Anda di halaman 1dari 15

49 Tips Cara Pemasangan Infus Sesuai SOP

Tahap 1 : Persiapan

Pemasangan infus merupakan salah satu perawatan yang paling dasar yang diberikan hampir
kepada setiap pasien yang dirawat di rumah sakit. Dan tentunya, keterampilan pemasangan infus
atau insersi IV Cath ini haruslah dikuasai oleh setiap perawat.

1. Tetap tenang dan siapkan segala sesuatunya

Pemasangan infus atau Insersi IV Cath dalam satu tusukan akan tergantung dari persiapan,
keterampilan dan pengalaman yang dimiliki. Umumnya, karena belum memiliki pengalaman
yang banyak, para perawat fresh graduate gagal melakukan insersi ini.

Namun faktanya, persiapan dan ketenanganlah yang menjadi kunci keberhasilan insersi IV Cath.
Sehingga, hilangkan kecemasan, jangan terburu-buru dan jelaskan prosedur kepada pasien.
Pastikan pasien merasa nyaman dan cukup hangat untuk mencegah vasokontriksi. (Jika
memungkinkan, hindari insersi di subuh hari).

2. Bangun kepercayaan diri

Sebelum melakukan pemasangan infus, percayalah pada diri sendiri dan yakinkan pasien bahwa
kamu tahu apa yang kamu lakukan. Pasien akan terdorong oleh rasa percaya diri kamu
(hilangnya kecemasan, maka hilangnya vasokontriksi), dan kamu akan terdorong oleh
kepercayaan pasien.

3. Kaji adanya fobia jarum

Fobia jarum adalah respon dari pemasangan infus sebelumnya. Gejalanya termasuk takikardia
dan hipertensi sebelum insersi. Ketika insersi, bradikardi dan penurunan tekanan darah akan
terjadi dengan tanda gelaja pucat, diaforesis, dan sinkop.

Yakinkan pasien dengan nada menghibur dan mendidik. Jaga jarum agar terhindar dari
pandangan pasien sampai detik terakhir sebelum insersi. Gunakan anestesi topikal untuk
membantu mengelola nyeri dan fobia jarum berulang.

4. Observasi tindakan pengendalian infeksi

Gunakan sarung tangan ketika hendak melakukan pemasangan infus pada pasien. Insersi IV Cath
merupakan prosedur invasif dan membutuhkan teknik aseptik serta langkah-langkah
pengendalian infeksi yang tepat. Gunakan alcohol swab di area insersi untuk meminimalkan
mikroorganisme dan memvisualisasikan vena agar lebih jelas.
5. Kaji vena yang akan di insersi

Sebelum memasukan jarum ke pembuluh darah, kamu harus mengkaji terlebih dahulu
kondisinya. Pasien dengan hidrasi yang baik akan memiliki vena yang tegas, jelas, lentur dan
“mudah ditemukan”.

Namun adakalanya pasien yang harus di terapi intravena adalah pasien-pasien dengan dehidrasi,
sehingga ini merupakan tantangan tersendiri. Tips nomor 6 akan membantu kamu menemukan
vena yang tepat.

6. Jangan dilihat, tapi rasakan

Jika kamu tidak dapat melihat vena yang tepat, percayalah pada jari-jari tangan kamu adalah hal
terakhir yang dapat kamu lakukan. Sebuah tendon mungkin akan terlihat seperti pembuluh darah,
namun jari dan perasaan kamu dapat membedakannya.

7. Tanya pasien

Kesulitan mencari vena yang cocok untuk dilakukan pemasangan infus? Jangan malu, tanya
pasien! Pasien mungkin akan tahu lebih banyak lokasi-lokasi vena yang tepat berdasarkan
riwayat insersi sebelumnya.

8. Gunakan ukuran IV Cath yang sesuai

Pada pasien dewasa, umumnya ukuran IV Cath yang dipakai adalah 20 G (warna pink). Namun
jangan pernah mengasumsikan bahwa semua pasien adalah sama. Sehingga lihat dan kaji vena
yang akan di insersi sebelum menentukan ukuran IV Cath yang hendak dipakai. Hal ini dapat
menghindarkan pasien dari rasa sakit akibat ruptur dan tekanan jarum.
9. Pertimbangan penggunaan

Apa jenis cairan infusan yang diperlukan pasien? RL kah? NaCl kah? Transfusi kah? Atau kemo
kah? Lantas berapa cc cairan yang dibutuhkan dalam 24 jam? Berapa tetesan infus yang harus
diberikan? Ketahui hal-hal tersebut sebelum melakukan pemasangan infus atau insersi IV Cath.

10. Lakukan insersi di tangan yang tidak dominan (Jika dan hanya jika memungkinkan)

Jika memungkinkan, lakukan pemasangan infus dengan prioritas pertama tangan yang tidak
dominan. Hal ini dilakukan agar pasien masih dapat melakukan fungsi sederhana dengan
menggunakan tangan yang dominan. Namun jika kamu tidak dapat menemukan vena yang tepat
pada tangan yang tidak dominan, carilah di tangan yang dominan.

Tahap 2 : Mencari Vena Terbaik untuk Insersi

11. Mulailah dengan urutan area distal – proksimal

Agar kamu tidak kehilangan area-area lainnya yang mungkin mempunyai vena yang baik, maka
mulailah mencari vena untuk pemasangan infus dari area distal terlebih dahulu semisal di
punggung tangan. Jika tidak ada vena yang baik untuk dilakukan penusukan, maka naiklah
secara proksimal semisal di atas sendi pergelangan tangan.
Jika kamu melakukannya di area proksimal terlebih dahulu (misal di vena cephalic pergelangan
tangan), mungkin kamu tidak akan bisa melakukan penusukan di area distal (vena cephalic di
punggung tangan) karena vena atasnya sudah rusak akibat tusukan yang pertama. (Lihat gambar
dibawah ini).

12. Gunakan Cuff  Tensi Darah

Jika pasien mempunyai tekanan darah rendah (bisa diakibatkan oleh fobia jarum – lihat bagian
pertama dari artikel ini), maka agar dilatasi vena merata lebih baik menggunakan cuff tensi darah
sebagai tourniquet. Cuff tensi darah akan memberikan tekanan yang merata dan dapat
disesuaikan ketimbang tourniquet. Teknik ini juga berguna untuk pasien-pasien lansia dengan
vena yang sulit di akses. Caranya? Lihat no 13!

13. Cara menggunakan Cuff Tensi Darah sebagai Tourniquet

Ketika hendak menggunakan cuff tensi darah sebagai tourniquet, balikan posisinya sehingga
tubing (2 selang karet cuff) berada di posisi atas. Dengan cara ini, kamu akan mendapatkan
visual yang jelas tanpa adanya halangan dan menghindari kontaminasi dari tubing ke area insersi.

Mulailah dengan tekanan yang kecil, lihat apakah vena muncul atau tidak. Jika tidak, tingkatkan
tekanannya. Teknik ini selain memudahkan kamu menemukan vena yang baik, juga
meningkatkan kenyamanan pasien karena tekanan yang lebih lebar yang dihasilkan oleh cuff.
14. Lakukan tusukan tanpa tourniquet

Jika pasien kamu memiliki vena yang jelas namun rapuh, lakukan insersi pemasangan infus
tanpa menggunakan tourniquet. Tekanan yang dihasilkan oleh tourniquet mungkin akan
menyebabkan tekanan berlebih pada vena yang rapuh sehingga ketika dilakukan tusukan dengan
tourniquet, vena mungkin akan ruptur.

Tahap 3 : Memperjelas Visual Vena

15. Manfaatkan gravitasi

Biarkan lengan pasien menjuntai kebawah di sisi tempat tidur jika tidak ada pembuluh darah
yang terlihat. Gravitasi akan memperlambat aliran balik vena dan akan menyebabkan distensi
vena yang akan membuatnya terlihat dan lebih mudah diraba.

16. Gunakan teknik kompres hangat

Terapkan teknik kompres hangat dengan kasa atau handuk selama beberapa menit sebelum
insersi. Suhu yang hangat akan memungkinkan terjadinya dilatasi vena yang membuatnya akan
lebih terlihat.

17. Jangan pernah “menampar vena”

Jika kamu pernah melakukannya, maka saya akan mengatakan bahwa hal tersebut adalah suatu
kebiasaan buruk. Teknik ini mungkin akan sedikit membantu, namun menampar-nampar vena
untuk membuatnya lebih terlihat akan membuat vena berkontraksi karena adanya rangsangan
yang menyakitkan yang diterimanya.

So please, jangan membuat prosedur yang sakit menjadi lebih menyakitkan. Setuju? Jikalau mau,
lebih baik gunakan teknik nomor 18 dibawah ini!

18. Berikan tekanan pada vena dengan ibu jari atau jari telunjuk

Daripada menampar-nampar vena, lebih baik gunakan kedua ibu jari untuk menekan-nekan vena
yang “masih belum terlihat”. Hal ini akan melepaskan histamin dibawah kulit sehingga
menyebabkan pembuluh darah berdilatasi. Tidak percaya? Silahkan coba sendiri.

19. Rasakan goyangan “khas” dari vena

Gunakanlah touniquet atau cuff tensi darah sekitar 4 jari diatas area yang akan di insersi. Raba
lembut vena dengan melakukan tekanan lembut dari atas ke bawah. Rasakan jalurnya, rasakan
goyangannya ketika di tekan-tekan lembut. Goyangan tendon dan vena ketika diberi tekanan
sama sekali berbeda lho!

20. Instruksikan pasien untuk mengepalkan tangannya

Sebelum melakukan insersi pemasangan infus, instruksikan pasien untuk melakukan gerakan
kepal dan buka jari-jari tangan. Kepalkan 1 detik, buka di detik ke 2 dan begitu seterusnya. Hal
ini berguna untuk mempercepat pengisian darah di pembuluh darah vena.

Vena dengan aliran lancar dan adequat akan lebih terlihat dan lebih mudah dilakukan penusukan
lho!

21. Masih susah? Coba teknik 2 tourniquet berikut ini

Pasangkan tourniquet pertama di bagian atas lengan dan biarkan selama 2 menit. Lalu pasangkan
tourniquet kedua di pertengahan lengan dibawah fossa antecubital. Maka dalam 15 detik vena
yang diharapkan akan muncul.

22. Jangan memaksakan diri, gunakan nitrogliserin!

Untuk melebarkan pembuluh darah yang kecil dan rapuh, gunakan nitrogliserin salep selama 1-2
menit. Jika vena sudah terlihat dan berdilatasi, hapus salep dengan menggunakan disinfeksi
terakhir pada area insersi dengan alcohol swab.

23. Ikuti arus aliran darah

Ketika melakukan disinfeksi area insersi, ikuti arus aliran darah vena. Hal ini membantu
mempercepat dan memperlancar aliran darah vena.
24. Perlebar disinfeksi area insersi

Pastikan untuk melakukan insersi pada vena yang tepat. Oleh karenanya, memperlebar area
disinfeksi memungkinkan munculnya beberapa vena yang mungkin dapat dilakukan insersi
sehingga kamu mempunyai beberapa pilihan.

25. Masih belum terlihat? Gunakan Vein Locator

Vena bisa sangat sulit untuk diakses, terutama pada bayi atau anak-anak kecil. Peralatan seperti
lampu transilluminator atau mesin ultrasound saku dapat menerangi jalur vena sehingga kamu
dapat melihat jalur vena dimana kamu harus melakukan insersi.

Namun, berhati-hatilah, jangan terlalu lama karena dapat menyebabkan skin burn terutama pada
bayi dan anak-anak.

Tahap 4 : Teknik Pemasangan Infus

26. Stabilkan posisi vena

Sebelum pemasangan infus atau insersi, pastikan vena dalam keadaan stabil supaya dapat dengan
mudah dilakukan tusukan. Tarik kulit dengan kencang kearah bawah area yang hendak di insersi.
Hal ini selain akan memudahkan ketika insersi, juga akan mengurangi rasa sakit yang akan
dirasakan oleh pasien.
Pastikan bahwa alcohol swab telah mengering sebelum melakukan insersi karena jika insersi
dilakukan ketika alcohol masih basah, hal tersebut akan lebih menyakitkan bagi pasien.

Bagaimana rasanya ketika ada luka kita beri alcohol? Itulah yang akan dirasakan pasien.
Ingat, fungsi alcohol disini hanyalah untuk mensterilkan area insersi, bukan untuk mensterilkan
luka insersi.

27. Masukan IV Cath dari atas vena

Jangan pernah melakukan tusukan dari samping vena, karena dapat mendorong jarum ke
samping dan mungkin dapat melukai tangan kamu. Selalu lakukan insersi dari atas vena, hal
tersebut membuat jarum dapat dengan mudah mengikuti lajur pembuluh darah.

28. Cegah terjadinya kinking

Terkadang, jika vena mengeras atau adanya bekas luka, IV Cath jadi terlipat atau tertekuk
(kinking). Kinking biasanya terjadi pada pasien-pasien dengan kemoterapi karena pengerasan
vena, pada pasien-pasien dengan varises karena vena yang jadi berkelok-kelok, pada pasien-
pasien dengan gangguan jantung karena adanya pengendapan kolesterol dan lain sebagainya.

Gunakan teknik nomor 29 untuk mencegah hal ini.

29. Gunakan teknik Catheter Hub Twirling

Teknik ini dilakukan dengan cara : setelah melakukan tusukan dan darah terlihat di flashback
chamber, masukan IV Cath dengan gerakan memutar searah jarum jam dengan perlahan. Hal ini
membantu jarum plastik IV Cath meluncur memutar di dalam pembuluh darah mencari lubang
kosong untuk masuk tanpa menerobos dinding vena atau endapan (jika ada).

30. Bevel up. Pastikan bevel jarum menghadap keatas sebelum insersi

Karena dengan begitu, bagian paling tajam dari jarum akan mengenai kulit dan mengurangi rasa
sakit. Selain itu, dengan memposisikan bevel jarum kearah atas, akan lebih memudahkan jarum
untuk meluncur menembus kulit dan pembuluh darah vena.

31. Tusukan jarum pada sudut 15-30 derajat terhadap kulit

Posisikan ibu jari diatas IV Cath, dan jari telunjuk berada dibawah tepat diantara kulit dan IV
Cath. Posisi tersebut setara dengan 15-30 derajat. Informasikan pada pasien bahwa kamu akan
memulai penusukan dan instruksikan pasien untuk menarik nafas dan tidak menggerakan
tangannya
32. Rasakan adanya resistensi

Ketika kamu hendak memasukan jarum, rasakan adanya resistensi (perlawan) dari tangan pasien
sebagai akibat dari rasa sakit yang diterimanya. Jika tidak ada resistensi yang dirasakan,
masukan jarum dengan perlahan dan hati-hati. Jika ada resistensi, hentikan penyisipan jarum
karena jika kamu meneruskannya, hal tersebut mungkin akan menerobos dinding vena dan
melukainya.

33. Perhatikan Flashback Chamber

Sesaat setelah kamu melihat ada aliran darah balik di flashback chamber, lepaskan tourniquet,
tarik sedikit flashback chamber dari kateter hub dan mulai masukan kateter secara perlahan.
Rasakan poin 28 dan poin 32. Jika tidak ada yang terasa, lanjutkan insersi sampai keseluruhan
jarum plastik masuk. Hubungkan kateter hub dengan intrafix primeline.
34. Rasakan kapan kamu harus berhenti

Rasakan dan amati kapan kamu harus berhenti memasukan kateter. Latih feeling kamu untuk
merasakan poin nomor 28 dan poin 32, ketika kamu melihat darah di flashback chamber,
berhenti sejenak, dan turunkan sudut insersi, tarik sedikit flashback chamber dari kateter hub
agar jarum tidak menerobos dinding bawah vena.

35. Jangan biarkan cairan IV terlalu cepat menetes

Setelah melakukan fiksasi kateter, sesegera mungkin atur tetesan infus. Jangan biarkan cairan
menetes terlalu cepat karena vena mungkin akan shock dengan adanya aliran yang terlalu cepat
dari kateter.

36. Teknik pelepasan tourniquet

Segera setelah kamu dapat memastikan bahwa kateter telah masuk kedalam vena (ditandai
dengan adanya aliran darah balik dari flashback chamber), lepakan tourniquet terlebih dahulu
sebelum mulai memasukan kateter lebih jauh.

Hal ini untuk mencegah adanya tekanan berlebih didalam vena (Pertama tekanan dari tourniquet,
kedua tekanan dari insersi). Jika dibiarkan, vena mungkin akan rusak (bengkak lalu kemudian
ruptur).
Tahap 5 : Seni Fiksasi Area Insersi

37. Hindari fiksasi yang kurang tepat

Jangan pernah membuat fiksasi dengan cara mendekatkan selang intrafix (selang infus) dengan
catheter hub. Sebaiknya, berikan jarak sekitar 2 jari antara selang intrafix yang dilekukan dengan
catheter hub.

Hal ini untuk mengurangi ketegangan pada IV Cath sehingga pasien akan merasa lebih nyaman.

38. Pasien ambulasi

Untuk mengamankan pasien ketika dilakukan ambulasi (membawa pasien dengan ambulance),
kunci lengan pasien dalam keadaan ekstensi dan cegah terjadinya fleksi sendi sikut. Gunakan
bantalan untuk mencegah fleksi sikut (jika memungkinkan).

39. Jangan biarkan selang infusan menjunatai terlalu panjang

Lakukan fiksasi selang intrafix (selang infus) searah dengan arah insersi. Jangan pernah
membiarkan selang menjuntai panjang tanpa di fiksasi. Jika terkait sesuatu, mungkin saja IV
Cath tertarik kembali keluar.
40. Fiksasi ujung jarum plastik yang masuk di vena

Terutama jika kamu melakukan insersi di punggung tangan. Tipisnya kulit dipunggung tangan
mungkin akan menyebabkan rasa sakit bagi pasien karena ujung jarum plastik (terutama jika
pasien sering menggerak-gerakan jari-jarinya).

41. Gunakan IV Dressing yang transparan

Jika ada, gunakan IV Dressing yang transparan karena dengan begitu, kamu akan tahu jika suatu
waktu area insersi terkena infeksi. Jika tidak ada yang transparan, maka kamu harus mengganti
IV Dressing tersebut minimal 3 hari sekali untuk meminimalisir terjadinya infeksi.

Atau, pelajari teknik Chevron Method dibawah ini!

42. Teknik fiksasi

Lihat gambar dibawah ini ;

CHEVRON METHOD
OMEGA LOOP

Hal-hal yang Harus Diketahui

INGAT : Tidak semua pembuluh darah sama, setiap orang yang berbeda dengan kondisi yang
berbeda pasti memiliki  vena yang berbeda, jadi di sinilah kamu harus mengetahui beberapa
pertimbangan khusus mengenai terapi intravena yang perlu dan harus kamu perhatikan.

43. Pasien geriatrik dan pasien pediatrik

Kedua pasien tersebut mempunyai pembuluh darah yang lebih kecil dan rapuh daripada pasien
dewasa normal. Sehingga pertimbangkan untuk menggunakan ukuran IV Cath yang kecil
(semakin besar nomor IV Cath, semakin kecil ukurannya) disesuaikan dengan kondisi vena dan
cairan yang hendak diberikan. Biasanya menggunakan IV Cath ukuran 22 atau 24. Lihat kembali
bagian Pengantar dan Ikhtisar dari artikel ini.

44. Pasien dengan kulit gelap

Kamu dapat menggunakan manset (cuff) tekanan darah sebagai tourniquet ketika hendak
melakukan pemasangan infus atau insersi IV Cath pada pasien dengan kulit gelap. Tekanan
merata yang dihasilkan manset akan membuat distensi vena yang merata sehingga vena akan
lebih jelas terlihat. Masih kurang jelas? Tenang, kan ada alcohol swab.

45. Vena dengan katup, gunakan teknik ini

Pernah lihat benjolan-benjolan kecil pada vena? Walaupun kecil, benjolan (katup) ini akan
menghalangi dan mempersulit insersi. Jika masih ada vena yang bersih tanpa benjolan, gunakan
vena tersebut.
Namun jika semua vena mempunyai benjolan?

Caranya : Segera setelah darah terlihat di flashback chamber, lepas tourniquet untuk
meminimalisir tekanan vena, masukan intrafix ke catheter hub, dan masukan catheter dengan
loading cairan normal saline untuk mengembangkan katup vena. Selain menggunakan inrafix,
kamu juga dapat menggunakan spuit 3 cc untuk memasukan normal saline agar katup
mengembang.

46. Pelajari seni distraksi

Meniup balon, bernyanyi atau menghitung bisa menjadi pengalihan perhatian yang baik ketika
melakukan insersi pada pasien-pasien dengan pediatrik. Jangan lupa pula, libatkan keluarga
sebagai support system distraction technique.

47. Panggil bantuan

Jangan memaksakan diri. Setelah gagal beberapa kali memasukan IV Cath, akan lebih baik untuk
meminta bantuan kepada rekan sejawat lain yang lebih berpengalaman. Jangan pernah
“menghabiskan” semua area insersi, panggil rekan sejawat jika telah 2 kali gagal.

48. Pasien dengan edema

Biasanya pasien-pasien dengan hipoalbumin, CHF, sirosis dan lain sebagainya akan memiliki
edema. Bagaimana jadinya jika edema terjadi di kedua tangan dan kamu kesulitan untuk
pemasangan infus atau insersi IV Cath?

Jika ada, gunakan ACE Wrap (pembalut tangan elastis) atau jika tidak ada bisa menggunakan
kasa panjang. Balut tangan pasien yang hendak di insersi dan tinggikan selama 15-30 menit
sampai bengkak berkurang.

Perhatikan ini : Ketika insersi, jangan memasukan kanula seluruhnya, hanya masukan 8/10
bagian kanula. Ini untuk menjaga agar ketika edema terjadi lagi, jaringan mempunyai sedikit
ruang (2 bagian kanula) untuk bisa mengembang dan kanula tidak terdorong oleh edema.

49. Jika infusan macet dan tangan pasien bengkak

Jangan pernah memasukan cairan apapun ketika tangan pasien bengkak dan infusan macet.
Karena mungkin bengkak terjadi karena adanya blood clot atau sumbatan darah. Jika kamu
mendorongnya dengan cairan, sumbatan darah tersebut mungkin akan hancur atau justru
mengalir lebih dalam dan menyumbat di vena yang lebih kecil.
Ini yang berbahaya.

Sehingga, lakukan pijatan lembut disepanjang vena, lalu lakukan kompres hangat. Jika tangan
tidak membaik, cabut kanula dan pindahkan insersi di tangan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai