Anda di halaman 1dari 16

Pengukuran Kedudukan Unsur Struktur Geologi dengan

Meggunakan Kompas Geologi


Pengukuran Kedudukkan unsur struktur geologi, terutama kedudukan struktur bidang perlapisan
batuan sedimen, kedudukan bidang foliasi, kedudukan bidang kekar, kedudukan bidang sesar,
secara praktis dilakukan dengan cara mengukur jurus (’strike’) dan kemiringan (’dip’), yaitu:

1. Tentukan lebih dahulu permukaan singkapan batuan dengan memilih yang masih utuh
dan rata permukaannya, atau yang belum dipengaruhi pelapukan dan erosi.
2. Letakkan kompas yang sudah dalam keadaan terbuka secara langsung pada permukaan
kedudukan struktur bidang singkapan batuan terpilih, dengan menempelkan sisi
bertuliskan E pada dasar kompas sambil mempertahankan kesetimbangan kedudukan
horizontal kompas yang dapat dilihat pada posisi gelembung air dalam lingkaran merah
pada nivo bundar,
3. Baca dan catatlah nilai/angka jurus (’strike’)yang ditujuk oleh ujung jarum kompas yang
bernoktah kuning.
4. Berikan tandaa garis jurus (’strike’) pada permukaan bidang singkapan batuan yang
diukur,
5. Letakkan kompas dengan posisi tegak (kompas dalam keadaan terbuka penuh),
perhatikan posisi klinometer, Nivo atau sisi bertuliskan E harus terletak di atas dan
skala nnonius klinometer atau sisi bertuliskan W terletak dibawah, sumbu memanjang
kompas letakkan tegak lurus dengan garis jurus (strike) yang digambar pada permukaan
bidang singkapan batuan tadi,
6. Setel Klinometer dengan memutar stelan klinometer pada bagian belakang kompas higga
fgelembing air pada nivo tabung tepat berada ditengah atara 2 garis merah. Pertahan
posisi kompas sampai selesai pembacaan nilai/ angka kemiringan (’dip’),
7. Baca dan catatlah nilai / angka dip secara akurat dengan memperhatikan skala nonius
klinometer,
8. Pencatatan kedudukan unsur struktur batuan pada singkapan apabila memakai kompas
tipe pembacaan sudut azimuth horizontal 0o – 360o ditulis : N 160oE/30o. Dengan
mengingat apabila menggunakan kompas dengan pembagian derajat 0 o – 90o berarti
pembacaan angka sudut azimuth horizontal dimulai dari Utara ( N ) dan dari Selatan ( S
), sehingga penulisan nilai / angka kedudukan bidang unsur struktur singkapan batuan
ditulis N30oE/25oNW, dapat juga dibaca dengan mengacu azimuth Selatan yang
ditulis S60oW/25oNE
9. Pengukuran kedudukan unsur struktur singkapan batuan dapat juga dilakukan dari jarak
jauh, yang dilakukan apabila singkapan batuan tidak dapat didekati disebabkan terletak
diseberang sungai, petunjuk pelaksanaan cara ini akan diterangkan secara langsung pada
saat dituntun langsung dilapangan. Pengukuran Kedudukan Unsur Struktur Geologi
dengan Meggunakan Kompas Geologi

Cara Mengukur Kedudukan Lapisan


Jika kita berjalan-jalan, kita yang seorang geologist, pasti akan tertarik jika melihat sebuah
singkapan batuan. untuk seorang geologist lapangan, peralatan standar yang dibawa adalah palu
geologi, lup, kompas geologi, meteran, HCl, dan buku catatan. sehingga suatu singkapan batuan
bisa dideskripsi sementara secara megaskopis sebelum dibawa ke laboratorium untuk analisa
petrografi.
Jika kita menemukan batuan sedimen, sepertinya bukan hanya sedimen,tapi semua batuan.
bukan hanya deskripsi batuan saja yang perlu kita lakukan. Pertama kita harus menentukan
lokasi, bisa plot pada peta, atau catat posisi kita yang tertera pada GPS. Kemudian kita
melakukan observasi singkapan dilihat secara keseluruhan agar bisa tertata dalam benak kita
bayangannya dalam skala luas. Kemudian deskripsi batuan yang masih segar... Catat apa yang
kita lihat... Kemudian korelasi dengan singkapan lain.

Untuk korelasi ini, kita harus mengetahui kedudukan lapisan batuan. Kita perlu mengukur jurus
(strike) dan kemiringan (dip). Pertama kita ukur strike-nya. Tempelkan bagian kompas yang
bertuliskan arah east pada top lapisan. Posisikan bubbles pada tengah lingkaran. Baca angka
yang berimpit dengan arah north. Itulah strike lapisan yang kita ukur. Goreskan kompas
sehingga didapatkan garis lurus.Tempelkan bagian kompas berarah west tegak lurus dengan
garis yang telah kita buat tadi (sehingga tangan penunjuk mengarah searah dip). Ubah
klinometer sehingga bubbles di tengah. Baca sudut yang berimpit dengan angka 0. Cara
pengukuran ini adalah default agar kita mendapat besaran standar sesuai aturan tangan kanan.

Penulisan kedudukan ada dua cara. Cara pertama menggunakan azimuth strike dituliskan berapa
derajat dari utara berputar ke timur dan dip bisa ditulis menggunakan arah atau aturan tangan
kanan. aturan tangan kanan yaitu jika kita berdiri searah strike, maka dip selalu berada di
sebelah kanan kita. Misalkan N270°E/23° berarti strike berarah barat dengan dip sebesar 23°
berarah utara atau N225°E/35°SE maka strike berarah barat daya dan dip sebesar 35° berarah
tenggara. Cara kedua menggunakan kuadran. Arah dibagi menjadi empat kuadran. N-E, N-W, S-
E, S-W... Penulisan dip-nya menggunakan yang berarah misal S30°W/20°NW. Kita memiliki
strike berarah 30° dari selatan menuju barat (barat daya) dan dip sebesar 20° ke arah barat laut.
akan tetapi, lebih baik kita mencantumkan dip direction juga untuk menghindari kesalahan
pengeplotan pada peta.
Geologi Struktur
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan
1. Mengetahui cara penggambaran struktur bidang dan garis peta.
2. Mengetahui gambaran tiga dimensi dari struktur di lapangan.

Alat dan Bahan


1. Busur Derajat.
2. Penggaris.
3. Pensil Warna.
4. Alat tulis lainnya.

Definisi Geologi Struktur


Geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari perihal bentuk arsitektur / struktur kerak bumi
beserta gejala – gejala geologi yang menyebabkan terjadinya perubahan – perubahan bentuk (
deformasi ) pada batuan.
Geologi Struktur pada intinya mempelajari struktur batuan , yaitu struktur primer ( missal
perlapisan, foliasi, laminasi, dll ) dan struktur sekunder ( missal kekar, sesar, lipatan ). Bagian
terbesar, terutama mempelajari struktur sekunder ini.

CARA KERJA

I. Cara merubah system azimuth ke system kuadran


a. Menentukan arah strike dari system azimuth ke system kuadran
Contoh : Sistem azimuth : N … o E / …
Sistem Kuadran : S … o W / …
S…oE/…
N…oE/…
N …o W / …
b. Merubah jurus / strike dari system azimuth ke system kuadran
Contoh : Sistem azimuth : 325 o
Sistem kuadran : 025 o
c. Sedang besar Dip sama antara system azimuth dengan system kuadran, tetapi di system
kuadran arah Dip di beri notasi di akhir besar Dip.
Contoh : …. SE
… SW
… NE
… NW
d. Menulisnya secara benar dan lengkap.
Contoh : S 025o E / 20o NE

II. Cara merubah dari system kuadran ke system azimuth hampir sama tetapi arah strike selalu
bernotasi N … E. Dan di akhiri angka Dip tidak di beri notasi.
- Menulis secara benar dan lengkap
Contoh : N 145o E / 30o

CARA KERJA

Cara menentukan kedudukan lapisan batuan serta penyebaran batuannya dengan kedudukan
batuan.

a. Menetukan umur lapisan batuan dan mengurutkannya dari yang tertua sampai lapisan
yang termuda.
b. Mengukur besar strike dan Dip kemudian menggambar simbolnya.
c. Menggambar symbol lapisan batuan di atas strike.
d. Bila terdapat kontak lapisan batuan, maka di atas lambang strike di gambar symbol /
batuan yang berumur lebih tua dan di bawah lambing strike di gambar symbol batuan
berumur lebih muda.
e. Memberi warna sesuai symbol batuannya.

Batu lempung berwarna hijau, batu pasir berwarna kuning, dan batu gamping berwarna biru.

CARA KERJA

Menggambar kubus dan proyeksinya

a. Membuat lingkaran yang memiliki jari – jari 8 cm dengan menggunakan jangka.


b. Membagi lingkaran tersebut manjadi 3 bagian yang masing – masing memiliki besar
sudut 120o.
c. Menghubungkan titik – titik tersebut
d. Membuat bangun kubus yang sama dengan contoh yang telah disediakan.
e. Setelah terbentuk sebuah kubus, kemudian memproyeksikan bidang – bidang kubus
tersebut ke arah samping, ke arah depan, ke arah atas dengan cara menarik 1 cm dari
setiap rusuk – rusuknya.
f. Memberi warna hasil proyeksi.
g. Hasil gambar kubus tiga dimensi tersebut juga di gambar secara dua dimensi dengan cara
membuka bidang - bidang kubus tersebut.

KESIMPULAN

1. Kita dapat menentukan arah strike dan dip dari kedudukan suatu batuan atau endapan.
2. Kita dapat menentukan batas lithologi dengan menggunakan metode kontur struktur.
3. Kita dapat menentukan sejarah geologi dari suatu endapan.

BAB II
METODE GRAFIS I ( STRUKTUR BIDANG )

Tujuan

1. Dapat menggambarkan geometri struktur bidang ke dalam proyeksi dua dimensi ( secara
grafis )
2. Menetukan kedudukan bidang dari dua atau lebih kemiringan semu.
3. Menentukan kedudukan bidang berdasarkan problema tiga titik.

Alat dan Bahan :

a. Alat tulis Lengkap.


b. Jangka, penggaris, busur derajat.

Definisi
Beberapa unsure struktur geologi secara geometri dapat dianggap sebagai struktur bidang.
Struktur geologi tersebut diantaranya adalah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang belahan,
bidang foliasi dan sejenisnya.

 Jurus / strike : arah dari garis horizontal yang merupakan perpotongan antara bidang
yang bersangkutan dengan bidang horizontal, dimana besarnya jurus / strike di ukur dari
arah utara.
 Kemiringan / Dip : Sudut kemiringan terbesar yang di bentuk oleh bidang miring yang
bersangkutan dengan bidang horizontal dan diukur tegak lurus terhadap jurus / strike.
 Kemiringan Semu / Apprent Dip : sudut kemiringan suatu bidang yang bersangkutan
dengan bidang horizontal dari pengukuran dengan arak tidak tegak lurus jurus / strike.

 Arah kemiringan / Dip direction : Arah tegak lurus yang sesuai dengan arah miringnya bidang
yang bersangkutan da diukur dari arah utara.

Langkah Kerja 02.1:


1. Menetukan arah utara.
2. Menetukan posisi arah N 270o E / 30o dan buat sudut 30o dari 270o ke arah bawah, kemudian
tarik garis.
3. Menetukan Posisi arah N 285o E / 40o dan buat sudut 40o dari 285o ke arah atas, kemudian tarik
garis.
4. Menarik garis tegak lurus terhadap strike ( 270o dan 285o ) pada masing – masing posisi dengan
jarak 1 cm sebanyak lima titik terhadap Dip.
5. Menarik garis kontur struktur ( KS ) dengan menghubungkan titik – titik yang berbeda pada
kedua strike, misal titik 1 cm dengan 1 cm, dan seterusnya.
6. Untuk mendapatkan strike maka terlebih dahulu titik di utarakan sehingga di peroleh strike yang
di bentuk oleh sudut.
7. Untuk mendapatkan Dip, maka langkah – langkah yang harus dilakukan sebagai berikut :
a. Buatlah garis tegak lurus terhadap KS 900.
b. Buatl titk 1 cm di KS 800 ( kanan kiri 1 cm ) dari penarikan garis pada KS 900.
c. Tariklah garis dari titik pertama garis di KS 900 ke titik 1 cm yang telah di buat tai di KS 800,
sehingga diperoleh garis dan ini yang di sebut Dip.
Langkah Kerja 02.2 :
1. Menetukan arah utara, dengan garis lurus.

2. Menetukan sudut 120o , kemudian tarik garis sepanjang 1 cm.


3. Buat garis lagi sebesar sudut 200o dari titik sebelumnya sepanjang 2 cm.
4. Dari titik utara sudut 120o tarik garis ke garis terakhir dari sudut 200o kemudian garis
tersebut di bagi dua yang sama besar.
5. Setelah di bagi dua, Buatlah garis dari titik tengah garis tersebut dengan perpotongan
antara sudut yang pertama dengan yang kedua, serta buat garis yang sejajar dengan garis
tersebut ke atas dan kebawah.
6. Membuat kotak bujur sangkar berukuran 6 cm ( pada langkah no 5 ).
7. Buatlah kubus dengan sisi 6 cm dari lingkaran, kemudian dari tiap rusuk kubus tersebut
bagilah tiap 1 cm, lalu hubungkan titik – titik tersebut.
8. Pada penggambarannya blok diagram orthogonalnya seperti di buat kubus bersisi 6 cm
dengan sudut 60 o , kemudian di sesuaikan dengan KS tertinggi dan terendah lalu KS
yang mempunyai ketinggian yang sama di hubung – hubungkan. Penggambaran di kotak
bujur sangkar di proyeksikan pada kubus dengan cara di plot titik KS dari tiap garis yang
memotong garis bujur sangkar lalu di sesuaikan pada garis kubus. Kemudian titik KS di
letakkan pada kubus sesuai titik – titik masing – masing. Setelah semua sudah di
pindahkan, lalu hubungkanlah antar titik tersebut maka terbentuklah struktur bidang.

KESIMPULAN

1. Kedudukan pada struktur bidang dilambangkan dengan strike dan Dip.


2. Strike adalah arah dari garis horizontal yang merupakan perpotongan antara bidang yang
bersangkutan dengan bidang horizontal yang diukur dari arah utara.
3. Dip adalah sudut terbesar yang dibentuk oleh bidang miring dengan bidang horizontal yang
diukur tegak lurus jurus.
BAB III
METODE GRAFIS II ( STRUKTUR GARIS )
Tujuan :
1. Dapat menggambar geometri struktur garis ke dalam dua dimensi ( secara grafis ).
2. Menentukan Plunge dan Rake suatu garis pada suatu bidang.
3. Menetukan kedudukan struktur garis dari perpotongan dua bidang.

Alat dan bahan :


a. Penggaris, busur derajat.
b. Jangka dan alat tulis.

Definisi
Salah satu unsur struktur secara geometri adalah geometri garis (struktur garis : gores, garis,
perpotongan dua bidang, dan lainnya ).
Dalam gologi struktur dapat dibedakan menjadi “struktur garis riil” dan “struktur garis semu”.
Yang di maksud dengan struktur garis riil adalah struktur garis yang arah dan kedudukannya
dapat diamati langsung di lapangan, seperti contohnya gores garis yang terdapat pada bidan
sesar. Sedangkan struktur garis semu adalah semua struktur garis yang arah atau kedudukannya
ditafsirkan dari orientasi unsur – unsur struktur yang membentuk kelurusan atau liniasi.
Misalnya : liniasi fragmen breksi sesar, liniasi mineral – mineral dalam batuan beku, arah liniasi
struktur sedimen (cross bedding, flute cast) dan sebagainya.
Berdasarkan saat pembentukannya, struktur garis dapat dibedakan menjadi “struktur garis
primer” yang meliputi : liniasi atau penjajaran mineral – mineral pada batuan beku tertentu, dan
arah liniasi struktur sedimen; serta struktur garis sekunder yang meliputi : gores garis, liniasi
memanjang fragmen breksi sesar, garis poros lipatan dan kelurusan – kelurusan dari topografi,
sungai dan sebagainya.
Kedudukan struktur garis dinyatakan dengan istilah – istilah : “arah penunjaman” (trend),
“penunjaman” (plunge), “arah kelurusan” (bearing) dan Rake atau Pitch.

Definisi istilah - istilah dalam struktur garis :


Arah penunjaman (trend):
Jurus dari bidang vertical yang melalui garis dan menunjukkn arah penunjaman garis tersebut,
dimana hanya menunjukkan satu arah tertentu.
Arah kelurusan (bearing) :
Jurus dari bidang vertical yang melalui garis tetapi tidak menunjukkan arah penunjaman garis
tersebut, dimana menunjukkan arah – arah dimana salah satu arahnya merupakan sudut
pelurusannya.
Rake (Pitch) :
Besar sudut antara garis dengan garis horizontal yang di ukur pada bidang dimana garis tersebut
terdapat. Besarnya rake sama dengan lebih kecil sembilan puluh derajat.

Langkah kerja 03.1.

1. Menetukan arah utara.


2. Diukur bidang sesar dengan kedudukan N 005o E / 45o dari arah utara, untuk buka Dip buat Fl
yang tegak lurus sesar kemudian cari sudut 45o dan tarik garis. Inilah besar Dip.
3. Buat garis sejajar sesar dengan penarikan setiap kenaikan 1 cm dari Fl dan sudut dip, sebanyak
tiga garis.
4. Buat bearing N 135o E, dari arah sesar
5. Pakai jangka di 45o ke titik ks 2 diatas di hubungkan ke Fl, dengan garis putus – putus.
6. Titik perpotongan hangka tadi dengan Fl tarik garis sejajar Ks atau sesar dengan garis putus –
putus.
7. Dari garis putus – putus sejajar ks tadi di tarik garis tegak lurus yang di hubungkan dengan
perpotongan bearing dan ks, kemudian tarik garis. Besar rake diukur dari bidang sesar sampai
garis yang dibuat ini.
8. Untuk menentukan plunge, tariklah garis sepanjang 1 cm dari titik perpotongan ks 2 dengan
bearing dan tegak lurus bearing kemudian tarik garis, dari sini kita dapat menetukan besar
plunge.

Langkah kerja 03.2.

1. Menetukan garis utara.


2. Buat garis dengan arah N 048o E / 30o NW ( N 228o E / 30o ) pada ketinggian 800 mdpl,
kemudian membuat Fl yang sejajar dengan garis strike dan cari dip sebesar 30o .
3. Tariklah garis dai setiap kenaikan 1 cm dari dua garis yaitu Fl dan dip sebanyak tiga garis
kemudian diberi nitasi ketinggiannya.
4. Dari strike tersebut dibuat garis dengan Azimuth N 130o E (dari arah utara), dengan panjang
garis 7 cm, dan buat Fl dan tentukan Dip sebesar 50o kemudian hubungkanlah titig ketinggian
800 mdpl pertama dengan yang kedua ini.
5. Dari FL dan garis dip tadi, buatlah garis yang sejajar strike kedua ini dengan penarikan garis
setiap kenaikan 1 cm dari Fl dan garis dip sebanyak 3 garis.
6. Garis Ks yang pertama dengan Ks yang kedua ini cari perpotongannya, lalu dihubungkan
dengan garis dan inilah yang dinamakan dengan bearing.
7. Buat garis putus – putus dari strike pertama, dari titik dip 30o tarik garis putus – putus dengan
jangka pada Ks 700 sehingga memotong Fl, lalu tarik garis putus – putus sejajar Ks.
8. Begitu juga dengan strike yang kedua, dari titik dip 50o tarik garis putus – putus dengan jangka
pada Ks 700 sehingga memotong Fl, lalu tarik garis putus – putus sejajar Ks.
9. Rake A diperoleh dari penarikan garis tegak lurus garis putus – putus yang di buat pada dip 30o
dan dihubungkan dengan bearing yang perpotongan ks 700 lalu tarik garis sehingga besar Rake
A dapat di baca dari sudut antara Ks 700 dengan penarikan garis ini tadi.
10. Rake B diperoleh dari penarikan garis tegak lurus garis putus – putus yang di buat pada dip 50o
dan dihubungkan dengan bearing yang perpotongan Ks 700 lalu tarik garis sehingga Rake B
dapat dibaca dari sudut antara Ks 700 dengan penarikan garis ini tadi.
11. Untuk mencari besarnya plunge, buat garis sepanjang 1 cm tegak lurus dengan bearing Ks 700
dan tarik garis, besar plunge dapat di baca dari garis bearing dengan penarikan garis ini tadi.

KESIMPULAN

1. Dari perpotongan dua bidang dapat di tentukan unsur – unsur struktur garis dengan
menggunakan proyeksi garis.
2. Hasil perpotongan dua bidang dapat dibuat kedudukan struktur garis dalam kenampakan 3
dimensi.
3. Dengan aplikasi metode grafis I untuk struktur garis, dapat memecahkan masalah – masalah
struktur garis dalam penetuan plunge dan rake sebuah garis pada suatu bidang.

KESIMPULAN

1.Dalam pembacaan struktur garis terdapat istilah plunge, bearing


Rake yang menunjukkan besar sudut antara garis horizontal yang diukur pada bidang dimana
garis tersbut didapat.
2. Berdasarkan pada pembentukannya struktur garis dibagi menjadi :
a. Struktur garis primer
b. Struktur garis sekunder.

BAB IV

POLA SINGKAPAN DAN PETA GEOLOGI


Definisi
Permukaan bumi merupakan salah satu bagian yang harus dipelajari dalam penguasaan
ilmu geologi, karena ekspresi topografi terkadang dapat menunjukkan keadaan geologi baik
struktur maupun geologinya.
Geomorfologi sangat terkait dalam mempelajari geologi struktur. Bentukan – bentukan
morfologi sekarang merupakan hasil gaya yang bekerja baik itu berasal dari dalam maupun dari
luar bumi. Bentukan – bentukan tersebut akan berbeda bentuknya tergantung dari system yang
mempengaruhinya.
Pada sisi lain lithologi juga berperan dalam mengekpresikan topografi. Nilai resisten dan
tidaknya lithologi akan memberikan relief yang berbeda – beda di permukaan. Lithologi yang
keras (resisten) cenderung menbentuk relief yang lebih menonjol (tinggi) daripada daerah
dengan lithologi yang lebih lunak (kurang resisten). Sedangkan daerah yang disusun oleh
lithologi batu gamping akan membentuk suatu pola bentang alam “karst topograhpy” sebagai
pola yang sangat khas (tersendiri).
Bentukan yang berlainan dari kedudukan lithologi dan bentuk morfologi,
mengakibatkan terbentuknya pola penyebaran lithologi dipermukaan. Perpotongan antara bidang
lithologi dan bidang permukaan bumi inilah yang dinamakan sebagai pola singkapan. Dari pola
singkapan ttersebut akan diketahui keadaan geologi suatu daerah dan dapat dinuat suatu peta
yang menggambarkan keadaan geologi meliputi penyebaran lithologi, struktur dan morfologi.
Peta semacam nin disebut dengan Peta Geologi.

Besar dan bentuk dari pola singkapan ini tergantung dari beberapa factor :

1. Ketebalan lapisan.
2. Kemiringan lapisan.
3. Bentuk morfologi
4. Bentuk struktur lapisan.

Hukum “V”
Hubungan antara lapisan yang mempunyai kemiringan dengan bentuk topografi berelief akan
menghasilkan pola singkapan yang beraturan, dimana aturan tersebut dikenal dengan hukum
“V”.
Aturan – aturan tersebut antara lain :
a. Lapisan horizontal akan membentuk pola singkapan yang mengikutimp pola garis kontur.
b. Lapisan dengan kemiringan berlawanan arah dengan kemiringan lereng, maka kenampakan
lapisan akan memotong lembah dengan pola singkapan membentuk huruf “V” yang berlawanan
arah dengan kemiringan lembah.
c. Pada lapisan tegak akan membentuk pola singkapan berupa garis lurus, dimana pola singkapan
ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi.
d. Lapisan dengan kemiringan yang searah dengan arah kemiringan lereng dimana kemiringan
lapisan lebih besar dengan kemiringan lereng, akan membentuk pola singkapan dengan huruf
“V” searah dengan kemiringan lereng.
e. Lapisan dengan kemiringannya searah dengan kemiringan lembah dan besarnya kemiringa
lapisan sama dengan kemiringan lereng /lembah, maka pola singkapanya seperti huruf V
terbalik.
f. Lapisan dengan kemiringan yang searah dengan kemiringan lereng, dimana besar kemiringan
lapisan lebih kecil dari kemiringa lereng, maka pola singakpannya akan membentuk huruf V
yang berlawanan dengan arah kemiringan lereng/ Lembah.
KESIMPULAN

1. Untuk dapat mengetah0i tebal lapisan dan kedalaman dapat menggunakan cara grafis dan
cara matematis.
2. Untuk mengetahui dengan cara grafis, harus diketahui top dan bottom.
3. Dalam pengukuran tebal dan kedalaman dapat juga menggunakan tipe point.

BAB IX

LIPATAN
Lipatan merupakan hasil perubahan bentuk dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai
lengkungan atau pola dari lengkungan pola unsure garis atau bidang di dalam bahan tersebut.
Pada umumnya unsure yang terlibat di dalam lipatan adalah perlipatan, foliasi, dan liniasi.

Berdasarkan proses perlipatan dan jenis batuan yang terlipat dibedakan menjadi :
1. Flexture / Competent folding termasuk di dalam parallel fold.
2. Flow / incompetent folding termasuk di dalam similar fold.
3. Shear folding.
4. Flexture and flow folding.

Jenis – jenis Lipatan :


 Antiklin, struktur lipatan yang bentuk konfet ke atas dengan urusan lapisan batuan yang tua di
bawah dan yang muda di atas.
 Sinklin, struktur lipatan yang bentuk klaf ke atas dengan urutan lapisan batuan yang tua di
bawah dan yang muda di atas.
 Antiform, struktur lipatan seperti antiklin namun umur batuan tidak di ketahui.
 Sinform, struktur lipatan seperti sinklin namun unsure batuan tidak diketahui.
 Antiformal Sinklin, struktur lipatan seperti antiklin dengan lapisan batuan yang tua di bagian
atas dan batuan muda yang berada di bawah.
 Sinformal antiklin, struktur lipatan sepeti sinklin dengan lapisan batuan yang tua di gaian atas
dan lapisan batuan yang muda di bawah.
 Dome, yaitu suatu jenis tertentu antuform dimana lapisan batuan mempunyai kemiringan ke
segala arah uyang menyebar dari satu titik.
 Basin adalah suatau jenis unik sinform dimana kemiringan lapisan batuan menuju ke satu titik.
KESIMPULAN
 Lipatan mempunyai hasil perubahan bentuk dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai
kelengkungan atau kumpulan unsure garis pada bidang di dalam bahan tersebut.
 Pada umunya unsure yang terlihat dalam lipatan adalah bidang perlipatan, foliasi dan liniasi.
 Unsur – unsure lipatan : antiklin, sinklin, antiform, sinform, hinge, grest, plunge.

BAB IV

TEBAL DAN KEDALAMAN

Ketebalan
Ketebalan lapisan bisa ditentukan dengan beberapa cara, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Apabila keadaan medan, struktur yang rumit atau keterbatasan alat yang dipakai tidak
tidak memungkinkan pengukuran secara langsung, diadakan pengukuran secara langsung.
Pengukuran tidak langsung yang sederhana adalah pada lapisan miring, tersingkap pada
lapisan horizontal, dimana lebar lapisan diukur tegak lurus jurus, yaitu w. Dengan mengetahui
kemiringan lapisan () maka ketebalan T = w sin .
Apabila pengukuran lapisan tidak tegak lurus (  ) maka lebar sebenarnya harus
dikoreksi terlebih dahulu w =  sin . Dimana  adalah sudut antara jurus dengan arah
pengukuran. Ketebalan yang didapat adalah T =  sin  sin  panjang.
Untuk mengukur ketebalan pada lereng, apabila pengukuran tidak lurus jurus igunakan
persamaan trigonometri.
Untuk mengukur / mencari kemiringan lereng yang tegak lurus jurus Lapisan (w) dapat
dilakukan beberapa cara natara lain :

a. Dengan “Aligment Nomogrsph” dengan menganggap kemiringan lereng terukur sebagai


kemiringan sebenarnya.
b. Dengan persamaan Tg  = sin  sin .

Dari pengukuran diatas di dapatkan lebar singkapan yang tegak lurus jurus (w), dengan
menggunakan persamaan :
W =  sin .

Kedalaman
Menghitung kedalamn lapisan ada beberapa cara, antara lain :

a. Menghitung secara matematis.

b. Dengan “Aligment diagram”

c. Secara grafis.

Dengan cara perhitungan matematis, yang perlu diperhatikan ialah kemiringan lapisan dan jarak
jurus dari singkapan ke titik tertentu.
Pada permukaan horizontal kedalaman lapisan (d) dapat dihitung dengan rumus :

D = m tg 
Apabila tidak tegak lurus jurus pada bidang – bidang maka kemiringan lapisan ang dipakai
adalah kemiringan semu (a).
d = m tg a.
Untuk kemiringan lereng tertentu kedalaman dapat dicari dengan menggunakan rumus
umumnya yaitu
D = m (sin   cos  tg ).
Dengan menggunakan “Aligment diagram” cara penggunaan sama dengan waktu mencari
kedalaman dan yang beda hanya “Aligmeny diagram”

KESIMPULAN
1. Untuk dapat mengetahui tebal lapisan dan kedalaman dapat menggunakan cara grafis dan
cara matematis.
2. Untuk mengetahui dengan cara grafis, harus diketahui top dan bottom.
3. Dalam pengukuran tebal dan kedalaman dapat juga menggunakan tipe point.
BAB VI
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB

Definisi
Merupakan proyeksi yang didasarkan pada perpotongan bidang / garis dengan
permukaan bola.
Unsur struktur geologi akan lebih nyata, lebih mudah dan cepat penyelesaianya cepat
bila digambarkan dalam bentuk proyeksi permukaan bola. Permukaan bola tersebut meliputi
suatu bidang dengan pusat bola yang terlihat pada bidang tersebut. Maka bidang tersebut
memotong permukaan bola sepanjang suatu lingkaran, yaitu lingkaran besar. Yang dipakai
sebagai gambaran posisi struktur dibawah permukaan adalah belahan bola bagian bawah.
Selamjutnya proyeksi permukaan bola digambarkan pada permukaan bidang horizontal dalam
bentuk proyeksi stereografis.
Macam - macam proyeksi stereografis :

1. Equal angle projection net atau Wulf net.


2. Equal area projection net atau schmit net.
3. Orthographic net.

Struktur bidang
Stereogranya selalu diwakili oleh lingkaran besar, sehingga besar sudut kemiringan selalu
diukur pada arah E – W jarring, yaitu 0o pada lingkaran primitif dan 90o di pusat lingkaran.

Struktur garis
Stereogramnya akan berupa suatu garis lurus dari pusat lingkaran, besarnya plunge dihitung 0o
pada lingkaran primitif dan 90o di pusat lingkaran. Dan diukur pada kedudukan bearing berimpit
dengan N – S atau E – W jarring.
KESIMPULAN

1. Proyeksi stereografis adalah gambaran dua dimensi atau proyeksi dari permukaan bola.
2. Proyeksi hanya dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah geometri bidang dan
garis yang besar merupakan besar sudut atau arah.
3. Stereonet terdiri dari : Wulff Net, Schmidt Net, Polar Equal Area Net dan Classbeek
Counting Net.
4. Pada proyeksi stereografis dengan menggunakan Wulff Net yang menghasilkan bidang
dan garis.
5. Pada proyeksi kutub dengan menggunakan Polar Equal Area net yang menghasilkan
berupa “pola 2 atau titik.

Anda mungkin juga menyukai