Anda di halaman 1dari 23

50 Tips Pemasangan Infus dalam 1 Tusukan

Kebanyakan keluhan yang diterima perawat dari pasien dan keluarga ketika dirawat di
rumah sakit adalah tidak jalannya infusan atau bengkaknya lokasi pemasangan infus. Pun
dengan keluhan "sakit ketika sedang di infus" karena dilakukan beberapa kali tusukan.

Pernahkah mendapatkan keluhan seperti itu? Jika pernah, maka artikel ini sangat cocok
untuk kamu!

Disini kamu akan mengetahui bagaimana cara pemasangan infus atau insersi IV Cath yang
baik dan benar, yang dapat mengurangi rasa sakit pasien, dan dalam satu tusukan. Dari A
sampai Z, dari tahap persiapan sampai akhir, semuanya akan dibahas. So, here we go!

Daftar Isi
1. Pengantar dan Ikhtisar
2. Mencari Vena Terbaik untuk Insersi
3. Memperjelas Visual Vena
4. Teknik Pemasangan Infus
5. Seni Fiksasi Area Insersi
6. Hal-hal yang Harus Diketahui

1. Pengantar dan Ikhtisar

Terapi intravena merupakan salah satu perawatan yang paling dasar yang diberikan hampir
kepada setiap pasien yang dirawat di rumah sakit. Dan tentunya, keterampilan
pemasangan infus atau insersi IV Cath ini haruslah dikuasai oleh setiap perawat.

Untuk menghindari keluhan ini, dan menghindari rasa sakit yang tidak semestinya
dirasakan oleh pasien, lihatlah beberapa tips keperawatan dibawah ini tentang bagaimana
menjadi seorang Sniper dalam hal pemasangan infus atau insersi IV Cath.

Berikut 50 Tips Pemasangan Infus (Insersi IV Kateter) dalam 1 Tusukan!

1. Tetap tenang dan siapkan segala sesuatunya. Pemasangan infus atau Insersi IV Cath
dalam satu tusukan akan tergantung dari persiapan, keterampilan dan pengalaman yang
dimiliki. Umumnya, karena belum memiliki pengalaman yang banyak, para perawat fresh
graduate gagal melakukan insersi ini. Namun faktanya, persiapan dan ketenanganlah yang
menjadi kunci keberhasilan insersi IV Cath. Sehingga, hilangkan kecemasan, jangan
terburu-buru dan jelaskan prosedur kepada pasien. Pastikan pasien merasa nyaman dan
cukup hangat untuk mencegah vasokontriksi. (Jika memungkinkan, hindari insersi di subuh
hari).

2. Bangun kepercayaan diri. Percaya pada diri sendiri dan yakinkan pasien bahwa kamu
tahu apa yang kamu lakukan. Pasien akan terdorong oleh rasa percaya diri kamu
(hilangnya kecemasan - hilangnya vasokontriksi), dan kamu akan terdorong oleh
kepercayaan pasien.

3. Kaji adanya fobia jarum. Fobia jarum adalah respon dari pemasangan infus
sebelumnya. Gejalanya termasuk takikardia dan hipertensi sebelum insersi. Ketika insersi,
bradikardi dan penurunan tekanan darah akan terjadi dengan tanda gelaja pucat,
diaforesis, dan sinkop. Yakinkan pasien dengan nada menghibur dan mendidik. Jaga jarum
agar terhindar dari pandangan pasien sampai detik terakhir sebelum insersi. Gunakan
anestesi topikal untuk membantu mengelola nyeri dan fobia jarum berulang.

4. Observasi tindakan pengendalian infeksi. Gunakan sarung tangan ketika insersi pada
pasien. Insersi IV Cath merupakan prosedur invasif dan membutuhkan teknik aseptik serta
langkah-langkah pengendalian infeksi yang tepat. Gunakan alcohol swab di area insersi
untuk meminimalkan mikroorganisme dan memvisualisasikan vena agar lebih jelas.

5. Kaji vena yang akan di insersi. Sebelum memasukan jarum ke pembuluh darah, kamu
harus pengkaji terlebih dahulu kondisinya. Pasien dengan hidrasi yang baik akan memiliki
vena yang tegas, jelas, lentur dan "mudah ditemukan". Namun adakalanya pasien yang
harus di terapi intravena adalah pasien-pasien dengan dehidrasi, sehingga ini merupakan
tantangan tersendiri. Tips nomor 6 akan membantu kamu menemukan vena yang tepat.

6. Jangan dilihat, tapi rasakan. Jika kamu tidak dapat melihat vena yang tepat,
percayalah pada jari-jari tangan kamu adalah hal terakhir yang dapat kamu lakukan.
Sebuah tendon mungkin akan terlihat seperti pembuluh darah, namun jari dan perasaan
kamu dapat membedakannya.

7. Tanya pasien. Pasien mungkin akan tahu lebih banyak lokasi-lokasi vena yang tepat
berdasarkan riwayat insersi sebelumnya.

8. Gunakan ukuran IV Cath yang sesuai. Pada pasien dewasa, umumnya ukuran IV Cath
yang dipakai adalah 20 G (warna pink). Namun jangan pernah mengasumsikan bahwa
semua pasien adalah sama. Sehingga lihat dan kaji vena yang akan di insersi sebelum
menentukan ukuran IV Cath yang hendak dipakai. Hal ini dapat menghindarkan pasien dari
rasa sakit akibat ruptur dan tekanan jarum.
9. Pertimbangan penggunaan. Apa jenis infusan yang diperlukan pasien? RL kah? NaCl
kah? Transfusi kah? Atau kemo kah? Lantas berapa cc cairan yang dibutuhkan dalam 24
jam? Berapa tetesan infus yang harus diberikan? Ketahui hal-hal tersebut sebelum
melakukan pemasangan infus atau insersi IV Cath.
10. Lakukan insersi di tangan yang tidak dominan (Jika dan hanya jika
memungkinkan).Jika memungkinkan, lakukan insersi dengan prioritas pertama tangan
yang tidak dominan. Hal ini dilakukan agar pasien masih dapat melakukan fungsi
sederhana dengan menggunakan tangan yang dominan. Namun jika kamu tidak dapat
menemukan vena yang tepat pada tangan yang tidak dominan, carilah di tangan yang
dominan.

Back to Daftar Isi ↑

2. Mencari Vena Terbaik untuk Insersi

11. Mulailah dengan urutan area distal - proksimal. Agar kamu tidak kehilangan area-area
lainnya yang mungkin mempunyai vena yang baik, maka mulailah dari area distal terlebih
dahulu semisal di punggung tangan. Jika tidak ada vena yang baik untuk dilakukan
penusukan, maka naiklah secara proksimal semisal di atas sendi pergelangan tangan. Jika
kamu melakukannya di area proksimal terlebih dahulu (misal di vena cephalic pergelangan
tangan), mungkin kamu tidak akan bisa melakukan penusukan di area distal (vena cephalic
di punggung tangan) karena vena atasnya sudah rusak akibat tusukan yang pertama. (Lihat
gambar dibawah ini).

12. Gunakan Cuff Tensi Darah. Jika pasien mempunyai tekanan darah rendah (bisa
diakibatkan oleh fobia jarum - lihat bagian pertama dari artikel ini), maka agar dilatasi vena
merata lebih baik menggunakan cuff tensi darah sebagai tourniquet. Cuff tensi darah akan
memberikan tekanan yang merata dan dapat disesuaikan ketimbang tourniquet. Teknik ini
juga berguna untuk pasien-pasien lansia dengan vena yang sulit di akses. Caranya? Lihat
no 13!
13. Bagaimana menggunakan Cuff Tensi Darah sebagai Tourniquet? Ketika hendak
menggunakan cuff tensi darah sebagai tourniquet, balikan posisinya sehingga tubing (2
selang karet cuff) berada di posisi atas. Dengan cara ini, kamu akan mendapatkan visual
yang jelas tanpa adanya halangan dan menghindari kontaminasi dari tubing ke area insersi.
Mulailah dengan tekanan yang kecil, lihat apakah vena muncul atau tidak. Jika tidak,
tingkatkan tekanannya. Teknik ini selain memudahkan kamu menemukan vena yang baik,
juga meningkatkan kenyamanan pasien karena tekanan yang lebih lebar yang dihasilkan
oleh cuff.

14. Lakukan tusukan tanpa tourniquet. Jika pasien kamu memiliki vena yang jelas namun
rapuh, lakukan tusukan tanpa menggunakan tourniquet. Tekanan yang dihasilkan oleh
tourniquet mungkin akan menyebabkan tekanan berlebih pada vena yang rapuh sehingga
ketika dilakukan tusukan dengan tourniquet, vena mungkin akan ruptur.

Back to Daftar Isi ↑

3. Memperjelas Visual Vena

15. Manfaatkan gravitasi. Biarkan lengan pasien menjuntai kebawah di sisi tempat tidur jika
tidak ada pembuluh darah yang terlihat. Gravitasi akan memperlambat aliran balik vena dan
akan menyebabkan distensi vena yang akan membuatnya terlihat dan lebih mudah diraba.

16. Gunakan teknik kompres hangat. Terapkan teknik kompres hangat dengan kasa atau
handuk selama beberapa menit sebelum insersi. Suhu yang hangat akan memungkinkan
terjadinya dilatasi vena yang membuatnya akan lebih terlihat.
17. Jangan pernah "menampar vena". Jika kamu pernah melakukannya, maka saya akan
mengatakan bahwa hal tersebut adalah suatu kebiasaan buruk. Teknik ini mungkin akan
sedikit membantu, namun menampar-nampar vena untuk membuatnya lebih terlihat akan
membuat vena berkontraksi karena adanya rangsangan yang menyakitkan yang
diterimanya. So please, jangan membuat prosedur yang sakit menjadi lebih menyakitkan.
Setuju? Jikalau mau, lebih baik gunakan teknik nomor 18 dibawah ini!

18. Berikan tekanan pada vena dengan ibu jari atau jari telunjuk. Daripada menampar-
nampar vena, lebih baik gunakan kedua ibu jari untuk menekan-nekan vena yang "masih
belum terlihat". Hal ini akan melepaskan histamin dibawah kulit sehingga menyebabkan
pembuluh darah berdilatasi. Tidak percaya? Silahkan coba sendiri.

19. Rasakan goyangan "khas" dari vena. Gunakanlah touniquet atau cuff tensi darah sekitar
4 jari diatas area yang akan di insersi. Raba lembut vena dengan melakukan tekanan
lembut dari atas ke bawah. Rasakan jalurnya, rasakan goyangannya ketika di tekan-tekan
lembut. Goyangan tendon dan vena ketika diberi tekanan sama sekali berbeda lho!

20. Instruksikan pasien untuk mengepalkan tangannya. Instruksikan pasien untuk melakukan
gerakan kepal dan buka jari-jari tangan. Kepalkan 1 detik, buka di detik ke 2 dan begitu
seterusnya. Hal ini berguna untuk mempercepat pengisian darah di pembuluh darah vena.
Vena dengan aliran lancar dan adequat akan lebih terlihat dan lebih mudah dilakukan
penusukan lho!

21. Masih susah? Coba teknik 2 tourniquet berikut ini. Pasangkan tourniquet pertama di
bagian atas lengan dan biarkan selama 2 menit. Lalu pasangkan tourniquet kedua di
pertengahan lengan dibawah fossa antecubital. Maka dalam 15 detik vena yang diharapkan
akan muncul.

22. Jangan memaksakan diri, gunakan nitrogliserin! Untuk melebarkan pembuluh darah
yang kecil dan rapuh, gunakan nitrogliserin salep selama 1-2 menit. Jika vena sudah terlihat
dan berdilatasi, hapus salep dengan menggunakan disinfeksi terakhir pada area insersi
dengan alcohol swab.

23. Ikuti arus aliran darah. Ketika melakukan disinfeksi area insersi, ikuti arus aliran darah
vena. Hal ini membantu mempercepat dan memperlancar aliran darah vena.

24. Perlebar disinfeksi area insersi. Pastikan untuk melakukan insersi pada vena yang tepat.
Oleh karenanya, memperlebar area disinfeksi memungkinkan munculnya beberapa vena
yang mungkin dapat dilakukan insersi sehingga kamu mempunyai beberapa pilihan.

25. Masih belum terlihat? Gunakan Vein Locator. Vena bisa sangat sulit untuk diakses,
terutama pada bayi atau anak-anak kecil. Peralatan seperti lampu transilluminator atau
mesin ultrasound saku dapat menerangi jalur vena sehingga kamu dapat melihat jalur vena
dimana kamu harus melakuka insersi. Namun, berhati-hatilah, jangan terlalu lama karena
dapat menyebabkan skin burn terutama pada bayi dan anak-anak.
Back to Daftar Isi ↑

4. Teknik Pemasangan Infus / Insersi IV Catheter

26. Stabilkan posisi vena. Sebelum pemasangan infus atau insersi, pastikan vena dalam
keadaan stabil supaya dapat dengan mudah dilakukan tusukan. Tarik kulit dengan kencang
kearah bawah area yang hendak di insersi. Hal ini selain akan memudahkan ketika insersi,
juga akan mengurangi rasa sakit yang akan dirasakan oleh pasien. Pastikan bahwa alcohol
swab telah mengering sebelum melakukan insersi karena jika insersi dilakukan ketika
alcohol masih basah, hal tersebut akan lebih menyakitkan bagi pasien. Bagaimana rasanya
ketika ada luka kita beri alcohol? Itulah yang akan dirasakan pasien. Ingat, fungsi alcohol
disini hanyalah untuk mensterilkan area insersi, bukan untuk mensterilkan luka insersi.

27. Masukan IV Cath dari atas vena. Jangan pernah melakukan tusukan dari samping vena,
karena dapat mendorong jarum ke samping dan mungkin dapat melukai tangan kamu.
Selalu lakukan insersi dari atas vena, hal tersebut membuat jarum dapat dengan mudah
mengikuti lajur pembuluh darah.

28. Cegah terjadinya kinking. Terkadang, jika vena mengeras atau adanya bekas luka, IV
Cath jadi terlipat atau tertekuk (kinking). Kinking biasanya terjadi pada pasien-pasien
dengan kemoterapi karena pengerasan vena, pada pasien-pasien dengan varises karena
vena yang jadi berkelok-kelok, pada pasien-pasien dengan gangguan jantung karena
adanya pengendapan kolesterol dan lain sebagainya. Gunakan teknik nomor 29 untuk
mencegah hal ini.

29. Gunakan teknik Catheter Hub Twirling. Teknik ini dilakukan dengan cara : setelah
melakukan tusukan dan darah terlihat di flashback chamber, masukan IV Cath dengan
gerakan memutar searah jarum jam dengan perlahan. Hal ini membantu jarum plastik IV
Cath meluncur memutar di dalam pembuluh darah mencari lubang kosong untuk masuk
tanpa menerobos dinding vena atau endapan (jika ada).

30. Bevel up. Pastikan bevel jarum menghadap keatas sebelum insersi. Karena dengan begitu,
bagian paling tajam dari jarum akan mengenai kulit dan mengurangi rasa sakit. Selain itu,
dengan memposisikan bevel jarum kearah atas, akan lebih memudahkan jarum untuk
meluncur menembus kulit dan pembuluh darah vena.

31. Tusukan jarum pada sudut 15-30 derajat terhadap kulit. Posisikan ibu jari diatas IV Cath,
dan jari telunjuk berada dibawah tepat diantara kulit dan IV Cath. Posisi tersebut setara
dengan 15-30 derajat. Informasikan pada pasien bahwa kamu akan memulai penusukan
dan instruksikan pasien untuk menarik nafas dan tidak menggerakan tangannya.
32. Rasakan adanya resistensi. Ketika kamu hendak memasukan jarum, rasakan adanya
resistensi (perlawan) dari tangan pasien sebagai akibat dari rasa sakit yang diterimanya.
Jika tidak ada resistensi yang dirasakan, masukan jarum dengan perlahan dan hati-hati.
Jika ada resistensi, hentikan penyisipan jarum karena jika kamu meneruskannya, hal
tersebut mungkin akan menerobos dinding vena dan melukainya.

33. Perhatikan Flashback Chamber. Sesaat setelah kamu melihat ada aliran darah balik di
flashback chamber, lepaskan tourniquet, tarik sedikit flashback chamber dari kateter hub
dan mulai masukan kateter secara perlahan. Rasakan poin 28 dan poin 32. Jika tidak ada
yang terasa, lanjutkan insersi sampai keseluruhan jarum plastik masuk. Hubungkan kateter
hub dengan intrafix primeline.

34. Rasakan kapan kamu harus berhenti. Rasakan dan amati kapan kamu harus berhenti
memasukan kateter. Latih feeling kamu untuk merasakan poin nomor 28 dan poin 32,
ketika kamu melihat darah di flashback chamber, berhenti sejenak, dan turunkan sudut
insersi, tarik sedikit flashback chamber dari kateter hub agar jarum tidak menerobos dinding
bawah vena.

35. Jangan biarkan cairan IV terlalu cepat menetes. Setelah melakukan fiksasi kateter,
sesegera mungkin atur tetesan infus. Jangan biarkan cairan menetes terlalu cepat karena
vena mungkin akan shock dengan adanya aliran yang terlalu cepat dari kateter.

36. Teknik pelepasan tourniquet. Segera setelah kamu dapat memastikan bahwa kateter
telah masuk kedalam vena (ditandai dengan adanya aliran darah balik dari flashback
chamber), lepakan tourniquet terlebih dahulu sebelum mulai memasukan kateter lebih jauh.
Hal ini untuk mencegah adanya tekanan berlebih didalam vena (Pertama tekanan dari
tourniquet, kedua tekanan dari insersi). Jika dibiarkan, vena mungkin akan rusak (bengkak
lalu kemudian ruptur).

Back to Daftar Isi ↑

5. Seni Fiksasi Area Insersi

37. Hindari fiksasi yang kurang tepat. Jangan pernah membuat fiksasi dengan cara
mendekatkan selang intrafix (selang infus) dengan catheter hub. Sebaiknya, berikan jarak
sekitar 2 jari antara selang intrafix yang dilekukan dengan catheter hub. Hal ini untuk
mengurangi ketegangan pada IV Cath sehingga pasien akan merasa lebih nyaman. Pasien
mengeluh nyeri area pemasangan infus saat cairan infus diberikan? Mungkin ini
penyebabnya.
38. Pasien ambulasi. Untuk mengamankan pasien ketika dilakukan ambulasi (membawa
pasien dengan ambulance), kunci lengan pasien dalam keadaan ekstensi dan cegah
terjadinya fleksi sendi sikut. Gunakan bantalan untuk mencegah fleksi sikut (jika
memungkinkan).

39. Jangan biarkan selang infusan menjunatai terlalu panjang. Lakukan fiksasi selang intrafix
(selang infus) searah dengan arah insersi. Jangan pernah membiarkan selang menjuntai
panjang tanpa di fiksasi. Jika terkait sesuatu, mungkin saja IV Cath tertarik kembali keluar.

40. Fiksasi ujung jarum plastik yang masuk di vena. Terutama jika kamu melakukan insersi di
punggung tangan. Tipisnya kulit dipunggung tangan mungkin akan menyebabkan rasa sakit
bagi pasien karena ujung jarum plastik (terutama jika pasien sering menggerak-gerakan
jari-jarinya).

41. Gunakan IV Dressing yang transparan. Jika ada, gunakan IV Dressing yang transparan
karena dengan begitu, kamu akan tahu jika suatu waktu area insersi terkena infeksi. Jika
tidak ada yang transparan, maka kamu harus mengganti IV Dressing tersebut minimal 3
hari sekali untuk meminimalisir terjadinya infeksi. Atau, pelajari teknik Chevron Method
dibawah ini!

42. Teknik fiksasi. Lihat gambar dibawah ini ;


Chevron Method
Omega Loop
Modified Tri-State
Multi Lumen Fixation
Tape and Gauze Fixation

Sebenarnya masih banyak lagi teknik-teknik fiksasi seperti teknik H, teknik U dan lain
sebagainya. Namun ketiga teknik diatas adalah teknik yang sering digunakan. Punya teknik
lainnya? Yuk sharing di kolom komentar dibawah.

Back to Daftar Isi ↑

6. Hal-hal yang Harus Diketahui

INGAT : Tidak semua pembuluh darah sama, setiap orang yang berbeda dengan kondisi
yang berbeda pasti memiliki vena yang berbeda, jadi di sinilah kamu harus mengetahui
beberapa pertimbangan khusus mengenai terapi intravena yang perlu dan harus kamu
perhatikan.
43. Pasien geriatrik dan pasien pediatrik. Kedua pasien tersebut mempunyai pembuluh
darah yang lebih kecil dan rapuh daripada pasien dewasa normal. Sehingga pertimbangkan
untuk menggunakan ukuran IV Cath yang kecil (semakin besar nomor IV Cath, semakin
kecil ukurannya) disesuaikan dengan kondisi vena dan cairan yang hendak diberikan.
Biasanya menggunakan IV Cath ukuran 22 atau 24. Lihat kembali bagian Pengantar dan
Ikhtisar dari artikel ini.

Rekomendasi Saya : 12 Tips Sukses Pemasangan Infus pada Bayi dan Anak-Anak dengan
Teknik Rolling Ball

44. Pasien dengan kulit gelap. Kamu dapat menggunakan manset (cuff) tekanan darah
sebagai tourniquet ketika hendak melakukan pemasangan infus atau insersi IV Cath pada
pasien dengan kulit gelap. Tekanan merata yang dihasilkan manset akan membuat distensi
vena yang merata sehingga vena akan lebih jelas terlihat. Masih kurang jelas? Tenang, kan
ada alcohol swab.

45. Vena dengan katup, gunakan teknik ini. Pernah lihat benjolan-benjolan kecil pada vena?
Walaupun kecil, benjolan (katup) ini akan menghalangi dan mempersulit insersi. Jika masih
ada vena yang bersih tanpa benjolan, gunakan vena tersebut. Namun jika semua vena
mempunyai benjolan? Caranya : Segera setelah darah terlihat di flashback chamber, lepas
tourniquet untuk meminimalisir tekanan vena, masukan intrafix ke catheter hub, dan
masukan catheter dengan loading cairan normal saline untuk mengembangkan katup vena.
Selain menggunakan inrafix, kamu juga dapat menggunakan spuit 3 cc untuk memasukan
normal saline agar katup mengembang.

Catatan : Hanya gunakan teknik nomor 45 JIKA DAN HANYA JIKA tidak ada lagi vena yang
bisa di insersi selain vena dengan katup.

46. Pelajari seni distraksi. Meniup balon, bernyanyi atau menghitung bisa menjadi
pengalihan perhatian yang baik ketika melakukan insersi pada pasien-pasien dengan
pediatrik. Jangan lupa pula, libatkan keluarga sebagai support system distraction
technique.

47. Panggil bantuan. Jangan memaksakan diri. Setelah gagal beberapa kali memasukan IV
Cath, akan lebih baik untuk meminta bantuan kepada rekan sejawat lain yang lebih
berpengalaman. Jangan pernah "menghabiskan" semua area insersi, panggil rekan sejawat
jika telah 2 kali gagal.

48. Pasien dengan edema. Biasanya pasien-pasien dengan hipoalbumin, CHF, sirosis dan
lain sebagainya akan memiliki edema. Bagaimana jadinya jika edema terjadi di kedua
tangan dan kamu kesulitan untuk pemasangan infus atau insersi IV Cath? Jika ada,
gunakan ACE Wrap (pembalut tangan elastis) atau jika tidak ada bisa menggunakan kasa
panjang. Balut tangan pasien yang hendak di insersi dan tinggikan selama 15-30 menit
sampai bengkak berkurang. Perhatikan ini : Ketika insersi, jangan memasukan kanula
seluruhnya, hanya masukan 8/10 bagian kanula. Ini untuk menjaga agar ketika edema
terjadi lagi, jaringan mempunyai sedikit ruang (2 bagian kanula) untuk bisa mengembang
dan kanula tidak terdorong oleh edema.

49. Jika infusan macet dan tangan pasien bengkak. Jangan pernah memasukan cairan
apapun ketika tangan pasien bengkak dan infusan macet. Karena mungkin bengkak terjadi
karena adanya blood clot atau sumbatan darah. Jika kamu mendorongnya dengan cairan,
sumbatan darah tersebut mungkin akan hancur atau justru mengalir lebih dalam dan
menyumbat di vena yang lebih kecil. Ini yang berbahaya. Sehingga, lakukan pijatan lembut
disepanjang vena, lalu lakukan kompres hangat. Jika tangan tidak membaik, cabut kanula
dan pindahkan insersi di tangan yang lain.
50. Jika ke 49 tips telah dilakukan dan kamu masih gagal? Mungkin kamu kurang percaya
diri. Jangan pernah melakukan insersi jika kamu tidak yakin bahwa kamu dapat
melakukannya. Walaupun untuk kali yang pertama, bangun dulu kepercayaan diri kamu.
Yakinkan bahwa kamu pasti bisa. Ya, kamu pasti bisa!

Nah itulah 50 Tips Pemasangan Infus (Insersi IV Kateter) dalam 1 Tusukan. Jika ada hal
yang kurang dimengerti, ada hal yang harus dikoreksi, silahkan sampaikan melalui kolom
komentar dibawah ini.

Anda mungkin juga menyukai