Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA
“Kelarutan dengan Pengaruh Konstantan Dielektrik”

Disusun oleh :
Kelompok 3 dan 4

Aishy Ash Shidiq P17335118066 Amalia Setiawati P17335118006


Alifya Putri N P17335118022 Lu’lu’il Jannah M P17335118070

Kelas : 1B
Dosen pembimbing :
Hanifa Rahma, M.Si.,Apt

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI D-III FARMASI
BANDUNG
2019
A. JUDUL PERCOBAAN
Kelarutan dengan pengaruh konstanta dielektrik
B. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM
Hari : Jumat
Tanggal : 15 Februari 2019
C. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
2. Menjelaskan pengaruh konstanta dielektrik terhadap kelarutan suatu zat
D. DASAR TEORI (Amalia Setiawati P17335118006)
Kelarutan didefinisikan dalam istilah kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada suhu tertentu, dan secara kualitatif, dapat didefinisikan
sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih banyak zat untuk membentuk dispersi
molekuler yang homogen. Kelarutan adalah bahan intrinsik properti yang dapat diubah
hanya dengan modifikasi kimia dari molekul (Sinko, 2011).
Kelarutan suatu obat dapat diekspresikan dalam beberapa cara. Farmakope
Amerika Serikat (USP) menggambarkan kelarutan obat sebagai bagian pelarut yang
diperlukan untuk satu bagian zat terlarut. Kelarutan obat dapat dinyatakan dalam
beberapa cara. Kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut di mana akan larut 1 gram zat
terlarut. Kelarutan juga dinyatakan secara kuantitatif dalam hal molalitas, molaritas,
dan persentase.
Sebagai contoh, kelarutan Asam Benzoat dikatakan sebagai: Larut dalam lebih
kurang 350 bagian air, dalam lebih kurang 3 bagian etanol (95%) P, dalam 8 bagian
kloroform P dan dalam 3 bagian eter P. (Depkes RI, 2014)
Apoteker tahu bahwa air adalah pelarut yang baik untuk garam, gula, dan
senyawa serupa, sedangkan minyak mineral sering merupakan pelarut untuk zat yang
biasanya hanya sedikit larut dalam air. Temuan-temuan empiris ini dirangkum dalam
pernyataan, "like dissolve like" (Sinko, 2011).
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu oleh
dipol momennya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lainnya.
Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol dalam segala perbandingan dan
melarutkan gula dan senyawa polihidroksi yang lain (Martin, 2011). Aksi pelarut dari
cairan nonpolar, seperti hidrokarbon, berbeda denganzat polar. Pelarut nonpolar tidak
dapat mengurangi gaya tarik-menarik antaraion-ion elektrolit kuat dan lemah, karena
tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan
kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut aprotik, dan tidak dapat
membentuk jembatan hidrogen dengan nonelektrolit.
Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya dapat larut
sedikit dalam pelarut nonpolar (Martin, 2008). Pelarut semipolar seperti keton dan
alkohol dapat menginduksi suatuderajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut
nonpolar, sehingga menjadi dapat larut dalam Alkohol, contohnya benzena yang mudah
dipolarisasikan. Kenyataanya, senyawa semipolar dapat bertindak
sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan
nonpolar. Sesuai dengan itu, aseton menaikkan kelarutan Eter di dalam air (Martin,
2008)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah sebagai berikut:
1. Sifat dari solute dan solvent
Larutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas pelarut, yaitu momen
dipole pelarut. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lain. Sesuai
dengan itu, air bercampur dengan alkohol dalam segala perbandingan dan melarutkan
gula serta senyawa polihidroksi lain. Untuk menentukan kelarutan zat polar dalam air.
Kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hydrogen merupakan faktor yang jauh lebih
berpengaruh dibandingkan dengan polaritas yang direfleksikan dalam momen dipol
yang tinggi. Sebagai tambahan terhadap faktor-faktor yang telah disebutkan, kelarutan
zat juga bergantung pada gambaran struktur seperti perbandingan gugus polar terhadap
gugus non polar dari molekul. Apabila panjang rantai non polar dari alkohol alifatik
bertambah, kelarutan senyawa tersebut dalam air akan berkurang. Apabila ada gugus
polar tambahan dalam molekul, seperti pada propilenglikol, gliserin dan asam tartrat,
kelarutan dalam air naik banyak. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik
menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah, karena konstanta dielektrik pelarut
yang rendah. Dalam konstanta dielektrik mempunyai hubungan terhadap kelarutan
suatu zat yaitu konstanta dielektrik berbanding lurus dengan kelarutan suatu zat. Akan
tetapi , senyawa non polar dapat melarutkan zat terlarut non polar dengan tekanan
internal yang sama melalui interaksi dipol induksi (Martin, 2011).
2. pH
Suatu zat asam lemah atau basa lemah akar sukar terlarut, karena tidak mudah
terionisasi. Semakin kecil pKa-nya maka suatu zat semakin sukar larut, sedangkan
semakin besar pKa maka suatu zat akan mudah larut.

3. Suhu
Zat padat yang umumnya bertambah larut jika temperatur dinaikkan, bersifat
eksoterm. Sedangkan pada beberapa zat lain, kenaikan temperatur justru
menyebabkan zat itu tidak larut, maka zat tersebut dikatakan bersifat endoterm
(Syamsuni,2006)
4. Konstanta dielektrik
Adalah perbandingan nilai kapasitansi kapsitor pada bahan dielektrik dengan
nilai kapasitansi di ruang hampa. Konstanta dielektrik atau permitivitas listrik
relatif juga diartikan sebagai konstanta yang melambangkan rapatnya fluks
elektrostatik dalam suatu bahan bila diberi potensial listrik. Konstanta ini
merupakan perbandingan energi listrik yang tersimpan pada bahan tersebut jika
diberi sebuah potensial, relatif terhadap ruang hampa. Sifat dielektrik merupakan
sifat yang menggambarkan tingkat kemampuan suatu bahan untuk menyimpan
muatan listrik pada beda potensial yang tinggi. Secara praktis, sifat dielektrik sering
dikaitkan dengan kelistrikan bahan isolator yang ditempatkan di antara dua keping
kapasitor. Apabila bahan isolator itu dikenai medan listrik yang dipasang di antara
kedua keping kapasitor, maka didalam bahan tersebut dapat terbentuk dwikutub
(dipole) listrik. Sehingga pada permukaan bahan dapat terjadi muatan listrik
induksi. Bahan dengan sifat seperti ini disebut sebagai bahan dielektrik (Sutrisno
dan Gie,1983).
E. ALAT DAN BAHAN (Aishy Ash Shidiq P17335118066)
Alat Bahan
1. Batang pengaduk 1. Aquadest
2. Kaca arloji 2. Gliserin
3. Gelas ukur 3. Etanol
4. Gelas kimia 4. Asam Benzoat
5. Corong 5. Fenolftalein
6. Erlenmeyer 6. NaOH
7. Buret 7. Kertas saring
8. Pipet
F. PROSEDUR KERJA (Amalia Setiawati P17335118006)
1. Larutan dibuat dengan komposisi sebagai berikut dalam gelas kimia:
Bahan W1 W2 W3 W4 W5
Air (mL) 12 12 12 12 12
Etanol (mL) 0 2 4 6 8
Gliserin (mL) 8 6 4 2 0

2. Larutan tersebut masing-masing diaduk sampai homogen. Masing-masing gelas


kimia diberi label.
3. Asam Benzoat ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam masing-masing larutan
hingga diperoleh larutan jenuh.
4. Larutan dikocok dengan batang pengaduk selama beberapa menit. Jika ada endapan
yang larut selama pengocokan, Asam Benzoat ditambahkan lagi sampai diperoleh
larutan yang jenuh kembali.
5. Larutan disaring menggunakan corong dan kertas saring.
6. Kadar Asam Benzoat yang terlarut dalam masing-masing larutan ditentukan
dengan cara dititrasi sebagai berikut. Diambil 5 mL larutan zat menggunakan pipet,
ditambahkan ke dalamnya 3 tetes indikator fenolftalein lalu dititrasi dengan NaOH
0,1 N sampai timbul warna merah muda. Penetapan dilakukan sebanyak triplo (3
kali).
7. Dibuat kurva antara kelarutan asam benzoat dengan nilai konstanta dielektrik
bahan pelarut campur yang digunakan.
G. DATA DAN HASIL PENGAMATAN (Lu’lu’il Jannah M/P17335118070)
I. Standarisasi NaOH

Larutan V1 V2 V3 V Rata-rata
Asam Oksalat 5,35 mL 5,35 mL 5,40 mL 5,37 mL
a.
a. Penimbangan tidak langsung
Berat kaca arloji : 28,077 gram
Berat NaOH : 2 gram
b. Perhitungan
1. NaOH 500 mL 0,1 N
𝑔𝑟 1000
N= x
𝐵𝐸 𝑉
𝑔 1000
0,1 N = 40 x 500 𝑚𝐿
g = 2 gram
2. Asam Oksalat 100 mL 0,1 N
𝑔𝑟 1000
N= x
𝐵𝐸 𝑉
𝑔 1000
0,1 N = 63 x 100 𝑚𝐿

g = 0,63 gram
3. N NaOH
V NaOH x N NaOH = V Asam Oksalat x N Asam Oksalat
5,37 mL x N NaOH = 5 mL x 0,1 N
N NaOH = 0,0931 N
II. Perhitungan KD
(% 𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝐾𝐷 𝑎𝑖𝑟)+( %𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 𝐾𝐷 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙)+( % 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛 𝑥 𝐾𝐷 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛)
Rumus KD : 100

Wadah Konstanta Dielektrik Larutan


12 0 8
( 𝑥 100 𝑥 78,5)+( 𝑥 100 𝑥 24,3)+( 𝑥 100 𝑥 40,1 ) 4710+0+1604
W1 20 20 20
= = 63,14
100 100

12 2 6
( 𝑥 100 𝑥 78,5 )+( 𝑥 100 𝑥 24,3)+( x 100 x 40,1 ) 4710+243+1203
W2 20 20 20
= = 61,56
100 100
12 4 4
( 𝑥 100 𝑥 78,5 )+( 𝑥 100 𝑥 24,3)+( x 100 x 40,1 ) 4710+486+802
W3 20 20 20
= = 59,98
100 100

12 6 2
( 𝑥 100 𝑥 78,5 )+( 𝑥 100 𝑥 24,3)+( x 100 x 40,1 ) 4710+729+401
W4 20 20 20
= = 58,40
100 100

12 8 0
( 𝑥 100 𝑥 78,5 )+( 𝑥 100 𝑥 24,3)+( x 100 x 40,1 ) 4710+972+0
W5 20 20 20
= = 56,82
100 100

III. Perhitungan Kadar Asam Benzoat


𝒎𝑳 𝑵𝒂𝑶𝑯 𝒙 𝑵 𝑵𝒂𝑶𝑯 𝒙 𝑩𝑴 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Rumus : 𝒗𝒐𝒍.𝒑𝒆𝒎𝒊𝒑𝒆𝒕𝒂𝒏 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎

Wadah V Rata- Rata Perhitungan kadar Asam Benzoat

0,23 𝑚𝐿 𝑥 0,0931 𝑥 122,12 𝑥 100%


W1 0,23 mL = 0,0523 %
5 𝑥 1000

0,47 𝑚𝐿 𝑥 0,0931 𝑥 122,12 𝑥 100%


W2 0,47 mL = 0,1069 %
5 𝑥 1000

0,93 𝑚𝐿 𝑥 0,0931 𝑥 122,12 𝑥 100%


W3 0,93 mL = 0,2115 %
5 𝑥 1000
1,17 𝑚𝐿 𝑥 0,0931 𝑥 122,12 𝑥 100%
W4 1,17 mL = 0,2660 %
5 𝑥 1000

1,53 𝑚𝐿 𝑥 0,0931 𝑥 122,12 𝑥 100%


W5 1, 53 mL = 0,3479 %
5 𝑥 1000

IV. Kurva Antara Kelarutan Asam Benzoatdengan Konstanta Dielektrik


Pelarut Campuran
0.4
Kelarutan Asam Benzoat (%)

0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
W1 (63,14) W2 (61,56) W3 (59,98) W4 (58,40) W5 (56,82)
Nilai Konstanta Dielektrik Pelarut Campuran

H. PEMBAHASAN (Alifya Putri N / P17335118022)


Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh konstanta dielektrik terhadap kelarutan suatu zat. Dalam
praktikum kali ini digunakan Asam Benzoat sebagai sampel yang sifatnya non polar
atau zat yang sukar larut. Sebagai pelarut campur (co-solvency) digunakan aquades,
Etanol, dan Gliserin yang dibuat dalam 5 konsentrasi berbeda. Campuran pelarut
tersebut dibuat jenuh dengan penambahan Asam Benzoat yang bertujuan untuk
mengetahui kadar maksimal Asam Benzoat yang terlarut dalam campuran pelarut.

Faktor yang mempengaruhi kelarutan Asam Benzoat pada praktikum kali ini
selain dalam dasar teori adalah ukuran partikel dimana perubahan energi bebas antar
muka yang menyebabkan pemisahan partikel dengan ukuran yang bervariasi
menyebabkan kelarutan Asam Benzoat meningkat dengan menurunnya ukuran partikel
(Aulton,2013)

Larutan jenuh (saturated), adalah larutan yang mengandung sejumlah


maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada suhu dan tekanan tertentu
(Syamsuni,2006). Pada saat membuat larutan jenuh pengadukan larutan yang berbeda-
beda tiap praktikan mempengaruhi hasil akhir larutan tersebut. Karena suhu dan
tekanan yang diberikan juga berbeda yang ahirnya mempengaruhi hasil akhir larutan
jenuh Asam Benzoat dengan pelarut campuran tersebut.

Setelah larutan jenuh, larutan disaring menggunakan kertas saring yang bertujun
untuk menyaring endapan yang ada agar tidak ikut masuk kedalam larutan yang akan
dijadikan sampel. Setelah itu, masing-masing larutan ditambahkan indikator
Fenoftalein yang berfungsi untuk mengetahui titik akhir titrasi yang ditandai dengan
perubahan warna menjadi berwarna merah muda setelah dititrasi dengan NaOH yang
sudah distamdarisai yang dilakukan dengan penetapan triplo. Standarisasi dilakukan
untuk mendapatkan konsentrasi NaOH yang akurat karena analisis ini termasuk
kedalam analisis kuantitatif.

Kelarutan secara kuantitatif dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam


larutan jenuh pada suhu tertentu sedangkan, secara kualitatif dinyatakan sebagai
interaksi spontan dari dua zat atau lebih zat untuk membentuk disperse molekul.
Kelarutan dapat dinyatakan sebagai jumlah mililiter pelarut yang akan melarutkan 1
gram zat terlarut (Martin,2011). Reaksi kimia C6H5COOH dengan NaOH :

C6H5COOH + 2NaOH C6H6 + Na2CO3 + H2O (Vogel, 1994)

Pada praktikum kali ini, dilakukan penetapan kadar Asam Benzoat sebanyak 3
kali (triplo) untuk tiap masing-masing konsentrasi larutan.

Dari hasil praktikum kali ini didapat bahwa semakin banyak Asam Benzoat
yang terlarut dalam cosolvent maka sifat larutan tersebut menjadi non polar dan nilai
konstanta dielektriknya pun semakin rendah yang artinya konstanta delektrik
berbanding lurus dengan kepolaran suatu zat, nilai konstanta dielektrik dapat ditentukan
dengan cara menjumlahkan konstanta dielektrik zat pelarut setelah dikalikan dengan
persen volume pelarut. Dimana zat terlarutnya adalah Asam Benzoat dan pelrutnya
adalah campuran aquades, Etanol, dan Gliserin dalam konsentrasi yang berbeda
(Martin, 2011).
I. KESIMPULAN (Alifya Putri N / P17335118022)
Berdasarkan pembahasan dan pengamatan hasil praktikum, dapat disimpulkan:
1. Semakin rendah nilai konstanta dielektrik, semakin besar kelarutan Asam Benzoat
2. Konstanta dielektrik berbanding lurus dengan kepolaran suatu zat
3. Asam Benzoat akan mudah larut jika konstanta dielektrik campuran pelarut
mendekati konstanta dielektrik Asam Benzoat

9
J. DAFTAR PUSTAKA (Aishy Ash Shidiq / P17335118066)
Aulton, Michael E dan Taylor, Kevin M.G. 2013. Aulton’s Pharmacetics. Jakarta :
Elsevier.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Martin, Alfred, dkk..2011. Farmasi Fisika. Edisi Ketiga. Jakarta: UI-PRESS
Sinko,P.J. 2011. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika edisi 5. Diterjemahkan
oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB. 706. Jakarta: EGC
Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC

10
K. LAMPIRAN (Amalia Setiawati/P17335118006)

Hasil titrasi W5 Larutan jenuh asam benzoat

Hasil titrasi W4 Hasil titrasi V1, V2, dan V3

Hasil titrasi W3

11

Anda mungkin juga menyukai