Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322200008

Aktivitas tabir surya Fraksi daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)
secara in vitro

Article · March 2015

CITATIONS READS

0 798

3 authors, including:

Muhammad Ryan Radix Rahardhian


Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi, Semarang, Indonesia
9 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Antioxidant Activity, Total Flavonoid Content, Total Phenolic Content View project

Anti Aging, Tyrosinase Inhibitor, Collagenase, Sun Protecting Factor View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Ryan Radix Rahardhian on 02 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 1

Aktivitas tabir surya Fraksi daun sirih merah (Piper crocatum


Ruiz & Pav) secara in vitro
Muhammad Ryan Radix Rahardhian, Nandya Ratna Handayani, Marisa Ulfa
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi” Semarang 50193
r_radix@yahoo.com

Abstrak
Tujuan penelitian untuk menentukan aktivitas tabir surya dengan Sun Protective
Factor (SPF) fraksi air, n-heksan dan etil asetat daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz &
Pav). Metode ekstraksi menggunakan remaserasi dengan pelarut etanol 96%, ekstrak kental
kemudian difraksinasi menggunakan pelarut n-heksan, air dan etil asetat. Filtrat yang
diperoleh dibuat konsentrasi 50, 100 dan 150 ppm. Penentuan nilai SPF secara in vitro
dengan menggunakan spektrofotometer. Hasil rata-rata nilai SPF fraksi air konsentrasi 50
ppm adalah 2,121; 100 ppm 3,002; dan 150 ppm sebesar 5,131, Fraksi n heksan konsentrasi
50ppm 2,770; 100ppm 9,485; dan 150ppm 17,780 dan fraksi etil asetat konsentrasi 50 ppm
3,127; 100ppm 8,319; dan 150ppm 26,620. Kesimpulan konsentrasi 150 ppm fraksi etil
asetat dan fraksi n-heksan berturut-turut yang mempunyai SPF 26,620 dan 17,780 memiliki
aktivitas tabir surya karena nilai SPF lebih besar dari 15.
Kata kunci : Fraksi n-hekan, Etil Asetat, Air, Sirih Merah, SPF (Sun Protective Factor), Tabir
Surya, Spektrofotomer UV

Latar Belakang Paparan Sinar ultraviolet (UV)


Sinar matahari merupakan dapat menyebabkan beberapa jenis
gelombang elektromagnetik yang menjadi gangguan pada manusia, terutama pada
sumber semua jenis sinar. Di permukaan kulit antara lain eritema, pigmentasi dan
bumi sinar matahari terdiri dari beberapa gangguan pada DNA yang dapat
spektrum yaitu sinar infra merah (>760 menyebabkan kanker. Efek jangka panjang
nm), sinar tampak (400-760 nm), sinar dapat diminimalkan dengan penggunaan
ultra violet (UV) A (315-400 nm), sinar tabir surya (Oliveira dkk, 2015)
UVB (290-315 nm), dan sinar UVC (100- Senyawa fenolik dapat berperan
290 nm) radiasi UV bermanfaat untuk sebagai tabir surya untuk mencegah efek
sintesis vitamin D dalam tubuh, tetapi yang merugikan akibat radiasi UV pada
paparan berlebihan sinar ini dapat kulit karena kandungan antioksidan yang
menyebabkan kulit kemerahan/terbakar berfungsi sebagai fotoprotektif
dan efek berbahaya sintesis radikal bebas (Svobodova et al., 2003). Aktivitas
yang memicu eritema dan katarak (Kaur antioksidan senyawa fenolik dikarenakan
dan Saraf, 2009). sifatnya yang berperan dalam menetralisasi
radikal bebas. Kandungan senyawa kimia

880
Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 1

dalam daun sirih merah yakni alkaloid, serapannya menggunakan alat instrumen
saponin, tanin, flavonoid, dan minyak spektrofotometer UV –Vis (Shimadzu
Series 1700) pada panjang gelombang
atsiri (Manoi, 2007). Kavikol merupakan
290-320 nm sampai didapatkan serapan
turunan dari fenol yang memberi bau khas minimal 0,05 dengan interval 5nm
daun sirih (Wahyudi, 2012). menggunakan blanko etanol. Area di
bawah kurva dapat dihitung dari jumlah
serapan pada λn dan serapan λ n-1 dibagi
Metode
2. Selanjutnya nilai log SPF dihitung
1. Pengumpulan Bahan Baku
dengan cara membagi jumlah seluruh area
Daun sirih merah diperoleh dari
di bawah kurva (AUC) dengan selisih
Perkebunan Gunung pati, Semarang, Jawa
panjang gelombang terbesar dan terkecil
Tengah. Daun disortasi, dikeringkan,
kemudian dikalikan 2. Selanjutnya nilai
dihaluskan, diayak dengan ayakan no mesh
log SPF diubah menjadi nilai SPF (Petro,
30 hingga diperoleh ukuran serbuk yang
1981). Nilai SPF dihitung dengan rumus:
seragam. AUC
2. Ekstraksi dan Fraksinasi Log SPF = x2
λn−1
Serbuk daun sirih merah diekstraksi Keterangan :
menggunakan pelarut etanol 96% dengan SPF : Faktor proteksi cahaya
metode remaserasi 3x24 jam hingga AUC : Jumlah serapan pada λn dan
diperoleh ektrak cair. Ekstrak cair serapan λn-1 dibagi 2
kemudian dipekatkan menggunakan rotary λ n : Panjang gelombang menghasilkan
evaporator hingga diperoleh ekstrak pekat. serapan minimal 0,05
Ekstrak pekat yang diperoleh difraksinasi λ1 : 290 nm
menggunakan pelarut dengan berbagai
tingkat kepolaran yaitu n-heksan, etil
asetat dan air. Fraksinasi diawali dengan Hasil dan Pembahasan
menimbang sebanyak 15 gram ekstrak Ekstrak kental daun sirih merah
kental daun sirih merah kemudian difraksinasi menggunakan pelarut cair-cair
dilarutkan dengan 50 ml air hingga larut untuk memisahkan kandungan senyawa
sempurna, selanjutnya dipartisi dengan yang terdapat dalam ekstrak sesuai dengan
pelarut n-heksan sebanyak 50ml hingga tingkat kepolaran (Edawati, 2012). Proses
diperoleh fraksi n-heksan dan fraksi air, fraksinasi diawali dengan penambahan air
fraksi air selanjutnya dipartisi kembali dengan ekstrak etanol 96% hingga larut
dengan pelarut etil asetat hingga diperoleh dilanjutkan dengan penambahan pelarut n-
fraksi etil asetat dan air. Masing masing heksan yang bertujuan untuk memisahkan
fraksi dipekatkan hingga diperoleh fraksi antara senyawa yang terkandung dalam
sampel daun sirih merah. Jika pada sampel
kental n-heksan, etil asetat dan air.
terdapat senyawa polar maka akan ditarik
3. Pengukuran aktivitas tabir surya
oleh air dan senyawa nonpolar akan ditarik
menggunakan spektrofotometer
oleh pelarut non polar n-heksan seperti
UV –Vis.
minyak atsiri dan alkaloid. Selanjutnya
Masing-masing fraksi daun sirih
fraksi air dipartisi dengan pelarut semi polar
merah dibuat konsentrasi 50 ppm, 100 etil asetat yang bertujuan untuk menarik
ppm dan 150 ppm. Fraksi diukur senyawa-senyawa yang bersifat semi polar

881
Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 1

seperti Flavonoid, Tanin, Saponin, diukur dengan menggunakan


Terpenoid, dan alkaloid dari etil asetat. spektrofotometer UV-Vis pada panjang
Fraksi air adalah fraksi sisa (pelarut polar) gelombang 290 – 320 nm dengan interval
yang menarik senyawa-senyawa bersifat berkelipatan 2 untuk melihat absorbansi dan
polar seperti glikosida flavonoid, tannin, dan selanjutnya dihitung untuk menentukan nilai
saponin. SPF. Semakin kecil interval yang digunakan
Semua fraksi selanjutnya dibuat akan mendekati nilai AUC yang sebenarnya.
konsentrasi 50, 100 dan 150 ppm kemudian
Sampel Konsentrasi Nilai SPF Keterangan
(ppm)
Fraksi n-Heksan 50 2,770 Minimal
100 9,485 Maksimal
150 17,780* Ultra
Fraksi Air 50 2,121 Minimal
100 3,002 Minimal
150 5,131 Sedang
Fraksi Etil Asetat 50 3,127 Minimal
100 8,319 Maksimal
150 26,620* Ultra
Keterangan Proteksi Tabir Surya:
(-) : Tidak ada proteksi ; Minimal : 2-4 ; Sedang : 4-6; Ekstra : 6-8 ; Maksimal : 8-15 ; Ultra :
lebih dari 15 (Draelos dan Thaman, 2006).
*Memiliki Aktifitas Tabir Surya

Nilai efektifitas dari suatu tabir surya yang memberikan nilai SPF terbesar yaitu
dapat ditunjukkan dengan nilai SPF (Sun pada kategori ultra. Senyawa tabir surya
Protection Factor), didefinisikan sebagai yang baik adalah yang meiliki kemampuan
jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk perlindungan sinar UV yang besar, dan
mencapai minimal erythema dose (MED) kemampuan perlindungan tersebut sudah
pada kulit yang dilindungi oleh suatu tabir tercapai dengan konsentrasi yang kecil.
surya, dibagi dengan jumlah energi UV yang Nilai SPF berkisar antara 0 - 100,
dibutuhkan untuk mencapai MED pada kulit dan dianggap baik jika berada di atas 15.
yang tidak diberikan perlindungan. Minimal Tabir surya dengan nilai SPF 15 mampu
erythema dose (MED) didefinisikan sebagai melindungi kulit dari radiasi sinar UV
jangka waktu terendah atau dosis radiasi dengan efektifitas sebesar 93% (Draelos dan
sinar UV yang dibutuhkan untuk Thaman, 2006). Hasil menunjukkan
menyebabkan terjadinya eritema (Wolf et.al,
konsentrasi 150 ppm fraksi etil asetat dan
2001).
fraksi n heksan berturut-turut 26,620 dan
Penentuan nilai SPF secara in vitro
17,780 memiliki aktivitas tabir surya
menggunakan spekrofotometer dinyatakan
karena nilai SPF lebih besar dari 15. Fraksi
sebagai logaritmik konsentrasi minimal
etil asetat 150 ppm dan n heksan 150 ppm

882
Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 1

menghasilkan faktor perlindungan paling yang dapat melarutkan senyawa baik polar
tinggi dalam aktivitas tabir surya dengan maupun polar seperti flavonoid, alkaloid,
kekuatan ultra. Kemampuan untuk menyerap tanin, saponin dan minyak atsiri, diikuti
sinar UV ini tidak terlepas dari kandungan oleh fraksi n-heksan yang bersifat non
kimia dari daun sirih merah. Data yang polar yang dapat menyari senyawa
diperoleh kemudian dilakukan uji statistik alkaloid dan minyak atsiri, dan yang
dengan menggunakan SPSS versi 19.0. Hasil terkecil adalah fraksi air yang dapat
uji statistika aktivitas tabir surya ekstrak dan
menyari senyawa polar seperti tanin,
fraksi Sirih merah menunjukkan data
saponin dan flavonoid, hal ini
berdistribusi normal dengan nilai
membuktikan bahwa senyawa yang
signifikansi 0,702 ≥ 0,05 (P ≥ 0,05). Hasil
terlarut dalam pelarut non polar lebih
anava menunjukkan adanya perbedaan nilai
banyak menyari senyawa yang memiliki
SPF yang ditandai dengan nilai signifikasi
aktivitas tabir surya dari pada fraksi air
0,000 ≤ 0,05 (P ≤ 0,05).
yang bersifat polar.
Nilai SPF adalah perkiraan berapa
Mekanisme perlindungan tabir surya
lama kulit seseorang dapat bertahan di
meliputi penghadang fisik dan penyerap
bawah sinar matahari sebelum kulitnya
kimia. Penghadang fisik bekerja
terbakar dibandingkan dengan orang yang
menghalangi sinar UV menembus masuk
tidak menggunakan tabir surya. Dari nilai
lapisan kulit. Dalam jumlah yang cukup
SPF yang terdapat pada masing-masing
menjadi penghadang fisik akan
konsentrasi fraksi n-heksan, etil asetat dan
memantulkan sinar UV, Visibel dan
air dapat dilihat bahwa semakin tinggi inframerah. contohnya titanium dioksida,
konsentrasi maka semakin tinggi juga nilai zink oksida, petrolium merah, kromium
SPF. Hal ini dikarenakan semakin besar oksida dan kobal oksid. Sedangkan penyerap
konsentrasi fraksi maka semakin banyak kimia bekerja dengan menyerap sinar UV.
pula kandungan senyawa aktif yang Berdasarkan tipe perlindungan radiasi bahan
memiki potensi sebagai tabir surya. kimia terbagi atas penyerap UV A
Berdasarkan hasil skrining merupakan bahan-bahan kimia yang
fitokimia (Manoi, 2007), ekstrak daun sirih menyerap radiasi pada daerah 320 nm – 360
merah mengandung senyawa alkaloid, nm contohnya benzofenon, antranilat dan
saponin, tanin, flavonoid, dan minyak benzoil metana. Sedangkan penyerap UV B
atsiri. Hal ini erat kaitannya dengan merupakan bahan-bahan kimia yang

banyaknya senyawa yang tersari pada menyerap radiasi pada daerah 290 nm – 320

fraksi etil asetat yang bersifat semi polar nm contohnya PABA dan salisilat.

883
Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 1

Senyawa fenolik khususnya Manoi, F. 2007. Sirih Merah Sebagai


flavanoid mempunyai potensi sebagai tabir Tanaman Obat Multifungsi. Warta
Puslitbangbun. 13(2).
surya karena memiliki gugus kromofor
(ikatan rangkap tunggal terkonjugasi) yang Petro, Aj. 1981. Correlation of
mampu menyerap sinar UV-A maupun UV- Spectrophotometric Data with
Sunscree Protection Factors.
B sehingga mengurangi intensitas pada kulit
(Rahmawati, 2012). Flavonoid merupakan Rahmawati, R. Budidaya
Rosella.Yogyakarta: Pustaka Baru
antioksidan yang kuat dan juga sebagai
Press. 2012.
pengikat ion logam yang diduga mampu
Svobodova, A., J. Psotova., D. Walterova.
mencegah efek bahaya dari sinar UV atau
2003. Natural Phenolics in the
setidaknya mampu mengurangi kerusakan Prevention of UV-Induced Skin
kulit. Pigmen antosianin daun sirih merah Damage. Biomed. Pap. 147:137-
145.
memiliki aktivitas antioksidan (Anisfiani
dkk., 2014). Wahyudi, R. D. 2012. Perbedaan
Efektivitas Antibakteri Antara
Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper
Daftar Pustaka
crocatum) dan Ekstrak Daun Sirih
Diogo Noin de Oliveira, Jeany Delafiori, Hijau (Piper betle L.)Terhadap
Mônica Siqueira Ferreira,Rodrigo Porphyromonas gingivalisi.
Ramos Catharino. 2015. In vitro Universitas Jember.
evaluation of Sun Protection Factor
and stability ofcommercial Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu
sunscreens using mass Kosmetik Medik. Penerbit UI-
spectrometry. Journal of Press.Jakarta.
Chromatography B.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jchromb
.2015.02.018

Draelos, Z. D. dan Thaman, L. A. 2006.


Cosmetic Formulation of Skin Care
Products. New York: Taylor and
Francis Group.

International Journal of Cosmetic


Sciences, 3

Kaur, C. D dan S. Saraf. 2009. In Vitro


Sun Protection Faktor
Determination of Herbal Oils Used
in Cosmetics. Pharmacognosy
Research. 2:22-23.

884

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai