Anda di halaman 1dari 10

Khasiat Pegagan, dari penumpas TBC sampai peningkat daya ingat

Batal Mati Bosan Berkat Pegagan

Seorang teman bercerita, betapa frustrasinya ia menumpas tuberkulosis (TB) paru-paru.


Digempur pakai obat-obatan medis, si penyakit tetap saja eksis. Ia juga panik, karena
katanya, bakteri TB bisa kebal terhadap gempuran obat yang diracik apotik. Untunglah,
saat nyaris frustrasi, ia “menemukan” pegagan dan kawan-kawan.

Menjalani “takdir” sebagai penderita TB paru-paru memang tak gampang. Jika tidak ulet,
alih-alih sembuh, pasien bisa mati bosan. Maklum, proses penyembuhan TB, selain cukup
sulit, juga makan waktu lama, berkisar 3 - 6 bulan. Itu pun dengan catatan, pasien
berdisiplin minum obat dan rajin memeriksakan diri ke dokter.

Lamanya pengobatan itulah - apalagi jika disertai kendala biaya - yang kerap
menyebabkan pasien frustrasi. Ya frustrasi minum obat, ya bosan menanggung derita.
Padahal, disiplin minum obat menjadi faktor penentu dalam proses penyembuhan.
Pengobatan yang tidak tuntas dapat menyebabkan bakteri TB resisten terhadap beragam
obat konvensional, termasuk obat kombinasi.

Dengan kata lain, pasien TB sebenarnya dilarang keras menoleransi kata bosan, apalagi
sampai putus asa. Itu sebabnya, buat teman tadi, perjumpaan dengan pegagan dan kawan
sejawatnya menjadi sangat berarti. Paling tidak, ia merasa tak “sendiri” lagi menghadapi
tuberkulosis. Ketika banyak sanak saudara dan handai taulan menjauh lantaran takut
tertular, pegagan dan kawan-kawan menjadi teman paling setia.

Yang paling penting, harga mereka murah dan tak membuat kantung cekak jika
dikonsumsi dalam kurun waktu lama.

Mematikan dan bikin bosan

Tuberkulosis pertama kali diketahui keberadaannya tahun 1882 oleh ahli bakteri Jerman,
Robert Koch. TB tergolong penyakit menahun nan mematikan.

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (KRT, 1995), sebagai penyebab kematian
secara umum, TB menduduki peringkat ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan infeksi
saluran napas. Namun, khusus di kelas penyakit infeksi, ia ada di posisi nomor satu.

TB umumnya dipicu oleh perumahan yang kurang sehat, terutama di tempat yang
memiliki tingkat hunian sangat padat. Bisa juga lantaran makanan yang disantap kurang
bergizi, serta kurangnya kesadaran dalam menjaga kebersihan lingkungan. TB ditandai
oleh hadirnya bakteri tahan asam bernama mikobakteria tuberkulosis yang memiliki sifat
rada beda dari kuman lain pada paru-paru.

Sifat-sifat berbeda itu di antaranya cepat mati bila terkena sinar Matahari, cepat mati jika
berada dalam air mendidih, dan akan mati setelah 24 jam terkena cairan karbol 5%.
Namun sebaliknya, basil tuberkulosis dapat hidup berminggu-minggu dalam ludah, di
tempat yang sejuk, dan berbulan-bulan di tempat yang gelap. Ia juga dapat dengan mudah
menular lewat hidung atau mulut.

Penderita TB paru-paru, seperti yang terjadi pada teman tadi, merasa badannya lemah dan
nafsu makan berkurang. Timbul batuk yang kadang disertai darah (awalnya cuma sedikit),
muka pucat dan berat badan terus berkurang, serta suhu badan naik terutama pada petang
dan malam hari. Selain itu, pada malam hari penderita sering mengeluarkan keringat,
kadang suaranya berubah menjadi parau atau serak.

Dengan suara parau, teman tadi terus bercerita, termasuk pertemuannya dengan seorang
kawan lain yang membawa pencerahan. Kata teman sang teman, mengandalkan obat-obat
medis memang tidak salah, tapi melengkapinya dengan meminum air rebusan tumbuhan
berkhasiat layak dicoba. “Kalau Tuhan mengizinkan, bisa sembuh lebih cepat,” jelasnya.

Sejak itu, asa teman tadi tumbuh kembali. Ia mencoba mencari tahu, beragam tanaman
obat yang telah diteliti oleh berbagai institusi penelitian maupun perguruan tinggi di
Indonesia. Ia mendapati, ternyata cukup banyak tanaman obat yang secara empiris telah
dikenal masyarakat. Beberapa tumbuhan yang sempat tercatat, antara lain pegagan,
singawalang, bunga tembelekan, dan bumbu tali.

Menghambat & menghancurkan

Pegagan atau nama kerennya Centella asiatica itu tumbuhan liar yang ada di dataran
rendah, sampai sekitar 2.500 m di atas permukaan air laut.

Secara empiris, biasa digunakan sebagai tonik, antiinfeksi, antirematik, penenang,


mempercepat penyembuhan luka, dan diuretik. Berbagai penelitian telah dilakukan guna
mendukung manfaat empirisnya.

Misalnya, penelitian yang merujuk pegagan sebagai antiinflamasi, antioksidan, antitumor,


atau untuk meningkatkan daya ingat (susunan saraf pusat), eksem (luka terbuka), dan
hepatitis. Hal itu berkaitan dengan kandungan senyawa yang dimiliki pegagan, yaitu
asiaticiside, thankuniside, medecassoside, brahmoside, brahminoside, madastic acid,
vitamin B1, B2, dan B6.

Penduduk asli India dan Malaysia konon suka menanam dan menyimpan pegagan dalam
bentuk ready stock, agar siap digunakan sewaktu-waktu. Oleh warga dua bangsa itu
pegagan lazim disimpan dalam bentuk kering untuk mengobati beragam penyakit.
Terkadang mereka juga membuat jus daun segar, yang diminum untuk menghilangkan
pusing ringan.

Dari berbagai penelitian in vitro terhadap pegagan menemukan kemampuannya


menghancurkan berbagai bakteri penyebab infeksi, seperti Staphylococcus aureus,
Escherechia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, dan sejenisnya. Sementara
dalam bentuk infus atau ekstrak etanol, tumbuhan ini dipercaya dapat menghambat
pertumbuhan bakteri.

Laorpuksa A. dan kawan-kawan dalam penelitian pada 1988 membuktikan, estrak air
pegagan dapat melawan bakteri yang menyebabkan infeksi pada saluran napas. Sementara
Herbert D. dan kawan-kawan dari Tuberculosis Research Center di India mencoba efek
pegagan pada bakteri tuberkulosis H37Rv secara in vitro. Hasilnya, pegagan tidak
langsung berefek pada bakteri tuberkulosis. Namun, Herbert menyarankan penelitian lebih
lanjut terhadap senyawa aktif asiaticoside.

Feeling Herbert terbukti benar. Berdasarkan penelitian lanjutan, senyawa aktif pegagan itu
ternyata dapat melawan Mycobakterium tuberculosis dan Bacillus leprae (Oliver-Bever,
1986). Penelitian berikutnya yang dilakukan Walter H. Lewis juga menyatakan, pegagan
termasuk kelompok tanaman yang menghasilkan zat seperti antibiotika dan asiaticoside.

Keampuhan pegagan juga telah diuji coba oleh Boeteau P. dan kawan-kawan, yang
menginokulasi binatang percobaan marmut dengan bakteri basilus tuberkulosis selama 15
hari. Injeksi 0,5 ml 4% asiaticoside yang diberikan pada marmut, terbukti dapat
mengurangi jumlah lesi tuberkular di paru-paru, hati, dan limpa. Senyawa asiaticoside
membuat pegagan tak hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri tuberkulosis, tapi
juga berpotensi sebagai imunomodulator - peningkat daya tahan tubuh.

Secara empiris, pemanfaatan pegagan untuk membasmi tuberkulosis paru-paru dapat


dilakukan dengan berpedoman pada resep berikut. Cuci 30 - 60 g pegagan segar, lalu
rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas, dan diminum 3 kali sehari. Untuk TB kulit,
lumatkan pegagan, kemudian tempelkan pada bagian yang sakit. Kajian etnobotani di
Bogor.

Masih ada sejawat pegagan yang bermanfaat serupa. Singawalang (Pertiveria alliacea),
menurut R. Indra Pandu Gunawan, yang melakukan kajian etnobotani di salah satu
kampung di Bogor, Jawa Barat, juga dapat digunakan untuk mengobati tuberkulosis.
Kesimpulan itu diambilnya setelah masyarakat di kampung yang diteliti itu sukses
menggunakan singawalang untuk mengobati batuk darah akibat TB.

Weniger B. pada 1988 pun menyatakan, masyarakat Haiti, Republik Dominika, telah sejak
lama memanfaatkan tanaman ini untuk mengobati radang paru-paru. Singawalang sendiri
merupakan tanaman berbentuk semak, tingginya bisa mencapai 1 m. Secara empiris,
singawalang sering digunakan untuk peluruh kencing, peluruh dahak, peluruh keringat,
dan pereda kekejangan.

Penelitian in vitro memang menunjukkan, singawalang mampu melawan bakteri


Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Namun, penelitian langsung pada
bakteri tuberkulosis belum dilakukan. Dosis pemanfaatan singawalang: 5 lembar daun
yang telah dicuci bersih ditumbuk sampai halus. Hasil tumbukan diseduh dengan air
panas, dibubuhi garam dan gula merah secukupnya. Aduk sampai larut, saring dan minum
setelah dingin. Frekuensi meminumnya dua kali sehari.

Masih ada lagi yang namanya bunga tembelekan (Lantana camara). Tumbuhan ini dapat
hidup secara liar atau ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman pagar. Perdu setinggi 0,5
- 4 m dan berbau ini secara empiris berkhasiat meredakan demam, penawar racun,
penghilang nyeri, dan penghenti perdarahan. Ia tumbuh di dataran rendah sampai 1.700 m
di atas permukaan laut.

Untuk melawan tuberkulosis paru-paru dengan batuk darah, digunakan bunga tembelekan
kering sebanyak 6 - 10 g, direbus dalam 3 gelas air bersih sampai air rebusannya tersisa
separuh. Setelah dingin, air rebusan itu disaring, dibagi untuk 3 kali minum (pagi hari,
siang, dan sore) masing-masing setengah gelas.

Jangan lupakan juga tanaman bambu tali (Asparagus cochinchinensis). Tumbuhan asal
Cina, Jepang, dan Korea itu tingginya dapat mencapai 1,5 m. Daunnya berwarna hijau,
berbentuk helai panjang, runcing, dan halus. Bagian yang digunakan untuk obat adalah
umbinya. Untuk mengatasi penyakit tuberkulosis yang disertai batuk darah, digunakan 6 -
12 g umbi kering bambu tali, direbus dalam 1,5 gelas air. Air rebusannya diminum dalam
keadaan hangat dua kali sehari, sampai penyakit sembuh.

Obat “hati”

Kalau mau digali lagi, sebenarnya masih banyak tumbuhan - berdasarkan pengalaman
empiris nenek moyang - dipercaya dapat digunakan untuk memerangi TB.

Salah satunya daun legundi (Vitex negundo L). Untuk menggunakannya, 3/5 genggam
daunnya dicuci, lalu direbus dengan air bersih sebanyak 3 gelas makan, sampai air
rebusannya tinggal 3/4 gelas saja. Sesudah dingin, disaring lalu diminum dengan madu
seperlunya. Frekuensi minumnya 3 kali sehari.

Ada lagi serbuk biji pronojiwo (Euhrseta horfieldii Benn). Untuk pengobatan diperlukan
3/4 sendok teh serbuk biji pronojiwo, diseduh dengan air panas sebayak 1/2 cangkir dan
madu 1 sendok makan. Dalam keadaan suam-suam kuku, ramuan diminum 3 kali sehari.
Atau bunga kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis L). Ramuannya, 3 kuntum bunga
kembang sepatu dicuci bersih, lalu digiling halus, diberi air masak 1/2 cangkir dan madu 1
sendok makan, kemudian diperas dan disaring. Ramuan diminum tiga kali sehari.

Bisa juga dicoba bidara upas (Merremia mammosa). Ambilah 1/3 jari bidara, dicuci bersih
lalu diparut, diberi air masak 1 sendok makan dan madu 2 sendok teh, diperas dan
disaring. Obat alami ini diminum tiga kali sehari.

Terakhir, daun gandapura (Gaultheria fragrantissima). Diperlukan 1 sendok makan serbuk


kering daun gandapura. Bahan itu diseduh dengan air panas 3/4 cangkir dan madu 1
sendok makan. Seduhan diminum dalam keadaan suam-suam kuku. Frekuensinya 3 kali
sehari.

Melihat begitu banyaknya alternatif, teman saya jelas makin girang. Kini ia tidak hanya
lebih optimistis menyikapi hidup, tapi juga lebih telaten merawat tanaman-tanamannya,
terutama tanaman pegagan dan kawan-kawan. Buat sang teman, mereka bukan hanya
andalan baru untuk mengusir TB paru-paru, tapi juga mengisi sepi dan mengusir frustrasi.

Catatan :

Satu Tanaman Lain Sebutan Pegagan dikenal juga sebagai daun kaki kuda (Jakarta),
antanan gede (Sunda), kori-kori (Halmahera), kolotidi menora (Ternate), gagan-gagan,
gangagan, kerok batok, pantegowang, panigowang, rendeng (Jawa).

Nama lain bunga tembelekan adalah bunga pagar atau kayu Singapura. Di Sunda kerap
disebut kembang satek, saliyara, tai ayam atau tai kotok. Sedangkan di Jawa kadang
disebut oblo, puyengan, pecengan, atau waung.

Bambu tali atau bambu apus suka juga disebut awi tali (Sunda), deling apus, deling
tangsul, jajang pring (Jawa) atau tiing tali, tiing tlantan (Bali). Tumbuhan lainnya, legundi,
punya nama alias gendarasi (Palembang) atau langgundi (Minangkabau). Sedangkan
bidara upas kerap disebut blanar (Jawa) atau hailale (Ambon).

Oleh Kompas Cyber Media


Sumber : http://www.depkes.go.id/index.php?
option=articles&task=viewarticle&artid=305#
Penulis : Dra. Lucie Widowati, M.Si.Apt; peneliti pada Puslitbang Farmasi dan Obat
Tradisional, Jakarta.

Ciplukan (Physalis peruviana) : Obat Herbal Untuk Penyakit Hipertiroid


Ciplukan adalah Tanaman asal Peru itu tumbuh di ladang atau lahan kosong. Buahnya
bulat tertutup dalam kantong mirip lampion. Sekilas bentuknya persis kantong kemih.
Anggota famili Solanaceae itu terbukti ampuh mengatasi hipertiroid. Ciplukan
mengandung senyawa asam sitrun, fisalin, asam malat, alkaloid, tanin, kriptoxantin, dan
vitamin C. Di Indonesia belum ada riset ilmiah yang membuktikan kemujaraban kerabat
tomat itu.

Namun, di mancanegara banyak ahli menelitinya. Mahmood Vessal dari Departemen


Biokimia Shiraz University of Medical Sciences, Iran, misalnya, membuktikan
keampuhan ciplukan mengatasi hipertiroid. Ia menginjeksi ekstrak ciplukan ke tikus
betina dewasa. Hasilnya, aktivitas lysyl-aminopeptidase (Lys-AP) pada pituari meningkat
50% dan 45% basomedial hypothalamus (BMH). Nilai itu mirip dengan pemberian beta
estradiol 15 ?g selama 5-8 hari ke tikus.

Jika tikus diberikan beta estradiol sekaligus larutan ciplukan meningkatkan aktivitas
enzim pituitari sebanyak 9% dan hipotalamus 5%. Dengan meningkatnya aktivitas enzim
hipotalamus dan pituari, sekresi TSH yang tidak beraturan dapat dicegah. Departemen
Farmasi Universitas Cartagena, Kolumbia menemukan ciplukan bersifat imunomodulator
alias peningkat kekebalan dan juga antipembengkakan. Tumbuhan yang di sini disia-
siakan itu ternyata berkhasiat mengatasi hipertiroid.(Trubus).

Herbal lain yang membantu menyeimbangkan hormonal termasuk hormon endokrin


tiroid adalah Lepidium yang juga berasal dari Peru (Lepidium Peruvianum)

Berikut Cerita Lengkapnya Yang di Ambil dari Majalah Trubus.


Ciplukan (Physalis peruviana) : Obat Herbal Untuk Penyakit Hipertiroid

Riau, Jakarta, Singapura. Itulah kota-kota tempat Albertus Suharno mencari kesembuhan.
'Bola mata berputar dan serasa akan keluar,' kata pria kelahiran Yogyakarta, 8 Agustus
1944 itu. Suhu tubuhnya 40 oC, jakun membesar, dan sekujur tubuh bergetar.

Albertus Suharno langsung mendatangi dokter perusahaan di Batam, Riau. Ia bekerja


sebagai penyelia di perusahaan minyak asing. Hasil diagnosis menyebutkan Suharno
positif hipertiroid. 'Dokter juga tidak tahu penyebabnya, tapi yang paling mungkin adalah
stres akibat pekerjaan,' kata suami Sri Widawati itu. Walau sakit, karyawan yang
bertanggung jawab terhadap operasional pengeboran tetap bekerja.

Setiap akhir pekan, ia terbang ke Jakarta untuk memeriksakan diri ke Rumah Sakit Pusat
Pertamina sesuai rujukan dokter perusahaannya. 'Awalnya, saya juga dirawat inap di
rumahsakit itu selama 2 minggu,' kata Suharno. Saat itu, ia diberi radioaktif yodium.
Setelah mengkonsumsi kapsul cair berwarna bening itu, kerabatnya yang masih kecil,
perempuan hamil, dan lanjut usia dilarang menjenguk. Sebab, obat itu berefek radiasi
yang mampu mengubah peta gen.
Hiperaktif
Menurut Prof dr Slamet Suyono SpPD-KE, endokrinologis Rumahsakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta, radioaktif yodium diberikan oral dalam bentuk pil atau cairan.
Gunanya untuk mengatasi kelenjar yang hiperaktif. 'Lebih dari 80% pasien hipertiroid
sembuh dengan dosis tunggal yodium radioaktif,' katanya. Setelah mengkonsumsi pil
radioaktif, tiroid Suharno memang mengempis.

Selain itu, suhu tubuh normal dan gemetar pada tubuh pun hilang. Sayang, seminggu
setelah pulang ke Batam, penyakit itu kambuh kembali disertai rambut rontok. Menurut
Prof Slamet Suyono rontoknya rambut akibat obat radiasi untuk mengatasi hipertiroid.
Disebut hipertiroid bila kadar hormon T4 melebihi ambang normal, 4,3-12,4 ug/dl. Tiroid
adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu di leher, di bawah jakun. Bobotnya kurang dari 28,4
g.

Meski ringan, jangan anggap enteng tiroid alias gondok. Jika tiroid rusak menimbulkan
dampak besar bagi tubuh. Setiap aspek metabolisme tubuh, dari detak jantung,
pertumbuhan tinggi badan, hingga kecepatan tubuh membakar kalori, melibatkan kerja
hormon pada tiroid. 'Terganggunya fungsi tiroid menyebabkan metabolisme tubuh
terhambat,' kata endokrinologis alias ahli penyakit dalam yang berhubungan dengan
hormon itu. Kelainan itu disebut trauma kelenjar.

Disebut rusak jika fungsi kelenjar menyimpang dari fungsinya untuk memproduksi dua
macam hormon, T4 dan T3. Kondisi kelainan kelenjar bermacam-macam, yakni
hipotiroid, hipertiroid, dan eutiroid. Hipo artinya kelenjar gagal memproduksi hormon
seperti keadaan normal. Eutiroid terjadi bila kelenjar membesar, tapi fungsinya berjalan
normal. Hipertiroid justru sebaliknya, kelenjar terlalu aktif memproduksi hormon hingga
kadar T3 dan T4 melambung. Bobot tubuh pasien hipertiroid biasanya anjlok, mata
melotot, dan badan sering berkeringat. Penderita juga sering marah-marah karena tidak
bisa mengendalikan emosi.
Tinggi

Hipertiroid mempengaruhi fungsi kelenjar hipotalamus dan testis. Beberapa penyebab


hipertiroid adalah penyakit graves, berlebihnya konsumsi hormon tiroid, terjadi
peradangan pada kelenjar tiroid, atau sekresi TSH (thyroid stimulating hormone) oleh
kelenjar pituitari secara abnormal.

Karena tak kunjung membaik, Suharno mencari kesembuhan ke Singapura. Dokter


Mount Elizabeth Hospital, Singapura, mengatakan Suharno memang terjangkit
hipertiroid. Itu sesuai hasil laboratorium yang menunjukkan nilai hormon tiroid T4
sebesar 18,0 ug/dl. Nilai FTI sebesar 21,4 ug/dl; kadar normal, 3,9-14,0 ug/dl. Sedangkan
T3 sebesar 567 ng/dl; normal 80-220 ng/dl nilai TSH hanya 0,03 uIU/ml; kadar normal,
0,50-4,00 uIU/ml.

Dengan hasil laboratorium itu, dokter memberikan kembali pil radioaktif yodium 131
sebanyak 2 kali dan menyuruh mengkonsumsi propylthiouracil (PTU) 100 mg selama 2
pekan. Ia menjalani perawatan di Singapura 6 kali dalam 3 bulan. Hasilnya, bukan
kesembuhan yang didapat tetapi tubuh menghitam dan kurus. Bobotnya tersisa 48 kg;
sebelum sakit, 54 kg.

Bahkan nilai T3 tetap di atas ambang batas, yaitu 383 ng/dl; FTI 14,2 ug/dl, dan TSH
kurang dari 0,03 uIU/ml. Suharno hampir putus asa mencari kesembuhan dengan obat
kimia. Oleh karena itu ia menuruti saran temannya, Karno, untuk mengkonsumsi
ciplukan. Tanaman asal Peru itu tumbuh di ladang atau lahan kosong. Buahnya bulat
tertutup dalam kantong mirip lampion. Sekilas bentuknya persis kantong kemih.

Itulah sebabnya ia diberi nama ilmiah Physalis peruviana. Dalam bahasa Yunani physalis
berarti kantong kemih. 'Untung ada tanaman ciplukan di sekitar rumah,' kata Suharno
yang tinggal di Cibinong, Kabupaten Bogor. Ayah 4 anak itu mencabut 3 tanaman
setinggi rata-rata 50 cm beserta akarnya. Kemudian, pria 64 tahun itu mencuci bersih dan
merebus ke-3 tanaman itu, termasuk buah dan akar, dalam 3 gelas air hingga mendidih
dan tersisa 1 gelas.
Ampuh

Ia meminum segelas ramuan itu 1 kali sehari. Dua hari kemudian kegiatan mengekstrak
ramuan ciplukan berulang. 'Rasanya sangat pahit,' kata kakek 1 cucu itu. Sehari setelah 2
kali konsumsi ekstrak ciplukan, Suharno merasakan perubahan. Seluruh gejala penyakit
yang hinggap di tubuhnya hilang. Saat bangun tidur, ia tak merasakan kelelahan.

Jantung yang semula berdetak kencang atau tidak teratur alias palpitasi, suhu tubuh
tinggi, gelisah, berkeringat, sesak napas, tangan gemetaran, dan otot lemah semuanya
membaik. Yang menakjubkan jakunnya kempis. Sejak itu ia sembuh dari hipertiroid.
Sudah 16 tahun penyakit itu tak pernah kembali merasuki tubuh Suharno.

Anggota famili Solanaceae itu terbukti ampuh mengatasi hipertiroid. Ciplukan


mengandung senyawa asam sitrun, fisalin, asam malat, alkaloid, tanin, kriptoxantin, dan
vitamin C. Di Indonesia belum ada riset ilmiah yang membuktikan kemujaraban kerabat
tomat itu.

Namun, di mancanegara banyak ahli menelitinya. Mahmood Vessal dari Departemen


Biokimia Shiraz University of Medical Sciences, Iran, misalnya, membuktikan
keampuhan ciplukan mengatasi hipertiroid. Ia menginjeksi ekstrak ciplukan ke tikus
betina dewasa. Hasilnya, aktivitas lysyl-aminopeptidase (Lys-AP) pada pituari meningkat
50% dan 45% basomedial hypothalamus (BMH). Nilai itu mirip dengan pemberian beta
estradiol 15 ?g selama 5-8 hari ke tikus.

Jika tikus diberikan beta estradiol sekaligus larutan ciplukan meningkatkan aktivitas
enzim pituitari sebanyak 9% dan hipotalamus 5%. Dengan meningkatnya aktivitas enzim
hipotalamus dan pituari, sekresi TSH yang tidak beraturan dapat dicegah. Departemen
Farmasi Universitas Cartagena, Kolumbia menemukan ciplukan bersifat imunomodulator
alias peningkat kekebalan dan juga antipembengkakan. Tumbuhan yang di sini disia-
siakan itu ternyata berkhasiat mengatasi hipertiroid.(Trubus).
Herbal lain yang membantu menyeimbangkan hormonal termasuk hormon endokrin
tiroid adalah Lepidium yang juga berasal dari Peru (Lepidium Peruvianum)

Bahaya immunomodulator

October 26, 2008 by Administrator


Filed under Healthy

obat yang merangsang dan memperbaiki kekebalan tubuh atau yang populer dengan
sebutan imunomodulator sebaiknya dilakukan lebih bijaksana. Kurangnya pemahaman
masyarakat akan imunomodulator membuat zat ini kerap disalahgunakan dan dianggap
seperti vitamin atau suplemen. Padahal, pemakaian yang tidak tepat justru dapat
merugikan tubuh yakni merangsang timbulnya alergi.

“Imunomodulator ini sering disalahgunakan dianggap seperti vitamin dan disuruh


dikonsumsi tiap hari. Kalau orang sehat diberi imunomodulator apa akibatnya? Bisa
berlebih-lebihan kekebalannya dan alerginya tambah jadi karena penyakit autoimun dan
lainnya,” ungkap Dr Zakiudin Munasir, Sp. A (K), Ketua Divisi Alergi Imunologi, Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, dalam Konferensi Pers Nutrilon Royal 3 di Jakarta,
Rabu (22/10).

Dr Zakiudin menekankan bahwa imunomodulator hanya boleh digunakan apabila


seseorang, baik anak-anak atau dewasa mengalami gangguan kekebalan tubuh. “Misalnya
ketika anak sedang sakit, anak sakit-sakitan karena kurang kekebalan tubuh atau sehabis
sakit berat itu ok. Tapi kalau anak sehat-sehat saja, jangan setiap hari,” terangnya.

Dokter yang menjabat sebagai Perhimpunan Alergi-Imunologi (Peralmuni) Cabang


Jakarta itu juga menyarankan agar tidak untuk mengonsumsi imunomodulator, walaupun
dalam dalam bentuk fitofarmaka setiap hari karena akan merangsang alergi.

“Fitofarmaka itu kan obat. Meskipun bahannya alami, orang apakah harus meminum
jamu setiap hari misalnya. Yang boleh kalau dia sudah sakit, misalnya lagi flu, ketularan
cacar dari saudara atau kalau habis sakit berat. Kalau kekebalan tubuh normal, buat apa
dirangsang-rangsang, nanti malah kelelahan,” jelasnya.

Meski sejauh ini belum ada penelitian tentang akibat penggunaan imunomodulator
berlebihan, Zakiudin menyatakan bahwa secara teori tubuh akan sangat rentan terhadap
alergi.

“Kalau kekebalan tubuh normal dirangsang terus, seseorang akan tambah jadi alerginya.
Nanti kekebalannya jadi berlebihan. Pokoknya imunomodulator itu bukan sebagai
suplemen tetapi memang diperlukan di kala tubuh membutuhkannya seperti saat terkena
infeksi,” tambahnya.

Imunomodulator, lanjut Zakiudin, memang berbeda dengan vitamin yang dapat


dikeluarkan tubuh saat tidak lagi diperlukan atau berlebihan. Bila kekebalan tubuh terlalu
berlebih, tubuh menjadi terlalu sensitif dan keseimbangan sel-sel limfosit menjadi
terganggu.

“Dalam tubuh itu ada keseimbangan sel-sel limfosit yakni sel limfosit T-helper1 yang
dan limfosit T-helper 2. Sel T helper 1 lebih berperan kepada kekebalan tubuh terhadap
infeksi sedangkan T helper 2 berperan pada antibodi. Pada orang yang reaksi kekebalan
tubuhnya berlebihan akan mudah alergi karena sel limfosit T-helper 2 menjadi terlalu
dominan,” tandasnya.
sumber :
http://kompas.co.id/read/xml/2008/10/22/17165516/jangan.asal.minum.pendongkrak.imu
n

Anda mungkin juga menyukai