Farmasi Fisika 1B KD-2
Farmasi Fisika 1B KD-2
FARMASI FISIKA
“Kelarutan dengan Pengaruh Konstantan Dielektrik”
Disusun oleh :
Kelompok 3 dan 4
Kelas : 1B
Dosen pembimbing :
Hanifa Rahma, M.Si.,Apt
3. Suhu
Zat padat yang umumnya bertambah larut jika temperatur dinaikkan, bersifat
eksoterm. Sedangkan pada beberapa zat lain, kenaikan temperatur justru
menyebabkan zat itu tidak larut, maka zat tersebut dikatakan bersifat endoterm
(Syamsuni,2006)
4. Konstanta dielektrik
Adalah perbandingan nilai kapasitansi kapsitor pada bahan dielektrik dengan
nilai kapasitansi di ruang hampa. Konstanta dielektrik atau permitivitas listrik
relatif juga diartikan sebagai konstanta yang melambangkan rapatnya fluks
elektrostatik dalam suatu bahan bila diberi potensial listrik. Konstanta ini
merupakan perbandingan energi listrik yang tersimpan pada bahan tersebut jika
diberi sebuah potensial, relatif terhadap ruang hampa. Sifat dielektrik merupakan
sifat yang menggambarkan tingkat kemampuan suatu bahan untuk menyimpan
muatan listrik pada beda potensial yang tinggi. Secara praktis, sifat dielektrik sering
dikaitkan dengan kelistrikan bahan isolator yang ditempatkan di antara dua keping
kapasitor. Apabila bahan isolator itu dikenai medan listrik yang dipasang di antara
kedua keping kapasitor, maka didalam bahan tersebut dapat terbentuk dwikutub
(dipole) listrik. Sehingga pada permukaan bahan dapat terjadi muatan listrik
induksi. Bahan dengan sifat seperti ini disebut sebagai bahan dielektrik (Sutrisno
dan Gie,1983).
E. ALAT DAN BAHAN (Aishy Ash Shidiq P17335118066)
Alat Bahan
1. Batang pengaduk 1. Aquadest
2. Kaca arloji 2. Gliserin
3. Gelas ukur 3. Etanol
4. Gelas kimia 4. Asam Benzoat
5. Corong 5. Fenolftalein
6. Erlenmeyer 6. NaOH
7. Buret 7. Kertas saring
8. Pipet
F. PROSEDUR KERJA (Amalia Setiawati P17335118006)
1. Larutan dibuat dengan komposisi sebagai berikut dalam gelas kimia:
Bahan W1 W2 W3 W4 W5
Air (mL) 12 12 12 12 12
Etanol (mL) 0 2 4 6 8
Gliserin (mL) 8 6 4 2 0
Larutan V1 V2 V3 V Rata-rata
Asam Oksalat 5,35 mL 5,35 mL 5,40 mL 5,37 mL
a.
a. Penimbangan tidak langsung
Berat kaca arloji : 28,077 gram
Berat NaOH : 2 gram
b. Perhitungan
1. NaOH 500 mL 0,1 N
𝑔𝑟 1000
N= x
𝐵𝐸 𝑉
𝑔 1000
0,1 N = 40 x 500 𝑚𝐿
g = 2 gram
2. Asam Oksalat 100 mL 0,1 N
𝑔𝑟 1000
N= x
𝐵𝐸 𝑉
𝑔 1000
0,1 N = 63 x 100 𝑚𝐿
g = 0,63 gram
3. N NaOH
V NaOH x N NaOH = V Asam Oksalat x N Asam Oksalat
5,37 mL x N NaOH = 5 mL x 0,1 N
N NaOH = 0,0931 N
II. Perhitungan KD
(% 𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝐾𝐷 𝑎𝑖𝑟)+( %𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 𝐾𝐷 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙)+( % 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛 𝑥 𝐾𝐷 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛)
Rumus KD : 100
12 2 6
( 𝑥 100 𝑥 78,5 )+( 𝑥 100 𝑥 24,3)+( x 100 x 40,1 ) 4710+243+1203
W2 20 20 20
= = 61,56
100 100
12 4 4
( 𝑥 100 𝑥 78,5 )+( 𝑥 100 𝑥 24,3)+( x 100 x 40,1 ) 4710+486+802
W3 20 20 20
= = 59,98
100 100
12 6 2
( 𝑥 100 𝑥 78,5 )+( 𝑥 100 𝑥 24,3)+( x 100 x 40,1 ) 4710+729+401
W4 20 20 20
= = 58,40
100 100
12 8 0
( 𝑥 100 𝑥 78,5 )+( 𝑥 100 𝑥 24,3)+( x 100 x 40,1 ) 4710+972+0
W5 20 20 20
= = 56,82
100 100
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
W1 (63,14) W2 (61,56) W3 (59,98) W4 (58,40) W5 (56,82)
Nilai Konstanta Dielektrik Pelarut Campuran
Faktor yang mempengaruhi kelarutan Asam Benzoat pada praktikum kali ini
selain dalam dasar teori adalah ukuran partikel dimana perubahan energi bebas antar
muka yang menyebabkan pemisahan partikel dengan ukuran yang bervariasi
menyebabkan kelarutan Asam Benzoat meningkat dengan menurunnya ukuran partikel
(Aulton,2013)
Setelah larutan jenuh, larutan disaring menggunakan kertas saring yang bertujun
untuk menyaring endapan yang ada agar tidak ikut masuk kedalam larutan yang akan
dijadikan sampel. Setelah itu, masing-masing larutan ditambahkan indikator
Fenoftalein yang berfungsi untuk mengetahui titik akhir titrasi yang ditandai dengan
perubahan warna menjadi berwarna merah muda setelah dititrasi dengan NaOH yang
sudah distamdarisai yang dilakukan dengan penetapan triplo. Standarisasi dilakukan
untuk mendapatkan konsentrasi NaOH yang akurat karena analisis ini termasuk
kedalam analisis kuantitatif.
Pada praktikum kali ini, dilakukan penetapan kadar Asam Benzoat sebanyak 3
kali (triplo) untuk tiap masing-masing konsentrasi larutan.
Dari hasil praktikum kali ini didapat bahwa semakin banyak Asam Benzoat
yang terlarut dalam cosolvent maka sifat larutan tersebut menjadi non polar dan nilai
konstanta dielektriknya pun semakin rendah yang artinya konstanta delektrik
berbanding lurus dengan kepolaran suatu zat, nilai konstanta dielektrik dapat ditentukan
dengan cara menjumlahkan konstanta dielektrik zat pelarut setelah dikalikan dengan
persen volume pelarut. Dimana zat terlarutnya adalah Asam Benzoat dan pelrutnya
adalah campuran aquades, Etanol, dan Gliserin dalam konsentrasi yang berbeda
(Martin, 2011).
I. KESIMPULAN (Alifya Putri N / P17335118022)
Berdasarkan pembahasan dan pengamatan hasil praktikum, dapat disimpulkan:
1. Semakin rendah nilai konstanta dielektrik, semakin besar kelarutan Asam Benzoat
2. Konstanta dielektrik berbanding lurus dengan kepolaran suatu zat
3. Asam Benzoat akan mudah larut jika konstanta dielektrik campuran pelarut
mendekati konstanta dielektrik Asam Benzoat
9
J. DAFTAR PUSTAKA (Aishy Ash Shidiq / P17335118066)
Aulton, Michael E dan Taylor, Kevin M.G. 2013. Aulton’s Pharmacetics. Jakarta :
Elsevier.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Martin, Alfred, dkk..2011. Farmasi Fisika. Edisi Ketiga. Jakarta: UI-PRESS
Sinko,P.J. 2011. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika edisi 5. Diterjemahkan
oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB. 706. Jakarta: EGC
Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC
10
K. LAMPIRAN (Amalia Setiawati/P17335118006)
Hasil titrasi W3
11