BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Boiler
Boiler dapat didefinisikan sebagai suatu alat berbentuk bejana tertutup tempat
terjadinya
proses pemanasan air sebagai bahan baku utama dalam menghasilkan
uap panas atau steam bertekanan di atas tekanan atmosfer. Proses perubahan air
menjadi uap panas dilakukan dengan mentransferkan energi panas hasil
pembakaran yang dilakukan secara terus-menerus dengan mengalirkan bahan bakar
dan udara dari luar. Steam yang dihasilkan dari proses ini dapat digunakan sebagai
fluida kerja maupun media pemanas untuk berbagai keperluan baik sebagai
pendukung proses produksi seperti pemanfaatan panas dari steam untuk pengolahan
dan pemanasan pada industri kecil, maupun sebagai instalasi tenaga atau
pembangkit tenaga listrik. Boiler juga dapat dikatakan sebagai pesawat uap yang
akan mentransferkan energi-energi kimia menjadi kerja ( usaha ) (muin,1988).
Energi yang terkandung didalam air akan meningkat seiring dengan peningkatan
temperatur dan tekanan yang terjadi.
Beberapa pemanfaatan dari uap yang dihasilkan oleh boiler dalam beberapa
kepentingan diantaranya :
Beberapa sistem yang terdapat pada boiler diantaranya terdiri dari sistem air
umpan (feed water system), sistem steam (steam system) dan sistem bahan bakar
(fuel system). Sistem air umpan (feed water system) merupakan sistem penyediaan
air otomatis bagi boiler untuk menghasilkan kebutuhan steam. Sistem air umpan
pada boiler terdiri dari sistem air kondensat dimana merupakan air hasil kondensasi
II-1
II-2
di kondensor yang merupakan air pengisi boiler drum (steam drum). Aliran
kondensat di mulai dari hotwell sampai ke daerator. Dan sistem make-up water
yang merupakan air baku yang diolah ( mengalami treathment secara kimia) dan
berasal
dari luar sistem.Sistem steam (steam system) merupakan suatu sistem
pengontrol
produksi steam dalam boiler. Steam yang dihasilkan kemudian dialirkan
dengan menggunakan suatu sistem pemipaan pada suatu titik pengguna. Sistem
bahan bakar (fuel system) merupakan peralatan-peralatan yang digunakan dalam
mendukung penyediaan bahan bakar demi menghasilkan kalor yang dibutuhkan
dalam
proses pembakaran. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar
tergantung
pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem. Sistem tambahan
lain berupa penggunaan economizer untuk pemanasan awal air umpan
menggunakan limbah panas dari gas buang demi mendapatkan efisiensi boiler yang
lebih tinggi.
Boiler/ ketel uap pada dasarnya terdiri dari drum yang tertutup pada unjung
pangkalnya dan dalam perkembangannya dilengkapi dengan pipa api maupun pipa
air. Menurut bentuk, konstruksi dan kegunaannya ketel uap mempunyai bermacam
jenis dan dapat digolongkan pada beberapa kelompok ( Muin, 1988:8-10; Maridjo,
2005):
Pada fire tube boiler, fluida yang mengalir dalam pipa adalah gas nyala (
hasil pembakaran), yang membawa energi panas ( thermal energy) dan akan d
transfer ke air yang ada pada boiler melalui bidang pemanas ( heating surface).
Biasanya penggunaan Fire tube boilers pada kapasitas steam yang relative
kecil dengan tekanan steam rendah hingga sedang. Bahan bakar yang
dipergunakan pada jenis boiler Fire tube boilers dapat berupa bakar minyak,
gas atau bahan bakar padat dalam pengoperasiannya. Untuk alasan yang lebih
hemat dan ekonimis biasanya sebagian besar fire tube boilers telah
dikonstruksi sebagai “paket” boiler (dirakit oleh pabrik) untuk semua bahan
bakar.
II-3
( sumber : wikipedia )
2.2.2. Boiler pipa air ( water tube boiler )
Pada water tube boiler fluida yang dialirkan ke dalam pipa-pipa adalah
air, energi panas akan ditransferkan dari luar pipa ( ruang bakar) oleh gas
pembakaran kepada air dan akan memanaskan air menjadi steam yang akan
masuk pada daerah uap dalam drum. Pemilihan penggunaan boiler jenis ini
didasarkan pada kebutuhan steam dan tekanan steam sangat tinggi seperti pada
kasus boiler untuk pembangkit tenaga. Kebanyakan water tube boilers didesign
secara paket jika digunakan bahan bakar minyak bakar dan gas. Untuk water
tube yang menggunakan bahan bakar padat, umumnya tidak dirancang secara
paket.
Karakteristik water tube boiler sebagai berikut :
Forced, induced dan balanced draft membantu untuk meningkatkan
efisiensi pembakaran
Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant
pengolahan air
Memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi.
II-4
( sumber : wikipedia)
2.2.3. Paket boiler
Paket boiler merupakan jenis boiler yang lebih modern dengan semua
komponen sudah disusun lengkap dari produsen boiler. Biasanya suatu pabrik
hanya perlu menyediakan beberapa komponen lain yakni pipa steam, pipa air,
suplai bahan bakar dan sambungan listrik untuk dapat mengoperasikan boiler.
Penggunaan paket boiler ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya sedikit
bahan bakar dan tenaga listrik yang digunakan. Paket boiler biasanya merupakan
tipe shell and tube dengan rancangan fire tube dengan transfer panas baik radiasi
maupun konveksi yang tinggi. Ciri-ciri dari packaged boilers adalah:
Ruang pembakaran yang kecil serta tingginya panas yang dilepaskan
akan menghasilkan penguapan yang lebih cepat.
Banyaknya jumlah pipa dengan diameter kecil akan membuat
perpindahan panas secara konvektif menjadi lebih baik.
Sistem forced atau induced draft menghasilkan efisiensi pembakaran
yang baik. Sejumlah lintasan/pass menghasilkan perpindahan panas
keseluruhan yang lebih baik.
Memiliki tingkat efisiensi thermis lebih tinggi jika dibandingkan
dengan boiler lain.
II-5
2.2.4. Boiler Pembakaran dengan Fluidized Bed ( FBC )
Boiler FBC muncul sebagai pengembangan baru dari jenis boiler yang
ada. Boiler ini merupakan alternatif baru dengan kelebihan pada sistem
pembakaran yang lebih efisien dibandingkan dengan sistem pembakaran pada
boiler konvensional. Boiler ini memberikan banyak keuntungan diantaranya
rancangan yang kompak, fleksibel terhadap bahan bakar, efisiensi pembakaran
yang tinggi dan akan mengurangi emisi polutan yang merugikan seperti SOx dan
NOx. Biasanya penggunaan bahan bakar yang digunakan berupa batubara,
sekam padi, bagas dan limbah pertanian lainnya. Boiler FBC memiliki kapasitas
yang luas yaitu antara 0.5 T/h sampai 100 T/h. Sistem pembakaran bahan bakar
jenis ini biasanya disebut terfluidisasikan, dimana partikel tersuspensi dalam
aliran udara. Pembakaran dengan fluidized bed (FBC) berlangsung pada suhu
sekitar 840 0C - 950°C. dikarnakan suhu yang dihasilkan dari proses pembakaran
ini berada jauh dibawah suhu fusi abu, maka pelelehan abu dan permasalahan
yang terkait didalamnya dapat dihindari. Untuk suhu pemabaran yang lebih
rendah dapat tercapai dengan tingginya koefisien perpindahan panas akibat
pencaampuran dalam proses fluidized bed dan ekstraksi panas yang efektif dari
bed melalui perpindahan panas pada pipa dan dinding bed.
II-6
Boiler FBC memiliki beberapa jenis pengembangan sebagai berikut:
a) Atmospheric Fluidized Bed Combustion ( AFBC )
Boiler AFBC merupakan boiler jenis konvensioanal dengan
pengembangan pada penambahan sebuah fluidized bed combustor. Pada
boiler jenis ini biasnya menggunakan bahan bakar batubara yang memiliki
ukuran 1-10 mm tergantung pada tingkatan batubara dan jenis pendistribusian
udara ke dalam ruang bakar. Boiler AFBC ini biasanya merupakan boiler tipe
water tube boiler dengan pipa yang berada dalam bed pembawa air yang
bertindak sebagai evaporator.
b) Pressurized Fluidized Bed Combustion (PFBC) Boiler
Boiler PFBC ini merupakan generasi pertama yang menggunakan jet
udara untuk pencampuran dan pembakaran batubara selama pembakaran.
Boiler jenis ini memiliki efisiensi pembakaran yang lebih efisien dan tingkat
penyerapan sulfur dioksida dalam bed yang lebih efektif. Sistem boiler PFBC
beroperasi pada tekanan tinggi dan menghasilkan aliran gas bertekanan tinggi
pada suhu yang dapat menggerakkan turbin gas. Uap yang dihasilkan dari
panas dalam fliudized bed dikirim ke turbin uap yang akan menciptakan
sistem siklus gabungan yang sangat efisien. Sistem ini dapat digunakan untuk
sistem pembangkit koogenerasi ( steam dan listrik) yang dapat meningkatkan
efisiensi konversi sebesar 5-8%..
II-7
Gambar II-4 CFBC boiler
( sumber : Thermax Babcock and Wilcox Ltd, 2001 )
II-8
Gambar II-5 Spreader stoer boiler
( sumber : Departement of coal, 1985)
b) Chain-grate atau traveling -grate stoker
Pembakaran batubara jenis boiler Chain-grate berbeda dengan boiler
jenis speader stoker. Pada sistem pembakarannya batubara dialirkan didalam
tungku menggunakan grate baja yang bergerak. Ketika grate bergerak
sepanjang tungku, batubara akan terbakar sebelum jatuh ke ujung sebagai
abu. Tingkat pembakaran jenis ini memerlukan keterampilan dalam
pengaturan penyetelan grate, damper udara dan baffles sehingga
menghasilkan pembakaran yang bersih dengan seminimal mungkin jumlah
karbon yang tidak terbakar dalam abu. Ukuran batubara juga harus
diperhatikan, batubara yang masuk ke dalam tungku harus memiliki ukuran
yang seragam , hal ini untuk menghindari batubara yang tidak terbakar
sempurna pada waktu mencapai ujung grate
II-9
2.2.6. Pulverized Fuel Boiler (PFB)
Boiler PFB merupakan boiler yang banyak digunakan secara universal
pada pembangkit berkapasitas besar dan menggunakan bahan bakar dengan
biaya rendah karena memberikan efisiensi termal yang tinggi dan kontrol yang
lebih
baik sesuai dengan perubahan beban. Pada sistem pembakaran boiler PFB
batubara dihancurkan menjadi bagian yang lebih kecil dengan bantuan mesin
penggiling dan dimasukkan kedalam ruang bakar dengan bantuan udara panas.
Jumlah udara yang dibutuhkan dalam proses pembakaran dimasukan secara
terpisah kedalam ruang bakar. Turbulensi yang dihasilkan dalam ruang bakar
akan
membantu dalam pencampuran bahan bakar dan udara. Udara yang
disuplai bersamaan dengan batubara yang akan dibakar dikenal sebagai udara
primer, sedangkan jumlah udara yang disuplai secara terpisah untuk
penambahan udara pembakaran dikenal sebagai udara sekunder.
II-10
generator turbin uap. Ini merupakan salah satu tindakan yang dilakukan untuk
dapat menmanfaatkan kembali panas gas buang dari turbin gas dan diesel.
Pemanas fluida termis telah banyak diterapkan secara luas dalam proses
pemanasan tidak langsung. Sistem pembakaran pemanas fluida termis terdiri
dari fixed grate dengan susunan draf mekanis.
II-11
Gambar II-9. Konfigurasi pemanas fluida termis.
( sumber : Energy Machine India )
II-12
2. Ketel Drum
Ketel drum merupakan bejana yang berfungsi sebagai tempat pemisahan
antara air dan uap yang berasal dari pipa-pipa air yang menguap. Steam drum ini
terbagi
menjadi dua bagian yaitu bagian bawah tempat penampungan air dan
bagian
atas tempat penampungan uap penguapan. Uap jenuh hasil pemasakan
pada walltube kemudian akn dialirkan lagi ke daerah superheater untuk
dipanaskan kembali.
3. Superheater
Superheater merupakan bagian penting dalam unit pembangit uap.
Tujuannya
adalah untuk meningkatkan temperatur uap jenuh tanpa menaikkan
tekanannya dengan melakukan pemanasan ulang. Superheater memproduksi
superheated steam atau uap kering. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari uap
yang masih memiliki kandungan air karna akan menyebabkan terjadi
kondensasi yang terlalu cepat di dalam mesin yang menggunakan uap air
tersebut. Uap air ini menyimpan lebih banyak energi panas daripada uap air
saturated (uap air basah), ditandai dengan nilai entalpi yang lebih tinggi. Uap air
yang diproduksi oleh boiler konvensional umumnya hanya mencapai fasa
saturated dan pada superheater uap ini akan dipanaskan lebih lanjut untuk
mencapai fasa superheated.
4. Economizer
Economizer berfungsi sebagai tempat pemanasan awal air pengisi (
feedwater ) sebelum masuk ke dalam boiler. Umumnya economizer berada pada
bagian setelah evaporator sehingga memiliki temperatur lebih kecil jika
dibandingkan dengan bagian pemanas lainnya. Penggunaan economizer sebagai
pemanfaatan panas gas buang akn meningkatkan nilai efisiensi boiler dengan
pengurangan pada pemakaian bahan bakar. Dengan pengurangan pada konsumsi
bahan bakar juga akan berdampak pada pengurangan biaya penggunaan bahan
bakar. Disamping dapat mengurangi biaya bahan bakar juga dapat menghemat
biaya operasional yang lainya, seperti pemakaian chemical untuk mengurangi
O2 dan N2 dalam air umpan boiler. Karena dengan bertambahnya temperatur air
akan mengurangi kadar O2 dan N2 yang terkandung dalam air umpan boiler. Hal
ini bisa dilihat dari gambar berikut
II-13
Gambar II-10 Pengaruh temperatur terhadap O2 dan N2 dalam air
5. Evaporator
II-14
bereaksi dengan oksigen , dan tidak seluruhnya menghasilkan gas dengan unsur
CO2 pada reaksi ini juga akan menghasilkan unsur gas CO. Keberadaan gas CO
dari hasil proses pembakaran itu menunjukkan bahwa pembakaran berlangsung
secara tidak sempurna. Besar energi yang dilepaskan pada proses pembakaran
akan terjadi apabila bahan bakar mendapatkan pasokan udara yang cukup.
Hampir 79% udara ( tanpa oksigen) merupakan unsur nitrogen (N) dan sisanya
merupakan elemen lainnya. Nitrogen akan mengurangi efisiensi pembakaran
dengan cara menyerap panas dari pembakaran dan mengencerkan gas buang.
Nitrogen ini juga akan mengurangi transfer panas pada permukaan alat penukar
panas. (UNEP, 2006).
II-15
Analisa ini digunakan untuk perhitungan kebutuhan udara teoritis
pada pembakaran sempurna dengan jumlah bahan bakar tertentu
pada presentase berat contohnya:
C + O2 CO2
12 kg 32 kg 44 kg
Reaksi kimia di atas menunjukkan bahwa setiap kg karbon
memerlukan 2,67 kg oksigen secara teoritis untuk mendapatkan
pembakaran sempurna menjadi karbondioksida. Apabila besar
oksigen yang dibutuhkan dalam masing-masing unsur pada proses
pembakaran dihitung kemudian dijumlahkan, maka akan
didapatkan besar kebutuhan oksigen teoritis yang dibutuhkan
pembakaran sempurna bahan bakar (Diklat PLN, 2006).
II-16
Komposisi gas buang yang meliputi N2, CO2, O2 dan CO
Pengukuran secara langsung terhadap udara yang disuplai
Efisiensi pembakaran akan mengalami peningkatan seiring dengan
peningkatan jumlah excess air hingga pada nilai tertentu, yaitu pada saat nilai
kalor yang terbuang pada gas buang lebih besar dari pada kalor yang disuplai
oleh proses pembakaran yang optimal
Hubungan antara excess air , efisiensi, kandungan O2/CO2 dalam gas
buang dapat digambarkan:
Udara terlalu banyak: gas buang terlalu banyak, dan membawa heat
loss yang signifikan
Udara kurang: pembakaran tidak sempurna karena kurang udara,
Sehingga terbentuk CO (efisiensi menurun, polusi meningkat)
Dari hubungan tersebut maka udara harus berlebih tetapi harus dijaga
pada nilai optimum bergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan dan
jenis boiler
II-17
Gambar II-12 Pengaruh Excess Air terhadap kandung O2 dan CO2 pada gas buang
( Sumber : Engineeringtoobox.com )
II-18
2.5.2. Jenis-jenis Batu Bara
Batu bara terbagi dalam tingkat (grade) yang berbeda mulai dari
lignite, sub-bituminous, bituminous, dan anthracite.
Keempat jenis batu bara ini memiliki sifat fisik yang berbeda-beda
satu sama lain. (Teknik kimia, ITM, 2006)
A. Antrasit
Merupakan batubara berwarna hitam berbentuk sangat mengkilap,
kompak, nilai kalor sangat tinggi, kandungan karbon sangat tinggi, dan
kandungan sulfur sangat tinggi.
B. Semi Antrasit/ gambut
Merupakan batubara berwarna hitam mengkilap, kompak, nilai kalor
tinggi, kandungan karbon tinggi, dan kandungan sulfur tinggi.
C. Bituminus
II-19
Gambar II-13. Contoh batu bara jenis gambut, lignit, bituminus dan antrasit
Selain empat jenis yang umum seperti di atas, di dunia ada banyak
varian batubara menurut tingkatan usia dan komposisi mineral
A. Analisis Proximate
II-20
Tabel II-2.Analisis proximate untuk berbagai batu bara (persen) Sub-bituminus di
beberapa negara
Batubara Batubara Batubara
Parameter
India Indonesia Afrika Selatan
Kadar Air 5,98 9,43 8,5
Abu 38,63 13,99 17
Bahan mudah
20,7 29,79 23,28
menguap
Fixed Carbon 34,69 46,79 51,22
a) Fixed carbon
Fixed carbon merupakan bahan bakar padat yang tertinggal dalam
tungku setelah bahan yang mudah menguap didistilasi. Kandungan
utama dari bahan ini adalah karbon akan tetapi juga mengandung
hidrogen, oksigen , sulphur dan nitrogen yang tertinggal dan tidak
terbawa oleh gas. Fixed carbon akan memberikan gambaran perkiraan
kasar dari nilai panas batubara (UNEP, 2006 ).
II-21
Mempengaruhi kebutuhan udara sekunder dana aspek-aspek
distribusi.
Mempengaruhi kebutuhan minyak baker sekunder.
c) Kadar abu
Kadar abu merupakan kotoran yang tidak akan terbakar. Besar
kandungan abu dalam bahan bakar berkisar antara 5% hingga 40%.
Sehingga pengaruh adanya abu adalah:
Mengurangi kapasitas handling dan pembakaran.
Meningkatkan biaya handling.
Mempengaruhi efisiensi pembakaran dan efisiensi boiler.
Menyebabkan penggumpalan dan penyumbatan.
d) Kadar air
Biasanya kandungan air yang ada pada batubara terbawa disaat
bersamaan pada proses pengangkutan. Pengaruh dari kadar air akan
menurunkan kandungan panas per kg batubara, dan kandungannya
berkisar antara 0,5 hingga 10%. Pengaruh adanya kadar air adalah:
Meningkatkan kehilangan panas,
Karena penguapan dan pemanasan berlebih dari uap.
Membantu pengikatan partikel halus pada tingkatan tertentu.
Membantu radiasi transfer panas.
e) Kadar Sulfur
Pada umumnya berkisar pada 0,5hingga 0,8%. Sulfur:
Mempengaruhi kecenderungan teradinya penggumpalan dan
penyumbatan
Mengakibatkan korosi pada cerobong dan peralatan lain seperti
pemanas udara dan economizers.
Membatasi suhu gas buang yang keluar.
II-22
B. Analisis Ultimate
Analsis ultimate dimaksudkan untuk menentukan macam-macam
kandungan kimia unsur-unsur dalam batubara seperti karbon, hidrogen,
oksigen, sulfur, dll. Analisis ini berguna dalam penentuan jumlah udara
yang diperlukan untuk pembakaran dan volume serta komposisi gas
Batubara Batubara
Parameter
India, % Indonesia,%
Kadar Air 5,98 9,43
Bahan Mineral 36,63 13,99
Karbon 41,11 58,96
Hidrogen 2,76 4,16
Nitrogen 1,22 1,02
Sulfur 0,41 0,56
Oksigen 9,89 11,88
( sumber : UNEP, 2006 )
Dalam hal ini suatu boiler dikatakan baik harus memenuhi beberapa
persyaratan diantaranya ( Maridjo:2005):
II-23
2.7 Pemilihan Boiler
1) Daya yang diperlukan dan tekanan kerja
2) Posisi geografi dari power house ( sumber tenaga )
3) Ketersediaan bahan bakar dan air.
4) Kemungkinan stasiun permanen.
5) Faktor beban yang mungkin
Energi Uap
Energi yang terbuang ke
udara sekitar
II-24
2.9 Pengkajian Boiler
2.9.1 Neraca Massa dan Energi
Proses pembakaran dalam boler dapat digambarkan dalam bentuk
diagram alir energi. Diagram ini menggambarkan secara grafis tentang bagaimna
energi masuk dari bahan bakar, air, dan udara diubah menjadi aliran energi
dengan barbagai kegunaan dan menjadi aliran kehilangan kalor dan energi.
(UNEP/www.energyefficiencyasia.org, 2006). Neraca panas dapat membantu
dalam mengidentifikasi kehilangan panas yang dapat atau tidak dapat dihindari.
Uji efisiensi boiler dapat membantu dalam menemukan penyimpangan efisiensi
boiler dari efisiensi terbaik dan target area permasalahan untuk tindakan
perbaikan.
Stack gas
Stochiometric
Excess Air
Un burnt
Fuel Input
Air Input
Water Input
Boiler Steam output
Neraca massa dan energi merupakan kesimbangan energi total yang masuk
boiler terhadap yang meninggalkan boiler dalam bentuk yang berbeda. Gambaran
berikut memberikan gambaran berbagai kehilangan yang terjadi untuk pembangkit
uap.
II-25
( sumber : energyefficiencyasia.org)
Kehilangan energi dapat dibagi kedalam kehilangan yang tidak atau dapat
dihindarkan. Tujuan dari produksi bensin atau pengkajian energi harus mengurangi
kehilangan yang dapat dihindari dengan cara meningkatkan efisiensu energi.
Kehilangan berikut dapat dihindari atau dikurangi diantaranya:
a. Kehilangan gas cerobong
- Udara berlebih ( diturunkan hingga ke nilai minimum yang
tergantung dari teknologi burner, operasi ( kontrol) dan
pemeliharaan )
- Suhu gas buang cerobong ( diturunkan dengan mengoptomal
perawatan (pembersihan), beban, burner yang lebih baik dan
teknologi boiler)
b. Kehilangan karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam cerobong
dan abu (mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan teknologi burner
yang lebih baik)
c. Kehilangan dari blowown ( pengolahan air umpan segar, daur ulang
kondensat )
d. Kehilangan kondensat ( memanfaatkan sebanyak mungkin kondensat)
e. Kehilangan konveksi dan radiasi ( dikurangi dengan isolasi boiler yang
lebih baik)
II-26
2.9.2 Evaluasi Kinerja Boiler
Parameter kinerja boiler seperti efisiensi dan rasio penguapan, berkurang
terhadap waktu disebabkan buruknya pembakaran, kotornya permukaan penukar
kalor dan buruknya operasi dan pemeliharaan tehadap suatu boiler. Bahkan
untuk
boileryang baru sekalipun, alasan seperti buruknya kualitan bahan bakar
II-27
2.9.3.1 Metode Langsung (Metode Direct)
Serupa dengan yang disebutkan sebelumnya metode ini merupakan
pendekatan yang dilakukan dengan mengukur jumlah panas yang terdapat pada
dan membandingkannya dengan jumlah panas yang diberikan bahan bakar.
uap
Metode
ini dikenal dengan metode ‘input-output‘. Berdasarkan standar Bureau Of
Keterangan:
ƞ𝑏𝑜𝑖𝑙𝑒𝑟 = efisiensi boiler (%)
ṁ 𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 = laju alir uap (kg/jam)
ℎ𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 = entalpi uap ( hg) (kj/kg)
ℎ𝑓𝑒𝑒𝑑𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 = entalpi air umpan (hf) (kj/kg)
𝑚𝑓𝑢𝑒𝑙 = laju alir bahan bakar (kg/jam)
𝐺𝐶𝑉𝑓𝑢𝑒𝑙 = nilai kalor bahan bakar (kj/kg)
II-28
Jenis bahan bakar dan nilai panas kotor bahan bakar (GCV) dalam kkal/kg
bahan bakar.
Dimana
hg - Entalpi steam jenuh dalam kkal/kg steam
Keuntungan metode langsung
pekerja pabrik dapat dengan cepat mengevaluasi efisiensi boiler
memerlukan sedikit parameter untuk perhitungan
mudah membandingkan rasio penguapan dengan data benchmark
Kerugian metode langsung
tidak memberikan petunjuk kepada operaor tentang penyebab dari efisiensi
sistem yang lebih rendah
tidak menghitung berbagai kehilangan yang berpengaruh pada berbagai
tingkat efisiensi
II-29
Keterangan :
II-30
dapat dikendalikan oleh perancangan. Data yang diperlukan untuk perhitungan
efisiensi boiler dengan menggunakan metode tidak langsung adalah:
Analisis ultimate bahan bakar (H2, O2, S, C, kadar air, kadar abu)
Persentase oksigen atau CO2 dalam gas buang
padat)
GCV abu dalam kkal/kg (untuk bahan bakar padat)
Alasan utama dalam penggunaan metode Indirect dalam perhitungan efisiensi
boiler:
Lebih mudah dalam perhitungan kerugian dibandingkan dengan
mengukur laju aliran batubara
Mudah untuk memeriksa kerugian terkendali dan tidak terkendali
sehingga dapat mencoba untuk mengurangi kerugian yang dapat
dikendalikan tersebut
Efisiensi dapat ditingkatkan dengan efek gabungan dari seluruh hal
Lebih akurat dari metode langsung
II-31
Uji efisiensi tidak memperhitungkan:
• kerugian Standby. Uji efisiensi harus dilakukan, ketika boiler beroperasi di
bawah beban stabil. Oleh karena itu, tes efisiensi pembakaran tidak
mengungkapkan kerugian standby, yang terjadi antara interval penembakan
• kerugian Blow down. Jumlah energi yang terbuang oleh blowdown
bervariasi melalui berbagai keadaan.
• Soot blower steam. Jumlah uap yang digunakan oleh soot blower adalah
𝑂
( 11,6 𝑥 𝐶 )+( 34,8 𝑥 (𝐻2 − 2 ))+(4,35 𝑥 𝑆 )
8
Udara teoritis untuk = ............. (II. 1)
100
pembakaran sempurna
𝑚𝑜𝑙𝑒𝑠 𝑜𝑓 𝐶
% CO pada = 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑠 𝑁 .........................................(II. 2)
2 +𝑚𝑜𝑙𝑒𝑠 𝑜𝑓 𝐶
pembakaran sempurna
II-32
Tahap – 3 . Menghitung persen kelebihan udara yang dipasok (EA)
Tahap – 4 . Menghitung massa udara sebernanya yang dipasok (AAS)
𝐸𝐴
Massa sebernarnya = ( 1 + 100) x udara teoritis ............................(II. 5)
Udara suplai
Tahap – 5 . Menghitung massa aktual gas buang kering
𝑚̇ 𝑥 𝐶𝑝 𝑥 (𝑇𝑓 − 𝑇𝑎 )
𝐿1 = 𝑥 100...................................................(II. 7)
𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑎𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑟𝑎
Keterangan :
II-33
Uap air dihasilkan dari kandungan hidrogen dalam bahan bakar, kadar air
dalam bahan bakar dan udara selama proses pembakaran. Kerugian akibat
dari komponen ini belum termasuk kepada hilangnya gas buang kering
karena mereka secara terpisah dihitung sebagai kerugian gas buang basah
Heat loss karena steam dalam gas buang ( L2 )
Pembakaran hidrogen menyebabkan hilangnya panas karena produk
dari pembakaran adalah air. Air ini akan diubah menjadi uap dan akan
membawa panas pergi dalam bentuk panas laten
9 𝑥 𝐻2 𝑥 { 584+ 𝐶𝑝 (𝑇𝑓 − 𝑇𝑎 )}
𝐿2 = 𝑥 100....................................(II. 8)
𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑎𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑟𝑎
Keterangan :
𝑀 𝑥 {584+ 𝐶𝑝 (𝑇𝑓 − 𝑇𝑎 )
𝐿3 = 𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑎𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑟𝑎
𝑥 100.................................... (II. 9)
II-34
Keterangan :
M = massa embun dalam bahan bakar 1 kg basis (kg)
Cp = panas spesifik superheater = 0,45 kCal/kg 0C
Tf = temperatur flue gas (0C)
Ta = temperatur ambient (0C)
Heat loss karena kandungan airdi udara H2O ( L4 )
Uap yang terbentuk karena kelembapan udara yang masuk merupakan
superheat saat melewati boiler. Karena panas ini melewati cerobong, maka
ini merupakan suatu losses pada boiler. Untuk menghubungkan kerugian
ini dengan massa batubara yang dibakar, kandungan kelembapan udara
pembakaran dan jumlah udara yang dipasok per satuan massa batubara
yang dibakar harus diketahui.
Massa uap merupakan kandungan udara yang dapat diperoleh dari
grafik psychrometric dan nilai-nilai khas yang termasuk di bawah ini :
Tabel II-4 Nilai-nilai khas grafik psychrometric
Keterangan :
II-35
Ta = temperatur ambient ( dry-bulb) (0C)
GCV = nilai kalor atas bahan bakar (kkal/kg)
Humidity faktor = massa air yang terkandung dalam setiap
kilogram udara kering (kg)
Heat loss karena pembakaran tidak sempurna ( L5 )
Rugi-rugi ini disebabkan oleh bahan yang tidak terbakar dalam residu.
Hasil pembentukan dari pembakaran tidak sempurna bisa dicampur
dengan oksigen dan dibakar kembali dengan keluaran lebih lanjut dari
energi seperti gas buang boiler. produk boiler termasuk CO, H2, dan
berbagai hidrokarbon merupakan satu-satunya gas hasil konsentrasi yang
dapat ditentukan dalam suatu tes pabrik boiler.
%𝐶𝑂 𝑥 𝐶 5744
𝐿5 = 𝑥 𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎 100............................(II. 11)
%𝐶𝑂+ %𝐶𝑂2
Kehilangan panas yang disebabkan oleh radiasi dan konveksi aktual sulit
dikaji sebab daya emisifitas permukaan yang beraneka ragam, kemiringan,
pola aliran udara dan sebagainya. Pada boiler biasanya kerugian permukaan
dan kerugian lain yang tidak terhitung diasumsikan berdasarkan jenis dan
ukuran boiler yang relatif kecil. Untuk kerugian akibat rasiasi dn konveksi
boiler jenis CFB dapat dilihat dari tabel dibawah ini
II-36
Namun dapat dilakukan perhitungan jika area permukaan boiler dan suhu
permukaan boiler diketahui , maka kita dapat menggunakan seperti rumus
di bawah ini :
𝑇𝑠 4 𝑇𝑎 4 196,85 𝑉𝑚+68,9
𝐿6 = 0,548 𝑥 [ ( ) −( ) ] + 1,957 𝑥 (𝑇𝑠 − 𝑇𝑎 )1,25 𝑥 𝑠𝑞𝑟𝑡 𝑜𝑓 [ ]....(II. 13)
55,55 55,55 68,9
II-37
Beberapa keunggulan dalam menggunakan metode Indirect dalam
pengujian kinerja boiler ini yaitu:
Akurasi dari pendekatan yang cukup baik. Ketelitian alat ukur memiliki
pengaru cukup kecil terhadap nilai dari efisiensi.
Keterangan
Quantity of steam generation : massa steam (kg)
Quantity of fuel generator : massa konsumsi bahan
bakar (kg)