STEP 3
1. Apa yang terjadi pada pasien?
Dari skenario diketahui bahwa pasien mengalami overdosis/intoksikasi setelah
pemakaian shabu-shabu. Shabu shabu dikonsumsi dengan cara membakarnya di
atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung yang satu ke ujung yang lain.
Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong (sejenis pipa
yang didalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap
tersaring pada waktu melewati air tersebut. Ada juga sebagian pemakai memilih
membakar shabu dengan pipa kaca karena takut efek jangka panjang yang
mungkin ditimbulkan aluminium foil yang terhirup. Shabu sering dikeluhkan
sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang berlebihan), menjadi sangat sensitif
(mudah tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering berpikir tidak positif dan
halusinasi visual. Masing masing pemakai mengalami efek tersebut dalam kadar
yang berbeda. Shabu mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap syaraf.
Pengguna shabu cenderung untuk menggunakan shabu dalam jumlah yang banyak
dalam satu sesi dan sukar untuk berhenti kecuali shabu yang dimiliki telah habis
dan pengguna juga akan selalu merasa tergantung pada shabu tersebut. Pengaruh
pemakaian langsung dapat menyebabkan nafsu makan berkurang, kecepatan napas
dan denyut jantung meningkat secara tidak normal, demam tinggi, pupil melebar,
rasa nyaman, energi dan kepercayaan diri meningkat secara tidak normal, susah
tidur, hiperaktif dan banyak bicara, mudah panik, mudah tersinggung, mudah
marah dan agresif, pembuluh darah dapat pecah dan menyebabkan kematian. Bila
penggunaannya dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan menurunnya
daya tahan tubuh terhadap infeksi dan penyakit, beresiko tinggi kurang gizi, dapat
mengalami gangguan jiwa, ketergantungan, keracunan terhadap logam berat dari
aluminium foil Sedangkan bila pecandu mengalami gejala putus obat
menyebabkan
cepat
marah,
tidak
tenang/gelisah,
cepat
lelah,
tidak
2.
mempengaruhi
sistem
pernapasan
(pengambilan
oksigen
dan
pembuangan CO2). Pengaruh racun dapat timbul segera setelah masuknya racun
(acute toxicity), dalam hal ini racun tersebut racun akut. Gejala keracunan dapat
pula terjadi lambat, setelah beberapa bulan atau beberapa tahun dan di bahan
racun penyebabnya disebut racun kronis (chronic toxicity). Racun jenis
organofosfat seperti malathion yang biasa digunakan untuk pencegah serangan
kumbang ambrosia (Scolytidae) dan kumbang bubuk (pinhole borers: Lyctus,
Heterobostrychus, Dinoderus) merupakan racun akut. Racun jenis organokhlorin
atau hidrokarboberkhlor seperti DDT, Chlordan, Lindane dll. merupakan racun
kronis yang baru terasa efeknya setelah bertahun-tahun karena diperlukan waktu
yang lama untuk menumpuk (akumulasi) racun ini dalam lemak tubuh.
Sebaliknya, racun akut yang sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa larut
dalam air bekerja sangat cepat tapi tidak bersifat akumulatif dan mudah tercuci
serta terurai menjadi komponen yang tidak beracun.
3.
Kelompok Narkotika
a. Jenis Opiat
Narkoba yang termasuk jenis opiat adalah opium, morfin, heroin dan kodein.
Overdosis obat jenis ini ditandai dengan gejala-gejala berikut ini:
Nafas tersengal-sengal
Kulit lembab
b. Jenis Koka
Narkoba yang termasuk jenis koka adalah kokain dan papaverin.
Gejala overdosis koka sebagai berikut:
c. Jenis Ganja
Ganja termasuk salah satu narkoba yang sudah cukup lama dikenal. Nama lain
ganja adalah mariyuana.
Gejala overdosis narkoba jenis ini sebagai berikut:
2.
Kelompok Psikotropika
Narkoba yang tergolong di dalam kelompok ini adalah obat-obatan yang dapat
menimbulkan khayalan, ilusi dan imajinasi. Contoh: DOM, Lisergid dan
Psilosibin.
Gejala overdosis obat-obatan ini sebagai berikut:
Berkhayal
Demam
Nafas tersengal-sengal
Tidur mendengkur
Kejang-kejang
Penurunan kesadaran
4.
5.
1. Stabilisasi
Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan resusitasi
kardiopulmoner yang dilakukan dengan cepat dan tepat berupa pembebasan jalan
napas, perbaikan fungsi pernapasan, dan perbaikan sistem sirkulasi darah.
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk menurunkan
pemaparan terhadap racun, mengurangi absorpsi dan mencegah kerusakan.
3. Dekontaminasi pulmonal
Dekontaminasi pulmonal berupa tindakan menjauhkan korban dari pemaparan
inhalasi zat racun, monitor kemungkinan gawat napas dan berikan oksigen lembab
100% dan jika perlu beri ventilator.
4. Dekontaminasi mata
Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata dari racun yaitu
posisi kepala pasiem ditengadahkan dan miring ke posisi mata yang terburuk
kondisinya. Buka kelopak matanya perlahan dan irigasi larutan aquades atau
NaCL 0,9% perlahan sampai zat racunnya diperkirakan sudah hilang.
5. Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku)
Tindakan dekontaminasi paling awal adalah melepaskan pakaian, arloji, sepatu
dan aksesorisd lainnnya dan masukkan dalam wadah plastik yang kedap air dan
tutup rapat, cuci bagian kulit yang terkena dengan air mengalir dan disabun
minimal 10 menit selanjutnya keringkan dengan handuk kering dan lembut.
6. Dekopntaminasi gastrointestinal
Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering, sehingga tindakan
pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau mengeluarkan isi
kambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan kumbah lambung dapat
mengurangi jumlah paparan bvahan toksik
7. Eliminasi
6.
STEP 4
1. Apa yang terjadi pada pasien?
Pada skenario terjadi kegawatdaruratan akibat intoksikasi/overdosis shabu-shabu
(bagian dari NAPZA).
lebih
gejala-gejala
seperti
takikardi
atau
bradikardi,
dilatasi pupil, peningkatan atau penurunan tekanan darah, banyak keringat atau
kedinginan, mual atau muntah, penurunan BB, agitasi atau retardasi psikomotor,
kelelahan otot, depresi sistem pernapasan, nyeri dada atau aritmia jantung,
kebingungan, kejang-kejang, diskinesia, distonia atau koma.
Penatalaksanaan
adalah
dengan
memberikannya
terapi
Intoksikasi Opioida
Tanda dan gejala :
bicara cadel
Perilaku mal adaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis
misalnya euforia awal yang diikuti oleh apatis, disforia,agitasi atau retardasi
psikomotor atau gangguan fungsi sosial dan fungsi pekerjaan selama atau segera
setelah pemakaian opioid
karena waktu paruhnya yang pendek menyebabkan efek dari obat ini relatif cepat
dan dapat segera terekskresikan, hal ini menjadi salah satu kesulitan tersendiri
untuk pengujian terhadap pengguna, bila pengujian dilakukan lebih dari 24 jam
jumlah metabolit sekunder yang di terdapat pada urin menjadi sangat sedikit dan
tidak dapat lagi dideteksi dengan KIT.
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat
penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler
mungkin juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan
pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular
diotak.Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat
menyebabkan kerusakan ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme
pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena
adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan
memperberat syok,asidemia,dan hipoksia
Faktor penyebab
Masuknya racun kedalam tubuh melalui mulut,inhalasi pernapasan
Terakumulasi kedalam darah,paru ,hati dan ginjal
Depresi SSP
Distress pernapasan
Pola napas inefektif
Depresi Cardiovascular
Hipotensi,sianosis,syok
Perubahan perfusi
Melalui kulit
2.
3.
4.
Melalui suntikan
5.
DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis pasti penyebab keracunan cukup sulit dilakukan karena
dibutuhkan sarana laboratorium toksikologi yang cukup handal, dan belum ada
sarana laboratorium swasata yang ikut berperan sedangkan sarana laboratorium
rumah sakit untuk pemeriksaan ini juga belum memadai dan sarana instansi resmi
pemerintah juga sangat minim jumlahnya.
Untuk membantu penegakan diagnosis maka diperlukan autoanamnesis dan
aloanamnesis yang cukup cermat serta diperlukan bukti bukti yang diperoleh
ditempat kejadian. Selanjutnya pada pemeriksaan fisik harus ditemukan dugaan
tempat masuknya racun yang dapat melalui berbagai cara yaitu inhalasi, oral,
absorpsi kulit, dan mukosa atau parental. Hal ini penting diketahui karena
berpengaruh pada efek kecepatan dan lamanya durasi (reaksi) keracunan.
Racun yang melalui rute oral biasanya bisa diketaghui melalui bau mulut atau
muntahan kecuali racun yanf sifat dasarnya tidak berbau dan berwarna sepreti
arsinikum yang sulit ditemukan hanya berdasar inspeksi saja. Luka bakar warna
keputihan pada mukosa mulut atau keabuan pad bibir dan dagu menunjukkan
akibat bahan kausatif dan korosif baik yang bersifat asam kuat maupun basa kuat.
Perbedaan pada dampak luka bakarnya yaitu nekrosis koagulatif akibat paparan
asam kuat sedangkan basa kuat menyebabkan nekrosis likuitatif.
Adapun penyebab keracunan dapat dikenali melaui bau racun tersebut atau warna
urin setelah terkontamiasi denga racun tersebut antara lain :
Karakteristik bau racun
Bau
Aseton
Almond
Bawang putih
Telur busuk
Penyebab
Isopropil alkohol, aseton
Sinida
Arsenik, selenium, talium
Hidrogen sulfida, merkaptan
Penyebab
Metilin biru
Rifampisin, besi (Fe)
Fenol, kresol
Primidon
Mio/ haemoglobinuria
GEJALA KLINIS
Penilaian keadaan klinis yang paling awal adalah status kesadaran. Alat ukur yang
paling sering digunakan adalah GCS (Glasgow Coma Scale). Apabila pasien tidak
sadar dan tidak ada keterangan apapun, maka diagnosis keracunan dapat
dilakukan pereksklusionam dan semua penyebab penurunan kesdaran seperti
meningoensefalitis, trauma, perdarahan subaraknoid/ intrakranial, subdural/
ekstradural haematom, hipoglikemia, diabetik ketoasidosis, uremia, ensefalopati.
Penemuan klinis seperti ukuran pupil mata, frekuensi napas dan denyut nadi
mungkin dapat membantu penegakan diagnosis pada pasien dengan penurunan
kesadaran.
Gambaran klinis yang menunjukkan penyebab keracunan
Gambaran klinis
Kemungkinan penyebab
Pupil pin point, frekuensi napas turun Opoioid,
inhibitor
(organofosfat,
Dilatasi pupil, laju napas turun
Dilatasi pupil, takikardia
kolinesterase
carbamate
insektidida),
klonidin, fenotiazin
Benzodiazepin
Antidepresan
trisiklik,
amfetamin,
ekstasi,
kokain,
antikolonergik
Sianosis
Hipersalivasi
Nistagmus, ataksia, tanda serebral
methaemoglobinemia
Organofosfat/ karbamat, insektisida
Antikonvulsan (frenitoin, karbamazepin),
Gejala ekstrapiramidal
Seizures
alkohol
Fenotiazin, haloperidol, metoklopramid
Antidepresan trisiklik, antikonvulsan,
teofilin,
Hipertemia
antihistamin,
OAINS,
fenothiazin, isoniazid
Litium,
antidepresan
trisiklik,
antihistamin
Hipertemia dan hipertensi, takikardi,Amfetamin, ekstasi, kokain
agitasi
Hipertemia
dan
takikardi,
asidosisSalsilat
metabolik
Bradikardia
Penghambat
beta,
klonidin, antagonis
Abdominal
cramp,
diare,
digoksin,
opioid,
kalsium (kecuali
halusinasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Analisis toksikologi harus dilakukan sedini mungkin, hal ini selain dapat
membantu penegakan diagnosis juga berguna untuk kepentingan penyidikan polisi
pada kasusu kejahatan. Sampel yang dikirim ke laboratorium adalah 50 ml urin,
10 ml serum, bahan muntahan dan feses.
1. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan terutama bila curiga adanya aspirasi zat
racun melalui inhilasi atau adanya dugaan perforasi lambung.
2. Laboratorium klinik
Pemeriksaan ini penting dilakukan terutama analisis gas darah. Beberapa
gangguan gas darah dapat membantu penegakan diagnosis penyebab keracunan.
Pemeriksaan fingsi hati, ginjal dan sedimen urin harus pula dilakukan karena
selain berguna untuk mengetahui dampak keracunan juga dapat dijadiakan sebagai
Menimbulkan semangat
MORFIN
Merupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui pengolahan
secara kimia. Umumnya candu mengandung 10% morfin. Cara pemakaiannya
disuntik di bawah kulit, ke dalam otot atau pembuluh darah (intravena)
Menimbulkan euforia.
Kebingungan (konfusi).
Berkeringat.
Jika sudah toleransi, semakin mudah depresi dan marah sedangkan efek euforia
semakin ringan atau singkat
Berkeringat.
Berfantasi.
Timbul rasa yang disebut Tripping yaitu seperti halusinasi tempat, warna
dan waktu.
Disorientasi.
Depresi.
Pusing
KOKAIN
Mempunyai 2 bentuk yakni bentuk asam (kokain hidroklorida) dan bentuk basa
(free base). Kokain asam berupa kristal putih, rasa sedikit pahit dan lebih mudah
larut dibanding bentuk basa bebas yang tidak berbau dan rasanya pahit. Nama
jalanan kadang disebut koka, coke, happy dust, snow, charlie, srepet, salju, putih.
Disalahgunakan dengan cara menghirup yaitu membagi setumpuk kokain menjadi
beberapa bagian berbaris lurus di atas permukaan kaca dan benda yang
mempunyai permukaan datar. Kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot
atau gulungan kertas. Cara lain adalah dibakar bersama tembakau yang sering
disebut cocopuff. Menghirup kokain berisiko luka pada sekitar lubang hidung
bagian dalam.
Paranoid.
Merasa seperti ada kutu yang merambat di atas kulit (cocaine bugs).
Kebingungan (konfusi).
AMFETAMIN
Nama generik/turunan amfetamin adalah D-pseudo epinefrin yang pertama kali
disintesis pada tahun 1887 dan dipasarkan tahun 1932 sebagai pengurang sumbatan
hidung (dekongestan). Berupa bubuk warna putih dan keabu-abuan. Ada 2 jenis
amfetamin yaitu MDMA (metil dioksi metamfetamin) dikenal dengan nama ectacy.
Nama lain fantacy pils, inex. Metamfetamin bekerja lebih lama dibanding MDMA
(dapat mencapai 12 jam) dan efek halusinasinya lebih kuat. Nama lainnya shabu, SS,
ice. Cara penggunaan dalam bentuk pil diminum. Dalam bentuk kristal dibakar
dengan menggunakan kertas alumunium foil dan asapnya dihisap melalui hidung,
atau dibakar dengan memakai botol kaca yang dirancang khusus (bong). Dalam
bentuk kristal yang dilarutkan dapat juga melalui suntikan ke dalam pembuluh darah
(intravena).
Berkeringat.
SEDATIF-HIPNOTIK (Benzodiazepin/BDZ)
Sedatif (obat penenang) dan hipnotikum (obat tidur). Nama jalanan BDZ antara lain
BK, Lexo, MG, Rohip, Dum. Cara pemakaian BDZ dapat diminum, disuntik
intravena, dan melalui dubur. Ada yang minum BDZ mencapai lebih dari 30 tablet
sekaligus. Dosis mematikan/letal tidak diketahui dengan pasti. Bila BDZ dicampur
dengan zat lain seperti alkohol, putauw bisa berakibat fatal karena menekan sistem
pusat pernafasan. Umumnya dokter memberi obat ini untuk mengatasi kecemasan
atau
panik
serta
pengaruh
tidur
sebagai
efek
utamanya,
misalnya
aprazolam/Xanax/Alviz.
Menjadi sangat acuh atau tidak peduli dan bila disuntik akan menambah
risiko terinfeksi HIV/AIDS dan hepatitis B & C akibat pemakaian jarum
bersama.
Jalan sempoyongan.
ALKOHOL
Merupakan suatu zat yang paling sering disalahgunakan manusia. Alkohol diperoleh
atas peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau umbi-umbian. Dari peragian
tersebut dapat diperoleh alkohol sampai 15% tetapi dengan proses penyulingan
(destilasi) dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%.
Kadar alkohol dalam darah maksimum dicapai 30-90 menit. Setelah diserap,
alkohol/etanol disebarluaskan ke suluruh jaringan dan cairan tubuh. Dengan
peningkatan kadar alkohol dalam darah orang akan menjadi euforia, namun dengan
penurunannya orang tersebut menjadi depresi.
Dikenal 3 golongan minuman berakohol yaitu golongan A; kadar etanol 1%-5% (bir),
golongan B; kadar etanol 5%-20% (minuman anggur/wine) dan golongan C; kadar
etanol 20%-45% (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput).
Pada umumnya alkohol :
Menimbulkan kebingungan.
Halusinasi.
Pertolongan pertama:
Penanganan Kegawatan
Pasang infus D5% emergensi atau NaCl 0,9%; cairan koloid bila diperlukan
Bila tidak ada respon dalam 5 menit, diberikan nalokson 1-2 mgiv hingga
Efek nalokson akan berkurang 20 - 40 menit dan pasien dapat jatuh dalam
lainnya selama 24 jam. Untuk pencegahan dapat diberikan drip nalokson satu
ampul dalam 500cc D5% atau NaCl 0,9% diberikan dalam 4 - 6 Jam
c.
e.
pirolik
Pasien dirawat dan dikonsultasikan ke Tim Narkoba Bagian Ilmu Penyakit Dalam
untuk
penilaian
keadaan
klinis
dan
rencana
rehabilitasi.
pasien yang bisa meliputi gejala atau kekacauan mental baik sifatnya kronis
ataupun akut.
Definisi
Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh diri,
ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi, kekerasan,
serangan panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan, serta
beberapa kondisi medis lainnya yang mematikan dan muncul dengan gejala
psikiatriks umum. Kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan
menangani kondisi ini. Kemampuan dokter untuk mengidentifikasi dan
menangani kondisi ini sangatlah penting.
Tempat Rujukan Pelayanan Kegawatdaruratan Psikiatrik
Tempat rujukan layanan kegawatdaruratan psikiatrik biasanya dikenal sebagai
Psychiatric Emergency Service, Psychiatric Emergency Care Centres, atau
Comprehensive Psychiatric Emergency Programs. Tenaga kesehatan terdiri dari
berbagai disiplin, mencakup kedokteran, ilmu perawatan, psikologi, dan karya
sosial di samping psikiater. Untuk fasilitas, kadang dirawat inap di rumah sakit
jiwa, bangsal jiwa, atau unit gawat darurat, yang menyediakan perawatan segera
bagi pasien selama 24 jam. Di dalam lingkungan yang terlindungi, pelayanan
kegawatdaruratan psikiatrik diberikan untuk memperoleh suatu kejelasan
diagnostik, menemukan solusi alternatif yang sesuai untuk pasien, dan untuk
memberikan penanganan pada pasien dalam jangka waktu tertentu. Bahkan
diagnosis tepatnya merupakan suatu prioritas sekunder dibandingkan dengan
intervensi pada keadaan kritis.
Fungsi pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik adalah menilai permasalahan
pasien, memberikan perawatan jangka pendek, memberikan pengawasan selama
24 jam , mengerahkan tim untuk menyelesaikan intervensi pada tempat kediaman
pasien, menggunakan layanan manajemen keadaan darurat untuk mencegah krisis
lebih lanjut, memberikan peringatan pada pasien rawat inap dan pasien rawat
jalan, dan menyediakan pelayanan konseling lewat telepon.
Sejarah
Sejak tahun 1960s permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik telah
mengalami suatu pertumbuhan cepat dalam kaitannya dengan peningkatan
spesialis medis, dan banyaknya pilihan perawatan maya, seperti pengobatan
psikiatriks. Sekarang keadaan kegawatdaruratan psikiatrik juga telah meningkat
dengan mantap, terutama di daerah perkotaan. Kegawatdaruratan psikiatrik
berhubungan dengan orang-orang yang yang menganggur dan tunawisma dalam
kaitannya dengan kemampuan, kenyamanan, dan kehidupan yang tidak terjamin.
Banyak dari pasien kegawatdaruratan psikiatrik terkait karakteristik demografis
dan keadaan sosial. Penanganan individual dibutuhkan untuk pasien yang
memanfaatkan pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik.
Jenis-Jenis Kegawatdaruratan Psikiatrik
1.Percobaan Bunuh Diri
Mulai tahun 2000, WHO memperkirakan satu juta orang di dunia bunuh diri
setiap tahunnya. Tidak terhitung jumlahnya yang berusaha utnuk bunuh diri.
Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk menangani gangguan mental
yang dihubungkan dengan suatu resiko bunuh diri. Para petugas kesehatan di sini
diharapkan untuk meramalkan tindakan kekerasan pasien pada diri sendiri atau
pada orang lain. Faktor yang mendorong ke arah suatu bunuh diri berasal dari
sangat banyak sumber, termasuk psikososial, biologi, hubungan antar pribadi,
religius dan antropologi. Para petugas kesehatan akan menggunakan semua
sumber daya mereka yang tersedia untuk menentukan faktor resiko, membuat
suatu
penilaian,
dan
memutuskan
perawatan
mana
yang
diperlukan
2.Perilaku Kekerasan
Agresi dapat merupakan hasil dari faktor internal dan eksternal yang menciptakan
suatu pengaktifan pada sistem syaraf yang otonom. Pengaktifan ini dapat muncul
menjadi gejala seperti meninju rahang, melompat, membanting pintu, menampar,
atau menjadi mudah terkejut. Diperkirakan bahwa 17% pengobatan ke pelayanan
kegawatdaruratan
psikiatrik
berhubungan
dengan
pembunuhan
dan
5%
neuroimages,
dan
memperoleh
pengujian
neurofisiologi
lain.
kekerasan.
4.Ketergantungan dan Penyalahgunaan Obat
Penyebab umum lain pada penderita dengan gejala psikosis adalah intoksikasi
obat. Gejala akut ini terjadi setelah masa pengamatan atau penanganan
psikofarmakologis yang terbatas. Bagaimanapun isunya, seperti ketergantungan
obat atau penyiksaan, sukar untuk ditangani di Unit Gawat Darurat. Intoksikasi
alkohol akut seperti halnya bentuk lain penyalahgunaan obat memerlukan
intervensi psikiatrik. Bertindak sebagai suatu penekan sistem syaraf pusat, efek
awal alkohol pada umumnya diinginkan dan ditandai oleh banyak bicara, pusing,
dan berkurangnya hambatan sosial. Di samping pertimbangan konsentrasi lemah,
penampilan verbal dan motorik, pengertian yang mendalam, pertimbangan dan
kehilangan memori jangka pendek yang bisa diakibatkan perubahan tingkah laku
yang menyebabkan luka atau kematian, tingkat alkohol di bawah 60 miligram per
deciliter darah pada umumnya tidak mematikan. Bagaimanapun, individu dengan
200 miligram per deciliter darah dipertimbangkan menderita intoksikasi dan level
konsentrasi pada 400 miligram per deciliter darah bersifat mematikan,
menyebabkan anesthesia yang lengkap dari sistem pernapasan. Di luar perubahan
tingkah laku berbahaya yang terjadi setelah mengkonsumsi sejumlah alkohol
tertentu, intoksikasi idionkrasi bisa terjadi pada beberapa individu setelah
mengkonsumsi sedikit alkohol. Kelainan ini pada umumnya terdiri dari
kebingungan, disorientasi, delusi dan halusinasi visual, agresi meningkat, amukan,
hasutan, kekerasan. Pecandu minuman alkohol yang kronis dapat menderita
halusinasi, dimana konsumsi yang diperpanjang dapat mencetuskan halusinasi
auditorik. Peristiwa seperti ini dapat terjadi untuk beberapa jam atau seminggu
penuh. Antipsikotik merupakan obat yang sering digunakan untuk menangani
gejala ini.
Klinikus harus menentukan penggunaan obat, dosis, dan waktu penggunaan untuk
menentukan perawatan jangka pendek dan panjang yang diperlukan. Perawatan
yang sesuai harus pula ditentukan. Hal ini meliputi fasilitas pasien rawat jalan,
kediaman pusat perawatan, atau rumah sakit. Perawatan segera dan jangka
psikiatrik utama seperti gangguan panik atau gangguan cemas umum, atau sebagai
hasil stress dari kondisi seperti gangguan penyesuaian atau gangguan stress pasca
trauma. Pada umumnya langkah awal yang dilakukan klinikus adalah
menyediakan sebuah " pelabuhan aman" untuk pasien sehingga proses penilaian
dan perawatan dapat cukup terfasilitasi. Inisiasi perawatan untuk suasana hati dan
gangguan cemas sangat penting karena pasien yang menderita gangguan
kecemasan mempunyai resiko tinggi kematian prematur.
8.Bencana
Bencana alami dan hasil perbuatan manusia dapat menyebabkan stress psikologis
yang parah pada korban peristiwa tersebut. Manajemen kegawatdaruratan sering
meliputi layanan kegawatdaruratan psikiatrik yang dirancang untuk membantu
korban mengatasi situasi tersebut. Dampak bencana dapat menyebabkan orang
untuk merasa shock, merasa panik, atau kebingungan. Jam, hari, bulan dan bahkan
tahun setelah suatu bencana, individu dapat mengalami mimpi buruk, kelesuan,
penarikan diri, memori memburuk, kelelahan, hilangnya selera, kesulitan untuk
tidur, depresi, lekas marah, atau serangan panik. Dalam kaitan dengan lingkungan
yang penuh resiko dan kekacauan suatu bencana, para tenaga kesehatan menilai
dan memperlakukan pasien secepat mungkin. Kecuali jika suatu kondisi sedang
mengancam hidup pasien atau orang lain di sekitar pasien, pertimbangan dasar
penyelamatan diri dan medis lainnya diatur dulu. Segera setelah itu klinikus boleh
mengijinkan
individu
untuk
menukar
udara
agar
melegakan
perasaan
pengasingan, sifat mudah kena luka dan ketakberdayaan. Bergantung atas skala
dari bencana, banyak korban menderita penyakit gangguan stress pasca trauma
baik yang akut ataupun kronis. Pasien yang menderita gangguan ini sering datang
ke rumah sakit jiwa untuk menstabilkan diri.
9.Pelecehan
Peristiwa fisik, perkosaan atau pelecehan seksual dapat mengakibatkan hasil yang
berbahaya kepada korban dari tindakan kriminal. Korban dapat menderita
kecemasan yang ekstrim, ketakutan, ketidakberdayaan, kebingungan, gangguan
makan atau tidur, permusuhan, rasa bersalah dan malu. Penanganan pada
umumnya meliputi pertimbangan psikologis, medis, dan undang-undang yang sah.
di
pelayanan
kegawatdaruratan
psikiatrik
berprinsip
untuk
atau
terapi
ECT
dapat
digunakan
dalam
penanganan
kegawatdaruratan.
Pengenalan dan keefektifan dari pengobatan psikiatrik sebagai pilihan pengobatan
di psikiatrik telah mengurangi pemanfaatan pengekangan fisik pada kasus
kegawatdaruratan psikiatrik, dengan mengurangi gejala berbahaya sakit jiwa atau
intoksikasi obat.