Anda di halaman 1dari 15

1.

Mengapa pasien mengeluhkan muntah hebat, bingung, gelisah dan


keringat dingin?
a. muntah
Faring,esophagus,lambung,bagian atas usus halus  Sinyal sensori  Imouls saraf
ditransmisikan  Oleh serabut aferen vagal maupun saraf simpatis  Ke nucleus
yang tersebar dibatang otak(pusat m,untah)  Saraf-saraf kranialis v,vi,ix,xii 
Impuls motorik  Traktus gastrointestinal  Terjadi muntah  Timbul efek:1.
bernafas dalam, 2.naiknya tulang lidah dan laring untuk tarik sfingter esophagus
bagian atas terbuka, 3.penutupan glottis untuk cegah aliran muntah masuk paru,
4.angkat palatum molle untuk tutupi nares posterior  Kontraksi diafragma dan
kontraksi semua otot dinding abdomen  Memeras perut diantara diafragma dan
otot abdomen  Tekanan intragastrik meningkat  Sfingter esophagus
bagian bawah relaksasi secara lengkap  Pengeluaran isi lambung melalui
esophagus  Muntah

Morfin mempengaruhi saraf pusat. Muntah terjadi karena morfin merangsang


medula otak. Morfin merupakan salah satu jenis opiod. Opiod ada yang
eksogen dan endogen. Eksogen contohnya morfin, sedangkan endogen berasal
dari tubuh yang dikeluarkan saat mengalami stress  sbg kompensasi dari
stress.
Opiod memiliki 4 reseptor :
a. Miu ; terdapat di batang otak dan talamus medial
b. Kappa ; didaerah limbik, batang otak, spinal cord, dan dienchepalon
c. Delta
d. Sigma
Macam-macam reseptor muntah ;
Dipicu oleh impuls aferen  ke pusat muntah yg terletak dimedula otak, sperti
CTZ, korteks serebral, dan visceral aferen dari faring dan saluran cerna 
impuls eferen menuju ke pusat salivasi, pernafasan, sal.cerna, faring, otot
pencernaan  CTZ merupakan pusat utama yg sering dipicu senyawa kimia.
Obat sitotoksis dpat memicu emesi, beberapa neurotransmitter berada di CTZ
dan saluran cerna, meliputi : kolinergik, dopaminergik, opiad, serotonergik, dan
benzodiazepin  neutransmitter tersebut dapat memicu muntah.
Morfin dapat langsung merangsang CTZ yang bisa memicu muntah.

2. Mengapa pasien merasakan nyeri ulu hati dan sesak nafas?


Nyeri Ulu hati
 Overdosis morfin inhibisi ACHE Akumulasi ACH  mengikat reseptor
muskarinik  respon parasimpatis  memacu gerakan peristaltik lambung,
sekresi HCL ,  nyeri ulu hati

Sesak Nafas
 Overdosis morfin inhibisi ACHE Akumulasi ACH  mengikat reseptor
muskarinik  respon parasimpatis  vasokontriksi bronchial
bronchospasme  sesak nafas

 Penggunaan morfin berlebihan Jumlah Asetilkolin meningkat  Gangguan


sy.syaraf aktivitas kolinergik terus-menerus  Berikatan dgn reseptor simpatis&
parasimpatis  ada gangguan nikotinik dan muskarinik, nikotinik (otot pernafasan
meningkat  bronkosfasme  sesak nafas) kalau dari muskarinik (impuls Aferen
n.Vagus di gastrointestinal bawa ke pusat muntah  Pusat muntah teraktivasi 
MUNTAH  Output > Input  DEHIDRASI

3. Mengapa didapatkan tanda-tanda presyok berupa penurunan kesadaran, - -


hipotensi, bradikardi, takipneu, dan tanda dehidrasi (mata cekung), demam dan
pupil miosis?
o Reseptor miu ada diotak, spinal cord,dll.
o Pada otak terdapat nukleus edinger wespal berperan pada n.III otot
spingter pupil apabila menggunakan opioid  menyebabkan pupil
miosis
o Pada medula oblongata (Pons ; mengatur kedalaman nafas dan frekuensi
nafas)  kemoreseptor ditekan  menyebabkan takipneu
o Bradikardi dan hipotensi ; berhubungan dengan rangsangan
n.parasimpatis  menurunkan kontraktilitas jantung
o Tanda – tanda dehidrasi : muntah 5x
 1. Muntah Ringan (Mild) : Bila muntah 1-2 kali sehari
 2. Muntah Sedang (Moderate) : Bila muntah 3-7 kali sehari
 3. Muntah Berat (Higt) : Bila muntah >8 kali sehari
Dampak muntah hebat sebanyak 5 kali , 1 gelas tiap muntah?
 Jawab :
 Kehilangan cairan elektrolit (hiponatremia dan hipokalemia)
 Dehidrasi (Pada sinta sudah terlihat kelopak mata cekung dan turgor kulit menurun )
 Kejang
 Terjadi perubahan pH tubuh
 Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini
terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum).
Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat
elektrolit tubuh.
 Dehidarasi terjadi karena:
 kekurangan zat natrium;
 kekurangan air;
 kekurangan natrium dan air.
4. Apa saja penyebab intoksikasi?

Penyebab :
- asam atau basa kuat  dapat mengenai kulit, mata, atau ditelan 
gejalanya nyeri perut, muntah
- keracunan alkohol ; gejalanya emosi, kulit memerah, muntah, depresi
pernafasan, stupor sampai koma
- keracunan arsenikum; gejalanya mulut kering, kulit merah, rasa tercekik,
sulit menelan, kolik usus, muntah, diare, perdarahan, oligouria, dan syok
- keracunan makanan kaleng; gejalanya gangguan penglihatan, disfagia,
kelemahan otot lurik
- keracunan formalin ; apabila melalui inhalasi menyebabkan iritasi mata,
hidung, saluran nafas, spasme laring. Apabila mengenai kulit menyebbkan
iritasi dan dermatitis. Jika ditelan dapat menyebabkan nyeri perut, mual,
muntah, hematuria, syok, dan gagal nafas

Self Poisoning

Attempted
Suicide
Accidental
Cara terjadinya
Poisoning
Homicidal
Poisoning
Ketergantungan
Obat

Cepat Akut
lambatnya
proses Kronis
Organ yg
Terkena

Bahan Kimia

CARA TERJADINYA
1) Self poisoning (meracuni diri)
• Minum obat dengan dosis >> tapi dengan pengetahuan dosis ini tidak berbahaya •
Hanya untuk menarik perhatian, tidak untuk bunuh diri,sering insektisida
2) Attempted Suicide
• Benar-benar ingin bunuh diri
• Berakhir kematian
• Sering: barbturat & hipnotik sedatif
3) Accidental Poisoning
 Murni kecelakaan dan tidak disengaja
 Biasanya pada anak <5th
4) Homicidal Poisoning (akibat pembunuhan)
Tindakan kriminal : diracuni
5) Ketergantungan obat
Terjadi akibat toleransi obat sehingga perlu peningkatan dosis  peningkatan dosis
tidak terukur/terkendalitimbul overdosis yg fatal

CEPAT LAMBATNYA PROSES


1. Fase akut
• Terjadi dengan cepat dan segera setelah menelan/ kontak dengan zat racun
(insektisida, makanan, pestisida)
• Percobaan bunuh diri & dosis berlebihan
• Tanda gejala : stupor.koma jika intoksikasi berat, RR 2-4x/mnt, pernafasan
mungkin berupa Cheyne Stoke
• TD mula2 baik turunsyok
• Pin point pupil
• Urin sangat kurang karena pelepasan ADH dan turunnya TD
• Suhu turun
• Akral dingin
• Tonus otot rangka menurun
• Mandibula dalam keadaan relaksasi & lidah dpt sumbat jalan napas
2. Fase kronis
• Gejala muncul relative lama sehingaa sering dengan kehilangan kesadaran
• Yg sering : bromid, salisilat, fenitoin, digitalis karena tidak diawasi
• Timbul morfinisme, fenomena berikut :
- Habituasi
Perubahan psikis emosional menjadi ketagihan
- Ketergantungan fisik
kebutuhan morfin karena faal dan biokimia tubuh tidak berfungsi lagi
tanpa morfin
- Adanya toleransi
timbul thd efek depresi tapi tidak timbul saat efek eksitasi, miosis dan efek
pada usus
• Timbul setelah 2-3minggu

ORGAN YANG TERKENA


• Hepar : hepatotoksik
• Saraf : neurotoksik
• Ginjal : nefrotoksik
• Jantung :kardiotoksik
BAHAN KIMIA
Alkohol, logam berat, organofosfat, fenol
5. Bagaimana tanda-tanda intoksikasi?
Opioid overdose does not happen immediately, it sets in usually over the
course of 1 hour to 90 minutes; as the person slowly fails to respond and
breathing becomes more difficult. While there are many signs/ symptoms of
opioid overdose, the presence of the following 3 symptoms/signs confirms that
the individual has overdosed on opioids:
- Coma: A state of unconsciousness, in which a person cannot be
awakened and fails to respond to painful stimuli, light or sound. Usually, an
IDU in a state of intoxication, seems drowsy and he can be aroused from this
state of drowsiness. However, in case of overdose, he cannot be aroused even
after calling his name or a painful stimulus (such as rubbing the sternum)
Respiratory depression:
Difficulty in breathing, in which the rate of respiration (number of breaths per
minute) decreases. Normally, one breathes (inhales and exhales air) 12 – 20
times a minute. Opioids depress the respiratory centre of the brain. As a result,
the number of breathes per minute decreases (less than 12/ minute) in overdose.
Due to severe respiratory depression, enough oxygen does not enter the body
that results in finger nails and lips turning blue, drowsiness, resulting in coma.
KERACUNAN MORFIN
Gejala kelebihan dosis :
• Pupil mata sangat kecil (pinpoint)
• pernafasan satu- satu dan coma (tiga gejala klasik).
• Bila sangat hebat, dapat terjadi dilatasi (pelebaran pupil). Sering disertai juga
nausea (mual).
• Kadang-kadang timbul edema paru (paru-paru basah).
(Harrison, 2016)
Gejala–gejala lepas obat :
• Agitasi
• nyeri otot dan tulang
• Insomnia
• nyeri kepala
• Bila pemakaian sangat banyak (dosis sangat tinggi) dapat terjadi
konvulsi(kejang) dan koma, keluar airmata (lakrimasi), keluar air dari
hidung(rhinorhea), berkeringat banyak, cold turkey, pupil dilatasi, tekanan
darah meninggi, nadi bertambah cepat, hiperpirexia (suhu tubuh sangat
meninggi), gelisah dan cemas, tremor, kadang-kadang psikosis toksik.
Gejala toksik akut morfin
• Stupor, coma; RR 2-4x/menit; Cyanosis ; Pin-point pupil; Urine formation
menurun; Temperatur tubuh menurun; Konvulsi (biasa terjadi pada anak-anak)
(Harrison, 2016)

Terdapat trias intoksikasi opioid : pin poin, depresi nafas, dan penurunan
kesadaran  segera dilakukan primary survey dan penanganan
Morfin yang digunakan terus-menerus dapat menyebabkan sensitifitas
berkurang atau jumlah neurotransmitter berkurang
Tahapan ;
1. Tahap eksitasi
Berlangsung singkat, tahap eksitasi tidak selalu muncul.
Gejala yang timbul terlihat tenang dan senang, halusinasi, kerja jantung
meningkat, wajah memerah, dan kejang. Dapat juga mengalami maniak
2. Tahap stupor
Berlangsung beberapa menit sampai jam. Tahap ini selalu muncul.
Gejala yang timbul ; kepala sakit, psuing berat, dan kelelahan, merasa
mengantuk dan ingin tidur, sianosis, pupil mengecil, pulse dan respirasi
normal
3. Tahap koma
Gejala nya ; tdk ada reaksi nyeri, refleks menghilang, pupil pin poin, refleks
cahay (-). Pada tahap 3, pupil juga dapat melebar  dicurigai asfiksi, pulse
menurun, terkadang disertai kejang, koma

6. Apa diagnosis dan DD untuk skenario?


No. Kriteria Diagnostik untuk Intoksikasi Opioid

1. Pemakaian opioid yang belum lama

2. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologi yang bermakna secara klinis (misalnya eu
awal diikuti oleh apati, disfotia, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan pertimban
gangguan fungsi sosial atau pekkerjaan) yang berkembang selama atau segera setelah
pemakaian opioid

3. Kontraksi pupil dan satu (atau lebih) tanda berikut :


a. Mengantuk atau koma;
b. Bicara cadel;
c. Gangguan atensi atau daya ingat.

4. Gejala tidak khas karena kondisi medis umum dan tidak lebih baik dieterangkan oleh ga
mental lain

Anamnesa
o Auto anamnesa (pengakuan jujur dari pasien)
o Alo anamnesa (dari keluarga yang dapat dipercaya)
2. Pemeriksaan fisik Intoxikasi akut:
o Penurunan kesadaran
o Ganguan otonom, bradikardi, hipotermia, hipotensi, sianosis, pin point pupil
o Depresi pernafasan
o Edema paru
o Kejang (jarang)
o Mata, sklera dapat ikterik akibat komplikasi pemakaian opiat secara IV
o Bicara menjadi kaku, dismetri Gejala abstinensia
o Gelisah, insomnia, berkeringat, sering menguap, pupil dilatasi, takikardi, kram
perut. Baik pada intoksikasi maupun abstinensia, pada kulit ditemukan bekas
suntikan (hiperpigmentasi) di sepanjang pembuluh vena lengan
3. Ditemukannya benda-benda yang berhubungan dengan penggunaan obat seperti
jarum suntik, pipa, aluminium foil, bubuk heroin dan lain-lain disekitar penderita
4. Pemeriksaan laboratorium
o Urine (drug screening)
Untuk mengetahui zat yang dipakai oleh penderita. Urine harus diperoleh tidak lebih
dari 24 jam setelah pemakaian zat terakhir. Metode pemeriksaan antara lain dengan
cara paper chromatography, Thin Layer Chromatography, Enzym Immunoassay
o Rambut
Dengan metode Liquid chromatography menggunakan ultraviolet dapat
dideterminasi adanya opiat pada rambut pexcandu heroin (opiat). Seseorang
dikatakan pecandu heroin, bila pada rambutnya ditemukan kandungan 10 ng
heroin/mg rambut.

7. Bagaimana pengaruh 10 ampul morfin terhadap tubuh?


Efek morfin terhadap SS6 berupa analgesia dan narkosis. Morfin dosis kecil (5-
10 mg) menimbulkan euforia pada pasienyang sedang menderita nyeri, sedih dan
gelisah dan padaorang normal seringkali menimbulkan disforia berupa
perasaankuatir atau takut disertai mual dan muntah.
MORFIN
Indikasi morfin dan opioid lain terutama diidentifikasikan untuk meredakan atau
menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-
opioid. Lebih hebat nyerinya makin besar dosis yang diperlukan.
Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai :
a) Infark miokard
b) Neoplasma
c) Kolik renal atau kolik empedu
d) Oklusi akut pembuluh darah perifer, pulmonal atau koroner
e) Perikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak spontan
f) Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah.
g) Rasa sakit hebat yang terkait dengan laba-laba janda hitam envenomation, ular
berbisa envenomation, atau gigitan atau sengatan lainnya.
h) Sakit yang disebabkan oleh cedera korosif pada mata, kulit, atau saluran pencernaan.
i) Edema paru akibat gagal jantung kongestif. Kimia-diinduksi edema paru
noncardiogenic bukan merupakan indikasi untuk terapi morfin.
Kontraindikasi
A. Diketahui hipersensitif terhadap morfin.
B. Pernapasan atau depresi sistem saraf pusat dengan kegagalan pernapasan yang akan
datang, kecuali pasien diintubasi atau peralatan dan personil terlatih berdiri untuk
intervensi jika diperlukan.
C. Dugaan cedera kepala. Morfin dapat mengaburkan atau menyebabkan depresi
sistem saraf pusat berlebihan

8. Apa antidotum untuk kasus diskenario?

Spesifik obat dan penangkalnya.


1. Nalokson
• antagonis opioid tertentu dengan tidak ada sifat agonis sendiri; dosis besar dapat
diberikan dengan aman.
• antagonis reseptor bertindak pendek. 6-alfa-naloxol memiliki setengah-hidup lebih
lama daripada naloxone.
• Biasanya diberikan secara intravena (IV), subkutan (SC) atau intramuskular (IM).
Beberapa laporan menunjukkan bahwa pemberian IM dapat memperpanjang efek
dari naloxone
• Biasanya diberikan oleh paramedis sebelum untuk pasien darurat.
• Ada bukti bahwa efek depresan antagonizes pernapasan morfin hingga enam jam.
• Dosis awal 0,4 mg biasanya IV / SC / IM. Hal ini dapat diulang sampai pasien
merespon. Beberapa studi telah mengindikasikan kisaran dosis total antara 2-6 mg
tergantung pada waktu paruh dari opioid termasuk dalam overdose.

9. Bagaimana tatalaksana untuk skenario diatas?


Intoksikasi akut (over dosis)
o Perbaiki dan pertahankan jalan nafas sebaik mungkin
o Oksigenasi yang adekuat
o Naloxone injeksi, dosis awal 0,4 – 2,0 mg IV (anak-anak 0,01 mg/kgBB) Efek
naloxane terlihat dalam 1 – 3 menit dan mencapai puncaknya pada 5-10 menit. Bila
tidak ada respon naloxane 2 mg dapat diulang tiap 5 menit hingga maksimum 10 mg.
Naloxone efektif untuk memperbaiki derjat kesadaran, depresi pernafasan, ukuran
pupil. Pasien masih harus diobservasi terhadap efek naloxone dalam 2-3 jam. Oleh
karena duration of action yang pendek. Untuk mencegah rekulensi efek opiat dapat
diberikan infus naloxone 0,4-0,8 mg/jam dicampur dengan 500cc D5% hingga gejala
minimal (menghilang)
1. nalokson. Dosis dewasa = 0,4-2,0 mg
2. Edema paru = nalokson + oksigen (dan tambahan alat bantu respirator bila
diperlukan)
3. Hipotensi  berikan cairan IV yg adekuat  pertimbangkan pemberian dopamin
dosis= 2,5 mcg/KgBB/menit
4. Jangan dicoba untuk muntah
5. Kumbah lambung
6. Activated Charcoal
7. Bila kejang  diazepam IV 5-10mg

10. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi dari kasus diatas?

Anda mungkin juga menyukai