Anda di halaman 1dari 82

MODEL DAN CONTOH MUATAN LOKAL

PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH


(SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB – SMA/MA/SMALB/SMK)

PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2007
KATA PENGANTAR
Puskur salah satu tugasnya adalah mengembangkan model-model kurikulum, diantaranya
adalah Model dan Contoh Muatan Lokal untuk jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Model ini diperuntukan bagi pemangku kepentingan dalam mengembangkan Muatan Lokal.
Hasil kegiatan ini adalah tersusunnya model dan contoh Muatan Lokal untuk jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Model ini dapat membantu daerah dan/atau satuan pendidikan dalam mengembangkan mata
pelajaran Muatan Lokal yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK. Muatan Lokal
bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta
didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan
kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan
mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.
Muatan Lokal ini mencakup: 1) Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah; 2) Lingkup isi/jenis
Muatan Lokal: Budaya Lokal, Kewirausahaan (Pra-vokasional dan Vokasional); 3) Pendidikan
Lingkungan dan Kekhususan Lokal Lain; dan 4) Kecakapan Hidup. Sedangkan lingkup
jenjang: jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Pada pengembangan dan penyempurnaan model dan contoh Muatan Lokal ini, peserta yang
dilibatkan adalah Kepala Sekolah, Guru, PT, Widyaiswara, dan unit terkait. Sedangkan pada
pelaksanaan ujicoba melibatkan beberapa sekolah dari beberapa daerah.
Kegiatan dilakukan adalah workshop kajian konsep bersama-sama dengan ahli dan praktisi,
kajian kebutuhan lapangan, penyusunan kerangka model, pengembangan model, ujicoba
model, presentasi model, dan penyempurnaan model.
Namun implementasi Mulok ini tidak sepenuhnya berjalan dengan mulus, karena berbagai
permasalahan yang ada dilapangan. Masalah-masalah tersebut antara lain: daerah/sekolah
belum siap mengembangkan Mulok, terbatasnya guru Mulok, kurangnya dukungan dari
pemerintah daerah, rendahnya SDM di lapangan, ketidakcocokan antara Mulok dengan
keadaan sekolah atau daerahnya, ketidaktepatan guru dalam mendesain pembelajaran Mulok,
dsb.
Pengembangan model merupakan suatu proses yang tidak terputus dan dilakukan secara terus-
menerus karena harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
dapat menjawab kebutuhan daerah. Model dan contoh Muatan Lokal ini senantiasa selalu
dikembangkan terus menerus, sehingga besar kemungkinan untuk disempurnakan. Oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca atau pengguna model ini diharapkan dapat dijadikan
dasar pengembangan model selanjutnya.

Jakarta, 2007

Kepala Pusat Kurikum

Diah Harianti
ABSTRAKSI
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki keanekaragaman multikultur
(adat istiadat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dll) merupakan ciri
khas yang memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Keanekaragaman inilah yang
mendasari kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya mata pelajaran Muatan Lokal
dalam Standar Isi. Sekolah tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan bagian dari
masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang
luas pada peserta didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya. Standar Isi yang
seluruhnya disusun secara terpusat tidak mungkin dapat mencakup Muatan Lokal tersebut.
Sehingga perlulah disusun mata pelajaran yang berbasis pada Muatan Lokal (Mulok). Muatan
Lokal memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan dan
keterampilan lokal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.

Model ini dapat membantu daerah dan/atau satuan pendidikan dalam mengembangkan mata
pelajaran Muatan Lokal yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK. Muatan Lokal
bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta
didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan
kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan
mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.
Dalam pengembangan Muatan Lokal ini mencakup: 1) Lingkup Keadaan dan Kebutuhan
Daerah; 2) Lingkup isi/jenis Muatan Lokal: Budaya Lokal, Kewirausahaan (Pravokasional dan
Vokasional); 3) Pendidikan Lingkungan dan Kekhususan Lokal Lain; dan 4) Kecakapan
Hidup. Sedangkan lingkup jenjang: jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Pengembangan pengembangan model dan penyempurnaan model peserta yang dilibatkan


adalah Kepala Sekolah, Guru, PT, Widyaiswara, dan unit terkait. Sedangkan pada pelaksanaan
ujicoba melibatkan beberapa sekolah dari beberapa daerah.
Kegiatan dilakukan melalui: workshop kajian konsep bersama-sama dengan ahli dan praktisi,
kajian kebutuhan lapangan, penyusunan kerangka model, pengembangan model, ujicoba
model, presentasi model, dan penyempurnaan model.
Namun implementasi Mulok ini tidak sepenuhnya berjalan dengan mulus, karena berbagai
permasalahan yang ada dilapangan. Masalah-masalah tersebut antara lain: daerah/sekolah
belum siap mengembangkan Mulok, terbatasnya guru Mulok, kurangnya dukungan dari
pemerintah daerah, rendahnya SDM di lapangan, ketidakcocokan antara Mulok dengan
keadaan sekolah atau daerahnya, ketidaktepatan guru dalam mendesain pembelajaran Mulok,
dsb.
DAFTAR ISI
Abstrak i Kata Pengantar ii Daftar Isi iii

Bab I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Landasan 1
C. Tujuan 2
Bab II. KONSEP MODEL MUATAN LOKAL
A. Pengertian 3
B. Tujuan 3
C. Kedudukan 4
D. Ruang Lingkup 4
BAB III STRATEGI PENGEMBANGAN
A. Pengembangan 8
B. Pihak Yang Terlibat dalam Pengembangan 14
C. Rambu-rambu Pelaksanaan di Sekolah 15
BAB IV TINDAK LANJUT
A. Pengembangan Muatan Lokal di Sekolah 17
B. Pelaksanaan Muatan Lokal di Sekolah 18
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
A. Contoh SD : SK, KD, SILABUS DAN RPP Matapelajaran
Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta
B. Contoh SMP : SK, KD, SILABUS DAN RPP Matapelajaran Tata Busana
, Tata Boga dan Jasa Perniagaan
C. Contoh SMA : SK, KD, SILABUS DAN RPP Mata
Pelajaran Kewirausahaan, Bahasa Arab dan Bahasa Jepang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman multikultur di Indonesia (adat istiadat suku bangsa, tata cara, bahasa,
kesenian, kerajinan, keterampilan daerah) merupakan ciri khas yang memperkaya nilai-
nilai kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu keanekaragaman tersebut harus selalu
dilestarikan, dikembangkan,dan dipertahankan melalui upaya pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
menyatakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) selain memuat mata
pelajaran, juga memuat Muatan Lokal yang wajib diberikan pada semua tingkat satuan
pendidikan.
Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya Muatan Lokal dalam Standar Isi
dilandasi kenyataan bahwa di Indonesia terdapat beranekaragam kebudayaan. Sekolah
tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan bagian dari masyarakat. Oleh karena
itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta
didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya. Pengenalan keadaan lingkungan,
sosial, dan budaya kepada peserta didik memungkinkan mereka untuk lebih mengakrabkan
dengan lingkungannya. Pengenalan dan pengembangan lingkungan melalui pendidikan
diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pada akhirnya
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik. Standar Isi yang seluruhnya
disusun oleh Pemerintah Pusat tidak mungkin dapat mencakup Muatan Lokal tersebut.
Sehingga perlulah disusun mata pelajaran yang berbasis pada Muatan Lokal.

Muatan Lokal memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan dan
keterampilan lokal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu,
Muatan Lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur
budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya
mampu membekali siswa dengan keterampilan dasar sebagai bekal dalam kehidupan (life
skill), serta dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

B. Landasan
1 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31,
2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Pasal 13 ayat 1 (f),
3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat (1) dan pasal 38 ayat (2),
4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan,
5 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
6 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan.

C. Tujuan
Model ini dapat membantu daerah dan/atau satuan pendidikan dalam
mengembangkan mata pelajaran Muatan Lokal yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan
pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK.
BAB II KONSEP MODEL MUATAN LOKAL
A. Pengertian
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata
pelajaran Muatan Lokal ditentukan oleh satuan pendidikan disesuaikan dengan karakteristik
daerah masing-masing.
Muatan Lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada
Standar Isi dan harus diwujudkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan
mata pelajaran Muatan Lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak
terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih
meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini
sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan mata
pelajaran Muatan Lokal mendukung dan melengkapi mata pelajaran yang lain.

Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus


mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis Muatan
Lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata
pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun satuan
pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran Muatan Lokal. Pelaksanaan
pembelajaran Muatan Lokal dapat dilaksanakan secara berkesinambungan sesuai dengan
kompetensi yang dicapai.

B. Tujuan
Muatan Lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan
perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di
daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.

Lebih jelas lagi agar peserta didik dapat:


1 Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan
budayanya,
2 Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai
daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya,
3 Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang
berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya
setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
4 Menyadari lingkungan dan masalah-masalah yang ada di masyarakat serta dapat
membantu mencari pemecahannya.
5 Memiliki keterampilan khusus yang dapat menciptakan lapangan kerja.

C. Kedudukan
Mata pelajaran Muatan Lokal mempunyai kedudukan yang sama dengan mata
pelajaran lain. Hal ini sesuai dengan Struktur Kurikulum pada Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 tahun 2006, karena memiliki alokasi waktu sebanyak 2 jam per minggu
pada setiap satuan pendidikan.
Disamping itu, sesuai dengan prinsip otonomi daerah, Pemerintah D
aerah berkewajiban melestarikan dan mengembangkan potensi daerah masing-masing,
sehingga keunggulan lokal pada daerah tersebut dapat dimunculkan dan menjadi
kebanggaan daerah tersebut.
Dalam rangka mengembangkan keunggulan lokal yang dimiliki oleh Satuan Pendidikan,
maka Satuan Pendidikan dapat juga menerapkan keunggulan lokal yang dimilikinya pada
mata pelajaran Muatan Lokal sesuai kebutuhan masing-masing peserta didik dan satuan
pendidikan.

D. Ruang Lingkup
1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah. Keadaan daerah adalah segala sesuatu
yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam,
lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah
segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk
kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang
disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan.
Kebutuhan daerah tersebut misalnya kebutuhan untuk:
1 Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah
2 Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai dengan
keadaan perekonomian daerah
3 Meningkatkan penguasaan bahasa asing untuk keperluan sehari-hari, dan
menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan belajar lebih lanjut (belajar
sepanjang hayat)
4 Meningkatkan kemampuan berwirausaha.
2. Lingkup isi/jenis Muatan Lokal, memiliki ciri khas dan potensi daerah. Mata
pelajaran Muatan Lokal meliputi cakupan: Budaya Lokal, Keterampilan
Wirausaha/Keterampilan Pra-vokasional, Pendidikan Lingkungan dan Kekhususan Lokal
lain. Pada akhirnya dari ketiga lingkup tersebut bersinergi membentuk kecakapan hidup
(life skill) yang dimiliki peserta didik.
CIRI KHAS DAN POTENSI DAERAH
KEWIRAUSAHAAN DAN PRA
BUDAYA LOKAL
VOKASIONAL
(Dimensi Sosio-budaya+Politik)
(Dimensi Ekonomi)

KECAKAPAN HIDUP
(Dimensi Pribadi)

PENDIDIKAN LINGKUNGAN &


KEKHUSUSAN LOKAL LAINNYA
(Dimensi Fisik)

Rincian ruang lingkup muatan lokal sebagai berikut:


a. Budaya Lokal Adalah keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan,
seni, moral, hukum, adat istiadat serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya
yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat di tempat dimana dia berada.
Budaya lokal dalam mata pelajaran Muatan Lokal meliputi :

• keagamaan,
• aktivitas sosial,
• struktur sosial/kelompok kesukuan,
• media dan transportasi,
• adat istiadat,
• budi pekerti,
• bahasa daerah dan bahasa asing,
• sumber budaya (cerita rakyat/legenda),
• isu kontroversial (konflik),
• permainan dan olahraga daerah,
• kesenian, kerajinan, dan masakan khas daerah,
• dll
b. Kewirausahaan (Pra-vokasional dan Vokasional) Kewirausahaan adalah
kecakapan yang disiapkan agar peserta didik memiliki sikap ulet, bekerja keras,
mampu melihat peluang usaha, memiliki jiwa kepemimpinan dan kemandirian.
Pra-vokasional adalah kecakapan yang disiapkan agar peserta didik memiliki keter
ampilan teknis. Vokasional adalah kecakapan yang disiapkan agar peserta didik
mampu berjiwa usaha sebagai persiapan bekal hidup/kemandirian dan persiapan
studi lanjut. Kewirausahaan (pra-vokasional dan vokasional) dalam mata pelajaran
Muatan Lokal melipu
t
i:
• keterampilan sederhana
• keterampilan rumah tangga (tata boga, tata busana)
• keterampilan pengolahan (memancing, bertani, perikanan, kerajinan)
• keterampilan dasar (mengetik, komputer, sempoa, elektronik, otomotif,
pendidikan teknologi dasar)
• manajemen perencanaan (jasa perniagaan)
• manajemen keuangan (pembukuan, pemasaran)
• komunikasi bisnis
• dll
c. Pendidikan Lingkungan dan Kekhususan Lokal Lain Adalah suatu upaya yang
sistematis untuk memberikan kesadaran kepada peserta didik agar lebih peduli
terhadap lingkungan sekitar dan berpartisipasi aktif di dalamnya. Pendidikan
Lingkungan dan Kekhususan Lokal Lain dalam mata pelajaran Muatan Lokal
meliputi:
• lingkungan alam sekitar (daur ulang, konservasi alam),
• isu-isu atau masalah lingkungan,
• kepedulian, sikap positif, dan partisipasi aktif terhadap
lingkungan,
• terhadap lingkungan,
•
d. KecakapandllHidup Adalah kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk
menempuh perjalanan hidup mulai dari masa anak-anak sampai akhir hayat.
Kecakapan hidup dalam mata pelajaran Muatan Lokal meliputi:

• kemampuan berbahasa dan menghitung,


• kemampuan matematis lain,
• perencanaan dan pengorganisasian kegiatan,
• pemecahan masalah dan pengambilan keputusan,
• kerja kelompok,
• manajemen waktu dan pemberdayaan,
• terampil, inisiatif dan pandai beradaptasi,
• evaluasi dan memberi respon (umpan balik),
• kecakapan berelasi,
• kemandirian,
• kecakapan komunikasi dan informatika,
• dll
Berdasarkan ruang lingkup di atas, maka pada setiap jenis dan jenjang pendidikan
memiliki penekanan yang khusus. Lebih lanjut dapat dilihat pada matrik berikut ini:
Ruang Lingkup SMP/MT SLB*)
No Muatan Lokal SD/MI s SMA/MA SMK/MA
K SMPL
SDLB B SMALB

1 Budaya lokal v v v v v v v

2 Kewirausahaan v v v v v v v

3 Pra-vokasional v
4
Vokasional
v v
(Produktif)
5
Pendidikan
lingkungan &
v v v v v v v
Kekhususan
lokal lainnya
Kecakapan
6 v v v v v v v
*) Catatan: Untuk SLB (SDLB SMPLB dan SMALB) disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan
hidup
ketunaan (kebutuhan khusus) siswa.
BAB III
STRATEGI PENGEMBANGAN
Muatan yang tercantum dalam struktur kurikulum pada Standar Isi belum disediakan
Kompetensinya yang meliputi SK dan KD. Hal ini memberikan peluang kepada Satuan
Pendidikan untuk menyusun dan mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah serta kebutuhan
dan karakteristik peserta didik.
Pengembangan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
untuk Muatan Lokal bukanlah pekerjaan yang mudah, karena itu perlu dipersiapkan berbagai
hal untuk dapat mengembangkan mata pelajaran Muatan Lokal. Tahapan pengembangan
Muatan Lokal adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh sekolah yang belum mampu mengembangkan mata
pelajaran muatan lokal antara lain:
1 Analisis mata pelajaran Muatan Lokal yang sudah ada di sekolah. Apakah masih
layak dan relevan mata pelajaran Muatan Lokal diterapkan di Sekolah?
2 Bila mata pelajaran Muatan Lokal yang diterapkan di sekolah tersebut masih layak
digunakan maka kegiatan berikutnya adalah mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan,
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
3 Bila mata pelajaran Muatan Lokal yang ada tidak layak lagi untuk diterapkan, maka
sekolah dapat menggunakan mata pelajaran Muatan Lokal dari sekolah lain atau dapat
menggunakan mata pelajaran Muatan Lokal yang ditawarkan oleh Pemerintah Daerah
setempat.

A. Pengembangan
Proses pengembangan mata pelajaran Muatan Lokal sepenuhnya ditangani oleh sekolah dan
komite sekolah yang membutuhkan penanganan secara profesional dalam merencanakan,
mengelola, dan melaksanakannya. Dengan demikian di samping mendukung pembangunan
daerah dan pembangunan nasional, perencanaan, pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan
lokal memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan tanggung jawab pemangku
kepentingan (stakeholders) yaitu sekolah dan komite sekolah.

Pengembangan mata pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dan komite sekolah dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1 Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah,
2 Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal,
3 Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal,
4 Menentukan mata pelajaran muatan lokal,
5 Mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah
Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan
daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang
terkait di daerah yang bersangkutan seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait,
perguruan tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah seperti
telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang
meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, d
an kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari: 1) Rencana
pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan
daerah, baik pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun
pembangunan berkelanjutan (sustainable development),
2) Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuan-kemampuan dan
keterampilan-keterampilan yang diperlukan,
3) Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan
daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya
b. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal Berdasarkan kajian
dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai
jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk:
1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah, 2) Meningkatkan keterampilan
di bidang pekerjaan tertentu, 3) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta, 4)
Meningkatkan penguasaan bahasa asing untuk keperluan sehari-hari.

c. Menentukan bahan kajian muatan lokal Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan
mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian
sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan kajian muatan
lokal didasarkan pada kriteria berikut: 1) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan
peserta didik, 2) Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan, 3)
Tersedianya sarana dan prasarana, 4) Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur
bangsa, 5) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan, 6) Kelayakan berkaitan
dengan pelaksanaan di sekolah, 7) Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai
dengan kondisi dan situasi daerah.

d. Menentukan mata pelajaran Muatan Lokal Berdasarkan bahan kajian muatan lokal
tersebut dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran ini pada
dasarnya dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang
mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-
nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan
daerah serta pembangunan nasional. Kegiatan ini berupa kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah serta
prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Serangkaian kegiatan pembelajaran
yang sudah ditentukan oleh sekolah dan komite sekolah kemudian ditetapkan oleh sekolah
dan komite sekolah untuk dijadikan nama mata pelajaran muatan lokal. Substansi muatan
lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

e. Mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan


Kompetensi Dasar, Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya dengan mengacu
pada panduan penyusunan KTSP dari BSNP.
1)
Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan
digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar
bertujuan untuk mel
e
takkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Standar kompetensi
lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan
kecerdasan, pengeta
h
uan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut. Standar Kompetensi Lulusan dapat disusun sebelum atau
sesudah merumuskan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
1 kebermanfaatan bagi peserta didik,
2 struktur keilmuan,

2) Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah langkah


awal dalam membuat mata pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah.
Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan Standar Kompetensi Standar Kompetensi adalah ukuran
kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatu
proses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu. Sedangkan kompetensi itu
didefinisikan sebagai kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten
sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki
peserta didik. Penentuan Standar Kompetensi dengan didasarkan pada materi
sebagai basis pengetahuan.

b) Pengembangan Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar merupakan


kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan melibatkan
guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai dan ahli lain yang
relevan.
3) Pengembangan silabus
Langkah-langkah Pengembangan Silabus
a) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mengkaji standar
kompetensi dan kompetensi dasar, dengan memperhatikan hal-hal berikut:

i. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat


kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI,
ii. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran,
iii. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata
pelajaran.
b) Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran Mengidentifikasi materi
pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan
mempertimbangkan:
i. potensi peserta didik,
ii. relevansi dengan karakteristik daerah,
iii. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual
peserta didik,
vi. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran,
vii. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan,
dan
viii. alokasi waktu.
c) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang
untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik
melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan
sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman
belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar
memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.

i. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para


pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara
profesional.
ii. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi
dasar.
iii. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki
konsep materi pembelajaran.
iv. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung
dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa,
yaitu kegiatan siswa dan materi.
d) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan
penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang
dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang
terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk
menyusun alat penilaian.

e) Menentukan Jenis Penilaian Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta


didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes
dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran
sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan
portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam penilaian.

i. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.


ii.
Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa di
lakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan
untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
iii. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis
untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta
untuk mengetahui kesulitan siswa.
1 Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak
lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi
peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan
program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria
ketuntasan.
2 Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus
diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara,
maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi
yang dibutuhkan.
vi. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil
karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan
penilaian diri
vii. Pelaporan mata pelajaran muatan lokal dinilai secara kuantitatif
f) Menentukan Alokasi Waktu Penentuan jumlah jam pelajaran tiap minggu
untuk mata pelajaran Muatan Lokal 2 jam pelajaran. Jika jumlah jam pelajaran
dianggap belum mencukupi dalam satu minggu maka kekurangan jam pelajaran
tersebut dapat mengambil dari 4 jam pelajaran pada struktur kurikulum yang
ditentukan. Alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah
minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat
kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang
dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai
kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

g) Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek


dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media
cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi.

Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan


pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masingmasing
guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan
memperhatikan masukan evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan
pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.
4)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Setelah silabus selesai dibuat, maka guru
perlu merencanakan pelaksanaan pembelajaran untuk satu kali tatap muka. Adapun
komponen dari RPP berisi antara lain: a). Tujuan Pembelajaran, b).
Materi Ajar, c). Metode Pembelajaran, d). Kegiatan Pembelajaran, e). Sumber
Belajar, f). Penilaian.
5) Kegiatan Pembelajaran mata pelajaran Muatan Lokal Kegiatan pembelajaran
mata pelajaran Muatan Lokal diupayakan agar guru dapat menanamkan apresiasi
terhadap budaya lokal, sikap kewirausahaan (pra– vokasional dan vokasional),
kesadaran melestarikan lingkungan dan kekhususan lokal lainnya serta mengembangkan
kecakapan hidup. Pembelajaran keterampilan diharapkan dapat memberikan bahan
keterampilan, sehingga peserta didik dapat mengerjakan, menangani, membuat sendiri
serta mempunyai kesempatan untuk mencoba berbagai keterampilan. Pendekatan
pembelajaran muatan lokal mengacu pada:

• Penekanan pada bagaimana keterampilan dilakukan bukan pada


teori,
• Disesuaikan dengan perkembangan motorik peserta didik,
• Dimulai dari tingkat sederhana sampai mahir,
• Disesuaikan dengan dengan bakat, minat dan kesadaran peserta
didik,
Menanamkan
• Terlibat apresiasi atau penghargaan.
B. Pihak yang dalam Pengembangan
Daerah dan/atau satuan pendidikan mempunyai wewenang penuh dalam mengembangkan
muatan lokal. Bila daerah dan/atau satuan pendidikan tidak mempunyai tenaga
pengembang maka dapat bekerjasama dengan unsur-unsur antara lain: a). Tim Pengembang
Kurikulum (TPK) di daerah, b). Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), c).
Perguruan Tinggi dan instansi/lembaga di luar Depdiknas, misalnya pemerintah
daerah/Bappeda, Dinas Departemen lain terkait, dunia usaha/industri, tokoh masyarakat,
dsb.
a. Peran, tugas dan tanggung jawab TPK secara umum adalah sebagai
berikut
• Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing,
• Menentukan komposisi atau susunan jenis muatan lokal,
• Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan daerah masing-masing,
• Menentukan prioritas bahan kajian muatan lokal yang akan
dilaksanakan,
• Mengembangkan silabus muatan lokal dan perangkat kurikulum muatan
lokal lainnya, yang dilakukan bersama sekolah, mengacu pada Standar Isi
yang ditetapkan oleh BSNP.
b. • Peran perguruan tinggi dan LPMP antara lain memberikan bimbingan dan
bantuan teknis dalam:
• Mengidentifikasi dan menjabarkan keadaan, potensi, dan kebutuhan lingkungan
ke dalam komposisi jenis muatan lokal,
• Menentukan lingkup masing-masing bahan kajian/pelajaran,

Menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta
didik dan jenis bahan kajian/pelajaran
c. Peran instansi/lembaga di luar Depdiknas secara umum
adalah:
• Memberikan informasi mengenai potensi daerah yang
meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, kekayaan alam, dan
sumber daya manusia yang ada di daerah yang bersangkutan,
serta prioritas pembangunan daerah di berbagai sektor yang
dikaitkan dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan,
• Memberikan gambaran mengenai kemampuan-kemampuan
dan keterampilan yang diperlukan pada sektor-sektor tertentu,
• Memberikan sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan
tenaga dalam menentukan prioritas muatan lokal sesuai dengan
nilai-nilai dan norma setempat.
b. Bahan kajian
hendaknya :
• Sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta
didik yang mencakup
perkembangan
pengetahuan dan cara
berpikir, emosional, dan
sosial peserta didik.
Pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar diatur
sedemikian rupa agar
tidak memberatkan peserta
didik dan tidak
mengganggu penguasaan
pada kurikulum nasional.
Oleh karena itu dalam
pelaksanaan muatan lokal
dihindarkan adanya
pekerjaan rumah
C. Rambu-rambu (PR). di Sekolah
Pelaksanaan
• Memberikan
Berikut ini rambu-rambu untuk diperhatikan dalam pelaksanaan muatan lokal.
keluwesan bagi guru
a. dalam Sekolah
memilihyang
metode
mampu mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar
mengajardan
Kompetensi danKompetensi
sumber Dasar beserta silabusnya dapat melaksanakan mata pelajaran
belajar
muatan seperti buku dan
lokal.
nara sumber. Dalam kaitan
Apabila sekolah belum mampu mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan,
dengan sumber belajar,
Standar Kompetensi
guru diharapkan dapat dan Kompetensi Dasar beserta silabusnya sekolah dapat
melaksanakan muatan
mengembangkan sumber lokal berdasarkan kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh
sekolah,
belajar yang sesuai dengan bantuan kepada sekolah yang terdekat yang masih dalam
atau dapat meminta
satu daerahnya.
memanfaatkan Biladi beberapa sekolah dalam satu daerah belum mampu
potensi
mengembangkan
lingkungan sekolah, dapat meminta bantuan TPK daerah, atau meminta bantuan dari
LPMP di propinsinya.
misalnya dengan
memanfaatkan
tanah/kebun sekolah,
meminta bantuan dari
instansi terkait atau dunia
usaha/industri (lapangan
kerja) atau tokoh-tokoh
masyarakat. Selain itu
guru hendaknya dapat
memilih dan
menggunakan strategi
yang melibatkan peserta
didik aktif dalam proses
belajar mengajar, baik
secara mental, fisik,
maupun sosial.
• Bersifat utuh dalam
arti mengacu kepada suatu
tujuan pengajaran yang
jelas dan memberi makna
kepada peserta didik.
Namun demikian bahan
kajian muatan lokal
tertentu tidak harus secara
terus-menerus diajarkan
mulai dari kelas I s.d VI
atau dari kelas VII s.d IX,
dan X s.d XII. Bahan
kajian muatan lokal juga
dapat disusun dan
diajarkan hanya dalam
jangka waktu satu
•
c. Program pembelajaran hendaknya dikembangkan dengan melihat kedekatan
dengan peserta didik yang meliputi dekat secara fisik dan secara psikis. Dekat secara fisik
maksudnya terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan
dekat secara psikis maksudnya bahwa bahan kajian tersebut mudah dipahami oleh
kemampuan berpikir dan mencernakan informasi sesuai dengan usianya. Untuk itu, bahan
pengajaran hendaknya disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu: (1) bertitik tolak dari hal-
hal konkret ke abstrak;
(2) dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum diketahui; (3) dari pengalaman
lama ke pengalaman baru; (4) dari yang mudah/sederhana ke yang lebih sukar/rumit.
Selain itu bahan kajian/pelajaran hendaknya bermakna bagi peserta didik yaitu
bermanfaat karena dapat membantu peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
•
BAB IV TINDAK
LANJUT
A. Pengembangan Muatan Lokal di Sekolah
Sekolah yang mampu mengembangkan Muatan Lokal dapat melalui tahapan sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah, Keadaan daerah dapat ditinjau
dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan
kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari: (a). Rencana
pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah, baik
pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan
berkelanjutan (sustainable development), (b) Pengembangan ketenagakerjaan termasuk
jenis kemampuankemampuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan, (c) Aspirasi
masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta konservasi
alam dan pemberdayaannya

2. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal, Berdasarkan dari
keadaan dan kebutuhan dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain
untuk: (a) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah, (b) Meningkatkan
keterampilan di bidang pekerjaan tertentu, (c) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta,
(d) Meningkatkan penguasaan bahasa asing untuk keperluan sehari-hari.

3. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal, Penentuan bahan kajian muatan lokal
didasarkan pada kriteria berikut: (a) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta
didik, (b) Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan, (c)
Tersedianya sarana dan prasarana, (d) Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur
bangsa, (e) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan, (f) Kelayakan berkaitan
dengan pelaksanaan di sekolah, (g) Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai
dengan kondisi dan situasi daerah.

4. Menentukan mata pelajaran muatan lokal, Dari bahan kajian muatan lokal dapat
ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran ini dirancang agar bahan
kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku
kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di
daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan
nasional.
5. Mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dengan rincian sebagai berikut:
1• Pengembangan Standar Kompetensi Lulusan dapat disusun sebelum atau sesudah
merumuskan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
2• Pengembangan Standar Kompetensi didasarkan pada materi sebagai basis
pengetahuan.
3• Pengembangan Kompetensi Dasar dilakukan dengan menjabarkan lebih lanjut dari
Standar Kompetensi.

6. Mengembangkan Silabus dan
RPP
B. Pelaksanaan Muatan Lokal di Sekolah
Sekolah yang mampu mengembangkan Muatan Lokal dapat mengimplementasikannya, dengan
memperhat
ikan:
1 Guru yang mengajar berlatar belakang dari bahan kajian Muatan Lokal yang akan
diajarkan atau guru yang mempunyai perhatian terhadap Muatan Lokal yang akan
diajarkan.
2 Memperhatikan tingkat kebutuhan peserta didik
3 Memperhatikan sarana dan prasarana di sekolah
4 Jika jam pelajaran Muatan Lokal yang 2 jam dianggap belum mencukupi dalam
satu minggu, maka dapat mengambil dari 4 jam pelajaran dari struktur kurikulum yang
ditentukan.
5 Menjalin kerja sama atau meminta informasi dari teman guru atau pihak luar
ketika mengalami kesulitan dalam memberikan pelajaran

Anda mungkin juga menyukai