Anda di halaman 1dari 40

{1t

vlF
>

JENDERALPERDAGANGANDALAM NEGERI
DIREKTORAT
DEPAI|TEMEN JalanNy'.l
RidwanRaisNo.5 Jakarta 10110
REPUBLII( IND('NESIA Tel.021-3440408,fil. 02'1-38581
85

KEPUTUSAN
DIREKTUR
JENDERAL
PERDAGANGAN
DALAMNEGERI
NoMoR ralmr/knp/llzoto
TENTANG
SYARATTEKNISMETERKADARAIR

D IR E K T UJE
R N D E RAL
PERDAGANGAN
DALAMNEGERI,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuanPasal 3 PeraturanMenteri
PerdaganganNomor O8/M-DAG lpERl3l2olo tentang Alat-alatUkur,
Takar,Timbang,dan Perlengkapannya (urrp) yang wajib Diteradan
DiteraUlang,perlumengatur
syaratteknismeterkadarair;
b. bahwa penetapansyarat teknis meter kadar air, diperlukanuntuk
mewujudkankepastianhukum dalam pemeriksaan, pengujian,dan
penggunaanmeter kadar air sebagaiupaya menjaminkebenaran
pengukurankadarair;
c. bahwaberdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalamhurufa
dan huruf b, perlu menetapkanKeputusan Direktur Jenderal
Perdagangan DalamNegeri;
Mengingat : 1. Undang-undangNomor 2 Tahun 1981 tentang MetrologiLegal
(L e mb a ra nN egar a RepublikIndonesiaTahun 1gg1 Nom or 11,
T a mb a h aLne mbar anNegar aRepublikIndonesia Nomor3193) ;
Nomor8 Tahun' 1999
2 . U n d a n g -U n d ang tentangper lindungan
Konsum en
(LembaranNegara RepublikIndonesiaTahun l ggg Nomor 42,
Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor3821);
3. Undang-Undang Nomor21 Tahun2001tentangotonomiKhususBagi
ProvinsiPapua (LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun 2001
N o mo r1 3 5 ,T am bahan Lem bar an
Negar aRepublikIndonesia No m or
4151)sebagaimana telahbeberapa kalidiubahterakhirdenganUndang-
UndangNomor35 Tahun2008(Lembaran NegaraRepublikIndonesia
T a h u n 2 0 0 8 Nom or 112, TambahanLembar anNegar a Republ i k
In d o n e siNao mor4884) ;
4. Undang-Undang Nomor32 Tahun2004tentangPemerintahan Daerah
(L e mb a ra nN e gar a RepublikIndonesiaTahun zoo4 Nomor 12s ,
Tambahan LembaranNegara Republik IndonesiaNomor 4437)
sebagaimana telah beberapakali diubah terakhirdengan Undang-
UndangNomor12 f ahun2008(Lembaran NegaraRepublikIndonesia
Tahun2008Nomor59,Tambahan LembaranNegaraRepublik
Indonesia
Nomor4844\
5 . U n d a n g -u n d ang
Nom or11 Tahun2006 tentangPem er intahan
A c eh
(LembaranNegara RepublikIndonesiaTahun 2006 Nomor 6?
Tambahan Lembaran NegaraRepublik
Indonesia
Nomor4633);
Keputusan
Direktur
Jenderal
Perdagangan
DalamNegeri
Nomor: tslgrr{/Knp/3/2o1o

Undang-UndangNomor29 Tahun2007tentangPemerintahan Provinsi


Daerah Khusus lbukota JakartaSebagailbukota Negara Kesatuan
Republik
Indonesia(LembaranNegaraRepublikIndonesia
Tahun2007
Nomor93, TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor
4744),
PeraturanPemerintahNomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan
PembebasanUntuk Diteradan/atauDitera Ulang Serta Syarat-syarat
BagiAlat-alatUkur,Takar,Timbang,dan Perlengkapannya (Lembaran
N e g a raR e p u b lik
Indonesia
Tahun1985Nom or4,Tambahan
Lem bar an
NegaraRepublik Indonesia
Nomor3283);
8. Peraturan Pemerintah Nomor10 Tahun1987tentangSatuanTurunan,
SatuanTambahan, dan SatuanLainYang Berlaku(Lembaran Negara
R e p u b l ilkn d o n esia
Tahun1987NomorlT,Tam bahan Lem bar an
Ne gar a
R e p u b l iIn
k d o nesiaNom or3351) ;
9. Peraturan
Pemerintah
Nomor38 Tahun2007tentangPembagian
Urusan
Pemerintahan
AntaraPemerintah,
Pemerintahan
DaerahProvinsi,
dan
Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota(LembaranNegara Republik
lndonesia
Tahun2007Nomor82,Tambahan LembaranNegaraRepublik
lndonesia
Nomor4737);
1 0 . Peraturan Presiden Nomor10 Tahun2005tentangUnitOrganisasi
dan
TugasEselonI Kementerian NegaraRepublikIndonesia
sebagaimana
telahbeberapa kalidiubahterakhir
denganPeraturanPresiden
Nomor50
T a h u n2 0 0 8 ;
1 1 . KeputusanPresidenNomor84/P Tahun 2009 tentangPembentukan
KabinetIndonesia
Bersatu
ll;
1 2 . Peraturan
PresidenNomor47 Tahun2009tentangPembentukan
dan
Organisasi
Kementerian
Negara;
1 3 . Keputusan Menteri Perindustriandan Perdagangan Nomor
61/MPP/Kepl2l1998tentang Penyelenggaraan Kemetrologian
sebagaimana
telahdiubahdenganKeputusan
MenteriPerindustrian
dan
Perdagangan
Nomor251IMPPlKep/6/1
999;
1 4 . Keputusan Menteri Perindustriandan Perdagangan Nomor
635/MPP/Kepl
1012Q04
tentangTandaTera;
1 5 . PeraturanMenteriPerdagangan Nomor01/M-DAG/PER/3/2005tentang
OrganisasidanTataKerjaDepartemen Perdagangan
sebagaimanatelah
beberapakali diubahterakhirdenganPeraturan
MenteriPerdagangan
Nomor 24lM-DAG/PER/6/2009;
1 6 . PeraturanMenteriPerdagangan NomorS0/M-DAG/PER/1
012009tentang
UnitKerjadanUnitPelaksanaTeknisMetrologi
Legal;
1 7 . Peraturan
MenteriPerdaganganNomor51/M-DAG/PER/1 0/2009tentang
Penilaian Teknisdan Unit Pelaksana
TerhadapUnit Pelaksana Teknis
DaerahMetrologi
Legal;
1 8 . PeraturanMenteriPerdaganganNomorO8/M-DAGlPERl3l2010
tentang
(UTTP)Yang
Alat-alatUkur, Takar,Timbang,dan Perlengkapannya
WajibDiteradanDiteraUlang;
Keputusan JenderalPerdagangan
Direktur DalamNegeri
Nomor: 18IPD$/AFP/tl?g1o

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

PERTAMA : MemberlakukanSyaratTeknisMeterKadarAir yangselanjutnya


disingkat
ST
MKAsebagaimana tercantumdalamLampiran yangmerupakan bagiantidak
dariKeputusan
terpisahkan Perdagangan
Jenderal
Direktur DalamNegeriini.
KEDUA : ST MKA sebagaimana dimaksuddalam Diktum PERTAMAmerupakan
pedomanbagi petugasdalammelaksanakankegiatantera dan tera ulang
sertapengawasan
MKA.
KETIGA : Keputusan DalamNegeriini mulaiberlaku
DirekturJenderalPerdagangan
padatanggalditetapkan.

di Jakarta
Ditetapkan
padatanggal I Flaret 2010

DIREKTUR
JENDERAL
DALAMNEGERI,
PERDAGANGAN

0l
II
SUBAGYO
LAMPIRANKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERALPERDAGANGAN
DALAMNEGERI
NOMOR :'BlPff/1tgjP/tl2o1o
TANGGAL: ] Haret 2010

Daftarlsi
BABI Pendahuluan
1 .1 . L a ta rB e l a ka ng
1 .2 . Ma ksu d a nT ujuan
1 .3 . P e n g e rti a n
BABll Persyaratan
Administrasi
2 .1 . R u a n gL i n g ku p
2.2. Penerapan
2.3. ldentitas
2.4. Persyaratan
MKASebelum
Peneraan
BABlll Persyaratan
Teknisdan Persyaratan
Kemetrologian
3.1. Persyaratan
Teknis
3.2. Persyaratan
Kemetrologian
BABlV Pemeriksaan
danPengujian
4 .1 . P e me ri ksa a n
4.2. Pengujian
TeradanTeraUlang
BABV Pembubuhan
TandaTera
5 .1 . P e n a n d a aTna ndaTer a
5.2. TempatTandaTera
BABVl Penutup

DIREKTUR
JENDERAL
PERDAGANGAN
DALAMNEGERI.

SUBAGYO
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal
adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui jaminan kebenaran
pengukuran dan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan
ukuran, standar satuan, metode pengukuran, dan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang,
dan Perlengkapannya (UTTP). Dalam ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Nomor
2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, mengamanatkan pengaturan UTTP yang
wajib ditera dan ditera ulang, dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-
duanya, serta syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Dalam melaksanakan amanat tersebut di atas, telah ditetapkan Peraturan


Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera
dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang,
dan Perlengkapannya. Adapun UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang adalah
UTTP yang dipakai untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran,
atau penimbangan untuk kepentingan umum, usaha, menyerahkan atau menerima
barang, menentukan pungutan atau upah, menentukan produk akhir dalam
perusahaan, dan melaksanakan peraturan perundang-undangan. Untuk menjamin
kebenaran hasil pengukuran dimaksud dan dalam upaya menciptakan kepastian
hukum, maka terhadap setiap UTTP wajib dilakukan tera dan tera ulang yang
berpedoman pada Syarat Teknis UTTP.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun Syarat Teknis UTTP yang wajib
ditera dan ditera ulang yang merupakan pedoman bagi petugas dalam
melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan UTTP.

1.2. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Untuk mewujudkan keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan tera dan tera
ulang Meter Kadar Air.
2. Tujuan
Tersedianya pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan
tera ulang serta pengawasan Meter Kadar Air.

1.3. Pengertian

Dalam syarat teknis ini yang dimaksud dengan:


1. Meter Kadar Air yang selanjutnya dapat disingkat MKA adalah suatu alat ukur
yang dapat menetukan kadar air suatu komoditi seperti yang dimaksud pada
bab II sub bab 2.2.

5
2. MKA yang menunjuk langsung adalah MKA yang dapat menunjuk langsung
pembacaan kadar air suatu komoditi yang diukur tanpa menggunakan tabel
konversi.
3. MKA yang tidak menunjuk langsung adalah MKA yang tidak dapat menunjuk
langsung pembacaan kadar air suatu komoditi yang diukur kecuali
menggunakan tabel konversi.
4. Biji-bijian adalah biji-bijian yang tidak mengandung minyak atau zat yang
mudah menguap, termasuk di dalamnya padi-padian dan palawija.
5. Biji-bijian berminyak adalah biji-bijian yang mengandung minyak atau zat yang
tidak mudah menguap.
6. Kadar air dari biji-bijian atau biji-bijian berminyak adalah banyaknya
kandungan air dalam suatu komoditi biji-bijian atau biji-bijian berminyak yang
ditentukan dari pengurangan berat dalam presentase berat contoh komoditi
basahnya yang ditentukan pada kondisi seperti pada bab IV sub bab 4.1
angka 1.
7. Contoh adalah sejumlah kecil komoditi yang dianggap mewakili atau
menggambarkan sifat dan ciri-ciri dari suatu populasi komoditi.
8. Contoh primer adalah contoh awal yang diambil dari suatu populasi komoditi
untuk ditentukan kadar airnya seperti yang dimaksud pada angka 6.
9. Metode referensi/standar atau metode destilasi adalah metode untuk
menentukan kadar air dari suatu komoditi yang selanjutnya dipakai untuk
menguji kebenaran penunjukan suatu MKA yang diuji.
10. Metode master meter adalah metode dengan cara membandingkan
penunjukan MKA yang diuji dengan penunjukan MKA yang dianggap sebagai
master meter dan mempunyai ketelitian yang lebih tinggi. MKA master meter
ini diuji dengan metode referensi/standar atau metode destilasi.
11. Metode master contoh adalah metode pengujian dengan cara
membandingkan penunjukan MKA yang diuji dengan contoh populasi komoditi
yang telah diketahui kadar airnya dengan metode referensi/standar atau
metode destilasi.
12. Tabel konversi adalah tabel pedoman yang berupa daftar, grafik, mistar hitung
dan sebagainya yang digunakan untuk menunjukkan kadar air suatu komoditi
yang diukur sesuai dengan pembacaan pada skala konvensionalnya.
13. Skala konvensional adalah skala yang terdapat pada alat penunjukan MKA
tanpa dimensi atau satuan.
14. Tabel koreksi adalah tabel yang digunakan untuk menentukan kadar air dari
nilai yang ditunjuk oleh MKA, jika nilai yang ditunjuk berubah karena suatu
besaran yang berpengaruh tidak secara otomatis terhitung oleh MKA.
15. Persen adalah % massa contoh.
16. Kesalahan mutlak MKA adalah selisih antara penunjukan MKA dengan nilai
kadar air sebenarnya yang ditentukan dengan metode referensi.
17. Nilai nol adalah nilai nol % yang dalam praktek tidak pernah dicapai oleh
pengukuran kadar air. Nilai nol dapat mewakili hasil pengukuran apabila
bagian pengukurannya adalah kosong atau penunjukan alat ini belum
dioperasikan.

6
18. Alat yang dipakai menetapkan nilai uji adalah alat yang dimaksudkan untuk
menentukan hasil pengujian MKA tanpa menggunakan contoh biji-bijian.
19. MKA kelompok A adalah MKA yang dapat bekerja secara otomatis dilengkapi
dengan printer untuk mencatat hasil pengukuran dan bermacam-macam
pengamanan seperti pada bab III sub bab 3.2. angka 1.
20. MKA kelompok B adalah MKA yang tidak dilengkapi seperti pada Kelompok A
tetapi masih dilengkapi minimum pengamanan seperti pada bab III sub bab
3.2. angka 2.

7
BAB II
PERSYARATAN ADMINISTRASI

2.1. Ruang Lingkup

Syarat teknis ini mengatur tentang persyaratan teknis dan persyaratan


kemetrologian untuk MKA.

2.2. Penerapan
Syarat teknis ini berlaku bagi setiap MKA yang digunakan untuk mengukur kadar
air dari:
1. biji-bijian;
2. biji-bijian berminyak;
3. kayu dan hasil kayu olahan industri; dan
4. komoditi lain selain yang dimaksud angka 1, 2, dan 3 yang metode pengujian
dan persyaratannya sama dengan angka 1, 2, dan 3.

2.3. Identitas

1. Umum
a. nama pabrik atau merek pabrik;
b. tipe;
c. nomor seri;
d. nomor Surat Izin Tipe atau Izin Tanda Pabrik.
2. Identifikasi
a. kelas ketelitian;
b. jenis-jenis komoditi yang dapat diukur;
c. petunjuk singkat cara penggunaanya;
d. daerah temperatur pemakaian;
e. nilai nominal dari nilai pengujian serta batas atas dan bawah dari nilai
pengukuran;
f. kategori/kelompok sesuai dengan bab III sub bab 3.2. angka 1.

2.4. Persyaratan MKA Sebelum Peneraan


1. MKA yang akan ditera harus memiliki Surat Izin Tipe atau Izin Tanda Pabrik.
2. Label tipe harus terlekat pada MKA asal impor yang akan ditera.
3. MKA yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat
merek pabrik dan nomor Izin Tanda Pabrik.

8
4. MKA yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat
merek pabrik dan nomor izin tanda pabrik dan label tipe untuk MKA asal
impor sebelum ditera.
5. MKA yang akan ditera ulang harus sudah ditera sebelumnya.

9
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN

3.1. Persyaratan Teknis

1. Bahan, Konstruksi dan Perlengkapan


a. MKA harus dibuat sedemikian rupa, agar kuat dan terpasang dengan
baik, dan bagian-bagian utamanya harus terbuat dari bahan yang
menjamin cukup kuat dan stabil;
b. penutup rangka MKA harus terpasang kuat dan disusun sedemikian rupa,
sehingga dapat melindungi bagian-bagian utamanya dari debu dan air;
c. MKA yang dilengkapi dengan alat pengering dan alat timbang harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) massa contoh untuk pengukuran kadar air tidak boleh kurang dari 5
gram;
2) ketelitian timbangan dan anak timbangan harus sesuai dengan
ketelitian MKA yang ditentukan oleh pabrik;
3) piring muatan untuk penimbangan dan pengeringan terbuat dari
bahan yang tidak korosif dan tidak menyerap air;
4) perbedaan maksimum temperatur yang diperbolehkan di dalam oven
harus ditentukan dengan keterangan pabrik dan perbedaan tersebut
tidak boleh mempengaruhi hasil pengukuran; dan
5) apabila proses pengukuran tidak otomatis, maka akhir dari
pengeringan harus ditandai dengan sinyal yang dapat didengar atau
dapat dilihat.
d. alat penunjukan MKA dapat berupa plat skala atau digital yang
penunjukannya dapat dibagi dalam beberapa daerah ukur;
e. MKA dapat dilengkapi dengan alat untuk mengetahui besarnya tegangan
catu atau test baterai;
f. MKA yang dilengkapi dengan termometer koreksi, skala terkecilnya harus
lebih kecil atau sama dengan skala terkecil dari skala penunjukan kadar
airnya;
g. MKA dapat dilengkapi dengan buku panduan teknis yang memuat dengan
jelas segala sesuatu tentang MKA seperti : jenis-jenis komoditi yang
diukur, tabel konversi, tabel koreksi untuk pengaruh parameter tertentu,
khususnya untuk MKA yang dilengkapi dengan alat koreksi otomatis dan
sebagainya;
h. MKA yang penunjukan kadar airnya langsung tanpa tabel konversi, maka
untuk menunjukkan jenis komoditi yang berbeda-beda harus dilengkapi
dengan alat pemindah penunjuk jenis komoditi yang sedang diukur kadar
airnya. Alat ini pada saat dioperasikan harus cukup jelas menunjuk nama
komoditi yang sedang diukur;
i. MKA yang penunujukan kadar airnya tidak langsung, harus dilengkapi
dengan tabel konversi yang diperlukan untuk setiap jenis kadar air.

10
Interval skalanya sesuai dengan angka 2. huruf a. dan batas kesalahan
maksimum yang diizinkan sesuai dengan sub bab 3.2. angka 4;
j. MKA yang dilengkapi dengan tabel konversi dan tabel koreksi harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) tabel-tabel tersebut harus disetujui dan dilegalisir oleh instansi yang
menangani metrologi legal;
2) pabrik harus menyertakan buku pedoman MKA yang jelas untuk alat
penunjukannya dengan tabel – tabel tersebut; dan
3) apabila pabriknya tidak menyertakan atau membuat tabel-tabel
tersebut, maka pada MKA-nya harus dicantumkan keterangan-
keterangan untuk hal itu seperti tercantum pada bab II sub bab 2.3.
k. MKA yang hanya menggunakan tabel koreksi tanpa menggunakan tabel
konversi, maka pembagian skala penunjukannya harus dalam persen.

2. Alat Penunjukan
a. nilai skala harus dipilih dari salah satu nilai berikut ini, yaitu 0,1%; 0,2%
dan 0,5% massa untuk pembacaan langsung ataupun tidak langsung oleh
MKA. Nilai ini harus lebih kecil atau sama dengan setengah kesalahan
maksimum yang diizinkan untuk persetujuan tipe bagi MKA kelas I;
b. MKA yang prinsip pengukurannya tidak dengan cara pengeringan dengan
pemanas harus ditentukan dengan alat yang memberikan nilai uji;
c. MKA yang dilengkapi dengan alat penyetel nol harus bekerja secara
kontinyu;
d. pada MKA harus ditentukan nilai skala nolnya agar dapat menentukan
posisi penunjukan nolnya;
e. pada MKA yang menggunakan sumber catu daya dari baterai, harus
ditentukan skala catu dayanya;
f. skala penunjukan dengan jarum penunjuk dan plat skala harus memenuhi
ketentuan berikut:
1) jarak skala yaitu jarak antara dua skala berurutan sekurang-
kurangnya 1,25 mm, baik pembagian skala dalam persen maupun
skala konvensionalnya;
2) garis skala harus tipis dan memiliki ketebalan yang sama;
3) jarum penunjuk harus tampak jelas dan ketebalannya tidak melebihi
¼ jarak skala; dan
4) ujung jarum penunjuk harus menutupi sekurang-kurangnya 1/3
panjang skala terpendek.
g. skala untuk alat penunjukan yang menunjuk langsung nilai kadar air yang
dinyatakan dalam persen diberi angka–angka pada garis skala yang lebih
panjang dari garis skala lainnya dan untuk penunjukan nol diberi tanda
garis dan jarum penunjuk harus dapat berayun di bawah garis nol
sekurang – kurangnya 0,2%;

11
h. nilai skala dari nilai skala konvensional yang dikonversikan ke macam–
macam kadar air harus kurang atau sama dengan nilai skala seperti yang
disebutkan pada huruf a. Garis skala yang diberi angka harus lebih
panjang dari garis skala lainnya dan semua angka yang terbaca pada
skala konvensional juga harus terbaca pada tabel konversinya;
i. alat penunjukan digital, tinggi angkanya tidak kurang dari 10 mm, baik
untuk penunjukan langsung maupun tidak langsung. Semua angka skala
konvensional seperti yang tampak pada alat penunjuk digital harus
ditunjukkan dalam tabal konversinya.

3. Faktor Pengaruh
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sifat ukur MKA dan harus diamankan
adalah:
a. alat penyetel harus dilindungi agar tidak mudah diubah;
b. MKA harus dapat bekerja dengan baik terhadap pengaruh variasi
tegangan antara -15% s.d. +10% dari tegangan nominal dan -2% s.d.
+2% dari frekuensi nominalnya, kecuali MKA yang menggunakan catu
daya baterai harus dilengkapi dengan alat penunjuk kondisi di bawah catu
daya baterainya;
c. pabrik pembuat harus melengkapi keterangan batas temperatur
pemakaiannya, bila mungkin termasuk ketentuan lain yang dapat
mempengaruhi sifat ukurnya.

3.2. Persyaratan Kemetrologian

1. MKA Kelompok A
a. secara keseluruhan MKA harus bekerja secara otomatis, merupakan satu
kesatuan dan seluruh bagian yang digunakan salah satu yang dipakai
untuk sampel (alat penggiling, penggerus dan sebagainya) atau mengukur
parameter fisik atau kimia mencakup hasil akhir perhitungan kadar air
(alat timbang, sensor temperatur dan sebagainya), semuanya harus
disatukan menjadi satu instrumen. Jika pemilihan dan pembersihan alat-
alat dilakukan, hal ini dapat dipisahkan dari MKA-nya sendiri;
b. MKA yang dipadukan dengan printer, printer tersebut harus disatukan
dengan MKA-nya atau diletakkan berdampingan. Hasil pengukuran harus
tercetak pada gambar sejajar dan dibulatkan pada skala interval yang
terdekat. Hasil cetakan harus sesuai dengan penunjukan, apabila
penunjukannya digital;
c. MKA harus dilengkapi dengan alat pengaman.
Macam-macam alat pengaman dapat berupa:
1) pengaman pencetakan
a) pencetakan harus tidak bekerja sebelum pengukuran berakhir
apabila penunjukannya analog; dan

12
b) penunjukan dan pencetakan harus tidak bekerja sebelum
pengukuran berakhir apabila penujukan digital.
2) pencetakan hasil pengukuran tidak akan bekerja apabila keluar dari
daerah pengukuran;
3) jika MKA ini dilengkapi dengan alat penyetel nol maka tidak boleh
mengakibatkan kecurangan;
4) MKA ini harus tidak bekerja lagi sebelum ruang pengukurannya
dikosongkan dari sampel terlebih dahulu;
5) dalam hal MKA yang dilengkapi dengan alat pengering dengan
pemanasan, suatu alat harus menunjuk bahwa itu tidak mungkin
dilaksanakan sampai kondisi yang ditentukan pada petunjuk MKA.
Hasil pengukuran tidak akan menunjuk selama proses pengeringan
belum berakhir.

2. MKA Kelompok B
MKA yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan pada MKA
Kelompok A adalah termasuk kelompok B. Selain harus memenuhi sub bab
3.1. dapat bekerja secara otomatis, semi otomatis atau manual dan dapat pula
dilengkapi dengan beberapa peralatan yang bekerja secara manual.
a. Apabila prinsip pengukurannya membutuhkan contoh yang massanya
tertentu untuk ruang pengukuran, maka alat timbang yang digunakan
harus kuat dan sesuai dengan kebutuhan massa contoh.
b. Apabila prinsip pengukurannya dipengaruhi oleh temperatur contoh yang
diukur, maka sensor termometer harus dibuat kuat dan menyatu lewat
lubang dengan ruang pengukuran.
c. Apabila MKA dilengkapi dengan alat penyetel nol, maka alat ini dapat
dengan mudah ditemukan oleh pemakai, tetapi dibuat agar
penggunaannya tampak jelas.

3. Tingkat Ketelitian
MKA dibedakan dalam kelas ketelitian berdasarkan tingkat kebenaran
penunjukannya yaitu kelas I dan kelas II.

4. Batas Kesalahan
a. Batas kesalahan maksimum yang diizinkan untuk tera dalam tanda plus
dan tanda minus adalah:
1) Kelas I
a) Biji-bijian dan biji-bijian selain jagung, padi-padian, sergum
dan bunga matahari adalah :
• 0,3% dari massa basahnya jika kadar air yang dikandung
≤10% ditambah 0,2% dari massanya;
• 3/100 dari kadar airnya bila kadar air yang dikandung >
10% ditambah 0,2% dari massanya.

13
b) Bijii-bijian jagung dan padi-padian, sergum dan bunga
matahari adalah :
• 0,4% dari massa basahnya jika kadar air yang dikandung ≤
10% ditambah 0,2% dari massanya;
• 4/100 dari kadar airnya bila kadar air yang dikandung >
10% ditambah 0,2% dari massanya.
2) Kelas II
a) Biji-bijian dan biji-bijian yang berminyak selain jagung, padi-
padian, sergum dan bunga matahari adalah :
• 0,4% dari massa basahnya jika kadar air yang dikandung ≤
10% ditambah 0,2% dari massanya;
• 4/100 dari kadar airnya bila kadar air yang dikandung >
10% ditambah 0,2% dari massanya.
b) Biji-bijian jagung, padi-padian, sergum dan bunga matahari
adalah :
• 0,5% dari massa basahnya, jika kadar air yang dikandung
≤10% ditambah 0,2% dari massanya.
• 5/100 dari kadar airnya jika kadar air yang dikandung >
10% ditambah 0,2% dari massanya
b. Batas kesalahan maksimum yang diizinkan untuk tera ulang dalam tanda
plus dan tanda minus adalah:
1) Kelas I
a) Biji-bijian dan biji-bijian selain jagung, padi-padian, sergum
dan bunga matahari adalah :
• 0,3% dari massa basahnya jika kadar air yang dikandung
≤10% ditambah 0,4% dari massanya;
• 3/100 dari kadar airnya bila kadar air yang dikandung >
10% ditambah 0,4% dari massanya.
b) Bijii-bijian jagung dan padi-padian, sergum dan bunga
matahari adalah :
• 0,4% dari massa basahnya jika kadar air yang dikandung ≤
10% ditambah 0,4% dari massanya;
• 4/100 dari kadar airnya bila kadar air yang dikandung >
10% ditambah 0,4% dari massanya.
2) Kelas II
a) Biji-bijian dan biji-bijian yang berminyak selain jagung, padi-
padian, sergum dan bunga matahari adalah :
• 0,4% dari massa basahnya jika kadar air yang dikandung ≤
10% ditambah 0,4% dari massanya;
• 4/100 dari kadar airnya bila kadar air yang dikandung >
10% ditambah 0,4% dari massanya.

14
b) Biji-bijian jagung, padi-padian, sergum dan bunga matahari
adalah:
• 0,5% dari massa basahnya, jika kadar air yang dikandung
≤10% ditambah 0,4% dari massanya.

• 5/100 dari kadar airnya jika kadar air yang dikandung >
10% ditambah 0,4% dari massanya
c. Batas kesalahan maksimum yang diizinkan terhadap MKA untuk kayu,
kayu olahan, selain biji-bijian berminyak adalah sama dengan batas
kesalahan maksimum yang diizinkan pada:
1) Biji-bijian dan biji-bijian yang berminyak selain jagung, padi-padian,
sergum dan bunga matahari adalah :
a) 0,4% dari massa basahnya jika kadar air yang dikandung ≤
10%;
b) 4/100 dari kadar airnya bila kadar air yang dikandung > 10%.
2) Biji-bijian jagung, padi-padian, sergum dan bunga matahari adalah :
a) 0,5% dari massa basahnya, jika kadar air yang dikandung
≤10%.
b) 5/100 dari kadar airnya jika kadar air yang dikandung > 10%
3) Huruf a dan b.

15
BAB IV
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

4.1 Pemeriksaan

Pemeriksaan MKA dilakukan untuk memastikan bahwa MKA memenuhi


persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam syarat teknis ini.

4.2 Pengujian Tera dan Tera Ulang

1. Metode Pengujian

a. Pengujian MKA dalam rangka peneraan dapat dilakukan dengan


beberapa cara sebagai berikut:
1) Membandingkan penunjukan MKA yang akan ditera dengan hasil
penentuan kadar yang didapat dengan metode referensinya;
2) Membandingkan penunjukan MKA yang akan ditera dengan
penunjukan dari MKA yang dianggap sebagai master meter yang
mempunyai ketelitian (accuracy) yang lebih tinggi dan telah diuji
terlebih dahulu dengan metode standar. Cara ini selanjutnya disebut
metode master meter;
3) Penunjukan MKA yang diuji langsung dengan contoh biji-bijian yang
telah diketahui harga standar kadar airnya, yang selanjutnya disebut
metode master sample.
b. Metode pengujian satu titik adalah pengujian yang dilakukan terhadap
satu titik penunjukan saja. Hal ini ditetapkan sesuai dengan kebutuhan
pemakaian dari MKA tersebut.

2. Tempat Pengujian

a. Di Direktorat Metrologi, Kantor/Unit Pelayanan Teknis Kemetrologian


setempat pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
b. Laboratorium/instalasi uji MKA milik instansi pemerintah lainnya dilakukan
atas kerjasama dengan Direktorat Metrologi dan Kantor/Unit Pelayanan
Teknis Kemetrologian setempat pada Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
c. Di tempat pakai MKA tersebut apabila diperlukan.

16
BAB V
PEMBUBUHAN TANDA TERA

5.1. Penandaan Tanda Tera


Pada Meter Kadar Air dipasang lemping tanda tera sebagai tempat pembubuhan
Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak, dan Tanda Sah. Tanda Jaminan
dibubuhkan dan/atau dipasang pada bagian-bagian tertentu dari Meter Kadar Air
yang sudah disahkan pada waktu ditera dan ditera ulang untuk mencegah
penukaran dan/atau perubahan. Bentuk tanda tera sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

5.2. Tempat Tanda Tera


1. Tera
a. Tanda Daerah ukuran 8 mm, Tanda Pegawai yang Berhak (H) dan
Tanda Sah Logam (SL) ukuran 6 mm dibubuhkan pada lemping tanda
tera yang terbuat dari aluminium atau kuningan yang ditempatkan dekat
indikator sehingga dapat mudah terlihat atau pada sumbat cap yang
telah disediakan oleh pabriknya;
b. Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm dibubuhkan pada bagian yang
dapat menyebabkan perubahan dari sifat-sifat kemetrologiannya;
c. Lemping tersebut pada huruf a harus dipasang dengan cara disekrup
yang dibubuhi Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm, kecuali bagi
konstruksi MKA yang tidak memungkinkan dipasang lemping tanda tera
dengan cara yang disekrup dapat dilem, sedangkan untuk MKA yang
sudah dilengkapi dengan sumbat cap, maka pemasangan harus
sedemikian rupa, sehingga sumbat cap tidak dapat dilepas dan mudah
terlihat;
d. Ukuran lemping tersebut adalah :
Panjang : 30 mm
Lebar : 10 mm
Tebal minimum : 1 mm
Tebal maksimum : 2 mm
Toleransi dari ukuran-ukuran di atas : ± 0,5 mm
2. Tera Ulang
a. Tanda Sah Plombir (SP) ukuran 6 mm dibubuhkan dengan kawat meterai
pada sekrup penguat lemping tanda tera sebagai pengganti Tanda
Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm pada waktu tera;
b. Untuk lemping tanda tera yang pemasangannya tidak disekrup (tetapi
dilem), atau dengan sumbat cap, maka Tanda Sah Plombir (SP) ukuran
6 mm dibubuhkan pada bagian yang mudah terlihat.
3. Jangka Waktu Tera Ulang
Jangka waktu tera ulang dan masa berlaku tanda tera sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan.

17
BAB VI
PENUTUP

Syarat Teknis MKA merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan tera
dan tera ulang MKA serta pengawasan MKA, guna meminimalisir penyimpangan
penggunaan MKA dalam transaksi komoditi yang menggunakan nilai kadar air
dalam penentuan kualitasnya, serta upaya perwujudan tertib ukur sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.

18
Lampiran 1. Metode referensi praktis untuk menentukan kadar air biji-bijian untuk
pengujian MKA

1. Ruang Lingkup

Metode ini digunakan untuk menentukan kadar air biji-bijian seperti: beras, gabah
dan bahan lain yang mempunyai karakteristik hampir sama, sebagai standar untuk
menguji penunjukan MKA komoditi tersebut.

2. Definisi

Kadar air biji-bijian adalah banyaknya air, dinyatakan dalam persentase massa
contoh basahnya seperti yang diuraikan di bawah ini.

3. Prinsip Metode

Pengurangan berat suatu biji-bijian yang dipanaskan pada suhu 130°C–133°C,


disebabkan oleh hilangnya air, sehingga berkurangnya berat tersebut dianggap
sebagai berat air.

4. Peralatan

a. Kondisi pertama terdiri dari :


1) neraca analitik atau sejenisnya dengan ketelitian yang disesuaikan
dengan kebutuhan;
2) alat penggiling yang dilengkapi dengan pengatur kecepatan;
3) oven listrik yang mempunyai ventilasi efektif dilengkapi dengan
thermoset agar temperatur ruangan pemanas dapat dipertahankan stabil
pada temperatur 130°C – 133°C;
4) wadah dari logam tahan karat yang tidak menyerap air dengan penutup,
diameter ± 50 mm dan dalamnya 25-30 mm;
5) desikator diberi zat pengering seperti silicagel dan sebagainya;
6) alat saringan; dan
7) alat kerja bantu lainnya yang diperlukan.
b. Kondisi kedua :
1) Moisture Balance (timbangan yang berfungsi sebagai MKA); dan
2) alat-alat seperti pada huruf a, angka 4) dan 7);

19
5. Cara Kerja

a. Persiapan contoh
1) Contoh yang dipakai dalam pengujian adalah contoh primer;
2) Contoh harus memenuhi syarat kualitas dan kuantitas yang ditentukan
yaitu : tidak berhama, tidak rusak, tidak bau, bersih dan sebagainya;
3) Siapkan contoh untuk beberapa tingkatan kadar air yang berbeda
sekurang-kurangnya tiga tingkatan yaitu untuk penunjukan rendah,
tengah dan atas, dengan jumlah kurang lebih 250 g;
4) Contoh-contoh tersebut disimpan dalam beberapa wadah berbeda yang
dilengkapi dengan sirkulasi udara agar kondisi udara dalam wadah
tersebut konstan atau dapat pula disimpan dalam wadah-wadah yang
dapat dijamin tertutup rapat dan kedap air.
b. Persiapan peralatan
1) Pelajari cara menggunakan MKA yang akan diuji dengan saksama;
2) Periksa kelengkapan MKA tersebut seperti alat timbang, elektroda, catu
dayanya dan sebagainya;
3) Siapkan semua peralatan laboratorium yang akan dipakai seperti neraca
analitis, oven diatur pada temperatur 130°C – 133°C, wadah yang akan
digunakan dibersihkan dan disimpan dahulu dalam desikator kira-kira 1
jam.
c. Cara melakukan
1) Ambil contoh biji-bijian yang dimaksud pada huruf a dan ukur kadar
airnya dengan MKA yang akan ditera sebanyak tiga kali, catat hasil
penunjukannya setelah dikoreksi terhadap pengaruh temperatur,
misalnya A%;
2) Syarat contoh biji-bijian yang harus dilembutkan yaitu memenuhi
diameter 1,7 mm; 1 mm dan 0,5 mm, bila jumlah diameter ≤ 1,7 mm
terdiri dari diameter > 1 mm 10% dan diameter < 0,5 mm lebih dari 50 %
maka tidak perlu dilembutkan dan sebaliknya dalam hal ini untuk beras
dan gabah harus dilembutkan;
3) Dalam hal biji-bijian yang tidak perlu dilembutkan, timbanglah contoh
tersebut seberat 5 g beserta wadah tertutup sesuai pada angka 4, huruf
a, angka 4) sebanyak 2 wadah untuk tiap tingkatan kadar air yang sama,
misalnya berat basahnya = mb;
4) Dalam hal biji-bijian yang perlu dilembutkan, timbanglah seberat contoh
tersebut 7 g kemudian digiling selama 1 menit dengan kecepatan rendah
agar memenuhi angka 2) kemudian diaduk supaya rata selanjutnya
lakukan seperti pada angka 3);
5) Masukkan contoh-contoh ke dalam oven dengan temperatur 130°C
dengan wadah terbuka selama 2 jam. Setelah mencapai 2 jam
pindahkan ke dalam desikator selama 30 s.d. 40 menit agar temperatur
contoh sesuai dengan temperatur ruangan, kemudian contoh tersebut
ditimbang, misalnya berat keringnya = Mk;

20
6) Lakukan penimbangan ini dengan cermat terhadap contoh masing-
masing tingkatan.

6. Perhitungan
a. Kadar air (KA) tiap-tiap contoh dinyatakan dalam persentase berat basahnya
yaitu:
Mb − Mk
KA = x100 %
Mb
dimana: Mb = Massa basah contoh tanpa wadah (g)
Ma = Massa kering contoh tanpa wadah (g)
b. Apabila perbedaan kadar air dari 2 contoh pada tingkatan yang sama berbeda
> 0,2% pengujian angka 5 huruf c, harus diulang untuk contoh yang berbeda
> 0,2%.
c. Perhitungan kesalahan penunjukan
1) Untuk mendapatkan kesalahan penunjukan tiap-tiap skala MKA, maka
menggunakan rumus regresi linier seperti tercantum dalam cerapan.
2) Untuk pengujian satu titik, besarnya kesalahan penunjukan skala MKA
(E) adalah :
E = (A – KA) %

A = Penunjukan MKA
KA = Nilai kadar air yang ditentukan dengan metode ini.

21
Lampiran 2. Metode referensi praktis untuk menentukan kadar air biji-bijian berminyak
untuk pengujian MKA

1. Ruang Lingkup

Metode ini digunakan untuk menentukan kadar air biji-bijian berminyak dan bahan
lainnya yang mempunyai karakteristik hampir sama, sebagai standar untuk
menguji penunjukan MKA komoditi tersebut.

2. Definisi

Kadar air biji-bijian berminyak adalah banyaknya air dan zat yang mudah menguap
dinyatakan dalam persentase massa contoh basahnya, seperti yang diuraikan di
bawah ini.

3. Prinsip Metode

Pengurangan berat suatu biji-bijian berminyak yang dipanaskan pada temperatur


103°C, disebabkan oleh hilangnya air sehingga berkurangnya berat tersebut
dianggap sebagai berat air.

4. Peralatan

a. Kondisi pertama terdiri dari :


1) neraca analitik atau sejenisnya dengan ketelitian yang disesuaikan
dengan kebutuhan;
2) alat penggiling yang dilengkapi dengan pengatur kecepatan;
3) oven listrik yang mempunyai ventilasi efektif dilengkapi dengan
thermoset agar temperatur ruangan pemanas dapat dipertahankan stabil
pada temperatur 103°C ± 2°C;
4) wadah dari logam tahan karat yang tidak menyerap air dengan penutup,
diameter ± 70 mm dan tinggi 30 - 40 mm;
5) desikator diberi zat pengering seperti silicagel dan sebagainya;
6) alat saringan;
7) alat kerja bantu lainnya yang diperlukan.
b. Kondisi kedua :
1) Moisture Balance (timbangan yang berfungsi sebagai MKA); dan
2) alat-alat seperti pada huruf a. angka 4) dan 7).

5. Cara Kerja

a. Persiapan contoh
1) Contoh yang dipakai dalam pengujian adalah contoh primer;

22
2) Contoh harus memenuhi syarat kualitas dan kuantitas yang ditentukan
yaitu : tidak berhama, tidak rusak, tidak bau, bersih dan sebagainya;
3) Siapkan contoh untuk beberapa tingkatan kadar air yang berbeda
sekurang-kurangnya tiga tingkatan yaitu untuk penunjukan rendah,
tengah dan atas, dengan jumlah kurang lebih 250 g;
4) Contoh-contoh tersebut disimpan dalam beberapa wadah berbeda yang
dilengkapi dengan sirkulasi udara agar kondisi udara dalam wadah
tersebut konstan atau dapat pula disimpan dalam wadah-wadah yang
dapat dijamin tertutup rapat dan kedap air.
b. Persiapan peralatan
1) Pelajari cara menggunakan MKA yang akan diuji dengan saksama;
2) Periksa kelengkapan MKA tersebut seperti alat timbang, elektroda, daya
catunya dan sebagainya;
3) Siapkan semua peralatan laboratorium yang akan dipakai seperti neraca
analitis, oven diatur pada temperatur 103°C ± 2°C, wadah yang akan
digunakan dibersihkan dan disimpan dahulu dalam desikator kira-kira 1
jam.
c. Cara melakukan
1) Ambil contoh biji-bijian yang dimaksud pada huruf a. dan ukur kadar
airnya dengan MKA yang akan ditera sebanyak tiga kali, catat hasil
penunjukannya setelah dikoreksi terhadap pengaruh temperatur,
misalnya A%;
2) Syarat contoh biji-bijian seperti kacang tanah, kedelai dan yang sejenis
perlu dilembutkan yaitu memenuhi diameter ≤ 2 mm, dengan cara digiling
pada kecepatan rendah, buang 1/20 bagian dari bubuknya, sisanya
diaduk sampai homogen dan ditimbang seberat 5 g dengan wadah
tertutup seperti pada angka 4. huruf a. angka 4) sebanyak 2 wadah untuk
tiap-tiap tingkatan kadar air yang sama, misal berat basahnya = Mb;
3) Dalam hal contoh yang tidak perlu dilembutkan, lakukan penimbangan
seperti pada angka 2);
4) Masukkan contoh-contoh tersebut dalam oven dengan wadah terbuka
pada temperatur ruangan 103°C ± 2°C, selama 3 jam. Setelah mencapai
3 jam pindahkan ke dalam desikator selama 30 s.d. 40 menit agar
temperatur contoh sesuai dengan temperatur ruangan, kemudian contoh
tersebut ditimbang misal berat keringnya = Mk1 ;
5) Masukkan kembali contoh-contoh tersebut ke dalam oven selama 1 jam
dan lakukan seperti pada angka 4) dan misal berat keringnya Mk2
demikian diulangi lagi hingga didapat berat kering Mkn;
6) Apabila selisih berat kering antara Mkn-1 dan Mkn ≤ 0,005 g, maka Mkn
dianggap sebagai berat kering konstan dan dipakai sebagai perhitungan
untuk menentukan kadar air;
7) Lakukan penimbangan ini dengan cermat terhadap contoh masing-
masing tingkatan.

23
6. Perhitungan
a. Kadar air (KA) tiap-tiap contoh dinyatakan dalam persentase berat basahnya
yaitu:
Mb − Mkn
KA = x100%
Mb
Mb = Massa basah contoh tanpa wadah (g)
Mkn = Massa kering contoh tanpa wadah (g)
b. Apabila perbedaan kadar air dari 2 contoh pada tingkatan yang sama berbeda
> 0,2% pengujian pada angka 5 huruf c, maka harus diulang untuk contoh
yang berbeda > 0,2%
c. Perhitungan kesalahan penunjukan
1) Untuk mendapatkan kesalahan penunjukan tiap-tiap skala MKA, maka
menggunakan rumus regresi linear seperti tercantum dalam cerapan.
2) Untuk pengujian satu titik, besarnya kesalahan penunjukan skala MKA
(E) adalah :
E = ( A − KA)%
A = Penunjukan MKA
KA = Nilai kadar air yang ditentukan dengan metode ini.

24
Lampiran 3. Metode referensi praktis untuk menentukan kadar air jagung untuk pengujian
MKA

1. Ruang Lingkup

Metode ini digunakan untuk menentukan kadar air jagung dan dipakai sebagai
standar untuk mengisi penunjukan MKAnya.

2. Definisi

Kadar Air Jagung adalah banyaknya air, dinyatakan dalam persentase massa
contoh banyaknya seperti diuraikan di bawah ini.

3. Prinsip Metode

Pengurangan berat komoditi jagung yang dipanaskan pada temperatur 130°C,


disebabkan oleh hilangnya air sehingga berkurangnya berat tersebut dianggap
sebagai berat air.

4. Peralatan

a. Kondisi pertama terdiri dari :


1) neraca analitik atau sejenisnya dengan ketelitian yang disesuaikan
dengan kebutuhan;
2) alat penggiling yang dilengkapi dengan pengatur kecepatan;
3) oven listrik yang mempunyai ventilasi efektif dilengkapi dengan
thermoset agar temperatur ruangan pemanas dapat dipertahankan stabil
pada temperatur 103°C;
4) wadah dari logam tahan karat yang tidak menyerap air dengan penutup,
diameter ± 50 mm;
5) desikator diberi zat pengering seperti silicagel dsb;
6) alat saringan; dan
7) alat kerja bantu lainnya yang diperlukan.
b. Kondisi kedua :
1) Moisture Balance (timbangan yang berfungsi sebagai MKA); dan
2) alat-alat seperti pada angka 4 huruf a. angka 4) dan 7).

5. Cara Kerja

a. Persiapan contoh
1) Contoh yang dipakai dalam pengujian adalah contoh primer;
2) Contoh harus memenuhi syarat kualitas dan kuantitas yang ditentukan
yaitu : tidak berhama, tidak rusak, tidak bau, bersih dan sebagainya;

25
3) Siapkan contoh untuk beberapa tingkatan kadar air yang berbeda
sekurang-kurangnya tiga tingkatan yaitu untuk penunjukan rendah,
tengah dan atas, dengan jumlah kurang lebih 260 g;
4) Contoh-contoh tersebut disimpan dalam beberapa wadah berbeda yang
dilengkapi dengan sirkulasi udara agar kondisi udara dalam wadah
tersebut konstan atau dapat pula disimpan dalam wadah-wadah yang
dapat dijamin tertutup rapat dan kedap air.
b. Persiapan peralatan
1) Pelajari cara menggunakan MKA yang akan diuji dengan saksama;
2) Periksa kelengkapan MKA tersebut seperti alat timbang, elektroda, daya
catunya dan sebagainya;
3) Siapkan semua peralatan laboratorium yang akan dipakai seperti neraca
analitis, oven diatur pada temperatur 130°C ± 2°C, wadah yang akan
digunakan dibersihkan dan disimpan dahulu dalam desikator kira-kira 1
jam.
c. Cara melakukan
1) Ambil contoh biji-bijian yang dimaksud pada angka 5 huruf a dan ukur
kadar airnya dengan MKA yang akan ditera sebanyak 3 (tiga) kali, catat
hasil penunjukannya setelah dikoreksi terhadap pengaruh temperatur,
misalnya A%;
2) Contoh tersebut kemudian diambil 30 g lembutkan selama 1,5 s.d. 2
menit dengan kecepatan rendah. Aduklah bubuk jagung tersebut hingga
homogen dan timbang seberat 8 g dalam wadah tertutup sebanyak 2
wadah dari masing-masing tingkatan kadar air misal berat basahnya =
Mb;
3). Masukkan contoh-contoh tersebut dalam oven dengan wadah terbuka
pada temperatur ruangan 130°C ± 2°C, dengan wadah terbuka selama 4
jam pindahkan ke dalam desikator selama 30 s.d. 40 menit agar
temperatur contoh sesuai dengan temperatur ruangan, kemudian contoh
tersebut ditimbang misal berat keringnya = Mk;
4). Lakukan penimbangan ini dengan cermat terhadap contoh masing-
masing tingkatan.

6. Perhitungan

a. Kadar air (KA) tiap-tiap contoh dinyatakan dalam persentase berat basahnya
yaitu:
Mb − Mk
KA = x100%
Mb
Mb = Massa basah contoh tanpa wadah (g)
Ma = Massa kering contoh tanpa wadah (g)

26
b. Apabila perbedaan kadar air dari 2 contoh pada tingkatan yang sama berbeda
> 0,2% pengujian pada angka 5 huruf c, maka harus diulang untuk contoh
yang berbeda > 0,2%.
c. Perhitungan kesalahan penunjukan
1). Untuk mendapatkan kesalahan penunjukan tiap-tiap skala MKA, maka
menggunakan rumus regresi linier seperti pada cerapan terlampir.
2). Untuk pengujian satu titik, besarnya kesalahan penunjukan skala MKA
(E) adalah :
E = ( A − KA)%

A = Penunjukan MKA
KA = Nilai kadar air yang ditentukan dengan metode ini.

27
Lampiran 4. Metode destilasi untuk menentukan kadar biji-bijian, bumbu dan rempah-
rempah untuk pengujian MKA

1. Ruang Lingkup

Metode ini digunakan untuk menentukan kadar air biji-bijian berminyak bumbu dan
rempah-rempah sebagai standar untuk menguji penunjukan MKA untuk komoditi
tersebut.

2. Definisi

Yang dimaksud kadar air adalah banyaknya air, dinyatakan dalam persentase
massanya, yang disuling dan ditampung sesuai dengan metode yang diuraikan di
bawah ini.

3. Prinsip Metode

Penentuan banyaknya air yang dipisahkan dengan cara destilasi dengan bantuan
suatu cairan organik yang tidak bercampur dengan air, ditampung dalam sebuah
tabung berskala.

4. Bahan-Bahan Kimia

Toluena adalah bahan kimia yang digunakan sebagai destilat untuk penentuan
kadar air. Pelarut-pelarut lain dapat pula digunakan untuk penentuan kadar air,
kecuali dinyatakan lain dalam suatu spesifikasi bahan tertentu, maka harus
digunakan toluena untuk penentuan ini.

5. Peralatan

a. Neraca analitis dengan ketelitian yang disesuaikan dengan kebutuhan;


b. Alat destilasi terdiri dari bagian-bagian di bawah ini, dipasang bersama-sama
dengan menggunakan sambungan-sambungan kaca asah:
1) Labu leher pendek paling sedikit berkapasitas 500 ml;
2) Pendingin refluks;
3) Penampung berupa tabung berskala ditempatkan antara labu dan
pendingin
c. Wadah dari bahan logam tahan karat yang tidak menyerap air dengan
penutup dan diameter 70 mm dan dalamnya 30-40 mm;
d. Alat bantu kerja laboratorium lainnya seperti : pinset, sendok dan sebagainya;
e. Cairan kimia berupa toluena, cairan kimia yang dapat berfungsi sebagai
toluena dan kalium dikromat-asam sulfat.

28
6. Cara Kerja

a. Persiapan contoh
1) Contoh yang dipakai dalam pengujian adalah contoh primer;
2) Contoh harus memenuhi syarat kualitas dan kuantitas yang ditentukan
yaitu : tidak berhama, tidak rusak, tidak bau, bersih dan sebagainya;
3) Siapkan contoh untuk beberapa tingkatan kadar air yang berbeda yaitu
sekurang-kurangnya tiga tingkatan dan jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan;
4) Contoh-contoh tersebut disimpan dalam beberapa wadah berbeda yang
dilengkapi dengan sirkulasi udara agar kondisi udara dalam wadah
tersebut konstan atau dapat pula disimpan dalam wadah-wadah yang
dapat dijamin tertutup rapat dan kedap air.
b. Persiapan peralatan
1) Pelajari cara menggunakan MKA yang akan diuji dengan saksama;
2) Periksa kelengkapan MKA tersebut seperti alat timbang, elektroda, catu
dayanya dan sebagainya;
3) Siapkan semua peralatan laboratorium yang akan dipakai;
4) Bersihkan dengan larutan kalium dikromat-asam sulfat, semua alat
destilasinya untuk menghindari kemungkinan melekatnya tetes-tetes
kecil air pada sisi dinding pendingin dan penampung berskala.
c. Cara melakukan
1) Timbang contoh-contoh biji-bijian, bumbu dan rempah-rempah seperti
pada huruf a seberat 40 g;
2) Masukkan contoh tersebut ke dalam labu dengan toluena, tambahkan
toluena secukupnya agar menutupi contoh tersebut seluruhnya kira-kira
75 ml dan dikocok hingga rata.
3) Pasang atau rakitkan alat destilasi tersebut dan isi penampung berskala
dengan toluena sampai meluap ke dalam labu destilasi. Untuk
menghindari uap air keluar dari tabung pendingin sisipkan sumbat kapas
yang longgar pada tabung pendingin bagian atas.
4) Panaskan labu sedemikian rupa, sehingga kecepatan destilasi 100 tetes
per menit. Bila sebagian besar air telah tersuling, naikkan kecepatan
tetes hingga 200 tetes per menit hingga tak ada lagi air yang tersuling.
Sekali-sekali dinding tabung disirami dengan toluena selama destilasi
berlangsung dari lubang atas tabung pendingin.
5) Reflukslah hingga tinggi air dalam tabung penampung berskala tidak
berubah selama 30 menit baru kemudian hentikan sumber panasnya.
6) Sebelum tabung penampung berskala dicelupkan ke dalam air pada
suhu kamar selama kurang lebih 15 menit bila perlu tabung pendinginnya
dibilas dengan toluena dan kawat tembaga spiral untuk melepaskan
tetesan air yang ada. Setelah tercelup pada air suhu kamar maka baca
volume air pada tabung berskala.

29
7. Perhitungan

a. Cara menyatakan hasil-hasil kadar air (KA) dalam persentase massa adalah :
V
KA = X 100%
M
dimana : V = Volume air yang ditampung dalam ml.
M = Massa basah contoh yang didestilasi dalam g.
= Massa jenis air yang dianggap 1 g/ml
b. Untuk mendapatkan kesalahan penunjukan tiap-tiap skala MKA, maka
menggunakan rumus regresi linier seperti pada cerapan.
c. Untuk pengujian satu titik, besarnya kesalahan penunjukan skala MKA E
adalah :
E = ( A − KA)%
dimana : A = Penunjukan MKA
KA = Nilai kadar air yang ditentukan dengan metode ini.

30
Lampiran 5. Metode master MKA untuk pengujian MKA

1. Ruang Lingkup

Metoda ini merupakan metoda alternatif digunakan menguji kebenaran MKA yang
ditera dengan menggunakan MKA yang sejenis dengan kelas penguji yang lebih
tinggi.

2. Definisi

Kadar air adalah banyaknya air dalam suatu bahan yang ditujukan oleh hasil
perubahan dari master MKA yang telah diuji lebih dulu terhadap metode
referensinya.

3. Prinsip Metode

Membandingkan penunjukan master MKA dengan penunjukan suatu MKA yang


sedang ditera. Master MKA tersebut harus mempunyai kelas ketelitian lebih tinggi
dan kesalahan 1/3 dari MKA yang ditera.

4. Peralatan

a. Master MKA;
b. Contoh yang dipakai sebagai media uji;
c. Alat kerja bantu lainnya yang diperlukan.

5. Cara Kerja

a. Persiapan contoh
1) Contoh yang dipakai dalam pengujian adalah contoh primer;
2) Contoh harus memenuhi syarat kualitas dan kuantitas yang ditentukan
yaitu : tidak berhama, tidak rusak, tidak bau, bersih dan sebagainya;
3) Siapkan contoh untuk beberapa tingkatan kadar air yang berbeda yaitu
sekurang-kurangnya tiga tingkatan untuk penunjukan rendah, tengah dan
atas dengan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan;
4) Contoh-contoh tersebut disimpan dalam beberapa wadah berbeda yang
dilengkapi dengan sirkulasi udara agar kondisi udara dalam wadah
tersebut konstan atau dapat pula disimpan dalam wadah-wadah yang
dapat dijamin tertutup rapat dan kedap air.
b. Persiapan peralatan
1) Pelajari cara menggunakan MKA yang akan diuji dengan saksama;
2) Periksa kelengkapan MKA tersebut seperti alat timbang, elektroda, catu
dayanya dan sebagainya;

31
3) Master MKA harus sudah diuji dahulu dengan metode referensi yang
berlaku dan surat keterangan pengujiannya masih berlaku;
4) Siapkan semua peralatan laboratorium yang dipakai termasuk pinset,
sendok dan sebagainya.
c. Cara melakukan
1) Ambil contoh-contoh biji-bijian yang dimaksud pada angka 5. huruf a. dan
ukur kadar airnya pada master MKA sebanyak 3 kali hingga didapat
pembacanya Yo%;
2) Dengan pengujian yang cepat maka MKA yang diuji segera dibaca
pengukurannya dengan media contoh tadi sebanyak 3 kali hingga
didapat pembacaannya Xo%;
3) Pada akhir pengujian pada MKA ulangi contoh itu pada penunjukan
master MKA bila didapat pembacaan Yo%, maka perhitungan
pembacaannya adalah Yo% sedangkan bila terjadi perubahan menjadi
Y1% maka untuk perhitungan pembacaannya adalah rata-ratanya yaitu :
YO + Y1
Y% = %
2
4) Pengujian dengan metode ini dapat dilakukan terhadap lima unit MKA
bersama-sama;
5) Lakukan pengukuran ini dengan cermat terhadap MKA dengan contoh-
contoh masing-masing tingkatan yang berbeda.

6. Perhitungan

a. Untuk mendapatkan kesalahan penunjukan tiap-tiap skala MKA, maka


menggunakan rumus regresi linier seperti pada cerapan.
b. Untuk pengujian satu titik, besarnya keslahan penunjukan skala MKA (E)
adalah :
E = ( X − Y )%
dimana : E = Kesalahan penunjukan MKA (%)
X = Penunjukan MKA yang diuji (%)
Y = Penunjukan Master MKA (%)

32
Lampiran 6. Metode referensi praktis dan metode master sample penentuan kadar air
kayu untuk pengujian MKA

1. Ruang Lingkup

Metode ini digunakan untuk menentukan kadar air kayu sebagai standar untuk
pengujian penunjukan MKA komoditi tersebut.

2. Definisi

Kadar air kayu adalah rasio antara massa air yang dikandung oleh contoh kayunya
dengan massa kayu itu setelah dikeringkan dalam oven yang dinyatakan dalam
persentasenya.

3. Prinsip Metoda

Pengurangan berat kayu yang dipanaskan pada temperatur (103±2)°C, selama


maksimum 2 jam disebabkan oleh hilangnya air sehingga berkurangnya berat kayu
tersebut dianggap sebagai berat air.

4. Peralatan

a. Kondisi pertama terdiri dari:


1) Neraca analitik atau sejenisnya dengan ketelitian yang disesuaikan
dengan kebutuhan;
2) Oven listrik yang mempunyai ventilasi efektif, dilingkungan dengan
thermoset agar temperatur ruang pemanas dapat dipertahankan stabil
pada temperatur (103±2) oC;
3) Wadah dari logam tahan karat yang tidak menyerap air dengan penutup
berdiameter 50 mm dan dalam 10 mm;
4) Desikator diberi zat pengering seperti silicagel dan sebagainya;
5) Satu set semacam larutan garam-garam mineral dalam air yang
digunakan untuk pengkondisian contoh kayu;
6) Peralatan laboratorium lainnya seperti termometer, higrometer, gergaji
untuk memotong contoh kayu dan sebagainya.
b. Kondisi kedua:
1) Master MKA kayu, untuk menguji MKA kayu dengan jenis yang sama,
guna mengetahui contoh kayu yang dipakai untuk pengujian. Syarat
kesalahan master MKA tidak melebihi 1/3 dari kesalahan MKA yang diuji.
2) Peralatan seperti pada angka 4. huruf a. angka 4) sampai dengan 6).

33
5. Cara Kerja

a. Persiapan contoh
1) Contoh yang dipakai dalam pengujian adalah contoh primer yang berasal
dari kelompoknya;
2) Contoh harus memenuhi syarat kualitas dan kuantitas yang ditentukan
yaitu : tidak rusak, tidak lapuk, tidak retak, tidak berdebu dan sebagainya;
3) Siapkan contoh untuk beberapa tingkatan kadar air yang berbeda yaitu
sekurang-kurangnya tiga tingkatan untuk penunjukan rendah, tengah dan
atas;
4) Potong contoh-contoh tersebut hingga mempunyai berat sekitar 10 g dan
luas permukaan sekitar 50 mm x 50 mm;
5) Contoh-contoh disimpan dalam beberapa wadah yang berbeda,
dilengkapi dengan sirkulasi udara agar kondisi udara dalam wadah
konstan atau dapat juga disimpan dalam wadah yang dapat dijamin
tertutup rapat kedap air.
b. Persiapan peralatan
1) Pelajari cara penggunaan MKA yang akan diuji seperti cara melakukan
pengukuran dan jenis-jenis kayu yang dapat diukur;
2) Periksa kelengkapan-kelengkapan MKA seperti catu daya, elektroda dan
sebagainya;
3) Siapkan semua peralatan laboratorium yang digunakan pada proses
pengukuran ini termasuk mengatur oven pada temperatur (103±2)°C,
dan sebagainya.
c. Cara melakukan pengukuran
1) Ambil contoh-contoh kayu dan ukur kadar airnya dengan MKA yang akan
ditera sebanyak 3 kali, catat hasil penunjukannya, setelah dikoreksi
terhadap pengaruh temperatur, misalnya A%;
2) Timbang masing-masing contoh beserta wadah dan tutupnya. Wadah
dan tutupnya harus sudah dikerjakan terlebih dahulu misal berat
basahnya Mb;
3) Satu persatu contoh beserta wadah dan tutupnya setelah ditimbang
masukkan ke oven yang telah diatur pada temperatur (103±2)°C dengan
tetap tidak terbuka kemudian catat waktu pemanasannya selama ±2 jam;
4) Pada saat waktu pemanasan dicapai, buka ovennya dan segera tutup
wadahnya secepat mungkin kemudian pindahkan ke desikator.
Diperlukan waktu kira-kira selama 1 jam agar temperaturnya sama
dengan temperatur ruangan;
5) Timbanglah berat masing-masing contoh tersebut berat keringnya Mk1;
6) Ulangi pengujian contoh-contoh yang sudah dioven tadi seperti pada
angka 3) sampai angka 5) hingga diperoleh berat Mk2 demikian
seterusnya;

34
7) Apabila selisih berat kering sudah dicapai tidak melebihi 0,1% maka
pengukuran dapat dianggap selesai misalnya Mkn-1 – Mkn ≤ 0,1% maka
Mkn dianggap berat keringnya.

6. Perhitungan

a. Kadar Air (KA) dari tiap-tiap contoh dapat dihitung dengan rumus :
Mb − Mkn
KA = x100%
Mkn − Mo
dimana : Mb : berat basah contohnya (g)
Mkn: berat kering yang terakhir (g)
Mo : berat wadah dan tutupnya (g)
b. Perhitungan kesalahan penunjukan dapat dihitung sebagai berikut :
1). Untuk pengujian dengan tiga tingkatan contoh yang berbeda atau lebih,
maka perhitungannya menggunakan rumus regresi linier.
2). Penentuan kesalahan langsung pengujian satu titik besarnya kesalahan
penunjukan MKA (E) adalah :
E = ( A − KA)%
dimana :
A : Penunjukan MKA
KA : Nilai kadar air yang ditentukan dengan metode ini

35
Lampiran 7. Pengujian MKA metode praktis untuk biji-bijian yang tidak mengandung
minyak
Merek : Komoditi :
Tipe : Massa sampel :
Nomor Seri : Massa bubuk :
Temperatur
Batas Skala : :
Pemanasan
Nilai I Skala : Waktu Pemanasan :
Buatan : Penguji :
Pemilik : Tanggal :
Alamat :

Petunjuk Pemeriksaan :
1. Kolom nomor pengujian diisi untuk sampel yang kadar airnya berlainan.
2. Kolom pengujian a & b berurutan diisi untuk bahan sample sama diuji dua kali dalam
waktu yang singkat untuk menentukan homogenitas bahan sampel.
3. Rumus regresi yang digunakan :

n.∑ XY − ∑ X .∑ Y
r=
(n.∑ X )( )
n = jumlah pengujian
− (∑ X ) . n.∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2 2

1 Nomor Pengujian satuan I II III IV V


2 Pengujian a & b a b a b a b a b a b
3 Pengujian skala %
4 Koreksi alat akibat temperatur %
5 Penunjukan meter : (5) = (3)+(4) %
6
Rata-rata : x =
(5)a + (5)b
%
2
7 Berat wadah %
8 Berat wadah & bubuk basah %
9 Berat wadah & bubuk kering %
10 (8) − (9)
Kadar air: (10) = %
(8) − (7)

36
11 Selisih antara (10)a dan 10(b)
%
tidak boleh lebih 0.1%
12 (10)a − (10)b
Rata-rata : Y = %
2

No. Penunjukan MKA (X) Nilai sesungguhnya (Y) X2 Y2 XY


1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah ΣX = ΣY= ΣX2 = ΣY2= ΣXY=

Data pengujian harus memenuhi persyaratan r mendekati 1 (satu).

(1) n.ΣX2 Hasil Analisa Data


2
(2) (ΣX) X = Penunjukan MKA
(3) = (1)-(2) Y = Harga sesungguhnya (oven)

(4) n. ΣY2 Y = A + BX
2
(5) (ΣY) A=
(6) = (4)-(5) B=

(7) = (6).(3) HASIL PENGUJIAN

(8) n. ΣXY Penunjukan MKA Harga


Sesungguhnya
(9) ΣX.ΣY (X)
(Y)
(10) = (8)-(9)
7.0%
(10) 8.0%
r=
(7 ) 9.0%
10.0%

37
(10) 11.0%
B=
(3) 12.0%
13.0%
(11) ΣY 14.0%
(12) B.ΣX 15.0%
16.0%
(11) − (12) 17.0%
A=
n 18.0%

38
Lampiran 8. Formulir pengujian MKA untuk kayu

Merek Temperatur Pengeringan Petunjuk Pemeriksaan


Tipe Waktu Pengeringan 1. A=Sampel dengan % kadar air rendah, B =
Sampel dengan % kadar air menengah, C =
No. Seri Kelembaban Ruangan
Sampel dengan % kadar air tinggi
Batas Skala Penguji
2. Kolom pengujian a, b, dan c berurutan diisi untuk
Pengujian
sampel yang sama diuji 3 kali dalam waktu
Nilai Skala Terkecil Tanggal yang singkat untuk menentukan homogenitas
bahan sampel
Akurasi Mulai Pukul
Buatan Selesai Pukul
Pemilik Sampel yang digunakan
Alamat

JENIS SAMPEL
Prosedur
No Pemeriksaan dan Satuan Suhu Suhu
Suhu ruangan:
Perhitungan A: Kayu (Grup - ) ruangan: B: Kayu (Grup - ) o C: Kayu (Grup - ) ruangan:
o C o
C C
a b c a b c a b c
1 Pengujian a.b.c
berurutan
2 Penunjukan skala %
3 Koreksi akibat
temperatur
4 Penunjukan meter %

39
(5) = (2) – (3)
5 Rata-rata %
X =
(4)a + (4)b + (4)c
3

6 Massa sampel g
basah (W)
7 Massa sampel g mk1 = mk1 = mk1 =
kering
mk2 = mk2 = mk2 =
mk3 = mk3 = mk3 =
mk4 = mk4 = mk4 =
8 mkn-1-mkn harus g
lebih kecil dari
0.1% dari W
9 0.1% x W g
10 mk n −1 − mk n g
Mk =
2

11 Kadar air (Y) g


W − Mk
Y = x100%
Mk

40

Anda mungkin juga menyukai