Nilai-Nilai Nasionalisme Dalam Kegiatan Pencak Silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah - Al Kahfi Bibul Zaqi
Nilai-Nilai Nasionalisme Dalam Kegiatan Pencak Silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah - Al Kahfi Bibul Zaqi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai nasionalisme dalam
kegiatan Pencak Silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TSPM). Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Pengambilan data
dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara, observasi dan studi
dokumentasi. Subyek dalam penelitian ini adalah Ketua Dewan Pelatih Pencak Silat
TSPM, Kader Pencak Silat TSPM, dan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah.
Teknik analisis data dalam penelitian kali ini meliputi pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa: Pertama, muatan nilai-nilai nasionalisme yang terkandung dalam Pencak
Silat TSPM adalah kesetiaan terhadap Pencak Silat TSPM sebagai budaya bangsa
sebagai bentuk kesetiaan terhadap bangsa dan negara, kebanggaan terhadap bangsa
dan negara yang diwujudkan melalui kebanggaan terhadap bahasa nasional dalam
penamaan jurus, dan nilai persatuan dalam Pencak Silat Tapak suci sebagai wujud
dari persatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, terdapat nilai
nasionalisme yang lain dalam Pencak Silat TSPM yaitu nilai kebenaran dan bela
negara sebagai latar belakang tujuan didirikannya Pencak Silat TSPM sebagai
organisai otonom Persyarikatan Muhammadiyah. Kedua, pelaksanaan nilai-nilai
nasionalisme dalam Pencak Silat TSPM terdapat dalam setiap kegiatan latihan,
ujian kenaikan tingkat dan kejuaraan. Kendala dalam pelaksanaan nilai-nilai
nasionalisme dalam Pencak Silat TSPM tidak ditemukan, namun kendala terdapat
pada kegiatannya. Ketiga, Kendala tersebut terdapat pada waktu pelaksanaan
kegiatan latihan serta belum adanya prasarana berupa padepokan sehingga kegiatan
kurang terpusat.
ABSTRACT
This study aims to describe the values of nationalism in the activities of Pencak
Silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TSPM). This research uses a qualitative
approach with descriptive methods. Data collection in this research was carried out
through interviews, observations and documentation studies. The subjects in this
study were the Chairperson of the TSPM Pencak Silat Training Board, the TSPM
Pencak Silat Cadre, and the Chairman of the Muhammadiyah Regional Leadership.
Data analysis techniques in this study include data collection, data reduction, data
presentation and drawing conclusions. The results of this study indicate that: First,
he contents of the values of nationalism contained in the Pencak Silat TSPM are
loyalty to Pencak Silat TSPM as a national culture as a form of loyalty to the nation
and state, pride in the nation and state which is manifested through pride in the
national language in naming stance, and the value of unity in Pencak Silat Tapak
Suci as a form of unity in the life of the nation and state. In addition, there are other
nationalism values in the Pencak Silat TSPM namely the value of truth and
defending the country as a background to the establishment of the Pencak Silat
TSPM as an autonomous organization of the Muhammadiyah Persyarikatan.
Second, he implementation of the values of nationalism in the Pencak Silat TSPM
is contained in every training activity, leveling test and championship. Third,
constraints in implementing the values of nationalism in Pencak Silat TSPM were
not found, but there were obstacles in their activities. These constraints were found
during the implementation of the training activities and there was no infrastructure
in the form of hermitage so that the activities were less centralized.
PENDAHULUAN
Nasionalisme telah didrfinisikan dengan berbagai pendapat oleh para ahli.
tema utama dalam nasionalisme adalah masalah yang mendominasi bangsa.
Menurut Smith (2002: 11), definisi kerja nsionalisme adalah “suatu gerakan
ideologis untuk mencapai dan mempertahankan otonomi, kesatuan, dan identitas
bagi suatu populasi, yang sejumlah anggotanya bertekad untuk membentuk suatu
bangsa yang aktual atau bangsa yang potensial”. Definisi kerja tersebut didasarkan
pada unsur umum, definisi tersebut mengikat ideologi pada suatu gerakan yang
berorientasi kepada sasaran. Ideologi menetapkan sasaran gerak, sehingga
nasionalisme sebagai ideologi menetapkan jenis-jenis tindakan tertentu. Setiap
nasionalisme memiliki sasaran yang berbeda-beda dengan permasalahan bangsa
dan kembali kepada ideal bangsa itu sendiri.
Permasalahan nasionalisme merupakan tantangan nasional dalam era
globalisasi saat ini. Octavian (2014: 70) menuliskan bahwa era globalisasi akan
memunculkan citra global dengan budaya global yang langsung menentang budaya
lokal. Adanya globalisasi meyebabkan budaya asing mudah masuk ke Indonesia,
budaya asing tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap budaya yang ada di
Indonesia. Untuk menghadapi permasalahan nasionalisme sebagai tantangan
nasional pada era globalisasi, Jepang telah menjadikan kebudayaan yang mereka
miliki menjadi identitas nasional dan dapat menghadapi tantangan pada era
globalisasi, salah satunya adalah seni beladiri (Budi, 2017: 29). Beberapa seni bela
diri dari Jepang telah mendunia dan dipertandingan di ajang olah raga internasional
seperti Sea Games, Asian Games serta Olimpiade. Beberapa seni bela dari Jepang
yang sudah mendunia diantaranya karate, judou, kendou, aikidou. Indonesia
merupakan negara yang juga memiliki kebudayaan yang khas, salah satunya adalah
seni bela diri yang dikenal dengan pencak silat. Seni bela diri pencak silat
mempunyai potensi untuk menghadapi permasalahan nasionalisme di era global
sehingga Indonesia dapat menjadi bangsa yang aktual atau bangsa yang potensial.
Pencak silat juga telah menjadi bela diri yang dipertandingkan di Sea Games dan
Asian Games dan sedang dikampanyekan oleh pemerintah Indonesia untuk
didipertandingkan di Olimpiade.
Salah satu perguruan pencak silat terbesar di Indonesia adalah Tapak Suci
Putera Muhammadiyah (TSPM). Ada 10 perguruan pencak silat historis sebagai
pendiri Ikatan Pencak Silat Indonesia, salah satu diantaranya adalah Tapak Suci
Erwin (2015: 23). Pencak silat tapak suci juga menjadi bagian penting dalam
persyarikatan Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi islam tertua di
Indonesia. Dalam pencak silat tapak suci, muatan nasionalisme tertulis dalam
Muqaddimah Anggaran Dasar (AD) Tapak Suci Putera Muhammadiyah yang
berbunyi, “Sebagai kader persyarikatan Muhammadiyah, Perguruan Seni Beladiri
Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah senantiasa sanggup untuk melahirkan
kader-kader Muhammadiyah yang cakap, intelektual, tangguh, beriman dan
senantiasa siap untuk mengabdikan diri pada Persyarikatan Muhammadiyah,
agama, bangsa dan negara” serta dalam Pasal 3 Ayat (2) Anggaran Rumah Tangga
(ART) Tapak Suci Putera Muhammadiyah yang berbunyi, “Saya anggota TAPAK
SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH, berikrar: Mengabdi kepada Allah, berbakti
kepada bangsa dan negara serta membela keadilan dan kebenaran”. Fokus masalah
pada penelitian ini adalah muatan nilai-nilai nasionalisme yang terkandung dalam
kegiatan Pencak Silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TSPM). Sedangkan
tujan dari penelitian ini yang pertama adalah Untuk mengetahui muatan nilai-nilai
nasionalisme yang terkandung dalam Pencak Silat Tapak Suci Putera
Muhammadiyah, yang kedua adalah mengetahui pelaksanaan nilai-nilai
nasionalisme yang terkandung dalam kegiatan Pencak Silat Tapak Suci Putera
Muhammadiyah, dan yang ketiga adalah untuk mengetahui kendala pelaksanaan
nilai-nilai nasionalisme yang terkandung dalam kegiatan Pencak Silat Tapak Suci
Putera Muhammadiyah Pimpinan Daerah Banyumas.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan cara tatap muka antara informan dan
peneliti. Wawancara semi struktur digunakan dalam penelitian ini agar peneliti
dapat mengetahui informasi secara lebih mendalam, selain itu penelitian ini menjadi
lebih terbuka karena tidak terlalu berpedoman pada teks pedoman wawancara.
Observasi dilakukan dengan cara mengamati kegiatan Pencak Silat Tapak Suci
Putera Muhammadiyah sedang berlangsung. Subjek dalam penelitian ini yaitu
ketua dewan pelatih Pencak Silat TSPM, kader Pencak Silat TSPM dan ketua
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyumas.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni
2019. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini melalui reduksi data
dengan memilih data yang berkaitan dengan nilai-nilai nasionalisme dalam Pencak
Silat TSPM, pelaksanaan nilai-nilai nasionalisme dalam kegiatan Pencak Silat
TSPM serta kendala dalam pelaksanaannya.
Pembahasan
1. Muatan nilai-nilai Nasionalisme dalam Pencak Silat Tapak Suci Putera
Muhammadiyah
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan muatan nilai-nilai
nasionalisme dalam Pencak Silat TSPM. Muatan nilai-nilai nasionalisme yang
terkandung dalam Pencak Silat TSPM ditemukan oleh peneliti setelah melakukan
pengambilan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Muatan nilai-
nilai nasionalisme dalam Pencak Silat TSPM tersebut berupa kesetiaan terhadap
bangsa dan negara, kebanggaan terhadap bangsa dan negara, dan persatuan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kesetiaan terhadap bangsa dan negara sebagai muatan nilai nasionalisme
dalam kegiatan Pencak Silat TSPM ditunjukkan oleh anggota yang tetap setia
menjadi anggota Pencak Silat TSPM walaupun tanpa mendapatkan bayaran, selain
hal tersebut, kesetiaan terhadap Pencak Silat TSPM juga merupakan nilai kesetiaan
terhadap bangsa dan negara dikarenakan Pencak Silat TSPM juga merupakan
kebudayaan bangsa. Kesetiaan sebagai nilai nasionalisme tersebut sejalan dengan
teori yang disampaikan oleh Manzoor (2010: 36) bahwa nasionalisme membentuk
kesetiaan terhadap kelompok yang tergabung didalamnya. Menurut Kohn (1984:
11), kesetiaan tersebut merupakan sebuah ikatan yang kuat dengan bangsa dan
negara. Dengan demikian, kesetiaan terhadap bangsa dan negara sebagai salah satu
nilai nasionalisme yang terkandung dalam Pencak Silat TSPM mempunyai
substansi bahwa kesetiaan merupakan sebuah ikatan yang kuat terhadap bangsa dan
negara dengan tradisi-tradisi setempat.
Kebanggaan terhadap bangsa dan negara sebagai muatan nilai nasionalisme
dalam kegiatan Pencak Silat TSPM terdapat dalam penggunaan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dalam jurus Pencak Silat walaupun Pencak Silat TSPM
didirikan di Yogyakarta. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
sejalan dengan yang dituliskan dalam jurnal Affan dan Hafidz (2016:67) bahwa
dalam nasionalisme tersebut memiliki arti kebersamaan asal adat, kesatuan, dan
bahasa. Selain itu, kebanggaan terhadap bangsa dan negara ditunjukkan oleh
anggota yang mengikuti sebuah kejuaraan dan selalu membawa identitas Pencak
Silat TSPM dalam setiap kegiatan. Nilai kebanggaan tersebut sejalan dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Manzoor (2010: 36) bahwa nasionalisme
membuat masyarakat bangga dengan kebudayaan, tradisi terhadap kelompok yang
ada didalamnya, kebanggaan terhadap identitas Pencak Silat TSPM sebagaimana
diungkapkan oleh Bonikowsi merupakaan kebanggaan terhadap persepsi dari
keunggulan nasional dan orientasi terhadap dominasi nasional. Jadi, kebanggaan
terhadap bangsa dan negara sebagai salah satu nilai nasionalisme yang terkandung
dalam Pencak Silat TSPM mempunyai substansi bahwa kebanggaan terhadap
bangsa dan negara ditunjukkan dengan kebanggaan terhadap kebudayaan, tradisi
dan bahasa sebagai persepsi keunggulan nasional dan sebuah orientasi terhadap
dominasi nasional dalam mewakili nama bangsa dan negara di tingkat
Internasional.
Persatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai muatan nilai
nasionalisme dalam kegiatan Pencak Silat TSPM ditunjukkan dengan persatuan
dalam bentuk persaudaraan dan kekeluargaan antar anggota Pencak Silat TSPM dan
juga antar anggota dari perguruan yang berbeda. Persatuan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai nilai nasionalisme sejalan dengan pendapat
Soekarno bahwa nasionalisme merupakan sebuah tekad dan kesadaran terhadap
persatuan. Pendapat tersebut juga mempunyai pokok yang sama dengan pendapat
yang disampaikan oleh Smith bahwa nasionalisme merupakan gerakan ideologis
untuk mempertahankan persatuan. Substansi dari persatuan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai nilai nasionalisme ini adalah bahwa persatuan
terbentuk karena adanya tekad dan kesadaran bahwa pada dasarnya setiap
masyarakat adalah satu golongan dan satu bangsa walaupun mempunyai
kebudayaan, adat dan bahasa yang berbeda.
Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, peneliti menemukan adanya temuan
baru tentang nilai-nilai nasionalisme selain nilai kesetiaan, kebanggaan dan
persatuan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ketua Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Banyumas bahwa konsep nasionalisme dalam Pencak Silat Tapak
Suci Putera Muhammadiyah dapat dilihat pada filosofi lahirnya Pencak Silat Tapak
Suci Putera Muhammadiyah. Menanamkan nilai-nilai kebenaran menjadi hal utama
yang menjadi dasar nilai-nilai nasionalisme. Pada dasarnya Tapak Suci
menanamkan nilai-nilai bela negara sebagai nilai nasionalisme. Adapun melatih
kader menjadi kuat secara fisik dan mental itu menjadi simbol rela berkorban untuk
bangsa dan negara. Kandungan nilai-nilai nasionalisme dalam kegiatan Pencak
Silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah terdapat dalam kegiatannya. Semua
kegiatan tersebut terkandung nilai-nilai nasionalisme karena tinggal di dalam
sebuah negara, tentu semua kegiatan tersebut dilakukan untuk kebaikan negara
karena Muhammadiyah dengan islam berkemajuannya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara senantiasa berusaha untuk mengintegrasikan nilai-nilai keislaman
dan keindonesiaan.
Kosep nilai-nilai kebenaran dan bela negara pada Pencak Silat TSPM apabila
dikaji dari teori nilai yang disampaikan oleh Bertens (2007: 139) bahwa nilai
merupakan sesuatu yang menarik, sesuatu yang dicari, sesuatu yang
menyenangkan, sesuatu yang disukai, diinginkan, dan sesuatu yang baik, maka
konsep nilai-nilai nasionalisme dalam Pencak Silat TSPM tersebut sesuai dengan
teori karena setiap benda dan kegiatan didalamnya terdapat hal baik yang menarik
untuk dicari dan diinginkan dan dapat dikatakan sebagai sebuah nilai. Selanjutnya
nilai bela negara apabila dikaji dari kajian aspek bela diri dalam pencak silat
menurut Maryono (2008: 171) bahwa pencak silat sebagai alat pembelaan diri
dalam usaha bertahan menghadapi alam, binatang, maupun manusia, maka didalam
bela diri tersebut juga terdapat substansi bela negara karena didalam suatu negara
terdapaat unsur alam atau wilayah dan manusia sebagai warga negara. Namun,
konsep bela negara dalam buku yang ditulis oleh Budiawan (2017: 10) bahwa bela
negara lebih condong dalam pengertian patriotisme. Dalam buku tersebut
menjelaskan bahwa patriotisme merupakan kesediaan atau kerelaan untuk
berkorban demi membela negara, kelompok dan institusi yang menaunginya.
Bentuk nilai-nilai nasionalisme dalam Pencak Silat TSPM mempunyai
substansi yang sama bahwa nasionalisme merupakan gerakan ideologis untuk
membentuk suatu bangsa yang aktual dan potensial. Pokok dari nasionalisme
adalah masalah yang mendominasi bangsa, oleh karena itu bentuk nilai-nilai
nasionalisme dengan mengabdikan diri dan rela berkorban untuk bangsa dan negara
dengan tujuan mendidik dan membina olahraga seni dan budaya Indonesia agar
dapat mempertinggi ketahanan nasional merupakan suatu gerakan ideologis untuk
membentuk suatu bangsa yang aktual dan potensial. Hal tersebut juga sejalan
dengan tujuan pendidikan kewarganegaraan mempersiapkan warga negara agar
dapat berperan aktif dalam masyarakat dan menjadi warga negara seutuhnya yang
dapat diandalkan oleh bangsa dan negara sebagai warga negara dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Syaiful. 2016. Falsafah Kebudayaan Pancasila. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Budiawan. 2017. Nasion dan Nasionalisme. Yogyakarta: Ombak.
Kohn, Hans. 1984. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya. Jakarta: Sapdodadi.
Maryono, Oong. 2008. Pencak Silat Merentang Waktu. Yogyakarta: Benang
Merah.
Mulyana. 2014. Pendidikan Pencak Silat Membangun Jati Diri dan Karakter
Bangsa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Smith, Anthony, D. 2002. Nasionalisme, Teori, Ideologi, Sejarah. Jakarta:
Erlangga.
Soekarno. (Ed.). 2012. Nasionalisme Islamisme Marxisme. Bantul: Kreasi Wacana.
Affan, M. Husin dan Hafidh Maksum. 2016. Membangun Kembali Sikap
Nasionalisme Bangsa Indonesia Dalam Menangkal Budaya Asing Di Era
Globalisasi. Aceh: Jurnal Pesona Dasar, Vol. 3, No. 4
Bonikowski, Bart. 2016. Nationalism in Settled Times. Cambridge: The Annual
Review of Sociology, Vol. 42.
Manzoor, Khalid. 2010. Nation, Nation-state, and Nationalism: Evaluating Janus
Face of Nationalism. Lahore: The Journal of Political Science.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012
Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah.
Anggaran Dasar Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera
Muhammadiyah
Anggaran Rumah Tangga Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera
Muhammadiyah.