Anda di halaman 1dari 9

KOMBINASI SIMULTAN METODE ELEKTROKOAGULASI DAN

KOAGULASI KIMIA UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH MEDIS

Citra Ibdau Rahmah1, Salih Muharam2 dan Lela Mumilah Y3


1,2,3
Program Studi Kimia, Fakultas Sains & Teknologi, Universitas Muhammadiyah Sukabumi, Jl. R. Syamsudin. SH.
No. 50 Kota Sukabumi, 43113, Indonesia.

Email : citraibdaurahmah@gmail.com

Abstrak

Air limbah medis yang dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan memiliki kandungan bahan organik, ammonia bebas,
bahan tersuspensi dan surfaktan yang tinggi sehingga akan merusak lingkungan perairan jika dibuang tanpa pengolahan.
Telah dilakukan pengolahan menggunakan metode elektrokoagulasi untuk mengurangi bahan organik dan kekeruhan
air limbah medis. Proses pengolahan telah dioptimasi terhadap kuat arus, jarak elektroda, jumlah elektroda, pH, tipe
koagulan dan waktu kontak. Kondisi optimum selanjutnya digunakan sebagai pembanding kinerja proses pengolahan
koagulasi kimia, elektrokoagulasi dan kombinasi simultan elektrokoagulasi dan koagulasi kimia terhadap limbah yang
sama dengan konsentrasi yang divariasikan. Hasil penelitian menunjukan kondisi optimum penghilangan bahan
organik atau COD adalah 3 ampere, 1 cm, 4 pasang, pH 8, PAC 1 g, dan 3 jam. Efisiensi penghilangan bahan organik
atau COD optimum pada setiap proses koagulasi kimia, elektrokoagulasi dan kombinasi simultan elektrokoagulasi dan
koagulasi kimia berturut-turut adalah 41%, 62.51% dan 92.21%.

Kata Kunci : Air limbah medis, elektrokoagulasi, koagulasi

1. Pendahuluan disebabkan pengaplikasian listrik kedalam air limbah


medis akan mempercepat pergerakan koloid atau
Air limbah medis yang berasal dari limbah rumah sakit partikel didalam air dengan demikian akan
merupakan salah satu sumber pencemaran air. Cruz- memudahkan proses koagulasi menurut Purwaningsih 4.
Morato C et. al. 1 melaporkan limbah cair rumah sakit
mengandung bahan organik yang tinggi yaitu COD 490 Menurut Hari dan Harsanti 5 metode elektrokoagulasi
ppm, ammonia bebas 681 ppm dan bahan tersuspensi merupakan suatu proses koagulasi kontinyu dengan
11.15 ppm dan menurut Arsand et. al. 2 limbah cair menggunakan arus listrik searah melalui peristiwa
rumah sakit mengandung COD 420 ppm, ammonia elektrokimia, yang menimbulkan dekomposisi, migrasi,
bebas 59.1 ppm, nitrat 680 ppb, surfaktan 150.5 ppm adsorpsi dan koagulasi pada permukaan elektroda.
dan bahan tersuspensi 484 ppm. Dengan karakteristik Elektroda yang umum digunakan adalah aluminium dan
seperti itu, maka air limbah medis akan merusak besi. Reaksi kimia yang terjadi pada permukaan
lingkungan perairan jika dibuang tanpa pengolahan. elektroda sebagai berikut:
Reaksi oksidasi di anoda:
Metode pengolahan limbah cair medis yang banyak Al → Al3+ +3e-
digunakan umumnya yaitu secara adsorpsi-koagulasi, Reaksi reduksi di katoda:
filtrasi dan biologis dengan metode biofilter anaerob- 2H2O +2e- →2OH- + H2
aerob, namun kelemahan dari metode ini yaitu Reaksi total proses elektrokoagulasi adalah:
membutuhkan area yang luas, jumlah lumpur masih 2Al + 6H2O → 2Al(OH)3 + 3H2
banyak dan waktu pengolahan lebih lama menurut Produk reaksi oksidasi reduksi adalah aluminium
Marcella et. al. 3. Proses elektrokoagulasi dapat menjadi hidroksida (Al(OH)3) yang merupakan suatu koagulan
pilihan metode pengolahan limbah cair medis alternatif dan berperan mengadsorpsi polutan.
dan telah diyakini metode ini memiliki biaya
operasional dan investasi cukup rendah, lebih cepat Labanowski et. al. 6 melaporkan bahwa ukuran partikel
mereduksi kandungan koloid atau partikel yang 30 kDa - 0.45 µm dapat dikoagulasi dan
paling kecil yang ada pada air limbah medis, hal ini dielektrokoagulasi hingga total bahan organik yang
dihasikan dibawah 10% dalam air limbah. Ukuran Tabel 2. Karakteristik Air Limbah Medis Sintetik
partikel 0.5-3 kDa dan 3–30 kDa dapat dikoagulasi
kimia hingga total organik yang dihasilkan mencapai Parameter Konsentrasi
(masing-masing 21% dan 6%) dan dielektrokoagulasi COD 954 ppm
(masing-masing 31% dan 11%). Air limbah memiliki Kekeruhan 44.3 NTU
ukuran polutan bervariasi dari <0.5 kDA sampai >0.5 TDS 273 ppm
kDA. Total bahan organik yang dihasilkan cukup tinggi. pH 6.88
Oleh karena itu, dalam percobaan ini akan
dikembangkan kombinasi simultan metode
elektrokoagulasi dan koagulasi kimia menggunakan Prosedur percobaan dilakukan dengan memasukan 500
Poly Aluminium Chloride (PAC), Aluminium Sulfat mL air limbah medis sintetik ke dalam sel
(Al2(SO4)3) dan Natrium Karbonat (Na2CO3). elektrokoagulasi. Kemudian melakukan optimasi pada
kuat arus 0,1-5 A, jarak elektroda 1-4 cm, jumlah
Tujuan dari percobaan ini yaitu mengolah air limbah elektroda 1-4 pasang, pH 5-11, berbagai tipe koagulan
medis menggunakan kombinasi simultan metode (Natrium karbonat, aluminium sulfat dan PAC dengan
elektrokoagulasi dan koagulasi kimia untuk berat 0,1 g, 0,5 g dan 1 g) dan waktu elektrokoagulasi.
mengkoagulasi polutan yang ukurannya dibawah 30
kDa dan memperbesar ukuran flok yang terbentuk Selanjutnya dilakukan pengolahan metode koagulasi
sehingga akan lebih mudah terpisahkan dan diharapkan kimia, elektrokoagulasi dan kombinasi simultan
akan meningkatkan kinerja penghilangan bahan organik elektrokoagulasi-koagulasi kimia pada kondisi optimum
dalam air limbah medis. yang dihasilkan.

2. Metodologi Penelitian Melakukan analisis terhadap air hasil pengolahan yang


sebelumnya sudah disaring dengan kertas saring yang
Alat-alat yang digunakan adalah spektrofotometer Uv- meliputi pengukuran konsentrasi COD dan kekeruhan.
Vis, pH meter, turbidimeter, seperangkat alat Nilai COD diukur menggunakan metode
elektrokoagulasi: bak elektrokoagulasi, elektroda spektrofotometri pada panjang gelombang 600 nm dan
terbuat dari plat Aluminium 8 cm x 10 cm dan Power nilai kekeruhan diukur dengan turbidimeter.
Supply VOM 3020E. Rangkaian alat pada Gambar 1.
3. Hasil dan Pembahasan
Bahan-bahan yang digunakan adalah Natrium karbonat,
aluminium sulfat, PAC, NaOH, HCl, reagen untuk 3.1 Pengaruh Kuat Arus terhadap Proses
analisa COD, dan air limbah medis sintetik dengan
karakteristik ditunjukkan pada Tabel 2.
Elektrokoagulasi Air Limbah Medis

Gambar 2 menunjukan kenaikan efisiensi penurunan


COD pada kuat arus 0.1 A sampai 3A yaitu sebesar
9.82% sampai 20.72%. Menurut hukum Faraday, massa
zat yang terbentuk pada masing-masing elektroda
sebanding dengan kuat arus/arus listrik yang mengalir
pada elektrolisis tersebut menurut Tugba et. al. 7.
Sehingga dengan bertambah besar arus, maka Al3+ yang
terbentuk bertambah banyak. Namun, pada kuat arus 4
A dan 5 A efisiensi penurunan COD menurun
dikarenakan dengan peningkatan kuat arus yang
semakin besar maka rapat arus semakin besar sehingga
menyebabkan reaksi reduksi oksidasi (jumlah elektron
Gambar 1. Rangkaian Alat Elektrokoagulasi yang mengalir dari anoda ke katoda) menjadi tidak
stabil, dampak dari ketidakstabilan ion tersebut dapat
menyebabkam konsleting sehingga efisiensi penurunan
COD berkurang menurut Lestari 8. Selanjutnya,
dilakukan juga pengukuran kekeruhan. Pada gambar 2
efisiensi penurunan kekeruhan konstan yaitu diatas 90%
di setiap variasi kuat arus.
120.00
100.00
Efisiensi
80.00 Series1
COD
Penurunan (%)
60.00 Series2
Kekeruhan
40.00
20.00
0.00
0.1 1 2 3 4 5
Kuat Arus (A)
Gambar 2. Pengaruh Kuat Arus terhadap Efisiensi Penurunan COD dan Kekeruhan Air Limbah Medis
(Waktu = 1 jam, jarak elektroda = 1 cm, jumlah elektroda = 1 pasang)

3.2 Pengaruh Jarak Elektroda terhadap 99%. Tetapi pada jarak elektroda 4 cm efisiensi
Proses Elektrokoagulasi Air Limbah penurunan kekeruhan turun menjadi 92.64%, hal ini
terjadi karena proses koagulasi menurun sehingga
Medis berkurangnya polutan yang terendapkan.
Menurut Bard AJ & Faulkner LR 9 jarak antar elektroda
mempengaruhi laju difusi yaitu pergerakan partikel
3.3 Pengaruh Jumlah Elektroda terhadap
dibawah pengaruh perbedaan konsentrasi, semakin jauh Proses Elektrokoagulasi Air Limbah
jarak elektroda akan menimbulkan lambatnya Medis
perpindahan partikel dan menurut Putero 10 jarak
elektroda juga akan mempengaruhi besarnya hambatan Efisiensi pengilangan COD terjadi pada penggunaan 4
elektrolit, semakin besar jaraknya semakin besar pasang elektroda yaitu 33.36%. Semakin banyak
hambatannya, sehingga semakin kecil arus yang elektroda yang digunakan maka semakin banyak ion
mengalir. Arus yang kecil menyebabkan reaksi yang Al3+ dan OH- yang terbentuk, sehingga kesempatan
terjadi tidak maksimal karena jumlah Al3+ yang membentuk Al(OH)3 sebagai koagulan untuk
terbentuk menjadi sedikit sehingga polutan yang menggumpalkan padatan tersuspensi semakin besar
terendapkan pun juga sedikit. Gambar 3 menunjukkan menurut Gatsios et. al. 11. Selanjutnya efisiensi
efisiensi penurunan COD pada jarak elektroda 1 cm penurunan kekeruhan sangat baik mendekati 100% di
sampai 4 cm terjadi penurunan yaitu dari 28.29% setiap variasi jumlah elektroda. Sehingga jumlah
menjadi 20.61%. Pada jarak elektroda 1 cm sampai 3 penggunaan elektroda tidak mempengaruhi efisiensi
cm efisiensi penurunan kekeruhan konstan yaitu sebesar penurunan kekeruhan.

100.00
Efisiensi 80.00
Penurunan (%)
60.00 COD
Series1
40.00 Kekeruhan
Series2
20.00
0.00
0 1 2 3 4 5
Jarak Elektroda (cm)
Gambar 3. Pengaruh jarak elektroda terhadap Efisiensi Penurunan COD dan Kekeruhan Air Limbah Medis
(Kuat arus = 3 A, waktu = 1 jam, jumlah elektroda = 1 pasang)
100.00

80.00 Series1
COD
Efisiensi
Penurunan (%) 60.00
Kekeruhan
Series2
40.00

20.00

0.00
0 1 2 3 4 5
Jumlah Pasang Elektroda
Gambar 4. Pengaruh Jumlah Pasang Elektroda terhadap Efisiensi Penurunan COD dan Kekeruhan Air Limbah Medis
(Kuat arus = 3 A, waktu = 1 jam, jarak elektroda = 1 cm)

3.4 Pengaruh pH terhadap Proses Gambar 6, Gambar 7 dan Gambar 8 menunjukkan


Elektrokoagulasi Air Limbah Medis efisiensi penurunan COD pada proses elektrokoagulasi
dengan penambahan koagulan natrium karbonat, PAC
Gambar 5 menunjukan efisiensi penghilangan COD dan alumunium sulfat bertutut-turut adalah 37.90%,
optimum terjadi pada pH 8 yaitu sebesar 29.69%. 65.84%. dan 32.13%. PAC lebih cepat membentuk flok
Kontribusi pH pada penurunan COD adalah pada daripada natrium karbonat dan aluminium sulfat,
ketersediaan ion hidroksi (OH-). Semakin meningkat dikarenakan gugus aktif aluminat yang bekerja efektif
nilai pH maka reduksi molekul air (H2O) menjadi ion dalam mengikat koloid ikatannya diperkuat dengan
hidroksi dan gas hidrogen adalah besar. Lekhlif et. al. 12 rantai polimer dari gugus polielektrolit sehingga
melaporkan bahwa spesi Al(OH)3 yang merupakan gumpalan floknya menjadi lebih padat menurut Wei Y
koagulan banyak terbentuk di rentang pH 6-8. Hal ini et. al. 13. Selanjutnya efisiensi penurunan kekeruhan
juga berpengaruh terhadap kekeruhan. Penurunan (gambar 7-9) mengalami fluktuasi. Hal ini diakibatkan
kekeruhan tertinggi terjadi pada pH 8 yaitu sebesar karena pengaruh dari berbagai tipe koagulan yang
96.48%. digunakan. PAC akan membentuk flok yang besar dan
kasar sehingga nilai kekeruhan yang dihasilkan tinggi,
sedangkan aluminium sulfat dan natrium karbonat
3.5 Pengaruh Tipe Koagulan terhadap menghasilkan flok kecil dan halus sehingga nilai
Proses Elektrokoagulasi Air Limbah kekeruhan yang dihasilkan cukup rendah menurut
Medis Hartini 14.

100.00

Efisiensi 80.00
COD
Series1
Penurunan (%) 60.00
Series2
Kekeruhan
40.00

20.00

0.00
4 5 6 7 8 9 10 11 12
pH
Gambar 5. Pengaruh pH terhadap Efisiensi Penurunan COD dan Kekeruhan Air Limbah Medis
(Kuat arus = 3 A, waktu = 1 jam, jarak elektroda = 1 cm, jumlah elektroda 4 pasang)
100.00 COD
Series1
80.00 Kekeruhan
Series2

60.00
Efisiensi
Penurunan (%) 40.00

20.00

0.00
0.1 0.5 1
Bobot Koagulan (g)

Gambar 6. Pengaruh Penambahan Natrium Karbonat terhadap Efisiensi Penurunan COD dan Kekeruhan Air Limbah
Medis
(Kuat arus = 3 A, waktu = 1 jam, jarak elektroda = 1 cm, jumlah elektroda = 4 pasang, pH = 8)

100.00
Efisiensi
Penurunan (%) 80.00
60.00

40.00
COD
Series1
20.00
Series2
Kekeruhan
0.00
0.1 0.5 1
Bobot Koagulan (g)
Gambar 7. Pengaruh Penambahan Poli Aluminium Klorida terhadap Efisiensi Penurunan COD dan Kekeruhan Air Limbah
Medis
(Kuat arus = 3 A, waktu = 1 jam, jarak elektroda = 1 cm, jumlah elektroda = 4 pasang, pH = 8)

100.00

Efisiensi 80.00
COD
Series1
Penurunan (%)
60.00 Series2
Kekeruhan
40.00

20.00

0.00
0.1 0.5 1
Bobot Koagulan (g)
Gambar 8. Pengaruh Penambahan Aluminium Sulfat terhadap Efisiensi Penurunan COD dan Kekeruhan Air Limbah
Medis
(Kuat arus = 3 A, waktu = 1 jam, jarak elektroda = 1 cm, jumlah elektroda = 4 pasang, pH = 8)
3.6 Pengaruh Waktu terhadap Proses dengan COD awal 400 ppm menjadi 236 ppm,
Elektrokoagulasi Air Limbah Medis sedangkan pada proses elektrokoagulasi mencapai
62.51% dengan COD awal 954 ppm menjadi 357.67
Gambar 9 menunjukkan semakin lama waktu ppm. Nilai COD yang diperoleh dari kedua proses itu
elektrokoagulasi maka semakin besar efisiensi lebih besar dari baku mutu air bersih yaitu 100 ppm,
penurunan COD. Selama 3 jam elektrokoagulasi sehingga belum layak dibuang ke badan air permukaan,
menghasilkan 92.21% penghilangan COD. Waktu akan tetapi pada proses simultan elektrokoagulasi-
berkontribusi pada jumlah kation logam atau koagulan, koagulasi kimia efisiensi penurunan COD mencapai
hal ini sesuai dengan hukum faraday dimana jumlah 92.21% dari COD awal sebesar 954 ppm dengan
kation logam yang terbentuk berbanding lurus dengan konsentrasi akhir COD 74.33 ppm. Sehingga efisiensi
waktu. Semakin lama waktu yang digunakan maka akan penurunan COD berbagai konsentrasi air limbah medis
semakin banyak kation logam terbentuk dan semakin yang berbeda pada proses kombinasi simultan
banyak peluang interaksi koagulan dengan polutan elektrokoagulasi-koagulasi kimia lebih baik daripada
menurut Mukimin 15. Menit ke 0 sampai 45 terjadi proses koagulasi kimia dan elektrokoagulasi. Air hasil
proses koagulasi dimana partikel koloid membesar pengolahan simultan elektrokoagulasi-koagulasi kimia
sehingga kekeruhan meningkat. Menit ke 45 sampai 180 memenuhi baku mutu air bersih yaitu kurang dari 100
terjadi proses pengendapan sehingga efisiensi ppm.
penurunan kekeruhan meningkat, karena pengaruh
pengadukan proses pemisahan tidak teratur yang Gambar 11 juga menunjukan efisiensi penurunan
menyebabkan efisiensi penurunan kekeruhan kekeruhan. pada proses koagulasi kimia mencapai
mengalami fluktuasi menurut Hartini 14. 89.87% dari kekeruhan awal sebesar 15.2 NTU menjadi
1.54 NTU, proses elektrokoagulasi mencapai 98.6%
dari kekeruhan awal sebesar 40.7 NTU menjadi 0.54
3.7 Perbandingan Proses Koagulasi Kimia, NTU dan proses kombinasi simultan elektrokoagulasi-
Elektrokoagulasi dan Kombinasi koagulasi mencapai 59.08% dari kekeruhan awal
Simultan Elektrokoagulasi-Koagulasi sebesar 15.2 NTU menjadi 6.22 NTU. Nilai kekeruhan
Kimia Air Limbah Medis berada di atas nilai baku mutu yang ditetapkan yaitu 5
NTU.
Gambar 10 menunjukkan nilai optimum penurunan
COD setelah proses koagulasi kimia adalah 41%

100.00

50.00
Penurunan

0.00
Efisiensi

(%)

0 50 100 150 200

-50.00
COD
Series1

-100.00 Series2
Kekeruhan

-150.00
Menit ke-

Gambar 9. Pengaruh Lama Waktu Elektrokoagulasi terhadap Efisiensi Penurunan COD dan Kekeruhan Air Limbah Medis
(Kuat arus = 3 A, jarak elektroda =1 cm, jumlah elektroda = 4 pasang, pH = 8,tipe koagulan = PAC 1 g)
100 100.00
Koagulasi
Series1
Efisiensi 80 Kimia 80.00
Efisiensi Series2
Elektrokoagulasi
Penurunan
60 Penurunan 60.00
COD (%) Series2
Elektrokoagulasi
Elektrokoagulasi-
Kekeruhan Series3
40 (%) 40.00 Koagulasi Kimia
Elektrokoagulasi-
20 Series3 20.00 Koagulasi
Series1
Koagulasi Kimia
Kimia
0 0.00
0 200 400 600 8001000 0 200 400 600 8001000
COD Awal Air Limbah (ppm) COD Awal Air Limbah (ppm)

Gambar 10. Perbandingan Efisiensi Penurunan COD pada Gambar 11. Perbandingan Efisiensi Penurunan Kekeruhan pada
Proses Koagulasi Kimia, Elektrokoagulasi dan Proses Koagulasi Kimia, Elektrokoagulasi dan
Elektrokoagulas – Koagulasi Kimia pada Beragam Elektrokoagulasi – Koagulasi Kimia pada Beragam
Konsentrasi COD Awal Air limbah medis Konsentrasi COD Awal Air Limbah Medis
(Kuat arus = 3 A, jarak elektroda = 1 cm, jumlah (Kuat arus = 3 A, jarak elektroda = 1 cm, jumlah
elektroda = 4 pasang, pH = 8, tipe koagulan = PAC 1 g) elektroda = 4 pasang, pH = 8, tipe koagulan = PAC 1 g)

4. Kesimpulan 5. Hari B dan Harsanti M. Pengolahan Limbah Cair


Tekstil Menggunakan Proses Elektrokoagulasi
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan Sel Al-Al. ISSN 2010; 1693-4393.
kondisi optimum penghilangan COD air limbah medis 6. Labanowski J, Pallier V, Feuillade-Cathalifaud G.
yaitu arus 3 Ampere, jarak elektroda 1 cm, jumlah Study of Organic Matter During Coagulation and
elektroda 4 pasang elektroda, pH 8, PAC 1 g, dan waktu Electrocoagulation Processes: Application to a
3 jam. Proses simultan elektrokoagulasi-koagulasi Stabilized Landfill Leachate. Journal of Hazardous
kimia air limbah medis menunjukan hasil pengolahan Materials 2010; 179: 166–172.
terbaik dibandingkan dengan proses koagulasi kimia 7. Tugba Olmez-Hanci, Zeynep Kartal, Idil Arslan-
dan elektrokoagulasi. Efisiensi penurunan COD proses Alaton. Electrocoagulation of Commercial
simultan mencapai 92,21%. Naphthalene Sulfonates: Process Optimization and
Assessment of Implementation Potential. Journal of
5. Daftar Pustaka Environmental Management 2012; 99: 44-51.
8. Lestari SE. Penghilangan Amonia dalam Air
1. Cruz-Morato C, Lucas D, Llorca M. Hospital Budidaya Perikanan dengan Metode
Wastewater Treatment by Fungal Bioreactor: Elektrokoagulasi Aliran Kontinyu. Skripsi Sarjana.
Removal Efficiency for Pharmaceuticals and Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,
Endocrine Disruptor Compounds. Science of the Universitas Muhammadiyah Sukabumi, Indonesia,
Total Environment 2014; 493: 365-376. 2013.
2. Arsand DR, Kummerer K, Martins AF. Removal of 9. Bard AJ & Faulkner LR. Electrochemical Method
Dexamethasone from aqueous Solution and Hospital Fundamentals and Applications. Canada: John
Wastewater by Electrocoagulation. Science of the Wiley & Sons, Inc, 1980.
Total Environment 2013; 443: 351-357. 10. Putero SH. Pengaruh Tegangan dan Waktu pada
3. Marcella B, Angela C, Juliana C. Combined Pengolahan Limbah Radioaktif yang Mengandung
Electrocoagulation and TiO2 Photoassisted Sr-90 Menggunakan Metode Elektrokoagulasi.
Treatment Applied to Wastewater Effluent Seminar Nasional ke-14 Teknologi dan Keselamatan
from Pharmaceutical and cosmetic Industries. PLTN serta Fasilitas Nuklir ISSN: 0854-2910;
Journal of Hazardous Materials 2008; 162 : 448- Bandung, 2008 November 5.
454. 11. Gatsios E, Hahladakis JN dan Gidarakos E.
4. Purwaningsih I. Pengolahan Limbah Cair Industri Optimization of Electrocoagulation (EC) Process for
Batik CV. Batik Indah Raradjonggrang Yogyakarta The Purification of a Real Industrial Wastewater
dengan Metode Elektrokoagulasi Ditinjau dari from Toxic Metals. Journal of Environmental
parameter Chemical Oxygen Demand (COD) dan Management 2015; 154: 117-127.
Warna. Skripsi Sarjana. Jurusan Teknik Lingkungan 12. Lekhlif B, Oudrhiri L, Zidane F. Study of the
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas electrocoagulation of electroplating industry
Islam Indonesia, Indonesia, 2008. wastewaters charged by nickel (II) and chromium
(VI). J. Mater. Environ. Sci. 2014; 5: 111-120.
13. Wei Y, Ding A dan Dong L. Characterisation and
Coagulation Performance of an Inorganiccoagulant-
Poly-Magnesium-Silicate-Chloride in Treatment of
Simulated Dyeing Wastewater. Colloids and
Surfaces A: Physicochemical and Engineering
Aspects 2015; 470: 137-141.
14. Hartini E dan Yuantari MGC. Pengolahan Air
Limbah Laboratorium dengan Menggunakan
Koagulan Alum Sulfat dan Poly Alum Chloride di
Laboratorium Kesehatan Universitas Dian
Nuswantoro Semarang. Jurnal Dian 2011; 11: 150-
159.
15. Mukimin A. Pengolahan Limbah Industri Berbasis
Logam Dengan Teknologi Elektrokoagulasi Flotasi.
Tesis Magister. Program Magister Ilmu Lingkungan,
Universitas Diponogoro Semarang, Indonesia, 2010.

Anda mungkin juga menyukai