KERACUNAN NARKOTIKA
oleh:
mardiati
lilis suriani
pembimbing
Sumber opium, zat-zat dari opium yang belum diolah dan morfin
bersumber dari bunga opium Papaver somniferum.
DEFINISI
opiod adalah semua zat baik sintetik atau natural yang dapat
berikatan dengan reseptor morfin.
Opioid disebut juga sebagai analgesia narkotik yang sering digunakan
dalam anastesia untuk mengendalikan nyeri saat pembedahan dan nyeri
paska pembedahan.
Reseptor Opioid
Pemeriksaan Fisik
• Tanda-tanda vital
• Mata
Konstriksi pupil (miosis) adalah khas untuk keracunan narkotika, klonidin,
fenotiazin, insektisida organofosfat dan penghambat kolinesterase lainnya, serta kornea
yang dalatasi akibat obat sedatif. Dilatasi pupil (midriasis) umumnya terdapat pada
amfetamin, kokain, LSD, atropin dan obat antirnuskarinik lain. Nistagmus horizontal
dicirikan pada keracunan dengan fenitoin, alkohol, barbiturat dan obat seclatit lain.
Adanya nistagmus horizontal dan vertikal memberi kesan yang kuat keracunan
fensiklidin. Ptosis dan oftalmoplegia merupakan gambaran karakteristik dari
botulinum.
• Mulut
Mulut dapat memperlihatkan tanda-tanda luka bakar akibat zat-zat
korosif atau jelaga dan inhalasi asap. Bau yang khas dan alkohol,
pelarut hidrokarbon, Paraldehid, atau amonia mungkin perlu dicatat.
Keracunan dengan sianida dapat dikenali oleh beberapa pemeiriksa
sebagai bau seperti bitter almonds. Arsen dan organofosfat telah
dilaporkan menghasilkan bau seperti bau bawang putih.
• Kulit
Kulit sering tampak merah, panas dan kering pada keracunan
dengan atropin dan antim, muskarinik lain. Keringat yang herlebihan
ditemukan pada keracunan dengan organofosfat, nikotin dan obat-obat
simpatomimetik. Sianosis dapat disehabkan oleh hipoksemia atau
methemoglohinemia. Ikterus dapat memberi kesan adanya nekrosis
hati akilat keracunan asetaminofen atau jamur A manila phailoides.
• Abdomen
Pemeriksaan abdomen dapat menunjukkan ileus, yang khas pada keracunan
dengan antimuskarinik, narkotik dan obat sedatif. Bunyi usus yang hiperaktif,
kram perut dan diare adalah umum terjadi pada keracunan dengan
organofosfat, besi, arsen, teofihin dan A. phalloides.
• Sistem saraf
Pemeriksaan neurologik yang teliti adalah esensial. Kejang fokal atau defisit
motorik lebih menggambarkan lesi struktural (seperti perdarahan intrakranial
akibat trauma) daripada ensefalopati toksik atau metabolik. Nistagmus,
disartria dan ataksia adalah khas pada keracunan fenitoin, alkohol, barbiturat
dan keracunan sedatif lainnya. Kekakuan dan hiperaktivitas otot umum
ditemukan pada metakualon, haloperidol, fensiklidin (PCP) dan obat-obat
simpatomimetik. Kejang sering disebabkan oleh antidepresan trisiktik,
teotilin, isoniazid dan fenotiazin. Koma ringan tanpa refleks dan bahkan
EEG isoelektrik mungkin terlihat pada koma yang dalam karena obat
narkotika dan sedatif-hipnotik dan mungkin menyerupai kematian otak.
Sindrom Toksik
• Pada umumnya sama dengan gejala klinis keracunan barbiturate; antara lain
nausea, vomiting, nyeri kepala, otot lemah, ataxia, suka berbicara, suhu
menurun, pupil menyempit, tensi menurun dan sianosis.
• Pada keracunan akut: miosis, koma dan respirasi lumpuh.
• Gejala keracunan morfin lebih cepat nampak daripada keracunan opium.
• Gejala ini muncul 30 menit setelah masuknya racun, kalau parenteral,
timbulnya hanya beberapa menit sesudah masuknya morfin.
Pada keracunan akibat morfin, terdapat 3 tahap yang menandai
terjadinya gejala klinis yang berbeda yaitu:
• Perubahan ini nampak lebih jelas pada korban yang sudah lama menyandu.
Terdapat pengumpulan limfosit, sel-sel PMN dan beberapa sel-sel narkotika.
Juga nampak fibrosis jaringan dan adanya sel-sel ductus biliaris yang
mengalami proliferasi.
Getah Bening
• Lokasi: terutama di daerah portal hepatic, di sekitar kaput pankreas dan
duktus kholedocus. Makin berat menyandunya, makin banyak kelainanya.
• Makroskopis: tampak pembesaran
• Mikroskopis: tampak adanya hyperplasia dan hipertropi limfosit.
Pemeriksaan Toksikologi
• Urin, cairan empedu dan jaringan temapt suntikan.
• Darah dan isi lambung, diperiksa bila keracunanya peroral.
• Nasal swab, kalau diperkirakan melalui cara membau dan menghirup
• Barang bukti lainnya.
Heroin
• Heroin adalah semi sintetik opioid yang disintesa dari morphin yang
merupakan derivat dari opium. Pada kadar yang lebih rendah dikenal dengan
sebutan putaw.
• Pada kadar yang lebih rendah dikenal dengan sebutan putaw. Karakteristik
dari heroin dapat berupa bubuk putih, bubuk coklat dan blacktar. Cara
pemakaian heroin dapat di Injeksi, dihirup atau dihisap.
Penyebab kematian heroin pada heroin dapat
disebabkan oleh berbagai mekanisme yaitu:
• Depresi pusat pernafasan
• Edema Paru: terjadinya edema paru diakibatkan oleh peningkatan tekanan
cairan serebrospinal dan tekanan intracranial serta berkurangnya sensitifitas
pusat pernafasan terhadap CO2
• Kematian pada pemakai narkotika dapat pula diakibatkan oleh berbagai hal
lain seperti: pemakaian alat suntik dan bahan yang tidak steril sehingga
menimbulkan infeksi,
Pemeriksaan forensik:
• Bekas-bekas suntikan
• Rajah yang bertujuan menutupi bekas-bekas suntikan, atau mungkin ditemukan adanya
abces, granuloma atau ulkus.
• Perlu diambil hapus selaput lendir hidung (nasal-swab) untuk pemeriksaan toksikologik
• Pembesaran kelenjar getah bening setempat
• Lepuh kulit (skin-blister)
• Kelainan paru
• Kelainan hati
kesimpulan