SOP Manajemen Jalan Nafas
SOP Manajemen Jalan Nafas
1. Pengertian :
Manajemen jalan nafas adalah suatu keterampilan yang dilakukan untuk menjaga
kepatenan jalan nafas pada pasien terutama pasien anak. Karena anak masih belum bisa
mengelola dalam membuka jalan nafas dengan baik (Earlene E Armstrong et.al, 2018).
2. Tujuan :
a. Mencegah hipoksia dengan cara menjaga kepatenan jalan nafas. Pada kondisi ini
pasien harus di lakukan segera tindakan pertolongan. Karena 4-6 menit jaringan tidak
irreversibel jaringan biasanya ditandai dengan kecacatan extermitas. Jika dalam kurun
waktu 8-10 menit jaringan tidak tersuplai O2 makan akan mengnakibatkan kematian
jaringan otak.
b. Stabilisasi dan immobilisasi tulang leher atau servikal untuk menghindari gerakan.
Karena hal tersebut akan berakibat fatal pada batang otak yang menyebabkan
c. Menilai kondisi dari pasien yang mengalami keadaan gawat darurat dan langsung
3. Alat
a. Menggunakan Alat
1) Nasofaring
4) Cricothyrotomy
5) Trakeostomi
b. Tanpa Alat
2) Jaw trust
4. Prosedur
b. Lihat untuk melihat apakah pasien gelisah, tidak sadar atau sianosis dan penggunaan
otot.
c. Nilailah deformitas dari trauma maksilofasial, leher, atau trakea dan puing-puing
d. Dengarkan suara pernapasan abnormal, misalnya gurgling, snoring, stridor dan suara
serak.
jalan napas bagian atas oleh benda padat. Jika terdengar suara ini segera
(menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk dimana ibu jari
mendorong rahang atas dan jari telunjuk mendorong rahang bawah). Lihatlah
palsu)
yang sudah dibalut dengan kain untuk menyapu rongga mulut dari cairan)
dengan kepala pasien dimiringkan (bila tidak ada dugaan fraktur tulang leher)
maneuver head tilt dan chin lift atau jaw thrust saja. Cara mengatasi:
1) Obstruksi lidah dan jaringan lunak hipofaring pada pasien yang tidak sadar
dapat diperbaiki dengan cara head til chin lift atau jaw trust.
2) Hisap jalan nafas dengan alat hisap yang kaku untuk menghilangkan darah,
3) Choking
kepalan pada perut korban (sedikit diatas pusar dan dibawah ujung
cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.
paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban digaris
tengah sedikit diats pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum,
ILCOR yang terbaru cara ini tidak dianjurkan lagi, yang dianjurkan
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas
tidak efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada
punggung/vertebrae)
Bila penderita sadar lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada
dengan jari(bayi) atau kepalan tangan (ibu hamil) dibawah garis imajinasi
antara kedua putting susu pasien). Bila sadar, tidurkan terlentang dan
lakukan chest thrust tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan
e. Palpasi trakea untuk memastikan apakah itu menyimpang dari garis tengah atau
deviasi trakea.
misalnya dagu kecil, pertumbuhan gigi, habitus tubuh besar, rambut wajah,
kehamilan.
h. Jika tetap terhambat dan atau pasien tidak sadar, masukkan sebuah alat untuk
membuka jalan nafas berupa orofaringeal atau nasofaringeal untuk mencapai atau
i. Memasukkan alat untuk membuka jalan nafas merupakan kontraindikasi pada pasien
1. Pengertian
2. Tujuan
a. Mencegah hipoksia
3. Alat
a. Menggunakan alat
1) Ambu bag
3) Ventilator mekanik
5) Jackson rees
b. Tanpa alat
1) Mouth to mouth
2) Mulut ke hidung
4. Prosedur
a. Perhatiakan pergerakan dada secara simetris. Asimetri dapat menyarankan flail chest
atau splinting.
b. Dengarkan masuknya udara yang sama di kedua sisi dada.
c. Rasakan dada untuk cedera dan perkusi dada untuk bukti pneumotoraks atau
haemopneumothorax.
d. Pemeriksaan oksimetri nadi, gas darah arteri dan rontgen dada
e. Setiap pasien trauma diberikan oksigen. Jika pasien tidak diintubiasi, maka oksigen
bisa diberikan melalui masker oksigen dengan aliran tertinggi (NRBM) atau bag
valve mask
f. Jika pasien diintubasi, volume atau tekanan ventilator yang diatur sesuai dengan
kebutuhan pasien
g. Jika dicurigai terjadi pneumotoraks, diperlukan dekompresi jarum segera dari sisi
yang terkena pneumothorax tersebut.
h. Beri ventilasi pada pasien dengan volume tidal 5-7ml / kg.
PEMERIKSAAN KESADARAN
1. Eye (mata)
2. Verbal (bicara)
3. Motorik (gerakan)
6 : mengikuti perintah