Jakarta, 2007
Diah Harianti
ABSTRAKSI
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki keanekaragaman multikultur
(adat istiadat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dll) merupakan ciri
khas yang memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Keanekaragaman inilah yang
mendasari kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya mata pelajaran Muatan Lokal
dalam Standar Isi. Sekolah tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan bagian dari
masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang
luas pada peserta didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya. Standar Isi yang
seluruhnya disusun secara terpusat tidak mungkin dapat mencakup Muatan Lokal tersebut.
Sehingga perlulah disusun mata pelajaran yang berbasis pada Muatan Lokal (Mulok). Muatan
Lokal memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan dan
keterampilan lokal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.
Model ini dapat membantu daerah dan/atau satuan pendidikan dalam mengembangkan mata
pelajaran Muatan Lokal yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK. Muatan Lokal
bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta
didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan
kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan
mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.
Dalam pengembangan Muatan Lokal ini mencakup: 1) Lingkup Keadaan dan Kebutuhan
Daerah; 2) Lingkup isi/jenis Muatan Lokal: Budaya Lokal, Kewirausahaan (Pravokasional dan
Vokasional); 3) Pendidikan Lingkungan dan Kekhususan Lokal Lain; dan 4) Kecakapan
Hidup. Sedangkan lingkup jenjang: jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Bab I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Landasan 1
C. Tujuan 2
Bab II. KONSEP MODEL MUATAN LOKAL
A. Pengertian 3
B. Tujuan 3
C. Kedudukan 4
D. Ruang Lingkup 4
BAB III STRATEGI PENGEMBANGAN
A. Pengembangan 8
B. Pihak Yang Terlibat dalam Pengembangan 14
C. Rambu-rambu Pelaksanaan di Sekolah 15
BAB IV TINDAK LANJUT
A. Pengembangan Muatan Lokal di Sekolah 17
B. Pelaksanaan Muatan Lokal di Sekolah 18
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
A. Contoh SD : SK, KD, SILABUS DAN RPP Matapelajaran
Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta
B. Contoh SMP : SK, KD, SILABUS DAN RPP Matapelajaran Tata Busana
, Tata Boga dan Jasa Perniagaan
C. Contoh SMA : SK, KD, SILABUS DAN RPP Mata
Pelajaran Kewirausahaan, Bahasa Arab dan Bahasa Jepang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman multikultur di Indonesia (adat istiadat suku bangsa, tata cara, bahasa,
kesenian, kerajinan, keterampilan daerah) merupakan ciri khas yang memperkaya nilai-
nilai kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu keanekaragaman tersebut harus selalu
dilestarikan, dikembangkan,dan dipertahankan melalui upaya pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
menyatakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) selain memuat mata
pelajaran, juga memuat Muatan Lokal yang wajib diberikan pada semua tingkat satuan
pendidikan.
Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya Muatan Lokal dalam Standar Isi
dilandasi kenyataan bahwa di Indonesia terdapat beranekaragam kebudayaan. Sekolah
tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan bagian dari masyarakat. Oleh karena
itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta
didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya. Pengenalan keadaan lingkungan,
sosial, dan budaya kepada peserta didik memungkinkan mereka untuk lebih mengakrabkan
dengan lingkungannya. Pengenalan dan pengembangan lingkungan melalui pendidikan
diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pada akhirnya
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik. Standar Isi yang seluruhnya
disusun oleh Pemerintah Pusat tidak mungkin dapat mencakup Muatan Lokal tersebut.
Sehingga perlulah disusun mata pelajaran yang berbasis pada Muatan Lokal.
Muatan Lokal memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan dan
keterampilan lokal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu,
Muatan Lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur
budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya
mampu membekali siswa dengan keterampilan dasar sebagai bekal dalam kehidupan (life
skill), serta dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
B. Landasan
1 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31,
2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Pasal 13 ayat 1 (f),
3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat (1) dan pasal 38 ayat (2),
4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan,
5 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
6 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan.
C. Tujuan
Model ini dapat membantu daerah dan/atau satuan pendidikan dalam
mengembangkan mata pelajaran Muatan Lokal yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan
pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK.
BAB II KONSEP MODEL MUATAN LOKAL
A. Pengertian
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata
pelajaran Muatan Lokal ditentukan oleh satuan pendidikan disesuaikan dengan karakteristik
daerah masing-masing.
Muatan Lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada
Standar Isi dan harus diwujudkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan
mata pelajaran Muatan Lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak
terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih
meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini
sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan mata
pelajaran Muatan Lokal mendukung dan melengkapi mata pelajaran yang lain.
B. Tujuan
Muatan Lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan
perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di
daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.
C. Kedudukan
Mata pelajaran Muatan Lokal mempunyai kedudukan yang sama dengan mata
pelajaran lain. Hal ini sesuai dengan Struktur Kurikulum pada Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 tahun 2006, karena memiliki alokasi waktu sebanyak 2 jam per minggu
pada setiap satuan pendidikan.
Disamping itu, sesuai dengan prinsip otonomi daerah, Pemerintah D
aerah berkewajiban melestarikan dan mengembangkan potensi daerah masing-masing,
sehingga keunggulan lokal pada daerah tersebut dapat dimunculkan dan menjadi
kebanggaan daerah tersebut.
Dalam rangka mengembangkan keunggulan lokal yang dimiliki oleh Satuan Pendidikan,
maka Satuan Pendidikan dapat juga menerapkan keunggulan lokal yang dimilikinya pada
mata pelajaran Muatan Lokal sesuai kebutuhan masing-masing peserta didik dan satuan
pendidikan.
D. Ruang Lingkup
1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah. Keadaan daerah adalah segala sesuatu
yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam,
lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah
segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk
kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang
disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan.
Kebutuhan daerah tersebut misalnya kebutuhan untuk:
1 Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah
2 Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai dengan
keadaan perekonomian daerah
3 Meningkatkan penguasaan bahasa asing untuk keperluan sehari-hari, dan
menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan belajar lebih lanjut (belajar
sepanjang hayat)
4 Meningkatkan kemampuan berwirausaha.
2. Lingkup isi/jenis Muatan Lokal, memiliki ciri khas dan potensi daerah. Mata
pelajaran Muatan Lokal meliputi cakupan: Budaya Lokal, Keterampilan
Wirausaha/Keterampilan Pra-vokasional, Pendidikan Lingkungan dan Kekhususan Lokal
lain. Pada akhirnya dari ketiga lingkup tersebut bersinergi membentuk kecakapan hidup
(life skill) yang dimiliki peserta didik.
CIRI KHAS DAN POTENSI DAERAH
KEWIRAUSAHAAN DAN PRA
BUDAYA LOKAL
VOKASIONAL
(Dimensi Sosio-budaya+Politik)
(Dimensi Ekonomi)
KECAKAPAN HIDUP
(Dimensi Pribadi)
keagamaan,
aktivitas sosial,
struktur sosial/kelompok kesukuan,
media dan transportasi,
adat istiadat,
budi pekerti,
bahasa daerah dan bahasa asing,
sumber budaya (cerita rakyat/legenda),
isu kontroversial (konflik),
permainan dan olahraga daerah,
kesenian, kerajinan, dan masakan khas daerah,
dll
b. Kewirausahaan (Pra-vokasional dan Vokasional) Kewirausahaan adalah
kecakapan yang disiapkan agar peserta didik memiliki sikap ulet, bekerja keras,
mampu melihat peluang usaha, memiliki jiwa kepemimpinan dan kemandirian.
Pra-vokasional adalah kecakapan yang disiapkan agar peserta didik memiliki keter
ampilan teknis. Vokasional adalah kecakapan yang disiapkan agar peserta didik
mampu berjiwa usaha sebagai persiapan bekal hidup/kemandirian dan persiapan
studi lanjut. Kewirausahaan (pra-vokasional dan vokasional) dalam mata pelajaran
Muatan Lokal melipu
t
i:
keterampilan sederhana
keterampilan rumah tangga (tata boga, tata busana)
keterampilan pengolahan (memancing, bertani, perikanan, kerajinan)
keterampilan dasar (mengetik, komputer, sempoa, elektronik, otomotif,
pendidikan teknologi dasar)
manajemen perencanaan (jasa perniagaan)
manajemen keuangan (pembukuan, pemasaran)
komunikasi bisnis
dll
c. Pendidikan Lingkungan dan Kekhususan Lokal Lain Adalah suatu upaya yang
sistematis untuk memberikan kesadaran kepada peserta didik agar lebih peduli
terhadap lingkungan sekitar dan berpartisipasi aktif di dalamnya. Pendidikan
Lingkungan dan Kekhususan Lokal Lain dalam mata pelajaran Muatan Lokal
meliputi:
lingkungan alam sekitar (daur ulang, konservasi alam),
isu-isu atau masalah lingkungan,
kepedulian, sikap positif, dan partisipasi aktif terhadap
lingkungan,
terhadap lingkungan,
d. KecakapandllHidup Adalah kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk
menempuh perjalanan hidup mulai dari masa anak-anak sampai akhir hayat.
Kecakapan hidup dalam mata pelajaran Muatan Lokal meliputi:
1 Budaya lokal v v v v v v v
2 Kewirausahaan v v v v v v v
3 Pra-vokasional v
4
Vokasional
v v
(Produktif)
5
Pendidikan
lingkungan &
v v v v v v v
Kekhususan
lokal lainnya
Kecakapan
6 v v v v v v v
*) Catatan: Untuk SLB (SDLB SMPLB dan SMALB) disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan
hidup
ketunaan (kebutuhan khusus) siswa.
BAB III
STRATEGI PENGEMBANGAN
Muatan yang tercantum dalam struktur kurikulum pada Standar Isi belum disediakan
Kompetensinya yang meliputi SK dan KD. Hal ini memberikan peluang kepada Satuan
Pendidikan untuk menyusun dan mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah serta kebutuhan
dan karakteristik peserta didik.
Pengembangan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
untuk Muatan Lokal bukanlah pekerjaan yang mudah, karena itu perlu dipersiapkan berbagai
hal untuk dapat mengembangkan mata pelajaran Muatan Lokal. Tahapan pengembangan
Muatan Lokal adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh sekolah yang belum mampu mengembangkan mata
pelajaran muatan lokal antara lain:
1 Analisis mata pelajaran Muatan Lokal yang sudah ada di sekolah. Apakah masih
layak dan relevan mata pelajaran Muatan Lokal diterapkan di Sekolah?
2 Bila mata pelajaran Muatan Lokal yang diterapkan di sekolah tersebut masih layak
digunakan maka kegiatan berikutnya adalah mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan,
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
3 Bila mata pelajaran Muatan Lokal yang ada tidak layak lagi untuk diterapkan, maka
sekolah dapat menggunakan mata pelajaran Muatan Lokal dari sekolah lain atau dapat
menggunakan mata pelajaran Muatan Lokal yang ditawarkan oleh Pemerintah Daerah
setempat.
A. Pengembangan
Proses pengembangan mata pelajaran Muatan Lokal sepenuhnya ditangani oleh sekolah dan
komite sekolah yang membutuhkan penanganan secara profesional dalam merencanakan,
mengelola, dan melaksanakannya. Dengan demikian di samping mendukung pembangunan
daerah dan pembangunan nasional, perencanaan, pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan
lokal memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan tanggung jawab pemangku
kepentingan (stakeholders) yaitu sekolah dan komite sekolah.
Pengembangan mata pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dan komite sekolah dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1 Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah,
2 Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal,
3 Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal,
4 Menentukan mata pelajaran muatan lokal,
5 Mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah
Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan
daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang
terkait di daerah yang bersangkutan seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait,
perguruan tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah seperti
telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang
meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, d
an kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari: 1) Rencana
pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan
daerah, baik pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun
pembangunan berkelanjutan (sustainable development),
2) Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuan-kemampuan dan
keterampilan-keterampilan yang diperlukan,
3) Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan
daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya
b. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal Berdasarkan kajian
dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai
jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk:
1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah, 2) Meningkatkan keterampilan
di bidang pekerjaan tertentu, 3) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta, 4)
Meningkatkan penguasaan bahasa asing untuk keperluan sehari-hari.
c. Menentukan bahan kajian muatan lokal Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan
mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian
sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan kajian muatan
lokal didasarkan pada kriteria berikut: 1) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan
peserta didik, 2) Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan, 3)
Tersedianya sarana dan prasarana, 4) Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur
bangsa, 5) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan, 6) Kelayakan berkaitan
dengan pelaksanaan di sekolah, 7) Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai
dengan kondisi dan situasi daerah.
d. Menentukan mata pelajaran Muatan Lokal Berdasarkan bahan kajian muatan lokal
tersebut dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran ini pada
dasarnya dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang
mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-
nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan
daerah serta pembangunan nasional. Kegiatan ini berupa kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah serta
prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Serangkaian kegiatan pembelajaran
yang sudah ditentukan oleh sekolah dan komite sekolah kemudian ditetapkan oleh sekolah
dan komite sekolah untuk dijadikan nama mata pelajaran muatan lokal. Substansi muatan
lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
2. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal, Berdasarkan dari
keadaan dan kebutuhan dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain
untuk: (a) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah, (b) Meningkatkan
keterampilan di bidang pekerjaan tertentu, (c) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta,
(d) Meningkatkan penguasaan bahasa asing untuk keperluan sehari-hari.
3. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal, Penentuan bahan kajian muatan lokal
didasarkan pada kriteria berikut: (a) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta
didik, (b) Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan, (c)
Tersedianya sarana dan prasarana, (d) Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur
bangsa, (e) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan, (f) Kelayakan berkaitan
dengan pelaksanaan di sekolah, (g) Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai
dengan kondisi dan situasi daerah.
4. Menentukan mata pelajaran muatan lokal, Dari bahan kajian muatan lokal dapat
ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran ini dirancang agar bahan
kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku
kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di
daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan
nasional.
5. Mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dengan rincian sebagai berikut:
1 Pengembangan Standar Kompetensi Lulusan dapat disusun sebelum atau sesudah
merumuskan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
2 Pengembangan Standar Kompetensi didasarkan pada materi sebagai basis
pengetahuan.
3 Pengembangan Kompetensi Dasar dilakukan dengan menjabarkan lebih lanjut dari
Standar Kompetensi.
4
6. Mengembangkan Silabus dan
RPP
B. Pelaksanaan Muatan Lokal di Sekolah
Sekolah yang mampu mengembangkan Muatan Lokal dapat mengimplementasikannya, dengan
memperhat
ikan:
1 Guru yang mengajar berlatar belakang dari bahan kajian Muatan Lokal yang akan
diajarkan atau guru yang mempunyai perhatian terhadap Muatan Lokal yang akan
diajarkan.
2 Memperhatikan tingkat kebutuhan peserta didik
3 Memperhatikan sarana dan prasarana di sekolah
4 Jika jam pelajaran Muatan Lokal yang 2 jam dianggap belum mencukupi dalam
satu minggu, maka dapat mengambil dari 4 jam pelajaran dari struktur kurikulum yang
ditentukan.
5 Menjalin kerja sama atau meminta informasi dari teman guru atau pihak luar
ketika mengalami kesulitan dalam memberikan pelajaran