Anda di halaman 1dari 21

0 Tips Cara Pemasangan Infus dalam 1

Kali Tusukan
Pelajari 50 tips pemasangan infus dijamin berhasil dalam 1 kali tusukan, tanpa bengkak atau
ruptur.

19 min read August 17, 2017

Kebanyakan keluhan yang diterima perawat dari pasien dan keluarga ketika dirawat di rumah
sakit adalah tidak jalannya infusan atau bengkaknya lokasi pemasangan infus. Pun dengan
keluhan “sakit ketika sedang di infus” karena dilakukan beberapa kali tusukan.

Pernahkah mendapatkan keluhan seperti itu? Jika pernah, maka artikel ini sangat cocok untuk
kamu!

Disini kamu akan mengetahui bagaimana cara pemasangan infus atau insersi IV Cath yang
baik dan benar, yang dapat mengurangi rasa sakit pasien, dan dalam satu tusukan. Dari A
sampai Z, dari tahap persiapan sampai akhir, semuanya akan dibahas.

So, here we go!

Tahap 1 : Persiapan
Terapi intravena merupakan salah satu perawatan yang paling dasar yang diberikan hampir
kepada setiap pasien yang dirawat di rumah sakit. Dan tentunya, keterampilan pemasangan
infus atau insersi IV Cath ini haruslah dikuasai oleh setiap perawat.

Untuk menghindari keluhan ini, dan menghindari rasa sakit yang tidak semestinya dirasakan
oleh pasien, lihatlah beberapa tips pemasangan infus dibawah ini tentang bagaimana menjadi
seorang Sniper dalam hal pemasangan infus atau insersi IV Cath.

50 Tips Cara Pemasangan Infus (Insersi IV Kateter)


dalam 1 Kali Tusukan
1. Tetap tenang dan siapkan segala sesuatunya

Pemasangan infus atau Insersi IV Cath dalam satu tusukan akan tergantung dari persiapan,
keterampilan dan pengalaman yang dimiliki. Umumnya, karena belum memiliki pengalaman
yang banyak, para perawat fresh graduate gagal melakukan insersi ini.

Namun faktanya, persiapan dan ketenanganlah yang menjadi kunci keberhasilan insersi IV
Cath. Sehingga, hilangkan kecemasan, jangan terburu-buru dan jelaskan prosedur kepada
pasien. Pastikan pasien merasa nyaman dan cukup hangat untuk mencegah vasokontriksi.
(Jika memungkinkan, hindari insersi di subuh hari).

2. Bangun kepercayaan diri

Percaya pada diri sendiri dan yakinkan pasien bahwa kamu tahu apa yang kamu lakukan.
Pasien akan terdorong oleh rasa percaya diri kamu (hilangnya kecemasan, maka hilangnya
vasokontriksi), dan kamu akan terdorong oleh kepercayaan pasien.

3. Kaji adanya fobia jarum


Fobia jarum adalah respon dari pemasangan infus sebelumnya. Gejalanya termasuk
takikardia dan hipertensi sebelum insersi. Ketika insersi, bradikardi dan penurunan tekanan
darah akan terjadi dengan tanda gelaja pucat, diaforesis, dan sinkop.

Yakinkan pasien dengan nada menghibur dan mendidik. Jaga jarum agar terhindar dari
pandangan pasien sampai detik terakhir sebelum insersi. Gunakan anestesi topikal untuk
membantu mengelola nyeri dan fobia jarum berulang.

4. Observasi tindakan pengendalian infeksi

Gunakan sarung tangan ketika insersi pada pasien. Insersi IV Cath merupakan prosedur
invasif dan membutuhkan teknik aseptik serta langkah-langkah pengendalian infeksi yang
tepat. Gunakan alcohol swab di area insersi untuk meminimalkan mikroorganisme dan
memvisualisasikan vena agar lebih jelas.

5. Kaji vena yang akan di insersi

Sebelum memasukan jarum ke pembuluh darah, kamu harus mengkaji terlebih dahulu
kondisinya. Pasien dengan hidrasi yang baik akan memiliki vena yang tegas, jelas, lentur dan
“mudah ditemukan”.

Namun adakalanya pasien yang harus di terapi intravena adalah pasien-pasien dengan
dehidrasi, sehingga ini merupakan tantangan tersendiri. Tips nomor 6 akan membantu kamu
menemukan vena yang tepat.

6. Jangan dilihat, tapi rasakan

Jika kamu tidak dapat melihat vena yang tepat, percayalah pada jari-jari tangan kamu adalah
hal terakhir yang dapat kamu lakukan. Sebuah tendon mungkin akan terlihat seperti
pembuluh darah, namun jari dan perasaan kamu dapat membedakannya.

7. Tanya pasien

Pasien mungkin akan tahu lebih banyak lokasi-lokasi vena yang tepat berdasarkan riwayat
insersi sebelumnya.

8. Gunakan ukuran IV Cath yang sesuai

Pada pasien dewasa, umumnya ukuran IV Cath yang dipakai adalah 20 G (warna pink).
Namun jangan pernah mengasumsikan bahwa semua pasien adalah sama. Sehingga lihat dan
kaji vena yang akan di insersi sebelum menentukan ukuran IV Cath yang hendak dipakai. Hal
ini dapat menghindarkan pasien dari rasa sakit akibat ruptur dan tekanan jarum.
9. Pertimbangan penggunaan

Apa jenis infusan yang diperlukan pasien? RL kah? NaCl kah? Transfusi kah? Atau kemo
kah? Lantas berapa cc cairan yang dibutuhkan dalam 24 jam? Berapa tetesan infus yang harus
diberikan? Ketahui hal-hal tersebut sebelum melakukan pemasangan infus atau insersi IV
Cath.
10. Lakukan insersi di tangan yang tidak dominan (Jika dan hanya jika
memungkinkan)

Jika memungkinkan, lakukan insersi dengan prioritas pertama tangan yang tidak dominan.
Hal ini dilakukan agar pasien masih dapat melakukan fungsi sederhana dengan menggunakan
tangan yang dominan. Namun jika kamu tidak dapat menemukan vena yang tepat pada
tangan yang tidak dominan, carilah di tangan yang dominan.

Tahap 2 : Mencari Vena Terbaik untuk Insersi


11. Mulailah dengan urutan area distal – proksimal

Agar kamu tidak kehilangan area-area lainnya yang mungkin mempunyai vena yang baik,
maka mulailah dari area distal terlebih dahulu semisal di punggung tangan. Jika tidak ada
vena yang baik untuk dilakukan penusukan, maka naiklah secara proksimal semisal di atas
sendi pergelangan tangan.

Jika kamu melakukannya di area proksimal terlebih dahulu (misal di vena cephalic
pergelangan tangan), mungkin kamu tidak akan bisa melakukan penusukan di area distal
(vena cephalic di punggung tangan) karena vena atasnya sudah rusak akibat tusukan yang
pertama. (Lihat gambar dibawah ini).
12. Gunakan Cuff  Tensi Darah

Jika pasien mempunyai tekanan darah rendah (bisa diakibatkan oleh fobia jarum – lihat
bagian pertama dari artikel ini), maka agar dilatasi vena merata lebih baik menggunakan cuff
tensi darah sebagai tourniquet. Cuff tensi darah akan memberikan tekanan yang merata dan
dapat disesuaikan ketimbang tourniquet. Teknik ini juga berguna untuk pasien-pasien lansia
dengan vena yang sulit di akses. Caranya? Lihat no 13!

13. Cara menggunakan Cuff Tensi Darah sebagai Tourniquet

Ketika hendak menggunakan cuff tensi darah sebagai tourniquet, balikan posisinya sehingga
tubing (2 selang karet cuff) berada di posisi atas. Dengan cara ini, kamu akan mendapatkan
visual yang jelas tanpa adanya halangan dan menghindari kontaminasi dari tubing ke area
insersi.

Mulailah dengan tekanan yang kecil, lihat apakah vena muncul atau tidak. Jika tidak,
tingkatkan tekanannya. Teknik ini selain memudahkan kamu menemukan vena yang baik,
juga meningkatkan kenyamanan pasien karena tekanan yang lebih lebar yang dihasilkan oleh
cuff.

14. Lakukan tusukan tanpa tourniquet

Jika pasien kamu memiliki vena yang jelas namun rapuh, lakukan tusukan tanpa
menggunakan tourniquet. Tekanan yang dihasilkan oleh tourniquet mungkin akan
menyebabkan tekanan berlebih pada vena yang rapuh sehingga ketika dilakukan tusukan
dengan tourniquet, vena mungkin akan ruptur.

Tahap 3 : Memperjelas Visual Vena


15. Manfaatkan gravitasi

Biarkan lengan pasien menjuntai kebawah di sisi tempat tidur jika tidak ada pembuluh darah
yang terlihat. Gravitasi akan memperlambat aliran balik vena dan akan menyebabkan distensi
vena yang akan membuatnya terlihat dan lebih mudah diraba.

16. Gunakan teknik kompres hangat

Terapkan teknik kompres hangat dengan kasa atau handuk selama beberapa menit sebelum
insersi. Suhu yang hangat akan memungkinkan terjadinya dilatasi vena yang membuatnya
akan lebih terlihat.

17. Jangan pernah “menampar vena”

Jika kamu pernah melakukannya, maka saya akan mengatakan bahwa hal tersebut adalah
suatu kebiasaan buruk. Teknik ini mungkin akan sedikit membantu, namun menampar-
nampar vena untuk membuatnya lebih terlihat akan membuat vena berkontraksi karena
adanya rangsangan yang menyakitkan yang diterimanya.
So please, jangan membuat prosedur yang sakit menjadi lebih menyakitkan. Setuju? Jikalau
mau, lebih baik gunakan teknik nomor 18 dibawah ini!

18. Berikan tekanan pada vena dengan ibu jari atau jari telunjuk

Daripada menampar-nampar vena, lebih baik gunakan kedua ibu jari untuk menekan-nekan
vena yang “masih belum terlihat”. Hal ini akan melepaskan histamin dibawah kulit sehingga
menyebabkan pembuluh darah berdilatasi. Tidak percaya? Silahkan coba sendiri.

19. Rasakan goyangan “khas” dari vena

Gunakanlah touniquet atau cuff tensi darah sekitar 4 jari diatas area yang akan di insersi.
Raba lembut vena dengan melakukan tekanan lembut dari atas ke bawah. Rasakan jalurnya,
rasakan goyangannya ketika di tekan-tekan lembut. Goyangan tendon dan vena ketika diberi
tekanan sama sekali berbeda lho!

20. Instruksikan pasien untuk mengepalkan tangannya

Instruksikan pasien untuk melakukan gerakan kepal dan buka jari-jari tangan. Kepalkan 1
detik, buka di detik ke 2 dan begitu seterusnya. Hal ini berguna untuk mempercepat pengisian
darah di pembuluh darah vena.

Vena dengan aliran lancar dan adequat akan lebih terlihat dan lebih mudah dilakukan
penusukan lho!

21. Masih susah? Coba teknik 2 tourniquet berikut ini

Pasangkan tourniquet pertama di bagian atas lengan dan biarkan selama 2 menit. Lalu
pasangkan tourniquet kedua di pertengahan lengan dibawah fossa antecubital. Maka dalam 15
detik vena yang diharapkan akan muncul.

22. Jangan memaksakan diri, gunakan nitrogliserin!

Untuk melebarkan pembuluh darah yang kecil dan rapuh, gunakan nitrogliserin salep selama
1-2 menit. Jika vena sudah terlihat dan berdilatasi, hapus salep dengan menggunakan
disinfeksi terakhir pada area insersi dengan alcohol swab.

23. Ikuti arus aliran darah

Ketika melakukan disinfeksi area insersi, ikuti arus aliran darah vena. Hal ini membantu
mempercepat dan memperlancar aliran darah vena.

24. Perlebar disinfeksi area insersi

Pastikan untuk melakukan insersi pada vena yang tepat. Oleh karenanya, memperlebar area
disinfeksi memungkinkan munculnya beberapa vena yang mungkin dapat dilakukan insersi
sehingga kamu mempunyai beberapa pilihan.

25. Masih belum terlihat? Gunakan Vein Locator


Vena bisa sangat sulit untuk diakses, terutama pada bayi atau anak-anak kecil. Peralatan
seperti lampu transilluminator atau mesin ultrasound saku dapat menerangi jalur vena
sehingga kamu dapat melihat jalur vena dimana kamu harus melakukan insersi.

Namun, berhati-hatilah, jangan terlalu lama karena dapat menyebabkan skin burn terutama
pada bayi dan anak-anak.

Tahap 4 : Teknik Pemasangan Infus


26. Stabilkan posisi vena

Sebelum pemasangan infus atau insersi, pastikan vena dalam keadaan stabil supaya dapat
dengan mudah dilakukan tusukan. Tarik kulit dengan kencang kearah bawah area yang
hendak di insersi. Hal ini selain akan memudahkan ketika insersi, juga akan mengurangi rasa
sakit yang akan dirasakan oleh pasien.

Pastikan bahwa alcohol swab telah mengering sebelum melakukan insersi karena jika insersi
dilakukan ketika alcohol masih basah, hal tersebut akan lebih menyakitkan bagi pasien.

Bagaimana rasanya ketika ada luka kita beri alcohol? Itulah yang akan dirasakan pasien.
Ingat, fungsi alcohol disini hanyalah untuk mensterilkan area insersi, bukan untuk
mensterilkan luka insersi.
27. Masukan IV Cath dari atas vena

Jangan pernah melakukan tusukan dari samping vena, karena dapat mendorong jarum ke
samping dan mungkin dapat melukai tangan kamu. Selalu lakukan insersi dari atas vena, hal
tersebut membuat jarum dapat dengan mudah mengikuti lajur pembuluh darah.

28. Cegah terjadinya kinking

Terkadang, jika vena mengeras atau adanya bekas luka, IV Cath jadi terlipat atau tertekuk
(kinking). Kinking biasanya terjadi pada pasien-pasien dengan kemoterapi karena pengerasan
vena, pada pasien-pasien dengan varises karena vena yang jadi berkelok-kelok, pada pasien-
pasien dengan gangguan jantung karena adanya pengendapan kolesterol dan lain sebagainya.

Gunakan teknik nomor 29 untuk mencegah hal ini.

29. Gunakan teknik Catheter Hub Twirling

Teknik ini dilakukan dengan cara : setelah melakukan tusukan dan darah terlihat di flashback
chamber, masukan IV Cath dengan gerakan memutar searah jarum jam dengan perlahan. Hal
ini membantu jarum plastik IV Cath meluncur memutar di dalam pembuluh darah mencari
lubang kosong untuk masuk tanpa menerobos dinding vena atau endapan (jika ada).

30. Bevel up. Pastikan bevel jarum menghadap keatas sebelum insersi

Karena dengan begitu, bagian paling tajam dari jarum akan mengenai kulit dan mengurangi
rasa sakit. Selain itu, dengan memposisikan bevel jarum kearah atas, akan lebih memudahkan
jarum untuk meluncur menembus kulit dan pembuluh darah vena.

31. Tusukan jarum pada sudut 15-30 derajat terhadap kulit

Posisikan ibu jari diatas IV Cath, dan jari telunjuk berada dibawah tepat diantara kulit dan IV
Cath. Posisi tersebut setara dengan 15-30 derajat. Informasikan pada pasien bahwa kamu
akan memulai penusukan dan instruksikan pasien untuk menarik nafas dan tidak
menggerakan tangannya.
32. Rasakan adanya resistensi

Ketika kamu hendak memasukan jarum, rasakan adanya resistensi (perlawan) dari tangan
pasien sebagai akibat dari rasa sakit yang diterimanya. Jika tidak ada resistensi yang
dirasakan, masukan jarum dengan perlahan dan hati-hati. Jika ada resistensi, hentikan
penyisipan jarum karena jika kamu meneruskannya, hal tersebut mungkin akan menerobos
dinding vena dan melukainya.

33. Perhatikan Flashback Chamber

Sesaat setelah kamu melihat ada aliran darah balik di flashback chamber, lepaskan tourniquet,
tarik sedikit flashback chamber dari kateter hub dan mulai masukan kateter secara perlahan.
Rasakan poin 28 dan poin 32. Jika tidak ada yang terasa, lanjutkan insersi sampai
keseluruhan jarum plastik masuk. Hubungkan kateter hub dengan intrafix primeline.
34. Rasakan kapan kamu harus berhenti

Rasakan dan amati kapan kamu harus berhenti memasukan kateter. Latih feeling kamu untuk
merasakan poin nomor 28 dan poin 32, ketika kamu melihat darah di flashback chamber,
berhenti sejenak, dan turunkan sudut insersi, tarik sedikit flashback chamber dari kateter hub
agar jarum tidak menerobos dinding bawah vena.

35. Jangan biarkan cairan IV terlalu cepat menetes

Setelah melakukan fiksasi kateter, sesegera mungkin atur tetesan infus. Jangan biarkan cairan
menetes terlalu cepat karena vena mungkin akan shock dengan adanya aliran yang terlalu
cepat dari kateter.

36. Teknik pelepasan tourniquet

Segera setelah kamu dapat memastikan bahwa kateter telah masuk kedalam vena (ditandai
dengan adanya aliran darah balik dari flashback chamber), lepakan tourniquet terlebih dahulu
sebelum mulai memasukan kateter lebih jauh.

Hal ini untuk mencegah adanya tekanan berlebih didalam vena (Pertama tekanan dari
tourniquet, kedua tekanan dari insersi). Jika dibiarkan, vena mungkin akan rusak (bengkak
lalu kemudian ruptur).
Tahap 5 : Seni Fiksasi Area Insersi
37. Hindari fiksasi yang kurang tepat

Jangan pernah membuat fiksasi dengan cara mendekatkan selang intrafix (selang infus)
dengan catheter hub. Sebaiknya, berikan jarak sekitar 2 jari antara selang intrafix yang
dilekukan dengan catheter hub.

Hal ini untuk mengurangi ketegangan pada IV Cath sehingga pasien akan merasa lebih
nyaman.

Pasien mengeluh nyeri area pemasangan infus saat cairan infus diberikan? Mungkin ini
penyebabnya.

38. Pasien ambulasi

Untuk mengamankan pasien ketika dilakukan ambulasi (membawa pasien dengan


ambulance), kunci lengan pasien dalam keadaan ekstensi dan cegah terjadinya fleksi sendi
sikut. Gunakan bantalan untuk mencegah fleksi sikut (jika memungkinkan).

39. Jangan biarkan selang infusan menjunatai terlalu panjang


Lakukan fiksasi selang intrafix (selang infus) searah dengan arah insersi. Jangan pernah
membiarkan selang menjuntai panjang tanpa di fiksasi. Jika terkait sesuatu, mungkin saja IV
Cath tertarik kembali keluar.

40. Fiksasi ujung jarum plastik yang masuk di vena

Terutama jika kamu melakukan insersi di punggung tangan. Tipisnya kulit dipunggung
tangan mungkin akan menyebabkan rasa sakit bagi pasien karena ujung jarum plastik
(terutama jika pasien sering menggerak-gerakan jari-jarinya).

41. Gunakan IV Dressing yang transparan

Jika ada, gunakan IV Dressing yang transparan karena dengan begitu, kamu akan tahu jika
suatu waktu area insersi terkena infeksi. Jika tidak ada yang transparan, maka kamu harus
mengganti IV Dressing tersebut minimal 3 hari sekali untuk meminimalisir terjadinya infeksi.

Atau, pelajari teknik Chevron Method dibawah ini!

42. Teknik fiksasi

Lihat gambar dibawah ini ;

Chevron Method
Omega Loop

Modified Tri-State
Multi Lumen Fixation

Tape and Gauze Fixation

Sebenarnya masih banyak lagi teknik-teknik fiksasi seperti teknik H, teknik U dan lain
sebagainya. Namun ketiga teknik diatas adalah teknik yang sering digunakan. Punya teknik
lainnya? Yuk sharing di kolom komentar dibawah.
Hal-hal yang Harus Diketahui
INGAT : Tidak semua pembuluh darah sama, setiap orang yang berbeda dengan kondisi
yang berbeda pasti memiliki  vena yang berbeda, jadi di sinilah kamu harus mengetahui
beberapa pertimbangan khusus mengenai terapi intravena yang perlu dan harus kamu
perhatikan.

43. Pasien geriatrik dan pasien pediatrik

Kedua pasien tersebut mempunyai pembuluh darah yang lebih kecil dan rapuh daripada
pasien dewasa normal. Sehingga pertimbangkan untuk menggunakan ukuran IV Cath yang
kecil (semakin besar nomor IV Cath, semakin kecil ukurannya) disesuaikan dengan kondisi
vena dan cairan yang hendak diberikan. Biasanya menggunakan IV Cath ukuran 22 atau 24.
Lihat kembali bagian Pengantar dan Ikhtisar dari artikel ini.

44. Pasien dengan kulit gelap

Kamu dapat menggunakan manset (cuff) tekanan darah sebagai tourniquet ketika hendak
melakukan pemasangan infus atau insersi IV Cath pada pasien dengan kulit gelap. Tekanan
merata yang dihasilkan manset akan membuat distensi vena yang merata sehingga vena akan
lebih jelas terlihat. Masih kurang jelas? Tenang, kan ada alcohol swab.

45. Vena dengan katup, gunakan teknik ini

Pernah lihat benjolan-benjolan kecil pada vena? Walaupun kecil, benjolan (katup) ini akan
menghalangi dan mempersulit insersi. Jika masih ada vena yang bersih tanpa benjolan,
gunakan vena tersebut.

Namun jika semua vena mempunyai benjolan?

Caranya : Segera setelah darah terlihat di flashback chamber, lepas tourniquet untuk
meminimalisir tekanan vena, masukan intrafix ke catheter hub, dan masukan catheter dengan
loading cairan normal saline untuk mengembangkan katup vena. Selain menggunakan inrafix,
kamu juga dapat menggunakan spuit 3 cc untuk memasukan normal saline agar katup
mengembang.

Hanya gunakan teknik nomor 45 JIKA DAN HANYA JIKA tidak ada lagi vena yang bisa di
insersi selain vena dengan katup.

46. Pelajari seni distraksi

Meniup balon, bernyanyi atau menghitung bisa menjadi pengalihan perhatian yang baik
ketika melakukan insersi pada pasien-pasien dengan pediatrik. Jangan lupa pula, libatkan
keluarga sebagai support system distraction technique.

47. Panggil bantuan


Jangan memaksakan diri. Setelah gagal beberapa kali memasukan IV Cath, akan lebih baik
untuk meminta bantuan kepada rekan sejawat lain yang lebih berpengalaman. Jangan pernah
“menghabiskan” semua area insersi, panggil rekan sejawat jika telah 2 kali gagal.

48. Pasien dengan edema

Biasanya pasien-pasien dengan hipoalbumin, CHF, sirosis dan lain sebagainya akan memiliki
edema. Bagaimana jadinya jika edema terjadi di kedua tangan dan kamu kesulitan untuk
pemasangan infus atau insersi IV Cath?

Jika ada, gunakan ACE Wrap (pembalut tangan elastis) atau jika tidak ada bisa menggunakan
kasa panjang. Balut tangan pasien yang hendak di insersi dan tinggikan selama 15-30 menit
sampai bengkak berkurang.

Perhatikan ini : Ketika insersi, jangan memasukan kanula seluruhnya, hanya masukan 8/10
bagian kanula. Ini untuk menjaga agar ketika edema terjadi lagi, jaringan mempunyai sedikit
ruang (2 bagian kanula) untuk bisa mengembang dan kanula tidak terdorong oleh edema.

49. Jika infusan macet dan tangan pasien bengkak

Jangan pernah memasukan cairan apapun ketika tangan pasien bengkak dan infusan macet.
Karena mungkin bengkak terjadi karena adanya blood clot atau sumbatan darah. Jika kamu
mendorongnya dengan cairan, sumbatan darah tersebut mungkin akan hancur atau justru
mengalir lebih dalam dan menyumbat di vena yang lebih kecil.

Ini yang berbahaya.

Sehingga, lakukan pijatan lembut disepanjang vena, lalu lakukan kompres hangat. Jika tangan
tidak membaik, cabut kanula dan pindahkan insersi di tangan yang lain.
50. Jika ke 49 tips telah dilakukan dan kamu masih gagal?

Mungkin kamu kurang percaya diri. Jangan pernah melakukan insersi jika kamu tidak yakin
bahwa kamu dapat melakukannya. Walaupun untuk kali yang pertama, bangun dulu
kepercayaan diri kamu. Yakinkan bahwa kamu pasti bisa. Ya, kamu pasti bisa!

Nah itulah 50 Tips Cara Pemasangan Infus (Insersi IV Kateter) dalam 1 Tusukan.

Jika ada hal yang kurang dimengerti, ada hal yang harus dikoreksi, silahkan sampaikan
melalui kolom komentar dibawah ini.

Referensi

 Abolfotouh, M. A., Salam, M., Bani-Mustafa, A., White, D., & Balkhy, H. H. (2014).
Prospective study of incidence and predictors of peripheral intravenous catheter-
induced complications. Therapeutics and clinical risk management, (10) 993-1001.
 Ben Abdelaziz, R., Hafsi, H., Hajji, H., Boudabous, H., Ben Chehida, A., Mrabet,
A., . . . Tebib, N. (2017). Full title: peripheral venous catheter complications in
children: predisposing factors in a multicenter prospective cohort study. BMC
Pediatrics, 17(1), 208-208. doi: 10.1186/s12887-017-0965-y
 Callaghan, S., Copnell, B., & Johnston, L. (2002). Comparison of two methods of
peripheral intravenous cannula securement in the pediatric setting. Journal Of
Infusion Nursing, 25(4), 256-264.
 Fidler, H. (2010). To splint or not to splint: securing the peripheral intravenous
cannula. Advances In Neonatal Care (Elsevier Science), 10(4), 204-205
 Gabriel, J. (2010). Vascular access devices: securement and dressings. Nursing
Standard (Royal College Of Nursing (Great Britain): 1987), 24(52), 41-46.
 Gunes, Aynur and Bramhagen, Ann-Cathrine (2018). Heparin or Sodium Chloride for
Prolonging Peripheral Intravenous Catheter Use in Children – A Systematic Review.
Journal of pediatric nursing
 Hadaway, L. C. (2009). I.V. rounds. Preventing and managing peripheral
extravasation. Nursing, 39(10), 26-27
 Hugill, K. (2016). Is there an optimal way of securing peripheral IV catheters in
children? British Journal of Nursing, 25(19), S20-S21. doi:
10.12968/bjon.2016.25.19.S20
 Inge J. J, A., Johanna A, H., Henriette T. M, W., Gert-Jan, v. d. W., Johannes M. M,
G., & Kian D, L. (2011). Effectiveness of heparin solution versus normal saline in
maintaining patency of intravenous locks in neonates: a double blind randomized
controlled study. Journal of Advanced Nursing(12), 2677. doi: 10.1111/j.1365-
2648.2011.05718.x
 Keogh, S., Flynn, J., Marsh, N., Mihala, G., Davies, K., & Rickard, C. (2016). Varied
flushing frequency and volume to prevent peripheral intravenous catheter failure: a
pilot, factorial randomised controlled trial in adult medical-surgical hospital patients
(Vol. 17).
 Laudenbach, N., Carie A, B., Klaverkamp, L., & Hedman-Dennis, S. (2014).
Peripheral IV Stabilization and the Rate of Complications in Children: An
Exploratory Study. Journal of Pediatric Nursing, 29, 348-353. doi:
10.1016/j.pedn.2014.02.002
 Lim, E. Y. P., Wong, C. Y. W., Kek, L. K., Suhairi, S. S. B. M., & Yip, W. K. (2018).
Improving the Visibility of Intravenous (IV) Site in Pediatric Patients to Reduce IV
Site Related Complications – An Evidence-based Utilization Project (Vol. 41, pp.
E39-E45).
 Lucchini, A., Angelini, S., Losurdo, L., Giuffrida, A., Vanini, S., Elli, S., . . .
Fumagalli, R. (2015). [The impact of closed system and 7 days intravascular
administration set replacement on catheter related infections in a general intensive
care unit: a before-after study]. Assistenza Infermieristica E Ricerca: AIR, 34(3), 125-
133. doi: 10.1702/2038.22138
 Malyon, Lorelle & Ullman, et al. (2014). Peripheral intravenous catheter duration and
failure in paediatric acute care: A prospective cohort study. Emergency Medicine
Australasia. 26. 10.1111/1742-6723.12305.Marsh, N., Webster, J., Mihala, G., &
Rickard, C.
 M. (2015). Devices and dressings to secure peripheral venous catheters to prevent
complications.
 Marsh, N., Webster, J., Mihala, G., & Rickard, C. M. (2015). Devices and dressings
to secure peripheral venous catheters to prevent complications.
 Morris, W., & Tay, M. (2008). Strategies for preventing peripheral intravenous
cannula infection. British Journal Of Nursing, 17(19), S14-21.
 O’Grady N, Alexander M, Burns L, Dellinger E, Garland J, et al. (2011) The
Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee (HICPAC). Guidelines
for the prevention of intravascular catheter-related infections. Clinical Journal of
Infectious Diseases 2011 May;52(9): 1087–99.
 Phulara, U. (2018). Effectiveness of Normal Saline Flush versus Heparin Saline Flush
in Maintaining the Patency of Peripheral Intravenous Cannula and on Occurrence of
Intravenous Local Vascular Complications in Patients Receiving Intermittent
Intravenous Medications, 51.
 Rickard, C. M., Marsh, N., Webster, J., Runnegar, N., Larsen, E., McGrail, M. R., . . .
Playford, E. G. (2018). Dressings and securements for the prevention of peripheral
intravenous catheter failure in adults (SAVE): a pragmatic, randomised controlled,
superiority trial (Vol. 392, pp. 419-430).
 Rickard, C. M., Webster, J., Wallis, M. C., Marsh, N., McGrail, M. R., French, V., . . .
Whitby, M. (2012). Routine versus clinically indicated replacement of peripheral
intravenous catheters: a randomised controlled equivalence trial. Lancet, 380(9847),
1066-1074.
 Rickard, C. M., McCann, D., Munnings, J., & McGrail, M. R. (2010). Routine resite
of peripheral intravenous devices every 3 days did not reduce complications
compared with clinically indicated resite: a randomised controlled trial. BMC
Medicine.
 Rickard, C. (2004). Prolonged use of intravenous administration sets: a randomised
controlled trial.
 Rita, A., Hindra Irawan, S., & Pustika, A. (2013). Duration of peripheral intravenous
catheter use and development of phlebitis. Paediatrica Indonesiana, Vol 53, Iss 2, Pp
117-20 (2013)(2), 117. doi: 10.14238/pi53.2.2013.117-20
 Smith, B., & Royer, T. I. (2007). New standards for improving peripheral i.v. catheter
securement. Nursing, 37(3), 72-74.
 Tripathi, S., Kaushik, V., & Singh, V. (2008). Peripheral IVs: Factors Affecting
Complications and Patency-A Randomized Controlled Trial, 182.
 Ullman, A., Marsh, N., & Rickard, C. (2017). Securement for vascular access devices:
looking to the future. British Journal of Nursing, 26(8), S24-S26. doi:
10.12968/bjon.2017.26.8.S24
 Ullman  AJ, Cooke  ML, Gillies  D, Marsh  NM, Daud  A, McGrail  MR, O’Riordan 
E, Rickard  CM. Optimal timing for intravascular administration set replacement.
Cochrane Database of Systematic Reviews 2013, Issue 9.
 Webster, J. (2015). Clinically-indicated replacement versus routine replacement of
peripheral venous catheters. Cochrane Database of Systematic Reviews(8).

Anda mungkin juga menyukai