Anda di halaman 1dari 36

GEJALA DAN

PENATALAKSANAAN UMUM
KERACUNAN
Sri Adi Sumiwi
mengenali (mengidentifikasi) bahan-bahan yang
Identifikasi keracunan
diduga menjadi penyebab keracunan

Setiap peristiwa keracunan oleh toksin yang jenis dan


sifatnya berlainan, mempunyai cara pertolongan dan
pengobatan yang berbeda pula.

peristiwa keracunan oleh toksin yang jenis dan sifatnya


tidak diketahui. pertolongan dan pengobatannya
didasarkan pada gambaran gejala-gejala klinis yang
timbul akibat rangsangannya
Sumber dan macam racun
. Bahan-bahan kimia
beracun (bersifat racun).

Racun terdapat pada tumbuh-tumbuhan seperti


ubi ketela yang mengandung asam sianida
(HCn), jengkol,, tuba (Derris), sebangsa jamur,

Racun hinatang berbisa seperti ular


berbisa, kalajengking, tawon, dan
sehangsa laba-laha
Racun di bahan makanan dapat terjadi karena
perubahan kimia (fermentasi) dan adanya bakteri
karena pembusukan (daging busuk), tempe bongkrek,
racun yang terdapat pada udang dan kepiting.
Bahan Kimia beracun
Jamur beracun
Hewan beracun
Bahan makanan beracun
Bentuk bahan-bahan beracun
. Padat (debu,
kabut)
.

Liquid
(cairan/larutan)

Gas dan uap.


Pengaruh bahan racun pada
tubuh
Mempengaruhi sistem sirkulasi
darah
Mempengaruhi sistem sarap
pusat
Pengaruh terhadap alat
pencernaan
Pengaruh terhadap saluran urin
Kerusakan pada hati
Pengaruh terhadap keseimbangan air dalam
elektrolit dalam tubuh (dehydrasi),
Luka bakar kimia pada kulit, selaput lendir pada
mulut/tenggorok) dan selaput lendir mata.
Mempengaruhi sistem sirkulasi
darah
shock disebabkan berkurangnya aliran darah dan
volume darah pada jaringan sel-sel otak karena
penyempitan pembuluh darah.

merendahkan tekanan/denyut jantung (hypotentie


cardiac) terlalu banyak darah mengalir ke jantung
atau terlalu banyak darah dalam jantung (kongesti
jantung).

Irama detak jantung tidak teratur


(cardiac arrhytrnias)

Jantung mendadak berhenti (cardiac arrest).


Mempengaruhi sistem sarap pusat:
Rasa sakit
Rangsangan saraf sentral yang berlebihan
(hyperexitability), banyak bicara/mengaco (dellirium),
timbulnya kejang-kejang (konvulsi) dan berkurangnya
zat pembakaran (oksigen) dalam darah.
c
Depresi (penekanan) terhadap sarap pusat ditandai
dengan timbulnya kelumpuhan reflek umum, terhentinya
alat pernapasan (asphyxia) dan gangguan metabolisme
dalam sel-sel otak.
Gangguan atau kelainan psikis
(kejiwaan).
Diagnosis keracunan
 Penatalaksanaanawal pasien koma, kejang, atau
perubahan keadaan mental harus mengikuti cara
pendekatan yang sama tanpa memandang jenis
racun
saluran napas harus dibersihkan dan
muntah atau beberapa gangguan lain
Pernapasan yang adekuat harus diuji
dengan mengobservasi dan mengukur
gas darah arteri.
Sirkulasi yang cukup harus diuji dengan mengukur
denyut nadi, tekanan darah, urin yang keluar, dan
evaluasi perfusi perifer. Alat untuk intravena harus
dipasang
setiap pasien dengan keadaan mental yang berubah
harus diberi larutan dekstrosa pekat
Antagonis narkotik, nalokson (Narcan) dapat
diberikan dengan dosis 0,4-2 mg intravena.
Nalokson akan memulihkan pemapasan dan
depresi sistem saraf pusat akibat semua jems
obat narkotika.

Antagonis benzodiazepin, flumazenil bermanfaat


pada pasien dengan kelebihan dosis
benzodiazepin, tetapi tidak boleh digunakan bila
terdapat riwayat kejang atau dosis lazim
antidepresan trisiklik,
Riwayat
Penyataan tentang jumlah dan jenis obat yang
ditelan dalam kedaruratan toksik mungkin tidak
dapat dipercayai.

Perlu ada sumber informasi lain dari:


anggota keluarga,
polisi,
pemadam kebakaran
personil paramedis
alat suntik,
botol-botol kosong,
produk rumah tangga,
obat-obat bebas di sekitar pasien
Pemeriksaan Fisik:

Pemeriksaan yang cepat harus


dilakukan dengan penekanan
pada daerah yang paling
mungkin memberikan petunjuk
ke arah diagnosis toksikologi
1. Tanda-tanda vital
 tekanan darah,
 denyut nadi,
 pernapasan,
 suhu tubuh)
GEJALA DUGAAN KERACUNAN OBAT

Hipertensi dan amfetamin, kokain, fensiklidin, nikotin, dan


takikardia antimuskarinik

Hipotensi dan narkotika, kionidin, sedatif-hipnotik dan beta bloker


bradikardia,

Takikardia dan antidepresan trisiklik, fenotiazin, dan teofihin


hipotensi
Pernapasan amfetamin dan simpatomimetik lainnya, salisilat,
yang cepat karbon monoksida

Hipertermia obat-obat simpatomimetik, antimuskarinik. salisilat


dan obat-obat yang menimbulkan kejang

Hipotermia obat narkotik, fenotiazin, dan obat sedatif


2. Mata
GEJALA DUGAAN KERACUNAN
Konstriksi pupil keracunan narkotika, klonidin, fenotiazin,
(miosis) insektisida organofosfat dan penghambat
kolinesterase lainnya, serta korna yang dalatn
akibat obat sedatif.

Dilatasi pupil amfetamin, kokain, LSD, atropin, dan obat


(midriasis) antirnuskarinik lain.

Nistagmus riorizontal fenitoin, alkohol, barbiturat, dan obat seclatit


lain

nistagmus horizontal fensiklidin


dan vertikal

Ptosis dan botulinum


oftalmoplegia
3. Mulut.
tanda-tanda luka bakar akibat zat-zat korosif.
atau jelaga dan inhalasi asap.

Bau yang kaas dan alkohol, pe(arut hidrokarbon.


Paraldehid. atau amonia mungkin perlu dicatat

Keracunan dengan sianida dapat dikenali oleh


beberapa pemeiriksa sebagai bau seperti bitter
almonds

Arsen dan organofosfat telah dilaporkan


menghasilkan bau seperti bau bawang putih
4. Kulit.
 merah, panas, dan kering
pada keracunan dengan atropin dan antim.uskarinik
lain
 Keringat yang herlebihan
keracunan dengan organofosfat, nikotin, dan obat-
obat simpatomimetik
 Sianosis
disebabkan oleh hipoksemia atau
methemoglohinemia.
 Ikterus
adanya nekrosis hati akilat keracunan asetaminofen
atau jamur A manila phailoides
5. Abdomen.
 ileus,
yang khas pada keracunan dengan
antimuskarinik, narkotik, dan obat sedatif.

 Bunyi usus yang hiperaktif, kramp perut, dan


diare
umum terjadi pada keracunan dengan
organofosfat, besi, arsen, teofilin,
6. Sistem saraf
 Kejang fokal atau defisit motorik
lesi struktural seperti perdarahan intrakranial akibat trauma
 Nistagmus, disartria, dan ataksia
khas pada keracunan fenitoin, alkohol, barbiturat, dan
keracunan sedatif
 Kekakuan dan hiperaktivitas otot
ditemukan pada metakualon, haloperidol, fensiklidin (PCP),
dan obat-obat simpatomimetik
 Kejang
disebabkan oleh antidepresan trisiktik, teotilin, isoniazid, dan
fenotiazin
 Koma ringan tanpa refleks
koma yang dalam karena obat narkotika dan sedatif-
hipnotik, dan mungkin menyerupai kematian otak.
Prosedur Laboratorium & Sinar -X
 A. Gas Darah Arteri:
 B. Elektrolit:
 C. Uji Fungsi Ginjal
 D. Osmolalitas Serum:
 E. Elektrokardiogram
 F. Gambaran sinar-X:
Saat Penelanan Racun
 Untuk memperkirakan beratnya keracunan
 mempertimbangkan waktu sejak saat menelan
racun dan membandingkannya dengan kadar
racun dalam plasma
 Kadar aspirin 50 mg/dL 4-6 jam setelah penelanan
hanya dihubungkan dengan keracunan ringan
 kadar yang sama yang diperoleh 36 jam setelah
keracunan dihubungkan dengan keracunan yang
sangat berat
 Masuk ke otak jelas dapat terlambat muncul
beberapa waktu setelah tercapai kadar puncak
dalam darah.
Kadar Toksin dalam Darah
 Terapi suportif tidak boleh ditunda sampai ada
laporan hasil pemeriksaan laboratorium
 keracunan akut dalam jumlah relatif kecil yang
memerlukan pengukuran kadar racun dalam
darah untuk mengevaluasi beratnya keracunan.
Contoh: asetaminofen, aspirin, litium, karbon
monoksida, digoksin, karbarnazepin, dan teofihin,
 Analisis kuantitatif darah dan urin untuk obat
sedatif-hipnotik hanya penting jika prosedur
suportif sederhana tidak tampak adekuat dan
terutama bila tindakan dialisis perlu
dipertimhangkan,
misalnya pada keracunan fenobarbital
Dekontaminasi
A. Kulit:
 Pakaian
yang terkontaminasi harus ditanggalkan
semuanya dan diamankan untuk dianalisis.

 Penetrasi
toksin melalui kulit sukar diteliti tetapi
harus diantisipasi.

 Pencucian berulang-ulang dengan sabun dan


jumlah air yang banyak harus dilakukan
B. Saluran Cerna

 pemberian arang aktif sederhana tanpa didahului


pengosongan lambung pada pasien tertentu.
 Kejang, refleks muntah yang negatif, dan ulserasi
membran mukosa mulut merupakan kontra
indikasi untuk tindakan merangsang muntah
 Bilasan lambung dikontra indikasikan jika saluran
pernapasan berisiko
 Zat-zat asam dan alkali yang korosif harus
diencerkan tetapi tidak boleh dilakukan
netralisasi.
1. Muntah-
Induksi muntah dapat dilakukan dengan
pemberian sirup ipekak per oral sebanyak 30
mL untuk orang dewasa

Ipekak tidak boleh digunakan bila dicurigai


keracunan dengan suatu konvulsan
(misalnya, antidepresan tnsiklik), karena
kejang dapat timbul secara mendadak dan
aspirasi sangat mungkin terjadi bila sedang
dalam kejang
Bilasan lambung
Bilasan lambung dapat dilakukan bila pasien
terjaga (sadar) atau bila saluran napas telah
dilindungi oleh pipa endotrakeal

Pipa yang digunakan harus


sebesar mungkin.

Untuk mencegah hipotermia, larutan bilasan


(umumnya larutan gararn 0,9%) hatus diberikan
dalam suhu yang sarna dengan suhu tubuh.
3. Katarsis-
katartik akan mempercepat pengeluaran
toksin dan saluran cerna dan mengutang;
absorpsi,
.

Sorbitol (70%) merupakan obat katartik yang


lebih disukai. Magnesium sulfat dapat juga
diberikan jika fungsi ginjal tidak rusak.

. Magnesium sulfat dapat juga diberikan jika


fungsi ginjal tidak rusak
4. Arang Aktif
 Dosis awal: 1 g/kg berat badan

 Dosis
pengulangan: 0.5 to 1 g/kg berat
badan setiap 2- 6 jam

 Serbuk arang aktif ditambahkan air 4-8


kalinya
 Arang aktif dapat dicampur dengan
katartik
 Bila pasien muntah bisa diulang lagi ,
dosis lebih kecil tapi lebih sering.
Antidotum

Konsep salah yang umum terdapat


ialah bahwa untuk setiap racun ada
dotumnya.

Yang benar adalah antidotum


yang tersedia relatif sedikit yaitu
hanya untuk beberapa golongan
toksin tertentu saja.
Metode Meningkatkan
Eliminasi Toksin
 diuresis paksa,
 dialisis,
 prosedur pertukaran

.
Bila pasien dapat mengeliminasi toksin
dengan cepat, periode waktu koma
akan menjadi pendek, metbolit dibuang,
Dan kerusakan organ akan berkurang
TRIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai