Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 01 No.

01 Tahun 2010

KADAR VITAMIN C, MUTU FISIK, pH DAN MUTU ORGANOLEPTIK


SIRUP ROSELLA (Hibiscus Sabdariffa, L) BERDASARKAN CARA EKSTRAKSI

(Vitamin C, Physical Characteristics, pH, and Organoleptic Characteristic Rosella Syrup


Based Extractio Method)

Ummu Mukaromah1), Sri Hetty Susetyorini2), Siti Aminah1)


1)
Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang, 2) Politeknik Kesehatan Semarang
Penulis korespondensi, email: saminah92@yahoo.com

ABSTRACT

Rosella flower contains vitamin C that is 260-280 mg in 100 grams. Rosella can be processed into syrup,
extracts of roselle can be done by heating or without heating. The purpose of this study was to determine the
effect of extraction of the vitamin C content, physical quality, pH and organoleptic quality of roselle syrup.
This research using completely randomized design with 2 treatment by extraction and 13 replicates.
Analysis of vitamin C oksidimetri method, measurement of total dissolved solids using handrefraktometer,
measurement of viscosity using viskosimeter, measurement of pH using a pH indicator. Results showed that
vitamin C in fresh rosella flowers as much as 144 mg/100 grams, moisture content and pH of 73.415% fresh
roselle 2. Extraction effect on vitamin C content rosella syrup because, but did not affect the physical quality
of rosella syrup. Panelists favored from the extraction of roselle syrup by heating.

Key words: roselle syrup, extract, vitamin C.

Proses pembuatan sirup rosella dapat


PENDAHULUAN dilakukan dengan 2 cara ekstraksi, yaitu ekstraksi
Hidayat (2008) menyatakan bahwa dalam tanpa pemanasan dan dengan pemanasan.
kelopak bunga rosella juga mengandung vitamin Ekstraksi merupakan pemisahan komponen dari
C, vitamin A, dan asam amino termasuk arginin suatu bahan yang merupakan sumber komponen
dan lignin yang berperan dalam proses bahan seperti vitamin, zat warna, protein dengan
peremajaan sel tubuh. Kandungan vitamin C pada pemanasan komponen tersebut akan mudah larut
kelopak rosella tiap 100 gram adalah 260 – 280 (Suyitno, 1989). Cara ekstraksi akan
mg vitamin C. mempengaruhi kadar vitamin C sirup rosella
karena sifat-sifat vitamin C yaitu mudah larut
Kelopak rosella berpotensi diolah menjadi
dalam air dan rusak oleh pemanasan. Stabilitas
sirup. Sirup merupakan produk yang dibuat dari
vitamin C di pengaruhi udara dan faktor-faktor
larutan gula kental dengan rasa dan aroma yang
lain seperti pemasakan (Almatsier 2002, dan
ditentukan oleh buah segarnya (Satuhu,2004).
Winarno, 2004).
Berdasarkan SNI 01-3544-1994, sirup adalah
produk dengan kadar gula yang tinggi yaitu antara Cara ekstraksi yang berbeda akan
55%-65%. memberikan hasil yang berbeda terhadap rasa,

http://jurnal.unimus.ac.id 43
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 01 No. 01 Tahun 2010

warna, aroma, dan kekentalan yang berbeda oleh 2. Pembuatan sirup rosella dengan 2 cara
karena itu perlu dicari proses pengolahan dan ekstraksi yaitu ekstraksi tanpa pemanasan dan
ekstraksi yang tepat sehingga menghasilkan ekstraksi dengan pemanasan. prosedur
produk sirup rosella yang disukai panelis dengan pembuatan sirup rosella ekstraksi tanpa
kandungan vitamin C tetap tinggi dan mutu fisik pemanasan adalah rosella disortasi, dicuci,
yang sesuai dengan mutu dari sirup. Menurut dihancurkan dengan penambahan air (250 ml)
Afrianti (2008). Tujuan penelitian ini adalah dan gula (100 gram) kemudian disaring dan
mengetahui pengaruh cara ekstraksi terhadap dipanaskan selama 15 menit kemudian
kadar vitamin C, mutu fisik (total padatan terlarut, diangkat dan dibotolkan sedangkan
kekentalan dan warna), pH dan mutu organoleptik pembuatan sirup rosella ekstraksi dengan
sirup rosella. pemanasan yaitu rosella disortasi, dicuci,
dipotong-potong, gula (100 gram) dan air (250
ml) direbus setelah mendidih rosella
METODOLOGI dimasukkan. Pemasakan dilakukan selama 15
Penelitian dilakukan di Laboratorium menit kemudian disaring dan pengepresan dan
Teknologi Pangan Fakultas Ilmu Keperawatan dan pembotolan.
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. 3. Analisa kadar vitamin C (metode oksidi
Bahan yang digunakan adalah sirup rosella yang metri), sampel diambil 5 mg kemudian
dibuat berdasarkan 2 cara ekstraksi, larautan dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml
standar vitamin C, larutan Dye, asam oksalat. diencerkan dengan asam oksalat 2 % kocok
Bahan baku pembuatan sirup rosella adalah hingga homogen kemudian disaring. Filtrat
kelopak rosella dengan kriteria kelopak yang diambil 5ml dan diambil 2 ml larutan dye
masih segar, berwarna merah, umur panen 6 bulan sampai titik akhir titrasi warna merah muda
dan sudah dibuang bijinya. Rosella diperoleh dari bertahan 5 detik.
petani rosella di Desa Dukuhan Rt 05 Rw 3
kelurahan kalisari Kecamatan Sayung Kabupaten 4. Uji mutu fisik meliputi total padatan terlarut,
Demak. warna dan kekentalan. Uji total padatan
terlarut menggunakan hand refraktometer
Alat yang digunakan adalah seperangkat alat prosedurnya produk sirup diteteskan pada kaca
titrasi, hand refraktometer, pH indikator, sensor yang ada pada hand refraktometer dan
viskosimeter, dan timbangan. angka brix dapat segera dibaca. Uji warna
Rancangan penelitian menggunakan prosedurnya produk sirup difoto dengan
rancangan acak lengkap dengan 2 perlakuan yaitu menggunakan kamera digital dan hasilnya
cara ekstraksi (ekstraksi yang dilakukan tanpa dimasukan dalam program korel pada
pemanasan dan ekstraksi yang dilakukan dengan komputer komposisi warna akan segera
pemanasan). Ulangan dilakukan sebanyak 13 kali. terlihat. Uji kekentalan menggunakan
viskosimeter, cara pengukuran sirup
Prosedur Penelitian
dimasukkan dalam viskosimeter kemudian
1. Analisa bahan baku yang meliputi kadar air sirup akan mengalir pada viskosimeter
(metode gravimetri), kadar vitamin C (metode terdapat 2 tanda batas yaitu tanda batas atas
oksidimetri) dan pH dan tanda batas bawah, sirup pada tanda batas

http://jurnal.unimus.ac.id 44
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 01 No. 01 Tahun 2010

atas stopwatch ”on” dan pada tanda batas analisa kadar vitamin C sirup rosella dapat dilihat
bawah stopwatch ”off” waktu yang diperlukan pada Gambar 1
dicatat.
5. Uji pH diukur dengan pH indikator dengan
cara diambil sedikit sirup kemudian kertas pH
dimasukkan dalam sirup setelah terjadi
perubahn warna pada kertas kemudian Ka da r Vita min C Sirup Rose lla

dicocokkan dengan angka yang terdapat pada 102


120
pH indikator 100 75,14

inC

g/100gram)
80

itam
6. Uji mutu organolpetik dilakukan dengan cara 60

adarV

(m
40
meyajikan sampel sirup rosella yang

K
20

diencerkan dan yang belum diencerkan pada 0


tanpa de ngan
pe m anas an pe m anas an
setiap sampel diberi kode. Paneis diberi air
Ekstra ksi
putih untuk menetralkan rasa kemudian
mencicipi sampel berikutnya.
Gambar 1. Kadar vitamin C sirup rosella
Pengolahan data dan analisa berdasarkan cara ekstraksi
1. Analisis statistik diperlukan untuk mengetahui
pengarah perlakuan terhadap kadar vitamin C, Gambar 1 menunjukkan kadar vitamin C
total padatan terlarut, kekentalan, dan pH. sirup rosella ekstraksi tanpa pemanasan adalah
Analisis menggunakan T-TEST dengan 75,14mg/100gram sedangkan kadar vitamin C
bantuan program SPSS versi 15 for windows sirup rosella ekstraksi dengan pemanasan yaitu
2. Data mutu organoleptik, diolah untuk 102mg/100 gram. Berdasarkan SNI (1995) bahwa
mengetahui tingkat kesukaan, dilakukan standar vitamin C yang terdapat pada sirup adalah
dilakukan dengan uji Mann Whitney. Data 3 mg/100g. Penelitian awal terhadap bahan
mutu hedonik diskoring kemudian ditabulasi menghasilkan kadar vitamin C pada kelopak
dicari rata-rata dan presentase penilaian bunga rosella segar yaitu 144 mg/100gram
tertinggi kemudian dideskripsikan. ternyata sirup rosella memiliki kadar vitamin C
yang lebih rendah. hal ini disebabkan karena pada
proses pengolahan terjadi penurunan kadar
HASIL DAN PEMBAHASAN vitamin C. Penurunan kadar vitamin C sirup
Analisa Bahan Baku rosella ekstraksi tanpa pemanasan 47,81% dan
pada sirup rosella ekstraksi dengan pemanasan
Hasil analisa bahan baku adalah sebagai berikut:
mengalami penurunan 29,16 %. Penurunan kadar
kadar vitamin C rosella segar adalah 144 mg/100
vitamin C dimungkinkan karena akibat dari
gram, kadar air 73,415 % dan pH rosella segar
penambahan dengan air dan pemanasan, sesuai
yaitu 2.
dengan pendapat Andarwulan dan Koswara
Kadar Vitamin C Sirup Rosella (1992) bahwa pengaruh cara memasak
Analisa kadar vitamin C dilakukan secara (pengukusan dan perebusan) termasuk cara
kuantitatif dengan metode oksidimetri. Hasil pemotongan dan volume air yang digunakan serta
suhu berpengaruh terhadap kerusakan vitamin C.
http://jurnal.unimus.ac.id 45
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 01 No. 01 Tahun 2010

Untuk mengetahui pengaruh cara ekstraksi waktu yang lama, memasak dalam panci besi atau
terhadap kadar vitamin C sirup rosella maka data tembaga.
kadar vitamin C sample dianalisis statistik dengan
uji T-test dengan α = 0,05 didapatkan hasil yaitu
Mutu Fisik Sirup Rosella
ada pengaruh cara ekstraksi pada pembuatan sirup
rosella terhadap kadar vitamin C sirup rosella Total Padatan Terlarut Sirup Rosella
karena p-value adalah 0,00. adanya pengaruh cara Hasil pengkuran total padatan terlarut
ekstraksi terhadap kadar vitamin C disebabkan dapat dilihat pada Gambar 2.
karena pada proses ekstraksi tanpa pemanasan
dimungkinkan vitamin C yang terdapat pada
kelopak bunga rosella tidak seluruhnya larut dan Total Padatan Terlarut Sirup Rosella

sebagian masih tertinggal pada ampasnya sesuai 62,15


62
dengan penelitian Marta (2007) . 62,2
62

Terlarut (%brix)
Total Padatan
Vitamin yang terdapat dalam bahan akan 61,8
61,6
lebih mudah larut dengan pemanasan, tanpa 61,4

pemanasan sebagian dari vitamin masih tertinggal 61,2


61
dalam ampas. Kandungan vitamin C yang sedikit tanpa de ngan
pe m anas an pe m anas an
kemudian dilakukan pemanasan maka kadar Ek s trak s i

vitamin C yang dihasilkan akan semakin kecil.


Pada proses pembuatan sirup rosella Gambar 2. Total Padatan Terlarut Sirup
Rosela berdasar Cara Ekstraksi
ekstraksi dengan pemanasan, vitamin C
seluruhnya ikut larut dan vitamin C yang terdapat
dalam bahan dilindungi oleh gula pada waktu Hasil analisis statistik menunjukkan tidak
proses pengolahan sehingga vitamin C yang ada pengaruh cara ekstraksi pada pembuatan sirup
hilang pada saat proses pengolahan berlangsung rosella terhadap total padatan terlarut sirup
hanya sedikit, sesuai pendapat Winarno ( 2004) rosella. Menurut Suyitno ( 1989) bahwa ekstraksi
vitamin C merupakan senyawa reduktor, asam- dengan menggunakan pelarut air komponen lain
asam askorbat berada dalam keseimbangan yang terdapat dalam bahan ikut terekstrak. Proses
dengan asam dehidroaskorbat. Dalam suasana pemanasan tidak mempengaruhi total padatan
asam, cincin lakton asam dehidroaskorbat terurai yang dihasilkan sirup.
dengan membentuk senyawa diketogulonat
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)
sehingga vitamin C terlindung dengan adanya
01-3544-1994, yaitu kadar gula minimum pada
gula dan terjadi reaksi pencoklatan.
sirup yaitu mutu I 65 % dan mutu II 55%,
Pada proses pembuatan sirup rosella dengan demikian padatan terlarut sirup rosela
dilakukan pencucian, pemasakan dengan suhu sudah memenuhi persyaratan SNI.
100oC maka vitamin C yang hilang dikarenakan
Kekentalan Sirup Rosella
faktor-faktor pencucian dan pemasakan sesuai
dengan pendapat Almatsier (2004) bahwa keadaan Hasil pengukuran kekentalan sirup rosella
yang menyebabkan kehilangan vitamin C adalah dapat dilihat pada Gambar 3.
pencucian, memasak dengan suhu tinggi untuk

http://jurnal.unimus.ac.id 46
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 01 No. 01 Tahun 2010

Kekentalan Sirup Rosella hasil uji obyektif warna


100 100 98
100
0,19 79

persentase warna
90
80 65
0,17
70
60 49 51
Kekentalan 0,15

(%)
0,12 50 35
(poiseuille) 0,11 40
0,13
30
20 13
0,11
10 0
0,09 0
tanpa dengan cyan m agenta kuning hitam m erah
pem anasan pem anasan
warna
Ekstraksi
tanpa pem anasan dengan pem anasan

Gambar 3. Kekentalan Sirup Rosela


Beradar Cara Ekstraksi
Gambar 4. Hasil Pengujian Warna Sirup
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa masing-
masing perlakuan memiliki nilai kekentalan yang Gambar 4 dapat dilihat bahwa warna sirup
berbeda. Rata-rata nilai kekentalan sirup rosella rosella ekstraksi tanpa pemanasan memiliki warna
ekstraksi tanpa pemanasan memiliki adalah 0,11 merah tua karena persentase warna hitamnya
ekstraksi dengan pemanasan memiliki nilai sangat tinggi sedangkan warna pada sirup rosella
kekentalan 0,12 poiseuille. Hal analisis statistik ekstraksi dengan pemanasan memiliki warna
didapatkan hasil yaitu tidak ada pengaruh cara merah yang lebih cerah karena persentase dari
ekstraksi pada pembuatan sirup rosella terhadap warna hitam lebih kecil akan tetapi persentase
kekentalan sirup rosella dengan p-value adalah warna kuning dan merah lebih besar.
0,458. Berdasarkan hasil pengujian warna
Menurut Buckle (1985) daya larut dari dengan program korel, sesuai dengan pendapat
gula yang tinggi akan mengurangi keseimbangan deMan ( 1997 ) bahwa pigmen antosianin mudah
kelembaban relatif (ERH) dan mengikat air, jika rusak jika dilakukan pengolahan pada suhu tinggi,
terlalu lama proses pemasanasan akan terjadi kandungan gula yang meningkat, pH dan asam
karamelisasi. Semakin tinggi suhu pemanasan askorbat dapat mempengaruhi kerusakan.
semakin tinggi daya larut dari gula. Pada Berdasarkan penelitian pada perubahan pigmen
penelitian ini suhu yang digunakan adalah 100oC antosianin selama proses pengolahan dan
maka daya larut dari air adalah 84,1 %. penyimpanan buah rospberi (Rubus sp). Selama
penyimpanan, maksimum serapan pigmen
Warna
bergeser menunjukkan perubahan. Konsentrasi
Warna pada sirup rosella terbentuk dengan gula yang tinggi dan adanya oksigen
adanya pigmen warna merah pada kelopak rosella menyebabkan kerusakan pigmen yang lebih besar.
yaitu antosianin. Warna yang dihasilkan dari suatu
Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992)
produk makanan sangat mempengaruhi konsumen
bahwa pengaruh pH pada antosianin sangat besar
untuk mengkonsumsinya. Hasil pengujian warna
terutama pada penentuan warnanya, pada pH
pada sirup rosella dapat dilihat pada gambar 4
rendah (asam) antosianin memiliki warna merah.
Antosianin akan mengalami kerusakan dengan
adanya pemanasan. (Astawan dan Kasih, 2008).

http://jurnal.unimus.ac.id 47
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 01 No. 01 Tahun 2010

pH rosella memiliki pigmen antosianin dengan warna


Hasil pengujian pH dapat dilihat pada merah.
Gambar 5
Mutu Organoleptik Sirup Rosella
pH Sirup Rosella
Warna
2 2
2 Hasil uji kesukaan warna sirup rosella
1,5 dapat dilihat pada Gambar 6
pH 1
0,5 Uji Hedonik Te rhadap Warna Sirup
Rosella
0
Tanpa Dengan 3,8
pem anasan pem anasan 3,8

Nilai Uji Hedonik


3,7
Ekstraksi 3,5
3,6
3,5
3,4
Gambar 5. pH Sirup rosella berdasarkan cara 3,3
ekstraksi tanpa dengan :
pem anasan pem anasan
Gambar 8 menunjukkan sirup Rosella ekstraksi

memiliki sifat asam. Berdasarkan analisa bahan


baku pH kelopak bunga rosella yaitu 2 setelah
Gambar 6. Hasil Uji hedonik terhadap
dilakukan pengolahan menjadi sirup, pH sirup Warna Sirup Rosella
rosella tidak ada perbedaan berarti dengan pross berdasarkan Cara Ekstraksi
pengolahan pH rosella tidak mengalami
penurunan atau kenaikan.
Gambar 6 menunjukkan bahwa panelis
Kadar asam yang tinggi (pH rendah) lebih menyukai sirup rosella ekstraksi dengan
disertai dengan total padatan terlarut yang tinggi pemanasan sedangkan sirup rosella ekstraksi tanpa
pada sirup rosella maka dapat dikatakan bahwa pemanasan dinyatakan agak disukai panelis.
hal ini merupakan teknik pengawetan pangan.
Hasil analisis statistik menunjukkan p-
Apabila gula ditambahkan dalam bahan pangan
value 0,021 yang berarti ada pengaruh cara
dengan konsentrasi tinggi (paling sedikit 40%
ekstraksi terhadap warna sirup rosella. Pengaruh
padatan terlarut) sebagian dari air yang ada
adanya perbedaan yang nyata dari sirup rosella
menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan
disebabkan karena ekstraksi tanpa pemanasan
mikroorganisme dan aktivitas air (Aw) dari bahan
pigmen warna merah yang terdapat pada kelopak
pangan berkurang ( Buckle, 1985 ).
bunga rosella tidak seluruhnya larut dan sebagian
Menurut Muctadi dan sugiyono (1992) tertinggal pada ampasnya sehingga ketika
pengaruh pH pada antosianin sangat besar dilakukan pengolahan dengan gula terjadi
terutama pada penetuan warnanya, pada pH interaksi antara antosianin dan gula dan terbentuk
rendah antosianin memiliki warna merah. warna kehitaman akibat dari karamelisasai gula.
berdasarkan hasil pengujian pH sirup rosella Hal ini sesuai pendapat Suyitno (1989) bahwa
bahwa sirup rosella memiliki pH rendah karena komponen yang terdapat dalam bahan yang akan
diekstrak akan mudah larut dengan pemanasan.

http://jurnal.unimus.ac.id 48
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 01 No. 01 Tahun 2010

Sirup rosella yang diekstraksi tanpa


pemanasan memiliki warna yang lebih gelap hal
ini dimungkinkan karena pigmen warna tidak Uji Hedonik Terhadap Rasa Sirup
Rosella
seluruhnya larut pada waktu proses ekstraksi
3,65
berlangsung menurut Astawan dan Kasih (2008) 3,8
3,6
pigmen antosianin akan mengalami kerusakan

Hedonik
Nilai Uji
3,15
3,4
pada waktu proses pemanasan. kandungan 3,2
1= 3
antosianin yang sedikit kemudian bereaksi dengan 2,8
tanpa dengan
gula maka yang warna yang dithasilkan lebih pem anasan pem anasan
gelap akibat dari reksi pencoklatan gula dalam Ekstraksi
pemanasan ( Bucke, 1985 ).
Aroma Gambar 8. Hasil uji hedonik terhadap rasa
sirup rosella berdasarkan cara
Hasil uji warna dapat dilihat pada gambar 7 ekstraksi
Uji He donik Te rhadap aroma Sirup Berdasarkan gambar 8 dapat dilihat bahwa
Rose lla
1,95 panelis lebih menyukai rasa sirup rosella dengan
1,95
Nilai Uji Hedonik

1,94 cara ekstraksi dengan pemanasan sedangkan rasa


1,93
1,92 1,9
1,91
1,9
sirup rosella dengan ekstraksi tanpa pemanasan
1,89
1,88
1,87
dinyatakan agak disukai panelis.
tanpa de ngan
pe m anas an pe m anas an
ekstraksi
Berdasarkan analisis statistik Mann-
Whitney Test dengan α = 0.05 terhadap tingkat
Gambar 7. Hasil uji hedonik terhadap aroma kesukaan rasa sirup rosella didapatka p-value
sirup rosella berdasarkan cara 0.204 yang menunjukkan tidak adanya pengaruh
ekstraksi cara ekstraksi terhadap rasa sirup rosella.
Gambar 7 menunjukkan panelis tidak
Pengujian rasa pada sirup rosella
menyukai aroma sirup rosella ekstraksi tanpa
diencerkan, rasa manis pada sirup rosella
pemanasan dan ekstraksi dengan pemanasan.
ditimbulkan dari gula dan rasa asam pada sirup
Analisis statistik diperoleh p-value 0.698 yang
rosella ditimbulkan dari kandungan asam yang
berarti tidak ada pengaruh cara ekstraksi terhadap
terdapat pada kelopak bunga rosella.
aroma sirup Rosella. Aroma pada sirup rosella
berdasarkan cara ekstraksi disebabkan karena Hasil penilain uji mutu hedonic panelis
rosella tidak memiliki aroma yang khas seperti menyatakan bahwa sirup rosella ekstraksi tanpa
buah dan bunga lainya seperti awar, melati dan pemanasan mempunyai rasa manis agak asam
lain sebagainya yang memiliki aroma yang tajam sedangkan sirup rosella ekstraksi dengan
sehingga ketika dilakukan pengolahan pemanasan mempunyai rasa manis.
menghasilkan aroma yang harum dan disukai Pada sirup rosella ekstraksi dengan
panelis. pemansan lebih disukai panelis karena memeliki
Rasa rasa yang manis sedangkan pada sirup rosella
ekstraksi tanpa pemanasan dinyatakan agak
Hasil pengujian terhadap rasa sirup rosella
disukai karena memilik rasa manis agak asam.
dapat dilihat pada gambar 8

http://jurnal.unimus.ac.id 49
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 01 No. 01 Tahun 2010

Rasa asam yang terdapat pada sirup rosella kedua perlakuan tidak berbeda dan menyatakan
ekstraksi dengan pemanasan hilang, hal ini kental.
disebabkan karena zat asam oraganik yang
terdapat pada rosella hilang akibat dari pemanasan
dan zat asam sebagian masih terdapat dalam
bahan karena bahan tidak dihancurkan yang KESIMPULAN DAN SARAN
mengakibatkan dengan penambahan gula rasa
Kesimpulan
asam yang terdapat pada sirup menjadi hilang.
Kadar vitamin C pada sirup rosella
Kekentalan
ekstraksi tanpa pemanasan lebih tinggi yaitu 102
Hasil uji hedonic sirup rosella dapat dilihat mg/100 gram, sedangkan sirup rosella ekstraksi
pada gambar 9 dengan pemanasan memiliki kadar vitamin C
lebih rendah yaitu 75,14 mg/100 gram. Ada
Uji Hedonik Terhadap kekentalan
pengaruh cara ekstraksi terhadap kadar vitamin C
Sirup Rosella
3,5 sirup rosella.
3,5
Mutu fisik (total padatan terlarut dan
Hedonik
Nilai Uji

3,4 3,3

3,3 kekentalan) pada sirup rosella ekstraksi tanpa


3,2 pemanasan lebih baik jika dibandingkan dengan
tanpa dengan
pem anasan pem anasan mutu fisik pada sirup rosella ekstraksi dengan
Ekstraksi
pemanasan. Tidak ada pengaruh cara ekstraksi
terhadap mutu fisik sirup rosella. pH sirup rosella
Gambar 9. Hasil Uji Hedonik Terhadap berdasarkan cara ekstraksi adalah 2
kekentalan Sirup Rosella
Berdasarkan Cara Ekstraksi Sirup rosella ekstraksi tanpa pemanasan
dinyatakan agak disukai panelis dengan kriteria
mutu organoleptik merah tua, agak harum, manis
Gambar 9 memperlihatkan panelis agak asam dan kental, sedangkan sirup rosella
menuyukai tekstur atau kekentalan sirup rosella ekstraksi dengan pemanasan lebih disukai panelis
yang diekstraksi dengan pemanasan sedangkan karena memiliki kriteria mutu organoleptik merah
untuk cara ekstraksi tanpa pemanasan dinyatakan cerah, agak harum, manis dan kental. Ada
agak suka. pengaruh cara ekstraksi terhadap warna sirup
Hasil analisis statistik menunjukkan tidak rosella dan tidak ada pengaruh cara ekstraksi
ada pengaruh cara ekstraksi terhadap kekentalan terhadap aroma, rasa dan kekentalan sirup rosella.
sirup rosella. Menurut Soekarto (1990) kekentalan
disebabkan oleh gaya kohesi antar partikel atau
antar molekul yang saling mengikat. Pengolahan
dengan gula dan air mengakibatkan molekul- Saran
molekul gula dan air saling mengikat dan bersatu. Agar menghasilkan sirup rosella dengan
Semakin lama proses pemanasan maka sirup kadar vitamin C yang lebih tinggi, mutu fisik yang
rosella yang dihasilkan akan semakin kental. baik dan mutu organoleptik yang lebih disukai
Penilaian panelis terhadap kriteria kekentalan dari konsumen maka sebaiknya pada proses

http://jurnal.unimus.ac.id 50
Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 01 No. 01 Tahun 2010

pembuatan sirup rosella dilakukan ekstraksi


dengan pemanasan

DAFTAR PUSTAKA

Afrianti, L. H. 2008. Teknologi Pengawetan


Pangan. Alfabeta . Bandung
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Astawan M. Dan Andreas L.K. 2008. Khasiat
Warna-Warni Makanan. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Buckle, K.A, R.A. Edwars. G.H. Fleet dan
Wooton. Penerjemah Hari Purnomo dan
Adiono.1985. Ilmu Pangan. Universitas
Indonesia . Jakarta.
DeMan, J. M. 1997. Kimia Makanan. ITB.
Bandung.
Hidayat, S. 2008. Khasiat Herbal Berdasarkan
Warna, Bentuk, Rasa, Aroma dan Sifat. PT
Gramedia . Jakarta.
Muchtadi, T. R dan Sugiyono. 1992. Ilmu
Pengetahuan Bahan Pangan. IPB . Bogor
Satuhu, S. 2004. Penanganan dan Pengolahan
Buah. Penebar Swadaya . jakarta
Suryaatmaja, P dan Nelistya, A. 2008. Rosella
Aneka Olahan, Khasiat dan Ramuan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Suyitno. Haryadi dan Supriyanto. 1989. Rekayasa
Pangan. Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta

http://jurnal.unimus.ac.id 51

Anda mungkin juga menyukai