Anda di halaman 1dari 31

STEP 2

1. Apa yang terjadi pada pasien?


2. Bagaimana terjadinya overdosis?
3. Apa saja gejala overdosis?
4. Apa saja jenis-jenis NAPZA?
5. Bagaimana tata laksana pada skenario?
6. Adakah hubungan kejiwaan dengan overdosis pada pasien?

STEP 3
1. Apa yang terjadi pada pasien?
Dari skenario diketahui bahwa pasien mengalami overdosis/intoksikasi setelah
pemakaian shabu-shabu. Shabu shabu dikonsumsi dengan cara membakarnya di
atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung yang satu ke ujung yang lain.
Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong (sejenis pipa
yang didalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap
tersaring pada waktu melewati air tersebut. Ada juga sebagian pemakai memilih
membakar shabu dengan pipa kaca karena takut efek jangka panjang yang
mungkin ditimbulkan aluminium foil yang terhirup. Shabu sering dikeluhkan
sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang berlebihan), menjadi sangat sensitif
(mudah tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering berpikir tidak positif dan
halusinasi visual. Masing masing pemakai mengalami efek tersebut dalam kadar
yang berbeda. Shabu mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap syaraf.
Pengguna shabu cenderung untuk menggunakan shabu dalam jumlah yang banyak
dalam satu sesi dan sukar untuk berhenti kecuali shabu yang dimiliki telah habis
dan pengguna juga akan selalu merasa tergantung pada shabu tersebut. Pengaruh
pemakaian langsung dapat menyebabkan nafsu makan berkurang, kecepatan napas
dan denyut jantung meningkat secara tidak normal, demam tinggi, pupil melebar,
rasa nyaman, energi dan kepercayaan diri meningkat secara tidak normal, susah
tidur, hiperaktif dan banyak bicara, mudah panik, mudah tersinggung, mudah
marah dan agresif, pembuluh darah dapat pecah dan menyebabkan kematian. Bila
penggunaannya dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan menurunnya
daya tahan tubuh terhadap infeksi dan penyakit, beresiko tinggi kurang gizi, dapat
mengalami gangguan jiwa, ketergantungan, keracunan terhadap logam berat dari
aluminium foil Sedangkan bila pecandu mengalami gejala putus obat
menyebabkan

cepat

marah,

bersemangat/ingin tidur terus.

tidak

tenang/gelisah,

cepat

lelah,

tidak

2.

Bagaimana terjadinya overdosis?

Bahan-bahan racun seperti preservatif, pestisida dsb. masuk ke dalam tubuh


organisme (jasad hidup) melalui:
1. Kulit luar
2. Mulut dan saluran makanan
3. Saluran pernapasan
Melalui kulit, bahan racun dapat memasuki pori-pori atau terserap langsung
ke dalam sistem tubuh, terutama bahan yang larut minyak (polar). Melalui mulut,
racun dapat terserap seperti halnya makanan, langsung masuk peredaran darah.
Melalui saluran pernapasan racun dapat terserap ke dalam sistem tubuh dan dapat
langsung

mempengaruhi

sistem

pernapasan

(pengambilan

oksigen

dan

pembuangan CO2). Pengaruh racun dapat timbul segera setelah masuknya racun
(acute toxicity), dalam hal ini racun tersebut racun akut. Gejala keracunan dapat
pula terjadi lambat, setelah beberapa bulan atau beberapa tahun dan di bahan
racun penyebabnya disebut racun kronis (chronic toxicity). Racun jenis
organofosfat seperti malathion yang biasa digunakan untuk pencegah serangan
kumbang ambrosia (Scolytidae) dan kumbang bubuk (pinhole borers: Lyctus,
Heterobostrychus, Dinoderus) merupakan racun akut. Racun jenis organokhlorin
atau hidrokarboberkhlor seperti DDT, Chlordan, Lindane dll. merupakan racun
kronis yang baru terasa efeknya setelah bertahun-tahun karena diperlukan waktu
yang lama untuk menumpuk (akumulasi) racun ini dalam lemak tubuh.
Sebaliknya, racun akut yang sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa larut
dalam air bekerja sangat cepat tapi tidak bersifat akumulatif dan mudah tercuci
serta terurai menjadi komponen yang tidak beracun.

3.

Apa saja gejala overdosis?

Gejala overdosis berdasarkan jenis narkoba yang dikonsumsi sebagai berikut:


1.

Kelompok Narkotika

a. Jenis Opiat
Narkoba yang termasuk jenis opiat adalah opium, morfin, heroin dan kodein.
Overdosis obat jenis ini ditandai dengan gejala-gejala berikut ini:

Nafas tersengal-sengal

Kulit lembab

Pupil mata melebar

Tertawa tidak wajar

Koma sampai meninggal dunia

b. Jenis Koka
Narkoba yang termasuk jenis koka adalah kokain dan papaverin.
Gejala overdosis koka sebagai berikut:

Perdarahan pada otak

Penyumbatan pembuluh darah

Mata bergerak tidak terkendali (Nystagmus horizontal)

Perasaan labil dan selalu berubah-ubah (Distonia)

Suhu badan naik (demam)

Tertawa tidak wajar

Muncul ilusi dan halusinasi serta sering berkhayal

Gelisah dan cemas

Dalam kondisi parah dapat meninggal dunia

c. Jenis Ganja
Ganja termasuk salah satu narkoba yang sudah cukup lama dikenal. Nama lain
ganja adalah mariyuana.
Gejala overdosis narkoba jenis ini sebagai berikut:

Kemampuan otak melemah

Rasa letih yang berlebihan

Takut yang berlebihan dan tidak terkendali

Bisa terjadi gangguan kejiwaan (schizoprenia)

Organ reproduksi kurang berfungsi dengan baik

2.

Kelompok Psikotropika

a. Golongan I (Jenis Halusinogen/Psikomimetika)

Narkoba yang tergolong di dalam kelompok ini adalah obat-obatan yang dapat
menimbulkan khayalan, ilusi dan imajinasi. Contoh: DOM, Lisergid dan
Psilosibin.
Gejala overdosis obat-obatan ini sebagai berikut:

Berkhayal

(schizoprenia) (terjadi gangguan jiwa/gila)

Koma (tidak sadarkan diri), sampai meninggal dunia

b. Golongan II (Jenis Psikostimulan)


Contoh narkoba jenis ini adalah amphetamin dan turunannya, termasuk ekstasi
dan shabu-shabu, metamfetamin, fenitilin, amfepramon dan fenfluramin.
Gejala overdosis narkoba jenis ini sebagai berikut:

Gelisah dan cemas

Demam

Timbul ilusi dan khayalan

Tertawa tidak wajar

Dalam kondisi parah dapat meninggal dunia

c. Golongan III dan IV (Jenis Antidepresant)


Contoh narkoba jenis ini adalah fenobarbital, prazepan, nitrazepan, barbiturat,
benzodiazepin, (pil nipam, BK dan mogadon)
Gejala overdosis yang dialami pemakai narkoba jenis ini sebagai berikut:

Jantung berdebar, denyut nadi cepat, dan melemah

Nafas tersengal-sengal

Pupil mata melebar

Koma, sampai meninggal dunia

Ciri-ciri korban Overdosis:

Tidak ada respon

Tidur mendengkur

Bibir dan kuku membiru

Tubuh dingin dan kulit lembab

Kejang-kejang

Gejala klinis pada kegawatdaruratan yang muncul akibat Overdosis adalah


sebagai berikut:

Penurunan kesadaran

Frekuensi pernafasan < 12 kali/menit

Pupil miosis (sering kali pin point)

Adanya riwayat pemakaian morfin/ heroin/ terdapat tanda bekas jarum

suntik (needle track sign)

4.

Apa saja jenis-jenis NAPZA?


Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi

kejiwaan / psikologi seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta dapat


menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA
adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika terdiri dari 3 golongan :
1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh :
Heroin, Kokain, Ganja.
2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.
3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh :
Codein.

5.

Bagaimana tata laksana pada skenario?

1. Stabilisasi
Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan resusitasi
kardiopulmoner yang dilakukan dengan cepat dan tepat berupa pembebasan jalan
napas, perbaikan fungsi pernapasan, dan perbaikan sistem sirkulasi darah.
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk menurunkan
pemaparan terhadap racun, mengurangi absorpsi dan mencegah kerusakan.
3. Dekontaminasi pulmonal
Dekontaminasi pulmonal berupa tindakan menjauhkan korban dari pemaparan
inhalasi zat racun, monitor kemungkinan gawat napas dan berikan oksigen lembab
100% dan jika perlu beri ventilator.
4. Dekontaminasi mata
Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata dari racun yaitu
posisi kepala pasiem ditengadahkan dan miring ke posisi mata yang terburuk
kondisinya. Buka kelopak matanya perlahan dan irigasi larutan aquades atau
NaCL 0,9% perlahan sampai zat racunnya diperkirakan sudah hilang.
5. Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku)
Tindakan dekontaminasi paling awal adalah melepaskan pakaian, arloji, sepatu
dan aksesorisd lainnnya dan masukkan dalam wadah plastik yang kedap air dan
tutup rapat, cuci bagian kulit yang terkena dengan air mengalir dan disabun
minimal 10 menit selanjutnya keringkan dengan handuk kering dan lembut.
6. Dekopntaminasi gastrointestinal
Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering, sehingga tindakan
pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau mengeluarkan isi
kambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan kumbah lambung dapat
mengurangi jumlah paparan bvahan toksik
7. Eliminasi

Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat pengeluaran racun yang


sedang beredar dalam darah, atau dalam saluran gastrointestinal setelah lebih dari
4 jam
8. Antidotum
Pada kebanyakan kasus keracunan sangat sedikit jenis racun yang ada obat
antidotumnya dan sediaan obat antidot yang tersedia secara komersial sangat
sedikit jumlahnya.

6.

Adakah hubungan kejiwaan dengan overdosis pada pasien?

Terdapat hubungan kejiwaan yang melatarbelakangi terjadinya overdosis pada


pasien, dalam hal ini terjadi kegawatdaruratan psikiatri. Kegawatdaruratan
psikiatri adalah tiap gangguan dalam berpikir ,perasaan atau tingkah laku yang
memerlukan intervensi pengobatan secepatnya. Karena berbagai alasan seperti
meningkatnya insidensi kekerasan, meningkatnya perhatian kepada peranan
penyakit organik dalam perubahan status mental, dan epidemik alkoholisme dan
gangguan penggunaan substansi lain yang menyebabkan jumlah pasien psikiatri
terus bertambah. Suatu kedaruratan psikiatri adalah gangguan dalam pikiran,
perasaan, atau tindakan yang memerlukan terapi segera. Kegawatdaruratan
Psikiatri merupakan aplikasi klinis dari psikiatri pada kondisi darurat. Kondisi ini
menuntut intervensi psikiatri seperti percobaan bunuh diri, penyalahgunaan obat,
depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau perubahan lainnya pada perilaku.

STEP 4
1. Apa yang terjadi pada pasien?
Pada skenario terjadi kegawatdaruratan akibat intoksikasi/overdosis shabu-shabu
(bagian dari NAPZA).

Kegawatdaruratan NAPZA adalah suatu keadaan yg

mengancam kehidupan seseorang akibat penggunaan zat/ obat yg berlebihan


(intoksikasi/ over dosis) sehingga dapat mengancam kehidupan apabila tidak
dilakukan penanganan dengan segera.
Jenis-jenis kegawatdaruratan NAPZA:
1. INTOKSIKASI/OVER DOSIS
Intoksikasi/overdosis adalah kondisi fisik dan perilaku abnormal akibat
penggunaan zat yang dosisnya melebihi batas toleransi tubuh.
a. INTOKSIKASI OPIOIDA
b. INTOKSIKASI SEDATIF HIPNOTIK (BENZODIAZEPIN)
c. INTOKSIKASI AMFETAMIN
d. INTOKSIKASI ALKOHOL
e. INTOKSIKASI KOKAIN
Intoksikasi Amfetamin
Tanda dan gejala intoksikasi anfetamin biasanya ditunjukkan dengan adanya dua
atau

lebih

gejala-gejala

seperti

takikardi

atau

bradikardi,

dilatasi pupil, peningkatan atau penurunan tekanan darah, banyak keringat atau
kedinginan, mual atau muntah, penurunan BB, agitasi atau retardasi psikomotor,
kelelahan otot, depresi sistem pernapasan, nyeri dada atau aritmia jantung,
kebingungan, kejang-kejang, diskinesia, distonia atau koma.

Penatalaksanaan

adalah

dengan

memberikannya

terapi

symtomatik dan pemberian terapi suportif lain, misal: anti


psikotik, antihipertensi, dll

Intoksikasi Opioida
Tanda dan gejala :

penurunan kesadaran (stupor sampai koma)

pupil pinpoint (dilatasi pupil karena anoksia akibat over dosis)

pernapasan kurang dari12x/menit sampai henti napas

ada riwayat pemakaian opioida(needle track sign)

bicara cadel

dan gangguan atensi atau daya ingat.

Perilaku mal adaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis
misalnya euforia awal yang diikuti oleh apatis, disforia,agitasi atau retardasi
psikomotor atau gangguan fungsi sosial dan fungsi pekerjaan selama atau segera
setelah pemakaian opioid

2. Bagaimana terjadinya overdosis/intoksikasi?


Amfetamin bekerja merangsang susunan saraf pusat melepaskan katekolamin
(epineprin, norepineprin, dan dopamin) dalam sinaps pusat dan menghambat
dengan meningkatkan rilis neurotransmiter entecholamin, termasuk dopamin.
Sehingga neurotransmiter tetap berada dalam sinaps dengan konsentrasi lebih
tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama dari biasanya. Semua sistem saraf
akan berpengaruh terhadap perangsangan yang diberikanel.
Efek klinis amfetamin akan muncul dalam waktu 2-4 jam setelah penggunaan.
Senyawa ini memiliki waktu paruh 4-24 jam dan dieksresikan melalui urin
sebanyak 30% dalam bentuk metabolit. Metabolit amfetamin terdiri dari phidroksiamfetamin, p-hidroksinorepedrin, dan penilaseton.

karena waktu paruhnya yang pendek menyebabkan efek dari obat ini relatif cepat
dan dapat segera terekskresikan, hal ini menjadi salah satu kesulitan tersendiri
untuk pengujian terhadap pengguna, bila pengujian dilakukan lebih dari 24 jam
jumlah metabolit sekunder yang di terdapat pada urin menjadi sangat sedikit dan
tidak dapat lagi dideteksi dengan KIT.
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat
penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler
mungkin juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan
pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular
diotak.Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat
menyebabkan kerusakan ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme
pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena
adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan
memperberat syok,asidemia,dan hipoksia

Faktor penyebab
Masuknya racun kedalam tubuh melalui mulut,inhalasi pernapasan
Terakumulasi kedalam darah,paru ,hati dan ginjal
Depresi SSP
Distress pernapasan
Pola napas inefektif

Penurunan kesadaran & depresi pernapasan


Efek toksis pada miokard &
pembuluh darah perifer

Mekanisme koping inefektif


Cemas

Depresi Cardiovascular
Hipotensi,sianosis,syok
Perubahan perfusi

3. Apa saja gejala overdosis/intoksikasi?


Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal, berdasarkan wujudnya, zat yang
dapat menyebabkan keracunan antara lain : zat padat (obat-obatan, makanan), zat
gas (CO2), dan zat cair (alkohol, bensin, minyak tanah, zat kimia, pestisida, bisa/
racun hewan).
Racun racun tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara,
diantaranya :
1.

Melalui kulit

2.

Melalui jalan napas (inhalasi)

3.

Melalui saluran pencernaan (mulut)

4.

Melalui suntikan

5.

Melalui mata (kontaminasi maata)

DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis pasti penyebab keracunan cukup sulit dilakukan karena
dibutuhkan sarana laboratorium toksikologi yang cukup handal, dan belum ada
sarana laboratorium swasata yang ikut berperan sedangkan sarana laboratorium
rumah sakit untuk pemeriksaan ini juga belum memadai dan sarana instansi resmi
pemerintah juga sangat minim jumlahnya.
Untuk membantu penegakan diagnosis maka diperlukan autoanamnesis dan
aloanamnesis yang cukup cermat serta diperlukan bukti bukti yang diperoleh
ditempat kejadian. Selanjutnya pada pemeriksaan fisik harus ditemukan dugaan
tempat masuknya racun yang dapat melalui berbagai cara yaitu inhalasi, oral,
absorpsi kulit, dan mukosa atau parental. Hal ini penting diketahui karena
berpengaruh pada efek kecepatan dan lamanya durasi (reaksi) keracunan.
Racun yang melalui rute oral biasanya bisa diketaghui melalui bau mulut atau
muntahan kecuali racun yanf sifat dasarnya tidak berbau dan berwarna sepreti
arsinikum yang sulit ditemukan hanya berdasar inspeksi saja. Luka bakar warna
keputihan pada mukosa mulut atau keabuan pad bibir dan dagu menunjukkan
akibat bahan kausatif dan korosif baik yang bersifat asam kuat maupun basa kuat.
Perbedaan pada dampak luka bakarnya yaitu nekrosis koagulatif akibat paparan
asam kuat sedangkan basa kuat menyebabkan nekrosis likuitatif.

Adapun penyebab keracunan dapat dikenali melaui bau racun tersebut atau warna
urin setelah terkontamiasi denga racun tersebut antara lain :
Karakteristik bau racun
Bau
Aseton
Almond
Bawang putih
Telur busuk

Penyebab
Isopropil alkohol, aseton
Sinida
Arsenik, selenium, talium
Hidrogen sulfida, merkaptan

Karakteristik warna urin


Warna urine
Hijau/ biru
Kuning-merah
Coklat tua
Butiran keputihan
Coklat

Penyebab
Metilin biru
Rifampisin, besi (Fe)
Fenol, kresol
Primidon
Mio/ haemoglobinuria

GEJALA KLINIS
Penilaian keadaan klinis yang paling awal adalah status kesadaran. Alat ukur yang
paling sering digunakan adalah GCS (Glasgow Coma Scale). Apabila pasien tidak
sadar dan tidak ada keterangan apapun, maka diagnosis keracunan dapat
dilakukan pereksklusionam dan semua penyebab penurunan kesdaran seperti
meningoensefalitis, trauma, perdarahan subaraknoid/ intrakranial, subdural/
ekstradural haematom, hipoglikemia, diabetik ketoasidosis, uremia, ensefalopati.
Penemuan klinis seperti ukuran pupil mata, frekuensi napas dan denyut nadi
mungkin dapat membantu penegakan diagnosis pada pasien dengan penurunan
kesadaran.
Gambaran klinis yang menunjukkan penyebab keracunan
Gambaran klinis
Kemungkinan penyebab
Pupil pin point, frekuensi napas turun Opoioid,
inhibitor
(organofosfat,
Dilatasi pupil, laju napas turun
Dilatasi pupil, takikardia

kolinesterase

carbamate

insektidida),

klonidin, fenotiazin
Benzodiazepin
Antidepresan
trisiklik,

amfetamin,

ekstasi,

kokain,

antikolonergik

(benzeksol, benztropin), antihistamin

Sianosis

Obat depresan SSP, bahan penyebab

Hipersalivasi
Nistagmus, ataksia, tanda serebral

methaemoglobinemia
Organofosfat/ karbamat, insektisida
Antikonvulsan (frenitoin, karbamazepin),

Gejala ekstrapiramidal
Seizures

alkohol
Fenotiazin, haloperidol, metoklopramid
Antidepresan trisiklik, antikonvulsan,
teofilin,

Hipertemia

antihistamin,

OAINS,

fenothiazin, isoniazid
Litium,
antidepresan

trisiklik,

antihistamin
Hipertemia dan hipertensi, takikardi,Amfetamin, ekstasi, kokain
agitasi
Hipertemia

dan

takikardi,

asidosisSalsilat

metabolik
Bradikardia

Penghambat

beta,

klonidin, antagonis
Abdominal

cramp,

diare,

digoksin,

opioid,

kalsium (kecuali

dihidropiridin), organofosfat insektisida


takikardi,Withdrawal alkohol, opiat, benzodiazepin

halusinasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Analisis toksikologi harus dilakukan sedini mungkin, hal ini selain dapat
membantu penegakan diagnosis juga berguna untuk kepentingan penyidikan polisi
pada kasusu kejahatan. Sampel yang dikirim ke laboratorium adalah 50 ml urin,
10 ml serum, bahan muntahan dan feses.
1. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan terutama bila curiga adanya aspirasi zat
racun melalui inhilasi atau adanya dugaan perforasi lambung.
2. Laboratorium klinik
Pemeriksaan ini penting dilakukan terutama analisis gas darah. Beberapa
gangguan gas darah dapat membantu penegakan diagnosis penyebab keracunan.
Pemeriksaan fingsi hati, ginjal dan sedimen urin harus pula dilakukan karena
selain berguna untuk mengetahui dampak keracunan juga dapat dijadiakan sebagai

dasar diagnosis penyebab keracunan seperti keracunan parasetamol atau makanan


yang mengandung asam jengkol.
3. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti
terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi,
takikardi supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol,
disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada
keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas,
hiperkarbia, gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantunmg
iskemik.

4. Apa saja jenis-jenis NAPZA?


Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya yang
telah populer beredar dimasyarakat perkotaan maupun di pedesaan, termasuk bagi
aparat hukum. Sebenarnya dahulu kala masyarakat juga mengenal istilah madat
sebagai sebutan untuk candu atau opium, suatu golongan narkotika yang berasal
dari getah kuncup bunga tanaman Poppy yang banyak tumbuh di sekitar Thailand,
Myanmar dan Laos (The Golden Triangle) maupun di Pakistan dan Afganistan.
Selain Narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen
Kesehatan RI adalah NAPZA yaitu singkatan dari Narkotika, Pasikotropika dan
Zat adiktif lainnya. Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat
yang umumnya mempunyai risiko yang oleh masyarakat disebut berbahaya yaitu
kecanduan (adiksi).
Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga bilamana
disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial.
Karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-Undang untuk penyalahgunaan
narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No.22 tahun
1997 tentang Narkotika.
Golongan Psikotropika adalah zat atau obat baik alami maupun sintetis namun
bukan Narkotika yang berkhasiat aktif terhadap kejiwaan (psikoaktif) melalui

pengaruhnya pada susunan syaraf pusat sehingga menimbulkan perubahaan


tertentu pada aktivitas mental dan perilaku.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semisintetis yang akan menyebabkan perubahan kesadaran,
mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit dan dapat menimbulkan
ketergantungan (adiksi).
Jenis Narkotika yang sering disalahgunakan adalah morfin, heroin (putauw),
petidin, termasuk ganja atau kanabis, mariyuana, hashis dan kokain.
Sedangkan jenis Psikotropika yang sering disalahgunakan adalah amfetamin,
ekstasi, shabu, obat penenang seperti mogadon, rohypnol, dumolid, lexotan, pil
koplo, BK, termasuk LSD, Mushroom.
Zat adiktif lainnya disini adalah bahan/zat bukan Narkotika & Psikotropika seperti
alkohol/etanol atau metanol, tembakau, gas yang dihirup (inhalansia) maupun zat
pelarut (solven).
Sering kali pemakaian rokok dan alkohol terutama pada kelompok remaja (usia
14-20 tahun) harus diwaspadai orangtua karena umumnya pemakaian kedua zat
tersebut cenderung menjadi pintu masuk penyalahgunaan Narkoba lain yang lebih
berbahaya (Putauw).
OPIAT atau Opium (candu)
Merupakan golongan Narkotika alami yang sering digunakan dengan cara dihisap
(inhalasi).

Menimbulkan rasa kesibukan (rushing sensation)

Menimbulkan semangat

Merasa waktu berjalan lambat.

Pusing, kehilangan keseimbangan/mabuk.

Merasa rangsang birahi meningkat (hambatan seksual hilang).

Timbul masalah kulit di sekitar mulut dan hidung.

MORFIN
Merupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui pengolahan
secara kimia. Umumnya candu mengandung 10% morfin. Cara pemakaiannya
disuntik di bawah kulit, ke dalam otot atau pembuluh darah (intravena)

Menimbulkan euforia.

Mual, muntah, sulit buang hajat besar (konstipasi).

Kebingungan (konfusi).

Berkeringat.

Dapat menyebabkan pingsan, jantung berdebar-debar.

Gelisah dan perubahan suasana hati.

Mulut kering dan warna muka berubah.

HEROIN atau Putaw


Merupakan golongan narkotika semisintetis yang dihasilkan atas pengolahan
morfin secara kimiawi melalui 4 tahapan sehingga diperoleh heroin paling murni
berkadar 80% hingga 99%. Heroin murni berbentuk bubuk putih sedangkan
heroin tidak murni berwarna putih keabuan (street heroin). Zat ini sangat mudah
menembus otak sehingga bereaksi lebih kuat dari pada morfin itu sendiri.
Umumnya digunakan dengan cara disuntik atau dihisap.
Timbul rasa kesibukan yang sangat cepat/rushing sensastion ( 30-60 detik)
diikuti rasa menyenangkan seperti mimpi yang penuh kedamaian dan kepuasan
atau ketenangan hati (euforia). Ingin selalu menyendiri untuk menikmatinya.

Denyut nadi melambat.

Tekanan darah menurun.

Otot-otot menjadi lemas/relaks.

Diafragma mata (pupil) mengecil (pin point).

Mengurangi bahkan menghilangkan kepercayaan diri.

Membentuk dunia sendiri (dissosial) : tidak bersahabat.

Penyimpangan perilaku : berbohong, menipu, mencuri, kriminal.

Ketergantungan dapat terjadi dalam beberapa hari.

Efek samping timbul kesulitan dorongan seksual, kesulitan membuang


hajat besar, jantung berdebar-debar, kemerahan dan gatal di sekitar hidung,
timbul gangguan kebiasaan tidur.

Jika sudah toleransi, semakin mudah depresi dan marah sedangkan efek euforia
semakin ringan atau singkat

GANJA atau kanabis


Berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica. Pada tanaman ini
terkandung 3 zat utama yaitu tetrahidrokanabinol, kanabinol dan kanabidiol. Cara
penggunaannya dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan
menggunakan pipa rokok.

Denyut jantung atau nadi lebih cepat.

Mulut dan tenggorokan kering.

Merasa lebih santai, banyak bicara dan bergembira.

Sulit mengingat sesuatu kejadian.

Kesulitan kinerja yang membutuhkan konsentrasi, reaksi yang cepat dan


koordinasi.

Kadang-kadang menjadi agresif bahkan kekerasan.

Bilamana pemakaian dihentikan dapat diikuti dengan sakit kepala, mual


yang berkepanjangan, rasa letih/capek.

Gangguan kebiasaan tidur.

Sensitif dan gelisah.

Berkeringat.

Berfantasi.

Selera makan bertambah.

LSD atau lysergic acid atau acid, trips, tabs


Termasuk sebagai golongan halusinogen (membuat khayalan) yang biasa
diperoleh dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar perangko dalam
banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil atau kapsul. Cara
menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan bereaksi
setelah 30-60 menit kemudian dan berakhir setelah 8-12 jam.

Timbul rasa yang disebut Tripping yaitu seperti halusinasi tempat, warna
dan waktu.

Biasanya halusinasi ini digabung menjadi satu hingga timbul obsesi


terhadap yang dirasakan dan ingin hanyut di dalamnya.

Menjadi sangat indah atau bahkan menyeramkan dan lama kelamaan


membuat perasaan khawatir yang berlebihan (paranoid).

Denyut jantung dan tekanan darah meningkat.

Diafragma mata melebar dan demam.

Disorientasi.

Depresi.

Pusing

Panik dan rasa takut berlebihan.

Flashback (mengingat masa lalu) selama beberapa minggu atau bulan


kemudian.

Gangguan persepsi seperti merasa kurus atau kehilangan berat badan.

KOKAIN
Mempunyai 2 bentuk yakni bentuk asam (kokain hidroklorida) dan bentuk basa
(free base). Kokain asam berupa kristal putih, rasa sedikit pahit dan lebih mudah
larut dibanding bentuk basa bebas yang tidak berbau dan rasanya pahit. Nama
jalanan kadang disebut koka, coke, happy dust, snow, charlie, srepet, salju, putih.
Disalahgunakan dengan cara menghirup yaitu membagi setumpuk kokain menjadi
beberapa bagian berbaris lurus di atas permukaan kaca dan benda yang
mempunyai permukaan datar. Kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot
atau gulungan kertas. Cara lain adalah dibakar bersama tembakau yang sering
disebut cocopuff. Menghirup kokain berisiko luka pada sekitar lubang hidung
bagian dalam.

Menimbulkan keriangan, kegembiraan yang berlebihan (ecstasy).

Hasutan (agitasi), kegelisahan, kewaspadaan dan dorongan seks.

Penggunaan jangka panjang mengurangi berat badan.

Timbul masalah kulit.

Kejang-kejang, kesulitan bernafas.

Sering mengeluarkan dahak atau lendir.

Merokok kokain merusak paru (emfisema).

Memperlambat pencernaan dan menutupi selera makan.

Paranoid.

Merasa seperti ada kutu yang merambat di atas kulit (cocaine bugs).

Gangguan penglihatan (snow light).

Kebingungan (konfusi).

Bicara seperti menelan (slurred speech).

AMFETAMIN
Nama generik/turunan amfetamin adalah D-pseudo epinefrin yang pertama kali
disintesis pada tahun 1887 dan dipasarkan tahun 1932 sebagai pengurang sumbatan
hidung (dekongestan). Berupa bubuk warna putih dan keabu-abuan. Ada 2 jenis
amfetamin yaitu MDMA (metil dioksi metamfetamin) dikenal dengan nama ectacy.
Nama lain fantacy pils, inex. Metamfetamin bekerja lebih lama dibanding MDMA
(dapat mencapai 12 jam) dan efek halusinasinya lebih kuat. Nama lainnya shabu, SS,
ice. Cara penggunaan dalam bentuk pil diminum. Dalam bentuk kristal dibakar
dengan menggunakan kertas alumunium foil dan asapnya dihisap melalui hidung,
atau dibakar dengan memakai botol kaca yang dirancang khusus (bong). Dalam
bentuk kristal yang dilarutkan dapat juga melalui suntikan ke dalam pembuluh darah
(intravena).

Jantung terasa sangat berdebar-debar (heart thumps).

Suhu badan naik/demam.

Tidak bisa tidur.

Merasa sangat bergembira (euforia).

Menimbulkan hasutan (agitasi).

Banyak bicara (talkativeness).

Menjadi lebih berani/agresif.

Kehilangan nafsu makan.

Mulut kering dan merasa haus.

Berkeringat.

Tekanan darah meningkat.

Mual dan merasa sakit.

Sakit kepala, pusing, tremor/gemetar.

Timbul rasa letih, takut dan depresi dalam beberapa hari.

Gigi rapuh, gusi menyusut karena kekurangan kalsium.

SEDATIF-HIPNOTIK (Benzodiazepin/BDZ)
Sedatif (obat penenang) dan hipnotikum (obat tidur). Nama jalanan BDZ antara lain
BK, Lexo, MG, Rohip, Dum. Cara pemakaian BDZ dapat diminum, disuntik
intravena, dan melalui dubur. Ada yang minum BDZ mencapai lebih dari 30 tablet
sekaligus. Dosis mematikan/letal tidak diketahui dengan pasti. Bila BDZ dicampur
dengan zat lain seperti alkohol, putauw bisa berakibat fatal karena menekan sistem
pusat pernafasan. Umumnya dokter memberi obat ini untuk mengatasi kecemasan
atau

panik

serta

pengaruh

tidur

sebagai

efek

utamanya,

misalnya

aprazolam/Xanax/Alviz.

Akan mengurangi pengendalian diri dan pengambilan keputusan.

Menjadi sangat acuh atau tidak peduli dan bila disuntik akan menambah
risiko terinfeksi HIV/AIDS dan hepatitis B & C akibat pemakaian jarum
bersama.

Obat tidur/hipnotikum terutama golongan barbiturat dapat disalahgunakan misalnya


seconal.

Terjadi gangguan konsentrasi dan keterampilan yang berkepanjangan.

Menghilangkan kekhawatiran dan ketegangan (tension).

Perilaku aneh atau menunjukkan tanda kebingungan proses berpikir.

Nampak bahagia dan santai.

Bicara seperti sambil menelan (slurred speech).

Jalan sempoyongan.

Tidak bisa memberi pendapat dengan baik.

ALKOHOL
Merupakan suatu zat yang paling sering disalahgunakan manusia. Alkohol diperoleh
atas peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau umbi-umbian. Dari peragian
tersebut dapat diperoleh alkohol sampai 15% tetapi dengan proses penyulingan
(destilasi) dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%.
Kadar alkohol dalam darah maksimum dicapai 30-90 menit. Setelah diserap,
alkohol/etanol disebarluaskan ke suluruh jaringan dan cairan tubuh. Dengan
peningkatan kadar alkohol dalam darah orang akan menjadi euforia, namun dengan
penurunannya orang tersebut menjadi depresi.

Dikenal 3 golongan minuman berakohol yaitu golongan A; kadar etanol 1%-5% (bir),
golongan B; kadar etanol 5%-20% (minuman anggur/wine) dan golongan C; kadar
etanol 20%-45% (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput).
Pada umumnya alkohol :

Akan menghilangkan perasaan yang menghambat atau merintangi.

Merasa lebih tegar berhubungan secara sosial (tidak menemui masalah).

Merasa senang dan banyak tertawa.

Menimbulkan kebingungan.

Tidak mampu berjalan.

INHALANSIA atau SOLVEN


Adalah uap bahan yang mudah menguap yang dihirup. Contohnya aerosol, aica
aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tinner, uap bensin.Umumnya
digunakan oleh anak di bawah umur atau golongan kurang mampu/anak jalanan.
Penggunaan menahun toluen yang terdapat pada lem dapat menimbulkan kerusakan
fungsi kecerdasan otak.

Pada mulanya merasa sedikit terangsang.

Dapat menghilangkan pengendalian diri atau fungsi hambatan.

Bernafas menjadi lambat dan sulit.

Tidak mampu membuat keputusan.

Terlihat mabuk dan jalan sempoyongan.

Mual, batuk dan bersin-bersin.

Kehilangan nafsu makan.

Halusinasi.

Perilaku menjadi agresif/berani atau bahkan kekerasan.

Bisa terjadi henti jantung (cardiac arrest).

Pemakaian yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan syaraf otak


menetap, keletihan otot, gangguan irama jantung, radang selaput mata,
kerusakan hati dan ginjal dan gangguan pada darah dan sumsum tulang.
Terjadi kemerahan yang menetap di sekitar hidung dan tenggorokan.

Dapat terjadi kecelakaan yang menyebabkan kematian di antaranya karena


jatuh, kebakar, tenggelam yang umumnya akibat intoksikasi/keracunan dan

sering sendirian. bat intoksikasi/keracunan dan sering sendirian.


5. Bagaimana tata laksana pada skenario?
Prosedur Penanganan Overdosis Opiat Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit.
Sekitar 70% pengguna narkoba menggunakan suntikkan sebagai alat/media
(Intravena Drug User/ IDU). 2% pengguna narkoba dengan suntikan meninggal
setiap tahunnya karena mengalami overdosis atau terinfeksi penyakit berbahaya.
1.

Pertolongan pertama:

Baringkan penderita di tempat tidur dan angkat dagunya.

Tekan hidungnya dengan jari.

Tiup napas bantuan sebanyak dua kali secara perlahan.

Pastikan dadanya bergerak naik turun.

Goyangkan badannya untuk mendapatkan respon.

Bila tidak ada respon, bawa penderita ke rumah sakit terdekat.

Jangan panik dan jangan menunda waktu.

2. Tindakan yang dapat dilakukan pada kegawatdaruratan:


a.

Penanganan Kegawatan

Bebaskan jalan nafas

Berikan oksigen 100% sesuai kebutuhan

Pasang infus D5% emergensi atau NaCl 0,9%; cairan koloid bila diperlukan

b. Pemberian Antidotum Nalokson.

Tanpa hipoventilasi : Dosis awal diberikan 0,4 mgiv

Dengan hipoventilasi : Dosis awal diberikan 1-2 mgiv

Bila tidak ada respon dalam 5 menit, diberikan nalokson 1-2 mgiv hingga

timbul respon perbaikan kesadaran dan hilangnya depresi pernapasan, dilatasi


pupil, atau telah mencapai dosis maksimal 10 mg. Bila tidak ada respon lapor
konsulen ke Tim Narkoba.

Efek nalokson akan berkurang 20 - 40 menit dan pasien dapat jatuh dalam

keadaan overdosis kembali, sehingga perlu pemantauan ketat tanda-tanda


penurunan kesadaran, pernapasan dan perubahan pada pupil serta tanda vital

lainnya selama 24 jam. Untuk pencegahan dapat diberikan drip nalokson satu
ampul dalam 500cc D5% atau NaCl 0,9% diberikan dalam 4 - 6 Jam
c.

Simpan sampel urin dan lakukan foto toraks

d. Pertimbangan pemasangan ETT (endotracheal tube) bila penanganan dengan


pemberian nalokson lebih dari 3 jam masih terjadi hal-hal sebagai berikut:

Pernapasan tidak adekuat

Oksigenasi kurang meski ventilasi cukup

Hipoventilasi menetap setelah pemberian nalokson ke-2

e.

Pasien dipuasakan selama 6 jam untuk menghindari aspirasi akibat spasme

pirolik
Pasien dirawat dan dikonsultasikan ke Tim Narkoba Bagian Ilmu Penyakit Dalam
untuk

penilaian

keadaan

klinis

dan

rencana

rehabilitasi.

Dalam menjalankan semua tindakan, harus tetap diperhatikan prinsip-prinsip


kewaspadaan universal oleh karena tingginya angka prevalensi hepatitis C dan
HIV/AIDS. Dianjurkan setiap IGD mempunyai persediaan 5 ampul nalokson
untuk tindakan segera.

6. Adakah hubungan kejiwaan dengan overdosis pada pasien?


Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada
kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatriks seperti percobaan
bunuh diri, penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau
perubahan lainnya pada perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik
dilakukan oleh para profesional di bidang kedokteran, ilmu perawatan, psikologi
dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik dengan
cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun 1960-an, terutama di perkotaan.
Penatalaksanaan pada pasien kegawatdaruratan psikiatrik sangat kompleks. Para
profesional yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik umumnya
beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental pasien mereka.
Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan oleh petugas
kesehatan lainnya, atau tanpa disengaja. Penatalaksanaan pasien yang menuntut
intervensi psikiatrik pada umumnya meliputi stabilisasi krisis dari masalah hidup

pasien yang bisa meliputi gejala atau kekacauan mental baik sifatnya kronis
ataupun akut.
Definisi
Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh diri,
ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi, kekerasan,
serangan panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan, serta
beberapa kondisi medis lainnya yang mematikan dan muncul dengan gejala
psikiatriks umum. Kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan
menangani kondisi ini. Kemampuan dokter untuk mengidentifikasi dan
menangani kondisi ini sangatlah penting.
Tempat Rujukan Pelayanan Kegawatdaruratan Psikiatrik
Tempat rujukan layanan kegawatdaruratan psikiatrik biasanya dikenal sebagai
Psychiatric Emergency Service, Psychiatric Emergency Care Centres, atau
Comprehensive Psychiatric Emergency Programs. Tenaga kesehatan terdiri dari
berbagai disiplin, mencakup kedokteran, ilmu perawatan, psikologi, dan karya
sosial di samping psikiater. Untuk fasilitas, kadang dirawat inap di rumah sakit
jiwa, bangsal jiwa, atau unit gawat darurat, yang menyediakan perawatan segera
bagi pasien selama 24 jam. Di dalam lingkungan yang terlindungi, pelayanan
kegawatdaruratan psikiatrik diberikan untuk memperoleh suatu kejelasan
diagnostik, menemukan solusi alternatif yang sesuai untuk pasien, dan untuk
memberikan penanganan pada pasien dalam jangka waktu tertentu. Bahkan
diagnosis tepatnya merupakan suatu prioritas sekunder dibandingkan dengan
intervensi pada keadaan kritis.
Fungsi pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik adalah menilai permasalahan
pasien, memberikan perawatan jangka pendek, memberikan pengawasan selama
24 jam , mengerahkan tim untuk menyelesaikan intervensi pada tempat kediaman
pasien, menggunakan layanan manajemen keadaan darurat untuk mencegah krisis
lebih lanjut, memberikan peringatan pada pasien rawat inap dan pasien rawat
jalan, dan menyediakan pelayanan konseling lewat telepon.

Sejarah
Sejak tahun 1960s permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik telah
mengalami suatu pertumbuhan cepat dalam kaitannya dengan peningkatan
spesialis medis, dan banyaknya pilihan perawatan maya, seperti pengobatan
psikiatriks. Sekarang keadaan kegawatdaruratan psikiatrik juga telah meningkat
dengan mantap, terutama di daerah perkotaan. Kegawatdaruratan psikiatrik
berhubungan dengan orang-orang yang yang menganggur dan tunawisma dalam
kaitannya dengan kemampuan, kenyamanan, dan kehidupan yang tidak terjamin.
Banyak dari pasien kegawatdaruratan psikiatrik terkait karakteristik demografis
dan keadaan sosial. Penanganan individual dibutuhkan untuk pasien yang
memanfaatkan pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik.
Jenis-Jenis Kegawatdaruratan Psikiatrik
1.Percobaan Bunuh Diri
Mulai tahun 2000, WHO memperkirakan satu juta orang di dunia bunuh diri
setiap tahunnya. Tidak terhitung jumlahnya yang berusaha utnuk bunuh diri.
Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk menangani gangguan mental
yang dihubungkan dengan suatu resiko bunuh diri. Para petugas kesehatan di sini
diharapkan untuk meramalkan tindakan kekerasan pasien pada diri sendiri atau
pada orang lain. Faktor yang mendorong ke arah suatu bunuh diri berasal dari
sangat banyak sumber, termasuk psikososial, biologi, hubungan antar pribadi,
religius dan antropologi. Para petugas kesehatan akan menggunakan semua
sumber daya mereka yang tersedia untuk menentukan faktor resiko, membuat
suatu

penilaian,

dan

memutuskan

perawatan

mana

yang

diperlukan

2.Perilaku Kekerasan
Agresi dapat merupakan hasil dari faktor internal dan eksternal yang menciptakan
suatu pengaktifan pada sistem syaraf yang otonom. Pengaktifan ini dapat muncul
menjadi gejala seperti meninju rahang, melompat, membanting pintu, menampar,
atau menjadi mudah terkejut. Diperkirakan bahwa 17% pengobatan ke pelayanan
kegawatdaruratan

psikiatrik

berhubungan

dengan

pembunuhan

dan

5%

melibatkan bunuh diri dan pembunuhan. Kekerasan dihubungkan dengan banyak


kondisi, seperti intoksikasi akut, penyakit kejiwaan akut, gangguan kepribadian
psikosis paranoid, gangguan kepribadian anti sosial, gangguan kepribadian
narsistik, dan gangguan kepribadian borderline. Faktor resiko lainnya yang dapat
mendorong ke arah prilaku kekerasan telah diketahui. Faktor resiko ini misalnya,
kehadiran halusinasi, delusi, kerusakan syaraf, putus sekolah, belum menikah,
kemiskinan, atau laki-laki. Faktor resiko lain prilaku kekerasan termasuk IQ yang
tinggi dan memiliki pengetahuan tentang gangguan mental. Para petugas
kesehatan menilai dengan lengkap faktor resiko prilaku kekerasan yang ada untuk
memberikan keamanan dan perawatan pada pasien.
3.Psikosis
Pasien dengan gejala psikosis sering ditemukan di bagian kegawatdaruratan
psikiatrik. Menentukan sumber psikosis dapat menjadi sulit. Kadang pasien
masuk ke dalam status psikosis setelah sebelumnya putus dari perawatan yang
direncanakan. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik tidak akan mampu
menyediakan penanganan jangka panjang untuk pasien jenis ini, cukup dengan
istirahat ringkas dan mengembalikan pasien kepada orang yang menangani kasus
mereka dan/atau memberikan lagi pengobatan psikiatrik yang diperlukan. Suatu
kunjungan pasien yang menderita suatu gangguan mental yang kronis dapat
menandakan perubahan dalam lifestyle dari individu atau suatu pergeseran kondisi
medis. Pertimbangan ini dapat berperan dalam perencanaan perawatan.
Seseorang dapat juga sedang menderita psikosis akut. Kondisi seperti itu dapat
disiapkan untuk diagnosis dengan memperoleh riwayat psikopatologi pasien,
melakukan suatu pengujian status mental, pelaksanaan pengujian psikologis,
perolehan

neuroimages,

dan

memperoleh

pengujian

neurofisiologi

lain.

Berdasarkan ini, tenaga kesehatan dapat memperoleh suatu diagnosa diferensial


dan menyiapkan pasien untuk perawatan. Seperti pertimbangan penanganan
pasien lainnya, asal psikosis akut dapat sukar ditentukan karena keadaan mental
dari pasien. Bagaimanapun, psikosis akut digolongkan sebagai keadaan yang
memerlukan penanganan darurat yang segera dan penuh perhatian. Tidak adanya
perawatan dan identifikasi dapat mengakibatkan bunuh diri, pembunuhan, atau

kekerasan.
4.Ketergantungan dan Penyalahgunaan Obat
Penyebab umum lain pada penderita dengan gejala psikosis adalah intoksikasi
obat. Gejala akut ini terjadi setelah masa pengamatan atau penanganan
psikofarmakologis yang terbatas. Bagaimanapun isunya, seperti ketergantungan
obat atau penyiksaan, sukar untuk ditangani di Unit Gawat Darurat. Intoksikasi
alkohol akut seperti halnya bentuk lain penyalahgunaan obat memerlukan
intervensi psikiatrik. Bertindak sebagai suatu penekan sistem syaraf pusat, efek
awal alkohol pada umumnya diinginkan dan ditandai oleh banyak bicara, pusing,
dan berkurangnya hambatan sosial. Di samping pertimbangan konsentrasi lemah,
penampilan verbal dan motorik, pengertian yang mendalam, pertimbangan dan
kehilangan memori jangka pendek yang bisa diakibatkan perubahan tingkah laku
yang menyebabkan luka atau kematian, tingkat alkohol di bawah 60 miligram per
deciliter darah pada umumnya tidak mematikan. Bagaimanapun, individu dengan
200 miligram per deciliter darah dipertimbangkan menderita intoksikasi dan level
konsentrasi pada 400 miligram per deciliter darah bersifat mematikan,
menyebabkan anesthesia yang lengkap dari sistem pernapasan. Di luar perubahan
tingkah laku berbahaya yang terjadi setelah mengkonsumsi sejumlah alkohol
tertentu, intoksikasi idionkrasi bisa terjadi pada beberapa individu setelah
mengkonsumsi sedikit alkohol. Kelainan ini pada umumnya terdiri dari
kebingungan, disorientasi, delusi dan halusinasi visual, agresi meningkat, amukan,
hasutan, kekerasan. Pecandu minuman alkohol yang kronis dapat menderita
halusinasi, dimana konsumsi yang diperpanjang dapat mencetuskan halusinasi
auditorik. Peristiwa seperti ini dapat terjadi untuk beberapa jam atau seminggu
penuh. Antipsikotik merupakan obat yang sering digunakan untuk menangani
gejala ini.
Klinikus harus menentukan penggunaan obat, dosis, dan waktu penggunaan untuk
menentukan perawatan jangka pendek dan panjang yang diperlukan. Perawatan
yang sesuai harus pula ditentukan. Hal ini meliputi fasilitas pasien rawat jalan,
kediaman pusat perawatan, atau rumah sakit. Perawatan segera dan jangka

panjang ditentukan oleh keseriusan dan ketergantungan fisiologis yang


ditimbulkan dari penyalahgunaan obat.
5.Reaksi dan Interaksi Obat
Overdosis, interaksi obat, dan reaksi berbahaya dari pengobatan psikiatris,
terutama antipsikotik, dimasukkan ke dalam kegawatdaruratan psikiatri.
Neuroleptic malignant syndrome adalah komplikasi mematikan dari generasi
pertama atau kedua obat antipsikotik. Jika tidak ditangani, neuroleptic malignant
syndrome dapat mengakibatkan demam, kekakuan otot, kebingungan, tanda vital
tidak stabil, atau bahkan kematian. Sindrom serotonin dapat terjadi ketika
monoamine oxidase inhibitor bercampur dengan buspirone. Gejala sindrom
serotonin yang parah meliputi hyperthermia, mata gelap, dan tachycardia yang
boleh mendorong kearah shock. Sering pasien dengan gejala medis umum yang
parah, seperti tanda vital yang tidak stabil, akan ditransfer ke unit gawat darurat
umum atau pelayanan medis untuk meningkatkan monitoring.
6.Gangguan kepribadian
Gangguan yang termanifestasi pada kelainan fungsi pada area kognisi, afek,
fungsi interpersonal dan impuls kontrol dapat digolongkan sebagai gangguan
kepribadian. Pasien yang menderita gangguan kepribadian pada umumnya tidak
akan mengeluh tentang gejala gangguan mereka. Pasien yang menderita
kegawatdaruratan dari gangguan kepribadian dapat menunjukkan perilaku curiga,
psikosis, atau delusi. Pasien rawat jalan yang dibandingkan dengan populasi yang
umum, prevalensi dari individu yang menderita gangguan kepribadian yang
dirawat di rumah sakit pada umumnya 7-25% lebih tinggi. Klinikus bekerjasama
dengan pasien untuk menstabilkan individu terkait kebutuhan dasar mereka.
7.Kecemasan
Pasien yang menderita kasus kecemasan yang ekstrim boleh mencari perawatan
ketika semua sistem pendukung telah dikerahkan dan mereka tidak mampu untuk
menghilangkan kecemasan itu. Rasa cemas bisa hadir lewat jalan yang berbeda
dari suatu dasar penyakit medis atau gangguan psikiatrik, suatu gangguan
fungsional sekunder dari gangguan psikiatrik yang lain, dari suatu gangguan

psikiatrik utama seperti gangguan panik atau gangguan cemas umum, atau sebagai
hasil stress dari kondisi seperti gangguan penyesuaian atau gangguan stress pasca
trauma. Pada umumnya langkah awal yang dilakukan klinikus adalah
menyediakan sebuah " pelabuhan aman" untuk pasien sehingga proses penilaian
dan perawatan dapat cukup terfasilitasi. Inisiasi perawatan untuk suasana hati dan
gangguan cemas sangat penting karena pasien yang menderita gangguan
kecemasan mempunyai resiko tinggi kematian prematur.
8.Bencana
Bencana alami dan hasil perbuatan manusia dapat menyebabkan stress psikologis
yang parah pada korban peristiwa tersebut. Manajemen kegawatdaruratan sering
meliputi layanan kegawatdaruratan psikiatrik yang dirancang untuk membantu
korban mengatasi situasi tersebut. Dampak bencana dapat menyebabkan orang
untuk merasa shock, merasa panik, atau kebingungan. Jam, hari, bulan dan bahkan
tahun setelah suatu bencana, individu dapat mengalami mimpi buruk, kelesuan,
penarikan diri, memori memburuk, kelelahan, hilangnya selera, kesulitan untuk
tidur, depresi, lekas marah, atau serangan panik. Dalam kaitan dengan lingkungan
yang penuh resiko dan kekacauan suatu bencana, para tenaga kesehatan menilai
dan memperlakukan pasien secepat mungkin. Kecuali jika suatu kondisi sedang
mengancam hidup pasien atau orang lain di sekitar pasien, pertimbangan dasar
penyelamatan diri dan medis lainnya diatur dulu. Segera setelah itu klinikus boleh
mengijinkan

individu

untuk

menukar

udara

agar

melegakan

perasaan

pengasingan, sifat mudah kena luka dan ketakberdayaan. Bergantung atas skala
dari bencana, banyak korban menderita penyakit gangguan stress pasca trauma
baik yang akut ataupun kronis. Pasien yang menderita gangguan ini sering datang
ke rumah sakit jiwa untuk menstabilkan diri.
9.Pelecehan
Peristiwa fisik, perkosaan atau pelecehan seksual dapat mengakibatkan hasil yang
berbahaya kepada korban dari tindakan kriminal. Korban dapat menderita
kecemasan yang ekstrim, ketakutan, ketidakberdayaan, kebingungan, gangguan
makan atau tidur, permusuhan, rasa bersalah dan malu. Penanganan pada
umumnya meliputi pertimbangan psikologis, medis, dan undang-undang yang sah.

Bergantung pada ketentuan hukum di daerah, para tenaga kesehatan diperlukan


untuk melaporkan aktivitas kriminal kepada suatu kepolisian. Tenaga kesehatan
pada umumnya mengumpulkan dan mengidentifikasi data sepanjang penilaian
awal dan menunjuk pasien yang jika perlu akan menerima perawatan medis.
Penatalaksanaan
Penanganan

di

pelayanan

kegawatdaruratan

psikiatrik

berprinsip

untuk

menstabilkan kondisi kehidupan. Ketika distabilkan, pasien yang menderita


kondisi kronis dapat dipindahkan ke tempat yang menyediakan rehabilisasi
psikiatrik jangka panjang. Bentuk yang berbeda dari pengobatan psikiatrik,
psikoterapi,

atau

terapi

ECT

dapat

digunakan

dalam

penanganan

kegawatdaruratan.
Pengenalan dan keefektifan dari pengobatan psikiatrik sebagai pilihan pengobatan
di psikiatrik telah mengurangi pemanfaatan pengekangan fisik pada kasus
kegawatdaruratan psikiatrik, dengan mengurangi gejala berbahaya sakit jiwa atau
intoksikasi obat.

Anda mungkin juga menyukai