Anda di halaman 1dari 112

Laporan Akhir

BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI RIAU

2.1 PROVINSI RIAU


2.1.1 Batas Administrasi
Provinsi Riau secara geografis terletak pada posisi 01005’00”
Lintang Selatan - 02025’00” Lintang Utara dan 100000’00”-
105005’00” Bujur Timur. Provinsi Riau setelah dimekarkan tercatat
107.932,71 Km2, dimana 86.464,89 (80,11%) diantaranya
merupakan wilayah daratan sedangkan (19,89%) diantaranya
lautan/perairan seluas kurang lebih 21,467.82 Km2. Secara administratif Provinsi Riau
terdiri atas 10 (sepuluh) Kabupaten dan 2 (dua) Kota.
Secara lebih rinci pembagian daerah dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1
Kabupaten dan Kota dalam Wilayah Provinsi Riau
No Nama Kota / Kabupaten Ibukota Kabupaten Luas (Ha)
1 Rokan Hulu Pasir Pangaraian 722 977,69
2 Kampar Bangkinang 1 092 819,71
3 Kuantan Singingi Teluk Kuantan 520 216,14
4 Indragiri Hulu Rengat 767 626,67
5 Indragiri Hilir Tembilahan 1 379 837,12
6 Pelalawan Pangkalan Kerinci 240 413,95
7 Siak Siak Sri Indrapura 823 357,01
8 Bengkalis Bengkalis 841.619,23
9 Rokan Hilir Bagan Siapi – Api 896 142,93
10 Kepulauan Meranti Selat Panjang 362.803,82
11 Pekanbaru Pekanbaru 63 300,86
12 Dumai Dumai 203 900,00
Jumlah 8 .915.015,09
Sumber : Riau Dalam Angka 2016 dan RTRW Provinsi Riau, 2007-2026

Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang
8.915.016 Ha (89.150 Km2)
Secara lebih jelas mengenai letak dan batas administrasi Provinsi Riau dapat
dilihat pada Gambar 2.10

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 1


Tahun 2015
Kantor Gu
da

Laporan Akhir

Gedung

Mal
Gambar 2.7 Adapun batas-batas Provinsi Riau bila dilihat posisinya dengan negara tetangga dan
Gedung Teater Tertutup Idrus
Tintin provinsi lainnya adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara


b. Sebelah Selatan : Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat
c. Sebelah Timur : Provinsi Kepulauan Riau dan Selat Malaka
d. Sebelah Barat : Provinsi Sumatera Barat dan Sumatera Utara.

2.1.2 Kondisi Geografis


2.1.2.1 Topografi
Secara umum topografi Provinsi Riau merupakan daerah dataran rendah dan
agak bergelombang dengan ketinggian pada beberapa kota yang terdapat di Wilayah
Provinsi Riau antara 2 – 91 m diatas permukaan laut. Kabupaten Bengkalis merupakan
kota yang paling rendah, yaitu berada 2 meter dari permukaan laut, sedangkan Kota
Pasir Pengaraian  berada 91 m dari permukaan laut. Kebanyakan kota di Provinsi Riau
berada dibawah 10 meter di atas permukaan laut, seperti  Rengat, Tembilahan, Siak,
Bengkalis, Bagan Siapi-api dan Dumai.

2.1.3 Kondisi Demografi


Berdasarkan data BPS (Riau Dalam Angka 2015) jumlah penduduk Provinsi
Riau Tahun 2014 sebanyak 6.188.442 jiwa; Sementara banyaknya rumah tangga yang
terdapat di Provinsi Riau pada tahun 2014 tercatat 1.485.232 rumah tangga dengan
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 2
Tahun 2015
Laporan Akhir

rata-rata penduduk 4 jiwa per rumah tangga.

Tabel 2.2
Jumlah, Sebaran dan Kepadatan Penduduk Provinsi Riau Tahun 2015
Jumlah
No Kabupaten/Kota Luas Wilayah (Ha)
Penduduk
1 Kuantan Singingi 520,216 314.276
2 Indragiri Hulu 767,627 409.431
3 Indragiri Hilir 1,379,837 703.734
4 Pelalawan 1,240,414 396.990
5 Siak 823,357 440.841
6 Kampar 1,092,820 793.005
7 Rokan Hulu 722,978 592.278
8 Bengkalis 1,204,423 543.987
9 Rokan Hilir 896,143 644.680
10 Kepulauan Meranti 360,703 181.095
11 Pekanbaru 63,301 1.038.118
12 D u m a i 203,900 285.967 Sumber :
Riau Jumlah/Total 8,915,016 6.344.402 Dalam
Angka 2016

Distribusi penduduk 2015 menurut kabupaten/ kota menunjukkan bahwa penduduk


Riau terkonsentrasi di Kota Pekanbaru sebagai ibukota provinsi dengan jumlah
penduduk 1.038.118 jiwa atau sekitar 16,36 persen dari seluruh penduduk Riau.
Sedangkan kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kabupaten
Kepulauan Meranti sebesar 181.095 jiwa.
Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin di Riau 7,99 persen, dengan garis
kemiskinan yang meningkat menjadi Rp. 379.223. Pemerintah selalu berupaya untuk
mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat melalui kebijakan-kebijakannya.

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 3


Tahun 2015
Laporan Akhir

2.1.4 Rencana Struktur Ruang Wilayah


Halaman II - 5

Tabel 2.3
Deskripsi Struktur Ruang Wilayah Riau s/d 2026
( Jenjang Fungsi Perkotaan s/d PKL Fungsi-fungsi Utama Pelayanan Perkotaan
Simpul-simpul Kegiatan Transportasi Laut dan Udara )

FILE DI DOCUMENT TERSENDIRI

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 4


Tahun 2015
Laporan Akhir

Tabel

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 5


Tahun 2015
Laporan Akhir

Tabel

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 6


Tahun 2015
Laporan Akhir

Tabel

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 7


Tahun 2015
Laporan Akhir

Tabel

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 8


Tahun 2015
Laporan Akhir

Tabel

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 9


Tahun 2015
Laporan Akhir

2.1.5 Rencana Pola Ruang Wilayah


Kawasan-kawasan lindung di wilayah Riau (mencakup di dalamnya kawasan
pesisir), lokasinya menyebar ke seluruh wilayah Kabupaten dan Kota.
Kawasankawasan lindung tersebut dapat diuraikan secara garis besar sebagai berikut:
selengkapnya lihat pada Gambar 2.3
1. Kawasan Hutan Lindung (HL), tersebar terutama di wilayah perbatasan Riau
bagian Barat (Kab. Kuantan Singingi, Kab. Kampar dan Kab. Rokan Hulu), di
Kab.Rokan Hilir, perbatasan Kab. Siak-Kab. Bengkalis.
2. Kawasan Resapan Air (RA), berada di perbatasan Kab. Siak – Kab. Bengkalis
(Kec. Bunga Raya).
3. Kawasan Hutan Lindung Gambut (LGb), yang sudah bisa dideliniasikan
tersebar di Kab. Rokan Hilir (terutama Kec. Kubu), Kab. Bengkalis (Kec.
Mandau, Kec. Bukit Batu), Kab. Siak (Kec. Sungai Mandau), dan di perbatasan
Kab. Indragiri Hilir-Indragiri Hulu. Kawasan Penelitian dan Pengembangan
Gambut (LitGb), diarahkan di 2 tempat menempel pada kawasan Suaka
Margasatwa (SM), yaitu pertama di Kec. Mandau, Kab. Bengkalis (menempel di
sebelah Utara SM Giam Siak Kecil), dan kedua di perbatasan antara Kec. Teluk
Meranti, Kab. Pelalawan dengan Kec. Rengat, Kab. Indragiri Hulu (menempel di
sebelah Timur SM Kerumutan).
4. Jalur Hijau Penahan Intrusi Air Laut (warna biru muda tanpa notasi huruf),
hanya terdapat di Kab. Indragiri Hilir.

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 10


Tahun 2015
Laporan Akhir

5. Kawasan Sempadan Pantai (warna hijau muda tanpa notasi huruf), tersebar di
sepanjang Pantai Timur wilayah Riau dan pulau-pulau di Kab. Bengkalis, Kab.
Pelalawan, di luar Pulau-pulau Kecil Dipertahankan Sebagai Hutan Alam.
6. Kawasan Sempadan Sungai (hanya ditampilkan pada sungai-sungai besar),
terdapat di seluruh wilayah Kabupaten dan Kota yang memiliki sungai-sungai
besar maupun kecil.
7. Kawasan Sekitar Danau/Waduk, tersebar terutama di Kab. Kampar (Waduk
Koto Panjang), dan di Kabupaten/Kota lain yang memiliki danau/waduk namun
tidak tergambarkan dengan jelas dalam peta skala 1 : 250.000, di luar
danau/waduk yang merupakan bagian dari Kawasan-kawasan Lindung yang
lain.
8. Kawasan Sekitar Mata Air (tidak bisa ditampilkan dalam Peta Arahan
Pemanfaatan Ruang Daratan Wilayah Riau karena tampilan yang terlalu kecil
pada skala peta 1 : 250.000), terdapat di seluruh wilayah Kabupaten/Kota yang
memiliki sumber-sumber mata air.
9. Kawasan Cagar Alam (CA), terdapat di Kab. Rokan Hilir (CA Pulau Barkey)
dan Kab. Kampar (CA Bukit Bungkuk).
10. Kawasan Suaka Margasatwa (SM), tersebar di Kab. Bengkalis, Kab. Siak, Kab.
Pelalawan, perbatasan Kab. Kampar dengan Kab. Kuantan Singingi (SM Bukit
Rimbang Bukit Baling), dan di perbatasan Kab. Pelalawan dengan Kab. Indragiri
Hulu (SM Kerumutan) dan SM Senepis–Buluala yang baru diresmikan di wilayah
Kota Dumai – Kabupaten Rokan Hilir.
11. Kawasan Taman Nasional (TN), terdapat di perbatasan Kab. Indragiri Hulu-
Kab. Indragiri Hilir yaitu TN Bukit Tiga Puluh, TN Zamrud di Kabupaten Siak dan
TN. Teso Nillo di Kab. Kampar.
12. Kawasan Hutan Wisata (HW), terdapat di Kota Dumai yaitu HW Sungai Dumai.
13. Kawasan Taman Hutan Raya/Tahura (THR), hanya terdapat di perbatasan
Kab.Kampar dengan Kab. Siak dan Kota Pekanbaru yaitu THR Sultan Syarif
Hasyim serta Kawasan Hutan yang diusulkan menjadi Tahura di Kabupaten
Rokan Hulu.
14. Kawasan Hutan Mangrove/Bakau (Bk), tersebar terutama di wilayah
Kabupaten/Kota yang memiliki kawasan-kawasan pantai dataran rendah marine
terpengaruhi pasang surut air laut, yaitu Kab. Rokan Hilir, Kota Dumai, Kab.
Bengkalis, Kab. Pelalawan, Kab. Indragiri Hilir.
15. Kawasan Pusat Latihan Gajah (PLG), hanya terdapat di Kec. Mandau, Kab.

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 11


Tahun 2015
Laporan Akhir

Bengkalis.
16. Kawasan Peninggalan Sejarah / Budaya / Keagamaan / Ilmu Pengetahuan,
terdapat terutama di Kab. Siak, Kota Pekanbaru dan Kab. Kampar.
17. Kawasan Masyarakat Tradisional, terdapat di Kab. Bengkalis, Kab. Pelalawan
dan Kab. Indragiri Hulu.
Kawasan-kawasan Budidaya Ruang Daratan di wilayah Riau, mencakup di
dalamnya kawasan-kawasan pesisir, lokasinya tersebar ke seluruh wilayah Kabupaten
dan Kota. Kawasan-kawasan budidaya tersebut dapat diuraikan secara garis besar
sebagai berikut:
1. Kawasan Hutan Produksi , tersebar hampir merata ke seluruh Kabupaten di
wilayah Riau Daratan.
2. Kawasan Hutan Rakyat (HR), tersebar di Kab. Rokan Hulu, Kab. Kampar, dan
Kab. Indragiri Hulu. Seperti halnya HKM, HR juga merupakan kawasan hutan
produksi yang dikembangkan secara khusus dalam rangka pemberdayaan
ekonomi rakyat di sektor kehutanan. Dalam kenyataan di lapangan, kawasan
HR ini bisa menjadi lebih luas karena dalam penyusunan RTRWP Riau 2007-
2026 tidak diperoleh data maupun peta sebaran hutan rakyat secara lengkap
dan terinci.
3. Kawasan Pertanian; Kawasan Pertanian, tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten dan Kota kecuali Kota Pekanbaru, terutama pada kawasan
sepanjang aliran sungai dan anak-anak sungai. Pengelolaan kawasan terutama
diarahkan untuk masyarakat dalam rangka pemberdayaan ekonomi rakyat.
Kawasan pertanian disini termasuk mengakomodir program OPRM (Operasi
Pangan Riau Makmur), dimana sebaran lokasinya tersebar di provinsi Riau.
Dalam rangka pemihakan dan memberdayakan ekonomi masyarakat dalam
program K2I dan sejalan untuk memperkuat program K2I, RTRWP ini juga
mengalokasikan pencadangan lahan pertanian bagi masyarakat Riau.
Pencadangan lahan pertanian ini berupa pencadangan lahan untuk
perkebunan/tanaman tahunan (CL-Pb/Tt), pencadangan lahan untuk lahan
kering (CL-Lk) dan pencadangan lahan untuk lahan basah (CLLb). Penentuan
jenis pencadangan lahan ini ditentukan oleh data kesesuaian lahan yang
memerlukan kajian lebih lanjut di lapangan. Kawasan pencadangan lahan ini
(CL) disebarkan di seluruh kabupaten/kota, kecuali kota Pekanbaru.
4. Kawasan Perkebunan Besar Negara/Swasta (Pb/TT), tersebar secara hampir
merata di seluruh wilayah Kabupaten dan Kota. Seperti telah dikemukakan

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 12


Tahun 2015
Laporan Akhir

Kawasan Pb/TT ini selain diarahkan untuk perusahaan besar negara/ swasta,
juga dimungkinkan Koperasi untuk turut mengelola di dalamnya.
5. Kawasan Perkebunan Rakyat (PbR), juga tersebar secara merata di seluruh
wilayah Kabupaten dan Kota. Seperti halnya kawasan Hutan Rakyat (HR),
kawasan PbR ini diarahkan pengembangannya secara khusus dalam rangka
pemberdayaan ekonomi rakyat di sektor perkebunan (perusahaan besar
swasta/negara tidak bisa masuk).
6. Kawasan Perikanan (perikanan darat dan air payau/tambak), tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten dan Kota. Kawasan ini terutama terdapat di kawasan
sepanjang aliran sungai dan anak-anak sungai, danau, tasik, waduk dan danau
tapak kuda (oxbow) yang juga memiliki kesesuaian lahan untuk Pertanian Lahan
Basah (LB), serta di belakang jalur lindung Kawasan Pantai Berhutan Bakau
(Bk) pada kawasan-kawasan pesisir laut dan pantai.
7. Kawasan Peternakan, secara umum tersebar di kawasan-kawasan
permukiman penduduk di wilayah perdesaan (hinterland). Untuk Kawasan
Peternakan simbol tidak diplot mengingat sebaran wilayah perdesaan yang
sangat luas.
8. Kawasan Wisata, untuk wisata alam pantai terdapat di Kab. Rokan Hilir
(Kepulauan Jemur) dan Kab. Bengkalis (Tanjung Medang dan P. Payung).
Untuk wisata alam bukan pantai (hutan dll) serta wisata budaya antara lain
terdapat di Kab. Indragiri Hulu (wisata alam di TN Bukit Tiga Puluh), Kota Dumai
(wisata alam di HW Sungai Dumai), perbatasan Kab. Kampar - Kota Pekanbaru
- Kab. Siak (wisata alam di THR Sultan Syarif Qasim II), Kab. Kampar (wisata
budaya di Candi Muara Takus) dan Kab. Siak (wisata budaya di peninggalan
Kesultanan Siak).
9. Kawasan Industri tersebar di Kab. Rokan Hilir (di Bagan Punak), Kota Dumai
(di Lubuk Gaung dan Pelintung), Kab. Bengkalis (di Buruk Bakul), Kab. Siak (di
Mengkapan Buton), Kab. Pelalawan (di Tugau), dan di Kab. Indragiri Hilir (Kuala
Enok). Di Kab. Siak berdasarkan kondisieksisiting, kegiatan industri di
sepanjang Sungai Siak secara bertahap akan dipindahkan ke Kawasan Industri
Tanjung Buton. Dalam upaya peningkatan investasi, kawasan industri (industrial
estate) yang berlokasi di Kota Dumai dapat ditingkatkan menjadi Kawasan
Pengembangan Ekonomi Khusus (Special Economic Development Zone) yang
terdiri dari commercial area, industrial area dan kawasan pelabuhan, dimana
besaran dan luasan kawasan ini dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan di

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 13


Tahun 2015
Laporan Akhir

masa akan datang. Lahan Peruntukan Industri, sesuai aspirasi dan kebutuhan
setiap wilayah Kabupaten tersebar di Kab. Rokan Hulu (Pasir Pangaraian,
agroindustri), Kab. Kampar (Bangkinang, agroindustri), Kab. Kuantan Singingi
(Taluk Kuantan, agroindustri), Kab. Indragiri Hulu (Simpang Belilas,
agroindustri), Kab. Siak (Perawang, industri pulp; Tanjung Buton, Kawasan
Industri), Kota Pekanbaru (Teluk Lembu, industri campuran), dan Kab.
Pelalawan (Pangkalan Kerinci, industri pulp), serta Tanjung Samak sebagai
industri perikanan modern berbasis pelabuhan perikanan.
10. Kawasan Pertambangan (potensi pertambangan), untuk migas (golongan A)
tersebar di Kab. Bengkalis, Kab. Siak, Kab. Rokan Hulu, Kab. Rokan Hilir, Kab.
Kampar, Kab. Kuantan Singingi dan Kab. Indragiri Hulu. Untuk pertambangan
umum seperti emas, batubara, bouxit dll (golongan B) tersebar di Kab. Kuantan
Singingi dan Kab. Indragiri Hulu. untuk penambangan gambut terdapat di Kab.
Siak (Kec. Perawang) yang dilakukan oleh PT. Arara Abadi untuk bahan bakar
“Steam Flood” industri pulp.
11. Kawasan Permukiman terdiri dari permukiman perkotaan, permukiman
perdesaan dan permukiman eks areal transmigrasi, secara umum tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten dan Kota. Untuk permukiman perkotaan, beberapa
diantaranya merupakan perkotaan yang direncanakan baru, yaitu : Mengkapan
Buton dan Simpang Buatan di Kab. Siak, Tugau di Kab. Pelalawan, Pedamaran
dan Sinaboi di Kab. Rokan Hilir, Bagan Jaya di Kab. Indragiri Hilir, Simpang IFA
di Kab. Indragiri Hulu dan Buruk Bakul di Kab. Bengkalis.

Tabel 2.4
Luasan Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Daratan

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 14


Tahun 2015
Laporan Akhir

Provinsi Riau Sampai dengan Tahun 2026

Sumber: RTRW Provinsi Riau, 2011

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 15


Tahun 2015
Laporan Akhir

Gambar 2.10 Peta adm wilayah Provinsi Riau..... HAL 16

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 16


Tahun 2015
Laporan Akhir

Gambar 2.11 Peta struktur ruang wilayah Provinsi Riau ..... hal 17

Gambar 2.12 Peta pola ruang wilayah ..... HAL 18

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 17


Tahun 2015
Laporan Akhir

2.2 KOTA PEKANBARU


2.2.1 Profil Kota Pekanbaru
2.2.1.1 Gambaran Umum
Kota Pekanbaru terletak antara 101°14' - 101°34' Bujur Timur dan
0°25' - 0°45' Lintang Utara. Dengan ketinggian dari permukaan laut
berkisar 5 - 50 meter. Permukaan wilayah bagian
utara landai dan bergelombang dengan ketinggian berkisar antara 5 - 11
meter. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1987 Tanggal 7
September 1987 Daerah Kota Pekanbaru diperluas dari ± 62,96 Km² menjadi ± 446,50
Km², terdiri dari 12 Kecamatan dan 58 Kelurahan/Desa. Dari hasil
pengukuran/pematokan di lapangan oleh BPN Tk. I Riau maka ditetapkan luas wilayah
Kota Pekanbaru adalah 632,26 Km².

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 18


Tahun 2015
Laporan Akhir

Dengan meningkatnya kegiatan pembangunan menyebabkan meningkatnya


kegiatan penduduk disegala bidang yang pada akhirnya meningkatkan pula tuntutan
dan kebutuhan masyarakat terhadap penyediaan fasilitas dan utilitas perkotaan serta
kebutuhan Lainnya. Untuk lebih terciptanya tertib pemerintahan dan pembinaan wilayah
yang cukup luas, maka dibentuk Kecamatan Baru dengan Perda Kota Pekanbaru No.4
Tahun 2003 menjadi 12 Kecamatan dan Kelurahan/Desa baru dengan Perda tahun
2003 menjadi 58 Kelurahan/Desa. Kota Pekanbaru berbatasan dengan daerah
Kabupaten/Kota :
 Sebelah Utara :     Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar
 Sebelah Selatan :     Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan
 Sebelah Timur :    Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan
 Sebelah Barat :     Kabupaten Kampar

Kota Pekanbaru dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur.
Memiliki beberapa anak sungai antara lain : Sungai Umban Sari, Air Hitam, Siban,
Setukul, Pengambang, Ukui, Sago, Senapelan, Limau, Tampan dan Sungai Sail.
Sungai Siak juga merupakan jalur perhubungan lalu lintas perekonomian rakyat
pedalaman ke kota serta dari daerah lainnya.

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 19


Tahun 2015
Laporan Akhir

Gambar 2.13 Gambar 2.14


Tugu Ikan Selais Kantor Walikota Pekanbaru
Land Mark Kota Pekanbaru

Adapun untuk lebih jelasnya mengenai pembagian luas wilayah Kota Pekanbaru
berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.5. Secara spasial, Pekanbaru
memiliki lokasi yang sangat strategis sebagai kota transit yang menghubungkan Kota-
kota utama di pulau Sumatera. Keuntungan lokasi ini, harus dicermati sebagai potensi
dan masalah yang harus diantisipasi agar pembangunan kota ke depan benar-benar
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya, dan mereduksi, kemungkinan
dampak/pengaruh negatif yang akan ditimbulkan.

Tabel 2.5
Luas Wilayah Kota Pekanbaru Berdasarkan Kecamatan
No. Kecamatan Luas(Km2) Persentase(%)
1. Pekanbaru Kota 2,26 0,36
2. Sail 3,26 0,52
3. Sukajadi 3,76 0,59
4. Lima Puluh 4,04 0,64
5. Senapelan 6,65 1,05
6. Bukit Raya 22,05 3,49
7. Marpoyan Damai 29,74 4,70
8. Payung Sekaki 43,24 6,84
9. Tampan 59,81 9,46
10. Rumbai 128,85 20,38
11. Rumbai Pesisir 157,33 24,88
12. Tenayan Raya 171,27 27,09
Jumlah 632,26 100,00
Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2016

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 20


Tahun 2015
Laporan Akhir

2.2.1.2 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia


Jumlah penduduk Kota Pekanbaru pada tahun 2011 berjumlah 937.939 jiwa,
dengan jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Marpoyan Damai
sebesar 130.244 jiwa dan yang terkecil terdapat di Kecamatan Sail yaitu 21.796 jiwa.
Dari beberapa Kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru terdapat satu Kecamatan yang
mengalami pertumbuhan penduduk yang cukup signifikan dari tahun ketahun yaitu
Kecamatan Tampan hal ini bisa terlihat dari jumlah penduduknya yang mengalami
pertambahan dari Tahun 2011 sebanyak 179.470 menjadi 201.182 jiwa pada tahun
2015.
Pertumbuhan penduduk di Kota Pekanbaru dapat dikatakan cukup signifikan, hal
ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dari BPS Pekanbaru Dalam Angka 2016 yang
menunjukkan bahwasannya tidak ada penurunan jumlah penduduk dari tahun 2011-
2015. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk di Kota Pekanbaru tahun 2011-
2015 dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut ini.

Tabel 2.6
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Pekanbaru Menurut Kecamatan Tahun 2011 – 2015

N Luas Jumlah (Jiwa)


Kecamatan
o (Km2) 2011 2012 2013 2014 2015
1 Tampan 59,81 179.470 188.806 191.941 194.331 201.182
Payung
2 43,24 90.991 93.479 97.667 99.170 101.128
Sekaki
3 Bukit Raya 22,05 97.094 101.548 104.519 106.161 109.381
Marpoyan
4 29,74 130.244 130.349 139.707 141.569 146.221
Damai
171,2
5 Tenayan Raya 130.236 136.716 140.359 142.519 148.013
7
6 Lima Puluh 4,04 41.971 41.994 43.675 43.982 44.481
7 Sail 3,26 21.796 21.809 22.766 22.956 23.124
Pekanbaru
8 2,26 25.764 25.784 26.862 27.059 27.224
Kota
9 Sukajadi 3,76 47.791 47.814 49.123 49.336 49.650
10 Senapelan 6,65 37.004 37.024 38.004 38.183 38.340
128,8
11 Rumbai 67.915 70.219 72.338 73.231 74.977
5
Rumbai 157,3
12 67.663 69.016 72.070 72.970 74.397
Pesisir 3
632,2
Jumlah 937.939 964.558 999.031 1.011.467 1.038.118
6
Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2008 - 2014

2.2.1.3 Penggunaan Lahan


Luas lahan terbangun (built-up areas) sekitar 24% dari luas wilayah kota dan
dimanfaatkan sebagai kawasan perumahan (sekitar 73% dari luas areal terbangun),

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 21


Tahun 2015
Laporan Akhir

pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan, industri, militer, bandara, dan lain-lain.


Areal belum terbangun (non-built up areas) adalah sekitar 76% dari luas wilayah kota
saat ini yang merupakan kawasan lindung, perkebunan, semak belukar, dan hutan.
Areal ini sebagian besar terdapat di wilayah utara kota (Rumbai dan Rumbai Pesisir),
Tenayan Raya dan sekitarnya. Jenis penggunaan lahan tersebut seperti terlihat pada
Tabel 2.7.
Tabel 2.7
Penggunaan Tanah Kota PekanbaruTahun 2006 - 2026
No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha)
A. Lahan Terbangun (built up areas)
1. Kawasan Perumahan 10.914,44
2. Kawasan Pemerintahan 100,23
3. Kawasan Pendidikan 282,30
4. Kawasan Perdagangan 666,07
5. Kawasan Industri 1.794,94
6. Militer 134,93
7. Bandara 276,00
8. Lain-lain 723,07
Jumlah A: 14.891,98
B. Lahan Tidak Terbangun (non-built up areas)
1. Kawasan Lindung 2.605,75
2. Kawasan Perkebunan 18.372,33
3. Kawasan Semak Belukar 24.733,49
4. Hutan 2.622,45
Jumlah B: 48.334,02
Jumlah A + B 63.226,00
Sumber : RTRW Kota Pekanbaru revisi 2006-2026

2.2.1.4 Potensi Ekonomi Wilayah


Pertumbuhan
ekonomi secara umum dapat
ditunjukkan oleh angka Produk
Domestik Regional Bruto
(PDRB). Perkembangan
besaran nilai PDRB merupakan
salah satu indikator yang dapat
dijadikan ukuran untuk menilai
Gambar 2.15
keberhasilan pembangunan Pasar Bawah Pekanbaru

suatu daerah, atau dengan kata


lain pertumbuhan ekonomi
suatu daerah dapat tercermin
melalui pertumbuhan nilai PDRB. Di sisi lain, inflasi merupakan angka pembanding lain
yang juga erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Untuk skala
kota Pekanbaru Pendapatan Regional dan angka per Kapita menunjukan kenaikan dari
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 22
Tahun 2015
Laporan Akhir

tahun ketahun yaitu pada tahun tahun 2013 Rp. 51.053.167,00 tahun 2014 senilai Rp.
54.570.279,50 dan pada tahun 2015 kembali meningkat menjadi Rp. 57.557.347,62.
Hal ini cukup wajar mengingat
Kota Pekanbaru adalah ibukota Provinsi
Riau yang aktivitas ekonominya cukup
besar dan merupakan pusat peredaran
barang dan jasa. Sementara itu
perkembangan PDRB Kota Pekanbaru
secara nominal atas dasar harga berlaku
dan harga konstan dapat dilihat pada
Tabel 2.8.
Gambar 2.16
Mall Pekanbaru

Tabel 2.8
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Pekanbaru Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) Tahun 2012 – 2015

LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014 2015


Pertanian, Perkebunan, Peternakan, 800.009,41 838.732,38 873.500,13 900.698,87
Kehutanan dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 9.332,62 9.692,86 10.040,83 10.275,79
Industri Pengolahan 10.050.826,87 10.856.123,36 11.660.216,32 12.581.984,81
Pengadaan Listrik dan Gas 99.833,30 101.754,48 104.591,26 110.061,16
Pengadaan air, pengadaan sampah 11.478,40 11.349,56 11.468,52 11.774,03
Konstruksi 13.396.719,67 13.833.805,06 14.974.548,61 15.957.717,50
Perdagangan Besar dan Eceran;
14.058.300,99 14.932.338,59 15.765.041,14 16.114.687,35
Reparasi
Transportasi dan Pergudangan 1.206.734,56 1.282.437,08 1.387.597,96 1.481.825,78
Penyediaan Akomodasi dan Makan
926.506,69 950.473,77 1.000.056,81 1.006.034,38
Minum
informasi dan Komunikasi 1.382.920,90 1.509.032,03 1.570.772,39 1.694.228,39
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.721.849,60 1.804.301,15 2.050.690,23 2.187.502,69
Real Estat 1.414.929,06 1.493.506,46 1.577.683,01 1.711.993,93
Jasa Perusahaan 7.942,01 8.663,73 10.424,87 11.129,59
Administrasi Pemerintahan,
2.122.171,15 2.189.348,86 2.230.117,43 2.271.539,40
pertanahan dan jaminan sosial wajib
Jasa Pendidikan 522.695,65 544.852,18 576.025,74 609.550,44
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 207.341,28 227.702,35 249.443,39 275.054,30
Jasa lainnya 412.144,46 459.053,09 518.060,85 621.289,19
PDRB 48.351.736,61 51.053.167,00 54.570.279,50 57.557.347,62

Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2016

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 23


Tahun 2015
Laporan Akhir

Tabel 2.9
Produk Domestik Regional Bruto Kota Pekanbaru Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha (miliar rupiah) Tahun 2012 – 2015 (Juta Rupiah)
LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, 923.554,77 1.024.011,56 1.156.508,36 1.342.353,21
Kehutanan dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 11.249,54 12.461,14 13.756,95 16.235,74
Industri Pengolahan 11.473.151,40 12.272.526,75 14.013.850,35 16.703.456,43
Pengadaan Listrik dan Gas 96.069,57 97.803,91 114.232,30 135.180,87
Pengadaan air, pengadaan sampah 11.912,97 11.496,15 11.977,58 13.351,50
Konstruksi 16.036.782,60 17.893.456,53 22.435.971,85 25.143.478,00
Perdagangan Besar dan Eceran;
16.067.019,28 17.131.976,82 22.157.999,88 24.520.354,90
Reparasi
Transportasi dan Pergudangan 1.325.879,33 1.495.872,62 1.793.556,62 2.105.082,78
Penyediaan Akomodasi dan Makan
1.105.173,57 1.266.298,51 1.765.161,45 1.822.509,00
Minum
informasi dan Komunikasi 1.370.444,07 1.402.089,92 1.583.786,61 1.818.250,09
Jasa Keuangan dan Asuransi 2.020.821,03 2.236.937,27 2.668.747,22 2.971.439,24
Real Estat 1.620.387,63 1.759.101,25 2.037.801,22 2.404.177,92
Jasa Perusahaan 9.294,14 10.631,63 13.539,02 15.366,32
Administrasi Pemerintahan,
2.348.832,85 2.468.441,48 2.554.745,83 2.751.629,46
pertanahan dan jaminan sosial wajib
Jasa Pendidikan 586.288,21 631.161,71 819.218,58 956.881,02
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 236.664,69 266.329,00 329.291,56 407.609,81
Jasa lainnya 448.490,78 511.863,22 665.872,83 904.612,74
PDRB 55.692.016,42 60.492.459,55 74.235.018,20 84.031.969,03
Sumber : Pekanbaru Dalam Angka 2014

2.2.2 Rencana Struktur Ruang


2.2.2.1 Rencana Sistem Perkotaan
Strategi pengembangan struktur ruang wilayah Kota Pekanbaru sesuai dengan
skenario pengembangan kota dengan banyak pusat (multiple nuclei), dimana pusat
pertumbuhan baru akan disebarkan pengembangannya melalui stimulasi dan akselerasi
pembangunan sektor-sektor potensial yang dapat memperkecil kepincangan
perkembangan antar kawasan.
Rencana pembagian Wilayah Pengembangan di Kota Pekanbaru adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.10
Wilayah Pengembangan (WP) Kota Pekanbaru
WILAYAH
CAKUPAN ARAHAN DAN RENCANA FUNGSI
PENGEMBANGAN
a. Pusat Kegiatan Perdagangan dan Jasa
 Kecamatan Pekanbaru Kota
Kepadatan Tinggi
 Kecamatan Senapelan
b. Pusat Kegiatan Jasa Perkantoran Lokal,
WP - I  Kecamatan Lima puluh
Regional dan Internasional
 Kecamatan Sukajadi
c. Pusat Kegiatan Pemerintahan Provinsi
 Kecamatan Sail d. Kawasan Permukiman Kepadatan Tinggi
WP – II  Kecamatan Rumbai a. Pusat Kegiatan Olahraga
b. Kawasan Pendidikan
c. Kawasan Permukiman

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 24


Tahun 2015
Laporan Akhir

d. Pusat Kegiatan Industri Kecil


e. Kawasan Perdagangan
f. Kawasan Lindung
a. Kawasan Lindung
b. Kawasan Permukiman
WP - III  Kecamatan Rumbai Pesisir c. Pusat Kegiatan Pariwisata
d. Kawasan Industri
e. Kawasan Pergudangan
a. Kawasan Permukiman
b. Kawasan Pemerintahan
c. Pusat Kegiatan Industri
d. Kawasan Pendidikan
 Kecamatan Tenayan Raya
WP - IV e. Pusat Kegiatan Pergudangan
 Kecamatan Bukit Raya
f. Kawsan Perdagangan
g. Pusat Kegiatan Pemerintahan
h. Kawasan Rekreasi
i. Kawasan Pertanian
a. Pusat Kegiatan Pendidikan Tinggi
b. Kawasan Permukiman
 Kecamatan Marpoyan Damai
c. Pusat Kegiatan Industri Kecil
WP – V  Kecamatan Tampan
d. Kawsan Perantoran
 Kecamatan Payung Sekaki
e. Kawasan Pemerintahan
f. Kawasan Perdagangan
Sumber: RTRW Kota Pekanbaru, 2036

Gambar : 2.17
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 25
Tahun 2015
Laporan Akhir

Peta adm Kota Pekanbaru Hal ii-25

Gambar : 2.18
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 26
Tahun 2015
Laporan Akhir

Peta Pembagian Wilayah Pengembangan (WP)


Hal ii-26

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 27


Tahun 2015
Laporan Akhir

2.2.3 Rencana Pola Ruang


A. Kawasan Lindung
Kawasan lindung didefinisikan sebagai kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam,
sumberdaya buatan dan nilai sejarah, serta budaya, guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan.

 Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya


Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
merupakan kawasan yang karena letak dan karakteristiknya memiliki fungsi
penting untuk melindungi kawasan bawahannya dari kerusakan atau bencana
alam. Lebih jauh, kawasan ini terbagi atas dua jenis kawasan yaitu Kawasan
Hutan Lindung dan Kawasan Resapan Air.
Alokasi pemanfaatan lahan bagi kebutuhan konservasi (resapan air)
diprioritaskan di bagian Utara yaitu di Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir.

B. Kawasan Lindung Setempat


Kawasan perlindungan setempat merupakan kawasan yang harus dibebaskan
dalam upaya untuk memberikan perlindungan pada objek khusus yang ada. Dalam
hal ini, kawasan perlindungan setempat terdiri dari kawasan sempadan sungai,
kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar mata air, dan kawasan ruang
terbuka hijau kota.
Di wilayah Kota Pekanbaru, kawasan perlindungan setempat diarahkan untuk
kawasan Sempadan Danau Lembah Sari, dan Kawasan sempadan Sungai Siak
beserta anak-anak sungainya.
Selanjutnya, kawasan lindung untuk kawasan sekitar danau/waduk adalah
daratan sepanjang danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan
kondisi fisik danau/waduk yaitu antara 50 – 100 meter dan titik pasang tertinggi ke
arah darat.
Pemanfaatan ruang pada sempadan danau/waduk selain diarahkan bagi tujuan
konservasi, dapat juga dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Jenis tanaman produktif yang memiliki produktivitas tahunan sehingga
mengurangi intensitas kontak dengan penduduk sekitarnya.
b. Pemilihan jenis tanaman harus disesuaikan dengan karakteristik kawasan
utama, yaitu yang memiliki sifat perakaran dan tutupan lahan yang mampu

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 28


Tahun 2015
Laporan Akhir

memberikan pengamanan terhadap kawasan danau/waduk.


c. Pada jalur ini sedapat mungkin dihindari penanaman tanaman semusim untuk
menghindari pengolahan tanah yang akan mempertinggi pelumpuran/
pendangkalan waduk.
d. Untuk keperluan pengembangan objek wisata, maka luas kawasan terbangun
yang diperbolehkan tidak melebihi 5% dari total luas kawasan, yang
mencakup kawasan danau dan kawasan darat dalam radius 100 meter.

C. Kawasan Pelestarian Alam dan Cagar Budaya


 Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan gempa merupakan wilayah-wilayah yang berada pada jalur
patahan yang memanjang dari arah Kecamatan Payung Sekaki hingga
Kecamatan Bukit Raya dan melintasi kawasan Bandara SSK II.
Meskipun memiliki resiko keamanan, kawasan ini tidak seutuhnya tidak dapat
dibangun, melainkan pemanfaatannya harus disertai dengan upaya untuk meng-
antisipasi kemungkinan terjadinya bencana alam.

 Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
mengamanatkan Kota untuk menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar
30% dari luas wilayahnya, yang terdiri dari 20% RTH Publik dan 10% RTH
Privat. Mengacu pada peraturan yang lebih teknis mengenai pedoman
penyediaan dan pemanfaatan RTH pada kawasan perkotaan, yang dimaksud
dengan RTH Publik adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah
daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara
umum. Sedangkan RTH Privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang
perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa
kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami
tumbuhan (Permen PU Nomor 05/PRT/M/2008).

Kondisi RTH Kota Pekanbaru, Mengacu pada Pedoman Penyediaan dan


Pemanfaatan RTH pada Kawasan Perkotaan, RTH yang ada di Kota Pekanbaru
masih didominasi oleh RTH privat, dengan keberadaan lahan perkebunan rakyat
dan swasta di Kecamatan Rumbai, Rumbai Pesisir dan Tenayan Raya.
Berdasarkan data yang dikumpulkan, yang termasuk dalam kategori RTH Publik
(RTH yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Kota Pekanbaru) baru berkisar
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 29
Tahun 2015
Laporan Akhir

59,3 Ha yang terdiri dari:


1. Hutan Kota seluas 5,4 Ha
2. Taman kota seluas 7,55 Ha
3. Median dan pulau jalan seluas 13,75 Ha
4. TPU yang dikelola Pemerintah Kota Pekanbaru seluas 32,61 Ha.

Selain keempat jenis RTH di atas, RTH Publik Kota Pekanbaru masih dapat
dipenuhi dari Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (Tahura SSH), Taman
Makam Pahlawan Kusuma Bangsa dan TPU Taman Bahagia (keduanya dikelola
Pemerintah Propinsi Riau), pengaturan sempadan sungai, sempadan
waduk/danau, dan jalur hijau tepi jalan yang sudah mendapatkan program
penghijauan oleh pemerintah kota. Pemanfaatan ruang terbuka hijau yang
bukan dikelola langsung oleh Pemerintah Kota Pekanbaru namun memiliki unsur
akses publik adalah TPU yang dikelola oleh masyarakat/yayasan dan hutan kota
kesepakatan yang ditetapkan dalam keputusan walikota.

Dengan menggunakan asumsi untuk pengaturan sempadan Sungai Siak


sebesar 100 m dari bibir sungai dan sempadan danau buatan sebesar 50 m,
maka luas RTH Publik yang tersedia di Kota Pekanbaru kurang lebih 1.810,46
Ha, atau berkisar 2,86% dari luas Kota Pekanbaru. Dengan demikian RTH Kota
Pekanbaru belum memenuhi ketentuan undang-undang penataan ruang dan
masih harus menyediakan lahan sebesar 10.834,74 Ha.

RTH Publik, Yang termasuk dalam kategori RTH publik antara lain:
 RTH pada jaringan Jalan, yang terdiri dari pulau jalan, median jalan, jalur
hijau tepi jalan dan ruang di bawah jalan layang. Pulau jalan adalah ruang
yang terbentuk oleh gemetris jalan seperti pada persimpangan tiga atau
bundaran jalan. Sedangkan median beruba jalur pemisah yang membagi
jalan menjadi dua jalur atau lebih. Jalur hijau tepi jalan adalah ruang terbuka
hijau yang membatasi daerah milik jalan dengan jalur pejalan kaki. Ruang di
bawah jembatan layang selain dapat berupa perkerasan juga dapat
dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau. Penetapan RTH Publik pada
jaringan jalan menjadi satu kesatuan dengan perencanaan teknis jaringan
transportasi darat / jalan raya.

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 30


Tahun 2015
Laporan Akhir

 RTH Taman. Taman yang dimaksud adalah taman lingkungan dan taman
kota. Penyediaan taman lingkungan sesuai dengan Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perkotaan dilakukan
dengan pendekatan standar kebutuhan ruang sebesar 1 m2/jiwa untuk taman
RT; 0,5 m2/jiwa untuk taman RW; 0,3 m2/jiwa untuk taman kelurahan; 0,2
m2/jiwa untuk taman kecamatan dan 0,3 m2/jiwa untuk taman kota.
Keberadaanya dengan asumsi bahwa tiap taman RT melayani 250 jiwa, tiap
taman RW melayani 2.500 jiwa, tiap taman kelurahan melayani 30.000 jiwa,
tiap taman kecamatan melayani 120.000 jiwa dan tiap taman kota melayani
480.000 jiwa.
Selain pemenuhan kebutuhan taman lingkungan sebagaimana standar,
arahan taman kota di Kota Pekanbaru meliputi:

Tabel 2.11
Arahan Sebaran Taman Kota di Pekanbaru
No. Taman Kota Luas (M2)
1 Taman Kota Jl. Diponegoro 34.030,20
2 Taman Kayu Putih Jl. Tambelan 3.600
3 Taman Belakang Pustaka Wilayah 1.936
4 Taman di bundaran Jl. Tambelan 19,8
5 Taman Kota jl. Garuda Sakti 31.794
6 Taman belakang kantor Kejaksaan Riau Jl. Sumatera 810
7 Taman Pasar bawah jl. Senapelan 1.052
8 Taman Cinta Raja Jl. Khairil Anwar 2000
9 Taman Simpang Jl. Kesehatan dengan Jl. Riau 286,72
10 Taman Waterfront City I (Senapelan Heritage)
11 Taman Kota Jalan Riau (eks. Kantor PU Propinsi)
12 Taman Srikandi
13 Taman Waterfront City II (antara jembatan Siak I dan Siak III)
14 Taman Rekreasi Kaca Mayang
15 Taman simpang Arifin Ahmad
16 Kawasan Bandar Serai
Sumber: RTRW Kota Pekanbaru, 2012

 Pemakaman. RTH yang berbentuk pemakaman sebenarnya masih dapat


diketegorikan sebagai RTH taman
 Hutan kota dan kebun bibit
Arahan penetapan hutan kota di Kota Pekanbaru meliputi Hutan
Kota ....di Jalan Thamrin, Kecamatan Sail yang secara hak dimiliki oleh

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 31


Tahun 2015
Laporan Akhir

pemerintah Propinsi Riau namun dikelola oleh Pemerintah Kota Pekanbaru


seluas 5,4 Ha dan penetapan kembali hutan kota kesepakatan, yaitu Taman
Wisata Alam Mayang seluas 24 Ha, Taman Wisata Hutan Kruing seluas 25
Ha, Kampus Bina Widya UNRI Panam seluas 50 Ha, Pangkalan Udara TNI-
AU seluas 26 Ha. Selain itu, kerja sama juga akan dilakukan dengan institusi
pendidikan yang memenuhi kriteria hutan kota seperti Kampus UIR, Kampus
UNILAK, Kampus UIN Panam.
 Perkarangan kantor dan fasilitas milik pemerintah. Termasuk di dalam
kategori ini antara lain :
a. Kantor-kantor dinas:
b. Sekolah :
c. Sarana ibadah
- Mesjid Agung An-Nur
- Mesjid Raya Pekanbaru
d. Sarana kesehatan
- Rumah sakit umum daerah
- Puskesmas
 Lapangan Olah raga. Berdasarkan keberadaan lapangan olah raga di Kota
Pekanbaru, yang bisa dikategorikan dalam fungsi ruang terbuka hijau adalah
ruang terbuka hijau pada GOR Rumbai, GOR Tribuana, Gelanggang pemuda
 Fungsi tertentu. RTH fungsi tertentu terdiri dari :
- Sempadan sungai
- Sempadan SUTET/SUTT
- Sempadan danau / waduk
- Sempadan Jalur KA.
- Sabuk hijau/kawasan penyangga/buffer zone
- Pengamanan bandara.

D. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya didefinisikan sebagai kawasan yang dimanfaatkan secara
terencana dan terarah sehingga dapat berdayaguna dan berhasilguna bagi hidup dan

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 32


Tahun 2015
Laporan Akhir

kehidupan manusia.
 Kawasan Pertanian
Pengembangan kawasan budidaya pertanian secara keseluruhan diarahkan untuk
budidaya tanaman pangan lahan basah, tanaman pangan lahan kering, perkebunan/
tanaman tahunan, holtikultura, peternakan dan perikanan darat.
 Kawasan Permukiman
Arahan pengembangan kawasan permukiman di Kota Pekanbaru tetap mengacu
pada kecenderungan perkembangan saat ini, dan gejala pertumbuhan kawasan
permukiman pada kawasan-kawasan potensial sebagai akibat terstimulasi oleh
program pembangunan pemerintah kota.
 Kawasan Perdagangan dan Jasa
Sebagai kota dengan ciri utama jasa dan perdagangan, perkembangan kegiatan
perdagangan harus dapat diantisipasi hingga dua puluh tahun ke depan, terutama
pengaturan pemanfaatan lahan untuk masing-masing jenis kegiatan perdagangan.
Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di kota Pekanbaru dilakuan dengan
mempertimbangkan fungsi kota Pekanbaru didalam rencana tata ruang Nasional
Kegiatan perdagangan direncanakan tersebar pada beberapa ruas jalan utama Kota
Pekanbaru, terutama pada ruas-ruas jalan arteri dan kolektor.
 Kawasan Perkantoran
Arahan kebijakan pengembangan kawasan perkantoran dan pemerintahan adalah
sebagai berikut :
- Mempertahankan lokasi kawasan pemerintahan yang ada saat ini yaitu di
sekitar kantor Gubernur Riau dan Walikota Pekanbaru, dengan melakukan
penataan/pengelompokkan terhadap instansi-instansi yang memiliki keterkaitan
koordinasi yang tinggi.
- Pengembangan kawasan perkantoran dan pemerintahan baru
 Kawasan Industri dan Pergudangan
Rencana pengembangan kawasn industri dan pergudangan di kota Pekanbaru
secara umum dilakukan dengan :
- Merelokasi besar dan sedang serta industri polutif di pusat kota ke kawasan
industri di Tenayan
- Mengembangkan industri dan pergudangan untuk menyiapkan peran dan
fungsi kota pekanbaru sebagai Hub di propinsi Riau
- Melakukan kerjasama pengembangan industri dengan wilayah wilayah di
sekitar kota Pekanbaru
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 33
Tahun 2015
Laporan Akhir

 Kawasan Wisata
Rencana kawasan wisata selain berpedoman pada kondisi yang telah ada saat
ini dan program pembangunan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah, juga
berdasarkan optimasi pemanfaatan lahan-lahan konservasi yang akan
dikembangkan. Dengan demikian, kawasan wisata di Kota Pekanbaru meliputi :
a. Danau Lembah Sari/ Bandar Khayangan (Kec. Rumbai Pesisir)
b. Danau Alam Mayang (Kec. Tenayan Raya)
c. Kawasan Kota Lama Cagar Budaya (Kec. Senapelan)
d. Kawasan Budaya Bandar Serai Simpang Tiga (Kec. Bukit Raya)
e. Kawasan Payung Sekaki (Waterfront City) di Kec. Rumbai
f. Kawasan Wisata Kuliner (Jajanan) Taman Labuai (Kec.Bukit Raya) dan
Pasar Bawah (Kec. Senapelan)
g. Kawasan Wisata Alam dan Bumi Perkemahan Taman Hutan Raya SSK II
(Kec.Rumbai)
h. Taman Rekreasi Mesjid Agung Annur (Kec. Limapuluh)
i. Taman Kolam Tandon (Kec. Pekanbaru Kota)
j. Hutan Kota (Kec. Sail).
k. Kawasan agrotourism di sekitar Okura sebagai sentra pengembangan buah-
buahan dan sayuran.
l. Kawasan rekreasi waterboom di sekitar jalan Arifin Achmad, (Kec. Marpoyan
Damai).
m. Seluruh areal konservasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
kawasan wisata, baik secara alami, maupun yang dikelola.

 Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan


Direncanakan guna menyelaraskan kawasan tersebut dengan peruntukan lain
(kawasan budi daya yang lain), sehingga aktivitas yang ada tidak saling
mengganggu dan dapat selaras. Untuk pengembangan kawasan peruntukan
pertahanan dan keamanan, masih mengacu pada kondisi eksisting, namun rencana
pengembangan kawasan harus tetap disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Pekanbaru. Hal yang paling utama pada kawasan ini adalah tetap
mengendalikan kawasan pertahanan dan keamanan yang ada dan mendukung dan
mendorong tidak beralihfungsinya RTH di kawasan peruntukan pertahanan dan

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 34


Tahun 2015
Laporan Akhir

keamanan menjadi fungsi lain.


Melakukan pendataan ulang terhadap batas pengembangan Kawasan Bandara SSK
II sesuai dengan SK Gubernur No. KPTS. 312/XI/1982 tanggal 24 November 1982.
Langkah ini dilakukan untuk memberikan kepastian hukum terhadap status lahan
milik LANUD dan lahan masyarakat yang dapat dimanfaatkan bagi pengembangan
kawasan.

 Kawasan Pelayanan Umum


- Kawasan Pendidikan
Rencana lokasi pengembangan kawasan pendidikan ke depan tetap
mengacu pada kecenderungan polarisasi kawasan pendidikan yan terjadi saat
ini, terutama pendidikan tinggi. ketersediaan lahan cadangan yang masih luas,
memungkinkan perluasan kawasan pendidikan dapat terjadi sewaktu-waktu.
Sementara untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah (TK hingga SMU)
penyebarannya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah baik di
tingkat WP, Kecamatan maupun lingkungan.
- Kawasan Olahraga
Pengembangan kawasan olahraga yang lebih refresentatif di Kota Pekanbaru
merupakan tuntutan untuk menggairahkan kegiatan keolahragaan. Terkait
dengan tuntutan ini adalah pembinaan olah raga ke arah pencapaian prestasi
sekaligus segi hiburan dari sebuah olah raga. Sehingga untuk mencapai hal
tersebut, maka diperlukan dukungan multi pihak agar tetap eksis dan berperan
langsung untuk menghasilkan prestasi, melalui pencarian bakat dan pembinaan
yang serius.
- Kawasan Kesehatan
Pembangunan kawasan kesehatan di Kota Pekanbaru diarahkan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan upaya
kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya manusia, penyediaan obat dan
perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan
dengan memperhatikan dinamika kependudukan, perkembangan wilayah,
epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan. Penyiapan prasarana
dan sarana kesehatan dasar diharapkan pada upaya pelayanan kesehatan
masyarakat terhadap penduduk miskin dan pelayanan kesehatan dasar melalui
promosi kesehatan, kesehatan ibu hamil, perbaikan gizi keluarga, keluarga
berkualitas, kesehatan lingkungan dan pemberantasan penyakit menular.
Peningkatan pelayanan kesehatan yang ditunjang oleh peningkatan sarana dan
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 35
Tahun 2015
Laporan Akhir

prasarana PUSKESMAS dan rumah sakit yang memadai dan berkualitas


disetiap pengembangan wilayah di Kota Pekanbaru.

E. Kawasan Peruntukan Ruang Terbuka Non Hijau


Pemanfaatan lahan ruang terbuka non hijau lebih diarahkan pada kawasan ruang
terbuka non hijau yang meliputi: ruang terbuka yang mengikuti rute jalan arteri primer
dan kolektor primer; trotoar atau pedestrian yang berada di samping kiri kanan jalan,
baik bagi masyarakat umum maupun penyandang cacat; ruang terbuka yang berada di
depan, samping atau belakang bangunan publik dengan fungsi perkantoran,
perdagangan dan jasa dan fungsi lainnya; dan ruang terbuka peruntukan area parkir,
anjungan seperti: hall dan tempat bermain.

F. Kawasan Peruntukan Ruang Evakuasi Bencana


Untuk ruang evakuasi bencana ditetapkan lokasinya berupa RTH sehingga
diharapkan tidak akan ada rencana pembangunan pada lokasi tersebut

G. Kawasan Peruntukan Ruang Kegiatan Sektor Informal


Kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan-kegiatan sektor informal direncanakan
untuk memberikan ruang yang khusus guna menampung para pedagang kaki lima yang
selama ini tersebar secara tidak teratur dan terkesan kurang bersih dari segi lingkungan
sekitarnya, apalagi yang memakai trotoar sebagai ruang untuk berdagang atau
melaksanakan kegiatan lainnya. Kawasan peruntukan ruang khusus untuk pedagang
kaki lima diupayakan diatur dan ditempatkan sesuai dengan karakteristik pedagang kaki
lima itu sendiri.

H. Kawasan Peruntukan Lainnya


Kawasan Peruntukan Lainnya merupakan kawasan yang intensitas
pemanfaatannya bersifat terbatas dan penanganannya pun bersifat khusus. Kawasan
Peruntukan Lainnya di Kota Pekanbaru terdiri dari terdiri dari :
- Kompleks CALTEX/ CHEVRON,
- Kawasan Pusat Budaya Melayu

I. Kawasan Transportasi
Kawasan Transportasi terdiri dari Kawasan bandara, Kawasan Terminal Akap, dan
Kawasan Pelabuhan Sungai Duku

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 36


Tahun 2015
Laporan Akhir

J. Kawasan Peruntukan Pertambangan


Kawasan pertambangan yang terdapat di Kota Pekanbaru umumnya merupakan
usaha kegiatan tambang galian golongan C dan Gas, Aktivitas kegiatan pertambangan
galian golongan C di Kota Pekanbaru masih bersifat kegiatan tambang sederhana yang
menghasilkan pasir, kerikil dan batu kali, yang nilai produksinya relatif kecil.

2.2.4 Kawasan Strategis


Berdasarkan kajian potensi dan perannya terhadap kota pekanbaru serta visi
kota yang akan di capai sampai dengan akhir tahun perencanaan maka kawasan
strategis di kota Pekanbaru ditetapkan sebagai berikut:
 Kawasan Water Front City Pekanbaru
Kawasan strategis ini merupakan kawasan strategis terluas di Kota Pekanbaru.
 Kawasan Industri Tenayan
Kawasan Industri Tenayan berada di Kelurahan Sail, Kecamatan Tenayan
Raya. Kawasan ini direncanakan meliputi 1500 Ha dengan bentuk pengelolaan
bersama antara pemerintah dan swasta. Hingga saat ini, Pemerintah Kota
Pekanbaru telah menguasai lahan seluas 306 Ha, 40 Ha diantaranya telah
dipergunakan oleh PT.PLN.
 Kawasan Danau Buatan Limbungan
Kawasan Danau Buatan Bandar Kayangan Limbungan meliputi kawasan
danau dan sekitarnya dengan radius kurang lebih 500 m ke arah darat.
Kawasan ini termasuk kawasan strategis dengan fungsi ekologi dengan tujuan
utama mempertahankan keberdaan dan keberlangsungan danau.
 Kawasan Bandar Raya Payung Sekaki
Keberadaan terminal AKAP/AKDP Bandar Raya Payung Sekaki pada kawasan
ini membuatnya menjadi salah satu kawasan strategis kota.
 Kawasan Lindung di Kecamatan Rumbai dan Kecamatan Rumbai
Pesisir
Kawasan lindung ini meliputi wilayah di sekitar Hutan Raya SSH dan sebelah
Utara kawasan permukiman pada Kecamatan Rumbai Pesisir. Kawasan ini
memiliki fungsi ekologis karena melingkupi aliran sungai (tahunan dan
musiman) yang bermuara pada Sungai Siak
 Kawasan Pendidikan Tinggi
Sebagai kota yang memiliki visi sebagai pusat pendidikan, Kota Pekanbaru

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 37


Tahun 2015
Laporan Akhir

menempatkan beberapa perguruan tinggi sebagai bagian dalam kawasan


strategis. Pengembangan kawasan pendidikan dan sekitarnya merupakan
salah satu yang menjadi perhatian utama kota agar dapat mendukung
pelaksanaan proses pembelajaran hingga dapat mencetak lulusan yang
berkualitas. Yang termasuk dalam kawasan strategis pendidikan tinggi antara
lain lain Kampus Universitas Riau (UR) dan Kampus Universitas Islam
Nasional (UIN) di Kecamatan Tampan, Kampus Universitas Islam Riau (UIR) di
Kecamatan Bukit Raya dan Universitas Lancang Kuning di Kecamatan
Rumbai.

2.2.5 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Salah-satu fungsi utama Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pekanbaru
adalah sebagai pedoman untuk pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang di wilayah kota. Selain itu, RTRW Kota menjadi dasar untuk penerbitan perizinan
lokasi pembangunan dan administrasi pertanahan (Pasal 26 UU No. 26/2007).
Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
pengendalian pemanfaatan ruang dilak ukan melalui penetapan peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi (Pasal 35).
A. Ketentuan Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi mengatur ketentuan Kawasan Lindung dan
Kawasan Budidaya. merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan
unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan
rencana rinci tata ruang. Peraturan zonasi berisi ketentuan yang harus, boleh, dan tidak
boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang yang dapat terdiri atas ketentuan
tentang amplop ruang (koefisien dasar ruang hijau, koefisien dasar bangunan, koefisien
lantai bangunan, dan garis sempadan bangunan), penyediaan sarana dan prasarana,
serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan.
B. Ketentuan Perizinan
adalah perizinan yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan
pemanfaatan ruang. Izin dimaksud adalah izin lokasi/fungsi ruang, amplop ruang, dan
kualitas ruang.

C. Pemberian Insentif dan Insentif

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 38


Tahun 2015
Laporan Akhir

Berdasarkan Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2010 Tentang


Penyelenggaraan Penataan Ruang Pasal 169 menyebutkan bahwa pemberian insentif
dan disinsentif dalam penataan ruang diselenggarakan untuk:
 meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka
mewujudkan tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang;
 memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana tata
ruang; dan meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka
pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang
Insentif, merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
- Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan
urun saham;
- Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
- kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
- pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah.
Disinsentif, merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan,
atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
- pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang;
dan/atau
- pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.
D. Pengenaan Sanksi
Adapun tahapan didalam proses pengenaan sanksi pelanggaran pemanfaatan
ruang di Kota Pekanbaru berdasarkan arahan kebijakan pengendalian pemanfaatan
ruang meliputi:
- Peringatan Tertulis - Penghentian Sementara Kegiatan
- Penghentian Sementara Pelayanan Umum - Penutupan Lokasi
- Pencabutan Izin - Pembatalan Izin
- Pembongkaran Bangunan - Pemulihan Fungsi Ruang

Gambar : 2.19
Peta Rencana Struktur Ruang Hal ii - 39

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 39


Tahun 2015
Laporan Akhir

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 40


Tahun 2015
Laporan Akhir

Gambar : 2.20
Peta Rencana Pola Ruang Hal ii - 40

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 41


Tahun 2015
Laporan Akhir

Gambar : 2.21
Peta Rencana KAWASAN STRATEGIS Hal ii - 41

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 42


Tahun 2015
Laporan Akhir

2.3 KOTA DUMAI


2.3.1 Profil Kota Dumai
2.3.1.1 Gambaran Umum
Dumai adalah salah satu pintu gerbang utama bagi daerah Riau
Daratan yang dahulunya hanya sebuah kota nelayan kecil
dibelahan pantai timur Sumatera. Namun saat ini kota ini telah
berubah dan sedang tumbuh pesat menjadi sebuah Kota
Industri dan Kota Pelabuhan Minyak yang dilengkapi dengan
tangki-tangki penyimpanan minyak dan instalasi lainnya.
Kota Dumai dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1999,
tanggal 20 April 1999, yang meliputi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Dumai Barat,
Kecamatan Dumai Timur dan Kecamatan Bukit Kapur. Kemudian

Gambar 2.22
Kantor Walikota Dumai

berdasarkanPeraturan Daerah Kota Dumai Nomor 3 Tahun 2001 tentang


Pembentukan Kecamatan Sungai Sembilan, Kecamatan Medang Kampai, serta
Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Nomor 3 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kecamatan Sungai Sembilan dan Medang
Kampai, sehingga Kota Dumai memiliki tujuh kecamatan yakni; 1) Kecamatan Dumai
Kota, 2) Kecamatan Medang Kampar, 3) Kecamatan Dumai Timur, 4) Kecamatan
Dumai Barat, 5) Kecamatan Dumai Selatan 6) Kecamatan Bukit Kapur, dan 7)
Kecamatan Sungai Sembilan.
Secara geografis Kota Dumai berada pada posisi antara 101 0 0’ 38” - 1010 43’ 33”

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 43


Tahun 2015
Laporan Akhir

Bujur Timur dan 010 26’ 50” - 020 15’ 40” Lintang Utara. Kota Dumai mempunyai luas
wilayah daratan 1.727,38 Km2 dan wilayah perairan seluas 71.393 Ha, secara
administratif Kota Dumai berbatasan dengan :
1.   Sebelah Utara : Selat Rupat, Pulau Rupat, dan Selat Malaka
2.   Sebelah Timur : Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis
3.   Sebelah Selatan : Kecamatan Mandau dan Kecamatan Bukit Batu,
Kabupaten Bengkalis
4.   Sebelah Barat : Kecamatan Tanah Putih dan Kecamatan Bangko
Kabupaten Rokan Hilir
Di Kota Dumai ini terdapat 16 sungai besar dan kecil dengan total panjang
keseluruhannya 222 Km yang mana kesemua sungai tersebut bermuara ke Selat Rupat
dan Selat Malaka sebagai jalur lalu lintas perdagangan. Kalau dilihat dari segi topografi,
Kota Dumai termasuk ke dalam kategori daerah yang datar dengan kemiringan lereng 0
– < 3 %, di mana sebelah utara Kota Dumai umumnya merupakan dataran yang landai
dan ke selatan semakin bergelombang.

2.3.1.2 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia


Kota Dumai
mempunyai keragaman
suku dan budaya, selain
memiliki budaya asli yaitu
budaya Melayu.
Keragaman yang ada
merupakan aset yang
dapat menghasilkan
devisa. Kebudayaan Gambar 2.23
Kependudukan dan Sumber Daya Manusia
Melayu dianggap sebagai “
Roh Pembangunan Kota Dumai “ dengan cara menjabarkan nilai-nilai budayanya
sebagai inspirasi dan dasar pembangunan. Pelaksanaan pembangunan di bidang
kebudayaan telah meningkatkan daya tarik atau daerah tentang seni budaya daerah
Kota Dumai merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis yang pada
awal pembentukannya memiliki jumlah penduduk hanya 15.669 jiwa. Kemudian pada
tahun 2015 jumlah penduduk Kota Dumai mencapai 285.967 jiwa. Perkembangan
penduduk dipengaruhi oleh angka kelahiran - kematian dan penduduk yang masuk
-keluar. Untuk lebih jelasnya jumlah dan kepadatan penduduk serta perkembangan

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 44


Tahun 2015
Laporan Akhir

penduduk di Kota Dumai dapat dilihat pada Tabel 2.12


Tabel 2.12
Jumlah Penduduk di Kota Dumai Tahun 2013 - 2015
Jumlah Penduduk
Kecamatan
2013 2014 2015
Bukit Kapur 42.082 42.399 43.403
Medang Kampai 10.983 11.240 11.470
Sungai Sembilan 29.920 30.475 31.158
Dumai Barat 38.871 39.688 40.572
Dumai Selatan 48.752 50.593 51.616
Dumai Timur 58.793 60.450 61.685
Dumai Kota 42.122 45.264 46.063
Jumlah 212.730 280.109 285.967
Sumber : Dumai Dalam Angka 2016

Kepadatan rata-rata penduduk di Kota Dumai pada tahun 2015 adalah 165,55
jiwa/Km². Kepadatan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Dumai Kota yaitu
3.543,31 Jiwa/Km², sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan
Sungai Sembilan. Untuk lebih jelas melihat jumlah penduduk dan kepadatan penduduk
dapat dilihat pada Tabel 2.13
Tabel 2.13
Kepadatan Penduduk di Kota Dumai Tahun 2015
Luas Jumlah Kepadatan
Kecamatan Wilayah Penduduk Penduduk
(Km²) (jiwa) (jiwa/Km²)
Bukit Kapur 200,00 43.403 217,02
Medang Kampai 373,00 11.470 30,75
Sungai Sembilan 975,38 31.158 31,94
Dumai Barat 44,98 40.572 902,00
Dumai Selatan 73,50 51.616 702,26
Dumai Timur 47,52 61.685 1.298,09
Dumai Kota 13,00 46.063 3.543,31
Jumlah 1.727,38 285.967 165,55
Sumber : Dumai Dalam Angka, 2016 dan Hasil Analisis

Salah satu ciri-ciri demografi di Indonesia adalah penyebaran penduduk yang


tidak merata, demikian juga halnya di Kota Dumai. Kecamatan terpadat di Kota Dumai
adalah Kecamatan Dumai Kota dengan angka kepadatan sebesar 165,55 jiwa/km2.
Sedangkan angka kepadatan penduduk total Kota Dumai sebesar 3.543,31 jiwa/km2.
Pertumbuhan penduduk Kota Dumai cukup pesat. Kecamatan yang memiliki
pertambahan jumlah penduduk tertinggi adalah Kecamatan Dumai Timur yaitu pada
tahun 2013 sebanyak 58.793 jiwa, tahun 2014 sebanyak 60.450 jiwa dan pada tahun
2015 mengalami peningkatan yang cukup singinifikan menjadi 61.685 jiwa.
Penilaian terhadap kepadatan penduduk di suatu wilayah akan sangat biasa jika
penilaiannya hanya dilihat dari perbandingan terhadap luas wilayah secara
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 45
Tahun 2015
Laporan Akhir

administratif, karena luas wilayah pada administrasi tertentu tidak sama, sehingga
wilayah kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk yang relatif besar akan tetapi
juga mempunyai luas wilayah yang besar pula hasilnya akan tetap kelihatan kecil
secara kuantitatif, sehingga tingkat kepadatan penduduk ini juga dilihat dari luas lahan
terbangun dibandingkan terhadap jumlah penduduk yang terkonsentrasi tersebut, maka
hal ini yang disebut Kepadatan bersih.

2.3.1.3 Potensi Ekonomi Wilayah


Sampai saat ini memang belum ada alat yang dapat untuk mengukur
kemakmuran suatu masyarakat, namun demikian angka-angka Pendapatan Regional
dapat menggambarkan produk yang dihasilkan oleh unit-unit ekonomi pada suatu
daerah, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur
kemajuan ekonomi suatu daerah.
Jika kita melihat angka PRDB tahun 2012-2015 atas dasar harga konstan
menurut lapangan usaha (Miliar Rupiah) dapat diketahui bahwa sektor yang paling
dominan dan unggul dalam
memberikan sumber
pendapatan untuk Kota Dumai
adalah pada sektor Industri
Pengolahan yaitu Tahun 2012
sebesar 10.035.476,89 (miliar
rupiah) pada tahun 2015
mengalami peningkatan menjadi Gambar 2.24
Pelabuhan Putri Tujuh Kota Dumai
11.116.755,83 (juta rupiah).
Sementara itu sektor yang dinilai masih tampak cenderung kecil dalam
memberikan sumbangsih terhadap PDRB Kota Dumai adalah sektor Jasa Perusahaan
yaitu sebesar 831,69 pada tahun 2012 dan mengalami peningkatan menjadi sebesar
1.032,15 pada tahun 2015.
.

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 46


Tahun 2015
Laporan Akhir

Gambar 2.25. Peta Administrasi Kota Dumai


Hal 46

Tabel 2.14
Produk Domestik Regional Bruto Kota Dumai Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2012-2015 (Juta Rupiah)

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 47


Tahun 2015
Laporan Akhir

LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014 2015


Pertanian, Perkebunan, Peternakan, 1.247.513,76 1.290.663,15 1.437.574.71 1.547.478,31
Kehutanan dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 90.719,37 93.218,95 108.904.95 120.471,72
Industri Pengolahan 9.345.365,12 10.909.915,76 12.468.900.37 13.160.756,09
Pengadaan Listrik dan Gas 7.674,18 7.555,57 10.894,09 15.716,24
Pengadaan air, pengadaan sampah 3.520,36 3.454,51 3.653.86 4.044,55
Konstruksi 2.337.085,15 2.556.642,71 2.512.176.39 2.819.884,03
Perdagangan Besar dan Eceran;
3.861.649,38 4.014.813,24 4.789.145.67 5.062.523,15
Reparasi
Transportasi dan Pergudangan 551.241,25 615.012,00 727.106.64 807.615,79
Penyediaan Akomodasi dan Makan
126.321,93 162.081,92 220.381.58 235.071,24
Minum
informasi dan Komunikasi 173.009,54 198.535,24 234.989.02 270.710,40
Jasa Keuangan dan Asuransi 462.454,81 578.397,53 366.931.58 355.025,11
Real Estat 92.715,08 100.011,55 113.119.61 127.215,13
Jasa Perusahaan 965,13 1.070,51 1.223.74 1.419,08
Administrasi Pemerintahan,
453.573,61 474.552,02 494.473.40 524.615,72
pertanahan dan jaminan sosial wajib
Jasa Pendidikan 89.696,05 96.837,53 122.921.41 142.987,73
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 29.852,50 33.349,65 37.775.23 46.880,43
Jasa lainnya 83.006,22 95.672,32 117.702.05 142.498,86
PDRB 18.956.363,45 21.231.766,16 23.767.874.31 25.348.904,58
Sumber : Kota Dumai Dalam Angka, 2015

Tabel 2.15
Produk Domestik Regional Bruto Kota Dumai atas dasar Harga Konstan Menurut
Lapangan Usaha tahun 2012-2015 (Juta Rupiah)
LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, 1.131.619.66 1.119.819.76 1.138.121,39 1.139.967,28
Kehutanan dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 86.416.17 86.479.50 87.258,58 87.421,17
Industri Pengolahan 10.035.476.89 10.409.620.79 11.178.854,35 11.116.755,83
Pengadaan Listrik dan Gas 10.521.20 10.629.00 12.896,96 13.733,65
Pengadaan air, pengadaan sampah 3.341.93 3.363.44 3.398,96 3.523,70
Konstruksi 2.117.406.69 2.181.412.05 2.011.314,46 2.119.777,32
Perdagangan Besar dan Eceran; 3.652.938.24 3.723.616.92 3.856.270,34 3.946.043,56
Reparasi
Transportasi dan Pergudangan 503.239.11 542.461.38 601.001,20 602.252,39
Penyediaan Akomodasi dan Makan
123.319.23 154.478.76 178.744,72 150.191,31
Minum
Informasi dan Komunikasi 170.547.14 206.134.11 229.294,86 245.697,40
Jasa Keuangan dan Asuransi 397.959.44 473.575.07 285.819,74 265.536,84
Real Estat 83.055.84 86.988.13 90.248,56 94.773,07
Jasa Perusahaan 831.69 883.50 958,60 1.032,15
Administrasi Pemerintahan, pertanahan
412.483.99 419.717.32 421.465,77 429.988,77
dan jaminan sosial wajib
Jasa Pendidikan 78.210.66 82.520.25 89.917,60 94.631,35
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 26.531.16 28.650.41 29.384.74 32.305,65
Jasa lainnya 75.946.65 83.596.52 92.630.46 102.020,06
PDRB 18.909.845.70 19.613.946.90 20.306.304.94 20.445.651,06
Sumber : Kota Dumai Dalam Angka, 2016

Pembangunan ekonomi sektor pertanian di Kota Dumai adalah untuk


meningkatkan produksi pertanian dan bertujuan meningkatkan pendapatan petani yang

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 48


Tahun 2015
Laporan Akhir

sebagian besar berada di daerah pedesaan. Data statistik pertanian yang disajikan
pada pembahasan ini dibagi menjadi 4 (empat) sub sektor yaitu pertanian tanaman
pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan.

A. Tanaman Pangan
Untuk memenuhi kebutuhan akan pangan Kota Dumai juga memproduksi sendiri
komoditas yang berupa tanaman pangan yaitu berupa padi sawah, padi ladang,
jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau.
Padi sawah merupakan komoditas yang paling banyak diproduksi pada tahu 2012
yaitu 5.507,5 Ton. Padi ladang merupakan komoditi kedua terbanyak di produksi di
Kota Dumai yaitu sebanyak 1.115 Ton. Sementara itu komoditas yang paling rendah
produksinya yaitu, kacang kedelai sabanyak 12 Ton.

Gambar 2.26
Tanaman Pangan Ubi Kayu / Singkong

Tabel 2.16
Produksi Tanaman Pangan (Ton) di Kota Dumai Tahun 2013
Kecamatan Jumlah
Jenis
Bukit Medang Sungai Dumai Dumai Dumai Dumai
Tanaman
Kapur Kampai Sembilan Barat Timur Kota Selatan
Padi sawah 0,0 0,0 215,0 0,0 55,0 0,0 9,0 279
Padi ladang 0,0 4,0 1.639,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1.643
Jagung 2,0 4,0 3,0 2,0 3,0 0,0 0,0 14
Ketela rambat 0,0 1,0 3,0 0,0 0,0 0,0 0,0 4
Kacang tanah 11,0 0,0 0,0 0,0 5,0 0,0 6,0 22
kacang hijau 0,0 0,0 3,0 0,0 0,0 0 0 3
Sumber : Sumber : Kota Dumai Dalam Angka, 2016

B. Perkebunan
Kota Dumai, meskipun sudah beranjak menjadi kota Metropolitan, tetapi sektor
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 49
Tahun 2015
Laporan Akhir

pertanian, khususnya usaha perkebunan menunjukkan potensi yang besar. Hal ini
diantaranya terindikasi dari pemanfaatan lahan untuk perkebunan yang mengalami
mengalami penambahan luasan budidayanya yang cukup pesat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Kota Dumai dalam angka 2016
menunjukan bahwa terdapat beberapa jenis tanaman yang ditanam di Kota Dumai
berupa perkebunan karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, pinang, dan kakao yang tersebar
di kecamatan: Bukit Kapur, Medang Kampai, Sungai Sembilan, Dumai Barat, dan
Dumai Timur, Dumai Kota, Dumai Selatan. Berdasarkan data diatas jika mengacu pada
potensi untuk Kota Dumai Perkebunan sawit masih menjadi sektor unggulan yaitu,
hampir sebesar 12.400,0 Ha yang terdapat di Kecamatan Bukit Kapur.

Gambar 2.27 Gambar 2.28


Tandan Buah Segar Sawit Perkebunan Kelapa Sawit

C. Perikanan
Usaha perikanan di Kota Dumai
terdiri dari usaha perikanan air
laut, usaha perikanan air tawar dan
perikanan tambak. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS),
Kota Dumai dalam Angka, tahun
2016. Kondisi pembudidayaan
perikanan air laut di wilayah Kota
Gambar 2.29
Dumai dapat dikatakan telah Pasar Kelakap Tujuh di Kota Dumai

terlaksana dengan baik jika


dibandingkan pembudidayaan ikan air tawar dan tambak. Namun produktivitas hasil
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 50
Tahun 2015
Laporan Akhir

pembudidayaan ikan air tawar (kolam) dan dan tambah juga tergolong baik. Jumlah
produksi hasil ikan air tawar (kolam) pada tahun 2014 mencapai 126.113 kg atau
setara dengan 1,753,826,000 rupiah. Sedangkan produksi tambak di Kota Dumai
mencapai 10.958 kg atau setara dengan 451.516.000 rupiah pada tahun 2015.

D. Peternakan
Potensi Kota Dumai di
bidang peternakan relatif
kecil bila dibandingkan
dengan daerah-daerah
lain di provinsi Riau.
Peternakan biasanya
dilakukan oleh
masyarakat tempatan
Gambar 2.30
dalam skala terakhir. Potensi peternakan sapi di Kota Dumai
Data terakhir dari Badan
Pusat Statistik Kota Dumai Dalam Angka 2016, menyebutkan bahwa populasi ternak
yang ada terdiri dari sapi 2.577 ekor, kerbau 9 ekor, kambing 443 ekor, dan babi 550
ekor. Berdasarkan data Dumai Dalam Angka, 2016 diketahui jumlah sapi dari tahun
ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 sebanyak 399 ekor sampai
pada tahun 2014 meningkat menjadi 3.825, namun pada tahun 2015 jumlah ternak
sapi menurun menjadi 2.577 ekor.

E. Industri
Kota Dumai telah lama dikenal sebagai kota minyak. Tiga industri yang turut serta
memajukan Kota Dumai secara tidak langsung adalah PT. Chevron Pasific Indonesia
yang bergerak mayoritas dalam bidang pertambangan serta ekspor minyak dan gas
bumi, kemudian PT. Pertamina yang bergerak dalam bidang pengolahan dan
pendistribusian minyak dan gas bumi dalam negeri, serta disusul oleh industri
pengolahan minyak (CPO) PT. BKR (Bukit Kapur Reksa).

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 51


Tahun 2015

Gambar 2.31
Kawasan Industri Dumai
Laporan Akhir

Selain industri skala besar seperti di atas, terdapat juga industri kecil atau home
industri. Pengolahan hasil pertanian seperti kelapa dijadikan VCO minyak kelapa
murni. Kota Dumai dalam memainkan peranannya ke depan, telah memiliki 5 (lima)
kawasan industri yang strategis yaitu Kawasan Industri Dumai (KID) di Pelintung,
Kawasan Industri Lubuk Gaung, Kawasan Industri Dock Yard, Kawasan Industri Bukit
Kapur dan Kawasan Industri Di Bukit Timah.
Salah satu kawasan industri ini telah menjadi kawasan industri yang paling pesat
kemajuannya di provinsi Riau yakni kawasan industri Pelintung.Di kawasan industri
ini telah dibangun satu dermaga ekspor dengan kapasitas tiga kapal tanker sekali
sandar.Telah dibangun juga pabrik pupuk NPK dan telah berproduksi, yang diyakini
menjadi pabrik pupuk NPK terbesar di Asia Tenggara.

F. Perdagangan dan Jasa


Dalam sektor perdagangan, Kota
Dumai memainkan peranan
penting sebagai pintu gerbang
aktivitas ekspor-impor di Provinsi
Riau. Berdasarkan Data Badan
Statistik untuk Kota Dumai Dalam
Angka 2016, Tercatat bahwa nilai
ekspor dari pelabuhan Dumai
berjumlah menurut negara tujuan Gambar 2.32
Pelabuhan Ekspor – Impor di Kota Dumai
sebesar US$ 11.415.969.980,88
juta dengan Jepang sebagai negara tujuan ekspor terbesar Kota Dumai.
G. Pantai Teluk Makmur di Kecamatan Medang Kampai

Objek wisata Pantai Teluk


Makmur berada di sebelah utara
kota Dumai, tepatnya berada di
Kecamatan Medang Kampai dan
Tasik Bunga Tujuh di
Kecamatan Dumai Timur
dengan luas kurang lebih 248
(dua ratus empat puluh delapan)
hektar. Kawasan objek wisata Gambar 2.33
Objek Wisata Pantai Teluk
Teluk Makmur mempunyai daya
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 52
Tahun 2015
Laporan Akhir

tarik tersendiri karena berada dikawasan perkampungan wisata melayu yang


berhadapan langsung dengan pulau Rupat dan Selat Malaka. Di teluk makmur
wisatawan dapat bermain selancar, berperahu, dan berjemur ditengah alam yang
indah ditambah dengan adanya rumah tua yang berarsitektur melayu.

2.3.2 Rencana Struktur Ruang


2.3.2.1 Rencana Sistem Perkotaan
Kota Dumai memiliki fungsi jamak dalam konstelasi yang berbeda-beda, yakni
kota Dumai memiliki fungsi dan peran sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang
bermakna memiliki skala layanan pada tingkat nasional, Kota Dumai memiliki fungsi dan
peran sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang bermakna bahwa Kota
Dumai secara internasional memiliki fungsi selain sebagai kawasan strategis ekonomi
juga memiliki fungsi strategis pertahanan dan keamanan, serta mempunyai fungsi dan
peran strategis dalam kaitannya dengan sosial dan budaya serta lingkungan. Selain hal
tersebut kota Dumai juga memiliki fungsi dan peran sebagai pusat layanan dalam
konstelasi nasional serta kota Dumai memiliki fungsi dan peran sebagai pusat layanan
bagi kegiatan dan peri kehidupan masyarakat kota Dumai itu sendiri.
Kota Dumai memiliki letak dan posisi yang strategis, berhadapan langsung
dengan alur lalu lintas pelayaran internasional yakni Selat Philip (Philips Chanel) dan
berbatasan langsung dengan Negara tetangga yaitu Thailand, Malaysia dan Singapura.
Menilik hal yang demikian maka sudah sewajarnya bahwasanya di dalam Peraturan
Pemerintah No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang
menetapkan kota Dumai sebagai Pusat Kegiatan Nasional dan sekaligus sebagai Pusat
Kegiatan Strategis Nasional
Sebagai pusat kegiatan strategis nasional kota Dumai dipersiapkan untuk
mampu menjadi pusat layanan lalu lintas barang dan penumpang yang berskala
nasional, dan hal ini berarti juga berskala internasional. Sebagai pusat kegiatan
nasional kota Dumai memiliki fungsi dan peran sebagai pintu gerbang perlintasan
komoditas-komoditas yang dihasilkan dari wilayah pedalamannya, baik dalam bentuk
komoditas berbentuk bahan mentah, bahan setengah jadi dan produk-produk industri
olahan jadi, di samping gerbang perlintasan kegiatan layanan jasa dan perdagangan
yang dilakukan oleh manusia dari dan keluar negeri.
Untuk kepentingan dukungan terhadap perwujudan pusat kegiatan nasional
tersebut, maka sudah barang tentu diperlukan infrastruktur pendukung yang mampu
menjadikan kota Dumai memiliki fungsi dan peran sebagai Pusat Kegiatan Nasional itu

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 53


Tahun 2015
Laporan Akhir

sendiri. Oleh karena itu, dalam hal ini untuk kegiatan ekonomi, kota Dumai sebagai
pusat kegiatan nasional memerlukan suatu infrastruktur transportasi yakni berupa
pelabuhan laut yang dilengkapi dengan kawasan pergudangan dan kawasan
perdagangan internasional yang mampu menjadi kawasan layanan bagi kegiatan
perekonomian pada skala internasional. Sejalan dengan kepentingan tersebut maka di
dalam kebijakan penetapan kawasan yang berfungsi sebagai infrastruktur pendukung
pusat kegiatan nasional tersebut adalah meliputi pelabuhan-pelabuhan yang baik
secara langsung maupun tidak langsung menjadi pelabuhan ekspor dan impor bagi
barang-barang yang datang dan keluar dari kota Dumai. Kawasan tersebut diantaranya
adalah : Kawasan Pelabuhan Pelindo I, Kawasan Pelabuhan Patra Dock, dan Kawasan
Pelabuhan Terpadu Kota Dumai.
Sebagaimana tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
yang telah disahkan menjadi Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008, maka kota
Dumai memiliki fungsi dan peran yang cukup tinggi yaitu sebagai Pusat Kegiatan
Nasional dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional. Di dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Riau (Revisi versi September, 2009), telah ditetapkan bahwasanya
kota Dumai juga memiliki fungsi dan peran sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
sebagaimana fungsi dan peran yang telah diemban oleh kota Pekanbaru sebagai
ibukota Provinsi Riau.
Di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, pemaknaan dari fungsi
dan peran kota Dumai sebagai pusat kegiatan wilayah, merupakan pusat layanan yang
berfungsi melayani pusat – pusat lokal yang berada di sekitarnya seperti halnya pusat
kegiatan lokal kota Bagan Siapi – api pusat kegiatan lokal kota Dumai, pusat kegiatan
lokal Siak Sri indra Pura, dan pusat kegiatan lokal kota Bengkalis. Pusat kegiatan
wilayah ini berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi atas seluruh lalu lintas
komoditas yang dihasilkan dan dibutuhkan oleh pusat – pusat kegiatan lokal (PKL),
yang diharapkan dengan adanya pusat kegiatan wilayah ini maka penyebaran barang
dan jasa yang datang dari luar wilayah layanannya akan terdistribusi secara tepat dan
merata, demikian pula koleksi barang-barang jasa dan komoditas yang dihasilkan oleh
pusat-pusat kegiatan lokal dimana di wilayah belakang (hinterland) dari pusat-pusat
kegiatan lokal tersebut umumnya menghasilkan komoditas baik yang berupa bahan
baku mentah, bahan setengah jadi dan sebagian diantaranya barang jadi.
Oleh karena itu pusat kegiatan wilayah selain berfungsi sebagai pusat
koleksi dan distribusi barang-barang, komoditas, dan jasa tersebut juga memiliki fungsi
sebagai pusat untuk pemprosesan dan pemberian nilai tambah (value added) sehingga

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 54


Tahun 2015
Laporan Akhir

komoditas-komoditas barang berupa bahan mentah dapat diproses menjadi barang


setengah jadi. Demikian juga barang setengah jadi dapat diproses menjadi barang jadi,
dan barang jadi dapat diproses menjadi barang dengan nilai tambah yang tinggi untuk
diperdagangkan ke wilayah luar dari wilayah layanan dari kota Dumai itu sendiri; baik
wilayah-wilayah yang berada di Negara Indonesia, maupun wilayah-wilayah yang
berada di luar negeri
Untuk kepentingan tersebut maka kota Dumai telah dipersiapkan layanan
pusat kegiatan wilayah ini, baik berupa kawasan, infrastruktur maupun sistem yang
mendukungnya sehingga sistem pergerakan barang dan jasa dari dan menuju pusat
kegiatan lokal dapat berjalan dengan baik. Untuk kepentingan tersebut maka di Kota
Dumai telah dipersiapkan kawasan perdagangan regional yang terletak di dekat
kawasan Industri Pelintung, yang termasuk di dalam wilayah administrasi Kecamatan
Medang Kampai, dan kawasan perdagangan dan jasa di dekat kawasan industri Lubuk
Gaung, yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan

A. Pusat Pelayanan Utama Kota


Pusat pelayanan utama kota terdiri dari pusat pelayanan pemerintahan, Pusat
Kegiatan Nasional (PKN), dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN). Pusat-pusat
kawasan ini ditetapkan berdasarkan kondisi eksisting dan peruntukan lahan di Kota
Dumai.
- Pusat Pelayanan Pemerintahan
Pusat pelayanan pemerintahan ini terletak di Kecamatan Bukit Kapur
- Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Pusat Kegiatan Nasional (PKN) ini dikembangkan hingga tahun 2032 di kawasan
perdagangan dan jasa Kota Dumai baik berupa kawasan rencana pengembangan
pelabuhan dan rencana pengembangan pergudangan. Rencana pengembangan
kawasan pelabuhan dan pergudangan hingga tahun 2032 di Kelurahan Pangkalan
Sesai Kecamatan Dumai Barat.

- Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)


Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah
kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan
perbatasan Negara. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) hingga tahun
2032 dikembangkan di kawasan industri Pelintung dan kawasan industri Lubuk
Gaung.

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 55


Tahun 2015
Laporan Akhir

B. Sub Pusat Pelayanan Kota


Sub Pusat Pelayanan Kota Dumai hingga tahun 2032 dikembangkan di Kelurahan
Pelintung di Kecamatan Medang Kampai dan Kelurahan Lubuk Gaung di Kecamatan
Sungai Sembilan dengan fungsi utama sebagai kawasan industri dan Kelurahan Bagan
Besar di Kecamatan Bukit Kapur dengan fungsi utama sebagai pusat pemerintahan
yaitu:

- Ibukota Kecamatan Medang Kampai (Kelurahan Pelintung)


- Ibukota Kecamatan Sungai Sembilan (Kelurahan Lubuk Gaung)
- Ibukota Kecamatan Bukit Kapur (Kelurahan Bagan Besar)

C. Pusat Lingkungan
Rencana pusat lingkungan terdapat pada setiap kelurahan dengan fungsi sebagai
pusat pelayanan yang berorientasi pada kegiatan sosial budaya dan pemerintahan di
tingkat lingkungan bagi permukiman yang berada di sekitarnya meliputi:

- Kelurahan Dumai Kota, - Kelurahan Pangkalan Sesai,


- Kelurahan Sukajadi, - Kelurahan Purnama,
- Kelurahan Bintan, - Kelurahan Bagan Keladi,
- Kelurahan Rimba Sekampung, - Kelurahan Bumi Ayu,
- Kelurahan Laksamana, - Kelurahan Bukit Datuk,
- Kelurahan Pelintung, - Kelurahan Bukit Timah,
- Kelurahan Guntung, - Kelurahan Ratu Sima,
- Kelurahan Teluk Makmur, - Kelurahan Mekar Sari,
- Kelurahan Mundam, - Kelurahan Bagan Besar,
- Kelurahan Tanjung Palas, - Kelurahan Kayu Kapur,
- Kelurahan Jaya Mukti, - Kelurahan Gurun Panjang,
- Kelurahan Bukit Batrem, - Kelurahan Bangsal Aceh,
- Kelurahan Teluk Binjai, - Kelurahan Lubuk Gaung,
- Kelurahan Buluh Kasap, - Kelurahan Tanjung Penyembal,
- Kelurahan Simpang Tetap Darul - Kelurahan Basilam Baru,
Ihsan
- Kelurahan Batu Teritip

2.3.2.2 Rencana Sistem Jaringan Prasarana

Sebagaimana fungsi dan peran Kota Dumai yang telah ditetapkan dan
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 56
Tahun 2015
Laporan Akhir

diatur
di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang diberi payung hukum berupa
Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008, maupun sebagaimana yang telah
ditetapkan di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Riau maka
untuk mendukung penetapan Kota Dumai sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN),
Pusat Kegiatan Strategis Nasional, Kota dengan Kawasan Perdagangan Bebas
(Free Trade Zone/FTZ), Kota dengan Kawasan Ekonomi Spesial (Special Economic
Zone/SEZ) maka untuk mendukung fungsi Kota Dumai tersebut pada tahun 2030
diperlukan dukungan berupa infrastruktur, baik berupa sistem jaringan transportasi,
sistem prasarana energi, sistem prasarana telematika, sistem prasarana sumber
daya air, sistem prasarana pengelolaan lingkungan, sistem prasarana pendidikan,
sistem prasarana ekonomi, dan sistem prasarana kesehatan, baik pada tingkat
layanan lokal, nasional, maupun internasional.

2.3.3 Rencana Pola Ruang


2.3.3.1 Kawasan Lindung
Kawasan lindung yang ditetapkan di wilayah Kota Dumai adalah kawasan
yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan di wilayah Kota Dumai.
Penetapan kawasan lindung di wilayah Kota Dumai ini bertujuan untuk mencegah
timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup. Kawasan lindung yang terdapat di
Kota Dumai meliputi kawasan perlindungan setempat, ruang terbuka hijau (RTH),
dan kawasan suaka alam dan cagar budaya.

A. Rencana Penanganan Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat adalah bagian dari kawasan lindung yang


terdiri dari sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, dan
kawasan sekitar mata air, serta kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya
hutan kota. Rencana penanganan kawasan perlindungan setempat di Kota Dumai
meliputi pembahasan mengenai rencana penanganan kawasan sempadan pantai
dan rencana penanganan sempadan sungai.

B. Ruang Terbuka Hijau Kota


Ruang Terbuka Hijau, yang selanjutnya disingkat RTH, adalah area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 57


Tahun 2015
Laporan Akhir

terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam.

Adapun bentuk RTH yang terdapat di Kota Dumai meliputi:

- Ruang Terbuka Hijau Wilayah


- Ruang Terbuka Hijau Perkotaan
- Ruang Terbuka Hijau Lingkungan Perumahan

B.1 Ruang Terbuka Hijau Publik

Ruang terbuka hijau publik merupakan RTH yang dimiliki dan dikelola
pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara
umum. Ruang terbuka hijau publik di Kota Dumai meliputi RTH hutan kota; RTH
taman; RTH tempat pemakaman umum; RTH lapangan olahraga; RTH jalur
hijau jalan, sungai dan pantai; dan RTH sabuk hijau kawasan peruntukan
industri.

B.2 Ruang Terbuka Hijau Privat

Ruang terbuka hijau privat di Kota Dumai terdiri dari RTH pada perumahan
perkotaan, perumahan pertanian, perkantoran pemerintah, industri,
pergudangan, perdagangan dan jasa, pariwisata, pertahanan dan keamanan,
kawasan industri pengolahan migas dan non migas, pengembangan dumai
baru, dan buffer zone.

C. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya


Kawasan Suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat
maupun di perairan yang
mempunyai fungsi pokok
sebagai kawasan pengawetan
keragaman jenis tumbuhan
dan satwa beserta
ekosistemnya. Kawasan
suaka alam dan cagar budaya
meliputi kawasan pantai

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 58


Tahun 2015 Gambar 2.34
Prosesi penanaman bibit bakau di Bandar Bakau jalan
Nelayan Laut Kota Dumai
Laporan Akhir

berhutan bakau dan kawasan cagar budaya.

D. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan


Rencana pengembangan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yaitu
pengembangan makam leluhur di jalan Datuk Laksamana Kelurahan Dumai Kota
Kecamatan Dumai Timur dan makam putri tujuh di belakang kilang minyak putri tujuh
Kelurahan Jaya Mukti Kecamatan Dumai Timur.

2.3.3.2 Kawasan Budidaya


Kawasan budidaya yang terdapat di Kota Dumai meliputi kawasan
perumahan, kawasan peruntukan perdagangan dan jasa, kawasan peruntukan
perkantoran pemerintah, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan
pariwisata, kawasan ruang terbuka non hijau kota, kawasan peruntukan sektor
informal, kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan, kawasan ruang evakuasi
bencana, dan kawasan peruntukan lainnya.

A. Kawasan Perumahan
Kota Dumai saat sekarang memiliki beberapa tipe Perumahan yang telah ada,
diantaranya adalah Komplek Perumahan perencana, Komplek perumahan umum,
dan Perumahan umum. Ketiga tipe Perumahan tersebut relatif berbeda, disebabkan
oleh kepentingan dasar yang melatarbelakangi pembangunan Perumahan-
Perumahan tersebut.

B. Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa

Perdagangan yang berkembang di Kota Dumai, berupa usaha kecil/eceran dan


juga perdagangan grosir. Pola perdagangan lokal, seperti perdagangan eceran dan
perdagangan sedang/besar yang ada di Kota Dumai dapat juga melayani luar daerah
kota. Selain itu, kegiatan perdagangan di Kota Dumai juga meliputi kegiatan ekspor
dan impor. Ekspor yang dilakukan di Kota Dumai ke berbagai negara tujuan sangat
signifikan dalam memberikan nilai tambah ekonomi daerah

C. Kawasan Peruntukan Perkantoran Pemerintahan


Kota Dumai memiliki 2 (dua) kawasan pusat pemerintahan yaitu :
- Kawasan Perkantoran Tingkat Kota

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 59


Tahun 2015
Laporan Akhir

- Kawasan Pusat Pemerintahan Kecamatan

D. Kawasan Peruntukan Industri


Peruntukan industri non kawasan meliputi sentra industri batu bata di Kelurahan
Bangsal Aceh Kecamatan Sungai Sembilan dan sentra industri tahu di Kelurahan
Bukit Batrem Kecamatan Dumai Timur. Di dalam upaya dukungan yang lebih luas
terhadap upaya-upaya pengembangan kawasan-kawasan industri di Kota Dumai ini,
Pemerintah Kota Dumai telah mempersiapkan berbagai rencana infrastruktur
pendukung.

E. Kawasan Peruntukan Pariwisata


Beberapa daerah wisata yang memanfaatkan naturalnya kondisi alam
diantaranya adalah kawasan konservasi untuk marga satwa (Harimau Sumatra) yang
terdapat di Kecamatan Sungai Sembilan. Kuala Sungai Dumai di Kecamatan Dumai
Barat, Pantai Teluk Makmur di Kecamatan Medang Kampai, Pantai Purnama di
Kecamatan Dumai Barat, dan Pesona Bukit Seludung di Kecamatan Medang
Kampai. Sedangkan pariwisata yang telah dikembangkan ialah yang berbasiskan
hutan wisata telah di kembangkan di kecamatan Dumai Barat dan Dumai Timur.
Wisata alam yang dipadukan dengan wisata budaya, yakni telah dikembangkan
di Teluk Makmur di Kecamatan Medang Kampai dan sudah cukup maju. Demikian
juga pariwisata alam telah dikembangkan di kawasan Tasik Bunga Tujuh di
Kecamatan Dumai Timur. Teluk Makmur memiliki Pantai yang secara alamiah
mempunyai keindahan yang luar biasa, yang di sekitarnya terdapat Rumah-rumah
tradisional/rumah tua berarsitektur Melayu di kawasan tersebut. Sehingga oleh
Pemerintah alam dijadikan objek wisata alam dipadukan dengan objek wisata
budaya Melayu.

F. Kawasan Ruang Terbuka Non Hijau Kota

Di dalam perencanaan Kota Dumai maka ruang terbuka publik (open space)
direncanakan selain terdiri Ruang Terbuka Hijau (RTH) juga akan dikembangkan
Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH). Hal ini dijadikan dasar untuk penataan ruang
Kota Dumai, karena mengingat pentingnya peran ruang terbuka, baik ruang terbuka
hijau maupun ruang terbuka non hijau dalam upaya melengkapi tatanan kawasan
hunian, fasilitas umum dan sosial perkotaan di kota Dumai tersebut.

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 60


Tahun 2015
Laporan Akhir

G. Kawasan Peruntukan Sektor informal


Rencana kawasan peruntukan sektor informal, meliputi sektor informal yang
direncanakan secara terpisah yang diatur waktu operasionalnya dan sektor informal
yang terintegrasi dengan perdagangan dan jasa formal. Sektor informal yang
direncanakan secara terpisah yang diatur waktu operasionalnya, terdiri atas kuliner
malam di kawasan Jalan Ombak Kelurahan Rimba Sekampung Kecamatan Dumai
Kota, pasar ramadhan di Jalan Sudirman Kelurahan Teluk Binjai Kecamatan Dumai
Timur, dan pusat kuliner di Jalan Janur Kuning Kecamatan Dumai Timur.
Pengaturan-pengaturan ini akan diatur lebih lanjut dalam peraturan Walikota.

H. Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan


Pengembangan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan terdiri atas
kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan Kepolisian di kota dumai terdiri dari
Polisi Resort Kota (POLRESTA) di Kecamatan Dumai Kota dan Kepolisian Sektor
(POLSEK) di setiap Kecamatan Kota Dumai. Pangkalan TNI AL di Kelurahan Buluh
Kasap, Kantor PM (Polisi Militer) di Kelurahan Sukajadi, Detasemen Pom AL di
Kelurahan Datuk Laksamana, Komando Distrik Militer (KODIM) di Kecamatan Dumai
Kota dan Rencana lokasi kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan terdapat
di Kecamatan Medang Kampai, Bukit Kapur dan Sungai Sembilan seluas kurang
lebih 276 (dua ratus tujuh puluh enam) hektar.

I. Kawasan Ruang Evakuasi Bencana


Kota Dumai saat sekarang belum melakukan penyediaan dan
pemanfaatan prasarana dan sarana serta Ruang evakuasi bencana secara
khusus, karena secara umum Wilayah-wilayah di Kota Dumai tidak berpotensi
bencana. Di masa mendatang direncanakan pada setiap kluster Perumahan
yang berdekatan dengan kawasan-kawasan potensi kebakaran lahan, akan
disediakan jalan penyelamatan (escape road), menuju ke lokasi-lokasi yang
relatif aman terutama lapangan terbuka sebagai tempat berkumpul yaitu
taman Bukit Gelanggang di Kelurahan Teluk Binjai Kecamatan Dumai Timur.
Taman ini juga harus dilengkapi sarana dasar seperti sumber air bersih dan
MCK (mandi, cuci dan kakus).
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 61
Tahun 2015
Laporan Akhir

J. Kawasan Peruntukan Lainnya


Rencana kawasan peruntukan lainnya meliputi kawasan hutan produksi,
kawasan pertanian, kawasan peruntukan pelabuhan, kawasan peruntukan
pengembangan bandara, kawasan perikanan, kawasan pengembangan Dumai Baru,
kawasan industri pengolahan migas dan non-migas, dan kawasan transmigrasi.

2.3.3.3 Kawasan Strategis


Di dalam Rencana Tata Ruang wilayah Kota Dumai, yang dimaksud
Kawasan strategis Kota Dumai adalah kawasan yang di dalamnya berlangsung
kegiatan yang berpengaruh besar terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan yang dilakukan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi
dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan
yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah. Kawasan strategis
meliputi Kawasan Strategis Nasional, Kawasan Strategis Propinsi, dan Kawasan
Strategis Kota.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Dumai ini, yang merupakan
Kawasan Strategis Nasional adalah Kota Dumai sedangkan Kawasan Strategis
Provinsi adalah Kawasan Strategis Duri – Dumai – Rupat. Kemudian yang ditetapkan
sebagai kawasan strategis di Kota Dumai yakni: Kawasan strategis yang ditetapkan
dikarenakan peranannya dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, kawasan
strategis yang ditetapkan berdasarkan dari sudut kepentingan sosial dan budaya,
kawasan strategis yang ditetapkan berdasarkan peranannya dari sudut kepentingan
pendayagunaan sumber daya alam, atau teknologi tinggi, kawasan strategis yang
ditetapkan dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
kawasan strategis yang ditetapkan sesuai dengan kepentingan pembangunan
keruangan kota Dumai.

A. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi


Di Kota Dumai penetapan kawasan strategis yang ditentukan dari sudut pandang
kepentingan pertumbuhan ekonomi, meliputi: kawasan Pelabuhan Dumai, Kawasan
Industri Pelintung, dan Kawasan industri Lubuk Gaung. Penetapan dari kawasan-
kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi bagi Kota Dumai
tersebut adalah didasarkan kepentingan-kepentingan Kota Dumai tersebut.

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 62


Tahun 2015
Laporan Akhir

B. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Sosial dan Budaya

Di Kota Dumai
penetapan kawasan
strategis yang ditentukan
dari sudut pandang
kepentingan sosial budaya
meliputi kawasan
pariwisata Teluk Makmur
yang menyajikan adat
istiadat dan budaya asli
Melayu di Teluk Makmur, Gambar 2.35
Pantai Teluk Makmur di Kota Dumai
Makam Para Raja serta
Makam Putri Tujuh yang terdapat di Kecamatan Dumai Timur yang menyajikan
keunikan tersendiri dan merupakan sebuah legenda di Kota Dumai.

C. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumber Daya


Alam (SDA) dan/atau Teknologi Tinggi
Di Kota Dumai penetapan kawasan strategis yang ditentukan dari sudut
pandang kepentingan pendayagunaan sumber daya alam (SDA) dan teknologi tinggi,
meliputi: Patra Dock, PT. Pertamina Unit Produksi II dan Kompleks Kilang PT.
Chevron Pasific Indonesia

D. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung


Lingkungan Hidup
Di Kota Dumai penetapan kawasan strategis yang ditentukan dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup berupa Kawasan Lindung
Suaka Margasatwa dan Kawasan lindung Bakau.

E. Kawasan Strategis Perkantoran Pemerintahan


Pemerintah Kota Dumai sudah menetapkan kebijakan pemisahan antara fungsi
kota dan peranan kota. kawasan pemerintahan baru bagi kota Dumai, direlokasi
pada suatu kawasan baru, di Jalan Perwira di bagian selatan Kota Dumai yang
diharapkan menjadi suatu awasan pemerintahan kota yang terpadu, dimana terdapat
seluruh Dinas dan instansi yang terkait dengan kepemerintahan kota berada di
kawasan tersebut.
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 63
Tahun 2015
Laporan Akhir

Gambar 2.36 Peta Struktur Ruang Kota Dumai Hal II-64

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 64


Tahun 2015
Laporan Akhir

Gambar 2.37 Peta Pola Ruang KOTA DUMAI Hal II-65

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 65


Tahun 2015
Laporan Akhir

Gambar 2.38 Peta Kawasan Strategis DUMAI Hal II-66

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 66


Tahun 2015
Laporan Akhir

2.3.4 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang


2.3.4.1 Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Secara garis besar klasifikasi rencana penggunaan ruang di Kota Dumai
adalah untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya. Secara lebih detil rencana
pemanfaatan ruang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kawasan Lindung
A. Kawasan Perlindungan Setempat
- Kawasan sempadan pantai
- Kawasan sempadan sungai
B. Kawasan Ruang Terbuka Hijau
- Kawasan ruang terbuka hijau publik
- Kawasan ruang terbuka hijau privat

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 67


Tahun 2015
Laporan Akhir

C. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya


- Kawasan pantai berhutan bakau
- Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
2. Kawasan Budidaya
A. Kawasan Perumahan
- Kawasan peruntukan perumahan perkotaan
- Kawasan peruntukan perumahan pertanian
B. Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa
- Kawasan perdagangan dan jasa skala regional
- Kawasan perdagangan dan jasa skala kota
- Kawasan perdagangan dan jasa skala kecamatan
- Rencana kawasan perdagangan dan pergudangan
C. Kawasan Peruntukan Perkantoran Pemerintah
D. Kawasan peruntukan industri
- Kawasan peruntukan industri berupa industri dan pergudangan
- Kawasan peruntukan cadangan industri
E. Kawasan Peruntukan Pariwisata
- Kawasan pariwisata alam
- Kawasan pariwisata budaya
- Kawasan pariwisata buatan
F. Kawasan Ruang Terbuka Non Hijau Kota
- Alun-alun kota
- Pelataran parkir
- Playground
G. Kawasan Peruntukan Sektor Informal
- Sektor informal yang direncanakan secara terpisah yang diatur waktu
operasionalnya
- Sektor informal yang terintegrasi dengan perdagangan dan jasa formal
H. Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan
I. Kawasan Ruang Evakuasi Bencana
J. Kawasan Peruntukan Lainnya
- Kawasan hutan produksi
- Kawasan pertanian
- Kawasan peruntukan pelabuhan
- Kawasan peruntukan pengembangan bandara

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 68


Tahun 2015
Laporan Akhir

- Kawasan perikanan
- Kawasan pengembangan Dumai Baru
- Kawasan industri pengolahan migas dan non migas
- Kawasan transmigrasi
3. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan adalah bentuk dan ragam aktivitas masyarakat Kota Dumai, mulai dari
kegiatan industri, perdagangan, pembangunan perumahan sampai kegiatan budidaya
tanaman pangan dan lain sebagainya. Berikut adalah rincian jenis kegiatan yang
dimaksud :

A. Permukiman C. Perdagangan
- Hunian - Besar/Modern/Induk
- Sekolah (Fasilitas Pendidikan) - Sedang
- Rumah Sakit (Fasilitas - Kecil/Tradisional
Kesehatan) - Perbankan
- Hotel dan Restoran
- Rumah Ibadah
- Fasilitas Pendukung
B. Industri D. Transportasi
- Besar (manufaktur) - Jalan (lalu
- Sedang (pengolahan) lintas/Produksi/inspeksi)
- Kecil/Rumah Tangga - Terminal
- Pergudangan - Pelabuhan Laut
- Bandar Udara
E. Pertanian F. Perkebunan
- Tanaman pangan - Perkebunan Rakyat
- Tanaman sayur - Perkebunan Negara/Swasta
- Tanaman buah-buahan
- Perikanan budidaya
- Perikanan tangkap
- Peternakan
G. Kehutanan H. Pariwisata
- Hutan Kemasyarakatan - Wisata Alam
- Hutan Tanaman Rakyat - Wisata Budaya
- Hutan Industri - Wisata Buatan
- Jasa Lingkungan

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 69


Tahun 2015
Laporan Akhir

- Reboisasi

I. Galian/ Pertambangan
- Galian Strategis
- Migas
- Galian C

2.3.4.2 Ketentuan Perizinan

Jenis-jenis perizinan yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota


yang berkaitan dengan penataan ruang beserta persyaratan yang diperlukan:
A. Izin Lokasi
Izin lokasi adalah izin peruntukan penggunaan tanah yang diperlukan dalam rangka
penanaman modal. Izin ini berlaku pula sebagai izin pemindahan hak dan untuk
menggunakan tanah guna keperluan usaha penanaman modal. Atas tanah yang
dimohonkan izinnya itu dikenakan batasan luas tertentu yang dibedakan antara yang
diperuntukkan bagi usaha pertanian dan usaha non pertanian.
Penanganan izin lokasi pada umumnya dilakukan oleh Kantor Pertanahan, tetapi ada
pula yang dilakukan dinas pertahanan atau dengan sebutan lain, Kantor Pengendalian
Pertanahan Daerah (KPPD), misalnya. yang dibentuk oleh kabupaten/kota yang
bersangkutan sesuai dengan mekanisme otonomi daerah.

B. Izin Pemanfaatan Tanah


Izin pemanfaatan tanah yang merupakan izin peruntukan penggunaan tanah yang
wajib dimiliki orang pribadi dan/atau badan yang akan melaksanakan kegiatan dan/atau
kegiatan yang mengakibatkan perubahan peruntukan tanah pada bangunan/usaha
yang dilakukan. Seperti halnya izin lokasi, izin pemanfaatan tanah dibedakan antara
yang digunakan untuk usaha pertanian, usaha non pertanian, dan kegiatan sosial dan
keagamaan. Untuk usaha pertanian, luas tanah yang dimohonkan izin paling sedikit 25
hektar, untuk usaha non pertanian paling sedikit 1 hektar, sedangkan untuk kegiatan
sosial dan keagamaan tanpa batasan luas
Penanganan izin pemanfaatan tanah pada umumnya dilakukan oleh kantor pertanahan,
tetapi ada pula yang dilakukan oleh kantor pertanahan, tetapi ada pula yang dilakukan
oleh dinas pertanahan, atau dengan sebutan lain, Kantor Pengendalian Pertanahan
Daerah (KPPD), yang dibentuk oleh kabupaten/kota yang bersangkutan sesuai dengan
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 70
Tahun 2015
Laporan Akhir

otomoni daerah.
Izin pemanfaatan tanah tidak dikenakan untuk pembangunan rumah tempat tinggal
pribadi/perseorangan. Izin pemanfaatan tanah wajib dimiliki apabila rumah tempat
tinggal pribadi/perseorangan itu diubah peruntukannya/pemanfaatannya untuk
kepentingan usaha.
Izin pemanfaatan tanah mempunyai jangka waktu yang berlaku satu tahun. Bila jangka
waktu izin dapat diperpanjang satu kali untuk diperoleh mencapai lebih dari 50% dari
luas tanah yang ditunjuk dalam izin lokasi.

C. Izin Perubahan Penggunaan Lahan


Izin Perubahan Penggunaan Tanah (IPPT) adalah izin peruntukan penggunaan
tanah yang wajib dimiliki orang pribadi yang akan mengubah peruntukan tanah
pertanian menjadi non pertanian guna pembangunan rumah tempat tinggal
pribadi/perseorangan dengan ukuran seluas-luasnya 5.000 meter persegi. IPPT
merupakan jenis izin yang sering juga disebutkan izin pengeringan, tetapi istilah
pengeringan tidak selalu tetap sebab pengeringan dilakukan apabila yang diubah fungsi
penggunaannya adakah tanah sawah (basah) menjadi lahan pekarangan untuk
permukiman (kering). IPPT tidak hanya digunakan untuk menjadi dasar perubahan
penggunaan dari sawah ke pekarangan, tetapi bisa juga dari lahan pertanian yang
sudah kering, seperti kebun dan tegalan menjadi tanah pekarangan yang digunakan
untuk permukiman/tempat tinggal. Kedudukan IPPT Sering kali digunakan sebagai
prasyarat bagi izin-izin yang lain, seperti IMB sehingga yang mesti dilakukan oleh
pemohon izin adalah memenuhi IPPT terlebih dahulu sebelum mengurus perizinan lain.
Penganganan IPPT pada umumnya dilakukan oleh kantor pertanahan, tetapi ada
pula yang dilakukan oleh dinas pertanahan atau dengan sebutan lain, Kantor
Pengendali Pertanahan Daerah (KPPD), yang dibentuk oleh kabupaten/kota yang
bersangkutan sesuai dengan otonomi daerah. Apabila IPPT telah diperoleh, pemohon
diwajibkan mengurus pencatatan di kantor pertanahan agar peralihan penggunaan
tanah itu juga tercantum pada sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan.

D. Izin Konsolidasi Tanah


Izin konsolidasi tanah adalah peruntukan penggunaan tanah yang wajib dimiliki
kumpulan orang pribadi dan atau badan yang akan melaksanakan penataan kembali
penguasaan tanah, penggunaan tanah, dan usaha pengadaan tanah untuk kepentingan
pembangunan guna meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 71


Tahun 2015
Laporan Akhir

alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat/pemilik tanah di lokasi tersebut


untuk kepentingan umum sesuai dengan tata ruang. Izin konsolidasi tanah mempunyai
jangka waktu berlaku satu tahun.

E. Izin Penetapan Lokasi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum


Izin penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum adalah izin
peruntukan penggunaan tanah yang diperlukan oleh instansi pemerintah yang akan
melaksanakan pengadaan tanah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan
umum. Dengan demikian pemohon izin adalah instansi pemerintah sendiri.

F. Izin Mendirikan Bangunan atau Mendirikan Bangunan-Bangunan

Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau Izin Mendirikan Bangun-Bangunan


(IMBB) diterbitkan oleh instansi yang berwenang. IMB/IMBB wajib dimiliki oleh orang
yang hendak mendirikan bangunan. Instansi yang diberi wewenang untuk menerbitkan
IMB/IMBB memang beragam, dinas tata kota dan tata bangunan, unit pelayanan
terpadu satu atap, dinas Kimpraswil, subdinas cipta karya, dan sebagainya. IMB/IMBB
diberikan dengan tujuan penataan bangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang
kota.

Pengertian mendirikan bangunan mengadakan bangunan seluruhnya atau


sebagian termasuk menggali, menimbun meratakan tanah yang berhubungan dengan
pekerjaan menggadakan bangunan memperbaiki/merenovasi dan menambah
bangunan, bahkan juga membongkar bangunan.

G. Izin Mendirikan Bangunan Rumah Ibadat

IMB untuk rumah ibadat diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006. Persyaratan
yang diperlukan guna mendapatkan IMB rumah ibadat sama seperti untuk memperoleh
IMB untuk bangunan gedung.

H. Izin Gangguan HO (Hinder Ordonite)


Izin bangunan merupakan izin yang diberikan untuk tempat usaha kepada orang
pribadi atau badan di lokasi tertentu yang bisa menimbulkan bahaya, kerugian, dan
gangguan.

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 72


Tahun 2015
Laporan Akhir

I. Izin Pembangunan Menara Telekomunikasi Seluler


Jenis izin ini masih tergolong relatif baru, yang muncul sering dengan
berkembangnya teknologi komunikasi yang memerlukan sarana dan prasarana, di
antaranya berupa menara. izin pembangunan menara telekomunikasi seluler
dimaksudkan untuk mengendalikan aktivitas masyarakat dan mencegah dibangunnya
menara telekomunikasi seluler yang tidak terkendali. Untuk itu, diperlukan kaidah tata
ruang, lingkungan, dan estetika.

J. Izin In Gang
Izin in gang ini diperlukan bagi kegiatan tertentu yang memerlukan adanya jalan
masuk secara khusus ke lokasi kegiatan usaha. Dalam hal ini kegiatan tersebut
memerlukan akses jalan untuk memungkinkan pemakai jalan memasuki tempat
kegiatan tersebut.

K. Izin Saluran Air Hujan


Izin saluran air hujan diperlukan bagi mereka yang akan melakukan kegiatan
pembangunan saluran air hujan tertentu.

L. Izin Saluran Air Limbah/Saluran Air Kotor


Izin saluran air limbah diperlukan bagi mereka yang akan melakukan kegiatan
pembangunan saluran air limbah/air kotor tertentu.

2.3.4.3 Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Ketentuan insentif dan disinsentif menjadi alat yang paling efektif dalam rangka
mencapai tujuan perencanaan tata ruang yang telah ditetapkan serta dalam
mewujudkan struktur dan pola ruang yang telah direncanakan. Insentif diberikan kepada
pihak calon pemanfaat lahan yang bersesuaian dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan dan disinsentif diberikan pada pemanfaat lahan yang tidak bersesuaian
dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan, selama tidak membawa dampak
penting terhadap lingkungan fisik dan sosial.

Insentif yang merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan


terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, dapat berupa
insentif fiskal dan atau insentif non fiskal.

Disinsentif adalah perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau


mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 73


Tahun 2015
Laporan Akhir

Ketentuan insentif berlaku untuk kawasan yang didorong pertumbuhannya seperti :

1. Kawasan perkotaan, secara faktual hampir seluruh ibukota kecamatan sudah


mempunyai ciri perkotaan. Berkenaan dengan rencana struktur ruang yang telah
ditetapkan, diperlukan upaya-upaya perwujudan peran dan fungsi pusat
kegiatan/pelayanan sesuai hirarkinya diperlukan insentif, seperti pembangunan
prasarana dan sarana perkotaan secara memadai.

2. Kawasan Perkebunan; Kelapa sawit yang menjadi primadona hasil perkebunan


Dumai perlu didorong tingkat produksinya dengan memberikan berbagai insentif bagi
pelaku budidaya kelapa sawit dan pengolahan. Bentuk insentif dapat berupa
pembangunan dan peningkatan jalan produksi, penyediaan lahan penjemuran,
gudang penyimpanan fasilitas pengolahan (pabrik), pengemasan dan lain-lain.

3. Kawasan Pariwisata; Selain potensi wisata alam, terdapat berbagai tempat wisata
buatan yang juga dapat diandalkan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi
Dumai. Untuk itu diperlukan berbagai insentif agar sektor ini dapat tumbuh serta
berkembang dan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi, diantara insentif yang
dapat diterapkan adalah pembangunan prasarana dan sarana perhubungan,
penataan lingkungan dan bangunan, penyediaan berbagai fasilitas penunjang
pariwisata, promosi dan pemasaran.

4. Kawasan Industri; terdapat kawasan industri di Kota Dumai yang berskala besar
yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi penduduk setempat. Insentif yang
dapat diterapkan memberikan kemudahan perizinan mendirikan kawasan industri,
perencanaan ruang secara detail, pembangunan berbagai fasilitas pelengkap

5. Kawasan Stategis; kawasan strategis kabupaten yang telah ditetapkan adalah


kawasan industri, kawasan pelabuhan dan pusat kota Dumai. Kedua kawasan ini
penting untuk didorong pertumbuhannya dengan berbagai insentif seperti
pembangunan prasarana dan sarana perhubungan, kemudahan dalam investasi,
sarana produksi hasil panen dan lain-lain.

Kawasan yang perlu dikendalikan dan dibatasi perkembangannya dan sekaligus


disinsentif yang mungkin diterapkan pada kawasan tersebut adalah sebagai berikut

1. Kawasan Bergambut; Perlindungan terhadap kawasan bergambut dimaksudkan


untuk mengendalikan hidrologi wilayah yang berfungsi sebagai penambat air dan
pencegah banjir, serta melindungi ekosistem yang khas di kawasan yang
bersangkutan. Kawasan bergambut ditetapkan dengan kriteria ketebalan gambut 3

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 74


Tahun 2015
Laporan Akhir

(tiga) meter atau lebih yang terdapat di hulu sungai atau rawa. Pembatasan
dukungan infrastruktur, disinsentif yang diberikan berupa tidak mengeluarkan IMB.
Pembatasan bantuan sosial ekonomi bagi masyarakat yang masih bermukim di
kawasan hutan bergambut, pemberian sanksi pelarangan seluruh kegiatan yang
berpotensi merubah tata air dan ekosistem unik.

2. Kawasan Rawan Bencana; Kota Dumai mempunyai kawasan rawan bencana yang
beragam dan tersebar secara luas. Seluruh kawasan rawan bencana yaitu bencana
banjir harus diantisipasi sejak dini dengan berbagai pendekatan mitigasi yang dapat
menghindari atau mengurangi dampak bencana. Perlu adanya pembatasan dan
syarat-syarat tertentu dalam pembangunan permukiman pasta kawasan rawan
bencana, hal ini dilakukan terkait dengan keamanan permukiman dan masyarakat,
disinsentif dapat dikenakan kepada masyarakat yang melakukan pembangunan
pada kawasan rawan bencana.

3. Kawasan Pertanian dan Perkebunan; pengendalian pada kawasan ini terkait


dengan okupansi kegiatan pertanian dan perkebunan pada kawasan lindung. Hal ini
sudah berlangsung lama dan momentum penyusunan RTRW ini adalah awal untuk
menetapkan kawasan perkebunan (kelapa sawit, kelapa dan karet) yang sesuai
dengan peruntukannya dan tidak berada pada kawasan lindung. Agar hal ini dapat
berjalan, diperlukan adanya disinsentif pada pekerja kebun seperti tidak
dilakukannya pembinaan pada petani kebun yang mempunyai kegiatan perkebunan
pada kawasan lindung.

4. TNTN, merupakan kawasan konservasi yang keberadaannya perlu mendapat


pengendalian karena selain kawasan lindung nasional juga sudah ditetapkan
menjadi warisan dunia. Fakta lapangan, kawasan ini mengalami kerusakan berarti
dan oleh karena itu segala bentuk perusakan TNTN termasuk kegiatan pertanian
atau perkebunan seyogyanya harus dihentikan. Secara gradual pendekatan
disinsentif perlu segera diterapkan pada pihak yang melakukan kegiatan yang
bertentangan dengan tujuan konservasi, seperti perkebunan dan pertanian.

5. Kawasan Pertambangan; mengingat visi penataan ruang Dumai sebagai kabupaten


konservasi, dan umumnya kegiatan pertambangan bertentangan dengan konservasi
namun pada sisi lain kegiatan pertambangan berkontribusi secara signifikan bagi
peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah. Oleh karena itu kegiatan
pertambangan dapat dikembangkan namun perlu dikendalikan atau dikembangkan
secara terbatas, dimana batasan dalam pengembangan kegiatan pertambangan

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 75


Tahun 2015
Laporan Akhir

adalah selama kegiatan penambangan tersebut tidak menimbulkan dampak


lingkungan yang penting dan dalam pelaksanaan kegiatan pertambangan tersebut
harus mengikuti peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

2.3.4.4 Arahan Sanksi Administrasi


Merujuk pada pasal 63 Undang-undang penataan ruang, dapat dikemukakan
proses pemberian sanksi terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten, dengan tahapan sebagai berikut:
 Peringatan tertulis  Penghentian sementara kegiatan
 Penghentian sementara pelayanan umum  Penutupan Lokasi
 Pencabutan Izin  Pembatalan Izin
 Pembongkaran Bangunan  Pemulihan fungsi ruang
 Denda administratif

2.3.4.5 Sanksi Pidana

Konsistensi dan tegaknya aturan yang telah disahkan secara hukum dapat
berjalan sebagaimana yang diharapkan bila terdapat sanksi yang tegas dan jelas.
Berkenaan dengan penataan ruang Kota Dumai yang mempunyai beberapa fungsi
kawasan, seperti pesisir, hutan, konservasi, permukiman, berkenaan dengan kegiatan
seperti pariwisata, pertambangan, perkebunan, pertanian, ataupun yang berhubungan
dengan infrastruktur dan lain-lain, maka ketentuan sanksi seyogyanya mengacu pada
peraturan perudang-undangan yang ada. Berikut akan dirinci ketentuan sanksi
berdasarkan peraturan perundang yang terkait dengan penataan ruang Kota Dumai.

2.4 KABUPATEN BENGKALIS


2.4.1 Profil Kabupaten Bengkalis
2.4.1.1 Gambaran Umum
Kabupaten Bengkalis berada pada jalur pelayaran
Internasional tersibuk di dunia, yakni Selat Malaka, Kabupaten
Bengkalis juga memainkan peranan penting didalam Segitiga
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT).
Kabupaten Bengkalis terletak dibagian Pantai Timur Pulau
Sumatera.Secara geografis Kabupaten Bengkalis terdiri dari
beberapa pulau dengan garis pantai terpanjang di Riau dan
berhadapan langsung dengan Selat Malaka dengan keindahan alam lautnya.
Kabupaten ini meliputi wilayah teritorial 7.773,93 km² dengan perbatasan sebagai

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 76


Tahun 2015
Laporan Akhir

berikut:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Selat Malaka.
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Siak.
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir.
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Karimun dengan Kabupaten
Pelalawan.
Jumlah Kecamatan di Kabupaten Bengkalis sebanyak 13 kecamatan dan Pada
tahun 2012 terjadi lagi pemekaran Kabupaten Bengkalis yaitu Kabupaten Kepulauan
Meranti dengan jumlah Kecamatan yaitu 5 kecamatan, sehingga pada saat ini jumlah
kecamatan Kabupaten Bengkalis menjadi 8 kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Mandau
2. Kecamatan Pinggir
3. Kecamatan Bukit Batu
4. Kecamatan Siak Kecil
5. Kecamatan Rupat
6. Kecamatan Rupat Utara
7. Kecamatan Bengkalis
8. Kecamatan Bantan
Berdasarkan Data Badan
Pusat Statistik (BPS) Kota Dumai
Gambar 2.39
Dalam Angka, Tahun 2016 Jika Kantor Bupati Bengkalis

dirinci luas wilayah menurut


kecamatan dan dibandingkan dengan luas Kabupaten Bengkalis, Kecamatan Pingir
merupakan kecamatan terluas yaitu 2.503,300 Km 2 (32,20%), Kemudian Kecamatan
Bukit Batu 1.128 Km2 (14,51%), Kecamatan Rupat 937,47 Km2 (17,53%), Kecamatan
Mandau 937,47 Km2 (12,06%), Kecamatan Siak Kecil 742,21 Km2 (9,55%),
2.kecamatan terkecil adalah Kecamatan Kecamatan Bantan 424,40 Km2 (5,46%),
Kecamatan Bengkalis 514 Km2 (6,61%).

2.4.1.2 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia


Data Kabupaten Bengkalis dalam Angka 2016, menyebutkan bahwa jumlah
penduduk Kabupaten Bengkalis sebesar 543.987 jiwa. Pada tahun yang sama,
kecamatan yang memiliki jumlah penduduk tertinggi dan memiliki tingkat kepadatan
tertinggi adalah Kecamatan Mandau (239.513 jiwa) dengan tingkat kepadatan tertinggi
yaitu sebesar 255 jiwa/ha, yang terendah adalah Kecamatan Rupat Utara (14.201 jiwa)
dengan tingkat kepadatan sebesar 23 jiwa/ha. Data jumlah penduduk di atas
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 77
Tahun 2015
Laporan Akhir

menunjukkan, wilayah kepulauan dan kawasan perkotaan Bengkalis sebagai ibukota


Kabupaten Bengkalis mengalami perkembangan yang relatif lebih lambat dibandingkan
dengan perkembangan pusat-pusat permukiman diwilayah daratan.

Tabel 2.17
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bengkalis Tahun 2015
N Luas Wilayah Jumlah Kepadatan
Kecamatan/Kelurahan
o (Ha) Penduduk (jiwa) /Ha
1 Mandau 937,47 239.513 255
2 Pinggir 2.503,00 86.535 35
3 Bukit Batu 1.128,00 32.840 29
4 Siak Kecil 742,21 20.220 27
5 Rupat 896 33.063 37
6 Rupat Utara 628,50 14.201 23
7 Bengkalis 514 78.571 153
8 Bantan 424,40 39.044 92
Jumlah 7.773,93 543.987 70

Sumber: BPS Kabupaten Bengkalis Tahun 2016

2.4.1.3 Potensi Bencana


Bencana yang sering terjadi di Kabupaten Bengkalis adalah kebakaran hutan,
abrasi dan banjir. Bencana banjir di Kabupaten Bengkalis umumnya terjadi di wilayah
pesisir pulau baik di Pulau Sumatera seperti di Kecamatan Bukit Batu maupun di Pulau
Bengkalis dan Rupat. Intensitas hujan yang tinggi di musim-musim tertentu menaikkan
air sungai dan kali. Selain itu naiknya air laut pada saat terjadinya pasang menggenangi
rumah penduduk dan jalan raya. Penyebab lainnya adalah rendahnya permukaan tanah
di wilayah pesisir. Sedangkan untuk bencana gempa, berdasarkan peta zonasi gempa
Indonesia, Kabupaten Bengkalis terletak di daerah yang relatif aman dari jalur gempa.
2.4.1.4 Potensi Ekonomi Wilayah
Perekonomian Kabupaten Bengkalis dari tahun ke tahun tidak jauh berubah
dan tetap di dominasi oleh 3 sektor utama yaitu; industri pengolahan sebagai proporsi
terbesar sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restauran. Besarnya laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkalis dapat dilihat berdasarkan kenaikan PDRB
setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkalis selama periode tahun
2011-2015 yang mengacu pada tahun dasar 2010 telah tumbuh dengan rata-rata
pertumbuhan per tahun sebesar 6,15 %.

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 78


Tahun 2015
Laporan Akhir

Gambar 2.40
Perkebunan Kelapa Sawit

Pertumbuhan ekonomi tahun 2015 ternyata lebih rendah dibandingkan


dengan tahun 2014, yaitu sebesar 3,26 % pada tahun 2015 dan 6,38 % pada tahun
2014.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkalis dipengaruhi oleh
adanya penurunan laju pertumbuhan produksi minyak bumi. Disisi lain sektor yang
justru tetap membaik menyumbangkan PDRB adalah sektor lapangan usaha dibidang
informasi dan komunikasi sebesar 8,01 %, jasa kesehatan sebesar 10,01 % serta
sektor
Gambar 2.41
Pompa Minyak Chevron

dibidang jasa perusahaan sebesar 8,57 %.

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 79


Tahun 2015
Laporan Akhir

Gambar 2.42 Peta Administrasi Kab. Bengkalis hal ii-80

2.4.2 Rencana Struktur Ruang


2.4.2.1 Rencana Sistem Perkotaan
Struktur ruang wilayah Kabupaten Bengkalis 2011 - 2030 secara konseptual
ditujukan untuk mewujudkan percepatan pemerataan pembangunan wilayah,
membentuk dan memperkuat jejaring pusat - pusat kegiatan ekonomi Kabupaten
Bengkalis dalam konstelasi regional dan nasional, membentuk dan memperkuat fungsi
pusat - pusat permukiman perkotaan dan perdesaan secara berjenjang, terintegrasi dan

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 80


Tahun 2015
Laporan Akhir

terpadu. Dihubungkan dengan pelayanan sistem transportasi, sarana dan prasarana


dasar yang memadai, serta memperkuat hubungan fungsional dan keterkaitan kegiatan
ekonomi kawasan pusat dan hinterland-nya yang tersebar diwilayah daratan, pesisir
maupun kepulauan.

Tabel 2.18
Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Bengkalis
Sistem Orientasi
No Lokasi Fungsi
Pusat-pusat Pengembangan
1 PKW Perkotaan Bengkalis a. Pusat pemerintahan kabupaten a. Dumai
b. Pusat pengembangan teknologi b. Pekan baru
informasi untuk mewujudkan c. Batam
perkotaan Bengkalis sebagai d. Pusat pertumbuhan di
kota pintar (Smart City) pesisir Barat Malaysia
c. Pusat pengembangan (Malaka, Muar dan
pendidikan yang maju di provinsi Port Dicson)
Riau
d. Pusat pengembangan budaya
Melayu
e. Pusat Permukiman perkotaan
f. Sentra niaga ASEAN dan
transito (perdagangan dan jasa)
g. Lokasi pengembangan kegiatan
pariwisata
h. Pengembangan Bengkalis,
Buruk Bakul dan Sei Pakning
diwujudkan dalam satu kawasan
terpadu
2 PKL a. Perkotaan Duri a. Pusat Pemerintahan Kabupaten, a. Dumai
potensial khusus untuk melayani b. Pekan baru
dipromosikan administrasi kegiatan perkotaan c. Perkotaan Bengkalis
sebagai PKW b. Sentra perniagaan dan transito
(perdagangan dan jasa)
Tabel Lanjutan 2.18 c. Pusat permukiman perkotaan
d. Lokasi kawasan industri
pengolahan berbasis
perkebunan dan pengolahan
hasil migas
e. Pengembangan Migas

b. Perkotaan Sei a. Pusat Pemerintahan Kecamatan a. Siak Sri Indrapura


Pakning b. Pusat permukiman perkotaan b. Bengkalis
c. Pusat perdagangan dan jasa c. Dumai
skala pelayanan kecamatan
d. Lokasi pengembangan industri
migas
3 PKLp a. Perkotaan Tanjung a. Pusat Pengembangan pariwisata a. Dumai
Medang b. Lokasi pengembangan Kota b. Bengkalis
Terpadu Mandiri (KTM) c. Malaka, Muar dan
c. Pusat pengembangan per- Port Dicson
mukiman perkotaan
d. Pusat niaga (perdagangan dan
Jasa skala pelayanan lokal
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 81
Tahun 2015
Laporan Akhir

b. Perkotaan Batu a. Pusat pengembangan a. Dumai


Panjang permukiman b. Bengkalis
b. Sentra niaga dan gerbang wisata
Tanjung Medang melalui Dumai
c. Lokasi parkir kapal diperairan
Batu Panjang
c. Perkotaan Buruk a. Lokasi kegiatan industri a. Bengkalis
Bakul b. Pusat pengembangan b. Dumai
permukiman c. Duri
c. Sentra niaga dan lokasi d. Siak Sri Indrapura
pelabuhan RORO e. Pekanbaru
4 PPK a. Lubuk Muda (Siak a. Pusat pengembangan a. Sei Pakning
Kecil) permukiman b. Siak Sri Indrapura
b. Sentra niaga skala pelayanan
Kecamatan
c. Sentra pengembangan
perikanan
b. Pinggir (Pinggir) a. Pusat Pengembangan a. Duri
permukiman b. Dumai
b. Sentra niaga dengan skala
pelayanan
c. Sentra pengembangan
perkebunan sawit
c. Selat Baru, Ketam a. Pusat pengembangan a. Bengkalis
Putih dan Meskom permukiman b. Malaka dan Muar.
(Bengkalis) b. Pusat pengembangan pariwisata
(Pantai Selat Baru dan Prapat
Tunggal)
c. Sentra perikanan dan buah
dendan
d. Pangkalan Nyirih a. Pusat pengembangan a. Tanjung Medang
Tabel Lanjutan 2.18
(Rupat) permukiman b. Batu Panjang
b. Sentra perikanan dan
perkebunan (karet,sawit dan
tebu)
5 PPL a. Sepotong dan a. Pengembangan permukiman a. Lubuk Muda
Bandar Jaya (Siak b. Sentra perikanan dan b. Sei Pakning
Kecil) perkebunan (sawit)
b. Bukit Batu (Bukit a. Pengembangan permukiman a. Buruk bakul
Batu) b. Sentra perikanan dan b. Sei Pakning
perkebunan (sawit) c. Bengkalis
c. Muara Basung a. Pengembangan permukiman a. Pinggir
(Pinggir) b. Sentra perkebunan (sawit) b. Duri
d. Sekodi, Kembong a. Pengembangan permukiman a. Bengkalis
Luar dan Teluk b. Sentra perikanan b. Selat Baru
Pambang c. Sentra pertanian dan
(Bengkalis) perkebunan
e. Tanjung Kapal dan a. Pengembangan permukiman a. Dumai
Teluk Lecah (Rupat) b. Sentra niaga b. Batu Panjang
c. Sentra perikanan c. Tanjung Medang
d. Lokasi pelabuhan RORO
Sumber: RTRW Kabupaten Bengkalis 2011-2030

2.4.2.2 Rencana Sistem Jaringan Prasarana


A. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 82


Tahun 2015
Laporan Akhir

Transportasi memegang peranan penting dalam pengembangan wilayah


Kabupaten Bengkalis. Sektor ini merupakan salah satu prasyarat yang harus dipenuhi
dalam rangka penciptaan daya saing wilayah dan sekaligus untuk mendukung upaya
pengembangan sistem perkotaan. Agar aksesibilitas yang selama ini menjadi kendala
pengembangan dapat segera dieliminasi, maka pengembangan sistem transportasi
dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bengkalis 2010 – 2030
direncanakan dengan mengembangkan sistem transportasi antar moda untuk
merangkai dan meningkatkan aksesbilitas wilayah daratan dan kepulauan.
A.1 Pengembangan Sistem Transportasi Darat

Prioritas pengembangan sistem transportasi darat di Kabupaten Bengkalis


difokuskan pada pengembangan sistem jaringan jalan. Ada dua kriteria pengembangan
yang perlu dilakukan, pertama peningkatan jaringan jalan eksisting, sedangkan kedua
pengembangan melalui pembangunan jaringan jalan baru. Kedua kriteria
pengembangan ini direncanakan untuk meningkatkan aksesibilitas angkutan barang
dan penumpang (orang) dalam konteks pengembangan sistem transportasi antar moda
yang terpadu.
Konsep pengembangan poros Timur - Barat dan Utara - Selatan yang tertuang
dalam arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bengkalis 2002 - 2012
nampaknya masih relevan untuk diterapkan kembali dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bengkalis 2010 - 2030. Konsep ini mewujudkan keterpaduan
pengembangan sistem transportasi darat dan laut. Konsep rencana pengembangan
sistem jaringan jalan diwilayah Kabupaten Bengkalis diusulkan,

1. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Baru Kolektor Primer 2 (K2) dan


Lokal Primer 2
- Pengembangan jalan poros (ruas Duri - Sei Pakning) dengan fungsi kolektor
primer 2 (K2).
- Pengembangan jalan poros ruas Sei Pakning - Dumai dengan fungsi kolektor
primer (K2).
- Pengembangan jalan lokal primer (jalan lingkar Pulau Rupat).
- Pengembangan jalan lokal primer (jalan lingkar Pulau Bengkalis).
- Pengembangan jalan penghubung antar Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
2. Usulan Peningkatan Kondisi Jaringan Jalan Eksisting Kolektor Primer 2
dan Lokal Primer
- Peningkatan kondisi jalan poros Sei Pakning-Pekanbaru,
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 83
Tahun 2015
Laporan Akhir

- Peningkatan jalan lokal primer 2 dan jalan desa yang melayani internal
Kecamatan,
3. Usulan Peningkatan Kondisi Jalan Arteri Primer 1

- Peningkatan kondisi jalan arteri primer ruas Kota Dumai-Duri dan Duri-Kandis
(Batas wilayah Kabupaten Bengkalis);
- Jalan ini merupakan jalan nasional Trans Sumatera yang berperan penting
dalam mendorong perkembangan fisik, sosial dan ekonomi Kota-kota diwilayah
Sumatera khususnya diwilayah daratan Kabupaten Bengkalis;
- Upaya peningkatan kondisi jalan Arteri Primer ini dibawah kewenangan
pemerintah pusat.
4. Pembangunan Jalan Tol
Pembangunan jalan tol pada dasarnya merupakan penambahan alternatif dari
jalan yang sudah ada, dengan pertimbangan pada jalan eksisting telah muncul
hambatan - hambatan terutama diakibatkan terjadinya beban jalan (volume lalu
lintas) mendekati daya dukung jalan tersebut sehingga menimbulkan antrian,
atau jalan tol ini dapat menawarkan kepada pengguna jalan yaitu jarak tempuh
yang lebih pendek, waktu tempuh yang lebih singkat, minimalnya hambatan
yang dapat terjadi di sepanjang jalan dan aksesibilitas yang cukup baik terhadap
wilayah sekitar jalan tol.
5. Pembangunan Jalur Kereta Api
Berdasarkan Rencana Pengembangan Perkeretaapian di Pulau Sumatera oleh
Kementrian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,
direncanakan pengembangan jalur kereta api antara Muaro (Kabupaten Sawah
Lunto, Propinsi Sumatera Barat) menuju Dumai (Trans Sumatera Railway).
Rencana tersebut telah menetapkan jalur kereta api Muaro – Dumai.
Pengembangan jalur kereta api ini direncanakan akan melewati wilayah
administrasi Kabupaten Bengkalis di Kecamatan Mandau yaitu Dusun/Desa
Pungut Lima, Tanganau, Muara Basung, Seminai, Kampung Baru dan Duri
Tigabelas, dengan rencana pengembangan sistem koneksi kereta api / stasiun
di Kota Duri. Rencana jalur kereta api ini diarahkan melewati lokasi - lokasi
perkebunan rakyat. Pengembangan transportasi darat dengan jenis moda yang
berbeda ini perlu dilakukan bersama - sama dengan instansi terkait dan operator
pelaksana, sehingga pengembangan kedua jenis transportasi ini dapat
dikembangkan secara terintegrasi untuk mencapai efisiensi.
6. Transportasi Sungai dan Penyeberangan

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 84


Tahun 2015
Laporan Akhir

Transportasi sungai dan penyeberangan pada hakekatnya merupakan


kepanjangan jaringan prasarana jalan yang terputus akibat adanya sungai dan
selat dalam tipologi wilayah kepulauan. Sistem transportasi diwilayah kabupaten
Bengkalis masuk dalam katagori sistem transportasi penyeberangan.

A.2 Pengembangan Sistem Transportasi Laut

Keterpaduan pengembangan sistem transportasi laut dan darat yang diwujudkan


diwilayah Kabupaten Bengkalis dapat menciptakan keseimbangan perkembangan
pembangunan wilayah daratan dan kepulauan. Sistem pelabuhan yang ada diwilayah
Kabupaten Bengkalis umumnya telah terkoneksi ke sistem jaringan jalan. Konsepsi
pengembangan sistem transportasi laut wilayah Kabupaten Bengkalis secara
substansial akan merujuk pada arahan sistem transportasi laut Wilayah Provinsi Riau
2007 – 2026.

A.3 Pengembangan Sistem Transportasi Udara

Bandar udara yang ada saat ini terletak di Sei Selari (Sei Pakning). Bandar udara
ini milik Pertamina dan pada masa mendatang diusulkan untuk dapat melayani
penumpang domestik. Pemerintah Kabupaten Bengkalis saat ini telah merencanakan
untuk membangun Bandar Udara Baru. Kebutuhan lahan untuk lokasi bandar udara
baru di Bengkalis telah dicermati dan ditemukenali sacara dini baik geografis, batas
administrasi maupun karakteristik fisik dasar untuk kesesuaian lahannya melalui Studi
Kelayakan (FS) Bandar Udara (Airport) Bengkalis yang disusun pada tahun 2004.
Kawasan Bandar udara Bengkalis dialokasikan di Desa Selat Baru, Kecamatan Bantan
juga seluas 200 Ha. Pengembangan bandar udara ini didasari pada kebutuhan akan
sarana sistem transportasi udara, sehingga dalam studi tersebut ditetapkan setidak –
tidaknya bandara yang akan dibangun dapat melayani pesawat dengan jenis F – 50
(atau pesawat dengan kapasitas 46 tempat duduk).

Bandar udara baru lainnya, direncanakan untuk mendukung pengembangan kegiatan


pariwisata. Bandar udara tersebut di alokasikan di Pulau Rupat. Pengembangan Bandar
udara Rupat direncanakan secara terpadu untuk mendukung pengembangan kawasan
pariwisata Tanjung Medang.

2.4.3 Rencana Pola Ruang


Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 85
Tahun 2015
Laporan Akhir

2.4.3.1 Rencana Kawasan Lindung


Dalam Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bengkalis
2010 - 2030, penetapan kawasan lindung dilakukan berdasarkan kriteria perundangan
yang berlaku. Karena Penetapan kawasan lindung pada dasarnya dimaksudkan untuk
kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Dalam penetapan kawasan
lindung di wilayah Kabupaten Bengkalis, perhatian akan lebih dititikberatkan kepada
mempertahankan dan melestarikan fungsi kawasan lindung tersebut, sekaligus untuk
mendukung amanat Undang Undang tentang Penataan Ruang No.26 Tahun 2007,
yang menetapkan 30% luas wilayah (daratan dan pulau) sebagai daerah hijau
(kawasan hutan).
Kawasan Hutan Lindung, Adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang
mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun kawasan
bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan erosi serta memelihara kesuburan
tanah.

2.4.3.2 Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya


A. Kawasan Lindung Bergambut, Di Kabupaten Bengkalis banyak terdapat
tanah gambut yang merupakan bagian dari jenis gambut tropik.
Karakteristik kedalaman gambut bervariasi dari 0,75 m hingga di atas 2,5
m, bahkan pada beberapa bagian banyak yang memiliki kedalaman di atas
3 meter (gambut sangat dalam). Sedangkan derajat kematangannya
bervariasi mulai dari fibrik (mentah), hemik (separoh matang) hingga
saprik (matang hingga sangat matang).
B. Kawasan Resapan Air, Kawasan resapan air diwilayah kabupaten
Bengkalis yang direncanakan sebagai area konservasi adalah kawasan
berawa. Kawasan ini berlokasi di Kecamatan Mandau. Kondisi saat ini,
kawasan resapan air merupakan kawasan bergambut, kawasan hutan,
kawasan suaka alam dan hanya sebagian kecil dimanfaatkan sebagai
lokasi permukiman (inclave)

2.4.3.3 Kawasan Perlindungan Setempat


Kawasan perlindungan setempat ini mencakup kawasan sempadan pantai,
sempadan sungai dan kawasan sekitar danau/tasik, Kawasan perlindungan setempat di
wilayah Kabupaten Bengkalis sampai tahun 2030

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 86


Tahun 2015
Laporan Akhir

a. Kawasan Sempadan Pantai


b. Kawasan Sempadan Sungai
c. Kawasan Sekitar Danau/Tasik

2.4.3.4 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya


a. Suaka Margastwa
b. Kawasan Berhutan Bakau (Mangrove)

2.4.3.5 Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan


Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah kawasan yang di
dalamnya terdapat lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun
bentukan geologi alami yang khas. Perlindungan terhadap kawasan cagar budaya dan
ilmu pengetahuan dimaksudkan untuk menjaga dan melestarikan kekayaan budaya
bangsa, baik berupa peninggalan–peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen
nasional, bentukan geologi yang khas maupun kekayaan budaya masyarakat tradisional
setempat yang berguna bagi pengembangan IPTEK.

2.4.4 Kawasan Rawan Bencana Alam


A. Kawasan Rawan Abrasi
Adalah kawasan yang didalamnya memiliki potensi rawan abrasi sehingga
dikhawatirkan dapat menimbulkan bencana yang berdampak pada kehidupan
masyarakat di kawasan pesisir utara Pulau Rupat dan Bengkalis. Abrasi pantai
merupakan pengikisan pantai yang disebabkan oleh gelombang, dan
dipengaruhi oleh kondisi fisik pantai dan lingkungannya.
B. Kawasan Rawan Gelombang Tinggi
Adalah kawasan yang memiliki potensi sebagai kawasan rawan gelombang
tinggi sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu kegiatan masyarakat
Bengkalis terutama kegiatan pariwisata. Kawasan rawan gelombang tinggi
terletak di Tanjung Medang dan Selat Baru. Sehingga pada kawasan tersebut
dibutuhkan rambu - rambu yang memberitahukan bahaya gelombang tinggi
yang bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat untuk lebih berhati-
hati ketika melakukan kegiatan di daerah Tanjung Medang dan Selat Baru.

C. Kawasan Rawan Kebakaran Hutan


Adalah kawasan yang memiliki
potensi terjadinya kebakaran hutan
di Kabupaten Bengkalis yang pada

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 87


Tahun 2015

Gambar 2.43
Kawasan Hutan yang terbakar di Kab. Bengkalis
Laporan Akhir

umumnya terjadi di wilayah daratan di Pulau Sumatera. Kebakaran hutan yang


terjadi di Kabupaten Bengkalis biasanya diawali dengan pembukaan lahan oleh
masyarakat sehingga untuk mencegah dan mengurangi kebakaran hutan
tersebut harus dilakukan penyuluhan dan penyadaran masyarakat yang tinggal
di sekitar kawasan rawan kebakaran hutan tentang arti penting hutan serta
bahaya dari pembukaan lahan dengan cara membakar dan bahaya dari
kebakaran hutan sehingga masyarakat dapat berhenti membuka lahan dengan
cara membakar, bahkan ikut menjaga dan melindungi hutan.

D. Kawasan Rawan Banjir


Adalah kawasan yang memiliki potensi terjadinya bencana banjir di Kabupaten
Bengkalis yang terjadi di wilayah pesisir pulau baik di Pulau Sumatera seperti di
Kecamatan Bukit Batu maupun di Pulau Bengkalis dan Rupat. Intensitas hujan
yang tinggi di musim - musim tertentu menaikkan air di sungai dan kali. Selain
itu naiknya air laut pada saat terjadinya pasang menggenangi rumah - rumah
penduduk dan jalan raya. Penyebab lainnya adalah rendahnya permukaan
tanah di wilayah pesisir. Untuk mendapat mengurangi dan mencegah banjir
yang pada kawasan rawan banjir maka harus dilakukan perbaikan dan
penambahan daya tampung pada saluran drainase yang ada serta
memaksimalkan potensi tanah gambut sebagai penampung/penyerap air yang
alami.

2.4.5 Kawasan Lindung Lainnya


A. Cagar Biosfer
Adalah kawasan kehutanan yang potensial difungsikan sebagai kawasan
penyerap carbon (carbon trade). Kawasan ini diusulkan pada kawasan hutan di
Kecamatan Mandau dan Bukit Batu. Pengelolaan kawasan cagar biosfer
diusulkan dengan pembagian zonasi. Zona inti mencakup kawasan suaka alam
Giam Siak Kecil dan Balai Raja. Sedangkan zona pemanfaatan mencakup
kawasan hutan disekitar kawasan Suaka Alam. Pemanfaatan kawasan hutan
tersebut perlu dikendalikan dan dibatasi.

B. Pusat Pelatihan Gajah

Adalah kawasan konservasi


yang dialokasikan bagi kegiatan

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 88


Tahun 2015
Laporan Akhir

pelatihan gajah dengan mempertahankan kekhasan habitat alaminya.


Keberadaan kawasan pelatihan gajah ini biasanya selain ditujukan untuk
kepentingan konservasi juga merupakan objek wisata yang menampilkan atraksi
gajah yang telah terlatih.

2.4.6 Zona Pembatas (Buffer Zone) Kabel Bawah Laut

Zona kabel bawah laut adalah area pengaman kabel bawah laut yang
membentang diperairan Selat Malaka. Kabel bawah laut ini memiliki resiko terjadi
kerusakan, mengingat perairan Selat Malaka merupakan jalur pelayaran terpadat. Pada
periode tertentu nampak kapal melakukan lego jangkar yang dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap kerusakan kabel bawah laut. Oleh karena itu perlu adanya
upaya pengamanan

Bentuk-bentuk pengamanan yang direncanakan, adalah :

a) Melakukan deliniasi letak jaringan kabel bawah laut;


b) Menetapkan zona pembatas (buffer zone) dengan radius berkisar 50 - 100 meter
yang diukur dari bentangan jaringan kabel;
c) Memasang rambu - rambu laut yang terkait kabel bawah laut dan zona pembatas
disekitarnya;

Rencana pola ruang kawasan lindung di Kabupaten Bengkalis sampai dengan tahun
2030 secara jelas disajikan pada Tabel 2.19

Tabel 2.19
Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung di Wilayah Kabupaten Bengkalis
Tahun 2010 – 2030
No Kawasan Budi Daya Luas (Ha) Prosentase (%)
1 Kawasan Hutan Lindung 9.304,01 1,20
2 Kawasan Bergambut 85.888,73 11,05
3 Kawasan Sempadan Pantai dan Sungai 4.114,53 0,53
4 Kawasan Sekitar Danau/Tasik 7.375 0,95
5 Kawasan Suaka Margasatwa 77.738,00 11,64
6 Kawasan Pantai Berhutan Bakau 26.108,48 3,38
7 Kawasan Pusat Pelatihan Gajah 5.000 0,64
8 Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan 500 0,06
9 Buffer Areal Konservasi 10.211,91 1,31
Total 226.240,74 30.76
Sumber: RTRW Kab. Bengkalis 2010-2030

2.4.7 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya


A. Kawasan Hutan Produksi
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 89
Tahun 2015
Laporan Akhir

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI, No. 10 Tahun 2010, tentang Tata


Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan, menunjukkan sebaran
kawasan hutan produksi diwilayah Kabupaten Bengkalis, meliputi: kawasan
hutan produksi tetap dan kawasan hutan produksi yang dapat dikenversi
B. Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan pertanian ini, meliputi pertanian lahan basah, pertanian lahan
kering dan hortikultura.

C. Kawasan Peruntukan Perkebunan


Rencana kawasan perkebunan diwilayah Kabupaten Bengkalis dialokasikan
pada setiap Kecamatan. Total luas lahan perkebunan diperkirakan mencapai
187 448,13 Ha. Komoditi utamanya sawit dan ditempat kedua karet dan kelapa.
Pengembangan perkebunan skala besar umumnya dikelola oleh swasta dan
BUMN.
D. Kawasan Peruntukan Perikanan

Kawasan peruntukan perikanan ini meliputi kawasan perikanan budidaya


wilayah daratan dan laut dan kawasan perikanan tangkap. Pengembangan
kegiatan perikanan diwilayah Kabupaten Bengkalis (2010-2030). Dari data
perijinan diketahui luas lahan perkebunan swasta yang ada saat ini tercatat
112.941,19 Ha (14,53% dari total luas wilayah kabupaten Bengkalis).
Sedangkan luas lahan perkebunan rakyat relatif kecil yang diperkirakan
mencapai 74.506,94 Ha (9,58% dari total luas wilayah Kabupaten Bengkalis).
Sebaran kawasan perkebunan dikabupaten Bengkalis direncanakan, sebagai
berikut :

- Kecamatan Bengkalis 16.742,43 Ha (dominasi Kelapa, buah-buahan dan


sagu)
- Kecamatan Bantan 20.878,32 Ha (dominasi Kelapa dan sagu)
- Kecamatan Rupat Utara 14.280,39 Ha (Sawit, Tebu, kelapa) yang
dikembangkan secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Kota
Terpadu Mandiri (KTM)
- Kecamatan Rupat 44.899,29 Ha (Sawit, kelapa dan Karet)
- Kecamatan Bukit Batu 29.261,39 Ha (Sawit,m Coklat dan Karet)
- Kecamatan Siak Kecil 23.914,46 Ha (Sawit, Coklat dan Karet)
- Kecamatan Pinggir 74.767,11 Ha (Sawit)
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 90
Tahun 2015
Laporan Akhir

- Kecamatan Mandau 38.197,91Ha (sawit)

2.4.8 Rencana Kawasan Strategis


Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten, terhadap kondisi ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan. Penentuan
kawasan strategis kabupaten ini lebih bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis
kabupaten ditetapkan secara lebih jelas dan dijabarkan lebih lanjut dalam rencana tata
ruang kawasan strategis kabupaten.
A. Kawasan Strategis Provinsi Riau di Wilayah Kabupaten Bengkalis
Kawasan strategis Provinsi Riau di wilayah Kabupaten Bengkalis yang tertuang
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau 2007-2026 adalah kawasan
strategis Duri – Dumai - Rupat. Kawasan strategis ini merupakan satu koridor
kegiatan ekonomi lintas Kota Dumai-Kabupaten Bengkalis yang akan mempengaruhi
percepatan pembangunan ekonomi wilayah Provinsi Riau secara umum dan wilayah
sekitarnya secara khusus. Fungsi utamanya adalah lokasi pengembangan
perkebunan, pariwisata, perdagangan dan migas.
Kewenangan pengelolaan kawasan strategis Duri-Dumai-Rupat adalah
Pemerintah Provinsi Riau. Pengembangan kawasan strategis tersebut perlu
dilakukan secara terpadu dan terintegrasi dengan pengembangan kawasan strategis
Kabupaten Bengkalis yang pengelolaannya merupakan kewenangan Pemerintah
Kabupaten yang bersangkutan.

B. Kawasan Strategis Kabupaten Bengkalis


- Kawasan Strategis Duri

Kawasan strategis Duri, berfungsi sebagai pusat niaga skala regional, pusat
pemerintahan kabupaten Bengkalis, khususnya untuk dinas-dinas/SKPD yang
melayani kegiatan perkotaan, kawasan permukiman perkotaan, kawasan industri
berbasis pertanian/perkebunan dan kawasan Migas. Pengembangan kawasan
strategis ini perlu dintegrasikan dengan pengembangan kawasan perkotaan
Bengkalis, Buruk Bakul dan Sei Pakning dalam satu koridor pengembangan
kegiatan ekonomi.

Untuk mewujudkan percepatan pembangunan kawasan strategis Duri pada


masa mendatang perlu didukung rencana pengembangan prasarana jaringan
jalan Kolektor Primer 2 (K2) yang menghubungkan kawasan perkotaan Duri
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 91
Tahun 2015
Laporan Akhir

dengan kawasan perkotaan Bengkalis, Buruk Bakul dan Sei Pakning. Kawasan
Strategis Duri memiliki peluang tumbuh cepat, karena didukung potensi yang
cukup, diantaranya adalah :

a) Ketersedian kantong-kantong produksi pertanian dan perkebunan;

b) Posisi geografis Duri terletak pada jalur regional (arteri primer) yang
menghubungkan Pekanbaru - Dumai dan ke kawasan perkotaan lain
diwilayah Sumatera;

c) Adanya Rencana Pembangunan Jalur Kereta Api (koneksi Trans


Sumatera Railways), Jalan Tol Dumai - Pekanbaru melintasi Kawasan
perkotaan Duri. Pada masa mendatang keberadaan jalan tol ini akan
menjadi triger perkembangan pembangunan fisik, sosial dan ekonomi
kawasan perkotaan Duri.

- Kawasan Strategis Sei Pakning – Buruk Bakul dan Bengkalis

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau 2006-2027, Kawasan


strategis ini ditetapkan fungsinya sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
Kegiatan ekonomi yang potensial adalah kegiatan sentra perniagaan Asean
(perdagangan dan jasa), kawasan permukiman perkotaan, pemerintahan
kabupaten, pusat pendidikan, pusat budaya melayu, kawasan Industri dan
kawasan pariwisata yang didukung oleh pelayanan pelabuhan yang memadai.
Potensi-potensi lain yang akan mendukung percepatan pembangunan kawasan
strategis Perkotaan Bengkalis, Buruk Bakul dan Sei Pakning, adalah sebagai
berikut :

a) Posisi geografis kawasan strategis terletak pada posisi yang amat


menguntungkan. Dari satu sisi, berhadapan dengan Malaysia sebagai
pasar strategis produk lokal dan dari sisi lain, merupakan simpul
pertemuan dari Pekanbaru - Siak Sri Indrapura - Dumai melalui jalur
pesisir dan dari Kawasan Perkotaan Duri ke Bengkalis melalui jalur darat.
Kondisi ini memperkuat fungsi kawasan strategis Bengkalis - Buruk Bakul
- Sei Pakning sebagai lokasi transito;
b) Pengembangan kawasan strategis didukung oleh ketersediaan kantong-
kantong produksi pertanian, perkebunan dan perikanan yang tersebar
diwilayah daratan, pesisir dan Kepulauan Bengkalis dan sekitarnya
(Rupat, Padang, Rangsang dan Tebing Tinggi). Kantong-kantong
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 92
Tahun 2015
Laporan Akhir

produksi ini akan mendukung upaya pengembangan kawasan industri


pengolahan di Kawasan Perkotaan Buruk Bakul.
c) Pengembangan kawasan strategis Perkotaan Bengkalis merupakan
pusat Niaga Asean, Lokasi Transito, Pusat Pendidikan dan Budaya
Melayu, pusat pemerintahan ibukota Kabupaten Bengkalis, permukiman
perkotaan dan pariwisata.

Untuk mendorong percepatan pembangunan Kawasan strategis


Perkotaan Bengkalis - Sei Pakning-Buruk Bakul pada masa mendatang, akan
didukung rencana pengembangan prasarana jaringan jalan kolektor primer 2
(K2) yang menghubungkan Duri-Bengkalis dan Pekan Baru-Siak
Sriindrapura-Sei Pakning-Buruk Bakul-Dumai, Bandar Udara Bengkalis,
prasarana energi, air bersih dan telekomunikasi serta didukung dengan
pelayanan pelabuhan Ro Ro Buruk Bakul dan pelabuhan Sei Pakning.
- Kawasan Strategis Rupat (Tanjung Medang)
Kawasan strategis ini merupakan kawasan cepat tumbuh (fast growing area)
pada kawasan koridor ekonomi regional yang mengikat perkembangan pusat-
pusat pertumbuhan di pulau Rupat. Kawasan strategis Rupat ditetapkan di
Kawasan Perkotaan Tanjung Medang (Rupat Utara). Kawasan strategis ini
berhimpitan dengan kawasan strategis Provinsi Riau. Kewenangan Pemerintah
Provinsi Riau tentunya amat terkait dalam penyediaan sarana dan prasarana
dasar dengan status pengelolaan provinsi.
Pengembangan kawasan strategis Tanjung Medang difungsikan sebagai
kawasan pariwisata (pantai tanjung Medang), permukiman perkotaan dan sentra
perikanan yang dikembangkan secara terpadu dengan pengembangan kawasan
pertanian dengan pola Kota Terpadu Mandiri. Namun upaya pengembangan
kawasan strategis ini perlu memperhatikan upaya pelestarian lingkungan,
khususnya pengamanan dan pelestarian kawasan hutan bakau (mangrove)

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 93


Tahun 2015
Laporan Akhir

Gambar II 2.45 Peta Struktur Ruang Kab. Bengkalis Hal 95

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 94


Tahun 2015
Laporan Akhir

Gambar II 2.46 Peta POLA Ruang Hal 96

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 95


Tahun 2015
Laporan Akhir

Gambar II 2.47 Peta Kawasan Strategis Hal 97

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 96


Tahun 2015
Laporan Akhir

2.4.9 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang


2.4.9.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan umum peraturan zonasi adalah penjabaran secara umum ketentuan
- ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendaliannya. Ketentuan umum peraturan zonasi berfungsi sebagai dasar
pemberian izin pemanfaatan ruang dan dasar pelaksanaan pengawasan pemanfaatan
ruang. Peraturan zonasi (zoning regulation) merupakan ketentuan yang mengatur
pemanfaatan ruang dan unsur - unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona
peruntukkan sesuai dengan rencana tata ruang. Peraturan zonasi berisi ketentuan -
ketentuan umum yang merekomendasikan, boleh, boleh bersyarat dan tidak boleh
fungsi kegiatan lain dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang yang direncanakan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bengkalis 2011 - 2030. Perumusan
ketentuan umum peraturan zonasi ini dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

Dalam kaitannya dengan penyusunan rencana yang lebih rinci, ketentuan umum
peraturan zonasi merupakan jembatan untuk menjabarkan fungsi ruang (kawasan) di
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bengkalis kedalam rencana detail tata
ruang maupun rencana tata ruang kawasan strategis. Dengan demikian maka
ketentuan umum peraturan zonasi ini meliputi:
1. Ketentuan Pemanfaatan Ruang Sektoral
- Kehutanan (Undang- undang No.41 Tahun 1999 tentang kehutanan)
- Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Undang-
undang no.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
- Kepariwisataan (Undang-undang No.10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan)
- Sumber Daya Air (Undang-undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 97
Tahun 2015
Laporan Akhir

Daya Air)
- Perkebunan (Undang-undang No.18 Tahun 2004 tentang Perkebunan)
- Pertambangan (Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang
pertambangan)
- Kawasan Pesisir (UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan PPK)
- Mitigasi Bencana (Undang-undang No.24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana)
- Pertanian Berkelanjutan (Undang-undang No.41 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan)

Tabel 2.20
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kabupaten Bengkalis 2011 - 2030
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Klasifikasi Ruang Deskripsi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan

A. KAWASAN LINDUNG

A1. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya

 Kawasan hutan yang  Dalam kawasan hutan lindung masih Rehabilitasi


Lindung mempunyai fungsi pokok diperkenankan dilakukan kegiatan lain yang bersifat dilakukan dengan
sebagai perlindungan komplementer terhadap fungsi hutan lindung cara:
sistem penyangga sebagaimana ditetapkan dalam KepmenHut Nomor 50
a.
kehidupan untuk mengatur tahun 2006;
sumber daya
tata air, mencegah banjir,  Kegiatan pertambangan di kawasan hayati;
mengendalikan erosi, hutan lindung masih diperkenankan sepanjang tidak
dilakukan secara terbuka, dengan syarat harus dilakukan b.
mencegah intrusi air laut,
dan memelihara reklamasi areal bekas penambangan sehingga kembali c.
kesuburan tanah berfungsi sebagai kawasan lindung; spesies biota
 Kawasan hutan lindung dapat agar tumbuh dan
dialihfungsikan sepanjang mengikuti prosedur dan sesuai berkembang
peraturan perundang-undangan yang berlaku; secara alami;
 Pembangunan prasarana wilayah yang dan
harus melintasi hutan lindung dapat diperkenankan d.
dengan ketentuan : lingkungan.
 Tidak menyebabkan terjadinya perkembangan
pemanfaatan ruang budidaya di sepanjang jaringan
prasarana tersebut.
 Mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri
Kehutanan.

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 98


Tahun 2015
Laporan Akhir

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Klasifikasi Ruang Deskripsi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan

 Kawasan yang  Dalam kawasan resapan air


Air mempunyai kemampuan tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya;
tinggi untuk meresapkan  Permukiman yang sudah
air hujan sehingga terbangun di dalam kawasan resapan air sebelum
merupakan tempat ditetapkan sebagai kawasan lindung masih diperkenankan
pengisian air bumi (akifer) namun harus memenuhi syarat :
yang berguna sebagai  Tingkat kerapatan bangunan rendah (KDB
sumber air. maksimum 20%, dan KLB maksimum 40%).
 Perkerasan permukaan menggunakan bahan yang
memiliki daya serap air tinggi.
 Dalam kawasan resapan air wajib dibangun sumur-
sumur resapan sesuai ketentuan yang berlaku.

Tabel Lanjutan 2.20

A2. Kawasan Perlindungan Setempat

 Kawasan perlindungan  Dalam kawasan sempadan pantai yang Penetapan batas


setempat sepanjang termasuk dalam zona inti wilayah pesisir dan pulau-pulau Sempadan Pantai
pantai yang mempunyai kecil tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya mengikuti ketentuan:
manfaat penting untuk kecuali kegiatan penelitian, bangunan pengendali air, dan
a.
mempertahankan sistem peringatan dini (early warning system);
terhadap gempa
kelestarian dan kesucian  Dalam kawasan sempadan pantai yang dan/atau
pantai, keselamatan termasuk zona pemanfaatan terbatas dalam wilayah tsunami;
bangunan, dan pesisir dan pulau-pulau kecil diperkenankan dilakukan
kegiatan budidaya pesisir, ekowisata, dan perikanan b.
tersedianya ruang untuk
tradisional; pantai dari erosi
lain lintas umum.
 Dalam kawasan sempadan pantai yang atau abrasi;
termasuk zona lain dalam wilayah pesisir dan pulau-pulau c.
kecil diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya sesuai sumber daya
peruntukan kawasan dan peraturan perundang-undangan buatan di pesisir
yang berlaku dari badai, banjir,
 Lebar sempadan pantai paling sedikit dan bencana
100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tetinggi ke alam lainnya;
arah darat. d.
terhadap
ekosistem
pesisir, seperti
lahan basah,
mangrove,
terumbu karang,
padang lamun,
gumuk pasir,
estuaria, dan
delta;
e.
publik;
f.
saluran air dan
limbah.
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 99
Tahun 2015
Laporan Akhir

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Klasifikasi Ruang Deskripsi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan

 Kawasan sepanjang kiri-  Kawasan sempadan sungai adalah


kanan sungai, termasuk kawasan sepanjang kiri-kanan sungai, termasuk sungai
sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai
buatan/kanal/saluran manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
Tabel Lanjutan 2.20 irigasi primer yang fungsi sungai dengan lebar sempadan sebagai berikut :
mempunyai manfaat  Bertanggul dan berada dalam kawasan permukiman
penting untuk dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki
mempertahankan tanggul sebelah luar
kelestarian fungsi sungai
 Tidak bertanggul dan berada diluar kawasan
permukiman dengan lebar minimal paling sedikit 100
(seratus) meter dari tepi sungai
 Tidak bertanggul pada sungai kecil diluar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima
puluh) meter dari tepi sungai.
 Pemanfaatan ruang untuk
ruang terbuka hijau;
 Dilarang mendirikan
bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk
pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
 Pendirian bangunan dibatasi
hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi
 Dalam kawasan sempadan sungai tidak diperkenankan
dilakukan kegiatan budidaya yang mengakibatkan
terganggunya fungsi sungai;
 Dalam kawasan sempadan sungai masih
diperkenankan dibangun prasarana wilayah dan
utilitas lainnya dengan ketentuan : tidak menyebabkan
terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang
budidaya di sepanjang jaringan prasarana tersebut.
 Kawasan sekeliling  Lebar sempadan danau/tasik paling
Danau/Tasik danau/tasik yang adalah 50 sampai dengan 100 meter dari pasang tertinggi
mempunyai manfaat air danau/danau tertinggi ke arah darat
penting untuk  Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka
mempertahankan hijau;
kelestarian fungsi  Pendirian bangunan dibatasi hanya
danau/tasik untuk menunjang fungsi taman rekreasi
 Dalam kawasan sempadan danau/tasik
tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya yang
dapat merusak fungsi danau/tasik.
 Dalam kawasan sempadan danau/tasik
diperkenankan dilakukan kegiatan penunjang pariwisata
alam seseuai ketentuan yang berlaku.
 Dalam kawasan sempadan sungai
masih diperkenankan dibangun prasarana wilayah dan
untilitas lainnya sepanjang :
 Tidak menyebabkan terjadinya perkembangan
pemanfaatan ruang budidaya di sekitar jaringan
prasarana tersebut.
 Pembangunannya dilakukan sesuai ketentuan
peraturan yang berlaku
 Area memanjang/jalur  Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka
Hijau dan/atau mengelompok, hijau;

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 100


Tahun 2015
Laporan Akhir
Tabel Lanjutan 2.20
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Klasifikasi Ruang Deskripsi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan

yang penggunaannya  Pendirian bangunan yang dibatasi


lebih bersifat terbuka, hanya untuk menunjang kegiatan rekreasi;
tempat tumbuh tanaman,  Pelarangan semua jenis kegiatan yang
baik yang tumbuh secara dapat menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika
alamiah maupun yang kawasan.
sengaja ditanam  Kawasan ruang terbuka hijau tidak
diperkenankan dialihfungsikan.
 Dalam kawasan ruang terbuka hijau
masih diperkenankan dibangun fasilitas pelayanan sosial
secara terbatas dan memenuhi ketentuan yang berlaku
 Untuk kawasan perkotaan minimal
disediakan RTH seluas 30% dari total luas kota dan 30%
dari DAS untuk wilayah kabupaten.
A3. Kawasan Suaka Alam

 Kawasan pelestarian alam  Pemanfaatan ruang kawasan untuk


Lindung yang dikelola untuk tujuan kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli di
perlindungan terhadap zona penyangga dengan luasan tetap, tidak mengurangi
tasik dan area bergambut. fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat;
 Dilarang melakukan kegiatan budi daya
yang berpotensi mengurangi tutupan vegetasi di zona
penyangga.
 Setiap orang dilarang melakukan
kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap
keutuhan zona inti
 Setiap orang dilarang melakukan
kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona
pemanfaatan dan zona lain
A4. Kawasan Lindung Gambut

 Kawasan Lindung Gambut yang memiliki  Menjaga dan melestarikan kawasan


Gambut ketebalan sangat dalam sekitar dome (kubah gambut) ataupun pada lokasi - lokasi
dengan kerapatan lindak lainnya yang berfungsi sebagai reservoir alam dan
(bulk density) dan merupakan hulu bagi beberapa sungai yang mengalir
kekuatan tumpu tanah disekitarnya.
(bearing strenght) yang  Melakukan tata batas yang jelas antara
rendah serta kadar lengas batas kawasan lindung gambut dengan batas areal
(nilai pegang air) dan kawasan budidaya yang ada disekitarnya.
permeabilitas (daya hantar  Sebatas tidak mengganggu fungsi
hidrolik) sangat lindungnya sebagai reservoir alam, kawasan lindung
tinggi,sehingga memiliki gambut dapat dimanfaatkan sebagai laboratorium alam
kemampuan yang besar bagi kegiatan penelitian dan pengembangan lahan
dalam menyerap dan gambut, ataupun dalam rangka mengurangi efek gas
memegang air dimusim rumah kaca (green house efect).
penghujan serta  Pembatasan kegiatan budidaya yang
melepaskannya kembali di dapat merusak kelestarian fungsi lindung kawasan
musim kemarau. gambut.
 Menjadikan keberadaan kawasan
lindung gambut sebagai daerah resapan air bagi tasik -
tasik yang potensi airnya telah dan akan dimanfaatkan
sebagai sumber air penduduk.

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 101


Tahun 2015
Laporan Akhir
Tabel Lanjutan 2.20
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Klasifikasi Ruang Deskripsi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan

A4. Kawasan Rawan Bencana

 Kawasan Rawan Adalah kondisi atau  Perkembangan kawasan permukiman


Bencana karakteristik geologis, yang sudah terbangun di dalam kawasan rawan bencana
biologis, hidrologis, alam harus dibatasi dan diterapkan peraturan bangunan
klimatologis, geografis, (building code) sesuai dengan potensi bahaya/bencana
sosial, budaya, politik, alam, serta dilengkapi jalur evakuasi;
ekonomi, dan teknologi  Kegiatan-kegiatan strategis diarahkan
pada suatu wilayah untuk untuk tidak dibangun pada kawasan rawan bencana;
jangka waktu tertentu  Dalam kawasan rawan bencana masih
yang mengurangi dapat dilakukan pembangunan prasarana penunjang
kemampuan mencegah, untuk mengurangi resiko bencana alam dan pemasangan
meredam, mencapai sitem peringatan dini (early warning system);
kesiapan, dan mengurangi  Dalam kawasan rawan bencana alam
kemampuan untuk masih diperkenankan adanya kegiatan budidaya lain
menanggapi dampak seperti pertanian, perkebunan, dan kehutanan, serta
buruk bahaya tertentu. bangunan yang berfungsi untuk mengurangi resiko yang
timbul akibat bencana alam.
 Kawasan yang potensial  Dilarang membangun
Gempa terjadi gerakan pelepasan bangunan tanpa konstruksi anti gempa
energi yang menyebabkan  Boleh dilakukan kegiatan
dislokasi (pergeseran) budidaya pertanian dalam arti luas
pada bagian dalam bumi  Dilarang membangun
secara tiba‐tiba. bangunan diatas patahan/gawir sesar
 Kawasan yang potensial  Dapat dilakukan
Tsunami dilanda gelombang laut pembangunan bangunan umum dan infrastrutkur yang
dengan periode panjang dibutuhkan dengan ketentuan teknis yang ramah tsunami
yang ditimbulkan oleh  Kawasan pesisir rawan
gangguan impulsif dari tsunami dilengkapi bangunan/tanaman penahan
dasar laut. Gangguan gelombang tsunami, jalan dan bangunan penyelamat
impulsif tersebut bisa (escape road & escape building)
berupa gempa bumi
tektonik, erupsi vulkanik
atau longsoran.
 Aliran air sungai yang  Dilarang membangun
Banjir tingginya melebihi muka perumahan dan permukiman. Perumahan yang sudah ada
Tabel Lanjutan 2.20
air normal sehingga didorong untuk direlokasi.
melimpas dari palung  Dilarang membangun
sungai menyebabkan jembatan yang mengurangi lebar palung sungai
adanya genangan pada  Dapat dimanfaatkan untuk
lahan rendah disisi sungai. kegiatan pertanian/perikanan dengan tetap
mengantisipasi banjir bandang

B. KAWASAN BUDIDAYA

B1. Kawasan Hutan Kawasan hutan yang  Dalam kawasan hutan


Produksi mempunyai fungsi pokok produksi tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya
memproduksi hasil hutan kecuali kegiatan kehutanan dan pembangunan sistem
jaringan prasarana wilayah dan bangunan terkait dengan
pengelolaan budidaya hutan produksi;
 Kawasan hutan produksi
yang dapat dikonversi dapat dalihfungsikan untuk
kegiatan lain di luar kehutanan setelah potensi hutan

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 102


Tahun 2015
Laporan Akhir

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Klasifikasi Ruang Deskripsi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
tersebut dimanfaatkan dan sesuai peraturan perundangan
yang berlaku;
 Kegiatan kehutanan dalam
kawasan hutan produksi tidak diperkenankan
menimbulkan gangguan lingkungan seperti bencana alam;
 Kawasan hutan produksi
tidak dapat dialihfungsikan untuk kegiatan lain di luar
kehutanan;
 Sebelum kegiatan
pengelolaan hutan produksi dilakukan wajib dilakukan
studi kelayakan dan studi AMDAL yang hasilnya disetujui
oleh tim evaluasi dari lembaga yang berwenang.
B2. Kawasan Hutan  Kegiatan pengusahaan hutan
Rakyat rakyat diperkenankan dilakukan terhadap lahan - lahan
yang potensial dikembangkan di seluruh wilayah
kabupaten dan kota;
 Kegiatan pengusahaan hutan
rakyat tidak diperkenankan mengurangi fungsi lindung,
sperti mengurangi keseimbangan tata air, dan lingkungan
sekitarnya;
 Kegiatan dalam kawasan
hutan rakyat tidak diperkenankan menimbulkan gangguan
lingkungan seperti bencana alam, seperti longsor dan
banjir;
 Pengelolaan hutan rakyat
harus mengikuti peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
 Pengusahaan hutan rakyat
oleh badan hukum dilakukan harus dengan melibatkan
Tabel
Tabel Lanjutan
Lanjutan 2.20
2.20 masyarakat setempat;
 Kawasan hutan rakyat dapat
dalihfungsikan untuk kegiatan lain setelah potensi hutan
tersebut dimanfaatkan dan sesuai peraturan perundangan
yang berlaku
B3. Kawasan Kawasaan dimana  Dalam kawasan perkebunan dan
Perkebunan dilakukan segala kegiatan perkebunan rakyat tidak diperkenankan penanaman jenis
yang mengusahakan tanaman perkebunan yang bersifat menyerap air dalam
tanaman tertentu pada jumlah banyak, terutama kawasan perkebunan yang
tanah dan/atau media berlokasi di daerah hulu/kawasan resapan air;
tumbuh lainnya dalam  Bagi kawasan perkebunan besar tidak
ekosistem yang sesuai, diperkenankan merubah jenis tanaman perkebunan yang
mengolah dan tidak sesuai dengan perizinan yang diberikan;
memasarkan barang dan  Dalam kawasan perkebunan besar dan
jasa hasil tanaman perkebunan rakyat diperkenankan adanya bangunan yang
tersebut, dengan bantuan bersifat mendukung kegiatan perkebunan dan jaringan
ilmu pengetahuan dan prasarana wilayah;
teknologi, permodalan  Alih fungsi kawasan perkebunan
serta manajemen untuk menjadi fungsi lainnya dapat dilakukan sepanjang sesuai
mewujudkan dan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan
kesejahteraan bagi pelaku yang berlaku;
usaha perkebunan dan  Sebelum kegiatan perkebunan besar
masyarakat dilakukan diwajibkan untuk dilakukan studi kelayakan dan
studi AMDAL yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi dari

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 103


Tahun 2015
Laporan Akhir

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Klasifikasi Ruang Deskripsi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
lembaga yang berwenang;
 Kegiatan perkebunan tidak
diperkenankan dilakukan di dalam kawasan lindung.
 Dilarang memindahkan hak atas tanah
usaha perkebunan yang mengakibatkan terjadinya satuan
usaha yang kurang dari luas minimum (sesuai Peraturan
Menteri)
B4. Kawasan Kawasan dimana  Pada kawasan pertanian dapat
Pertanian dilakukan seluruh kegiatan dibangun bangunan hunian, fasilitas sosial dan ekonomi
yang meliputi usaha hulu, secara terbatas dan sesuai kebutuhan
usaha tani, agroindustri,  Sawah beririgasi teknis tidak boleh
pemasaran, dan jasa dialihfungsikan
penunjang pengelolaan  Kegiatan budidaya pertanian tanaman
sumber daya alam hayati pangan lahan basah dan lahan kering tidak
dalam agroekosistem diperkenankan menggunakan lahan yang dikelola dengan
yang sesuai dan mengabaikan kelestarian lingkungan, misalnya
berkelanjutan, dengan penggunaan pupuk yang menimbulkan dampak negatif
bantuan teknologi, modal, terhadap lingkungan, dan pengolahan tanah yang tidak
tenaga kerja, dan memperhatikan aspek konservasi;
manajemen untuk  Peruntukan budidaya pertanian pangan
mendapatkan manfaat lahan basah dan lahan kering diperkenankan untuk
sebesar-besarnya bagi dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan
kesejahteraan masyarakat perundang-undangan yang berlaku, kecuali lahan
pertanian tanaman pangan berkelanjutan yang telah
ditetapkan dengan undang-undang;
 Pada kawasan budidaya pertanian
diperkenankan adanya bangunan prasarana wilayah dan
bangunan yang bersifat mendukung kegiatan pertanian;
Tabel Lanjutan 2.20  Dalam kawasan pertanian masih
diperkenankan dilakukan kegiatan wisata alam secara
terbatas, penelitian dan pendidikan;
 Kegiatan pertanian tidak diperkenankan
dilakukan di dalam kawasan lindung.
B5. Kawasan Kawasan dimana  Dapat dibangun bangunan hunian,
Perikanan dilakukan kegiatan yang fasilitas sosial dan ekonomi secara terbatas dan sesuai
berhubungan dengan kebutuhan
pengelolaan dan  Kawasan budidaya perikanan tidak
pemanfaatan sumber daya diperkenankan berdekatan dengan kawasan yang bersifat
ikan dan lingkungannya polutif;
secara berkelanjutan,  Dalam kawasan perikanan masih
mulai dari praproduksi, diperkenankan adanya kegiatan lain yang bersifat
produksi, pengolahan mendukung kegiatan perikanan dan pembangunan sistem
sampai dengan jaringan prasarana sesuai ketentuan yang berlaku;
pemasaran yang  Kawasan perikanan diperkenankan
dilaksanakan dalam suatu untuk dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan
sistem bisnis perikanan perundang-undangan yang berlaku;
 Dalam kawasan perikanan masih
diperkenankan dilakukan kegiatan wisata alam secara
terbatas, penelitian dan pendidikan;
 Kegiatan perikanan tidak diperkenankan
dilakukan di dalam kawasan lindung.
B7. Kawasan Kawasan dimana  Kawasan pertambangan tidak dapat
Pertambangan dilakukan sebagian atau dikembangkan pada kawasan taman nasional, hutan
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 104
Tahun 2015
Laporan Akhir

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Klasifikasi Ruang Deskripsi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan

seluruh tahapan kegiatan lindung, kawasan dengan kemiringan diatas 40% dan
dalam rangka penelitian, cagar alam/budaya.
pengelolaan dan  Kegiatan usaha pertambangan tidak
pengusahaan mineral atau dapat dilaksanakan pada tempat yang dilarang untuk
batubara yang meliputi melakukan kegiatan usaha pertambangan sesuai dengan
penyelidikan umum, ketentuan peraturan perundang-undangan.
eksplorasi, studi  Pada kawawsan pertambangan dapat
kelayakan, konstruksi, dibangun bangunan hunian, fasilitas sosial dan ekonomi
penambangan, secara terbatas dan sesuai kebutuhan
pengolahan dan  Kawasan pascatambang wajib
pemurnian, pengangkutan dilakukan rehabilitasi (reklamasi dan/atau revitalisasi)
dan penjualan, serta sehingga dapat digunakan kembali untuk kegiatan lain,
kegiatan pascatambang seperti pertanian, kehutanan, dan pariwisata
 Kegiatan permukiman diperkenankan
secara terbatas untuk menunjang kegiatan pertambangan
Tabel Lanjutan 2.20 dengan tetap memperhatikan aspek-aspek keselamatan;
 Sebelum kegiatan pertambangan
dilakukan wajib dilakukan studi kelayakan dan studi
AMDAL yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi dari
lembaga yang berwenang
B8. Kawasan Industri Kawasan dimana  Untuk meningkatkan produktifitas dan
dilakukan kegiatan kelestarian lingkungan pengembangan kawasan industri
ekonomi yang mengolah harus memperhatikan aspek ekologis;
bahan mentah, bahan  Lokasi kawasan industri tidak
baku, barang setengah diperkenankan berbatasan langsung dengan kawasan
jadi, dan/atau barang jadi permukiman;
menjadi barang dengan
nilai yang lebih tinggi
 Pada kawasan industri diperkenankan
untuk penggunaannya, adanya permukiman penunjang kegiatan industri yang
termasuk kegiatan dibangun sesuai ketentuan perundang-undangan yang
rancang bangun dan berlaku;
perekayasaan industri.  Pada kawasan industri masih
diperkenankan adanya sarana dan prasarana wilayah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
 Pengembangan kawasan industri harus
dilengkapi dengan jalur hijau (greenbelt) sebagai
penyangga antar fungsi kawasan, dan sarana pengolahan
limbah.
 Pengembangan zona industri yang
terletak pada sepanjang jalan arteri atau kolektor harus
dilengkapi dengan frontage road untuk kelancaran
aksesibilitas;
 Setiap kegiatan industri harus dilengkapi
dengan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya
pemantauan lingkungan serta dilakukan studi AMDAL.
B9. Kawasan Kawasan dengan luas  Pada kawasan pariwisata alam tidak
Pariwisata tertentu yang dibangun diperkenankan dilakukan kegiatan yang dapat
atau didirikan untuk menyebabkan rusaknya kondisi alam terutama yang
memenuhi kebutuhan menjadi obyek wisata alam;
pariwisata  Dalam kawasan pariwisata dilarang
dibangun permukiman dan industri yang tidak terkait
dengan kegiatan pariwisata;
 Dalam kawasan pariwisata
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 105
Tahun 2015
Laporan Akhir

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Klasifikasi Ruang Deskripsi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
diperkenankan adanya sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan pariwisata dan sistem prasarana
wilayah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku;
 Pada kawasan pariwisata
diperkenankan dilakukan penelitian dan pendidikan.
 Pada kawasan pariwisata alam tidak
Tabel Lanjutan 2.20 diperkenankan adanya bangunan lain kecuali bangunan
pendukung kegiatan wisata alam;
 Pengembangan pariwisata harus
dilengkapi dengan upaya pengelolaan lingkungan dan
upaya pemantauan lingkungan serta studi AMDAL.
B10. Kawasan Kawasan permukiman  Peruntukan kawasan permukiman
Permukiman adalah bagian dari diperkenankan untuk dialihfungsikan sesuai dengan
lingkungan hidup di luar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
kawasan lindung, baik  Pada kawasan permukiman
berupa kawasan diperkenankan adanya sarana dan prasarana pendukung
perkotaan maupun fasilitas permukiman sesuai dengan petunjuk teknis dan
perdesaan yang berfungsi peraturan yang berlaku;
sebagai lingkungan  Dalam kawasan permukiman masih
tempat tinggal atau diperkenankan dibangun prasarana wilayah sesuai
lingkungan hunian dan dengan ketentuan peraturan yang berlaku;
tempat kegiatan yang  Kawasan permukiman harus dilengkapi
menudukung prikehidupan dengan fasilitas sosial termasuk Ruang Terbuka Hijau
dan penghidupan (RTH) perkotaan;
 Dalam kawasan permukiman masih
diperkenankan adanya kegiatan industri skala rumah
tangga dan fasilitas sosial ekonomi lainnya dengan skala
pelayanan lingkungan;
 Kawasan permukiman tidak
diperkenankan dibangun di dalam kawasan
lindung/konservasi dan lahan pertanian dengan irigasi
teknis;
 Dalam kawasan permukiman tidak
diperkenankan dikembangkan kegiatan yang
mengganggu fungsi permukiman dan kelangsungan
kehidupan sosial masyarakat.
 Pengembangan kawasan permukiman
harus dilakukan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku
di bidang perumahan dan permukiman;
 Pembangunan hunian dan kegiatan
lainnya di kawasan permukiman harus sesuai dengan
peraturan teknis dan peraturan lainnya yang berlaku
( KDB, KLB, sempadan bangunan, dan lain sebagainya)
B11. Kawasan Peruntukan yang lain yang  Peruntukan kawasan diperkenankan
peruntukan akan bertumbuh untuk dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan
lainnya dikemudian hari perundang-undangan yang berlaku.
 Diperkenankan adanya sarana dan
prasarana pendukung fasilitas peruntukan tersebut sesuai
dengan petunjuk teknis dan peraturan yang berlaku.
 Alokasi peruntukan yang diperkenankan
adalah lahan terbuka (darat dan perairan laut) yang belum
secara khusus ditetapkan fungsi pemanfaatannya dan

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 106


Tahun 2015
Laporan Akhir

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Klasifikasi Ruang Deskripsi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
belum banyak dimanfaatkan oleh manusia serta memiliki
akses yang memadai untuk pembangunan infrastruktur.
 Dilarang melakukan kegiatan yang
merusak fungsi ekosistem daerah peruntukan.
 Pembangunan kawasan peruntukan
lainnya harus sesuai dengan peraturan teknis dan
peraturan lainnya yang berlaku (KDB, KLB, sempadan
bangunan, dan lain sebagainya).
 Kegiatan pembangunan tidak
diperkenankan dilakukan di dalam kawasan lindung
RTRTW Kabupaten Bengkalis 2011 - 2030

2.4.9.2 Ketentuan Perizinan Dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Prinsip penerapan perizinan didalam pengendalian pemanfaatan ruang


adalah sebagai berikut :

1) Kegiatan yang berpeluang menimbulkan gangguan pada dasarnya dilarang kecuali


dengan izin;
2) Setiap kegiatan dan pembangunan harus memohon izin dari pemerintah setempat
yang akan memeriksa kesesuaiannya dengan rencana, serta standar administrasi
legal.

Tujuan penerapan izin didalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah adalah :


1) Melindungi kepentingan umum (public interest);
2) Menghindari eksternalitas negatif, dan;
3) Menjamin pembangunan sesuai dengan rencana, serta standar dan kualitas
minimum yang ditetapkan.

Berdasarkan sifatnya, izin pembangunan kawasan dapat dikelompokkan atas 4


(empat) bagian :
a. Izin Kegiatan Sektor, Izin ini merupakan persetujuan
pengembangan aktivitas/sarana/prasarana yang menyatakan bahwa aktivitas
budidaya yang akan mendominasi kawasan memang sesuai atau masih
dibutuhkan atau merupakan bidang yang terbuka di wilayah tempat kawasan itu
terletak. Izin ini diterbitkan instansi pembina/pengelola sektor terkait dengan
kegiatan dominan.
b. Izin Pertanahan, Izin ini diawali dengan izin lokasi dan
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 107
Tahun 2015
Laporan Akhir

dilanjutkan dengan penerbitan sertifikat hak atas tanah.


c. Izin Perencanaan dan Bangunan
Izin Perencanaan dan Bangunan ini terdiri dari 2 (dua) izin, yakni :
- Izin Perencanaan
- Izin Mendirikan Bangunan (Konstruksi)
d. Izin Lingkungan
Izin lingkungan pada dasarnya merupakan persetujuan yang menyatakan
aktivitas budidaya rinci yang terdapat dalam kawasan yang dimohon layak dari
segi lingkungan hidup.

2.4.9.3 Ketentuan Insentif dan Disinsentif


Pengertian dari perangkat insentif dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang. Sementara
itu, disinsentif didefinisikan sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi
pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
Dengan demikian yang disebut dengan perangkat insentif dan disinsentif adalah
perangkat -perangkat atau instrumen-instrumen ekonomi/keuangan, fisik, politik,
regulasi/kebijakan, yang dapat mendorong atau menghambat pemanfaatan ruang agar
tetap sesuai dengan rencana tata ruang.

Dalam rangka mendorong terwujudnya struktur dan pola ruang di Kabupaten Bengkalis,
maka insentif diberlakukan pada kawasan sebagai berikut :

1) Sektor dan Kawasan yang Didorong Perkembangannya


Berdasarkan persoalan, potensi dan kecenderungan perkembangan pembangunan
wilayah Kabupaten Bengkalis saat ini, maka sektor-sektor dan kawasan yang perlu
didorong pembangunannnya adalah:

a. Sektor Perdagangan
Kawasan-kawasan yang perlu didorong perkembangannnya adalah kawasan
pusat Kota yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) dan Pusat Pengembangan Kawasan (PPK). Ruang
fungsional yang perlu didorong pembangunannya adalah: Pasar Tradisional,
Pertokoan dan Pusat Niaga/Komersial dengan skala pelayanan regional,
Kabupaten dan Kecamatan. Lokasi Pengembangan yang diusulkan: Kawasan
perkotaan Bengkalis, Duri, Sei Pakning-Buruk Bakul dan Tanjung Medang.

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 108


Tahun 2015
Laporan Akhir

b. Sektor Industri
Kegiatan industri yang perlu didorong pengembangannya dalam rangka
meningkatkan pembangunan ekonomi wilayah dan masyarakat, diantaranya
pengembangan kegiatan industri pengolahan berbasis pertanian, perkebunan
dan perikanan serta industri pembuatan kapal Shipyard. Loikasi pengembangan
yang diusulkan adalah: Kawasan Perkotaan Bengkalis, Duri dan Buruk Bakul

c. Sektor Pariwisata
Kegiatan pariwisata diwilayah Kabupaten Bengkalis mulai mengalami
perkembangan yang cukup signifikan. Kegiatan wisata yang perlu didorong
perkembangann dan pembangunannya, adalah: wisata Tanjung Medang dan
Selat Baru, Ekowisata Tasik, Wisata Budaya dan wisata alam lainnya. Lokasi
pengembangannya, adalah: Tanjung Medang (Rupat), Pantai Selat Baru,
Budaya, Kuliner (Bengkalis) dan Ekowisata Tasik (Mandau dan Bukit Batu)

d. Sektor Pertanian dan Perikanan


Kegiatan pertanian dan perikanan merupakan salah satu basis kegiatan ekonomi
wilayah Kabupaten Bengkalis. Kegiatan pertanian dan perikanan yang perlu
didorong perkembangannya, adalah: Pengembangan kawasan agropolitan dan
kawasan sentra pertanian dan perikanan. Komoditinya: padi, sagu dan buah-
buahan. Pengembangan pertanian dan perikanan ini disinergikan dengan
pengembangan kegiatan industri pengolahan. Lokasi pengembangan yang
diusulkan, adalah: Setiap wilayah Kecamatan dan kawasan pesisir Rupat
(termasuk Rencana Pengembangan Kawasan Kota Terpadu Mandiri-Rupat),
Bengkalis, Bukit Batu dan Siak Kecil.

e. Sektor Perkebunan
Kawasan-kawasan perkebunan yang perlu ditingkatkan dan didorong
perkembangannya adalah kawasan perkebunan disetiap wilayah Kecamatan.
Komoditi unggulannya adalah: sawit dan Kelapa. Pengembangan kawasan
perkebunan ini disinergikan dengan pengembangan kegiatan industri
pengolahan

Bentuk-bentuk insentif yang diberlakukan pada sektor dan kawasan-kawasan yang


perlu didorong perkembangan pembangunannya, adalah sebagai berikut :

a) Kemudahan perizinan bagi pengusaha yang mengalihkan investasi yang masih


dalam tahap proses perizinan ke wilayah pengembangan baru yang sesuai
dengan jenis kegiatan yang akan dikembangkan;
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 109
Tahun 2015
Laporan Akhir

b) Mendorong percepatan pembangunan infra struktur untuk mendukung


pengembangan sektor dan kawasan potensial;
c) Reduksi bea pajak bagi sektor swasta yang menyediakan prasarana lingkungan
serta fasilitas umum dan sosial pada lokasi pembangunan;
d) Pemberian penghargaan (reward) bagi masyarakat, Pemerintah Kabupaten/Kota
dan Pihak swasta yang mampu mendorong kegiatan pembangunan sesuai
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bengkalis 2011 – 2030.

2. Sektor dan Kawasan yang dihambat/dibatasi perkembangannya


Sektor-sektor dan kawasan yang perlu dihambat dan dibatasi perkembangannya
melalui penerapan perangkat disintensif, dalam rangka mengamankan upaya
pelestarian lingkungan, mengantisipasi munculnya dampak negatif pembangunan
dan mewujudkan keteraturan pola pemanfaatan ruang, diantaranya adalah:

a) Sektor Kehutanan
Sektor kehutanan saat ini mendominasi pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten
Bengkalis, yang terbagi menjadi kawasan berfungsi lindung dan Hutan
Produksi.

Kawasan berfungsi lindung yang ada saat ini perlu diamankan dari kegiatan
pembangunan yang dapat merusak fungsi lindungnya. Kegiatan budidaya yang
dibatasi perkembangannya didalam dan disekitar kawasan berfungsi lindung,
diantaranya adalah: kawasan perkebunan, pertanian, permukiman dan
pemanfaatan kayu hutan. Kegiatan yang masih diperbolehkan dikembangkan
dalam kawasan berfungsi lindung dengan pengendalian ketat adalah kegiatan
Ekowisata dan kegiatan pemanfaatan hasil hutan non kayu (madu hutan, damar
dan rotan).

Sedangkan kawasan hutan produksi yang perlu dikendalikan


perkembangannya adalah kawasan HPH. Pengelolaan kawasan HPH saat ini
terindikasi menimbulkan dampak negatif terhadap upaya pelestarian
lingkungan.

b) Kawasan Hutan Bakau (mangrove)


Kawasan hutan bakau diwilayah pesisir Bengkalis nampak semakin berkurang
dan telah berpengaruh terhadap penurunan potensi lestari perikanan diperairan
Selat Malaka dan semakin meningkatnya kawasan abrasi. Oleh karena itu perlu
adanya upaya penanaman kembali hutan bakau dan perlu dilakukan
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 110
Tahun 2015
Laporan Akhir

penyadaran masyarakat tempatan untuk mengamankan kawasan hutan bakau


(mangrove) dari dampak negatif kegiatan pembangunan

c) Kawasan Permukiman pesisir


Kawasan permukiman pesisir Bengkalis saat ini nampaknya sudah
menimbulkan dampak negatif terhadap kerusakan kawasan pesisir dan
pencemaran perairan Selat Malaka dan selat air hitam. Pada masa mendatang
upaya pengelolaan kawasan pesisir Bengkalis perlu mendapat perhatian secara
khusus. Perkembangan permukiman, pariwisata, dan pelabuhan perlu
dikendalikan secara ketat dengan penerapan perangkat disintensif.

Bentuk - bentuk disinsentif yang diberlakukan pada kawasan-kawasan di atas yang


perlu upaya pengendalian ketat, adalah sebagai berikut :
a) Membatasi izin prinsip dan izin lokasi.
b) Setiap pengembangan ruang wajib dilengkapi dengan domukem AMDAL dan
wajib mendapatkan izin prinsip dan izin lokasi dari Bupati/Walikota.
c) Tidak dibangun jaringan prasarana baru kecuali prasarana vital yang sudah
ditetapkan didalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bengkalis 2011 -
2030
d) Pengenaan pajak kegiatan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
kawasan lainnya untuk setiap pengembangan ruang;
e) Pengenaan sanksi terhadap kegiatan yang menimbulkan dampak negatif bagi
pelestarian kawasan maupun bangunan cagar budaya;
f) Pembatasan ketinggian bangunan dan luas lahan bagi pengembangan kegiatan
didalam dan disekitar kawasan cagar budaya;
g) Pelarangan ekstensifikasi lahan bagi kegiatan yang telah ada, kecuali pada
kawasan yang telah memiliki guide line yang telah disahkan, namun dengan
memperhatikan standar teknis konstruksi dan aspek mitigasi bencana.

2.4.9.4 Arahan Sanksi


Arahan pengenaan sanksi merupakan arahan ketentuan pengenaan sanksi
administratif kepada pelanggar pemanfaatan ruang. Arahan pengenaan sanksi
administratif berfungsi sebagai perangkat pengendali untuk mencegah, membatasi
pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang,
penertiban pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Tindakan
pelanggaran terjadi apabila terdapat tindakan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang.
Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 111
Tahun 2015
Laporan Akhir

a. Bentuk-bentuk Pelanggaran Pemanfaatan Ruang


- Penyimpangan Persil
- Penyimpangan Wilayah
b. Pemberian Sanksi Administratif
Merujuk pada pasal 63 Undang-undang penataan ruang, dapat dikemukakan proses
pemberian sanksi terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten,
dengan tahapan sebagai berikut:
- Peringatan Tertulis
- Penghentian Sementara Kegiatan
- Penghentian Sementara Pelayanan Umum
- Penutupan Lokasi
- Pencabutan Izin
- Pembatalan Izin
- Pembongkaran Bangunan’
- Pemulihan Fungsi Ruang
- Denda Administratif

2.4.9.5 Penyelesaian Sengketa Penataan Ruang


Apabila dalam penyelenggaraan penataan ruang wilayah kabupaten
Bengkalis 2011 - 2030 terjadi pelanggaran-pelanggaran, maka perlu diselesaikan
sesuai mekanisme yang berlaku. Merujuk pada pasal 67 undang-undang penataan
ruang dapat dikemukakan bahwa: pelanggaran dan sengketa penataan ruang pada
tahap awal perlu diselesaikan berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat. Bila
dalam proses musyawarah ini tetap tidak dapat diselesaikan oleh pihak yang
bersengketa maka proses penyelesaian sengketa selanjutnya dapat melalui proses
hukum perdata sesuai mekanisme yang masih berlaku.

Pengawasan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang II - 112


Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai