Reinforcement
c. Lokasi penyambungan harus bebas dari debu, cukup terang dan mudah
dijangkau. Bila penyambungan di luar ruangan maka pada saat penyambungan
harus memperhatikan keamanan terhadap lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki.
Untuk kabel duct penyambungan dilaksanakan di luar duct. Jika perlu memasang
tenda untuk menghindari hujan/sengatan matahari.
d. Penempatan hasil sambungan/closure di manhole tidak mengganggu lalu lintas
keluar masuk manhole dan dipasang di dinding serta diletakkan pada besi
penyangga seperti gambar berikut ini.
b. Ambil salah satu ujung fiber optik kemudian kupas pelindung fiber optik (primary dan
secondary coating) tersebut dengan fiber stripper, panjang ujung fiber optik yang
dikupas kurang lebih 4 cm.
4 cm
c. Ambil salah satu ujung kabel fiber optik kemudian pasang sleeve protector.
d. Bersihkan ujung fiber optik tersebut (untuk menghilangkan primary coating pada
permukaan cladding) dengan tissue yang telah dibasahi dengan alkohol 90% seperti
gambar berikut ini.
an an
k ek
a n an
k
g an
tan
k an serat optik
e r sih
mb
h me tissue
a ra
k iri
ke
k ir i
ga n
tan
tangan kanan
arah putaran
tangan kiri
f. Untuk fusion splice yang berjalan otomatis bila hasil pemotongan baik maka tidak
memunculkan message error pada layar monitor.
First Heating
Fusion Splicing
Reinforcement
Clamp
Fiber
V-groove
Baik Tidak
baik
Gambar 176. Penempatan Fiber pada V-Groove (Tampak Samping)
4) Tutup mechanical chuck secara perlahan sehingga fiber tadi terjepit oleh
mechanical chuck.
c. Tutup canopy kemudian tekan tombol set sehingga fusion splicing melaksanakan
alignment-nya secara otomatis dan melaksanakan peleburan.
d. Jika peleburan telah selesai buka canopy dan pindahkan fiber tersebut ke alat
heater kemudian geser splice protector tepat di tengah-tengah sambungan.
e. Periksa hasil penyambungan, dengan melihat layar monitor.
kotor kotor
Gambar 177. Gambar Hasil Sambungan
f. Bila penyambungan berhasil dengan baik periksa redaman yang terjadi pada
sambungan tersebut (batasan redaman maksimum adalah 0,1 dB/splice), bila hasil
ukuran melebihi batas redaman maka penyambungan diulang.
g. Kegiatan selanjutnya adalah pemasangan selongsong fiber (fiber sleeve) yang
maksudnya untuk melindungi hasil sambungan dari pengaruh uap air dan mekanik
karena fiber optik telah mengalami degradasi pada saat penyambungan dan sebagai
pengganti lapisan pelindung fiberpada bagian yang telah dikupas. Sistim heat shrink
tube paling populer untuk pelaksaan pemasangan selongsong pelindung serat.
Adapun caranya sebagai berikut:
1) Geserkan selongsong yang telah dipasang pada salah satu fiber optik ke titik
sambungan secara perlahan-lahan sampai simetris.
2) Hidupkan catuan electric heater, kemudian buka electric heater cover dan fiber
clamp.
3) Tempatkan sambungan yang telah dilengkapi selongsong pada bantalan heater,
kemudian tutup kembali fiber clamp dan electric heater cover-nya.
4) Tekan tombol start dari electric heater maka electric heater akan bekerja
memanasi selongsong dan lampu indikator akan menyala. Pemanasan
selongsong akan berlangsung sekitar 3 (tiga) menit setelah itu secara otomatis
tombol start akan kembali normal dan lampu indikator padam disertai bunyi
buzzer tanda pemanasan selesai.
5) Buka electric heater cover dan kedua fiber clamp-nya kemudian angkat fiber optik
dari electric heater.
h. Dalam fusion splicing mungkin terjadi fiber core misaligment dan fiber non-
concentricity hal ini dapat diatasi dengan:
1) Mengurangi waktu lebur (fusion time), sehingga hanya sedikit saja bagian fiber
optik yang meleleh.
2) Mengurangi panjang ujung fiber optik pada fusion machine, sehingga ujung fiber
optik hanya bergerak sedikit saja selama proses peleburan.
3) Mempergunakan kompensating program yaitu pengaturan pergerakan (shift) fiber
optik dengan methoda IAS (International Axis Shift).
Prosedure instalasi mechanical splice pada sambungan kabel fiber optik diantanya:
a. Lakukan persiapan penyambungan sebagai berikut:
1) Kupas lapisan pelindung fiber (plastic coating) dengan mechanical stripper
sepanjang 50 mm.
2) Bersihkan kabel fiber optik tersebut dengan alkohol 90 %.
3) Potong ujung fiber optik tersebut dengan fiber cleaver sepanjang 12,5 mm
+/- 0,5 mm.
4) Periksa panjang potongan fiber optik tersebut dengan assembly tool, atur cleaver
untuk mendapatkan panjang yang dikendaki.
5) Ujung fiber optik yang dipotong tidak boleh menyentuh alat dan fiber optik yang
telah dipotong tidak boleh dibersihkan lagi.
c. Letakan fiber optik pada jalur assembly tool, kemudian atur posisi fiber optik pada
alat tersebut.
d. Masukan ujung fiber optik kedalam mechanic splice melalui lubang yang tersedia,
laksanakan untuk fiber optik yang kedua seperti langkah diatas sampai kedua ujung
fiber optik bertemu.
e. Tekan handle assembly tool kebawah sehinggga menekan bagian atas dari
mechancal splice sehingga tutup mechancal splice masuk kedalam dan terdengar
bunyi klik tanda tutup mechancal splice masuk pada posisi yang benar.
Masukkan menggunakan
Dengan dudukan fiber pemegang,
optik dan
potong setelah
sepatu panjangmelepas
fiber dengan
ganjal
benar.
plastik
Cara penyambungan kabel Ribbon LooseTube dengan kabel LooseTube non Ribbon
adalah :
a. Core kabel LooseTube di ribbonise per 12 core terlebih dahulu kemudian di
splicing/disambung dengan kabel ribbon dengan jumlah core yang sama.
Probabilitas kualitas hasil splicing 80-90 %.
b. Kabel Ribbon diurai per core kemudian disambungkan satu per satu dengan core
kabel loosetube. Pekerjaan ini memerlukan waktu yang lebih lama, hanya tingkat
keberhasilan splicing 100%.
Untuk penyambungan kabel loosetube dengan kabel SCPT dilakukan satu per satu
sesuai urutan core pada masing-masing tipe kabel. Bila masih terdapat core pada kabel
loosetube yang belum tersambung maka penyambungan kabel loose tube tersebut
dilanjutan dengan core kabel SCPT berikutnya.
Untuk lebih detail mengenai spek teknis dari closure tersebut dapat mengacu pada
STEL-L-037-2001 Ver.2 tentang Optical Fiber Cable Closure. Adapun langkah-langkah
pelaksanaan pemasangan closure sebagai berikut:
a. Kupas kulit PE luar kabel menggunakan lupsheat cutter, kemudian belah kulit PE
dalam menjadi 2 bagian dengan kedalaman 4 cm.
b. Masukan bousing with bounding wire kedalam belahan PE tersebut.
c. Pasang kedua klem sehingga menjepit boushing bonding dan kencangkan dengan
kunci pas/sock.
d. Amplas ujung kulit kabel luar tempat pemasangan sealing tape dan bersihkan
dengan tissue yang dibasahi dengan alkohol.
e. Pasang sealing tape C pada bagian yang ditandai sampai habis.
f. Pasang rubber end block pada sealing tape C dan pasang sealing tape B pada
rubber end block, kemudian ikat rubber end blok dengan stainless steel.
g. Buka/kupas pita katun sampai clamp dan uraikan fiber agar tidak tertukar satu sama
lain. Potong spacer dan tension member dengan jarak 75 mm dari clamp, kupas
pula spacer dengan jarak 30 mm dari ujung.
h. Pasang sleeve pada tension member kemudian di pres sehingga sleeve menjepit
tension member kemudian balut dengan isolasi tape.
i. Temukan kedua ujung kabel dan pasang clamping bar bagian bawah, kemudian ikat
kedua kabel pada rak agar tidak bergeser (goyang). Pasang pula fiber guide dan
fiber sheet untuk penempatan fiber yang telah disambung.
j. Lakukan penyambungan fiber optik dengan fusion atau mechanic splicer.
k. Bentuk fiber menjadi angka delapan kemudian lipat menjadi bulatan dan masukan
pada fiber sheet (fiber cassette). Lanjutkan untuk fiber yang lainnya, setiap fiber
sheet hanya mengakomodasi satu fiber saja.
l. Pasang fiber cover penutup fiber sheet dan pasang clamping bar bagian atas
kemudian jepitkan pada tension member clamp.
m. Pasang bounding wire dan kencangkan semua baut-baut yang ada.
n. Bersihkan rubber end block dengan tissue/kain yang dibasahi alkohol kemudian
pasang sealing tape A, bersihkan mof dengan tissue/kain yang dibasahi alkohol.
o. Pasang main sleeve kemudian kencangkan sekrupnya dengan kunci pas.
7. PENGUKURAN
Pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui nilai dari
parameter suatu kabel dan atau perangkat akses fiber optik. Parameter pengukuran
kabel fiber optik meliputi redaman, loss sambungan, jarak kabel, redaman end to end,
power level, dan continuitas. Adapun pengukuran perangkat aktif akses fiber optik
meliputi power transmit, power recieve, BER dan sensitivity. Peralatan yang digunakan
untuk pengukuran kabel dan perangkat akses fiber optik diantaranya adalah:
a. OTDR (Optical Domain Reflecto Meter), yang mempunyai kemampuan pengukuran
end to end passthrough splitter.
b. Power Meter dengan mempunyai kemampuan pengukuran end to end passthrough
splitter.
c. Light Source
d. BER Meter yang mempunyai kemampuan pengukuran end to end passthrough
splitter.
e. Variable Attenuator yang mempunyai pengukuran untuk dua arah.
Secara umum fungsi dari OTDR adalah mengukur redaman, mengukur loss
sambungan, mengukur loss antar dua titik, mengukur jarak kabel, dan melokalisir
Gangguan. Informasi mengenai redaman, loss sambungan, loss konektor dan lokasi
gangguan serta loss antara dua titik dapat diketahui dari display dibawah ini.
e. Setting Attenuator
f. On/Off laser
Agar OTDR dapat bekerja dengan baik, harus dihindari lokasi sebagai berikut:
a. Vibrasi yang kuat.
b. Kelambaban yang tinggi atau kotor (debu).
c. Dihadapkan langsung ke matahari.
d. Daerah gas reaktif.
Informasi pengukuran link optik dipakai untuk menentukan optical link budget dan
optical margin. Ada dua konfigurasi yang dapat dipakai pengukuran link optik yaitu end
to end dan Loop Back. Untuk prosedur uji terima biasanya yang dipakai adalah
pengukuran end to end. Berikut ini gambar konfigurasi pengukuran suatu link optik.
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat mengoperasikan alat ukur Optical Power
Meter diantaranya adalah:
a. Panjang gelombang yang tepat
b. Konektor yang tepat
c. Jenis fiber yang dapat diukur apakah Single Mode atau Multi Mode.
d. Lakukan kalibrasi
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menggunakan alat ukur Optical Light
Source diantaranya adalah:
a. Panjang gelombang yang tepat
b. Jenis fiber yang dapat diukur (Single Mode atau Multi Mode)
c. Sumber laser atau LED yang stabil
d. Daya keluaran cahaya yang cukup
Multimode fiber harus diukur dengan panjang gelombang 850 + 30 nm dan 1300 + 20
nm sedangkan singlemode fiber harus diukur dengan panjang gelombang 1550 + 30
nm dan 1300 + 20 nm.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Bina Marga Propinsi Jawa Barat, 2009, Prensentasi Masalah Perijinan
Pemasangan Perangkat di Fasilitas Tempat Umum, Bandung Indonesia
INTI, PT, 2009, Prensentasi Instalasi Kabel dengan Sistim Boring/Rojok, Bandung
Indonesia
Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT, 2002, PED L-001 Ver.1 Tentang Pedoman
Instalasi Kabel Gedung, Bandung Indonesia
Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT, 2004, Pedoman Penulisan Dokumen R&D Center,
Bandung Indonesia
Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT, 2009, Kajian Kabel Drop Fiber Optik , Bandung
Indonesia
Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT, 2008, STEL L-048 Ver 1.0 Tentang Optical
Distribution Frame , Bandung Indonesia
Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT, 2008, STEL L-049 Ver 1.0 Tentang Optical
Distribution Cabinet, Bandung Indonesia
Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT, 2008, STEL L-050 Ver 1.0 Tentang Optical
Termination Box, Bandung Indonesia
Telekomunikasi Indonesia, Tbk, PT, 2001, STEL L-008-2001 Tentang Pipa Duct
Kabel dari Bahan PVC Keras, Bandung
Telekomunikasi Indonesia, Tbk, PT, 2009, STEL K-032-2009 Tentang KSO Tentang
Rumah untuk Instalasi dalam Pipa, Bandung
Telekomunikasi Indonesia, Tbk, PT, 2009, STEL K-033-2009 Tentang KSO Penanggal
dengan Kawat Penggantung, Bandung
Telekomunikasi Indonesia, Tbk, PT, 2010, Bencmark DIVA ke NTT Jepang dan KNET
Korea
Telkom R&D Center, PT, 1999, Dokumen Kajian Pedoman Instalasi Kabel Rumah
(IKR), Bandung
Telkom R&D Center, PT, 2002, Dokumen Kajian Pedoman Instalasi Kabel Gedung
(IKG), Bandung
Telkom R&D Malaysia, PT, 2010, Materi Presentasi Implementasi FTTH di Telkom
Malaysia, Bandung