PENDAHULUAN
2
3. Metode Kepustakaan
Penulis mencari informasi yang berkaitan dengan pengamatan kerja
praktek, baik dari buku manual, jurnal,dan lain-lain sebagai referensi dan
membantu pengerjaan laporan ini.
3
Gambar 1.1 Pindad Excava 200
4
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
6
Pada akhirnya, tanggal 9 Oktober 1945, Laskar Pemuda Pejuang berhasil merebut
ACW dari tangan Jepang dan menamakannya Pabrik Senjata Kiaracondong.
Pendudukan pemuda tidak berlangsung lama, karena sekutu kembali ke
Indonesia dan mengambil alih kekuasaan. Pabrik Senjata Kiaracondong dibagi
menjadi dua pabrik. Pabrik pertama yang terdiri dari ACW, PF, dan PW
digabungkan menjadi Leger Produktie Bedrijven (LPB), serta satu pabrik lain yang
bernama Central Reparatie Werkplaats, yang sebelumnya bernama
Geweemarkerschool.
7
PSM mengalami krisis tenaga ahli karena para pekerja asing harus kembali ke
negara asalnya berdasarkan Peraturan Pemerintah. Oleh karena itu terjadi
sentralisasi organisasi dengan merampingkan lini produksi dari 13 menjadi 6 lini
dengan lini baru Munisi Kaliber Kecil (MKK) yang baru dibentuk. PSM juga
melakukan modernisasi pabrik dengan membeli mesin-mesin baru untuk pembuatan
senjata dan munisi, suku cadang, material, dan alat perlengkapan militer lainnya.
Delapan tahun berjalan, PSM pun diubah namanya menjadi Pabrik Alat
Peralatan Angkatan Darat (Pabal AD) pada tanggal 1 Desember 1958. Pabal AD
bukan sekedar memperoduksi senjata dan munisi saja namun juga peralatan milter
yang lain, untuk mengurangi ketergantungan peralatan militer Indonesia pada
negara lain. Banyak pemuda potensial yang dikirim ke luar negeri untuk
mempelajari persenjataan dan balistik.
Di era Pabal AD ini, terjadi beberapa perkembangan dalam bidang teknologi
persenjataan. Pabal AD menjalin kerjasama dengan perusahaan senjata Eropa untuk
pembelian dan pembangunan satu unit pabrik senjata, yang berhasil membangun
pabrik senjata ringan. Keberhasilan itu membuat Pabal AD menjadi badan
pelaksana utama di kalangan TNI-AD sebagai instalasi industri. Berbagai produk
pun berhasil diproduksi Pabal AD. Di era ini pula, pemerintah Belanda
menyerahkan Cassava Factory, pabrik tepung ubi kayu yang berada di Turen,
Malang, Jawa Timur, •yang kemudian menjadi lokasi Divisi Munisi PT Pindad
(Persero).
8
Gambar 2.3 Mr. Sartono selaku pejabat Presiden R.I tengah
memperhatikan produk-produk PSM tahun 1957 dan didampingi oleh
Direktur PSM
9
produksi kekaryaan untuk mendukung swasembada dan mengurangi ketergantungan
terhadap luar negeri.
Pada saat Operasi Seroja TNI-AD untuk pembebasan Timor Timur dari
penjajahan Portugal persenjataan Pindad banyak mengalami kendala di lapangan
sehingga pada tahun 1975 Kopindad menarik kembali sebanyak 69.000 pucuk
senjata yang telah diserahkan kepada TNI-AD. Selanjutnya Kopindad melalukan
transformasi dan modifikasi terhadap beberapa senjata antara lain SMR Madsen
Setter MK III Kaliber 30mm long menjadi SPM.1 kaliber 7,62mm yang diproduksi
sebanyak 4.550 pucuk dan membuat desain senjata senapan SS77 Kaliber 223.
Dalam perkembangan selanjutnya, sebagai realisasi Keputusan Menteri
Pertahanan dan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata No. Kep/18/IV/1976
tertanggal 28 April 1976 tentang Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Darat nama Kopindad dikembalikan menjadi Pindad.
Pindad berubah dari komando utama pembinaan menjadi badan pelaksana utama di
lingkungan TNI-AD. Seiring perubahan tersebut Pindad diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan teknologi dan produktivitasnya dalam memenuhi
kebutuhan logistik TNI-AD sehingga mengurangi ketergantungan pada luar negeri.
Selain itu diharapkan juga dapat mengembangkan sarana prasarana non-militer yang
dapat menunjang pembangunan nasional di bidang pertanian, perkebunan,
pertambangan, industri dan transportasi baik untuk instansi pemerintah, swasta
maupun masyarakat luas.
10
Perubahan status Pindad dilatarbelakangi oleh keterbatasan ruang gerak Pindad
sebagai sebuah industri karena terikat peraturan-peraturan dan ketergantungan
ekonomi pada anggaran Dephankam sehingga tidak dapat mengembangkan kegiatan
produksinya. Selain itu, Pindad pun dinilai membebani Dephankam karena biaya
penelitian dan pengembangan serta investasi yang cukup besar. Karena itu
Dephankam menyarankan pemisahan antara war making activities dan war support
activities. Kegiatan Pindad memproduksi prasarana dan perlengkapan militer adalah
bagian war support activities sehingga harus dipisahkan dari Dephankam dan
menjadi perseroan terbatas yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia.
Ketua BPPT saat itu Prof. DR. Ing. B.J. Habibie kemudian membentuk Tim
Corporate Plan (Perencana Perusahaan) Pindad melalui Surat Keputusan BPPT No.
SL/084/KA/BPPT/VI/1981. Tim Corporate Plan diketuai langsung oleh Habibie dan
terdiri dari unsur BPPT dan Departemen Hankam.
Sebagai sebuah perusahaan Pindad diharapkan dapat memproduksi peralatan
militer yang dibutuhkan secara efisien dan menghasilkan produk-produk komersial
11
berorientasi bisnis. Dan memiliki biaya serta anggaran sendiri untuk pengembangan,
penelitian dan investasi serta mengembangkan profesionalisme industrinya.
Berdasarkan hasil kajian dari Tim Corporate Plan diputuskan komposisi
produksi Pindad adalah 20% produk militer dan 80% komersial atau non militer.
Tugas pokok Pindad adalah menyediakan dan memproduksi produk-produk
kebutuhan Dephankam seperti munisi ringan, munisi berat, dan peralatan militer
lain untuk menghilangkan ketergantungan terhadap pihak lain. Tugas pokok kedua
adalah memproduksi produk-produk komersial seperti mesin perkakas, produk
tempa, air brake system, perkakas dan peralatan khusus pesanan.
Dan pada awal 1983 Pindad menjadi badan usaha milik Negara (BUMN) sesuai
dengan keputusan pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) RI
No.4 Tahun 1983 tertanggal 11 Februari 1983.
12
menggantikan Sudirman Said yang menjabat Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral.
Saat ini proses produksi PT. Pindad dilaksanakan di 2 tempat yaitu:
1. Divisi Amunisi di Turen Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pabrik ini menempati
lahan seluas 160 hektar.
2. Divisi Senjata, Divisi Mekanikal, Divisi Elektrikal, Divisi Forging & Casting,
Unit Bisnis Toko Perlengkapan, Unit Bisnis Stamping, dan Unit Bisnis
Laboratorium, yang semuanya ditempatkan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Komplek ini menempati lahan seluas 66 hektar. Khusus Direktorat Produksi
Militer, mempekerjakan 1.546 karyawan yang terdiri dari 1.072 karyawan di
pabrik dan 474 karyawan di bagian Staff.
13
2.2.3 Budaya Perusahaan
1. Jujur
a. Jujur dalam sikap, kata, dan tindakan
b. Bebas dari kepentingan (vested interest)
c. Menjaga integritas di setiap aspek
2. Belajar
a. Belajar tanpa henti, mengajari tanpa henti
b. Terus mengembangkan diri
c. Melakukan perbaikan berkelanjutan
3. Unggul
a. Menjaga keunggulan mutu, harga, waktu
b. Berdaya saing tinggi
c. Mampu menjadi pemain global
4. Selamat
a. Menjunjung tinggi aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan menjaga
Lingkungan Hidup
b. Menaati hukum dan perundang-undangan
c. Menjalankan prinsip Good Corporate Governance (GCG)
14
2.2.4. Logo Perusahaan
Logo PT.Pindad (Persero) adalah lambang perusahaan berupa senjata cakra
dengan bintang bersudut lima dan bertuliskan Pindad.
15
rangka ikut serta mendukung terciptanya ketahanan nasional
bangsaIndonesia yang bertumpu pada 8 (delapan) gatra (aspek).
c. Batang dan ekor, Melambangkan pengendalian gerak dan laju PT Pindad
(Persero) secara berdaya dan berhasil guna, 4 (empat) helai sirip
ekor,melambangkan keserasian gerak antara unsur-unsur manusia, modal,
metoda, dan pemasaran.
d. Warna :
i. Senjata Cakra : Biru laut
ii. Bintang : Kuning emas
iii. Tulisan “Pindad” : Kuning emas
16
2.2.6 Bidang Usaha
PT Pindad (Persero) merupakan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik
Negara) yang bergerak dalam bidang Alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan)
dan produk komersial, sebagai berikut :
1. Produksi/Manufaktur
Melakukan produksi baik produk alutsista maupun nonalutsista,
mengolah bahan mentah tertentu menjadi bahan pokok maupun produk jadi
serta melakukan proses assembling (perakitan) pada produk berikut :
a. Produk senjata dan munisi
b. Produk kendaraan khusus
c. Produk pyroteknik, bahan pendorong dan bahan peledak (militer dan
komersial)
d. Produk konversi energy
e. Produk komponen, sarana dan prasarana dalam bidang transportasi
f. Produk mekanikal, elektrikal optikal dan opto elektronik
g. Produk Alat Berat
h. Produk Sarana Pembangkit
i. Produk Peralatan Kapal Laut
2. Memberikan jasa untuk industri pertambangan, konstruksi, mesin industri
seperti :
a. Perekayasaan system industrial
b. Pemeliharaan produk/ peralatan industri
c. Pengujian mutu dan kalibrasi
d. Konstruksi
e. Pemesinan
f. Heat and surface treatment
g. Drilling
h. Blasting
i. Jasa pemusnahan bahan peledak
j. Jasa transportasi bahan peledak
k. Jasa pergudangan bahan peledak
17
l. Pemeliharaan Mesin Listrik
3. perdagangan
Melaksanakan pemasaran, penjualan dan distribusi produk dan jasa
perusahaan termasuk produksi pihak lain, baik di dalam maupun di luar negeri
seperti :
a. Ammonium Nitrate
b. Panfo
c. Detonator Listrik
d. Detonator Non Listrik
e. Detonating COD
f. Booster
g. Geodetoseis
h. Geopentoseis
Menginisiasi bisnis baru dibidang peralatan industrial yang terkait
dengan teknologi produk maupun teknologi produksi Alutsista.
4. Produk dan jasa lainnya:
Dalam rangka memanfaatkan sisa kapasitas yang telah dimiliki
perusahaan.
5. Pelanggan :
a. Pelanggan produk pertahanan dan keamanan negara : TNI, Polri,
Kementerian Pertahanan & Keamanan, Kementerian Kehakiman,
Kementerian Kehutanan, Dirjen Bea Cukai, dan Pasar Ekspor
b. Pelanggan produk komersial : PT KAI (Persero), PT INKA (Persero), PT
PLN (Persero), Kementerian Perhubungan, Galangan Kapal Nasional,
Industri Pertambangan Nasional, Industri Perminyakan dan Gas Nasional,
Industri Agro Nasional, Industri Elektronik Nasional.
18
dan minggu, serta hari libur nasional. Ketika diperlukan ketika produksi sedang
tinggi yaitu jam kerja lembur, dengan waktu jam kerja dari pukul 16.30-19.30.
19
2. Senapan Mesin
Pindad P3 Pistol
SPM2, kaliber 7,62 x 51 mm
SM3, caliber 5,56 x 45 mm
3. Pistol
P1, Kaliber 9 x 19 mm Parabellum
P2, Kaliber 9 x 19 mm Parabellum
G2 Elite 9 x 19 mm Parabellum
G2 Premium 9 x 19 mm Parabellum
Pindad Revolver R1, Klaiber .30
Pindad Revolver R2, Klaiber .30
b. Kendaraan Militer
Pindad Anoa
Pindad APR-IV 4x4 (Kendaraan Taktis Armoured Personnel Carrier)
Pindad APS-3 Anoa 6x6
Panser Badak Canon
Rantis Komodo 4x4
Combat Vehicle
Water Cannon M1W-40
20
Kendaraan RPP-m
Tank SBS
Special Function Vehicles
21
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
22
Klasifikasi proses manufaktur secara umum:
Proses pengubahan bentuk bahan baku: pengecoran, hot working, cold working,
dan pemrosesan serbuk.
Proses cutting: tradisional (chip removal) dan non tradisional.
Proses penyambungan: pengelasan, fastening, penyambungan secara mekanis,
dan soldering.
Proses pengubahan sifat fisik: heat treatment.
23
3.2.1 Klasifikasi Fungsional Alat Berat
Yang dimaksud dengan klasifikasi fungsional alat berat adalah pembagian alat
tersebut berdasarkan fungsi-fungsi utama alat. Berdasarkan fungsinya, maka alat
berat dapa dibagi atas berikut ini:
Alat Pengolah Lahan
Alat Penggali
Alat Pengangkut Material
Alat Pemindah Material
Alat Pemadat
Alat Pemroses Material
Dari klasifikasi alat-alat diatas, maka bisa dilihat bahwa hampir semua yang
disebutkan diatas diproduksi oleh PT. Pindad. Sebagai contoh adalah Alat
Pengolah Lahan produksi PT. Pindad yang dinamakan Rota Tanam.
24
Gambar 3.3 Pindad Excava 200
Produk kedua yang termasuk dalam klasifikasi alat berat diatas adalah Alat
Penggali. PT. Pindad sudah membuat produk yang bernama Excava 200 yang
sudah diproduksi masal dan akan di komersilkan.
25
Perkembangan yang terjadi pada tahun 70-an adalah yang terpenting. Pada
tahun-tahun emas mesin ini, semua jenis mesin yang tadinya NC (Numerically
Controlled) ditambahkan dengan software tersendiri disetiap mesinnya dan maka
dari itulah tercipta mesin CNC (Computer Numerically Controlled) yang dikenal
sekarang ini. Tujuan utama dari Mesin CNC (Computer Numerically Controlled)
adalah menggantikan sebanyak mungkin perangkat keras (Hardware) dari mesin
NC (Numerically Controlled) konvensional dengan perangkat lunak (software)
sehingga memungkinkan untuk setiap mesin bisa menyimpan program, meng-edit
program, pengecekan program dalam komputer dan lain sebagainya.
Perkembangan selanjutnya pada tahun 80-an pada perkembangan PC
(Personal Computer) membuat perubahan besar dimana mesin CNC (Computer
Numerically Controlled) dapat diitegrasikan dengan komputer sehingga menjadi
lebih standar, lebih murah, dan lebih mudah untuk pengoperasiannya. Bahasa
pemrograman yang awalnya berkaitan langsung dengan perangkat keras telah
digantikan dengan GUI (Graphical User Interface). Hal ini tentu memudahkan
operator mesin untuk menggunakannya karena telah terbiasa menggunakan PC
(Personal Computer).
26
Keuntungan CNC (Computer Numerically Controlled):
1. Waktu Persiapan Mesin lebih singkat
Persiapan mesin awalnya dilakukan secara manual oleh operator mesin,
namun sekarang sudah dapat dilakukan secara otomatis dan mengurangi biaya.
Berbagai fitur pada mesin CNC sudah dapat menggantikan tugas dari operator
mesin.
2. Waktu Pengerjaan lebih singkat
Program yang sudah dibuat terlebih dahulu akan dijalankan secara
otomatis dengan cepat. Perubahan desain bagian mesin yang dapat mengubah
sisi program dapat dilakukan dengan cepat.
3. Tingkat Ketelitian Pengukuran
Tentu saja ketelitian dan akurasi dari hasil jadi akan sangat bergantung
pada mesin yang digunakan. Mesin juga memiliki ketelitian tertentu dan
pengukuran yang tertentu juga. Mesin yang rutin dilakukan maintenance akan
memiliki hasil yang lebih konsisten jika dibandingkan dengan mesin yang
jarang dilakukan maintenance.
4. Membuat Bentuk yang Kompleks
Karena mesin CNC (Computer Numerically Controlled) menggunakan
program untuk pembuatannya, maka bentuk yang kompleks akan bisa dibuat
tergantung dari berapa axis mesin CNC tersebut, berapa ketelitian, dll. Bisa
dikatakan jika dibandingkan dengan mesin NC maka mesin CNC bisa membuat
bentuk yang lebih kompleks.
5. Waktu Pemotongan yang Konsisten
Mesin CNC (Computer Numerically Controlled) tidak dipengaruhi oleh
operator mesin untuk masalah pemotongannya. Maka dari itu faktor eksternal
seperti kemampuan operator untuk memotong, pengalaman, dan ketika
menjalankan mesin konvensional tidak terlalu berpengaruh pada mesin CNC
ini. Karena proses yang konsisten inilah bisa dipastikan jadwal pasti dari setiap
proses produksi. Selain itu juga, alokasi pengerjaan dapat dilakukan secara
berulang dan akurat.
27
6. Peningkatan Produksi
Penggunaan mesin CNC (Computer Numerically Controlled) tentunya
bisa meningkatkan produktifitas karena jadwal yang teratur, proses pemotongan
yang akurat, dan berkurangnya campur tangan manusia yang bisa saja
menyebabkan banyak faktor eksternal.
Mesin milling CNC bisa bergerak dalam 2 sumbu yaitu sumbu X dan
sumbu Y. Untuk masing-masing sumbunya, meja ini dilengkapi dengan motor
penggerak, ball screw plus bearing dan guide way slider untuk akurasi
pergerakannya. Untuk pelumasannya, beberapa mesin menggunakan minyak oli
dengan jenis dan merk tertentu, dan beberapa mesin menggunakan grease.
Pelumasan ini sangat penting untuk menjaga kehalusan pergerakan meja, dan
menghindari kerusakan ball screw, bearing atau guide way slider. Untuk itu
pemberian pelumas setiap hari wajib dilakukan kecuali mesin tidak digunakan.
Meja ini bisa digerakkan secara manual dengan menggunakan handle eretan.
28
b. Spindle Mesin
c. Magasin Tool
29
Satu program NC biasanya menggunakan lebih dari satu tool/cutter dalam
satu operasi pemesinan. Pertukaran cutter yang satu dengan yang lainnya
dilakukan secara otomatis melalui perintah yang tertera pada program. Oleh
karena itu harus ada tempat khusus untuk menyimpan tool– tool yang akan
digunakan selama proses pemesinan.
Magasin Tool adalah tempat peletakkan tool/cutter standby yang akan
digunakan dalam satu operasi pemesinan. Magasin tersebut memiliki banyak
slot untuk banyak tool, antara 8 sampai 24 slot tergantung jenis mesin CNC
yang digunakan.
d. Monitor
Pada bagian depan mesin terdapat monitor yang menampilkan data- data
mesin mulai dari setting parameter, posisi koordinat benda, pesan error, dan
lain-lain.
30
e. Panel Control
f. Coolant Hose
31
Setiap mesin pasti dilengkapi dengan sistem pendinginan untuk cutter dan
benda kerja. Yang paling umum digunakan yaitu air coolant dan udara
bertekanan, melalui selang yang dipasang pada blok spindle.
32
Gambar 3.10 Mesin Bubut CNC Vertikal di PT.Pindad
33
Bagian-bagian dari Mesin Bubut CNC:
a. Unit panel pengontrol yang berisi tombol-tombol perintah untuk
menjelaskan contoh gerakan mesin dan berbagai fungsi lainnya yang
menggunakan instruksi oleh sistem kontrol komputer.
b. Kepala tetap berupa roda-roda gigi transmisi penukar putaran yang akan
memutar poros spindle.
c. Poros utama (spindle) berupa tempat kedudukan pencekam untuk berdirinya
benda kerja.
d. Eretan utama (appron) akan bergerak sepanjang meja sambil membawa
eretan lintang (cross slide) dan eretan atas (upper cross slide) dan dudukan
pahat.
e. Eretan melintang yang menggerakkan pahat arah melintang.
f. Eretan memanjang yang menggerakkan pahat arah vertikal.
g. Kepala lepas, sejajar kepala tetap untuk membantu untuk membantu
pergerakan spindle dalam memegang benda kerja.
34
Gambar 3.12 Mesin Frais Vertikal
35
c. Mesin Frais Universal
Mesin Frais Universal adalah mesin yang pada dasarnya gabungan dari
mesin frais horizontal dengan mesin frais vertikal. Mesin ini dapat
mengerjakan milling muka, datar, roda gigi, pengeboran, dan reamer serta
pembuatan alur luar dan alur dalam.
36
b. Meja/Table
Meja merupakan bagian dari mesin frais yang fungsinya adalah untuk
tempat clamping device. Meja dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Fixed Table
2. Swivel Table
3. Compound Table
c. Motor Drive
Motor Drive merupakan bagian dari mesin frais yang fungsinya adalah
sebagai alat penggerak untuk bagian-bagian lain seperti spindle utama, meja
(feeding), dan pendinginan (cooling). Pada mesin frais, setidaknya ada 3
buah motor, yaitu:
1. Motor spindle utama
2. Motor grakan pemakan (feeding)
3. Motor pendingin (cooling)
d. Transmisi
Transmisi merupakan bagian mesin frais yang menghubungkan antara
motor penggerak dengan yang digerakkan. Berdasarkan bagian yang
digerakkan, maka dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Transmisi spindle utama
2. Transmisi feeding
Berdasarkan sistem transmisinya, dapat dibedakan menjadi 2 macam,
yaitu:
1. Transmisi gearbox
2. Transmisi v-belt
e. Knee
Knee merupakan bagian mesin untuk menopang/menahan meja mesin.
Pada bagian ini, terdapat transmisi gerak memakan (feeding).
37
f. Column/Tiang
Tiang merupakan bagian badan dan kerangka dari mesin. Bagian ini
berfungsi sebagai penyatu antara bagian satu dengan bagian lainnya
g. Base/Dasar
Base merupakan bagian bawah dari mesin milling. Bagian yang
menopang badan dan tiang dari mesin. Tempat ini biasanya juga merupakan
tempat dari coolant (cairan pendingin)
h. Control
Control merupakan pengatur dari bagian-bagian mesin yang bergerak.
Ada 2 sistem kontrol, yaitu:
1. Mekanik
2. Elektrik
Jenis kontrol ini juga dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Sederhana
2. Kompleks (CNC)
38
Frais Periperal (Slab Milling)
Proses frais ini disebut juga slab milling, permukaan yang difrais
dihasilkan oleh gigi pisau yang terletak pada permukaan luar badan alat
potongnya. Sumbu dari putaran pisau biasanya pada bidang yang sejajar dengan
permukaan benda kerja yang disayat.
Frais Muka (Face Milling)
Pada frais muka, pisau dipasang pada spindel yang memiliki sumbu putar
tegak lurus terhadap permukaan benda kerja. Permukaan hasil proses frais
dihasilkan dari hasil penyayatan oleh ujung dan selubung pisau.
Frais Jari (End Milling)
Pisau pada proses frais jari biasanya berputar pada sumbu yang tegak lurus
permukaan benda kerja. Pisau dapat digerakkan menyudut untuk menghasilkan
permukaan menyudut. Gigi potong pada pisau terletak pada selubung pisau dan
ujung badan pisau.
39
bisa diatur dengan cara mengatur handel gerak makan sesuai dengan tabel f yang
ada di mesin. Gerak makan ini pada proses frais ada dua macam yaitu gerak
makan per-gigi (mm/gigi), dan gerak makan per-putaran (mm/putaran).
Kedalaman potong diatur dengan cara menaikkan benda kerja, atau dengan cara
menurunkan pahat. Putaran spindel (n) ditentukan berdasarkan kecepatan potong.
Kecepatan potong ditentukan oleh kombinasi material pahat dan material benda
kerja. Kecepatan potong adalah jarak yang ditempuh oleh satu titik (dalam satuan
meter) pada selubung pahat dalam waktu satu menit. Rumus kecepatan potong
identik dengan rumus kecepatan potong pada mesin bubut. Pada proses frais
besarnya diameter yang digunakan adalah diameter pahat.
𝜋.𝑑.𝑛
Vc =
1000
Keterangan : Vc = Kecepatan potong (m/menit)
d = Diameter benda kerja (mm)
n = Kecepatan putaran mesin (rpm)
Setelah kecepatan potong diketahui, maka gerak makan harus ditentukan.
Gerak makan (f) adalah jarak lurus yang ditempuh pahat dengan laju konstan
relatif terhadap benda kerja dalam satuan waktu, biasanya satuan gerak makan
yang digunakan adalah mm/menit.
Kedalaman potong (a) ditentukan berdasarkan selisih tebal benda kerja awal
terhadap tebal benda kerja akhir. Untuk kedalaman potong yang relatif besar
diperlukan perhitungan daya potong yang diperlukan untuk proses penyayatan.
Apabila daya potong yang diperlukan masih lebih rendah dari daya yang
disediakan oleh mesin (terutama motor listrik), maka kedalaman potong yang telah
ditentukan bisa digunakan.
40
Gambar 3.16 Perbedaan Gerak Makan Per−Gigi (Ft) Dari Gerak Makan
Perputaran (Fr)
41
3.3.9 Bahasa Pemrograman dan Kode Numerik pada Mesin CNC
Bahasa pemrograman adalah format perintah dalam satu baris blok dengan
menggunakan kode huruf, angka dan simbol. Mesin perkakas CNC mempunyai
perangkat komputer yang disebut machine control unit (MCU), yakni suatu
perangkat yang berfungsi menterjemahkan bahasa kode ke dalam bentuk gerakan
persumbuan sesuai bentuk benda kerja.
Pada mesin CNC, mesin hanya membaca perintah numerik. Oleh karena itu,
dibuatlah G-code dan M-code untuk menjalankan perintah yang akan dikerjakan.
Berikut akan dijelaskan mengenai kode-kode tersebut dibawah ini
a) G-code:
G00 : Gerak Lurus Cepat (tidak menyayat)
G01 : Gerak Lurus Menyayat
G02 : Gerak Melengkung Searah Jarum Jam (Clockwise)
G03 : Gerak Melengkung Berlawanan Arah Jarum Jam (Counterclockwise)
G04 : Gerak Penyayatan dengan Feed berhenti sesaat
G21 : Baris Blok Sisipan dibuat dengan Menekan Tombol ~ dan INP
G25 : Memanggil Sub Program
G33 : Membuat Ulir Tunggal
G64 : Mematikan Arus Step Motor
G65 : Operasi Disket
G73 : Siklus Pengeboran dengan Pemutusan Tatal
G78 : Siklus Pembuatan Ulir
G81 : Siklus Pengeboran Langsung
G82 : Siklus Pengeboran dengan Berhenti Sesaat
G83 : Siklus Pengeboran dengan Penarikan Tatal
G84 : Siklus Pembubutan Memanjang (Z)
G85 : Siklus Perimeran
G86 : Siklus Pembuatan Alur
G88 : Siklus Pembubutan Melintang (X)
G89 : Siklus Perimeran dengan Waktu Berhenti Sesaat
42
G90 : Program Absolute
G91 : Program Inkremental
G92 : Penetapan Posisi Pahat (Absolute) b).
b) M-Code:
M00 : Program Berhenti
M03 : Spindle Berputar Searah Jarum Jam (Clockwise)
M05 : Putaran Spindle Berhenti
M06 : Perintah Ganti Tool
M17 : Perintah Kembali ke Program Utama
M30 : Program Berakhir
M99 : Penentuan Parameter
43
d) Program R-Code:
R00 : Dwell
R01 : Referensi Plane / Repoint
R02 : Dalam Pengeboran Awal
R03 : Dalam Pengeboran Total
R04 : Dwell
R05 : Panjang Tetap Pengeboran
R06 : Spindle Rotasi Berlawana Arah Jarum Jam (CCW) / M04
R07 : Spindle Rotasi Arah Jarum Jam (CW) / M03
R10 : Langkah Panjang Pembebasan / Return Plane
R11 : Arah Sumbu Pemakanan
R12 : Jarak yang di Pemesinan
R13 : Jarak dari Sumbu
R24 : Radius
R25 : Center Bor yang Dituju
R26 : Derajat / Sudut
R27 : Jumlah Lubang
R28 : Kode Pengeboran / G81, G82
44
BAB IV
PEMBAHASAN
Mesin ini berada pada PT. Pindad tepatnya pada divisi Alat Berat yang
memilki banyak dan berbagai jenis mesin CNC. Mesin CNC Dainichi ini memiliki
panel control Fanuc yang memiliki jumlah sumbu (axis) yang berjumlah 2, pada
sumbu X dan sumbu Z. Setelah seluruh prosedur pemeriksaan BK diperiksa oleh
45
bagian QC (Quality Control), maka Benda Kerja langsung diletakkan pada ragum
atau pencekam yang ada pada mesin tersebut.
46
Gambar 4.3 Flow Chart Proses Dalam Mesin CNC Dainchi
47
Setelah benda kerja terpasang dengan pasti, benda kerja dibersihkan dan
diukur terlebih dahulu menggunakan dial gauge. Ini berguna untuk menugukur
kelurusan benda kerja pada mesin dan mengurangi kerusakan atau keausan
berlebihan pada tools. Kemudian operator menyalakan mesin dengan menekan
tombol on/off dan tombol power serta melepas emergency stop. Operator
kemudian memprogram mesin, dengan menentukan reference point terlebh dahulu
dan setting v, w, dan z pada pemrograman G-Code dan M-Operator kemudian
menyalakan mesin pada posisi jog, untuk memastikan bahwa benda kerja
terpasang sempurna, dan mengatur posisi reference position benda kerja dengan
menggerakan tuas ke posisi -z atau +z. Jika ditemukan perbedaan posisi, operator
akan memasukkan besarnya perbedaan tersebut dalam program MDI mesin CNC.
Feed rate diatur menggunakan spindle, sesuai dengan ketelitian dan proses yang
akan dilakukan.Code. Pemrograman mesin biasanya dlakukan oleh programmer,
namun disini dikerjakan oleh operator langsung.
48
program MDI mesin CNC. Feed rate diatur menggunakan spindle, sesuai dengan
ketelitian dan proses yang akan dilakukan.
3 1
2
49
4.1.3 Proses Pengerjaan Benda Kerja pada Mesin Bor Horizontal Ogawa
Gambar 4.6 Flow Chart Proses Pemesinan pada Mesin Bor Horizontal Ogawa
50
mengencangkannya pada dudukan. Mata bor yang dipakai pada proses ini
berukuran 8.5 4m10. Kemudian operator akan mengatur RPM dan feed rate
dengan spindle r dan f pada mesin bor, serta arah putaran dari mata bor (CW atau
CCW). Tuas spindle ini dapat dipasang pada posisi automatic spindle feed untuk
memudahkan pengerjaan. Lalu, operator menyalakan mesin menggunakan tuas
rotasi depan dan menyalakan tuas automatic feed. Pada proses ini, RPM yang
dipakai adalah 205 dan feed rate 0.04. Kemudian mesin dimatikan dan operator
akan mengganti mata bor dengan mata chamfer. Ini dilakukan sebagai proses
finishing pada lubang. Operator kemudian akan melakukan proses serupa seperti
saat pengeboran.
1 2
Gambar 4.7 Bagian yang dilubangi pada Mesin Bor Horizontal Ogawa
Bagian yang akan dilubangi terlebih dahulu adalah bagian (1) lubang atas
benda kerja yang berdiameter M10. Posisi bor akan dirubah menyesuaikan dengan
posisi lubang, dengan benda kerja berada tetap pada tempatnya. Setelah seluruh
lubang atas benda kerja selesai di bor, benda kerja akan dibalik posisinya, dengan
melepaskan clamp terlebih dahulu dan kemudian dipasangkan kembali dengan
baik. Ini dilakukan untuk memudahkan operator melubangi bagian bawah benda
kerja dengan (2) lubang yang berdiameter 13 mm ini. Proses pengeboran yang
dilakukan sama seperti pada proses sebelumnya.
51
4.2 Pahat atau Pisau yang Digunakan dalam Proses Pengerjaan
4.2.1 Pahat HSS (High Speed Steel)
HSS merupakan peralatan yang berasla dari baja dengan unsur karbon yang
tinggi. Biasa digunakan untuk mengasah atau memotong benda kerja. Pahat ini
sering digunakan karena kuat dalam pengerjaan panas. Pahat ini sering digunakan
karena kuat dalam pengerjaan panas. Pahat HSS memiliki ketahanan terhadap
abrasive yang tinggi, sehingga cukup awet dalam penggunaannya.
4.2.2 Carbide
Pahat jenis ini dibentuk dengan campuran bahan kimia. Dalam bentuk
dasarnya carbide berbentuk butir-butir abrasive yang sangat halus, tetapi dapat
dipadatkan dan dibentuk menjadi peralatan dalam perindustrian. Carbide ini
memiliki kekerasan tiga kali lipat dari baja. Sehingga hanya dapat dilakukan
proses pemolesan menggunakan silicon karbida, boron nitride bahkan berlian.
Beragam bentuk kerja yang ingin kita buat di mesin bubut menuntut kita
untuk mempersiapkan bentuk-bentuk pahat bubut yang umum dipakai. Gambar
berukut menjelaskan macam-macam bentuk pahat bubut dan benda kerja yang
dihasilkan. Bagian pahat yang bertanda bintang adalah pahat kanan, mengerjakan
pemakanan dari kanan ke kiri saat proses pengerjaan.
Berdasarkan bentuknya, pahat bubut dari kanan ke kiri adalah:
1. Pahat alur lebar
2. Pahat pinggul kiri
3. Pahat sisi kiri
4. Pahat ulir segitiga
5. Pahat alur segitiga (kanan-kiri)
6. Pahat alur
7. Pahat ulir segitiga kanan
8. Pahat sisi/permukaan kanan (lebih besar)
9. Pahat sisi/permukaan kanan
10. Pahat pinggul/chamfer kanan
11. Pahat sisi kanan
52
Berikut adalah gambar, penjelasan, dan fungsi pahat-pahat pada mesin bubut
CNC :
1. Pahat Ulir atau Insert Ulir
Fungsinya digunakan untuk membuat ulir, baik ulir tunggal maupun ulir
ganda. Bentuk pahat ulir harus sesuai dengan bentuk ulir yang diinginkan,
misalnya sudut ulir yang diinginkan 45° maka pahat yang seharusnya dibuat
adalah memiliki sudut 45°. Untuk itu diperlukan pengasahan pahat sesuai
dengan mal ulirnya
Standar sudut pahat ulir dilihat dari bentuknya dibagu menjadi dua:
2. Pahat pengasaran biasanya digunakan untuk program G71 dimana jenis pahat
ini terdapat dua jenis (yang di lingkari) :
a. Pahat Rata Kiri
53
Fungsinya digunakan untuk pembubutan rata memanjang yang
pemakanannya di mulai dari kiri ke arah kanan mendekati posisi cekam. Pahat
bubut rata kanan memiliki sudut baji 80° dan sudut-sudut bebas lainnya.
c. pahat Bor
54
Sesuai dengan namanya pahat ini memiliki fungsi yang digunakan untuk
memotong benda kerja. Setalah dilakukan pembubutan hingga hasil akhir maka
selanjutnya diteruskan dengan pemotongan benda kerja lihat gambar dibawah ini
bentuk pahat potong untuk bubut.
Pahat yang dipakai pada proses pembuatan Hood Pin Boom Excava 200 ini
yaitu menggunakan pahat potong sebagai pahat makan (roughing) serta
menggunakan pahat finishing Taegutec CNMG190608 MTT8020 M.
55
Gambar 4.13 Jangka sorong
panjang terdapat pada rahang tetap merupakan skala utama, sedangkana skala
pendek pada rahang geser merupakan skala nonius atau Vernier. Nama Vernier
diambil dari nama penemu jangka sorong, yaitu Pierre Vernier. Skala utama pada
jangka sorong memiliki skala dalam cm dan mm. Sedangkan skala nonius pada
jangka sorong memiliki skala dalam 0.1mm atau 0.01cm. Jangka sorong dipakai
untuk mengukur diameter luar, diameter dala
56
Mikrometer sekrup terdiri atas dua bagian, yaitu poros tetap dan poros ulir.
Skala panjang pada poros tetap merupakan skala utama, sedangkan skala panjang
pada poros ulir merupakan skala nonius. Skala utama mikrometer sekrup memiliki
skala dalam mm, sedangkan skala noniusnya membaca dalam skala 0,01mm.
Dial Gauge Indicator adalah alat ukur dengan skala pengukuran yang sangat
kecil, contohnya pada pengukuran pergerakan suatu komponen (backlash,
endplay) dan pengukuran kerataanya (round out). Dial Gauge Indicator ini mesti
dipasangkan dengan alat bantu lain, yaitu Magnetic Base, untuk memegang Dial
Gauge Indicator dan berfungsi mengatur posisinya (ketinggian, kemiringan) pada
permukaan benda yang diukur. Dial Gauge Indicator ini memiliki kegunaan untuk
mengukur permukaan bidang datar, mengukur kerataan permukaan dan kebulatan
poros, serta mengukur kerataan permukaan dinding silinder.
57
Gambar 4.16 Alat Cekam Mesin CNC Dainichi
Alat cekam berfungsi sebagai penahan posisi benda kerja agar tidak berubah
posisi dari meja kerja. Dengan demikian, proses pembubutan dan milling dapat
menahan benda kerja dengan sempurna setelah proses pengeboran.
Benda kerja yang digunakan memiliki berat puluhan bahkan ratusan kilogram,
sehingga untuk membantu memindahkan dan pemasangan pada ragum dibutuhkan
58
mesin Crane dan Belt yang ada pada divisi Alat Berat PT. Pindad. Crane berfungsi
memindahkan BK dari tempat penyimpanan sementara ke tempat pemesinan, serta
mampu memutar, menggeser, dan membalik posisi BK saat proses pemasangan.
59
BAB V
HASIL DAN ANALISA
5.1 Penghitungan Waktu Kerja Pada Proses Pemesinan Hood Pin Boom
5.1.1 Cara Penghitungan Waktu Kerja
Parameter pada proses pembubutan adalah, informasi berupa dasar-dasar
perhitungan, rumus dan tabel-tabel yang mendasari teknologi proses
pemotongan/penyayatan pada mesin bubut. Parameter pemotongan pada proses
pembubutan meliputi:
a. Kecepatan potong (Cs)
Kecepatan potong (Cs) adalah kemampuan alat potong menyayat bahan
dengan aman menghasilkan tatal dalam satuan panjang/waktu (meter/menit atau
feet/ menit).
60
c. Kecepatan Pemakanan (F)
Kecepatan pemakanan atau ingsutan ditentukan dengan mempertimbangkan
beberapa faktor, diantaranya: kekerasan bahan, kedalaman penyayatan, sudut-
sudut sayat alat potong, bahan alat potong, ketajaman alat potong dan kesiapan
mesin yang akan digunakan. Kesiapan mesin ini dapat diartikan, seberapa besar
kemampuan mesin dalam mendukung tercapainya kecepatan pemakanan yang
optimal. Disamping beberapa pertimbangan tersebut, kecepatan pemakanan pada
umumnya untuk proses pengasaran ditentukan pada kecepatan pemakanan tinggi
karena tidak memerlukan hasil pemukaan yang halus (waktu pembubutan lebih
cepat), dan pada proses penyelesaiannya/finising digunakan kecepatan pemakanan
rendah dengan tujuan mendapatkan kualitas hasil penyayatan yang lebih baik
sehingga hasilnya halus (waktu pembubutan lebih cepat).
Besarnya kecepatan pemakanan (F) pada mesin bubut ditentukan oleh
seberapa besar bergesernya pahat bubut (f) dalam satuan mm/putaran dikalikan
seberapa besar putaran mesinnya dalam satuan putaran. Maka rumus untuk
mencari kecepatan pemakanan (F) adalah:
𝑭 = f. 𝒏
Keterangan:
f = besar pemakanan atau bergesernya pahat (mm/putaran)
n = putaran mesin (putaran/menit)
62
n = putaran benda kerja (Rpm)
l = panjang pembubutan muka (mm)
la = jarak star pahat (mm)
L = panjang total pembubutan muka (mm)
F = kecepatan pemakanan setiap (mm/menit)
5.1.2 Waktu Kerja Proses Pemesinan Hood Pin Boom pada Mesin Dainichi
Dari pengamatan dan wawancara di bengkel PT. Pindad, didapat data variabel
pemesinan Hood Pin Boom pada mesin Dainchi sebagai berikut:
n = 150 rpm
f = 0.2 mm/menit
63
d1 = 160 mm
d2 = 110 mm
d3 = 100 m
Proses pemesinan pada mesin CNC Dainichi pada Benda Kerja melalui 3
tahap fraising, yaitu pada fraising muka (d1), lalu fraising lurus luar (d2) dan
dalam (d3). Data kemudian melalui pengolahan menggunakan rumus yang telah
disebutkan pada subbab sebelumnya, dan di dapatkan hasil dalam tabel berikut:
Tabel 5.1 Hasil pengolahan data waktu proses pemesinan Hood Pin Boom
pada mesin Dainichi
Dainichi 1 (Frais Muka) Dainichi 2 (Frais d2) Dainichi 3 (Frais d3)
5.1.3 Waktu Kerja Proses Pemesinan Hood Pin Boom pada Mesin Ogawa
Dari pengamatan dan wawancara di bengkel PT. Pindad, didapat data variabel
pemesinan Hood Pin Bom pada mesin Ogawa sebagai berikut:
n = 205 rpm
f = 0.04 mm/menit
d1 = 160 mm
d2 = 110 mm
64
Proses pemesinan pada mesin bor horizontal Ogawa pada bendda kerja
melalui 2 tahap boring, yaitu pada boring atas (d1), dam boring bawah (d2). Data
kemudian melalui pengolahan menggunakan rumus yang telah disebutkan pada
subbab sebelumnya, dan di dapatkan hasil dalam tabel berikut:
Tabel 5.2 Hasil pengolahan data waktu proses pemesinan Hood Pin Boom
pada mesin Ogawa
Ogawa 1 (Boring Atas) Ogawa 2 (Boring Bawah)
No Parameter Value Unit No Parameter Value Unit
1 Phi 3.14 - 1 phi 3.14 -
2 N 205 rpm 2 n 205 rpm
3 F 0.04 mm/min 3 f 0.04 mm/min
4 D 160 mm 4 d 110 mm
5 Dx Mm 5 dx mm
6 Dtools 10 mm/min 6 dtools 10 mm
7 Cs 0 mm/min 7 Cs 0 mm/min
8 F 8.2 mm 8 f 8.2 mm/min
9 La 3 mm 9 La 3 mm
10 L 20 mm 10 L 15 mm
11 L+La 23 mm 11 L+La 18 mm
12 Tm/holes 2.804878 min 12 tm/holes 2.195122 min
13 Holes 6 13 holes 5
14 Tm 16.82927 min 14 tm 10.97561 min
65
Tabel 5.3 Waktu Pengerjaan Total Hood Pin Boom
Total Machining Time
Parameter Value Unit
tm Total Dainichi 4.333333 min
tm Total Ogawa 27.80488 min
Dari hasil tersebut terlihat bahwa terdapat perbedaan waktu pengerjaan Hood
Pin Boom sebenarnya dengan estimasi yang didapat menggunakan program SAP.
Waktu pengerjaan yang terjadi di lapangan lebih cepat dibandingkan dengan
estimasi pada program SAP.
66
Tabel 5.5 Perbedaan Waktu Total Pengerjaan dengan Waktu Pengerjaan Teoritis
program SAP pada komponen Hood Pin Boom
Differences
Parameter Value Unit
tm Total Dainichi & Ogawa 32.13821 min
Labor + Machinery 54 min
Time Difference -21.8618 min
Namun, menurut dari hasil wawancara dengan operator CNC Dainichi, proses
pemesinan Boom Arm Bucket Assy memakan waktu ±10 menit untuk tiap unit.
Hal tersebut dikarenakan setting benda kerja dan Quality Check oleh operator
yang memakan waktu cukup lama. Pada mesin bor horizontal Ogawa pun
kondisinya serupa, dimana setting dan pengecekan benda kerja yang memakan
waktu hingga 10 menit.
Tabel 5.6 Perbedaan Waktu Pengerjaan Sebenarnya dengan Labor + Machinery
program SAP pada komponen Hood Pin Boom
Differences
Parameter Value Unit
Tm Total Dainichi & Ogawa + Setting & Qc 52.13821 min
Labor + Machinery 54 min
Time Difference -1.86179 min
Jika di jumlahkan dari kedua mesin, waktu yang terpakai untuk persiapan
sebelum proses dan pengecekan kualitas tersebut mencapai ±20 menit, sehingga
jika ditambahkan dengan waktu machining keduanya yang mencapai 32 menit,
rata2 pengerjaan tiap komponen adalah 52 menit. Ini tidak jauh berbeda dengan
estimasi SAP, diambil hanya Labor dan Machinery untuk komparasi yang
seimbang, yang sebesar 54 menit. Other overhead tidak ikut dihitung, dikarenakan
other overhead adalah pengecekan langsung dan berbagai tindakan QA & QC
67
lainnya yang dilakukan oleh supervisor dan tidak termasuk dalam proses
pemesinan yang dianalisis dalam laporan ini.
5.2 Input dan keterangan Program Dalam Proses Pengerjaan Hood Pin Boom
Pada bagian mesin fres, terdapat sebuah monitor yang menampilkan data-data
mesin mulai dari setting parameter, posisi koordinat benda, kecepatan makan, dll.
Data-data tersebut merupakan langkah- langkah perintah pada program yang diinput
oleh operator ke dalam komputer mesin fres melalui tombol-tombol pada panel
kontrol mesin fres CNC. Program tersebut tersusun secara berurutan membentuk
blok program yang terdiri atas berbagai huruf kapital dilanjutkan dengan
penomoran. Melalui susunan program di tampilan layar ini operator megetahui apa
yang sedang dikerjakan mesin fres saat ini dan tahapan sesudahnya.
Pada layar mesin CNC Dainchi, program yang ditampilkan urutan pertama
adalah sequence number (nomor urut), kemudian dilanjutkan dengan huruf A
(Nama Klasifikasi Program), Gerakan Meja (koordinat X, Y, Z), arc radius (radius
putar), feed rate (gerak makan), fungsi tambahan (M-code) secara berturut-turut
sesuai dengan urutan pada Gambar 3.18 . Di bawah ini program yang dipakai pada
proses pemesinan komponen ini:
(SISI 1) ;
G50 X500. Z300. T0200;
68
G97 S150 M03 ;
G00 T0202 ;
X160. ;
Z9. ;
G94 G92. Z8. F0.2 ;
Z7. ;
Z6. ;
Z5. ;
Z4. ;
Z3. ;
Z2. ;
Z1. ;
Z0.5 ;
Z0. ;
G00 Z300. ;
X500.
T0200;
M01 ;
G50 X500. Z300. T0400;
G97 S150 M03 ;
G00
T0404;
X84. ;
Z2. ;
G90 X86. Z-35. F0.2 ;
X88. ;
X92. ;
X94. ;
X96. ;
X98. ;
X99. ;
69
G00
X012.5;
G01 Z0. ;
G01 Z0. ;
U-4. W-2.;
G00 Z300. ;
X500. T0400;
M01;
G50 X500. Z300. T0800;
G97 S150 M04 ;
G00
T0808;
X97. ;
Z-31. ;
G90 X101. Z-15.5;
X103.;
X105. ;
X107. ;
X109. ;
X109.5 ;
/ G00 Z500. ;
/ M02 ;
/G00 TO808 ;
M04;
G00 X97. Z-31. ; G90 X110. Z15.5 ;
G00 Z-17. ;
G90 X100. Z2. ;
G94 X110. Z-15.;
G00 X01.5 ;
G01 Z-15. ;
U-4. W2. ;
70
X97. ;
G00 Z-29. ;
X108. ;
G94 X167. Z-28.F0.2 ;
Z-27. ;
Z-26. ;
Z-25. ;
G00 X111.5 ;
Z-27. ;
M30 ;
G01 Z-25. ;
U-4. W2. ;
G00 X97. ;
G00 Z300. ;
X500. T0800 ;
Z900. ;
M30 ;
N10 G53 X-351.882 Z-968.14 ;
(SISI 2) ;
G50 X500. Z300. T0400;
G97 S90 M03 ;
G00
T0404; X265. ;
Z4. ;
G72 P01 G02 U-1. 20.15 D500 F0.2 ;
N01 G00 Z-7. ;
G01 X354. ;
G02 X360. Z-4. R3.;
G01 Z0. ;
X430. ;
71
N02 Z4. ;
G00 Z-7.;
G01 X354.; G00 Z0. ; G01 X430. ;
Z2. ;
G00 X359.;
G01 Z-4. ;
/ G00 Z500. ;
/ M02 ;
/ G00 TO4O4 MO3 ;
GOO Z2. ;
X362. ;
G01
Z0.;
X360. Z-1. ;
X360. Z-1. ;
Z-4. ;
G03 R3. X354. Z-7.;
G01 U-2. ;
G00 Z300. ;
X500 T0400 ;
G00 Z900; M02 ;
GOTO 10 ;
%
72
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Penulis mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman dari pelaksanaan
Kerja Praktek yang dilakukan di PT. Pindad selama dua bulan ini. Dari pengalaman
tersebut, didapati bebeerapa kesimpulan yang berkaitan dengan proses pemesinan
Hood Pin Boom Excava 200 pada Divisi Alat Berat PT. Pindad sebagai berikut:
1. Pada sebuah perusahaan manufaktur, kelayakan dan kondisi mesin sangat
berperan penting dalam waktu pengerjaan pemesinan sebuah komponen, dimana
jika terjadi kerusakan pada salah satu mesin dapat menghambat lini produksi dan
menyebabkan kerugian, dan juga keselamatan bagi operator mesin tersebut dan
orang-orang disekitarnya.
2. Pengalaman dan kemampuan operator menggunakan sebuah mesin juga turut
mempengaruhi lamanya sebuah proses pemesinan dan kualitas pemesinan
komponen. Selain itu, kemampuan operator menggunakan mesin juga
mempengaruhi lifetime pada mesin dan tools yang dipakai dalam proses
pemesinan tersebut.
3. PT. Pindad menerapkan sistem kerja berdasarkan permintaan pemesinan dan
spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan melalui Job Order dan Lembar Urutan
Proses (LUP), dan dikelola dengan bantuan program SAP, untuk memperoleh
estimasi waktu pengerjaan dan optimasi proses pemesinan, agar diperoleh
komponen berkualitas tinggi dengan proses pemesinan yang cost-effective.
4. Proses pemesinan Hood Pin Boom Excava 200 dilakukan di PT. Pindad dimulai
dari proses pemesinan komponen yang masih rough hingga memiliki finishing
yang bagus dan siap di assy pada lini produksi Excava 200.
5. Selama proses pemesinan Hood Pin Boom Excava 200, proses pemesinan
dilakukan dengan ketelitian tinggi pada tiap prosesnya, menggunakan tools dan
mesin yang kondisinya prima, dan manajemen waktu yang baik, sehingga hasil
akhir proses pemesinan pada komponen tersebut terjamin kualitasnya.
73
6. Dari perbandingan data di lapangan dan estimasi waktu program SAP pada
proses pemesinan Hood Pin Boom Excava 200, didapati bahwa di lapangan,
operator dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan atau bahkan lebih cepat dari
estimasi SAP. Ini menandakan bahwa manajemen produksi pada PT. Pindad
berjalan dengan baik dan memiliki operator dengan kemampuan dan pengalaman
yang tinggi.
2. Bagi Kampus
Menurut penulis, sebaiknya kampus memberikan penjelasan lebih mengenai
gambaran aktivitas serta pekerjaan apa saja yang harus diteliti oleh mahasiswa
mengenai Kerja Praktek dan penulisan Laporan Kerja Praktek sebelum terjun
langsung ke lapangan. Selain itu, pihak kampus dapat melakukan peninjauan dan
berkomunikasi dengan perusahaan terkait progres mahasiswa selama Kerja
Praktek. Hal lainnya yang penulis harapkan adalah materi yang diberikan saat
74
perkuliahan terus disesuaikan dengan perkembangan di dunia kerja, sehingga
mahasiswa tidak terlalu awam dan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan
perusahaan dan etos kerjanya.
3. Bagi Mahasiswa
Untuk mahasiswa yang akan melakukan Kerja Praktek di PT. Pindad,
sebaiknya mencari gambaran terlebih dahulu mengenai Kerja Praktek di PT.
Pindad, dan mempersiapkan materi yang berkaitan dengan Divisi yang diikuti
dan mengambil topik permasalahan yang cukup kompleks dan sekiranya
memberikan manfaat bagi seluruh pihak.
75
DAFTAR PUSTAKA
Drawing Pada Mesin Dainichi Tipe Lathe Machine Denan Kontrol Fanuc Series
3) Nugroho. Aditya Krisna. 2017. Proses Pemesinan Main Shaft 170kN Hydraulic
4) Perwira. Wisnu Yoga. 2017. Analisis Sistem Kerja Hidrolik dan Pembuktian
5) Novarianto. Yogie. 2017. Machining Process Frame Assy for 43kN HYD Comb.
Double Windlass CH- 43 PT. Pindad (Persero). Cilacap: Politeknik Negeri Cilacap
8) Setyardjo Djoko M.J. 1995 Mesin CNC Two Axis (Mesin Bubut). Pradnya
Paramitha: Jakarta
9) Siemens. 2003. Operation and Programming 08/2003 Edition Sinumerik 802S base
line, Sinumerik 802C base line Turning. Federal Public Germany: Siemens AG
76
LAMPIRAN
77