RINGKASAN
Buah bit (Beta vulgaris L.) merupakan sumber utama pewarna merah alami. Bit kaya akan karbohidrat
yang mudah menjadi energi serta zat besi yang membantu darah mengangkut oksigen ke otak. Bit bewarna
merah, warna ini disebabkan oleh gabungan pigmen ungu betasianin dan pigmen kuning betasantin. Salah
satu inovasi pemanfaatan buah bit yaitu pembuatan minuman beralkohol. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui karakteristik kimiawi dan sensori wine buah bit dengan lama fermentasi dan persentase ekstrak
buah bit yang berbeda serta mengetahui tingkat penerimaan buah bit yang dijadikan minuman beralkohol
bagi para konsumen. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari dua
faktor. Faktor pertama yaitu konsentrasi ekstrak buah bit (10, 20, dan, 30%) dan faktor kedua yaitu variasi
lama fermentasi (8, 11, dan 14 hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak buah bit 20%
dan lama fermentasi 11 hari paling optimal. Wine buah bit tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut :
kadar alkohol 4,82%, padatan terlarut 5,47%, kadar gula reduksi 0,67%, aktivitas antioksidan 48,08%, derajat
keasaman (pH) 4,23, kadar total asam 0,031%, warna merah maroon pekat, rasa yang sedikit pahit, aroma
alkohol yang khas dan disukai oleh panelis.
ABSTRACT
Beet root (Beta vulgaris L.) was a source of natural red colorant. Beet root rich in carbohydrate and
easily to metabolize into energy and has an iron inside to transport oxygen to brain. Beet root were red in
color, this color were from purple pigmen betasianin and yellow colour from betaxantin. One innovation to
use beet root was to process it to alcoholic drink. The aim of this research was to determine the chemical
and sensory characteristics of beet root wine with the variation of fermentation days and beet root extract
concentration. The research also aimed to determine the acceptability of beet root wine. The research used
completly randomized design with two factors. The first factor was beet root extract concentration (10, 20,
and 30%) and the second factor was days of fermentation (8, 11, and 14 days). The result show that the best
treatment was wine with 20% of beet root extract and 11 days of fermentation. This wine have 4.82% of alcohol,
5.47% total solid, 0.67% of sugar, antioxidant activity 48.08%, pH 4.23, total acid 0.031%, maroon red color,
a bit bitter taste, a distinctive alcoholic flavour and favored by panelist
56
ml selanjutnya disaring menggunakan kertas Cara Pengumpulan Data
saring dan diendapkan. Analisis yang dilakukan dalam penelitian
ini yaitu analisis kimia dan uji organoleptik.
Pembuatan ekstrak kecambah Analisis kimia terdiri dari: kadar alkohol dengan
Kecambah dicuci bersih dan ditimbang metode Mikro Difusi Conway (Hartono et al.,
sebanyak 120 g, dimasak dengan menambahkan 2000), derajat keasaman pH dengan pH meter
air sebanyak 500 ml selama 10 menit selanjutnya (Apriyantono, 1989), kadar gula reduksi dengan
disaring dan diambil ekstraknya kemudian metode Nelson Somogyi (AOAC, 1995), total
didinginkan hingga suhu 30°C. asam dengan metode Titrasi (Ruck, 1963),
aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
Pembuatan wine buah bit (Chen dan Yen, 1995) dan total padatan terlarut
Ekstrak buah bit sesuai perlakuan (10, 20, dengan menggunakan alat Hand Refraktometer
dan 30%) dan ekstrak kecambah dicampur (AOAC, 1995).
dengan menambahkan 100 g gula pasir dan 5 g
yeast diaduk hingga merata, kemudian tuangkan HASIL DAN PEMBAHASAN
ke dalam botol dan ditutup menggunakan A. Analisis Kimia Wine Buah Bit
penutup yang sudah diberi selang. Setelah itu Analisis kimia merupakan analisis yang
lakukan fermentasi sesuai perlakuan (8, 11, dan sering dilakukan, karena pengetahuan akan
14 hari). komponen kimia pangan sangat penting demi
membandingkan dengan standar yang telah
ditetapkan pemerintah. Hasil analisis kimia
wine buah bit dapat dilihat pada tabel 1.
Kadar Alkohol Wine Buah Bit metanol adalah alkohol yang paling sederhana.
Alkohol (atau alkanol) adalah istilah umum Sifat fisis alkohol yaitu mempunyai titik didih
untuk senyawa organik apapun yang memiliki yang tinggi dibandingkan alkana-alkana yang
gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom jumlah atom C-nya sama. Hal ini disebabkan
karbon, yang ia sendiri terikat pada atom antara molekul alkohol membentuk ikatan
hidrogen dan/atau atom karbon lain. Etanol dan hidrogen. Rumus umum alkohol adalah R-OH,
57
dengan R adalah suatu alkil baik alifatis maupun dan Ough (1980) yang menyatakan bahwa
siklik. Dalam alkohol, semakin banyak cabang semakin lama waktu fermentasi maka akan
semakin rendah titik didihnya. Alkohol dapat semakin banyak asam – asam mudah menguap
berupa cairan encer dan mudah bercampur yang dihasilkan, dan menurut Desrosier (1988)
dengan air dalam segala perbandingan (Brady, yang menyatakan bahwa semakin lama proses
1999). Kadar alkohol wine buah bit tertinggi fermentasi maka akan semakin banyak asam
yaitu 5,15% dengan perlakuan konsentrasi mudah menguap (asam laktat, asam asetat, asam
ekstrak buah bit 30% dan lama fermentasi 14 butirat, dan asam propionat) yang dihasilkan.
hari, sedangkan kadar alkohol terendah yaitu
pada perlakuan konsentrasi ekstrak buah bit 10% Kadar Total Asam Wine Buah Bit
dan lama fermentasi 8 hari. Hal ini disebabkan Kadar asam pada buah dapat digunakan
karena semakin lama waktu fermentasi maka untuk menentukan kematangan buah.
semakin banyak gula yang bereaksi menjadi Pematangan pada buah umumnya menyebabkan
alkohol, satu molekul glukosa akan terbentuk kandungan asam pada buah menjadi berkurang.
dua molekul etanol dan karbondioksida. Metode untuk mengetahui total asam adalah
Semakin banyak jumlah glukosa dalam suatu titrasi dengan menggunakan larutan basa
bahan, maka semakin banyak gula yang akan seperti NaOH. pH pada sampel yang diuji akan
diubah menjadi alkohol dengan konsentrasi meningkat dengan penambahan zat tersebut.
yang tinggi dari proses fermentasi, disini yeast Larutan phenophthalein akan menunjukkan
menjadikan glukosa sebagai makanannya. warna merah muda pada pH 8,3 – 10. Penentuan
total asam titrasi juga dipengaruhi oleh berat
Derajat Keasaman pH Wine Buah Bit equivalen asam (Sharma dan Nautiyal, 2009).
pH (Derajat Keasaman) digunakan untuk Kadar total asam tertinggi yaitu 0,076% pada
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan konsentrasi ekstrak buah bit 30% dengan lama
yang dimiliki oleh suatu larutan. Percobaan fermentasi 14 hari, sedangkan kadar total asam
pH (Derajat Keasaman) bertujuan untuk terendah yaitu sebesar 0,003% diperoleh pada
menentukan harga pH dari beberapa konsentrasi konsentrasi ekstrak buah bit 10% dengan lama
asam dan menentukan sifat asam atau basa fermentasi 8 hari. Hal tersebut disebabkan
dari beberapa bahan melalui pengukuran semakin lama fermentasi, mikroba akan
pH. Dasar pengukuran pH adalah untuk mempunyai kesempatan lebih lama dalam
menentukan sifat dari beberapa jenis larutan proses fermentasi dan mempunyai kesempatan
dengan menggunakan kertas indikator universal lebih lama untuk mengubah substrat atau
dan membandingkan dengan perhitungan karbohidrat menjadi asam.
secara teoritis. Untuk menyatakan tingkat atau
derajat keasaman suatu larutan, pada tahun Kadar Guka Reduksi Wine Buah Bit
1910, seorang ahli dari Denmark, Soren Lautiz Gula reduksi merupakan golongan gula
Sorensen memperkenalkan bilangan pH atau (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-
yang kita kenal dengan skala pH. Harga pH senyawa penerima elektron, contohnya adalah
berkisar 1-14 (Poppy, 2006). Derajat keasaman glukosa, dan fruktosa. Gula reduksi mempunyai
(pH) tertinggi yaitu sebesar 4,00 diperoleh pada kemampuan untuk mereduksi. Hal ini
konsentrasi ekstrak buah bit 30% dan lama dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton
fermentasi 14 hari, sedangkan derajat keasaman bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi
(pH) terendah yaitu sebesar 4,33 diperoleh pada atau bersifat reduktor adalah logam-logam
konsentrasi ekstrak buah bit 10 dan 20% dengan oksidator seperti Cu (II). Contoh gula yang
lama fermentasi 8 hari. Hal ini disebabkan termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa,
karena dalam proses fermentasi akan dihasilkan fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain. Kadar
senyawa asam yang akan menyesuaikan pH gula reduksi tertinggi yaitu sebesar 0,997%
yang cocok untuk pertumbuhan khamir yang diperoleh pada konsentrasi ekstrak buah bit
digunakan. Hal ini sesuai dengan Amerine 30% dengan lama fermentasi 8 hari, sedangkan
58
kadar gula reduksi terendah sebesar 0,256% pada buah bit yaitu betalain (128,7 mg/100g).
diperoleh pada konsentrasi ekstrak buah bit Meningkatnya aktivitas antioksidan juga
10% dengan lama fermentasi 14 hari. Menurut dipengaruhi oleh lama fermentasi. Menurut
Desrosier (1988), fermentasi merupakan proses penelitian yang dilakukan Kartikasari dan
perombakan bahan-bahan yang mengandung Nisa (2014) pada pembuatan yoghurt buah
karbohidrat menjadi monosakarida, alkohol, sirsak, kenaikan aktivitas antioksidan seiring
asam asetat, karbondioksida, air, dan senyawa lama fermentasi disebabkan meningkatnya
lainnya. Menurut Judoamidjojo et al., (1992). kestabilan aktivitas pada medium fermentasi.
Saccharomyces cereviceae akan menghasilkan Semakin lama fermentasi maka nilai pH akan
enzim invertasi yang berguna untuk mengubah semakin rendah. Nilai pH yang semakin rendah
glukosa menjadi alkohol. Hal ini menunjukkan menyebabkan aktivitas antioksidan meningkat.
bahwa semakin lama proses fermentasi
berlangsung, semakin banyak monosakarida Total Padatan Terlarut Wine Buah Bit
yang diubah menjadi senyawa lain, sehingga Sebagian besar perubahan total padatan
kadar gula reduksi pada wine buah bit semakin terlarut pada minuman ringan adalah gula,
menurun. sehingga adanya perubahan total gula
menyebabkan perubahan total padatan terlarut.
Aktivitas Antioksidan Wine Buah Bit Yang termasuk dalam total padatan terlarut
Antioksidan merupakan senyawa pemberi yaitu karbohidrat, lemak, protein, dan serat.
elektron (electron donor) atau reduktan. Senyawa Total padatan terlarut sebagian besar terdiri dari
ini mampu menginaktivasi berkembangnya gula. Sekitar 85% dari TPT adalah gula (Yusuf,
reaksi oksidasi, dengan cara mencegah 2002). Perhitungan nilai total padatan terlarut
terbentuknya radikal. Antioksidan juga dapat dinyatakan dalam ºBrix, yaitu skala berdasarkan
didefinisikan sebagai senyawa yang apabila persentase (berat) sukrosa dalam (larutan)
dalam konsentrasi rendah berada bersama minuman. Pengukuran TPT pada penelitian
substrat yang dapat teroksidasi, dapat menunda ini menggunakan hand refractometer (Brix
atau menghambat oksidasi senyawa tersebut 0-32%). Refraktometer bekerja dengan prinsip
(Sunardi, 2007). Metode DPPH merupakan pembiasan cahaya pada suatu larutan. Prinsip
metode yang cepat, sederhana, dan tidak ini dipakai untuk menentukan zat terlarut
membutuhkan biaya tinggi dalam menentukan dalam larutan dengan melewatkan cahaya di
kemampuan antioksidan menggunakan dalamnya. Nilai Brix semakin tinggi saat kadar
radikal bebas 2,2-dephenyl-1-picrylhydrazyl sukrosa meningkat. Kadar padatan total terlarut
(DPPH). Metode ini sering digunakan untuk wine buah bit tertinggi yaitu 5,77% dengan
menguji senyawa yang berperan sebagai free perlakuan konsentrasi ekstrak buah bit 10%
radical scavengers atau donor hidrogen dan dan lama fermentasi 8 hari, sedangkan kadar
mengevaluasi aktivitas antioksidannya, serta padatan terlarut terendah yaitu sebesar 4,10%
mengkuantifikasi jumlah kompleks radikal- pada perlakuan konsentrasi ekstrak buah bit
antioksidan yang terbentuk. Metode DPPH 30% dan lama fermentasi 14 hari. Faktor-faktor
dapat digunakan untuk sampel yang berupa yang menyebabkan terjadinya penurunan
padatan maupun cairan (Prakash et al., 2001). nilai total padatan terlarut ini salah satunya
Aktivitas antioksidan wine buah bit tertinggi adalah terdegradasi senyawa kompleks menjadi
yaitu 89,55% dengan perlakuan konsentrasi senyawa sederhana, dalam hal ini adalah
ekstrak buah bit 30% dan lama fermentasi 14 sukrosa. Kuhad dkk (2011) menyebutkan bahwa
hari, sedangkan aktivitas antioksidan terendah hasil akhir dari pemecahan selulosa oleh selulase
yaitu 11,16% pada perlakuan konsentrasi ekstrak adalah glukosa. Jadi semakin banyak senyawa
buah bit 10% dan lama fermentasi 8 hari. Hal yang terdegradasi, semakin rendah nilai TPT
ini disebabkan karena buah bit mengandung yang dihasilkan pada wine buah bit.
antioksidan. Jenis antioksidan yang terdapat
59
B. Uji Organoleptik Wine Buah Bit produk. Penerimaan konsumen terhadap suatu
Uji organoleptik atau uji indera atau uji produk pangan diawali dengan penilaiannya
sensori merupakan cara pengujian dengan terhadap pengukuran, penampakan, aroma,
menggunakan indera manusia sebagai alat utama flavor, dan tekstur. Hasil uji organoleptik wine
untuk pengukuran daya penerimaan terhadap buah bit dapat dilihat pada tabel 2
60
rasanya kurang disukai konsumen maka langu dari buah bit tersebut.
kemungkinan besar produk tersebut tidak
akan laku dipasarkan. Rasa merupakan salah Rasa Asam Wine Buah Bit
satu faktor dalam pengujian organoleptik. Rasa berbeda dengan bau dan lebih banyak
Rasa lebih banyak melibatkan indera lidah. melibatkan panca indra lidah. Rasa sangat sulit
Rasa yang enak dapat menarik perhatian dimengerti secara tuntas, oleh karena itu selera
konsumen sehingga konsumen lebih manusia sangat beragam. Umumnya makanan
cenderung menyukai makanan dari rasanya. tidak hanya terdiri dari satu kelompok rasa
Cita rasa dari bahan pangan sesungguhnya saja, tetapi merupakan gabungan dari berbagai
terdiri dari tiga komponen yaitu: bau, rasa, rasa yang berpadu sehingga menimbulkan rasa
dan rangsangan mulut (Rampengan, 1985). makanan yang enak. Rasa merupakan salah
Hasil penelitian menunjukkan rasa pahit satu faktor yang mempengaruhi penerimaan
wine yang paling tinggi (4,71) diperoleh dari seseorang terhadap suatu makanan. Rasa
perlakuan konsentrasi ekstrak buah bit 30% secara umum dapat dibedakan menjadi asin,
dengan lama fermentasi 14 hari sedangkan manis, pahit, dan asam (Winarno, 2008). Hasil
rasa pahit wine yang paling rendah (1,35) penelitian menunjukkan rasa asam wine yang
diperoleh dari konsentrasi ekstrak 10% dan paling tinggi (8,83) diperoleh dari perlakuan
lama fermentasi 8 hari. Hal ini disebabkan konsentrasi ekstrak buah bit 30% dengan
karena semakin lama proses fermentasi gula lama fermentasi 11 hari sedangkan rasa asam
pada buah bit terombak sehingga kadar wine yang paling rendah (3,40) diperoleh dari
gula reduksi menurun dan menyebabkan konsentrasi ekstrak 10% dan lama fermentasi
rasa pahit semakin tinggi. Para panelis 14 hari. Hal ini disebabkan karena rasa asam
kebanyakan merasakan rasa pahit setelah berhubungan erat dengan total asam dan derajat
menghabiskan sampel wine buah bit. keasaman (pH). Perlakuan konsentrasi ekstrak
buah bit berpengaruh nyata terhadap rasa asam
Aroma Alkohol Wine Buah Bit wine buah bit, pada uji organoleptik merupakan
Aroma adalah sensasi yang kompleks dan panelis semi terlatih dan jarang mengkonsumsi
saling berkaitan. Flavour melibatkan rasa, bau, alkohol jadi yang dirasakan cenderung ke rasa
tekstur, temperatur dan pH. Evaluasi bau dan pahit.
rasa sangat tergantung pada panel citarasa
dan flavour pada makanan selama pengolahan Kesukaan Keseluruhan Wine Buah Bit
(Lawrie, 1995). Aroma sangat subyektif serta Kesukaan dan penerimaan konsumen
sulit diukur, karena setiap orang mempunyai terhadap suatu bahan mungkin tidak hanya
sensitifitas dan kesukaan yan berbeda. Meskipun dipengaruhi oleh satu faktor, akan tetapi
mereka dapat mendeteksi, tetapi setiap individu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor
memiliki kesukaan yan berlainan (Meilgaard et sehingga menimbulkan penerimaan yang utuh.
al., 2000). Hasil penelitian menunjukkan aroma Atribut keseluruhan ini hampir sama dengan
wine yang paling tinggi (6,51) diperoleh dari kenampakan suatu produk secara keseluruhan,
perlakuan konsentrasi ekstrak buah bit 30% yang berfungsi untuk mengetahui tingkat
dengan lama fermentasi 11 hari sedangkan aroma penerimaan konsumen. Berdasarkan hasil uji
wine yang paling rendah (2,35) diperoleh dari organoleptik kesukaan keseluruhan yang paling
konsentrasi ekstrak 10% dan lama fermentasi 8 banyak disukai oleh konsumen terdapat pada
hari. Hasil di atas menunjukkan bahwa aroma wine buah bit yang memiliki kadar ekstrak buah
alkohol tidak berpengaruh dengan banyaknya bit 20% dan lama fermentasi 11 hari.
kadar alkohol yang dimiliki. Meskipun demikian
tetap ada penurunan kesukaan panelis terhadap KESIMPULAN
banyaknya konsentrasi ekstrak buah bit, Konsentrasi ekstrak buah bit
hal tersebut dikarenakan kemungkinan ada mempengaruhi kadar gula reduksi, total
beberapa panelis yang tidak menyukai aroma asam dan aktivitas antioksidan wine buah bit
61
yang dihasilkan. Nilai optimal didapat pada to their antimutagenicity. J. Agrie. Food
konsentrasi ekstrak buah bit 30%. Lama Chem. (43): 27-32
fermentasi juga berpengaruh terhadap wine Desrosier, N.W., 1988. Teknologi Pengawet
buah bit yang dihasilkan. Lama fermentasi P a n g a n . Te r j e m a h a n : M u c h j i
paling optimal ditunjukan pada fermentasi 11 Mulyohardjo. Jakarta: Universitas
hari.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Indonesia – Press.
bahwa karakteristik wine buah bit dengan Dror, D. K. and Allen, L. H. (2008), Effect
konsentrasi ekstrak 20% buah bit dan lama o f v i t a m i n B 1 2 d e fi c i e n c y o n
fermentasi 11 hari paling optimal. Wine buah neurodevelopment in infants: current
bit tersebut memiliki karakteristik sebagai knowledge and possible mechanisms. J.
berikut: kadar alkohol 4,82%, padatan Nutrition Reviews, (66): 250–255.
terlarut 5,47%, derajat keasaman (pH) 4,23, Hartono, Elina, F.P., dan Suseno, 2000. Buku
kadar total asam 0,031%, kadar gula reduksi Petunjuk Praktikum Analisis Makanan.
0,67%, aktivitas antioksidan 48,08%, warna Surakarta: Universitas Setia Budi.
merah maroon pekat, rasa yang sedikit Judoamidjojo, M., A. A. Darwis dan E. G.Said.
pahit, aroma alkohol khas, dan disukai oleh 1992.Teknologi Fermentasi. Rajawali-
panelis tetapi total asam pada penelitian Press, Jakarta.
ini tidak memenuhi standar asam alkohol Kartikasari D I, Nisa F C. 2014. Pengaruh
maksimal 0,2% Penambahan Sari Buah Sirsak dan Lama
Fermentasi Terhadap Karakteristik Fisik
DAFTAR PUSTAKA dan Kimia Yoghurt. Jurnal Pangan dan
Amerine, M. A. dan C. S. Ough. 1980. Method for Agroindustri. 2(4): 239-248
Analysis of Musts and Wine. New York: Lawrie, R.A., 1995. Ilmu Daging. Diterjemahkan
John Wiley and Sons, Inc. oleh Parakkasi, A. Universitas Indonesia
Association of Official Analytical Chemist, 1995. Press. Jakarta
Official Methods of Analysis Washington Meilgaard, M., Civille G.V., Carr B.T. 2000.
DC: Association of Official Analytical Sensory Evaluation Techniques. Boca
Chemist. Raton, Florida: CRC Press
Apriyantono, A., 1989. Analisis Pangan. Bogor: Metro Jateng, 2016. Petani Magelang
Pusbangtepa Institut Pertanian Bogor. Rame-rame Tanam Buah Bit. http://
Arjuan, H., 2008. Aplikasi Pewarna Bubuk metrojateng.com/2016/01121 /petani-
Ekstrak Umbi Bit (Beta vulgaris) sebagai magelang-rame-rame-tanam buah-bit/.
Pengganti Pewarna Tekstil pada Produk [ Diakses 04 April 2017].
Terasi Kabupaten Berau Kalimantan Petriana, G., 2013. Pengaruh Intensitas Cahaya
Timur. Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan Terhadap Degradasi Warna Sirup yang
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Diwarnai Umbi Bit Merah (Beta vulgaris
Bogor. L. var. rubra. L). Skripsi. Salatiga: Fakultas
Aulia, S., 2010. Karakteristik Dan Pengaruh Sains dan Matematika, Universitas
Perlakuan Berbagai Terhadap Pigmen. Kristen Satya Wacana.
Bandung: Fakultas Industri Pertanian Poppy, S., 2009 Kimia 2: kelas XI SMA. Jakarta:
Universitas Padjajaran Remaja Rosdakarya
Brady, J.E., 1999. Kimia Universitas Atas dan Prakash, A., Rigelhof, F., and Miller, E., 2001.
Struktur Jilid I. Jakarta: Binarya Aksara A n t i ox i d a n t Ac t iv i t y : Me d a l l i o n
Cai, Y., Sun, M. dan Corke, H., 2003. Antioxsidan Laboratories, Analithycal Progress(2):1-4
Activity of Betalain from Plants of the Rampengan, 1985. Kimia Pangan. Ujung
Amaranthceace. Journal Agriculture and Pandang: Badan Kerja Sama Perguruan
Food Chemistry (51): 2288-2294 Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur.
Chen, H. Y., dan Yen, G. C. 1995. Antioxidant Ruck, J.A., 1963. Chemical Methods for Analysis
activity of various tea extract in relation of Fruit and Vegetable Produck. Canada:
62
Dep. Agrie. Summerland. 2014. National Agricultural Statistics
Sharma,S.K.dan M.C.Nautiyal.2009.Postharvest 5en’/cehttps://www.nass.usda.gov/
Technology of Horticultural Crops.New Publications/Ag_Statistics/2014/
India Publishing Agency,New Delhi. introduction.pdf.[Diakses13April2017].
Slavov, A., Trifonov, A., dan Peychev, L. 2013. Utami, I.S., 1999. Pengolahan Roti Jogjakarta
Bioloically Active Compounds with : Pusat Antar Universitas, Pangan dan
Antitumor Activity in Propolis Extracts Gizi, Universitas Gadjah Mada
from Different Geographic Regions. Winarno, F. G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
Biotechnol & Biotechnol 27 (4): 4010- Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
4013. Winarno, F. G., 2008. Kimia Pangan dan Gizi.
Sunardi, K.I., 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Bogor: M-BRIO PRESS.
Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa Yusuf, R.R., 2002. Formulasi, Karakteristik
blimbi, L.) Terhadap 1,1-Diphenyl-2- Kimia, dan Uji Aktivitas Antioksidan
Picrylhidrazyl (DPPH). Seminar Nasional Produk Minuman Fungsional Tradisional
Teknologi, 1-9. Sari Jahe (Zingeber officinale Rose.)
Team Laboratorium Kimia UMM, 2008. dan Sari Sereh Dapur (Cymbopogon
Penuntun Peaktikum Biokimia Biologi. flexuosus). Fakultas Teknologi Pertanian.
Malang: Laboratorium Kimia UMM Bogor: Institut Pertanian Bogor
United State Departement of Agricultural.
63