Pengukuran Kedudukan Unsur Struktur Geologi Dengan Meggunakan Kompas Geologi
Pengukuran Kedudukan Unsur Struktur Geologi Dengan Meggunakan Kompas Geologi
1. Tentukan lebih dahulu permukaan singkapan batuan dengan memilih yang masih utuh
dan rata permukaannya, atau yang belum dipengaruhi pelapukan dan erosi.
2. Letakkan kompas yang sudah dalam keadaan terbuka secara langsung pada permukaan
kedudukan struktur bidang singkapan batuan terpilih, dengan menempelkan sisi
bertuliskan E pada dasar kompas sambil mempertahankan kesetimbangan kedudukan
horizontal kompas yang dapat dilihat pada posisi gelembung air dalam lingkaran merah
pada nivo bundar,
3. Baca dan catatlah nilai/angka jurus (’strike’)yang ditujuk oleh ujung jarum kompas yang
bernoktah kuning.
4. Berikan tandaa garis jurus (’strike’) pada permukaan bidang singkapan batuan yang
diukur,
5. Letakkan kompas dengan posisi tegak (kompas dalam keadaan terbuka penuh),
perhatikan posisi klinometer, Nivo atau sisi bertuliskan E harus terletak di atas dan
skala nnonius klinometer atau sisi bertuliskan W terletak dibawah, sumbu memanjang
kompas letakkan tegak lurus dengan garis jurus (strike) yang digambar pada permukaan
bidang singkapan batuan tadi,
6. Setel Klinometer dengan memutar stelan klinometer pada bagian belakang kompas higga
fgelembing air pada nivo tabung tepat berada ditengah atara 2 garis merah. Pertahan
posisi kompas sampai selesai pembacaan nilai/ angka kemiringan (’dip’),
7. Baca dan catatlah nilai / angka dip secara akurat dengan memperhatikan skala nonius
klinometer,
8. Pencatatan kedudukan unsur struktur batuan pada singkapan apabila memakai kompas
tipe pembacaan sudut azimuth horizontal 0o – 360o ditulis : N 160oE/30o. Dengan
mengingat apabila menggunakan kompas dengan pembagian derajat 0 o – 90o berarti
pembacaan angka sudut azimuth horizontal dimulai dari Utara ( N ) dan dari Selatan ( S
), sehingga penulisan nilai / angka kedudukan bidang unsur struktur singkapan batuan
ditulis N30oE/25oNW, dapat juga dibaca dengan mengacu azimuth Selatan yang
ditulis S60oW/25oNE
9. Pengukuran kedudukan unsur struktur singkapan batuan dapat juga dilakukan dari jarak
jauh, yang dilakukan apabila singkapan batuan tidak dapat didekati disebabkan terletak
diseberang sungai, petunjuk pelaksanaan cara ini akan diterangkan secara langsung pada
saat dituntun langsung dilapangan. Pengukuran Kedudukan Unsur Struktur Geologi
dengan Meggunakan Kompas Geologi
Untuk korelasi ini, kita harus mengetahui kedudukan lapisan batuan. Kita perlu mengukur jurus
(strike) dan kemiringan (dip). Pertama kita ukur strike-nya. Tempelkan bagian kompas yang
bertuliskan arah east pada top lapisan. Posisikan bubbles pada tengah lingkaran. Baca angka
yang berimpit dengan arah north. Itulah strike lapisan yang kita ukur. Goreskan kompas
sehingga didapatkan garis lurus.Tempelkan bagian kompas berarah west tegak lurus dengan
garis yang telah kita buat tadi (sehingga tangan penunjuk mengarah searah dip). Ubah
klinometer sehingga bubbles di tengah. Baca sudut yang berimpit dengan angka 0. Cara
pengukuran ini adalah default agar kita mendapat besaran standar sesuai aturan tangan kanan.
Penulisan kedudukan ada dua cara. Cara pertama menggunakan azimuth strike dituliskan berapa
derajat dari utara berputar ke timur dan dip bisa ditulis menggunakan arah atau aturan tangan
kanan. aturan tangan kanan yaitu jika kita berdiri searah strike, maka dip selalu berada di
sebelah kanan kita. Misalkan N270°E/23° berarti strike berarah barat dengan dip sebesar 23°
berarah utara atau N225°E/35°SE maka strike berarah barat daya dan dip sebesar 35° berarah
tenggara. Cara kedua menggunakan kuadran. Arah dibagi menjadi empat kuadran. N-E, N-W, S-
E, S-W... Penulisan dip-nya menggunakan yang berarah misal S30°W/20°NW. Kita memiliki
strike berarah 30° dari selatan menuju barat (barat daya) dan dip sebesar 20° ke arah barat laut.
akan tetapi, lebih baik kita mencantumkan dip direction juga untuk menghindari kesalahan
pengeplotan pada peta.
Geologi Struktur
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan
1. Mengetahui cara penggambaran struktur bidang dan garis peta.
2. Mengetahui gambaran tiga dimensi dari struktur di lapangan.
CARA KERJA
II. Cara merubah dari system kuadran ke system azimuth hampir sama tetapi arah strike selalu
bernotasi N … E. Dan di akhiri angka Dip tidak di beri notasi.
- Menulis secara benar dan lengkap
Contoh : N 145o E / 30o
CARA KERJA
Cara menentukan kedudukan lapisan batuan serta penyebaran batuannya dengan kedudukan
batuan.
a. Menetukan umur lapisan batuan dan mengurutkannya dari yang tertua sampai lapisan
yang termuda.
b. Mengukur besar strike dan Dip kemudian menggambar simbolnya.
c. Menggambar symbol lapisan batuan di atas strike.
d. Bila terdapat kontak lapisan batuan, maka di atas lambang strike di gambar symbol /
batuan yang berumur lebih tua dan di bawah lambing strike di gambar symbol batuan
berumur lebih muda.
e. Memberi warna sesuai symbol batuannya.
Batu lempung berwarna hijau, batu pasir berwarna kuning, dan batu gamping berwarna biru.
CARA KERJA
KESIMPULAN
1. Kita dapat menentukan arah strike dan dip dari kedudukan suatu batuan atau endapan.
2. Kita dapat menentukan batas lithologi dengan menggunakan metode kontur struktur.
3. Kita dapat menentukan sejarah geologi dari suatu endapan.
BAB II
METODE GRAFIS I ( STRUKTUR BIDANG )
Tujuan
1. Dapat menggambarkan geometri struktur bidang ke dalam proyeksi dua dimensi ( secara
grafis )
2. Menetukan kedudukan bidang dari dua atau lebih kemiringan semu.
3. Menentukan kedudukan bidang berdasarkan problema tiga titik.
Definisi
Beberapa unsure struktur geologi secara geometri dapat dianggap sebagai struktur bidang.
Struktur geologi tersebut diantaranya adalah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang belahan,
bidang foliasi dan sejenisnya.
Jurus / strike : arah dari garis horizontal yang merupakan perpotongan antara bidang
yang bersangkutan dengan bidang horizontal, dimana besarnya jurus / strike di ukur dari
arah utara.
Kemiringan / Dip : Sudut kemiringan terbesar yang di bentuk oleh bidang miring yang
bersangkutan dengan bidang horizontal dan diukur tegak lurus terhadap jurus / strike.
Kemiringan Semu / Apprent Dip : sudut kemiringan suatu bidang yang bersangkutan
dengan bidang horizontal dari pengukuran dengan arak tidak tegak lurus jurus / strike.
Arah kemiringan / Dip direction : Arah tegak lurus yang sesuai dengan arah miringnya bidang
yang bersangkutan da diukur dari arah utara.
KESIMPULAN
Definisi
Salah satu unsur struktur secara geometri adalah geometri garis (struktur garis : gores, garis,
perpotongan dua bidang, dan lainnya ).
Dalam gologi struktur dapat dibedakan menjadi “struktur garis riil” dan “struktur garis semu”.
Yang di maksud dengan struktur garis riil adalah struktur garis yang arah dan kedudukannya
dapat diamati langsung di lapangan, seperti contohnya gores garis yang terdapat pada bidan
sesar. Sedangkan struktur garis semu adalah semua struktur garis yang arah atau kedudukannya
ditafsirkan dari orientasi unsur – unsur struktur yang membentuk kelurusan atau liniasi.
Misalnya : liniasi fragmen breksi sesar, liniasi mineral – mineral dalam batuan beku, arah liniasi
struktur sedimen (cross bedding, flute cast) dan sebagainya.
Berdasarkan saat pembentukannya, struktur garis dapat dibedakan menjadi “struktur garis
primer” yang meliputi : liniasi atau penjajaran mineral – mineral pada batuan beku tertentu, dan
arah liniasi struktur sedimen; serta struktur garis sekunder yang meliputi : gores garis, liniasi
memanjang fragmen breksi sesar, garis poros lipatan dan kelurusan – kelurusan dari topografi,
sungai dan sebagainya.
Kedudukan struktur garis dinyatakan dengan istilah – istilah : “arah penunjaman” (trend),
“penunjaman” (plunge), “arah kelurusan” (bearing) dan Rake atau Pitch.
KESIMPULAN
1. Dari perpotongan dua bidang dapat di tentukan unsur – unsur struktur garis dengan
menggunakan proyeksi garis.
2. Hasil perpotongan dua bidang dapat dibuat kedudukan struktur garis dalam kenampakan 3
dimensi.
3. Dengan aplikasi metode grafis I untuk struktur garis, dapat memecahkan masalah – masalah
struktur garis dalam penetuan plunge dan rake sebuah garis pada suatu bidang.
KESIMPULAN
BAB IV
Besar dan bentuk dari pola singkapan ini tergantung dari beberapa factor :
1. Ketebalan lapisan.
2. Kemiringan lapisan.
3. Bentuk morfologi
4. Bentuk struktur lapisan.
Hukum “V”
Hubungan antara lapisan yang mempunyai kemiringan dengan bentuk topografi berelief akan
menghasilkan pola singkapan yang beraturan, dimana aturan tersebut dikenal dengan hukum
“V”.
Aturan – aturan tersebut antara lain :
a. Lapisan horizontal akan membentuk pola singkapan yang mengikutimp pola garis kontur.
b. Lapisan dengan kemiringan berlawanan arah dengan kemiringan lereng, maka kenampakan
lapisan akan memotong lembah dengan pola singkapan membentuk huruf “V” yang berlawanan
arah dengan kemiringan lembah.
c. Pada lapisan tegak akan membentuk pola singkapan berupa garis lurus, dimana pola singkapan
ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi.
d. Lapisan dengan kemiringan yang searah dengan arah kemiringan lereng dimana kemiringan
lapisan lebih besar dengan kemiringan lereng, akan membentuk pola singkapan dengan huruf
“V” searah dengan kemiringan lereng.
e. Lapisan dengan kemiringannya searah dengan kemiringan lembah dan besarnya kemiringa
lapisan sama dengan kemiringan lereng /lembah, maka pola singkapanya seperti huruf V
terbalik.
f. Lapisan dengan kemiringan yang searah dengan kemiringan lereng, dimana besar kemiringan
lapisan lebih kecil dari kemiringa lereng, maka pola singakpannya akan membentuk huruf V
yang berlawanan dengan arah kemiringan lereng/ Lembah.
KESIMPULAN
1. Untuk dapat mengetah0i tebal lapisan dan kedalaman dapat menggunakan cara grafis dan
cara matematis.
2. Untuk mengetahui dengan cara grafis, harus diketahui top dan bottom.
3. Dalam pengukuran tebal dan kedalaman dapat juga menggunakan tipe point.
BAB IX
LIPATAN
Lipatan merupakan hasil perubahan bentuk dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai
lengkungan atau pola dari lengkungan pola unsure garis atau bidang di dalam bahan tersebut.
Pada umumnya unsure yang terlibat di dalam lipatan adalah perlipatan, foliasi, dan liniasi.
Berdasarkan proses perlipatan dan jenis batuan yang terlipat dibedakan menjadi :
1. Flexture / Competent folding termasuk di dalam parallel fold.
2. Flow / incompetent folding termasuk di dalam similar fold.
3. Shear folding.
4. Flexture and flow folding.
BAB IV
Ketebalan
Ketebalan lapisan bisa ditentukan dengan beberapa cara, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Apabila keadaan medan, struktur yang rumit atau keterbatasan alat yang dipakai tidak
tidak memungkinkan pengukuran secara langsung, diadakan pengukuran secara langsung.
Pengukuran tidak langsung yang sederhana adalah pada lapisan miring, tersingkap pada
lapisan horizontal, dimana lebar lapisan diukur tegak lurus jurus, yaitu w. Dengan mengetahui
kemiringan lapisan () maka ketebalan T = w sin .
Apabila pengukuran lapisan tidak tegak lurus ( ) maka lebar sebenarnya harus
dikoreksi terlebih dahulu w = sin . Dimana adalah sudut antara jurus dengan arah
pengukuran. Ketebalan yang didapat adalah T = sin sin panjang.
Untuk mengukur ketebalan pada lereng, apabila pengukuran tidak lurus jurus igunakan
persamaan trigonometri.
Untuk mengukur / mencari kemiringan lereng yang tegak lurus jurus Lapisan (w) dapat
dilakukan beberapa cara natara lain :
Dari pengukuran diatas di dapatkan lebar singkapan yang tegak lurus jurus (w), dengan
menggunakan persamaan :
W = sin .
Kedalaman
Menghitung kedalamn lapisan ada beberapa cara, antara lain :
c. Secara grafis.
Dengan cara perhitungan matematis, yang perlu diperhatikan ialah kemiringan lapisan dan jarak
jurus dari singkapan ke titik tertentu.
Pada permukaan horizontal kedalaman lapisan (d) dapat dihitung dengan rumus :
D = m tg
Apabila tidak tegak lurus jurus pada bidang – bidang maka kemiringan lapisan ang dipakai
adalah kemiringan semu (a).
d = m tg a.
Untuk kemiringan lereng tertentu kedalaman dapat dicari dengan menggunakan rumus
umumnya yaitu
D = m (sin cos tg ).
Dengan menggunakan “Aligment diagram” cara penggunaan sama dengan waktu mencari
kedalaman dan yang beda hanya “Aligmeny diagram”
KESIMPULAN
1. Untuk dapat mengetahui tebal lapisan dan kedalaman dapat menggunakan cara grafis dan
cara matematis.
2. Untuk mengetahui dengan cara grafis, harus diketahui top dan bottom.
3. Dalam pengukuran tebal dan kedalaman dapat juga menggunakan tipe point.
BAB VI
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
Definisi
Merupakan proyeksi yang didasarkan pada perpotongan bidang / garis dengan
permukaan bola.
Unsur struktur geologi akan lebih nyata, lebih mudah dan cepat penyelesaianya cepat
bila digambarkan dalam bentuk proyeksi permukaan bola. Permukaan bola tersebut meliputi
suatu bidang dengan pusat bola yang terlihat pada bidang tersebut. Maka bidang tersebut
memotong permukaan bola sepanjang suatu lingkaran, yaitu lingkaran besar. Yang dipakai
sebagai gambaran posisi struktur dibawah permukaan adalah belahan bola bagian bawah.
Selamjutnya proyeksi permukaan bola digambarkan pada permukaan bidang horizontal dalam
bentuk proyeksi stereografis.
Macam - macam proyeksi stereografis :
Struktur bidang
Stereogranya selalu diwakili oleh lingkaran besar, sehingga besar sudut kemiringan selalu
diukur pada arah E – W jarring, yaitu 0o pada lingkaran primitif dan 90o di pusat lingkaran.
Struktur garis
Stereogramnya akan berupa suatu garis lurus dari pusat lingkaran, besarnya plunge dihitung 0o
pada lingkaran primitif dan 90o di pusat lingkaran. Dan diukur pada kedudukan bearing berimpit
dengan N – S atau E – W jarring.
KESIMPULAN
1. Proyeksi stereografis adalah gambaran dua dimensi atau proyeksi dari permukaan bola.
2. Proyeksi hanya dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah geometri bidang dan
garis yang besar merupakan besar sudut atau arah.
3. Stereonet terdiri dari : Wulff Net, Schmidt Net, Polar Equal Area Net dan Classbeek
Counting Net.
4. Pada proyeksi stereografis dengan menggunakan Wulff Net yang menghasilkan bidang
dan garis.
5. Pada proyeksi kutub dengan menggunakan Polar Equal Area net yang menghasilkan
berupa “pola 2 atau titik.