Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ananda Putri Malahat

Kelas : 1 - A

NIM: P17334117022

Menurut Selo Seomardjan struktur vertikal Masyarakat Indonesia terdiri dari tiga lapisan
sosial yang didasarkan pada kekayaan, kekuasaan, dan prestise yang ditelaah pada 3
komunikasi yang berbeda. Tiga lapisan sosial tersebut yaitu:

a. Masyarakat Metropolitan (contoh: Jakarta, Kota Bandung)


Metropolitan merupakan istilah untuk menggambarkan suatu kawasan
perkotaan yang relatif besar, baik dari ukuran luas wilayah, jumlah penduduk,
maupun skala aktivitas ekonomi dan sosial. Ciri-ciri masyarakat metroplitan:
 Elite penguasa
 Diplomat/orang asing
 Pedagang besar/konglomerat (asing atau Indonesia)
 Intelektual
 Bangsawan (penguasa, konglomerat, intelektual, dll)
 Memiliki gaya hidup yang seperti orang barat
 Sifat dari masyarakat cenderung individuaalis

Menurut pengamatan saya pendapat dari Selo Soemardjan diatas telah sedikit
bergeser jika dilihat dari faktor zaman. Pada zaman sekarang, yaitu tepatnya tahun 2018 in.
Dilihat dari segi penduduk keadaan kota metropolitan tidak hanya dipenuhi oleh elite
pengusasa tetapi banyak diduduki juga oleh orang-orang dari pedesaan yang melakukan
urbanisasi, mengadu nasib di perkotaan tetapi hal ini tidak dibarengi dengan kemampuan
atau modal keterampilan yang baik sehingga banyak orang pedesaan malah menjadi
pengangguran atau menjadi pengemis di kota metropolitan.

Kota metropolitan dikenal dengan penduduk yang individualis, tetapi pada zaman ini
ke-individualisan ini telah sedikit terkikis karena penduduk kota metropolitan mengalami
peningkatan dalam hal religi/agama. Dapat kita lihat di salah satu kota metropolitan di
Indonesia (Bandung) banyak sekali majelis ilmu yang diselenggarakan oleh masjid-masjid
besar ataupun organisasi-organisasi keagamaan. Tetapi disisi lain masyarakat kota
metropolitan sangat bergantung pada teknologi, teknologi dapat menjadi menurunnya
kehidupan sosial seseorang karena orang tersebut akan terus-menerus berkutat dengan
handphone/ponsennya sendiri sehingga masyarakat menjadi kurang berinteriraksi secara
langsung dengan sekitarnya.

a. Masyarakat Kota Kecil (contoh: Bekasi, Cimahi)


Kota kecil merupakan kota dengan ukuran jumlah penduduk kurang dari 250.000
orang. Ciri-ciri masyarakat kota kecil:
 Masyarakat dimana kekuasaan/jabatan penting atau prestise utama
 Pendidikan memiliki nilai sosial yang tinggi. Orientasi ke kota cukup tinggi
 Masyarakat cenderung memiliki sifat yang kompetitif
 Stratifikasi dan diferensiasi sosial sangat mencolok

Menurut pegamatan saya pendapat dari Selo Soemardjan diatas tidak banyak
mengalami perubahan karena hingga kini di masyarakat kota kecil tingkat pentingnya
kekuasaan masih tinggi. Masyarakat kota kecil kemajemukannya tidak terlalu tinggi tetapi
masih beragam dalam segi profesi. Masyarakat kota kecil sangat kompetitif karena
cenderung verorientasi ke kota tetapi tidak banyak masyarakat kota kecil yang melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi.

b. Masyarakat Pedesaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993) disebutkan desa adalah: (1)
sekelompok rumah diluar kota yang merupakan kesatuan kampung dan dusun. (2)
udik atau dusun dalam arti daerah pedalaman sebagai lawan kota. (3) tempat, tanah,
daerah. Sedangkan masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang mendiami suatu
wilayah tertentu yang ukurannya lebih kecil dan letaknya di luar kota. Masyarakat
desa adalah bentuk persekutuan abadi antara manusia dan institusinya dalam
wilayah setempat. Ciri-ciri masyarakat pedesaan:
 Kepemilikan tanah sangat penting dalam sisi kelas masyarakat pedesaan
 Orientasi pada agama/kepercayaan kuat
 Stratifikasi sosialnya sangat sederhana dan sedikit
 Sangat berpegang teguh terhadap tradisi dan kepercayaan lokal
 Sifat kelompok masyarakatnya yaitu gotong royong dan akrab terhadap
sesama

Menurut pengamatan saya pendapat dari Selo Soemardjan diatas telah banyak
berubah. Seperti yang telah kita ketahui masyarakat pedesaan lekat dengan profesi petani
tetapi seiring dengan perkembangan zaman masyarakat pedesaan tidak banyak lagi yang
menjadi petani. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor lahan, teknologi, dan
gaya hidup. Pada faktor lahan banyak sekali lahan yang dulunya lahan pesawahan/ladang
berubah menjadi pemulikan/perumahan ataupun pabrik/lahan industri yang menyebabkan
tidak adanya lahan untuk bertani. Faktor yang kedua yaitu faktor teknologi, memang banyak
sekali manfaat yangdapat kita peroleh dari perkembangan teknologi yang kini menyentuk
daerah pedesaan. Manfaat dari teknologi diantaranya: 1) masyarakat menjadi tahu apa yang
terjadi di dunia luar (akses internet). 2) aktivitas menjadi lebih mudah karena adanya listrik.
3) masyarakat yang berprofesi petani dapat memanfaatkan teknologi pertanian untuk
meningkatkan hasil panen dan mempermudah pekerjaan oetani. Tetapi seiring
perkembangan teknologi masyarakat yang dulunya adalah petani karena adanya teknologi
mereka beralih profesi, contohnya petani yang beralih profesi menjadi ojek atau profesi
lainnya. Faktor yang ketiga yaitu urbanisasi, karena dorongan masyarakat pedesaan yang
menginginkan tingkat ekonomi yang tinggai banyak masyarakat pedesaan yang mengadu
nasib ke kota besar metropolitan atau ke kota kecil, tetapi hal ini tidak diiringi dengan
kemampuan/keterampilan yang mumpuni sehingga banyak masyarakat desa yang berpidah
kota tidak memiliki pekerjaan dan bahkan menjadi pengemis. Tetapi sisi baiknya pada masa
pemerintahan Presiden Joko Widodo pemerintah sedang gencar-gencarnya melakukan
pembangunan di desa-desan dengan program Dana Desa.

Anda mungkin juga menyukai