Abstrak
Konstruksi single complete denture (SCD) merupakan situasi klinis yang menantang
terutama ketika gigi geligi antagonis tidak memiliki bidang oklusal yang normal.
Malposisi, gigi yang miring atau supraposisi pada gigi antagonis merupakan beberapa
masalah yang harus dikoreksi untuk mencapai oklusi yang seimbang pada
pasien-pasien yang membutuhkan SCD. Mencapai bidang oklusal yang harmonis
merupakan tujuan utama dari semua prosedur restoratif untuk memfasilitasi
pergerakan mandibula yang normal dan kenyamanan dalam proses mengunyah.
Pembentukan bidang oklusal yang normal pada geligi antagonis merupakan
prasyarat untuk mempertahankan stabilitas SCD. Laporan klinis ini menjelaskan
restorasi dari geligi mandibula (dengan atrisi berat dan oklusi yang tidak baik) dengan
membangun bidang oklusi normal dengan bantuan oklusal plane template (OPT)
yang dibuat sendiri dilanjutkan dengan pembuatan gigi tiruan lengkap rahang atas.
Pendahuluan
Detail pasien
Pasien wanita usia 73 tahun datang pada bulan maret 2017 dengan keluhan
kehilangan gigi geligi atas dan penurunan tinggi gigi geligi bawah. Berdasarkan
riwayat medis, pasien sedang menjalani pengobtan untuk hipertensi dan
hiperkolesterolemia selama 10 tahun terakhir, dan konsisi tersebut telah terkendali.
Pasien baru-baru ini mencabutkan sisa akar gigi anterior atasnya oleh karena
karies, sedangkan gigi posterior rahang atasnya sudah hilang bertahun-tahun yang
lalu karena karies dan penyakit periodontal. Berdasarkan pemeriksaan intraoral
menunjukan complete edentulous ridge pada rahang atas dan edentulous ridge
sebagian pada rahang bawah. Pada edentulous ridge rahang atas ditemukan soket
yang baru-baru ini dilakukan pencabutan dan telah dijahit. Tidak ditemukan
permukaan yang irregular maupun undercut pada ridge rahang atas. Pada
mandibula semua gigi ada kecuali gigi 38, 45, 47, dan 48. Ditemukan beberapa
restorasi amalgam pada gigi posterior dan atrisi berat pada gigi anterior. Fistula
ditemukan pada bukan dan lingual gigi 41. Atrisi menyeluruh ditemukan pada gigi
anterior mandibula ari gigi 33 hingga 43. Foto radiologi intraoral dilakukan untuk
penelusuran fistula, gambaran umum perencanaan perawatan saluran akar,
evaluasi periodontal dan untuk memeriksa temuan radiografi lainnya. Tes vitalitas
gigi dilakukan dan beberapa gigi ditemukan non vital. Atrisi berat pada gigi anterior
mandibula mengakibatkan bidang oklusal yang irreguler, sehingga menyebabkan
distribusi gaya yang tidak menguntungkan terhadap gigi tiruan lengkap rahang atas.
Pasien diklasifikasikan berdasarkan Klasifikasi Indeks Diagnostik Prostodontik
sebagai Kelas III berdasarkan tingkat kesulitan perawatan.
Bola volli (Mikasa MVA310; Mikasa Sport) dengan keliling 65-67 cm dan
diameter sekitar 20.7 cm (8,1 inchi) digunakan. Dimensi ini sangat mendekati kurva
Monson yang memiliki diameter 8 inchi. Sebuah lembaran modelling wax dengan
ketebalan tinggal dibuat berbentuk lingkaran untuk menyiapkan sebuah cetakan
dengan diameter sekitar 10 cm dan dental gipsum tipe 3 (dental stone; pro dental)
dituangkan ke dalam cetakan tersebut seperti yang telah dijelaskan oleh Muley et al.
(2014). Setelah gips mengeras, oermukaan yang tidak rata dihaluskan dengan
dental stone tanpa mengubah kelengkungan aslinya. Dental gips yang berbentuk
konkav tersebut dipotong sehingga bisa memungkinkan masuk kedalam mesin
vakum (Ministar; Scheu Dental Technology). lembar thermoplastik yang keras
dengan ketebalan 1,5 mm, digunakan untuk beradaptasi dengan bentuk dental
stone tersebut pada mesin vakum untuk membuat OPT. Setelah didinginkan,
templat oklusal dikeluarkan dari mesin vakum dan dipotong membentuk tapal kuda
dengan ukuran yang sesuai agar dapat menyesuaikan dengan lengkung gigi
rata-rata (lihat gambar 2A dan 2B).
Penggunaan OPT
Gigi tiruan lengkap rahang atas dibuat setelah maxillomandibular relationshop record
dilakukan secara konvensional dimana dimensi vertikal oklusi dibangun kembali.
Single complete denture maksila dibuat dengan heat cured resin akrilik dengan gigi
akrilik untuk meminimalisir tekanan oklusal pada restorasi komposit pada insisal
mandibula. Situasi kasus klinis ini mungkin akan semakin memperburuk
berkembangnya sindrom kombinasi jika tidak dirawat tepat waktu (Tolstunov,2007).
sindrom kombinasi adalah kondisi gigi yang umum terlihat pada pasien dengan full
edentulous maksila dan edentulous sebagin mandibula dengan gigi anterior yang
tersisa. Namun dalam kasus ini, tidak ada resorpsi tulang yang parah pada anterior
rahang atas atau pada posterior mandibula. Meskipun kasus ini disertai atrisi parah
pada gigi anterior, hilangnya dimensi vertikal diamati tidak signifikan secara klinis.
Gigi geligi antagonis dari SCD merupakan situasi klinis yang menantang. Gigi
geligi antagonis tersebut mungkin mengalami situasi seperti edentulous parsial, atrisi,
miring atau supraposisi pada gigi. Untuk mencapai stabilitas SCD yang lebih baik,
bidng oklusal pada lengkung antagonis baik full edentulous maupun parsial
edentulous perlu diperbaiki menjadi bidang oklusal yang harmonis sehingga oklusi
yang seimbang dapat tercapai untuk menjaga stabilitas bilateral SCD yang baik.
Karena kurangnya keseimbangan oklusal biasanya menyebabkan beberapa masalah
klinis seperti ketidak stabilan gigi palsu, nyeri pada mukosa, dan cepatnya resorpsi
tulang alveolar. Tujuan mencapai bidang oklusal yang harmonis menjadi rumit jika
gigi geligi melemah dikarenakan kondisi periodontal atau lesi karies yang luas.
Laporan klinis ini menunjukan manajemen atrisi berat yang efektif pada gigi geligi
mandibula dengan gigi posterior yang miring dan supraposisi. Restorasi komposit
dilakukan untuk merestorasi gigi yang atrisi karena SCD pada rahang antagonis
dengan kekuatan oklusal yang relatif lebih rendah (Fontijn- Tekamp et al., 2000;
Michael et al., 1990). Kekuatan mastikasi pemakai gigi tiruan adalah sekitar seperlima
hingga seperempat kekuatan gigitan dan kekuatan mastikasi gigi asli sehingga
menyebabkan kekuatan oklusal berkurang pada gigi antagonis (Fontijn- Tekamp et al.,
2000; Michael et al., 1990). Pengembalian bidang oklusal kembali normal pada
rahang antagonis adalah prasyarat untuk menjaga stabilitas SCD (winkler, 1994). alat
atau tekni seperti Broderick occlusal plane analyzer, Yurkstas metal occlusal template
dan OPT telah digunakan dalam praktik klinis untuk memulihkan situasi klinis tersebut
(Small, 2005; Bedia et al., 2007, Yurkstas, 1968; Sharry, 1974, Muley et al., 2014).
Artikel ini juga menjelaskan teknik layering komposit untuk restorasi komposit
yang luas dengan bantuan OPT. Mebuat bevel pada gigi yang atrisi sebelum
dilakukan restorasi komposit menghasilkan margin restorasi yang baik karena
dilakukan penambahan komposit secara bertahap. Teknik layering komposit ini
memungkinkan gigi yang direstorasi terlihat lebih alami dan seperti aslinya karena
didasarkan pada karakteristik anatomi dan estetik gigi sebagaimana mestinya.
Dengan menggunakan material komposit dengan berbagai warna, dapat meniru
warna dentin yang lebih gelap dan opak dan warna enamel yang lebih terang hingga
translusen. Ketahanan restorasi komposit direk pada daerah anterior yang melibatkan
tepi insisal menjadi salah satu perhatian. Menggunakan crown PFM disertai dengan
crown lengthening akan memiliki ketahanan yang lebih lama dalam situasi seperti
kasus ini.
Pada laporan ini, restorasi gigi mandibula dilakukan dengan membuat bidang
oklusi normal dengan batuan OPT yang dibuat khusus disertai rekonstruksi gigi tiruan
lengkap pada maksila. OPT yang dibuat khusus ini berguna dalam mendiagnosis
ketidak harmonisan oklusal, saat mock up pada model studi serta untuk melakukan
penyempurnaan oklusal.
Kesimpulan
Daftar pustaka
Bedia, S.V., Dange, S.P., Khalikar, A.N., 2007. Determination of the occlusal plane using a
custom-made occlusal plane analyzer: a clinical report. J. Prosthet. Dent. 98, 348–352.
Dawson, P.E., 1989. Evaluation Diagnosis and Treatment of Occlusal Problems. Elsevier, St
Louis, pp. 373–381.
Fontijn-Tekamp, F.A., Slagter, A.P., Van Der Bilt, A., Van’T Hof, M. A., Witter, D.J., Kalk, W., et
al, 2000. Biting and chewing in overdentures, full dentures, and natural dentitions. J. Dent.
Res. 79, 1519–1524.
French, F.A., 1954. The problem of building satisfactory dentures. J. Prosthet. Dent. 4, 769–
781.
Glossary, 2005. The glossary of prosthodontic terms. J. Prosthet. Dent. 94, 10–92.
Koirala, S., 2015. Midline Diastema Closure with Direct-bonding Restorations. Dental Tribune
International.
Kurth, L.E., 1954. Balanced occlusion. J. Prosthet. Dent. 4, 150–167.
Michael, C.G., Javid, N.S., Colaizzi, F.A., Gibbs, C.H., 1990. Biting strength and chewing forces
in complete denture wearers. J. Prosthet. Dent. 63, 549–553.
Monson, G.S., 1920. Occlusion as applied to crown and bridgework. J. Nat. Dent. Assoc. 7,
399–417.
Monson, G.S., 1922. Some important factors which influence occlusion. J. Nat. Dent. Assoc. 9,
498–503.
Muley, B., Patil, P.G., Khalikar, A.N., 2014. A simple technique to fabricate custom made
occlusal plane template. J. Indian Prosthodont. Soc. 14 (Suppl 1), 334–336.
Ortman, H.R., 1971. The role of occlusion in preservation and prevention in complete denture
prosthodontics. J. Prosthet. Dent. 25, 121–138.
Patil, P.G., Parkhedkar, R.D., 2009. Functionally generated amalgam stops for single complete
denture: a case report. Dent‘. Res. J. 6, 51–54.
Sharry, J.J., 1974. Complete Denture Prosthodontics. McGraw-Hill, New York, pp. 313–314.
Small, B.W., 2005. Occlusal plane analysis using the Broderick flag. Gen. Dent. 53, 250–252.
Tolstunov, L., 2007. Combination syndrome: classification and case report. J. Oral. Implantol.
33, 139–151.
Winkler, S., 1994. Essentials of Complete Denture Prosthodontics. Ishiyaku Euroamerica, St.
Louis.
Yurkstas, A.A., 1968. Single dentures. In: Sharry, J.J. (Ed.), Complete Denture Prosthodontics.
second ed.McGraw-Hill,NewYork, p. 300