BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI RIAU
Tabel 2.1
Kabupaten dan Kota dalam Wilayah Provinsi Riau
No Nama Kota / Kabupaten Ibukota Kabupaten Luas (Ha)
1 Rokan Hulu Pasir Pangaraian 722 977,69
2 Kampar Bangkinang 1 092 819,71
3 Kuantan Singingi Teluk Kuantan 520 216,14
4 Indragiri Hulu Rengat 767 626,67
5 Indragiri Hilir Tembilahan 1 379 837,12
6 Pelalawan Pangkalan Kerinci 240 413,95
7 Siak Siak Sri Indrapura 823 357,01
8 Bengkalis Bengkalis 841.619,23
9 Rokan Hilir Bagan Siapi – Api 896 142,93
10 Kepulauan Meranti Selat Panjang 362.803,82
11 Pekanbaru Pekanbaru 63 300,86
12 Dumai Dumai 203 900,00
Jumlah 8 .915.015,09
Sumber : Riau Dalam Angka 2016 dan RTRW Provinsi Riau, 2007-2026
Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang
8.915.016 Ha (89.150 Km2)
Secara lebih jelas mengenai letak dan batas administrasi Provinsi Riau dapat
dilihat pada Gambar 2.10
Laporan Akhir
Gedung
Mal
Gambar 2.7 Adapun batas-batas Provinsi Riau bila dilihat posisinya dengan negara tetangga dan
Gedung Teater Tertutup Idrus
Tintin provinsi lainnya adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Jumlah, Sebaran dan Kepadatan Penduduk Provinsi Riau Tahun 2015
Jumlah
No Kabupaten/Kota Luas Wilayah (Ha)
Penduduk
1 Kuantan Singingi 520,216 314.276
2 Indragiri Hulu 767,627 409.431
3 Indragiri Hilir 1,379,837 703.734
4 Pelalawan 1,240,414 396.990
5 Siak 823,357 440.841
6 Kampar 1,092,820 793.005
7 Rokan Hulu 722,978 592.278
8 Bengkalis 1,204,423 543.987
9 Rokan Hilir 896,143 644.680
10 Kepulauan Meranti 360,703 181.095
11 Pekanbaru 63,301 1.038.118
12 D u m a i 203,900 285.967 Sumber :
Riau Jumlah/Total 8,915,016 6.344.402 Dalam
Angka 2016
Tabel 2.3
Deskripsi Struktur Ruang Wilayah Riau s/d 2026
( Jenjang Fungsi Perkotaan s/d PKL Fungsi-fungsi Utama Pelayanan Perkotaan
Simpul-simpul Kegiatan Transportasi Laut dan Udara )
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
5. Kawasan Sempadan Pantai (warna hijau muda tanpa notasi huruf), tersebar di
sepanjang Pantai Timur wilayah Riau dan pulau-pulau di Kab. Bengkalis, Kab.
Pelalawan, di luar Pulau-pulau Kecil Dipertahankan Sebagai Hutan Alam.
6. Kawasan Sempadan Sungai (hanya ditampilkan pada sungai-sungai besar),
terdapat di seluruh wilayah Kabupaten dan Kota yang memiliki sungai-sungai
besar maupun kecil.
7. Kawasan Sekitar Danau/Waduk, tersebar terutama di Kab. Kampar (Waduk
Koto Panjang), dan di Kabupaten/Kota lain yang memiliki danau/waduk namun
tidak tergambarkan dengan jelas dalam peta skala 1 : 250.000, di luar
danau/waduk yang merupakan bagian dari Kawasan-kawasan Lindung yang
lain.
8. Kawasan Sekitar Mata Air (tidak bisa ditampilkan dalam Peta Arahan
Pemanfaatan Ruang Daratan Wilayah Riau karena tampilan yang terlalu kecil
pada skala peta 1 : 250.000), terdapat di seluruh wilayah Kabupaten/Kota yang
memiliki sumber-sumber mata air.
9. Kawasan Cagar Alam (CA), terdapat di Kab. Rokan Hilir (CA Pulau Barkey)
dan Kab. Kampar (CA Bukit Bungkuk).
10. Kawasan Suaka Margasatwa (SM), tersebar di Kab. Bengkalis, Kab. Siak, Kab.
Pelalawan, perbatasan Kab. Kampar dengan Kab. Kuantan Singingi (SM Bukit
Rimbang Bukit Baling), dan di perbatasan Kab. Pelalawan dengan Kab. Indragiri
Hulu (SM Kerumutan) dan SM Senepis–Buluala yang baru diresmikan di wilayah
Kota Dumai – Kabupaten Rokan Hilir.
11. Kawasan Taman Nasional (TN), terdapat di perbatasan Kab. Indragiri Hulu-
Kab. Indragiri Hilir yaitu TN Bukit Tiga Puluh, TN Zamrud di Kabupaten Siak dan
TN. Teso Nillo di Kab. Kampar.
12. Kawasan Hutan Wisata (HW), terdapat di Kota Dumai yaitu HW Sungai Dumai.
13. Kawasan Taman Hutan Raya/Tahura (THR), hanya terdapat di perbatasan
Kab.Kampar dengan Kab. Siak dan Kota Pekanbaru yaitu THR Sultan Syarif
Hasyim serta Kawasan Hutan yang diusulkan menjadi Tahura di Kabupaten
Rokan Hulu.
14. Kawasan Hutan Mangrove/Bakau (Bk), tersebar terutama di wilayah
Kabupaten/Kota yang memiliki kawasan-kawasan pantai dataran rendah marine
terpengaruhi pasang surut air laut, yaitu Kab. Rokan Hilir, Kota Dumai, Kab.
Bengkalis, Kab. Pelalawan, Kab. Indragiri Hilir.
15. Kawasan Pusat Latihan Gajah (PLG), hanya terdapat di Kec. Mandau, Kab.
Bengkalis.
16. Kawasan Peninggalan Sejarah / Budaya / Keagamaan / Ilmu Pengetahuan,
terdapat terutama di Kab. Siak, Kota Pekanbaru dan Kab. Kampar.
17. Kawasan Masyarakat Tradisional, terdapat di Kab. Bengkalis, Kab. Pelalawan
dan Kab. Indragiri Hulu.
Kawasan-kawasan Budidaya Ruang Daratan di wilayah Riau, mencakup di
dalamnya kawasan-kawasan pesisir, lokasinya tersebar ke seluruh wilayah Kabupaten
dan Kota. Kawasan-kawasan budidaya tersebut dapat diuraikan secara garis besar
sebagai berikut:
1. Kawasan Hutan Produksi , tersebar hampir merata ke seluruh Kabupaten di
wilayah Riau Daratan.
2. Kawasan Hutan Rakyat (HR), tersebar di Kab. Rokan Hulu, Kab. Kampar, dan
Kab. Indragiri Hulu. Seperti halnya HKM, HR juga merupakan kawasan hutan
produksi yang dikembangkan secara khusus dalam rangka pemberdayaan
ekonomi rakyat di sektor kehutanan. Dalam kenyataan di lapangan, kawasan
HR ini bisa menjadi lebih luas karena dalam penyusunan RTRWP Riau 2007-
2026 tidak diperoleh data maupun peta sebaran hutan rakyat secara lengkap
dan terinci.
3. Kawasan Pertanian; Kawasan Pertanian, tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten dan Kota kecuali Kota Pekanbaru, terutama pada kawasan
sepanjang aliran sungai dan anak-anak sungai. Pengelolaan kawasan terutama
diarahkan untuk masyarakat dalam rangka pemberdayaan ekonomi rakyat.
Kawasan pertanian disini termasuk mengakomodir program OPRM (Operasi
Pangan Riau Makmur), dimana sebaran lokasinya tersebar di provinsi Riau.
Dalam rangka pemihakan dan memberdayakan ekonomi masyarakat dalam
program K2I dan sejalan untuk memperkuat program K2I, RTRWP ini juga
mengalokasikan pencadangan lahan pertanian bagi masyarakat Riau.
Pencadangan lahan pertanian ini berupa pencadangan lahan untuk
perkebunan/tanaman tahunan (CL-Pb/Tt), pencadangan lahan untuk lahan
kering (CL-Lk) dan pencadangan lahan untuk lahan basah (CLLb). Penentuan
jenis pencadangan lahan ini ditentukan oleh data kesesuaian lahan yang
memerlukan kajian lebih lanjut di lapangan. Kawasan pencadangan lahan ini
(CL) disebarkan di seluruh kabupaten/kota, kecuali kota Pekanbaru.
4. Kawasan Perkebunan Besar Negara/Swasta (Pb/TT), tersebar secara hampir
merata di seluruh wilayah Kabupaten dan Kota. Seperti telah dikemukakan
Kawasan Pb/TT ini selain diarahkan untuk perusahaan besar negara/ swasta,
juga dimungkinkan Koperasi untuk turut mengelola di dalamnya.
5. Kawasan Perkebunan Rakyat (PbR), juga tersebar secara merata di seluruh
wilayah Kabupaten dan Kota. Seperti halnya kawasan Hutan Rakyat (HR),
kawasan PbR ini diarahkan pengembangannya secara khusus dalam rangka
pemberdayaan ekonomi rakyat di sektor perkebunan (perusahaan besar
swasta/negara tidak bisa masuk).
6. Kawasan Perikanan (perikanan darat dan air payau/tambak), tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten dan Kota. Kawasan ini terutama terdapat di kawasan
sepanjang aliran sungai dan anak-anak sungai, danau, tasik, waduk dan danau
tapak kuda (oxbow) yang juga memiliki kesesuaian lahan untuk Pertanian Lahan
Basah (LB), serta di belakang jalur lindung Kawasan Pantai Berhutan Bakau
(Bk) pada kawasan-kawasan pesisir laut dan pantai.
7. Kawasan Peternakan, secara umum tersebar di kawasan-kawasan
permukiman penduduk di wilayah perdesaan (hinterland). Untuk Kawasan
Peternakan simbol tidak diplot mengingat sebaran wilayah perdesaan yang
sangat luas.
8. Kawasan Wisata, untuk wisata alam pantai terdapat di Kab. Rokan Hilir
(Kepulauan Jemur) dan Kab. Bengkalis (Tanjung Medang dan P. Payung).
Untuk wisata alam bukan pantai (hutan dll) serta wisata budaya antara lain
terdapat di Kab. Indragiri Hulu (wisata alam di TN Bukit Tiga Puluh), Kota Dumai
(wisata alam di HW Sungai Dumai), perbatasan Kab. Kampar - Kota Pekanbaru
- Kab. Siak (wisata alam di THR Sultan Syarif Qasim II), Kab. Kampar (wisata
budaya di Candi Muara Takus) dan Kab. Siak (wisata budaya di peninggalan
Kesultanan Siak).
9. Kawasan Industri tersebar di Kab. Rokan Hilir (di Bagan Punak), Kota Dumai
(di Lubuk Gaung dan Pelintung), Kab. Bengkalis (di Buruk Bakul), Kab. Siak (di
Mengkapan Buton), Kab. Pelalawan (di Tugau), dan di Kab. Indragiri Hilir (Kuala
Enok). Di Kab. Siak berdasarkan kondisieksisiting, kegiatan industri di
sepanjang Sungai Siak secara bertahap akan dipindahkan ke Kawasan Industri
Tanjung Buton. Dalam upaya peningkatan investasi, kawasan industri (industrial
estate) yang berlokasi di Kota Dumai dapat ditingkatkan menjadi Kawasan
Pengembangan Ekonomi Khusus (Special Economic Development Zone) yang
terdiri dari commercial area, industrial area dan kawasan pelabuhan, dimana
besaran dan luasan kawasan ini dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan di
masa akan datang. Lahan Peruntukan Industri, sesuai aspirasi dan kebutuhan
setiap wilayah Kabupaten tersebar di Kab. Rokan Hulu (Pasir Pangaraian,
agroindustri), Kab. Kampar (Bangkinang, agroindustri), Kab. Kuantan Singingi
(Taluk Kuantan, agroindustri), Kab. Indragiri Hulu (Simpang Belilas,
agroindustri), Kab. Siak (Perawang, industri pulp; Tanjung Buton, Kawasan
Industri), Kota Pekanbaru (Teluk Lembu, industri campuran), dan Kab.
Pelalawan (Pangkalan Kerinci, industri pulp), serta Tanjung Samak sebagai
industri perikanan modern berbasis pelabuhan perikanan.
10. Kawasan Pertambangan (potensi pertambangan), untuk migas (golongan A)
tersebar di Kab. Bengkalis, Kab. Siak, Kab. Rokan Hulu, Kab. Rokan Hilir, Kab.
Kampar, Kab. Kuantan Singingi dan Kab. Indragiri Hulu. Untuk pertambangan
umum seperti emas, batubara, bouxit dll (golongan B) tersebar di Kab. Kuantan
Singingi dan Kab. Indragiri Hulu. untuk penambangan gambut terdapat di Kab.
Siak (Kec. Perawang) yang dilakukan oleh PT. Arara Abadi untuk bahan bakar
“Steam Flood” industri pulp.
11. Kawasan Permukiman terdiri dari permukiman perkotaan, permukiman
perdesaan dan permukiman eks areal transmigrasi, secara umum tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten dan Kota. Untuk permukiman perkotaan, beberapa
diantaranya merupakan perkotaan yang direncanakan baru, yaitu : Mengkapan
Buton dan Simpang Buatan di Kab. Siak, Tugau di Kab. Pelalawan, Pedamaran
dan Sinaboi di Kab. Rokan Hilir, Bagan Jaya di Kab. Indragiri Hilir, Simpang IFA
di Kab. Indragiri Hulu dan Buruk Bakul di Kab. Bengkalis.
Tabel 2.4
Luasan Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Daratan
Gambar 2.11 Peta struktur ruang wilayah Provinsi Riau ..... hal 17
Kota Pekanbaru dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur.
Memiliki beberapa anak sungai antara lain : Sungai Umban Sari, Air Hitam, Siban,
Setukul, Pengambang, Ukui, Sago, Senapelan, Limau, Tampan dan Sungai Sail.
Sungai Siak juga merupakan jalur perhubungan lalu lintas perekonomian rakyat
pedalaman ke kota serta dari daerah lainnya.
Adapun untuk lebih jelasnya mengenai pembagian luas wilayah Kota Pekanbaru
berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.5. Secara spasial, Pekanbaru
memiliki lokasi yang sangat strategis sebagai kota transit yang menghubungkan Kota-
kota utama di pulau Sumatera. Keuntungan lokasi ini, harus dicermati sebagai potensi
dan masalah yang harus diantisipasi agar pembangunan kota ke depan benar-benar
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya, dan mereduksi, kemungkinan
dampak/pengaruh negatif yang akan ditimbulkan.
Tabel 2.5
Luas Wilayah Kota Pekanbaru Berdasarkan Kecamatan
No. Kecamatan Luas(Km2) Persentase(%)
1. Pekanbaru Kota 2,26 0,36
2. Sail 3,26 0,52
3. Sukajadi 3,76 0,59
4. Lima Puluh 4,04 0,64
5. Senapelan 6,65 1,05
6. Bukit Raya 22,05 3,49
7. Marpoyan Damai 29,74 4,70
8. Payung Sekaki 43,24 6,84
9. Tampan 59,81 9,46
10. Rumbai 128,85 20,38
11. Rumbai Pesisir 157,33 24,88
12. Tenayan Raya 171,27 27,09
Jumlah 632,26 100,00
Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2016
Tabel 2.6
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Pekanbaru Menurut Kecamatan Tahun 2011 – 2015
tahun ketahun yaitu pada tahun tahun 2013 Rp. 51.053.167,00 tahun 2014 senilai Rp.
54.570.279,50 dan pada tahun 2015 kembali meningkat menjadi Rp. 57.557.347,62.
Hal ini cukup wajar mengingat
Kota Pekanbaru adalah ibukota Provinsi
Riau yang aktivitas ekonominya cukup
besar dan merupakan pusat peredaran
barang dan jasa. Sementara itu
perkembangan PDRB Kota Pekanbaru
secara nominal atas dasar harga berlaku
dan harga konstan dapat dilihat pada
Tabel 2.8.
Gambar 2.16
Mall Pekanbaru
Tabel 2.8
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Pekanbaru Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) Tahun 2012 – 2015
Tabel 2.9
Produk Domestik Regional Bruto Kota Pekanbaru Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha (miliar rupiah) Tahun 2012 – 2015 (Juta Rupiah)
LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, 923.554,77 1.024.011,56 1.156.508,36 1.342.353,21
Kehutanan dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 11.249,54 12.461,14 13.756,95 16.235,74
Industri Pengolahan 11.473.151,40 12.272.526,75 14.013.850,35 16.703.456,43
Pengadaan Listrik dan Gas 96.069,57 97.803,91 114.232,30 135.180,87
Pengadaan air, pengadaan sampah 11.912,97 11.496,15 11.977,58 13.351,50
Konstruksi 16.036.782,60 17.893.456,53 22.435.971,85 25.143.478,00
Perdagangan Besar dan Eceran;
16.067.019,28 17.131.976,82 22.157.999,88 24.520.354,90
Reparasi
Transportasi dan Pergudangan 1.325.879,33 1.495.872,62 1.793.556,62 2.105.082,78
Penyediaan Akomodasi dan Makan
1.105.173,57 1.266.298,51 1.765.161,45 1.822.509,00
Minum
informasi dan Komunikasi 1.370.444,07 1.402.089,92 1.583.786,61 1.818.250,09
Jasa Keuangan dan Asuransi 2.020.821,03 2.236.937,27 2.668.747,22 2.971.439,24
Real Estat 1.620.387,63 1.759.101,25 2.037.801,22 2.404.177,92
Jasa Perusahaan 9.294,14 10.631,63 13.539,02 15.366,32
Administrasi Pemerintahan,
2.348.832,85 2.468.441,48 2.554.745,83 2.751.629,46
pertanahan dan jaminan sosial wajib
Jasa Pendidikan 586.288,21 631.161,71 819.218,58 956.881,02
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 236.664,69 266.329,00 329.291,56 407.609,81
Jasa lainnya 448.490,78 511.863,22 665.872,83 904.612,74
PDRB 55.692.016,42 60.492.459,55 74.235.018,20 84.031.969,03
Sumber : Pekanbaru Dalam Angka 2014
Gambar : 2.17
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 25
Tahun 2015
Laporan Akhir
Gambar : 2.18
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 26
Tahun 2015
Laporan Akhir
Selain keempat jenis RTH di atas, RTH Publik Kota Pekanbaru masih dapat
dipenuhi dari Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (Tahura SSH), Taman
Makam Pahlawan Kusuma Bangsa dan TPU Taman Bahagia (keduanya dikelola
Pemerintah Propinsi Riau), pengaturan sempadan sungai, sempadan
waduk/danau, dan jalur hijau tepi jalan yang sudah mendapatkan program
penghijauan oleh pemerintah kota. Pemanfaatan ruang terbuka hijau yang
bukan dikelola langsung oleh Pemerintah Kota Pekanbaru namun memiliki unsur
akses publik adalah TPU yang dikelola oleh masyarakat/yayasan dan hutan kota
kesepakatan yang ditetapkan dalam keputusan walikota.
RTH Publik, Yang termasuk dalam kategori RTH publik antara lain:
RTH pada jaringan Jalan, yang terdiri dari pulau jalan, median jalan, jalur
hijau tepi jalan dan ruang di bawah jalan layang. Pulau jalan adalah ruang
yang terbentuk oleh gemetris jalan seperti pada persimpangan tiga atau
bundaran jalan. Sedangkan median beruba jalur pemisah yang membagi
jalan menjadi dua jalur atau lebih. Jalur hijau tepi jalan adalah ruang terbuka
hijau yang membatasi daerah milik jalan dengan jalur pejalan kaki. Ruang di
bawah jembatan layang selain dapat berupa perkerasan juga dapat
dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau. Penetapan RTH Publik pada
jaringan jalan menjadi satu kesatuan dengan perencanaan teknis jaringan
transportasi darat / jalan raya.
RTH Taman. Taman yang dimaksud adalah taman lingkungan dan taman
kota. Penyediaan taman lingkungan sesuai dengan Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perkotaan dilakukan
dengan pendekatan standar kebutuhan ruang sebesar 1 m2/jiwa untuk taman
RT; 0,5 m2/jiwa untuk taman RW; 0,3 m2/jiwa untuk taman kelurahan; 0,2
m2/jiwa untuk taman kecamatan dan 0,3 m2/jiwa untuk taman kota.
Keberadaanya dengan asumsi bahwa tiap taman RT melayani 250 jiwa, tiap
taman RW melayani 2.500 jiwa, tiap taman kelurahan melayani 30.000 jiwa,
tiap taman kecamatan melayani 120.000 jiwa dan tiap taman kota melayani
480.000 jiwa.
Selain pemenuhan kebutuhan taman lingkungan sebagaimana standar,
arahan taman kota di Kota Pekanbaru meliputi:
Tabel 2.11
Arahan Sebaran Taman Kota di Pekanbaru
No. Taman Kota Luas (M2)
1 Taman Kota Jl. Diponegoro 34.030,20
2 Taman Kayu Putih Jl. Tambelan 3.600
3 Taman Belakang Pustaka Wilayah 1.936
4 Taman di bundaran Jl. Tambelan 19,8
5 Taman Kota jl. Garuda Sakti 31.794
6 Taman belakang kantor Kejaksaan Riau Jl. Sumatera 810
7 Taman Pasar bawah jl. Senapelan 1.052
8 Taman Cinta Raja Jl. Khairil Anwar 2000
9 Taman Simpang Jl. Kesehatan dengan Jl. Riau 286,72
10 Taman Waterfront City I (Senapelan Heritage)
11 Taman Kota Jalan Riau (eks. Kantor PU Propinsi)
12 Taman Srikandi
13 Taman Waterfront City II (antara jembatan Siak I dan Siak III)
14 Taman Rekreasi Kaca Mayang
15 Taman simpang Arifin Ahmad
16 Kawasan Bandar Serai
Sumber: RTRW Kota Pekanbaru, 2012
D. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya didefinisikan sebagai kawasan yang dimanfaatkan secara
terencana dan terarah sehingga dapat berdayaguna dan berhasilguna bagi hidup dan
kehidupan manusia.
Kawasan Pertanian
Pengembangan kawasan budidaya pertanian secara keseluruhan diarahkan untuk
budidaya tanaman pangan lahan basah, tanaman pangan lahan kering, perkebunan/
tanaman tahunan, holtikultura, peternakan dan perikanan darat.
Kawasan Permukiman
Arahan pengembangan kawasan permukiman di Kota Pekanbaru tetap mengacu
pada kecenderungan perkembangan saat ini, dan gejala pertumbuhan kawasan
permukiman pada kawasan-kawasan potensial sebagai akibat terstimulasi oleh
program pembangunan pemerintah kota.
Kawasan Perdagangan dan Jasa
Sebagai kota dengan ciri utama jasa dan perdagangan, perkembangan kegiatan
perdagangan harus dapat diantisipasi hingga dua puluh tahun ke depan, terutama
pengaturan pemanfaatan lahan untuk masing-masing jenis kegiatan perdagangan.
Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di kota Pekanbaru dilakuan dengan
mempertimbangkan fungsi kota Pekanbaru didalam rencana tata ruang Nasional
Kegiatan perdagangan direncanakan tersebar pada beberapa ruas jalan utama Kota
Pekanbaru, terutama pada ruas-ruas jalan arteri dan kolektor.
Kawasan Perkantoran
Arahan kebijakan pengembangan kawasan perkantoran dan pemerintahan adalah
sebagai berikut :
- Mempertahankan lokasi kawasan pemerintahan yang ada saat ini yaitu di
sekitar kantor Gubernur Riau dan Walikota Pekanbaru, dengan melakukan
penataan/pengelompokkan terhadap instansi-instansi yang memiliki keterkaitan
koordinasi yang tinggi.
- Pengembangan kawasan perkantoran dan pemerintahan baru
Kawasan Industri dan Pergudangan
Rencana pengembangan kawasn industri dan pergudangan di kota Pekanbaru
secara umum dilakukan dengan :
- Merelokasi besar dan sedang serta industri polutif di pusat kota ke kawasan
industri di Tenayan
- Mengembangkan industri dan pergudangan untuk menyiapkan peran dan
fungsi kota pekanbaru sebagai Hub di propinsi Riau
- Melakukan kerjasama pengembangan industri dengan wilayah wilayah di
sekitar kota Pekanbaru
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 33
Tahun 2015
Laporan Akhir
Kawasan Wisata
Rencana kawasan wisata selain berpedoman pada kondisi yang telah ada saat
ini dan program pembangunan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah, juga
berdasarkan optimasi pemanfaatan lahan-lahan konservasi yang akan
dikembangkan. Dengan demikian, kawasan wisata di Kota Pekanbaru meliputi :
a. Danau Lembah Sari/ Bandar Khayangan (Kec. Rumbai Pesisir)
b. Danau Alam Mayang (Kec. Tenayan Raya)
c. Kawasan Kota Lama Cagar Budaya (Kec. Senapelan)
d. Kawasan Budaya Bandar Serai Simpang Tiga (Kec. Bukit Raya)
e. Kawasan Payung Sekaki (Waterfront City) di Kec. Rumbai
f. Kawasan Wisata Kuliner (Jajanan) Taman Labuai (Kec.Bukit Raya) dan
Pasar Bawah (Kec. Senapelan)
g. Kawasan Wisata Alam dan Bumi Perkemahan Taman Hutan Raya SSK II
(Kec.Rumbai)
h. Taman Rekreasi Mesjid Agung Annur (Kec. Limapuluh)
i. Taman Kolam Tandon (Kec. Pekanbaru Kota)
j. Hutan Kota (Kec. Sail).
k. Kawasan agrotourism di sekitar Okura sebagai sentra pengembangan buah-
buahan dan sayuran.
l. Kawasan rekreasi waterboom di sekitar jalan Arifin Achmad, (Kec. Marpoyan
Damai).
m. Seluruh areal konservasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
kawasan wisata, baik secara alami, maupun yang dikelola.
I. Kawasan Transportasi
Kawasan Transportasi terdiri dari Kawasan bandara, Kawasan Terminal Akap, dan
Kawasan Pelabuhan Sungai Duku
Gambar : 2.19
Peta Rencana Struktur Ruang Hal ii - 39
Gambar : 2.20
Peta Rencana Pola Ruang Hal ii - 40
Gambar : 2.21
Peta Rencana KAWASAN STRATEGIS Hal ii - 41
Gambar 2.22
Kantor Walikota Dumai
Bujur Timur dan 010 26’ 50” - 020 15’ 40” Lintang Utara. Kota Dumai mempunyai luas
wilayah daratan 1.727,38 Km2 dan wilayah perairan seluas 71.393 Ha, secara
administratif Kota Dumai berbatasan dengan :
1. Sebelah Utara : Selat Rupat, Pulau Rupat, dan Selat Malaka
2. Sebelah Timur : Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis
3. Sebelah Selatan : Kecamatan Mandau dan Kecamatan Bukit Batu,
Kabupaten Bengkalis
4. Sebelah Barat : Kecamatan Tanah Putih dan Kecamatan Bangko
Kabupaten Rokan Hilir
Di Kota Dumai ini terdapat 16 sungai besar dan kecil dengan total panjang
keseluruhannya 222 Km yang mana kesemua sungai tersebut bermuara ke Selat Rupat
dan Selat Malaka sebagai jalur lalu lintas perdagangan. Kalau dilihat dari segi topografi,
Kota Dumai termasuk ke dalam kategori daerah yang datar dengan kemiringan lereng 0
– < 3 %, di mana sebelah utara Kota Dumai umumnya merupakan dataran yang landai
dan ke selatan semakin bergelombang.
Kepadatan rata-rata penduduk di Kota Dumai pada tahun 2015 adalah 165,55
jiwa/Km². Kepadatan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Dumai Kota yaitu
3.543,31 Jiwa/Km², sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan
Sungai Sembilan. Untuk lebih jelas melihat jumlah penduduk dan kepadatan penduduk
dapat dilihat pada Tabel 2.13
Tabel 2.13
Kepadatan Penduduk di Kota Dumai Tahun 2015
Luas Jumlah Kepadatan
Kecamatan Wilayah Penduduk Penduduk
(Km²) (jiwa) (jiwa/Km²)
Bukit Kapur 200,00 43.403 217,02
Medang Kampai 373,00 11.470 30,75
Sungai Sembilan 975,38 31.158 31,94
Dumai Barat 44,98 40.572 902,00
Dumai Selatan 73,50 51.616 702,26
Dumai Timur 47,52 61.685 1.298,09
Dumai Kota 13,00 46.063 3.543,31
Jumlah 1.727,38 285.967 165,55
Sumber : Dumai Dalam Angka, 2016 dan Hasil Analisis
administratif, karena luas wilayah pada administrasi tertentu tidak sama, sehingga
wilayah kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk yang relatif besar akan tetapi
juga mempunyai luas wilayah yang besar pula hasilnya akan tetap kelihatan kecil
secara kuantitatif, sehingga tingkat kepadatan penduduk ini juga dilihat dari luas lahan
terbangun dibandingkan terhadap jumlah penduduk yang terkonsentrasi tersebut, maka
hal ini yang disebut Kepadatan bersih.
Tabel 2.14
Produk Domestik Regional Bruto Kota Dumai Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2012-2015 (Juta Rupiah)
Tabel 2.15
Produk Domestik Regional Bruto Kota Dumai atas dasar Harga Konstan Menurut
Lapangan Usaha tahun 2012-2015 (Juta Rupiah)
LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, 1.131.619.66 1.119.819.76 1.138.121,39 1.139.967,28
Kehutanan dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 86.416.17 86.479.50 87.258,58 87.421,17
Industri Pengolahan 10.035.476.89 10.409.620.79 11.178.854,35 11.116.755,83
Pengadaan Listrik dan Gas 10.521.20 10.629.00 12.896,96 13.733,65
Pengadaan air, pengadaan sampah 3.341.93 3.363.44 3.398,96 3.523,70
Konstruksi 2.117.406.69 2.181.412.05 2.011.314,46 2.119.777,32
Perdagangan Besar dan Eceran; 3.652.938.24 3.723.616.92 3.856.270,34 3.946.043,56
Reparasi
Transportasi dan Pergudangan 503.239.11 542.461.38 601.001,20 602.252,39
Penyediaan Akomodasi dan Makan
123.319.23 154.478.76 178.744,72 150.191,31
Minum
Informasi dan Komunikasi 170.547.14 206.134.11 229.294,86 245.697,40
Jasa Keuangan dan Asuransi 397.959.44 473.575.07 285.819,74 265.536,84
Real Estat 83.055.84 86.988.13 90.248,56 94.773,07
Jasa Perusahaan 831.69 883.50 958,60 1.032,15
Administrasi Pemerintahan, pertanahan
412.483.99 419.717.32 421.465,77 429.988,77
dan jaminan sosial wajib
Jasa Pendidikan 78.210.66 82.520.25 89.917,60 94.631,35
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 26.531.16 28.650.41 29.384.74 32.305,65
Jasa lainnya 75.946.65 83.596.52 92.630.46 102.020,06
PDRB 18.909.845.70 19.613.946.90 20.306.304.94 20.445.651,06
Sumber : Kota Dumai Dalam Angka, 2016
sebagian besar berada di daerah pedesaan. Data statistik pertanian yang disajikan
pada pembahasan ini dibagi menjadi 4 (empat) sub sektor yaitu pertanian tanaman
pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan.
A. Tanaman Pangan
Untuk memenuhi kebutuhan akan pangan Kota Dumai juga memproduksi sendiri
komoditas yang berupa tanaman pangan yaitu berupa padi sawah, padi ladang,
jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau.
Padi sawah merupakan komoditas yang paling banyak diproduksi pada tahu 2012
yaitu 5.507,5 Ton. Padi ladang merupakan komoditi kedua terbanyak di produksi di
Kota Dumai yaitu sebanyak 1.115 Ton. Sementara itu komoditas yang paling rendah
produksinya yaitu, kacang kedelai sabanyak 12 Ton.
Gambar 2.26
Tanaman Pangan Ubi Kayu / Singkong
Tabel 2.16
Produksi Tanaman Pangan (Ton) di Kota Dumai Tahun 2013
Kecamatan Jumlah
Jenis
Bukit Medang Sungai Dumai Dumai Dumai Dumai
Tanaman
Kapur Kampai Sembilan Barat Timur Kota Selatan
Padi sawah 0,0 0,0 215,0 0,0 55,0 0,0 9,0 279
Padi ladang 0,0 4,0 1.639,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1.643
Jagung 2,0 4,0 3,0 2,0 3,0 0,0 0,0 14
Ketela rambat 0,0 1,0 3,0 0,0 0,0 0,0 0,0 4
Kacang tanah 11,0 0,0 0,0 0,0 5,0 0,0 6,0 22
kacang hijau 0,0 0,0 3,0 0,0 0,0 0 0 3
Sumber : Sumber : Kota Dumai Dalam Angka, 2016
B. Perkebunan
Kota Dumai, meskipun sudah beranjak menjadi kota Metropolitan, tetapi sektor
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 49
Tahun 2015
Laporan Akhir
pertanian, khususnya usaha perkebunan menunjukkan potensi yang besar. Hal ini
diantaranya terindikasi dari pemanfaatan lahan untuk perkebunan yang mengalami
mengalami penambahan luasan budidayanya yang cukup pesat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Kota Dumai dalam angka 2016
menunjukan bahwa terdapat beberapa jenis tanaman yang ditanam di Kota Dumai
berupa perkebunan karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, pinang, dan kakao yang tersebar
di kecamatan: Bukit Kapur, Medang Kampai, Sungai Sembilan, Dumai Barat, dan
Dumai Timur, Dumai Kota, Dumai Selatan. Berdasarkan data diatas jika mengacu pada
potensi untuk Kota Dumai Perkebunan sawit masih menjadi sektor unggulan yaitu,
hampir sebesar 12.400,0 Ha yang terdapat di Kecamatan Bukit Kapur.
C. Perikanan
Usaha perikanan di Kota Dumai
terdiri dari usaha perikanan air
laut, usaha perikanan air tawar dan
perikanan tambak. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS),
Kota Dumai dalam Angka, tahun
2016. Kondisi pembudidayaan
perikanan air laut di wilayah Kota
Gambar 2.29
Dumai dapat dikatakan telah Pasar Kelakap Tujuh di Kota Dumai
pembudidayaan ikan air tawar (kolam) dan dan tambah juga tergolong baik. Jumlah
produksi hasil ikan air tawar (kolam) pada tahun 2014 mencapai 126.113 kg atau
setara dengan 1,753,826,000 rupiah. Sedangkan produksi tambak di Kota Dumai
mencapai 10.958 kg atau setara dengan 451.516.000 rupiah pada tahun 2015.
D. Peternakan
Potensi Kota Dumai di
bidang peternakan relatif
kecil bila dibandingkan
dengan daerah-daerah
lain di provinsi Riau.
Peternakan biasanya
dilakukan oleh
masyarakat tempatan
Gambar 2.30
dalam skala terakhir. Potensi peternakan sapi di Kota Dumai
Data terakhir dari Badan
Pusat Statistik Kota Dumai Dalam Angka 2016, menyebutkan bahwa populasi ternak
yang ada terdiri dari sapi 2.577 ekor, kerbau 9 ekor, kambing 443 ekor, dan babi 550
ekor. Berdasarkan data Dumai Dalam Angka, 2016 diketahui jumlah sapi dari tahun
ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 sebanyak 399 ekor sampai
pada tahun 2014 meningkat menjadi 3.825, namun pada tahun 2015 jumlah ternak
sapi menurun menjadi 2.577 ekor.
E. Industri
Kota Dumai telah lama dikenal sebagai kota minyak. Tiga industri yang turut serta
memajukan Kota Dumai secara tidak langsung adalah PT. Chevron Pasific Indonesia
yang bergerak mayoritas dalam bidang pertambangan serta ekspor minyak dan gas
bumi, kemudian PT. Pertamina yang bergerak dalam bidang pengolahan dan
pendistribusian minyak dan gas bumi dalam negeri, serta disusul oleh industri
pengolahan minyak (CPO) PT. BKR (Bukit Kapur Reksa).
Gambar 2.31
Kawasan Industri Dumai
Laporan Akhir
Selain industri skala besar seperti di atas, terdapat juga industri kecil atau home
industri. Pengolahan hasil pertanian seperti kelapa dijadikan VCO minyak kelapa
murni. Kota Dumai dalam memainkan peranannya ke depan, telah memiliki 5 (lima)
kawasan industri yang strategis yaitu Kawasan Industri Dumai (KID) di Pelintung,
Kawasan Industri Lubuk Gaung, Kawasan Industri Dock Yard, Kawasan Industri Bukit
Kapur dan Kawasan Industri Di Bukit Timah.
Salah satu kawasan industri ini telah menjadi kawasan industri yang paling pesat
kemajuannya di provinsi Riau yakni kawasan industri Pelintung.Di kawasan industri
ini telah dibangun satu dermaga ekspor dengan kapasitas tiga kapal tanker sekali
sandar.Telah dibangun juga pabrik pupuk NPK dan telah berproduksi, yang diyakini
menjadi pabrik pupuk NPK terbesar di Asia Tenggara.
sendiri. Oleh karena itu, dalam hal ini untuk kegiatan ekonomi, kota Dumai sebagai
pusat kegiatan nasional memerlukan suatu infrastruktur transportasi yakni berupa
pelabuhan laut yang dilengkapi dengan kawasan pergudangan dan kawasan
perdagangan internasional yang mampu menjadi kawasan layanan bagi kegiatan
perekonomian pada skala internasional. Sejalan dengan kepentingan tersebut maka di
dalam kebijakan penetapan kawasan yang berfungsi sebagai infrastruktur pendukung
pusat kegiatan nasional tersebut adalah meliputi pelabuhan-pelabuhan yang baik
secara langsung maupun tidak langsung menjadi pelabuhan ekspor dan impor bagi
barang-barang yang datang dan keluar dari kota Dumai. Kawasan tersebut diantaranya
adalah : Kawasan Pelabuhan Pelindo I, Kawasan Pelabuhan Patra Dock, dan Kawasan
Pelabuhan Terpadu Kota Dumai.
Sebagaimana tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
yang telah disahkan menjadi Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008, maka kota
Dumai memiliki fungsi dan peran yang cukup tinggi yaitu sebagai Pusat Kegiatan
Nasional dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional. Di dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Riau (Revisi versi September, 2009), telah ditetapkan bahwasanya
kota Dumai juga memiliki fungsi dan peran sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
sebagaimana fungsi dan peran yang telah diemban oleh kota Pekanbaru sebagai
ibukota Provinsi Riau.
Di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, pemaknaan dari fungsi
dan peran kota Dumai sebagai pusat kegiatan wilayah, merupakan pusat layanan yang
berfungsi melayani pusat – pusat lokal yang berada di sekitarnya seperti halnya pusat
kegiatan lokal kota Bagan Siapi – api pusat kegiatan lokal kota Dumai, pusat kegiatan
lokal Siak Sri indra Pura, dan pusat kegiatan lokal kota Bengkalis. Pusat kegiatan
wilayah ini berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi atas seluruh lalu lintas
komoditas yang dihasilkan dan dibutuhkan oleh pusat – pusat kegiatan lokal (PKL),
yang diharapkan dengan adanya pusat kegiatan wilayah ini maka penyebaran barang
dan jasa yang datang dari luar wilayah layanannya akan terdistribusi secara tepat dan
merata, demikian pula koleksi barang-barang jasa dan komoditas yang dihasilkan oleh
pusat-pusat kegiatan lokal dimana di wilayah belakang (hinterland) dari pusat-pusat
kegiatan lokal tersebut umumnya menghasilkan komoditas baik yang berupa bahan
baku mentah, bahan setengah jadi dan sebagian diantaranya barang jadi.
Oleh karena itu pusat kegiatan wilayah selain berfungsi sebagai pusat
koleksi dan distribusi barang-barang, komoditas, dan jasa tersebut juga memiliki fungsi
sebagai pusat untuk pemprosesan dan pemberian nilai tambah (value added) sehingga
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) ini dikembangkan hingga tahun 2032 di kawasan
perdagangan dan jasa Kota Dumai baik berupa kawasan rencana pengembangan
pelabuhan dan rencana pengembangan pergudangan. Rencana pengembangan
kawasan pelabuhan dan pergudangan hingga tahun 2032 di Kelurahan Pangkalan
Sesai Kecamatan Dumai Barat.
C. Pusat Lingkungan
Rencana pusat lingkungan terdapat pada setiap kelurahan dengan fungsi sebagai
pusat pelayanan yang berorientasi pada kegiatan sosial budaya dan pemerintahan di
tingkat lingkungan bagi permukiman yang berada di sekitarnya meliputi:
Sebagaimana fungsi dan peran Kota Dumai yang telah ditetapkan dan
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 56
Tahun 2015
Laporan Akhir
diatur
di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang diberi payung hukum berupa
Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008, maupun sebagaimana yang telah
ditetapkan di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Riau maka
untuk mendukung penetapan Kota Dumai sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN),
Pusat Kegiatan Strategis Nasional, Kota dengan Kawasan Perdagangan Bebas
(Free Trade Zone/FTZ), Kota dengan Kawasan Ekonomi Spesial (Special Economic
Zone/SEZ) maka untuk mendukung fungsi Kota Dumai tersebut pada tahun 2030
diperlukan dukungan berupa infrastruktur, baik berupa sistem jaringan transportasi,
sistem prasarana energi, sistem prasarana telematika, sistem prasarana sumber
daya air, sistem prasarana pengelolaan lingkungan, sistem prasarana pendidikan,
sistem prasarana ekonomi, dan sistem prasarana kesehatan, baik pada tingkat
layanan lokal, nasional, maupun internasional.
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam.
Ruang terbuka hijau publik merupakan RTH yang dimiliki dan dikelola
pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara
umum. Ruang terbuka hijau publik di Kota Dumai meliputi RTH hutan kota; RTH
taman; RTH tempat pemakaman umum; RTH lapangan olahraga; RTH jalur
hijau jalan, sungai dan pantai; dan RTH sabuk hijau kawasan peruntukan
industri.
Ruang terbuka hijau privat di Kota Dumai terdiri dari RTH pada perumahan
perkotaan, perumahan pertanian, perkantoran pemerintah, industri,
pergudangan, perdagangan dan jasa, pariwisata, pertahanan dan keamanan,
kawasan industri pengolahan migas dan non migas, pengembangan dumai
baru, dan buffer zone.
A. Kawasan Perumahan
Kota Dumai saat sekarang memiliki beberapa tipe Perumahan yang telah ada,
diantaranya adalah Komplek Perumahan perencana, Komplek perumahan umum,
dan Perumahan umum. Ketiga tipe Perumahan tersebut relatif berbeda, disebabkan
oleh kepentingan dasar yang melatarbelakangi pembangunan Perumahan-
Perumahan tersebut.
Di dalam perencanaan Kota Dumai maka ruang terbuka publik (open space)
direncanakan selain terdiri Ruang Terbuka Hijau (RTH) juga akan dikembangkan
Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH). Hal ini dijadikan dasar untuk penataan ruang
Kota Dumai, karena mengingat pentingnya peran ruang terbuka, baik ruang terbuka
hijau maupun ruang terbuka non hijau dalam upaya melengkapi tatanan kawasan
hunian, fasilitas umum dan sosial perkotaan di kota Dumai tersebut.
Di Kota Dumai
penetapan kawasan
strategis yang ditentukan
dari sudut pandang
kepentingan sosial budaya
meliputi kawasan
pariwisata Teluk Makmur
yang menyajikan adat
istiadat dan budaya asli
Melayu di Teluk Makmur, Gambar 2.35
Pantai Teluk Makmur di Kota Dumai
Makam Para Raja serta
Makam Putri Tujuh yang terdapat di Kecamatan Dumai Timur yang menyajikan
keunikan tersendiri dan merupakan sebuah legenda di Kota Dumai.
- Kawasan perikanan
- Kawasan pengembangan Dumai Baru
- Kawasan industri pengolahan migas dan non migas
- Kawasan transmigrasi
3. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan adalah bentuk dan ragam aktivitas masyarakat Kota Dumai, mulai dari
kegiatan industri, perdagangan, pembangunan perumahan sampai kegiatan budidaya
tanaman pangan dan lain sebagainya. Berikut adalah rincian jenis kegiatan yang
dimaksud :
A. Permukiman C. Perdagangan
- Hunian - Besar/Modern/Induk
- Sekolah (Fasilitas Pendidikan) - Sedang
- Rumah Sakit (Fasilitas - Kecil/Tradisional
Kesehatan) - Perbankan
- Hotel dan Restoran
- Rumah Ibadah
- Fasilitas Pendukung
B. Industri D. Transportasi
- Besar (manufaktur) - Jalan (lalu
- Sedang (pengolahan) lintas/Produksi/inspeksi)
- Kecil/Rumah Tangga - Terminal
- Pergudangan - Pelabuhan Laut
- Bandar Udara
E. Pertanian F. Perkebunan
- Tanaman pangan - Perkebunan Rakyat
- Tanaman sayur - Perkebunan Negara/Swasta
- Tanaman buah-buahan
- Perikanan budidaya
- Perikanan tangkap
- Peternakan
G. Kehutanan H. Pariwisata
- Hutan Kemasyarakatan - Wisata Alam
- Hutan Tanaman Rakyat - Wisata Budaya
- Hutan Industri - Wisata Buatan
- Jasa Lingkungan
- Reboisasi
I. Galian/ Pertambangan
- Galian Strategis
- Migas
- Galian C
otomoni daerah.
Izin pemanfaatan tanah tidak dikenakan untuk pembangunan rumah tempat tinggal
pribadi/perseorangan. Izin pemanfaatan tanah wajib dimiliki apabila rumah tempat
tinggal pribadi/perseorangan itu diubah peruntukannya/pemanfaatannya untuk
kepentingan usaha.
Izin pemanfaatan tanah mempunyai jangka waktu yang berlaku satu tahun. Bila jangka
waktu izin dapat diperpanjang satu kali untuk diperoleh mencapai lebih dari 50% dari
luas tanah yang ditunjuk dalam izin lokasi.
IMB untuk rumah ibadat diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006. Persyaratan
yang diperlukan guna mendapatkan IMB rumah ibadat sama seperti untuk memperoleh
IMB untuk bangunan gedung.
J. Izin In Gang
Izin in gang ini diperlukan bagi kegiatan tertentu yang memerlukan adanya jalan
masuk secara khusus ke lokasi kegiatan usaha. Dalam hal ini kegiatan tersebut
memerlukan akses jalan untuk memungkinkan pemakai jalan memasuki tempat
kegiatan tersebut.
Ketentuan insentif dan disinsentif menjadi alat yang paling efektif dalam rangka
mencapai tujuan perencanaan tata ruang yang telah ditetapkan serta dalam
mewujudkan struktur dan pola ruang yang telah direncanakan. Insentif diberikan kepada
pihak calon pemanfaat lahan yang bersesuaian dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan dan disinsentif diberikan pada pemanfaat lahan yang tidak bersesuaian
dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan, selama tidak membawa dampak
penting terhadap lingkungan fisik dan sosial.
3. Kawasan Pariwisata; Selain potensi wisata alam, terdapat berbagai tempat wisata
buatan yang juga dapat diandalkan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi
Dumai. Untuk itu diperlukan berbagai insentif agar sektor ini dapat tumbuh serta
berkembang dan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi, diantara insentif yang
dapat diterapkan adalah pembangunan prasarana dan sarana perhubungan,
penataan lingkungan dan bangunan, penyediaan berbagai fasilitas penunjang
pariwisata, promosi dan pemasaran.
4. Kawasan Industri; terdapat kawasan industri di Kota Dumai yang berskala besar
yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi penduduk setempat. Insentif yang
dapat diterapkan memberikan kemudahan perizinan mendirikan kawasan industri,
perencanaan ruang secara detail, pembangunan berbagai fasilitas pelengkap
(tiga) meter atau lebih yang terdapat di hulu sungai atau rawa. Pembatasan
dukungan infrastruktur, disinsentif yang diberikan berupa tidak mengeluarkan IMB.
Pembatasan bantuan sosial ekonomi bagi masyarakat yang masih bermukim di
kawasan hutan bergambut, pemberian sanksi pelarangan seluruh kegiatan yang
berpotensi merubah tata air dan ekosistem unik.
2. Kawasan Rawan Bencana; Kota Dumai mempunyai kawasan rawan bencana yang
beragam dan tersebar secara luas. Seluruh kawasan rawan bencana yaitu bencana
banjir harus diantisipasi sejak dini dengan berbagai pendekatan mitigasi yang dapat
menghindari atau mengurangi dampak bencana. Perlu adanya pembatasan dan
syarat-syarat tertentu dalam pembangunan permukiman pasta kawasan rawan
bencana, hal ini dilakukan terkait dengan keamanan permukiman dan masyarakat,
disinsentif dapat dikenakan kepada masyarakat yang melakukan pembangunan
pada kawasan rawan bencana.
Konsistensi dan tegaknya aturan yang telah disahkan secara hukum dapat
berjalan sebagaimana yang diharapkan bila terdapat sanksi yang tegas dan jelas.
Berkenaan dengan penataan ruang Kota Dumai yang mempunyai beberapa fungsi
kawasan, seperti pesisir, hutan, konservasi, permukiman, berkenaan dengan kegiatan
seperti pariwisata, pertambangan, perkebunan, pertanian, ataupun yang berhubungan
dengan infrastruktur dan lain-lain, maka ketentuan sanksi seyogyanya mengacu pada
peraturan perudang-undangan yang ada. Berikut akan dirinci ketentuan sanksi
berdasarkan peraturan perundang yang terkait dengan penataan ruang Kota Dumai.
berikut:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Selat Malaka.
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Siak.
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir.
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Karimun dengan Kabupaten
Pelalawan.
Jumlah Kecamatan di Kabupaten Bengkalis sebanyak 13 kecamatan dan Pada
tahun 2012 terjadi lagi pemekaran Kabupaten Bengkalis yaitu Kabupaten Kepulauan
Meranti dengan jumlah Kecamatan yaitu 5 kecamatan, sehingga pada saat ini jumlah
kecamatan Kabupaten Bengkalis menjadi 8 kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Mandau
2. Kecamatan Pinggir
3. Kecamatan Bukit Batu
4. Kecamatan Siak Kecil
5. Kecamatan Rupat
6. Kecamatan Rupat Utara
7. Kecamatan Bengkalis
8. Kecamatan Bantan
Berdasarkan Data Badan
Pusat Statistik (BPS) Kota Dumai
Gambar 2.39
Dalam Angka, Tahun 2016 Jika Kantor Bupati Bengkalis
Tabel 2.17
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bengkalis Tahun 2015
N Luas Wilayah Jumlah Kepadatan
Kecamatan/Kelurahan
o (Ha) Penduduk (jiwa) /Ha
1 Mandau 937,47 239.513 255
2 Pinggir 2.503,00 86.535 35
3 Bukit Batu 1.128,00 32.840 29
4 Siak Kecil 742,21 20.220 27
5 Rupat 896 33.063 37
6 Rupat Utara 628,50 14.201 23
7 Bengkalis 514 78.571 153
8 Bantan 424,40 39.044 92
Jumlah 7.773,93 543.987 70
Gambar 2.40
Perkebunan Kelapa Sawit
Tabel 2.18
Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Bengkalis
Sistem Orientasi
No Lokasi Fungsi
Pusat-pusat Pengembangan
1 PKW Perkotaan Bengkalis a. Pusat pemerintahan kabupaten a. Dumai
b. Pusat pengembangan teknologi b. Pekan baru
informasi untuk mewujudkan c. Batam
perkotaan Bengkalis sebagai d. Pusat pertumbuhan di
kota pintar (Smart City) pesisir Barat Malaysia
c. Pusat pengembangan (Malaka, Muar dan
pendidikan yang maju di provinsi Port Dicson)
Riau
d. Pusat pengembangan budaya
Melayu
e. Pusat Permukiman perkotaan
f. Sentra niaga ASEAN dan
transito (perdagangan dan jasa)
g. Lokasi pengembangan kegiatan
pariwisata
h. Pengembangan Bengkalis,
Buruk Bakul dan Sei Pakning
diwujudkan dalam satu kawasan
terpadu
2 PKL a. Perkotaan Duri a. Pusat Pemerintahan Kabupaten, a. Dumai
potensial khusus untuk melayani b. Pekan baru
dipromosikan administrasi kegiatan perkotaan c. Perkotaan Bengkalis
sebagai PKW b. Sentra perniagaan dan transito
(perdagangan dan jasa)
Tabel Lanjutan 2.18 c. Pusat permukiman perkotaan
d. Lokasi kawasan industri
pengolahan berbasis
perkebunan dan pengolahan
hasil migas
e. Pengembangan Migas
- Peningkatan jalan lokal primer 2 dan jalan desa yang melayani internal
Kecamatan,
3. Usulan Peningkatan Kondisi Jalan Arteri Primer 1
- Peningkatan kondisi jalan arteri primer ruas Kota Dumai-Duri dan Duri-Kandis
(Batas wilayah Kabupaten Bengkalis);
- Jalan ini merupakan jalan nasional Trans Sumatera yang berperan penting
dalam mendorong perkembangan fisik, sosial dan ekonomi Kota-kota diwilayah
Sumatera khususnya diwilayah daratan Kabupaten Bengkalis;
- Upaya peningkatan kondisi jalan Arteri Primer ini dibawah kewenangan
pemerintah pusat.
4. Pembangunan Jalan Tol
Pembangunan jalan tol pada dasarnya merupakan penambahan alternatif dari
jalan yang sudah ada, dengan pertimbangan pada jalan eksisting telah muncul
hambatan - hambatan terutama diakibatkan terjadinya beban jalan (volume lalu
lintas) mendekati daya dukung jalan tersebut sehingga menimbulkan antrian,
atau jalan tol ini dapat menawarkan kepada pengguna jalan yaitu jarak tempuh
yang lebih pendek, waktu tempuh yang lebih singkat, minimalnya hambatan
yang dapat terjadi di sepanjang jalan dan aksesibilitas yang cukup baik terhadap
wilayah sekitar jalan tol.
5. Pembangunan Jalur Kereta Api
Berdasarkan Rencana Pengembangan Perkeretaapian di Pulau Sumatera oleh
Kementrian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,
direncanakan pengembangan jalur kereta api antara Muaro (Kabupaten Sawah
Lunto, Propinsi Sumatera Barat) menuju Dumai (Trans Sumatera Railway).
Rencana tersebut telah menetapkan jalur kereta api Muaro – Dumai.
Pengembangan jalur kereta api ini direncanakan akan melewati wilayah
administrasi Kabupaten Bengkalis di Kecamatan Mandau yaitu Dusun/Desa
Pungut Lima, Tanganau, Muara Basung, Seminai, Kampung Baru dan Duri
Tigabelas, dengan rencana pengembangan sistem koneksi kereta api / stasiun
di Kota Duri. Rencana jalur kereta api ini diarahkan melewati lokasi - lokasi
perkebunan rakyat. Pengembangan transportasi darat dengan jenis moda yang
berbeda ini perlu dilakukan bersama - sama dengan instansi terkait dan operator
pelaksana, sehingga pengembangan kedua jenis transportasi ini dapat
dikembangkan secara terintegrasi untuk mencapai efisiensi.
6. Transportasi Sungai dan Penyeberangan
Bandar udara yang ada saat ini terletak di Sei Selari (Sei Pakning). Bandar udara
ini milik Pertamina dan pada masa mendatang diusulkan untuk dapat melayani
penumpang domestik. Pemerintah Kabupaten Bengkalis saat ini telah merencanakan
untuk membangun Bandar Udara Baru. Kebutuhan lahan untuk lokasi bandar udara
baru di Bengkalis telah dicermati dan ditemukenali sacara dini baik geografis, batas
administrasi maupun karakteristik fisik dasar untuk kesesuaian lahannya melalui Studi
Kelayakan (FS) Bandar Udara (Airport) Bengkalis yang disusun pada tahun 2004.
Kawasan Bandar udara Bengkalis dialokasikan di Desa Selat Baru, Kecamatan Bantan
juga seluas 200 Ha. Pengembangan bandar udara ini didasari pada kebutuhan akan
sarana sistem transportasi udara, sehingga dalam studi tersebut ditetapkan setidak –
tidaknya bandara yang akan dibangun dapat melayani pesawat dengan jenis F – 50
(atau pesawat dengan kapasitas 46 tempat duduk).
Gambar 2.43
Kawasan Hutan yang terbakar di Kab. Bengkalis
Laporan Akhir
Zona kabel bawah laut adalah area pengaman kabel bawah laut yang
membentang diperairan Selat Malaka. Kabel bawah laut ini memiliki resiko terjadi
kerusakan, mengingat perairan Selat Malaka merupakan jalur pelayaran terpadat. Pada
periode tertentu nampak kapal melakukan lego jangkar yang dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap kerusakan kabel bawah laut. Oleh karena itu perlu adanya
upaya pengamanan
Rencana pola ruang kawasan lindung di Kabupaten Bengkalis sampai dengan tahun
2030 secara jelas disajikan pada Tabel 2.19
Tabel 2.19
Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung di Wilayah Kabupaten Bengkalis
Tahun 2010 – 2030
No Kawasan Budi Daya Luas (Ha) Prosentase (%)
1 Kawasan Hutan Lindung 9.304,01 1,20
2 Kawasan Bergambut 85.888,73 11,05
3 Kawasan Sempadan Pantai dan Sungai 4.114,53 0,53
4 Kawasan Sekitar Danau/Tasik 7.375 0,95
5 Kawasan Suaka Margasatwa 77.738,00 11,64
6 Kawasan Pantai Berhutan Bakau 26.108,48 3,38
7 Kawasan Pusat Pelatihan Gajah 5.000 0,64
8 Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan 500 0,06
9 Buffer Areal Konservasi 10.211,91 1,31
Total 226.240,74 30.76
Sumber: RTRW Kab. Bengkalis 2010-2030
Kawasan strategis Duri, berfungsi sebagai pusat niaga skala regional, pusat
pemerintahan kabupaten Bengkalis, khususnya untuk dinas-dinas/SKPD yang
melayani kegiatan perkotaan, kawasan permukiman perkotaan, kawasan industri
berbasis pertanian/perkebunan dan kawasan Migas. Pengembangan kawasan
strategis ini perlu dintegrasikan dengan pengembangan kawasan perkotaan
Bengkalis, Buruk Bakul dan Sei Pakning dalam satu koridor pengembangan
kegiatan ekonomi.
dengan kawasan perkotaan Bengkalis, Buruk Bakul dan Sei Pakning. Kawasan
Strategis Duri memiliki peluang tumbuh cepat, karena didukung potensi yang
cukup, diantaranya adalah :
b) Posisi geografis Duri terletak pada jalur regional (arteri primer) yang
menghubungkan Pekanbaru - Dumai dan ke kawasan perkotaan lain
diwilayah Sumatera;
Dalam kaitannya dengan penyusunan rencana yang lebih rinci, ketentuan umum
peraturan zonasi merupakan jembatan untuk menjabarkan fungsi ruang (kawasan) di
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bengkalis kedalam rencana detail tata
ruang maupun rencana tata ruang kawasan strategis. Dengan demikian maka
ketentuan umum peraturan zonasi ini meliputi:
1. Ketentuan Pemanfaatan Ruang Sektoral
- Kehutanan (Undang- undang No.41 Tahun 1999 tentang kehutanan)
- Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Undang-
undang no.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
- Kepariwisataan (Undang-undang No.10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan)
- Sumber Daya Air (Undang-undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 97
Tahun 2015
Laporan Akhir
Daya Air)
- Perkebunan (Undang-undang No.18 Tahun 2004 tentang Perkebunan)
- Pertambangan (Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang
pertambangan)
- Kawasan Pesisir (UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan PPK)
- Mitigasi Bencana (Undang-undang No.24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana)
- Pertanian Berkelanjutan (Undang-undang No.41 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan)
Tabel 2.20
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kabupaten Bengkalis 2011 - 2030
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Klasifikasi Ruang Deskripsi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
A. KAWASAN LINDUNG
B. KAWASAN BUDIDAYA
seluruh tahapan kegiatan lindung, kawasan dengan kemiringan diatas 40% dan
dalam rangka penelitian, cagar alam/budaya.
pengelolaan dan Kegiatan usaha pertambangan tidak
pengusahaan mineral atau dapat dilaksanakan pada tempat yang dilarang untuk
batubara yang meliputi melakukan kegiatan usaha pertambangan sesuai dengan
penyelidikan umum, ketentuan peraturan perundang-undangan.
eksplorasi, studi Pada kawawsan pertambangan dapat
kelayakan, konstruksi, dibangun bangunan hunian, fasilitas sosial dan ekonomi
penambangan, secara terbatas dan sesuai kebutuhan
pengolahan dan Kawasan pascatambang wajib
pemurnian, pengangkutan dilakukan rehabilitasi (reklamasi dan/atau revitalisasi)
dan penjualan, serta sehingga dapat digunakan kembali untuk kegiatan lain,
kegiatan pascatambang seperti pertanian, kehutanan, dan pariwisata
Kegiatan permukiman diperkenankan
secara terbatas untuk menunjang kegiatan pertambangan
Tabel Lanjutan 2.20 dengan tetap memperhatikan aspek-aspek keselamatan;
Sebelum kegiatan pertambangan
dilakukan wajib dilakukan studi kelayakan dan studi
AMDAL yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi dari
lembaga yang berwenang
B8. Kawasan Industri Kawasan dimana Untuk meningkatkan produktifitas dan
dilakukan kegiatan kelestarian lingkungan pengembangan kawasan industri
ekonomi yang mengolah harus memperhatikan aspek ekologis;
bahan mentah, bahan Lokasi kawasan industri tidak
baku, barang setengah diperkenankan berbatasan langsung dengan kawasan
jadi, dan/atau barang jadi permukiman;
menjadi barang dengan
nilai yang lebih tinggi
Pada kawasan industri diperkenankan
untuk penggunaannya, adanya permukiman penunjang kegiatan industri yang
termasuk kegiatan dibangun sesuai ketentuan perundang-undangan yang
rancang bangun dan berlaku;
perekayasaan industri. Pada kawasan industri masih
diperkenankan adanya sarana dan prasarana wilayah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
Pengembangan kawasan industri harus
dilengkapi dengan jalur hijau (greenbelt) sebagai
penyangga antar fungsi kawasan, dan sarana pengolahan
limbah.
Pengembangan zona industri yang
terletak pada sepanjang jalan arteri atau kolektor harus
dilengkapi dengan frontage road untuk kelancaran
aksesibilitas;
Setiap kegiatan industri harus dilengkapi
dengan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya
pemantauan lingkungan serta dilakukan studi AMDAL.
B9. Kawasan Kawasan dengan luas Pada kawasan pariwisata alam tidak
Pariwisata tertentu yang dibangun diperkenankan dilakukan kegiatan yang dapat
atau didirikan untuk menyebabkan rusaknya kondisi alam terutama yang
memenuhi kebutuhan menjadi obyek wisata alam;
pariwisata Dalam kawasan pariwisata dilarang
dibangun permukiman dan industri yang tidak terkait
dengan kegiatan pariwisata;
Dalam kawasan pariwisata
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 105
Tahun 2015
Laporan Akhir
Dalam rangka mendorong terwujudnya struktur dan pola ruang di Kabupaten Bengkalis,
maka insentif diberlakukan pada kawasan sebagai berikut :
a. Sektor Perdagangan
Kawasan-kawasan yang perlu didorong perkembangannnya adalah kawasan
pusat Kota yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) dan Pusat Pengembangan Kawasan (PPK). Ruang
fungsional yang perlu didorong pembangunannya adalah: Pasar Tradisional,
Pertokoan dan Pusat Niaga/Komersial dengan skala pelayanan regional,
Kabupaten dan Kecamatan. Lokasi Pengembangan yang diusulkan: Kawasan
perkotaan Bengkalis, Duri, Sei Pakning-Buruk Bakul dan Tanjung Medang.
b. Sektor Industri
Kegiatan industri yang perlu didorong pengembangannya dalam rangka
meningkatkan pembangunan ekonomi wilayah dan masyarakat, diantaranya
pengembangan kegiatan industri pengolahan berbasis pertanian, perkebunan
dan perikanan serta industri pembuatan kapal Shipyard. Loikasi pengembangan
yang diusulkan adalah: Kawasan Perkotaan Bengkalis, Duri dan Buruk Bakul
c. Sektor Pariwisata
Kegiatan pariwisata diwilayah Kabupaten Bengkalis mulai mengalami
perkembangan yang cukup signifikan. Kegiatan wisata yang perlu didorong
perkembangann dan pembangunannya, adalah: wisata Tanjung Medang dan
Selat Baru, Ekowisata Tasik, Wisata Budaya dan wisata alam lainnya. Lokasi
pengembangannya, adalah: Tanjung Medang (Rupat), Pantai Selat Baru,
Budaya, Kuliner (Bengkalis) dan Ekowisata Tasik (Mandau dan Bukit Batu)
e. Sektor Perkebunan
Kawasan-kawasan perkebunan yang perlu ditingkatkan dan didorong
perkembangannya adalah kawasan perkebunan disetiap wilayah Kecamatan.
Komoditi unggulannya adalah: sawit dan Kelapa. Pengembangan kawasan
perkebunan ini disinergikan dengan pengembangan kegiatan industri
pengolahan
a) Sektor Kehutanan
Sektor kehutanan saat ini mendominasi pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten
Bengkalis, yang terbagi menjadi kawasan berfungsi lindung dan Hutan
Produksi.
Kawasan berfungsi lindung yang ada saat ini perlu diamankan dari kegiatan
pembangunan yang dapat merusak fungsi lindungnya. Kegiatan budidaya yang
dibatasi perkembangannya didalam dan disekitar kawasan berfungsi lindung,
diantaranya adalah: kawasan perkebunan, pertanian, permukiman dan
pemanfaatan kayu hutan. Kegiatan yang masih diperbolehkan dikembangkan
dalam kawasan berfungsi lindung dengan pengendalian ketat adalah kegiatan
Ekowisata dan kegiatan pemanfaatan hasil hutan non kayu (madu hutan, damar
dan rotan).