Anda di halaman 1dari 35

Refarat

KERACUNAN NARKOTIKA

oleh:
mardiati
lilis suriani

pembimbing

dr. Netty Herawati, M.Ked (For), SP.F

FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM UNIVERSITAS


ABULYATAMA ACEH SMF ILMU FORENSIK RSUD LANGSA
TAHUN 2017
Keracunan
Pada peristiwa keracunan atau kecelakaan yang disebabkan oleh bahan-
bahan kimia beracun atau bahan-bahan racun/toksis lainnya, yang
mula-mula harus dilakukan ialah mengenali (mengidentifikasi) bahan-
bahan yang diduga menjadi penyebab keracunan.
Mempengaruhi sistem sirkulasi darah

• Jaringan darah (pembuluh darah),


• Jantung merendahkan tekanan/denyut jantung (hypotentie cardiac)
• cardiac arrhytrnias
• cardiac arrest
Mempengaruhi sistem saraf pusat:
• hyperexitability
• Rasa sakit
• Depresi
• Gangguan
• kelainan kejiwaan
• gastro intestinal tracts
• urinary retention
• Kerusakan
• hepar
• dehydrasi
• Luka bakar kimia pada kulit,
Narkotika
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika
pasal 6 ayat 1, penggolongan narkotika terdiri dari 3 golongan, yaitu:

Golongan I Golongan II Golongan III


• Hanya digunakan • Untuk • Digunakan dalam
untuk kepentingan pengobatan terapi
pengembangan ilmu pilihan terakhir • Potensi
pengetahuan • Untuk ketergantungan
• Tidak digunakan pengembangan ringan
dalam terapi ilmu pengetahuan
• Potensi • Potensi
ketergantungan ketergantungan
sangat tinggi tinggi
Dalam bidang kedokteran beberapa jenis
narkotika biasa digunakan misalnya:

• Kokain digunakan sebagai penekan rasa sakit dikulit


• Kodein merupakan analgesic
• Morfin adalah hasil olahan dari opium atau candu mentah.
• Heroin digunakan sebagai obat penghilang sakit (pain killer).
Opium

Sumber opium, zat-zat dari opium yang belum diolah dan morfin
bersumber dari bunga opium Papaver somniferum.
DEFINISI
opiod adalah semua zat baik sintetik atau natural yang dapat
berikatan dengan reseptor morfin.
Opioid disebut juga sebagai analgesia narkotik yang sering digunakan
dalam anastesia untuk mengendalikan nyeri saat pembedahan dan nyeri
paska pembedahan.
Reseptor Opioid

Reseptor opioid yang terdapat didalam susunan saraf pusat sama


baiknya dengan yang ada disepanjang jaringan perifer.

nama-nama dari reseptor opioid berdasarkan atas bentuk dasar


agonistnya:
• Mu (µ) (agonis morphine)
• Kappa (κ) (agonis ketocyklazocine)
• Delta (δ) (agonis delta-alanine-delta-leucine-enkephalin)
• Sigma (σ) (agonis N-allylnormetazocine)
Klasifikasi Opioid

Yang termasuk golongan opioid ialah:


• Obat yang berasal dari opium-morfin
• Senyawa semisintetik morfin
• Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.
Berikut ini merupakan turunan opioid
yang sering disalahgunakan:
1. Candu
2. Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap (menggores) buah yang
hendak masak
3. Morfin
4. Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah.
5. Heroin (putaw)
6. Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan jenis
opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir – akhir ini.
7. Kodein
8. Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah
daripada heroin dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah.
9. Demerol
10.Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau dengan
suntikan.
Pemeriksaan Toksikologi Narkotika

Pemeriksaan Fisik
• Tanda-tanda vital
• Mata
Konstriksi pupil (miosis) adalah khas untuk keracunan narkotika, klonidin,
fenotiazin, insektisida organofosfat dan penghambat kolinesterase lainnya, serta kornea
yang dalatasi akibat obat sedatif. Dilatasi pupil (midriasis) umumnya terdapat pada
amfetamin, kokain, LSD, atropin dan obat antirnuskarinik lain. Nistagmus horizontal
dicirikan pada keracunan dengan fenitoin, alkohol, barbiturat dan obat seclatit lain.
Adanya nistagmus horizontal dan vertikal memberi kesan yang kuat keracunan
fensiklidin. Ptosis dan oftalmoplegia merupakan gambaran karakteristik dari
botulinum.
• Mulut
Mulut dapat memperlihatkan tanda-tanda luka bakar akibat zat-zat
korosif atau jelaga dan inhalasi asap. Bau yang khas dan alkohol,
pelarut hidrokarbon, Paraldehid, atau amonia mungkin perlu dicatat.
Keracunan dengan sianida dapat dikenali oleh beberapa pemeiriksa
sebagai bau seperti bitter almonds. Arsen dan organofosfat telah
dilaporkan menghasilkan bau seperti bau bawang putih.
• Kulit
Kulit sering tampak merah, panas dan kering pada keracunan
dengan atropin dan antim, muskarinik lain. Keringat yang herlebihan
ditemukan pada keracunan dengan organofosfat, nikotin dan obat-obat
simpatomimetik. Sianosis dapat disehabkan oleh hipoksemia atau
methemoglohinemia. Ikterus dapat memberi kesan adanya nekrosis
hati akilat keracunan asetaminofen atau jamur A manila phailoides.
• Abdomen
Pemeriksaan abdomen dapat menunjukkan ileus, yang khas pada keracunan
dengan antimuskarinik, narkotik dan obat sedatif. Bunyi usus yang hiperaktif,
kram perut dan diare adalah umum terjadi pada keracunan dengan
organofosfat, besi, arsen, teofihin dan A. phalloides.
• Sistem saraf
Pemeriksaan neurologik yang teliti adalah esensial. Kejang fokal atau defisit
motorik lebih menggambarkan lesi struktural (seperti perdarahan intrakranial
akibat trauma) daripada ensefalopati toksik atau metabolik. Nistagmus,
disartria dan ataksia adalah khas pada keracunan fenitoin, alkohol, barbiturat
dan keracunan sedatif lainnya. Kekakuan dan hiperaktivitas otot umum
ditemukan pada metakualon, haloperidol, fensiklidin (PCP) dan obat-obat
simpatomimetik. Kejang sering disebabkan oleh antidepresan trisiktik,
teotilin, isoniazid dan fenotiazin. Koma ringan tanpa refleks dan bahkan
EEG isoelektrik mungkin terlihat pada koma yang dalam karena obat
narkotika dan sedatif-hipnotik dan mungkin menyerupai kematian otak.
Sindrom Toksik

• Berdasarkan pemeriksaan Fisik awal, diagnosis tentatif


jenis keracunan dapat dimungkinkan.
Morfin (Gambaran Forensik)
Pemeriksaan Barang Bukti Hidup Pada Kasus Pemakai Morfin

• Kasus keracunan merupakan kasus yang cukup pelik, karena gejala


pada umumnya sangat tersamar, sedangkan keterangan dari penyidik
umumnya sangat minim.
Gejala klinis:

• Pada umumnya sama dengan gejala klinis keracunan barbiturate; antara lain
nausea, vomiting, nyeri kepala, otot lemah, ataxia, suka berbicara, suhu
menurun, pupil menyempit, tensi menurun dan sianosis.
• Pada keracunan akut: miosis, koma dan respirasi lumpuh.
• Gejala keracunan morfin lebih cepat nampak daripada keracunan opium.
• Gejala ini muncul 30 menit setelah masuknya racun, kalau parenteral,
timbulnya hanya beberapa menit sesudah masuknya morfin.
Pada keracunan akibat morfin, terdapat 3 tahap yang menandai
terjadinya gejala klinis yang berbeda yaitu:

• Pada keracunan akibat morfin, terdapat 3 tahap yang menandai


terjadinya gejala klinis yang berbeda yaitu:

Tahap 1, tahap eksitasi, Berlangsung singkat,


bahkan kalau dosisnya tinggi, tanpa ada tahap 1,
terdiri dari:
• Kelihatan tenang dan senang, tetapi tak dapat
istirahat.
• Halusinasi.
• Kerja jantung meningkat, wajah kemerahan
dan kejang-kejang.
• Dapat menjadi maniak.
Tahap 2, tahap stupor, dapat berlangsung beberapa menit
sampai beberapa jam (gejala ini selalu ada), terdiri dari:
• Kepala sakit, pusing berat dan kelelahan.
• Merasa ngantuk dan selalu ingin tidur.
• Wajah sianosis, pupil amat mengecil.
• Pulse dan respirasi normal.
Tahap 3, tahap koma, tidak dapat dibangunkan kembali, terdiri
dari:
• Tidak ada reaksi nyeri, refleks menghilang, otot-otot
relaksasi.
• Proses sekresi.
• Pupil pinpoint, refleks cahaya negative. Pupil melebar kalau
ada asfiksisa dan ini merupakan tanda akhir.
• Respirasi cheyne stokes.
• Pulse menurun, kadang-kadang ada kejang, akhirnya
meninggal.
Pemeriksaan Toksikologi sebagai Barang Bukti

• Urin, cairan empedu dan jaringan tempat suntikan.


• Darah dan isi lambung, diperiksa bila diperkirakan keracunannya peroral.
• Nasal swab, kalau diperkirakan melalui cara menghirup.
• Barang bukti lainnya.
Pemeriksaan Barang Bukti Mati Pada
Kasus Pemakai Morfin

Ringksnya, penyidikan terhadap kasus narkoba meliputi 4 aspek, yaitu:


• TKP (Tempat Kejadian Perkara).
• Riwayat korban.
• Otopsi.
• Pemeriksaan Toksikologi
Pemeriksaan pada Kematian Akibat Pemakaian Opioid (Morfin Atau Heroin)
Pemeriksaan Luar
1. Lokasi needle marks: fossa ante cubiti, lengan atas dan punggung
tangan dan kaki. Tempat lain adalah leher, dibawah lidah, perineal
dan pada perempuan disekitar papilla mamae.
2. Hipertrofi kelenjar getah bening regional.
3. Gelembung-gelembung pada kulit.
4. Tanda mati lemas. Keluarnya busa putih dan halus dari lubang
hidung dan mulut yang makin lama tampak kemerahan karena
adanya proses autolisis
Pemeriksaan Dalam
Paru-paru
1. Perubahan akut: Mulai saat suntikan terakhir sampai dengan saat kematian.
Adapun perubahan awal yang terjadi adalah:

•A Dari 0 sampai 3 jam: hanya terdapat edema dan kongesti sel-sel


mononuclear atau makrofag pada dinding alveoli. PA: Paru-paru
tampak voluminous, kadang-kadang bagian posterior lebih padat
sehingga tak ada krepitasi. Bagian anterior tampak ada emfisema
yang difus dengan terdapat benda-benda asing yang terisap di
dalam bronkus. Tampak ada kongesti, edema dengan sel-sel
mononuclear dalam alveoli.
B
Dari 3 sampai 12 jam pertama. Terdapat
C
narcotic lungs (siegel). Tanda ini amat
bermakna ( 25 % kasus). Secara Dari 12 sampai 24 jam.
makroskopis tampak paru sangat Proses pneumoniasis
mngembang (over inflated). Trakea tampak lebih rata, tampak
tertutup busa halus. Pada permukaan paru- sel-sel PMN. Sedangkan
paru dan penampangnya tampak gambaran proses lanjut yang dapat
lobuler akibat adanya bermacam-macam terjadi adalah apabila
tingkat aerasi (atelaksi adalah aerasi yang interval > 24 jam. Akan
normal, amat mengembang dan emfisma), tampak pneumonia
kongesti dan terdapat perdarahan di lobularis diffusa, tampak
beberapa tempat terutama di bagian kecoklatan dan granula.
belakang dan bawah (posterior dan
inferior). Secara PA, tampak sel-sel
makrofag, perdarahan alveolar,
intrabronkhiolar, subpleural dan sel-sel
polimorfonuklear. Dapat ditemukan juga
aspirat di daalm traktus respiratorius. Sering
berupa susu, karena susu sering dianggap
antidotum opiate. A
2. Perubahan kronis. Terdapat perubahan berupa pneumonia granulosis
vascular. Akibat tanda adanya reaksi talk (magnesium silikat, filter untuk
natkotika).
Hati

• Perubahan ini nampak lebih jelas pada korban yang sudah lama menyandu.
Terdapat pengumpulan limfosit, sel-sel PMN dan beberapa sel-sel narkotika.
Juga nampak fibrosis jaringan dan adanya sel-sel ductus biliaris yang
mengalami proliferasi.
Getah Bening
• Lokasi: terutama di daerah portal hepatic, di sekitar kaput pankreas dan
duktus kholedocus. Makin berat menyandunya, makin banyak kelainanya.
• Makroskopis: tampak pembesaran
• Mikroskopis: tampak adanya hyperplasia dan hipertropi limfosit.
Pemeriksaan Toksikologi
• Urin, cairan empedu dan jaringan temapt suntikan.
• Darah dan isi lambung, diperiksa bila keracunanya peroral.
• Nasal swab, kalau diperkirakan melalui cara membau dan menghirup
• Barang bukti lainnya.
Heroin
• Heroin adalah semi sintetik opioid yang disintesa dari morphin yang
merupakan derivat dari opium. Pada kadar yang lebih rendah dikenal dengan
sebutan putaw.
• Pada kadar yang lebih rendah dikenal dengan sebutan putaw. Karakteristik
dari heroin dapat berupa bubuk putih, bubuk coklat dan blacktar. Cara
pemakaian heroin dapat di Injeksi, dihirup atau dihisap.
Penyebab kematian heroin pada heroin dapat
disebabkan oleh berbagai mekanisme yaitu:
• Depresi pusat pernafasan
• Edema Paru: terjadinya edema paru diakibatkan oleh peningkatan tekanan
cairan serebrospinal dan tekanan intracranial serta berkurangnya sensitifitas
pusat pernafasan terhadap CO2
• Kematian pada pemakai narkotika dapat pula diakibatkan oleh berbagai hal
lain seperti: pemakaian alat suntik dan bahan yang tidak steril sehingga
menimbulkan infeksi,
Pemeriksaan forensik:

• Bekas-bekas suntikan
• Rajah yang bertujuan menutupi bekas-bekas suntikan, atau mungkin ditemukan adanya
abces, granuloma atau ulkus.
• Perlu diambil hapus selaput lendir hidung (nasal-swab) untuk pemeriksaan toksikologik
• Pembesaran kelenjar getah bening setempat
• Lepuh kulit (skin-blister)
• Kelainan paru
• Kelainan hati
kesimpulan

Wawancara medis, pemeriksaan tempat ditemukannya korban dan tes


toksikologi merupakan hal yang sangat penting untuk mendeteksi jenis
keracunan yang mengenai korban . Aplikasi pemeriksaan toksikologi penting
untuk mebedakan agen penyebab keracunan yang jelas dan tanda dan gejala
pada saat pasien keracunan juga merupakan kunci untuk menegakkan diagnosis
keracunan.

Anda mungkin juga menyukai