Anda di halaman 1dari 11

Resume Kuliah Manajemen Keracunan (Intoksikasi)

Oleh Raihanah Fathimah, 2006522070, Keperawatan Gawat Darurat A

Narasumber: Ns. Muhammad Adam. M.Kep, Sp.Kep.MB

Racun adalah segala zat yang dapat mengakibatkan kerusakan atau cedera pada tubuh dan
membahayakan jiwa baik dengan cara tertelan, terhirup ataupun kontak. Keracunan atau
intoksikasi adalah suatu kejadian dimana substansi yang berasal dari alam maupun buatan yang
pada dosis tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan hidup yang bisa menyebabkan
cedera atau kematian.
● Keracunan → bisa dari kelebihan dosis atau makanan yang emang udah basi
● Keracunan obat → secara sengaja meminum dosis di atas anjuran dengan tujuan tidak
ada efek dari obat sehingga sengaja dengan mandiri menaikkan dosis atau karena ingin
bunuh diri.
● Keracunan bisa diakibatkan karena lingkungan
● Suatu zat akan digolongkan sebagai racun apabila dikonsumsi di atas dosis
● Anggota tubuh yang paling mudah terkena/terpapar racun yaitu mata (mukosa mata →
mudah masuk ke aliran darah → penyebaran cepat). Bisa aja semburan bisa ular
● Keracunan zat → zat kimia, produk industri yang tidak sengaja memberi dampak ke
manusia
● Keracunan gigitan/serangan binatang

Patofisiologi
Setiap zat memiliki mekanisme tersendiri untuk menyebabkan kegawatdaruratan
● Organofosfat → bersifat kolinergik yang menghambat enzim asetilkolin, sehingga
metabolisme asetilkolin terinhibisi dan mengakibatkan kerusakan neuron
● Opioid → mengaktivasi reseptor opioid sehingga terjadi depresi sistem saraf pusat dan
perifer
● Benzodiazepin menempel pada reseptor spesifik sehingga meningkatkan kerja
neurotransmitter asam gamma aminobutyric (GABA) dan mengakibatkan depresi sistem
saraf pusat.
Tanda dan gejala
Pasien yang mengalami keracunan cenderung menunjukkan kumpulan gejala yang disebut
dengan toksidrom (toxidrome). Toxidrome → sekumpulan gejala toksik yang disebabkan oleh
obat atau jenis racun kelas tertentu yang dapat membantu untuk menentukan jenis
keracunan/mengindikasikan keracunan.
1. Kolinergik
2. Antikolinergik
3. Sedatif
4. Opioid
5. Salisilat
6. Etanolik
7. Metanolik

Pengkajian
Primary survey → mengidentifikasi kondisi yang berpotensi mengancam jiwa agar dapat segera
dilakukan penatalaksanaan atau resusitasi akibat keracunan atau intoksikasi zat
● Airway : sumbatan jalan napas, wheezing, stridor, gurgling
● Breathing : sesak napas, takipnea, bradipnea, mengi, sianosis, henti napas
● Circulation : akral dingin, takikardi, nadi lemah, CRT > 2 detik, pucat, bradikardi, henti
jantung
● Disability : gelisah, penurunan kesadaran
Secondary survey → lebih mudah kalau racunnya berbau
● Anamnesis
- Tidak dapat mendapatkan informasi lengkap bisa pasien mengkonsumsi racun
secara sengaja dengan tujuan bunuh diri. Pasien yang dicurigai sengaja
mencederai dirinya sendiri memerlukan pendekatan yang empatik.
- Anamnesis yang adekuat dapat dengan menentukan intoksikasi pasien
- Anamnesis secara umum dan ditambah fokus pada
1. Penemuan wadah obat maupun zat yang kosong dekat pasien
2. Jumlah perkiraan saat yang teringesti
3. Waktu perkiraan sejak paparan
4. Riwayat mencederai diri/bunuh diri
● Pengkajian fisik
Tanda dan gejala:
- Frekuensi dan irama napas
- Status mental
- Saturasi oksigen
- Suhu tubuh dan kelembaban tubuh
- Frekuensi dan irama nadi
- Tekanan darah (karena ada beberapa racun yang mempengaruhi sirkulasi)
- Pupil (midriasis → antikolinergik, miosis → kolinergik)
- Bising usus (ada beberapa cara untuk mengeluarkan racun seperti dengan
membuat pasien muntah/kumbah lambung, atau diberi obat pencahar jadi harus
cek bising ususnya)

Toksidrom Zat yang Dicurigai Tanda dan Gejala

Kolinergik Insektisida, Nikotin : takikardi, hipertensi,


organofosfat, karbamat, kelemahan, midriasis, fasikulasi
nikotin Muskarinik (DUMBELS) : diaforesis,
urinasi, miosis, bronkospasme, emesis,
lakrimasi, salivasi

Antikolinergik Atropine, antihistamin Takikardi, hipertensi, hipertermia,


mydriasis, agitasi, delirium, halusinasi,
penurunan bising usus, retensi urine

Sedatif Barbiturat, Bradipnea, bradikardia, hipotensi,


benzodiazepin depresi, SSP, penurunan bising usus,
hiporefleks

Opioid Heroin, morfin, kodein Bradipnea, bradikardi, hipotensi,


depresi, SSP, miosis, hiporefleks

Salisilat Aspirin, methyl Takipnea, takikardia, perubahan status


salicylate mental, diaforesis, demam subfebris,
mual, muntah, alkalosis
respiratorik/asidosis metabolik

Ethanolik Ethanol Depresi SSP, ataksia, dysarthria


Methanolik Methanol Depresi SSP, gangguan visual
(fotofobia, pandangan buram) asisodid
metabolik

Kolinergik → insektisida → umumnya pasien akan mengeluarkan air liur terus


Opioid → kalo kebanyakan akan menyebabkan henti jantung karena menekan saraf pusat
(paling bahaya karena efeknya cepet)

Menentukan tingkat keparahan bila korban terkena racun:


- Seberapa banyak zat yang dikonsumsi
- Respon tubuh, kalau tubuhnya vit dia bakal lebih lambat efeknya
- Lamanya paparan
- Ras → khsusnya manusia yang tinggal di daerah tropis
- Usia
*Bila racun telah mengenai organ vital → kerusakan liver dan ginjal → menyebabkan
kemungkinan selamat kecil

● Pemeriksaan penunjang
- Analisis toksikologi
1. Bertujuan untuk mengkonfirmasi kadar zat yang telah diketahui atau
dicurigai di dalam tubuh
2. Pada pasien tidak sadar dna agen penyebab tidak diketahui, analisis
toksikologi harus dilakukan secara bijak dengan mempertimbangkan
gambaran klinis dan kemungkinan pajanan
3. Penapisan zat-zat beracun sangat memakan biaya dan waktu
- Analisis non-toksikologi
1. Bertujuan untuk mendukung diagnosis dan memonitor apakah telah terjadi
kerusakan organ
2. Beberapa pemeriksaan yang dianjurkan diantaranya → hitung darah
lengkap, AGD, fungsi liver, elektrolit, dan EKG
Penanganan
Alur penanganan kegawatdaruratan pada intoksikasi:
1. Resusitasi
Stabilisasi ABCD
● Airway : pertahankan kepatenan jalan napas → ingesti dapat menyebabkan
aspirasi. Jika zat kororsfi ingesti dapat menyebabkan edema laring
Bila zat racun berupa korosif → edema faring, laring → inflamasi → sumbatan
jalan napas
● Circulasi → pasien kemungkinan mengalami asistole
- Monitor EKG tiap 2-4 jam (jika kardiotoksik)
- Pasang akses IV dan resusitasi cairan (jika perlu)
- Periksa pH dan elektrolit untuk identifikasi penyebab aritmia (asistole)
● Breathing
- Berikan dukungan ventilasi atau oksigenasi
- Apabila hipoventilasi kemungkinan toksidrom bersifat sedatif
● Disability → umumnya yang banyak di bawa ke igd dalam keadaan hipoglikemia
→ kesadaran menurun
- Monitor tingkat kesadaran dan status mental
- Mempertimbangkan hipoglikemia → periksa GDS
- Adanya tanda lateralisasi tidak berhubungan dengan keracunan (cedera
kepala). Pemeriksaan GDS sangat penting karena penyebab utama
penurunan kesadaran saat di IGD → mengidentifikasi penyebab keracunan
Antidotum (antidot) merupakan antagonis fisiologis yang dapat menghilangkan
tanda dan gejala keracunan. Zat antagonis → antidotum/penawar racun
- Tidak semua racun memiliki antidotum sehingga penggunaanya terbatas
- Pemberian harus dilakukan berhati-hati karena dapat merugikan jika tidak
sesuai
- Pemberian antidotum seringkali perlu diikuti dengan dosis rumatan agar
toksidrom terkendali
2. Pemeriksaan terfokus
3. Terapi lanjutan
● Cegah penyerapan zat lebih lanjut
- Pastikan pasien pasien dan penolong aman dari pajanan zat yang dicurigai
menyebabkan tanda atau gejala
- Penolong menggunakan APD
- Hindarkan pasien dari penyerapan zat melalui bagian tubuh lain, seperti
dari kulit (misal organofosfat) dengan melepaskan pakaian yang terpapar
zat
Arang aktif (charcoal activated)
● Dosis : 1 gr/kgBB atau 50 gr per oral pada orang dewasa
● Indikasi : onset keracunan < 1 jam (>1 jam kurang efektif)
● Kontraindikasi: zat non toksik, racun tak terikat arang (besi, timah, methanol),
zat korosif, tidak ada bising usus
Mekanisme kerja arang aktif:
1. Arang aktif menyerap zat toksik (obat-obatan, fitotoksin, bahan kimia
beracun), sehingga mencegah penyerapan zat pada gastrointestinal
2. Sebagai mekanisme dekontaminasi sekunder, arang aktif menghambat
sirkulasi enterohepatik atau entero enterik
3. Kapasitas pengikatan zat toksin bergantung pada beberapa faktor yaitu
ukuran partikel zat, kelarutan zat, ionisasi zat, pH zat, dan isi lambung
atau usus
*Tidak akan berefek pada pasien yang keracunan zat besi, timah,
etanol
Dekontaminasi gastrointestinal
- Terdapat 2 metode yaitu bilas lambung dan irigasi usus (tapi sudah jarang
digunakan karena berisiko tinggi aspirasi)
- Dapat dipertimbangkan pada keracunan yang mengancam jiwa
Dapat bermanfaat dalam situasi:
1. Pasien simtomatik datang ke IGD dalam waktu 1 jam setelah terpapar
2. Pasien simptomatik yang menelan zat yang memperlambat motilitas
gastrointestinal
3. Pasien menelan zat yang lambat diekskresi tubuh
4. Pasien mengkonsumsi zat dalam jumlah yang sangat banyak atau
mengancam jiwa
● Percepatan pengeluaran zat dari tubuh
- Arang aktif berulang

● Dosis : 1 gr/kgBB atau 50 gr per oral pada orang dewasa,


dilanjutkan ½ dosis setiap 2 jam
● Indikasi : koma akibat fenobarbital dan karbamazepin
● Kontraindikasi : obstruksi sistem GI, jalan napas tidak terlindungi
- Alkalinisasi urine (sodium bikarbonat) → kalo racun bersifat asam
-
● Dosis awal : bolus 1-2 mEq/kg IV
● Dosis rumatan : infus 100 mEq dalam 1 L D5W, kecepatan 250
mL/jam
● Indikasi : keracunan salisilat, fenobarbital, fenobarbital,
herbisida klorofenoksi
● Kontraindikasi : gangguan ginjal, hipokalemia tidak terkoreksi,
overload cairan

● Cek pH urine setiap 15 menit (target pH urine 7,5 - 8,5)


- Extracorporeal (hemodialisis, hemoperfusion, terapi penggantian ginjal
berkelanjutan)

● Hemodialisis : salisilat, fenobarbital, methanol, lithium


● Hemoperfusi : teofili, karbamazepin
● Terapi pengganti ginjal berkelanjutan : ketika hemodialisis atau
hemoperfusi diperlukan tapi tidak tersedia
4. Rujukan atau persiapan perawatan intensif (ICU)
● Setelah usaha menstabilkan pasien dengan resusitasi dan terapi lanjutan, segera
evaluasi respon pasien
● Jika pasien membutuhkan fasilitas kesehatan yang lebih lengkap, segera
persiapkan rujukan atau pemindahan pasien ke ruang perawatan intensif (ICU)
● Pada pasien yang terindikasi mencederai diri sendiri, sediakan perawatan dengan
pemantauan yang ketat

*merkuri → karsinogenik → tidak akan terurai dalam tubuh → kanker, kelainan genetik yang
dapat diturunkan

Keracunan lainnya
1. Gigitan ular
● Bila pasien mengalami gigitan ular tidak boleh langsung dipulangkan karena ada efek
bisa yang lambat atau keadaan tubuh pasien sedang vit sehingga antibodi bisa melakukan
kompensasi awal.
● Tujuan korban tidak boleh terlalu banyak gerak saat tergigit ular → bisa ular tidak
mengalir lewat darah → bisa ular mengalir lewat pembuluh limfatik yang dipengaruhi
kontraksi otot → kalo diikat jangan terlalu kencang soalnya pembuluh limfatik ada di
bawah lemak, jadi ikat biasa aja → lakukan pembidaian, balutan seperti pasien fraktur
- Gigitan ular dapat mengakibatkan efek lokal dan sistemik
- Efek lokal antara lain nyeri, bengkak, memar, dan pembengkakan kelenjar linfa
setempat
- Efek sistemik → gejala anafilaktoid awal (hipotensi sesaat disertai dengan
sinkope, angioedema, urtikaria, kolik abdomen, diare, dan muntah) diikuti dengan
hipotensi yang lama atau berulang, abnormalitas EKG, perdarahan sistemik
spontan, koagulopati, adult respiratory distress syndrome, dan gagal ginjal akut
- Gejala anafilaktoid awal dapat diatasi dengan adrenalin (epinefrin)
- Diatasi dengan serum antibisa ular (SABU)

2. Sengatan serangga
- Sengatan semut dan lebah menyebabkan nyeri setempat dan bengkak, tetapi
jarang menyebabkan keracunan langsung, kecuali disengat beberapa kali dalam
waktu yang bersamaan
- Umumnya dapat diatasi dengan membersihkan daerah yang disengat secepatnya
- Reaksi anafilaksis memerlukan injeksi adrenalin (epinefrin) intramuskular dengan
segera
- Bronkodilator sebaiknya dihirup pada reaksi asmatik
- Penggunaan antihistamin oral atau kortikosteroid topikal dapat membantu
mengurangi inflamasi dan meringankan gatal
3. Sengatan hewan laut
- Nyeri hebat akibat sengatan weeverfish dapat dikurangi dengan mencelupkan area
yang tersengat dalam air hangat bukan mendidih dengan temperatur tidak lebih
dari 45°
- Orang yang tersengat ubur-ubur sebaiknya dikeluarkan dari laut secepatnya →
tentakel yang menempel sebaiknya segera lepaskan secara hari-hati menggunakan
sarung tangan atau penjepit dan bilas dengan air laut
- Larutan alkohol termasuk minyak gosok (suntan lotion) tidak boleh digunakan
karena dapat menyebabkan rambut penyengat semakin tertancap
- Es dan sedikit natrium bikarbonat (baking soda) dapat mengurangi nyeri dan
dapat berguna untuk penatalaksanaan sengatan beberapa jenis hewan, tetapi
jangan menggunakan cuka

Anda mungkin juga menyukai