Disusun Oleh
1. Kadar Air :
● Analisis kadar air, abu, serat dan lemak pada minuman sirop jeruk siam (citrus
nobilis var. microcarpa)
● Karakteristik fisikokimia bubuk ampas tomat-apel hasil pengeringan
pembusaan berbantu gelombang mikro
● Analisis proksimat dan total serat pangan pada crackers fortifikasi tepung
tempe dan koleseom (talinum tiangulare)
2. kadar abu
● Aplikasi metode aktivasi fisika dan aktivasi kimia pada pembuatan arang aktif
dari tempurung kelapa (cocos nucifera l)
● Rendemen, kadar abu, kadar lemak, dan total khamir kefir bubuk susu
kambing dengan metode pengeringan yang berbeda
● Analisis kandungan air, abu, dan logam berat pada kopi bubuk asal gayo
Analisis kadar air, abu, serat dan lemak pada minuman sirop jeruk siam
Judul 1
(citrus nobilis var. microcarpa)
Volume & -
Halaman
Tahun 2021
Penulis
Kiki Kristiandi, Rozana, Junardi, Andi maryam
Reviewer Navy
Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis kadar air, abu,
serat dan lemak pada minuman sirop.
Kadar Air
Hasil Penelitian Sirop jeruk siam merupakan olahan dari buah jeruk siam dengan proses
penyaringan dan hasil dari penyaringan tersebut didapatkan sari. Sari
yang telah didapatkan kemudian diberikan penambahan gula, pengental
dan penstabil agar tidak terdapat endapan [4][12]. Sirop orange
merupakan hasil penambahan pewarna minuman, sedangkan sirop
kuning adalah minuman yang tidak diberi pewarna atau original.
Volume & 14
Halaman
Tahun 2020
Penulis
Asri Widyasanti, Nedia Cahyati Muchtarina, Sarifah nur ajani
Reviewer Navy
Tujuan Penelitian Tujuan dalam pengolahan tomat adalah untuk meningkatkan nilai
tambah dari tomat tersebut. Menurut Cahyono (2008), peradangan pada
jerawat dapat dicegah dengan menggunakan masker wajah yang
terbuat dari tomat karena di dalam tomat terdapat kandungan zat
pengikat vitamin C. Metode pengeringan dapat digunakan untuk
membuat bubuk tomat. Pengolahan tomat dalam bentuk bubuk
diharapkan tidak mengubah kandungan gizi serta khasiat dari tomat.
Menurut Mujumdar dan Devahastin (2006), pengeringan merupakan
suatu operasi kompleks yang melibatkan transfer panas dan massa
yang tidak tetap bersamaan dengan beberapa laju proses seperti
perubahan fisik dan kimia yang dapat mengakibatkan perubahan pada
kualitas produk.
Kadar Air
Tahun 2019
Penulis
Hermawan Seftiono, Evelyn Djiuardi, Sherly Pricila
Reviewer Navy
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan formulasi dan menguji
proksimat dari crackers yang difortifikasi menggunakan tepung tempe
dan tepung kolesom. Tepung tempe memiliki kadar protein sebesar
49,08%, serta kadar total serat pangan tepung kolesom sebesar 19,22%.
Penentuan crackers terbaik berdasarkan tingkat kesukaan panelis pada
uji organoleptik. Presentase kesukaan tertinggi secara keseluruhan
terdapat pada crackers F5 (T10%+K2.5g), yang mengandung kadar air
sebesar 4,81%, kadar abu 2,53%, lemak total 18,43%, protein 11,90%,
karbohidrat total 62,33%, dan total serat pangan 8,29%.
Tahun 2019
Penulis
Farida Aryani , Fina Mardiana , Wartomo
Reviewer Navy
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui evektivitas dari
metode aktivasi fisika dan kimia pada pembuatan arang aktif
tempurung kelapa. Aktivasi fisika dilakukan dengan pembakaran pada
suhu 500° C selama 4 jam, sedang aktivasi kimia dilakukan dengan
melakukan perendaman menggunakan larutan NaOH 0,2 N selama 18
jam. Pengujian kualitas mengacu pada SNI 06-3730-1995 tentang
syarat mutu dan pengujian arang aktif.
Hasil Penelitian Kadar abu pada aktivasi kimia miliki kadar yang lebih rendah yaitu
sebesar 0.75% sedangkan akivasi fisika memiliki kadar abu yang lebih
tinggi sebesar 4,27%. Proses pencucian pada aktivasi kimia dapat
melarutkan logamlogam atau mineral yang ada pada arang aktif
sehingga kadar abunya menjadi relativ lebih rendah dibanding aktivasi
secara fisika. Metode aktivasi fisika dimana arang dipanaskan dengan
suhu 500°C, mineral yang yang ada tetap terkandung didalam arang
dan tidak dapat menguap sehingga kadar abu dari arang aktif yang
dihasilkan menjadi lebih tinggi.
Dari kedua metode ini aktivasi secara kimia masuk dalam standar yang
dipersyaratkan oleh SNI 06-3730-1995 yaitu sebesar maksimal 2,5%.
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa arang
aktif yang menggunakan metode aktivasi fisika mempunyai rendemen,
kadar air dan kadar abu yang lebih tinggi dibanding akvtiasi kimia,
namun memiliki kadar zat mudah menguap yang lebih rendah
dibanding aktivasi kimia. Untuk penyerapan iodium metode aktivasi
fisika menggunakan temperatur tinngi memiliki daya serap lebih tinggi
dibanding aktivasi menggunakan bahan kimia. Untuk memperoleh
hasil maksimal dalam pembuatan arang aktif dengan menggunakan
metode aktivasi fisika sebaiknya menggunakan suhu aktivasi yang
lebih tinggi agar kualitas arang aktif yang dihasilkan lebih baik lagi.
RENDEMEN, KADAR ABU, KADAR LEMAK, DAN TOTAL
Judul 5
KHAMIR KEFIR BUBUK SUSU KAMBING DENGAN METODE
PENGERINGAN YANG BERBEDA
Volume & -
Halaman
Tahun 2023
Penulis
Nurwantoro, Siti Susanti, Heni Rizqiati
Reviewer Navy
Jurnal -
Tahun 2019
Penulis
Bhayu Gita Bhernama dan Cut Nuzlia
Reviewer Navy
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui kandungan air, abu, dan logam berat pada kopi
bubuk asal gayo.
Uji Kadar Abu Uji kadar abu pada prinsipnya adalah proses pengabuan
zat organik yang diuraikan menjadi air dan CO2 kecuali bahan
anorganik, yaitu ditimbang 2-3 gram sampel bubuk kopi ke dalam
cawan porselen (cawan platina) yang telah diketahui beratnya terlebih
dahulu. Kemudian diarangkan di atas nyala pembakar, lalu diabukan
dalam tanur listrik pada suhu 550 oC sampai pengabuan sempurna
kemudian idinginkan dalam desikator, lalu ditimbang sampai beratnya
tetap.
Hasil Penelitian Hasil uji kadar air dan abu pada kedua produk menunjukkan sedikit
perbedaan, kopi A memiliki kadar air sebesar 0,0397%, lebih tinggi
dibanding kopi B dengan kadar air sebesar 0,01772%. Sementara
untuk kadar abu, kopi A memiliki kadar abu sebanyak 4%, dimana
angka ini lebih kecil dibanding kadar abu kopi B, yaitu 4,30%.
Perbedaan kadar air dan abu dari kopi A dan B dapat dipengaruhi
oleh lama roasting dan suhu yang digunakan. Akan tetapi kadar air
dan abu keduanya masih memenuhi standar maksimal SNI 01-
3542- 2004, yaitu berturut-turut kadar air dan abu sebesar 7 dan
5%.
Wahyuni dkk. (2013) menyatakan bahwa bahan baku dari daerah asal
dan lingkungan yang berbeda merupakan faktor eksternal yang
memengaruhi kadar abu dalam biji kopi. Sementara menurut Towaha,
et al. (2016) perbedaan kadar abu pada kopi disebabkan oleh mutu
kopi.